Askep Seminar Talasemia Ok
-
Upload
chiyoualoverz-tharaztic-jrs -
Category
Documents
-
view
86 -
download
14
description
Transcript of Askep Seminar Talasemia Ok
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA An A DENGAN TALASEMIA DI RUANG PERAWATAN
ANAK C1 L1 RSUP DR KARIADI SEMARANG
Oleh
Disusun Oleh:
Endang Eko Budiningsih 22020112220085
Sio Andi 22020112220095
Hyang Kinanti Rajasa 22020112220101
PROGRAM PROFESI NERS XXI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG, APRIL 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar abelakang
Thalasemia merupakan gangguan pembuatan hemoglobin yang
diturunkan secara resesif. Pertama kali ditemukan secara bersamaan di
Amerika Serikat dan Itali antara tahun 1925-1927. Kata Thalassemia
berasal dari bahasa Yunani thalasa yang berarti laut yang dimaksudkan
untuk mengkaitkan penyakit tersebut dengan penduduk Mediterania.1,2
Prevalensi terjadinya thalasemia berbeda -beda untuk tiap ras, ras
yang dominan terjadi thalasemia adalah penduduk China, Malaysia,
Indocina, Afrika, Mediterania, Timur Tengah dan Asia. Dalam
perkembangannya ditemukan bahwa thalasemia bukan hanya
disebabkan faktor herediter, tetapi juga disebabkan karena terjadinya
mutasi, terutama pada penduduk Timut Tengah, Afrika dan Asia.
Thalasemia terdiri dari dua jenis yaitu thalasemia alfa dan thalasmia
beta. 1
Insiden talasemia sangat bervariasi sesuai dengan kelompok etnik.
Ciri bawaan alfa-talasemia paling banyak di Asian Tenggara,
mengenai 2-7% neonatus kulit hitam di Amerika, dan kurang lazim
pada daerah mediterania. Insiden gen beta-talasemia melebihi 5% pada
daerah tertentu di Italia, Sardinia, Sisilia, India, dan Asia Tenggara dan
sekitar 0,8 % pada kulit hitam Amerika.3
Saat ini sebagian besar berhasil selamat dan memerlukan diagnosa
dan penatalaksanaan lanjut. Perubahan ini akan menghabiskan dana
yang cukup besar di negara yang frekuensi thalasemia tinnggi karena
penatalaksanaan talaemia cukup mahal.1
B. Tujuan
Tujuan dari pemberian Asuhan keperawatan pada penderita
Thalassemia adalah:
1. Meningkatkan perfusi jaringan.
2. Memberikan kebutuhan nutrisi dan cairan.
3. Mencegah komplikasi.
4. Memberikan informasi tentang proses penyakit.
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Thalasemia merupakan sekumpulan gangguan genetik yang
mengakibatkan berkurang atau tidak ada sama sekali sintesis satu atau
lebih rantai globin. Abnormalitas dapat terjadi pada setiap gen yang
menyandi sintesis rantai polipeptid globin, tetapi yang mempunyai arti
klinis hanya gen-α dan gen-β. Karena ada dua pasang gen-α, maka
dalam pewarisannya akan terjadi kombinasi gen yang sangat
bervariasi. Bila terdapat kelainan pada keempat gen-α maka akan
timbul manifestasi klinis dan masalah. Adanya kelainan gen-α lebih
kompleks dibandingkan dengan kelainan gen-β yang hanya terdapat
satu pasang.Gangguan pada sintesis rantai-α dikenal dengan penyakit
thalassemia-α, sedangkan gangguan pada sintesis rantai-β disebut
thalassemia-β. 1,2,5
B. Etiologi
Herediter.1,2,7,8
C. Patofisiologi
Hemoglobin pasca kelahiran yang normal terdiri dari dua rantai
alfa dan beta polipeptide. Dalam beta thalasemia, ada penurunan
sebagian atau keseluruhan dalam proses sintesis molekul hemoglobin
rantai beta. Konsekuensi adanya peningkatan compensatory dalam
proses pensintesisan rantai alfa dan produksi rantai gamma tetap aktif,
dan menyebabkan ketidak sempurnaan formasi hemoglobin.
Polipeptida yang tidak seimbang ini sangat tidak stabil, mudah terpisah
dan merusak sel darah merah yang dapat menyebabkan anemia yang
parah. Untuk menanggulangi proses hemolitik, sel darah merah
dibentuk dalam jmlah yang banyak, atau setidaknya sumsum tulang
ditekan dengan proses transfusi. Kelebihan Fe dari penambahan RBCs
dalam transfusi serta kerusakan yang cepat dari sel defectif disimpan
dalam berbagai organ (hemosiderosis).2
Penyebab anemia pada thalasemia bersifat primer dan sekunder.
Penyebab primer adalah berkurangnya sintesis Hb A dan eritropoesis
yang tidak efektif disertai penghancuran sel-sel eritrosit intrameduler.
Penyebab sekunder adalah karena defisiensi asam folat,bertambahnya
volume plasma intravaskuler yang mengakibatkan hemodilusi, dan
destruksi eritrosit oleh system retikuloendotelial dalam limfa dan hati.
Penelitian biomolekular menunjukkan adanya mutasi DNA pada gen
sehingga produksi rantai alfa atau beta dari hemoglobin berkurang.
Tejadinya hemosiderosis merupakan hasil kombinasi antara transfusi
berulang,peningkatan absorpsi besi dalam usus karena eritropoesis
yang tidak efektif, anemia kronis serta proses hemolisis. Normal
hemoglobin adalah terdiri dari Hb-A dengan dua polipeptida rantai
alpa dan dua rantai beta. Pada Beta thalasemia yaitu tidak adanya atau
kurangnya rantai Beta dalam molekul hemoglobin yang mana ada
gangguan kemampuan eritrosit membawa oksigen. Ada suatu
kompensator yang meninghkatkan dalam rantai alpa, tetapi rantai Beta
memproduksi secara terus menerus sehingga menghasilkan
hemoglobin defektive. Ketidakseimbangan polipeptida ini
memudahkan ketidakstabilan dan disintegrasi. Hal ini menyebabkan
sel darah merah menjadi hemolisis dan menimbulkan anemia dan atau
hemosiderosis. Kelebihan pada rantai alpa pada thalasemia Beta dan
Gama ditemukan pada thalasemia alpa. Kelebihan rantai polipeptida
ini mengalami presipitasi dalam sel eritrosit. Globin intra-eritrositk
yang mengalami presipitasi, yang terjadi sebagai rantai polipeptida
alpa dan beta, atau terdiri dari hemoglobin tak stabil-badan Heinz,
merusak sampul eritrosit dan menyebabkan hemolisis.5,6
Reduksi dalam hemoglobin menstimulasi bone marrow
memproduksi RBC yang lebih. Dalam stimulasi yang konstan pada
bone marrow, produksi RBC diluar menjadi eritropoitik aktif.
Kompensator produksi RBC terus menerus pada suatu dasar kronik,
dan dengan cepatnya destruksi RBC, menimbulkan tidak adekuatnya
sirkulasi hemoglobin. Kelebihan produksi dan distruksi RBC
menyebabkan bone marrow menjadi tipis dan mudah pecah atau
rapuh.7
Pathways 5
gamma
Presipitasi rantai alfa intra meduler
Hemolisis
ANEMIAAbsorpsi Fe meningkat
Hipoksi jaringan
Eritropoesis inefektif
Hemopoesis ekstramedular
Splenomegalihiperslenisme
Ketidakefektifan perfusi jaringan
Gagal jantungGagal endokrinKerusakan hati
Produksi eritropoetin meningkat
Deformasi tulangKeadaan hiperkatabolikGoutDefisiensi asam folat
Intoleransi aktivitas
Afinitas oksigen meningkat
Koping keluarga inefektif
Ketidakseimbangan Nutrisi
Resiko infeksi
alfa beta
Akses rantai alfa & HbA menurun
Kompensasi peningkatan alfa2 dan gamma2
Transfusi
Presipitasi rantai alfa pada eritrosit
Deposit Fe dalam jaringan meningkat
Hemokromatosis jaringan
Ekspansi sel tulang
D. Manifestasi klinis 1,6,7,8
1. Manifestasi secara umum
a.Anemia
b.Kelelahan
c.Pucat
d.Mudah marah
e.Anoreksia
f. Infeksi berulang
g.Didapatkan splenomegali
2. Bila menerima transfusi berulang maka pertumbuhan biasanya
normal sampai pubertas.
3. Terapi kelasi (pengikat zat besi) yang tidak adekuat akan
memunculkan tanda-tanda kelebihan zat besi.
4. Manifestasi klinik pada anak yang cukup mendapatkan transfusi
dengan yang tidak.
Cukup Mendapat TransfusiDengan anemia Kronis sejak
anak-anakPertumbuhan dan perkembangan normal
Pertumbuhan dan perkembangan sangat terlambat.
Tidak ada splenomegali Pembesaran lien yang progresif sering memperburuk anemianya, kadang diikuti oleh trombositopenia.
Terapi kelasi efektif:Anak bisa mencapai pubertas dan terus mencapai usia dewasa secara normal.Terapi kelasi tidak adekuat:Secara bertahap akan terjadi penumpukan zat besi. Efeknya mulai tampak pada akhir dekade pertama. Adolescent Growth Spurt tidak akan tercapai.
Terjadi perluasan sum-sum tulang yang mengakibatkan demormitas tulang kepala dengan zigoma yang menonjol, memberi gambaran khas mongoloid.
Komplikasi:Hati: terjadi kegagalan hati progresif.Endokrin; diabetes, hipertirois,
Radiologis:Penipisan dan peningkatan trabekulasi tulang-tulang panjang termasuk jari-jari.
hipotiroid.Jantung: gagal jantung, infeksi / aritmia.Tanda-tanda seks sekunder akan terlambat/tidak timbul.
Mudah terjadi infeksi karena penurunan mendadak kadar hemoglobin.Terjadi hipermetabolik karena adanya peningkatan jaringan eritropesis yang tidak efektif.Sering demam dan gagal tumbuh.Tanpa transfusi sama sekali akan meninggal pada usia 2 tahun oleh karena infeksi berulang. Jika sampai pada umur pubertas maka akan terjadi komplikasi akibat penimbunan zat besi.
E. Pemeriksaan penunjang
Hasil apusan darah tepi didapatkan gambaran perubahan-
perubahan sel dara merah, yaitu mikrositosis, anisositosis, hipokromi,
poikilositosis, kadar besi dalam serum meninggi, eritrosit yang imatur,
kadar Hb dan Ht menurun. Hb pertama datang berkisar 2 – 8 g%
Elektroforesis hemoglobin: hemoglobin klien mengandung
HbF dan A2 yang tinggi, biasanya lebih dari 30 % kadang ditemukan
hemoglobin patologis.
F. Penatalaksanaan 1,2,5
1. Hingga kini belum ada obat yang tepat untuk menyembuhkan
pasien thalasemia. Transfusi darah diberikan jika kadar Hb telah
rendah sekali (kurang dari 6 gr%) atau bila anak terlihat lemah dan
tidak ada nafsu makan.
2. Pemberian transfusi hingga Hb mencapai 10 g/dl. Komplikasi dari
pemberian transfusi darah yang berlebihan akan menyebabkan
terjadinya penumpukan zat besi yang disebut hemosiderosis.
Hemosiderosis dapat dicegah dengan pemberian
Deferoxamine(desferal).
3. Splenektomi dilakukan pada anak yang lebih tua dari 2 tahun
sebelum terjadi pembesaran limpa/hemosiderosis, disamping itu
diberikan berbagai vitamin tanpa preparat besi.
G. Komplikasi yang mungkin terjadi
1. Pemberian transfusi darah yang berulang-ulang dapat
menimbulkan komplikasi hemosiderosis dan hemokromatosis,
yaitu menimbulkan penimbunan zat besi dalam jaringan tubuh
sehingga dapat menyebabkan kerusakan organ-organ tubuh seperti
hati, limpa, ginjal, jantung, tulang, dan pankreas. Pada jantung bisa
terjadi gagal jantung dan aritmia, pada liver bisa terjadi sirosis,
pada limpa terjadi splenomegali, dan pada sistem endokrin bisa
terjadi diabetes, hipertiroid maupun hipitiroid.
2. Efek transfusi yaitu tertularnya penyakit lewat transfusi seperti
penyakit hepatitis B, C, dan HIV.
H. Prognosis
Dahulu 25 % kematian penderita terjadi sebelum berusia 5 tahun,
namun dengan pengobatan baru, 85% orang dengan gangguan ini
dapat hidup sampai usia 20 tahun dan 60% penderita dapat hidup
sampai usia diatas 50 tahun.1 Tanpa transfusi yang memadai penderita
thalassemia mayor akan meninggal pada dekade kedua.2
I. Pengkajian Keperawatan 6,7,9
1. Pengkajian Fisik
a. Melakukan pemeriksaan fisik
b. Kaji riwayat kesehatan, terutama yang berkaitan dengan
anemia (pucat, lemah, sesak, nafas cepat, hipoksia, nyeri
tulang, dan dada, menurunnya aktivitas, anoreksia, epistaksis
berulang).
c. Kaji riwayat penyakit dalam keluarga.
2. Pengkajian Umum
a. Kelemahan otot
b. Mudah lelah: sering beristirahat, nafas pendek, proses
penghisap yang buruk (bayi).
c. Kulit pucat: pucat llilin terlihat pada anemia berat.
3. Pengkajian sistem saraf pusat
a. Sakit kepala
b. Pusing
c. Kunang-kunang
d. Peka rangsang.
e. Proses berpikir lambat.
f. Penurunan lapang pandang.
g. Apatis.
h. Depresi.
4. Pengkajian Syok
a. Perfusi perifer buruk
b. Kulit lembab dan dingin
c. Tekanan darah rendah dan tekanan vena sentral.
d. Peningkatan frekuensi jantung.
Diagnosa Keperawatan 6,7,9:
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan
konsentrasi hemoglobin dalam darah.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tidak seimbangnya
kebutuhan pemakaian dan suplay oksigen.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kurang selera makan.
4. Kurang pengatahuan yang berhubungan dengan penyebab dan
pengobatan penyakit.
5. Koping keluarga inefektif berhubungan dengan dampak penyakit
anak terhadap fungsi keluarga.
J. Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA KEPERAWATANINTERVENSI
TUJUAN TINDAKAN1. Ketidakefektifan perfusi jaringan
berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin dalam darah.
Pasien menunjukkan perfusi jaringan yang adekuat.
Pantau peggunaan produk darah, kaji tanda reaksi 0ransfuse (demam, gelisah, disritmia jantung, menggigil, mual, muntah, nyeri dada, urine merah / hitam, sakit kepala, nyeri pinggang, tanda-tanda shock / gagal ginjal ).
Pantau tanda komplikasi : Kolaps vaskuler dan shock, splenomegali, infark tulang dan persendian, ulkus tungkai, stroke, kebutaan, nyeri dada, dispnea, pertumbuhan dan perkembagan yang tertunda
Manajemen cairan dan elektrolit2. Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan tidak seimbangnya kebutuhan pemakaian dan suplay oksigen.
Pasien dapat menoleransi aktivitas yang biasa dilakukan, yang dibuktikan oleh toleransi aktivitas, ketahanan, penghematan energi, kebugaran fisik.Hasil yang diharapkan:Anak bermain dan beristirahat dengan tenang dan melakukan aktivitas yang sesuai dengan kemampuannya.
Terapi aktivitas Observasi adanya tanda kerja fisik Beri aktivitas bermain Manajemen energi Bantuan perawatan diri
Anak tidak menunjukkan tanda-tanda aktivitas fisik atau keletihan.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang selera makan.
Pasien menunjukkan status gizi yang normal
Manajemen gangguan makan. Manajemen cairan dan elektrolit. Manajemen nutrisi Bantuan-perawatan diri: makan
4. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan penyebab dan pengobatan penyakit.
Keluarga akan menverbalisasikan pemahanan tentang faktor resiko dan cara untuk meminimalkan mereka.
Ajarkan kepada keluarga tentang pentingnya kebersihan tangan dan menghindari sumber-sumber infeksi.
Informasikan kepada keluarga tentang penyakit dan pengobatannya.
Ajarkan kepada klien tentang pencarian pertolongan apabila terjadi keadaan emergency.
5. Koping keluarga inefektif berhubungan dengan dampak penyakit anak terhadap fungsi keluarga.
Koping keluarga efektif a. Berikan penjelasan kepada anak sesuai usia dan tentang prosedur perawatan di rumah sakit.
b. Beri dukungan kepada anak dan keluarga dalam rangka penyesuaian kondisi klien seumur hidup.
c. Anjurkan anggota keluarga melakukan screening BBL dan anggota keluarga.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Tanggal Pengkajian : 9 April 2013
2. Identitas Klien
a. Nama : An A
b. Alamat :Koripan 2/IV Susukan Semarang
c. Tanggal lahir / umur : 4 tahun 8 bulan
d. Jenis kelamin : Laki-laki
e. Agama : Islam
f. Diagnosa Medis :Talasemia β
3. Penanggung jawab :
1) Nama Ayah : Tn RM
2) Nama Ibu : Ny. FF
3) Pekerjaan Ayah : Pegawai negeri
4) Pekerjaan Ibu : Pegawai negeri
5) Alamat : Koripan 2/IV Susukan Semarang
6) No Telp :+6281 326 888 550
4. Keluhan Utama
Tiga hari sebelum masuk rumah sakit, klien mengeluh tubuh terasa
lemas, pusing, dan wajah tampak pucat
5. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Serangan (kapan, cara, faktor predisposisi dan presipitasi)
Sejak berusia 3 bulan, klien telah menjalani transfusi darah secara
rutin satu hingga dua bulan sekali. Keluarga klien baru mengetahui
klien menderita talasemia setelah klien berusia 6 bulan, pada saat
disarankan untuk berobat ke RS Kariadi.
b. Karakteristik (kualitas, kuantitas, lokasi, intensitas, waktu, faktor
yang meringankan, gejala yang berhubungan)
Klien merasakan lemas dan pusing setelah beraktivitas. Rasa lemas
dan pusing tersebut berkala setiap 3 hingga 4 minggu sekali, setelah
menjalani transfusi darah. Pada saat merasakan lemas dan pusing
klien biasanya akan beristirahat dan segera berobat ke rumah sakit
untuk menjalani transfusi darah lagi.
c. Kondisi yang berhubungan dengan serangan
1) Insiden (akut, berulang, harian, periodik, kronik, episodik)
Klien merasakan lemas dan pusing secara berkala (periodik)
sekitar sebulan sekali. Namun, apabila klien memiliki aktivitas
yang lebih banyak dari biasanya, klien akan lebih cepat
merasakan lemas dan pusing. Ibu klien mengatakan bahwa
transfusi daarah yang akan dilakukan merupakan transfusi yang
ke 58.
2) Progress (Lebih baik, jelek, tidak berubah)
Ibu klien mengatakan bahwa kondisi klien saat ini tidak berubah
dibandingkan dengan sebelumnya. Hanya saja akhir-akhir ini
klien lebih cepar merasa lemas dan pusing karena aktivitas klien
bertambah.
3) Efek terapi
Saat ini klien mendapatkan terapi:
1) Paracetamol ½ tablet (jika S > 38 C)
2) Exjade 1x250 mg
6. Riwayat Kesehatan Lalu
a. Kehamilan (keberapa, keadaan prenatal, postnatal, aborsi,
kesehatan selama hamil, obat yang dikonsumsi)
An A merupakan anak tunggal. Ibu pasien selama ini tidak pernah
mengalami aborsi.
1) Prenatal
Pada saat hamil, Ibu klien berusia 28 tahun. Selama hamil, Ibu
klien rutin periksa kandungan di bidan setempat. Pada saat
hamil, Ibu klien mendapatkan tablet Fe dan rutin dikonsumsi.
Selama kehamilan, Ibu mengalami peningkatan berat badan
±13 kg, dan tidak pernah mengalami sakit apapun.
2) Postnatal
Setelah lahir, klien diasuh oleh kedua orang tua. Karena kedua
orang tua klien bekerja, maka pada saat di rumah, klien diasuh
oleh seorang asisten rumah tangga yaitu Ny A (26 tahun).
Klien diberikan ASI oleh ibunya sampai usia 1 tahun. Setelah
itu klien diberikan makanan tambahan. Semenjak mengetahui
penyakit An A, Ibu klien menjadi takut untuk memiliki anak
lagi dan merasa bersalah atas penyakit yang diderita oleh klien.
b. Persalinan
1) Jenis persalinan
: section caesaria atas
indikasi lilitan tali pusat
2) Usia kehamilan : 9 bulan (36
minggu)
3) Lama persalinan : ibu
mengatakan lupa
4) Tempat persalinan : rumah sakit
5) Obat : ibu
mengatakan lupa
c. Kelahiran
1) BBL / PBL : 3100 gram /
49cm
2) Kondisi kesehatan : bayi dalam
kondisi sehat
3) APGAR score : ibu
mengatakan tidak tahu
4) Keluar dari ruang perawatan : 72 jam post partum
5) Kelainan kongenital : ibu mengatakan
tidak ada kelainan kongenital pada bayi.
d. Alergi
Ibu klien mengatakan bahwa klien pernah mengalami alergi akibat
transfuse darah pada saat dulu awal transfuse (usia 3 bulan)
e. Pertumbuhan dan Perkembangan
1) BBL 6 bulan, 1 thn, skg
Berat badan anak sekarang adalah 16,4 kg dengan tinggi badan
105 cm. Ibu klien mengatakan lupa berat badan klien saat
berusia 6 bulan dan 1 tahun.
2) Gigi (usia tumbuh gigi, jumlah gigi dan masalah gigi)
Ibu klien mengatakan bahwa klien mulai tumbuh gigi pada usia
1 tahun. Gigi bagian atas mengalami karies, namun gigi bagian
bawah tumbuh lengkap, tidak terdapat karies. Klien tidak
pernah mengalami sakit gigi.
3) Kontrol kepala, duduk jalan, kata 1
Ibu klien lupa pada usia berapa klien mulai dapat mengontrol
kepala dan duduk. Namun, klien mulai menyebutkan kosakata
pada usia 11 bulan dan klien bisa berjalan pada usia 13 bulan.
Sekarang (sebelum sakit) klien sudah bisa berlari, bersepeda
dan melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri. Klien juga
sudah bisa membaca dan menulis. Selain itu, klien juga sudah
bisa mengaji dan berhitung bilangan yang sederhana. Bicara
klien sudah lancar dan jelas. Kosakata klien sudah banyak.
Klien juga sudah bisa berkomunikasi dengan bahasa jawa dan
bahasa Indonesia.
4) Interaksi dengan teman sebaya
Klien memiliki banyak teman. Teman-teman klien sering
datang ke rumah untuk bermain bersama.
f. Imunisasi
1) BCG : 1x, usia 2 bulan
2) Dipteri : 3x, usia 2, 4, 6 bulan
3) Pertusis : 3x, usia 2, 4, 6 bulan
4) Polio : 3x, usia 2, 4, 6 bulan
5) Campak : 1x, usia 9 bulan
6) Hepatitis B : 3x, usia 0, 1, 6 bulan
7) MMR : 1x Ibu klien lupa
usia klien pada saat pemberian
g. Kebiasaan
1) Perilaku (gigit kuku, hisap jempol, ritual, temper tantrum)
Klien tidak memiliki kebiasaan mengigit kuku, menghisap
jempol atau kebiasaaan yang lainnya. Selama ini klien bukan
anak yang mudah marah, klien anak yang aktifdan ceria.
2) ADL (toilet training, tidur)
Klien sudah dapat BAK dan BAB sendiri di kamar mandi sejak
usia 2,5 tahun. Selama di rumah, klien tidur di kamar sendiri.
Selama perawatan , klien BAB dan BAK di kamar mandi.
h. Exercise
Selama di rumah klien tidak memiliki latihan khusus,hanya
berjalan kaki pada saat berangkat dan pulang sekolah. Jarak rumah
ke sekolah ± 300 meter.
1) Aktivitas yang Menyenangkan
Menurut klien aktifitas yang paling menyenangkan adalah
bermain sepak bola.
2) Keyakinan Tentang Latihan Fisik
Menurut klien kegiatan fisik merupakan kegiatan yang
menyenagkan. Namun, latihan fisik akan menyebabkan klien
menjalani transfusi lebih cepat dari biasanya.
3) Kemampuan Untuk Merawat Diri Sendiri
Aktifitas mandi, berpakaian, dan makan selalu didampingi oleh
asisten rumah tangga (Ny A).
4) Kegunaan Alat Bantu
Dalam melakukan kegiatan sehari-hari, klien tidak
menggunakan alat bantu apapun.
i. Pemeriksaan Fisik (head to toe)
1) Keadaan umum : klien tampak cukup aktif. Tingkat
kesadaran compos mentis
2) Tanda-tanda vital : suhu : 36,4 ºC
HR : 85 x/menit
RR : 26 x/menit
3) Keadaan kulit : warna kulit coklat tua, agak kusam.
Tidak ditemukan adanya luka dan laserasi.
4) Head to toe
a) Kepala
Bentuk kepala mesochepal, tidak terdapat benjolan pada
kepala.
(1) Rambut
Warna rambut hitam. Kulit kepala bersih, tidak
berketombe, dan tidak ada luka pada kulit kepala.
(2) Mata
Inspeksi:
Mata simetris antara kanan dan kiri. Mata tampak
bersih, tidak ada kotoran pada bola mata. Tidak
terdapat strabismus. Tidak dijumpai ketosis pada mata.
Konjungtiva anemis. tidak dijumpai ikterik pada mata.
Palpasi:
Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan abnormal
(3) Telinga
Inspeksi:
Bersih, tidak ada serumen, tidak ada lesi, tidak ada
deformitas daun telinga
Palpasi:
Tidak ada nyeri pada kedua telinga
(4) Hidung
Hidung tampak bersih. Tidak terdapat lendir pada
hidung. Tidak ditemukan adanya nafas cuping hidung.
(5) Mulut
Bibir tidak tampak kering. Lidah tampak bersih Tidak
dijumpai adanya palatokisis dan labiokisis pada klien.
Gusi klien tidak tampak membengkak. Tidak
ditemukan tanda-tanda sariawan .
b) Leher
Tidak ditemikan adanya pembesaran kelenjar gondok
c) Dada
I :Bentuk dada simetris, tidak terlihat adanya retraksi
dinding dada.
Pa :Tidak ditemukan adanya benjolan ataupun suara
krepitasi.
Pe :Pada area jantung, terdengar suara redup ketika
dipalpasi, dan pada area paru terdengan suara sonor, pada
paru bagian kanan dan bagian kiri.
Aus : Terdengar suara jantung S1 dan S2, tidak ada suara
jantung tambahan. Bunyi nafas pada paru vesikuler.
d) Abdomen
I : Tidak terdapat jejas
A : terdengar bising ususl
Pe : pada area lambung (kuadran II) suara timpani. Pada area
hepar (kuadran I) terdengar suara pekak.
Pa : tidak teraba adanya pembesaran pada hepar
e) Urogenital
Tidak dijumpai adanya hemorhoid pada anus anak.
j. Nutrisi
Ibu klien mengatakan bahwa klien sukar sekali makan sayur, buah,
ikan dan daging . Klien hanya menyukai makan telur dan susu.
Setiap kali makan klien hanya menghabiskan 1/4 porsi. Setiap hari
klien bisa menghabiskan air putih sebanyak 2gelas belimbing
ditambah susu sebanyak 1/2 gelas (±100 ml). Turgor klien tampak
kering. Ketika kulit perut dicubit, kulit dapat kembali dalam waktu
kurang dari 2 detik. Program diit untuk klien saat ini adalah 3x
porsi nasi, dan 3x 200 cc susu.
Anthopometri :
BB : 16,4 kg
LiLa : 14 cm
LK : 49 cm
LD : 56 cm
LP : 54 cm
TB : 105 cm
Z- score :
WAZ : (16,4-22,9) / 2,70 = -2,4 (status gizi kurang)
HAZ : (114-121,7) / 5,1 = -1,5 (status gizi normal)
WHZ : (16,4-20,0) / 2,0 = -1,8 (status gizi normal)
k. Riwayat Kesehatan Keluarga
1) Pohon keluarga
Keterangan :
: Perempuan : Garis Keturunan
: Laki-laki
: Klien _______ : Garis Perkawinan
_ _ _ _ : Tinggal serumah
: Meninggal
2) Riwayat penyakit keluarga
Ibu klien mengatakan bahwa dalam keluarga, tidak ada yang
menderita penyakit seperti yang diderita klien saat ini. Di dalam
keluarga juga tidak terdapat anggota keluarga yang menderita
penyakit seperti jantung, hipertensi, diabetes atau penyakit
keturunan yang lain.
7. Data Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Jenis Pemeriksaan 9/4/2013 Nilai normal
Hemoglobin (gr%) 7,4 10, 5 - 15
Hematokrit (%) 21, 4 36 - 44
Eritrosit (jt/mmk) 2, 83 2, 83
Leukosit (rb/mmk) 7, 86 10-13
Trombosit (%) 238, 2 150 - 250
b. Terapi
Terapi Dosis
Exjade 1x 1 tablet
Paracetamol 1 ½ tablet (500 mg) – diberikan saat suhu >
38C
D51/2 Ns 720 ml/24 jam; 30 cc/ jam; 8 tetes per menit
Washed Eritrosit 2 x 150ml
B. ANALISA DATA
NO Tanda dan Gejala Problem Etiologi1 DS:
Ibu klien mengatakan bahwa dirinya merasa bersalah atas yang dialami oleh An A
Ibu klien mengatakan bahwa dirinya takut untuk memiliki anak lagi
DO: Raut muka ibu klien tampak sedih
Perubahan proses dalam keluarga
Dampak penyakit anak terhadap keluarga; resiko penyembuhan yang lama pada anak
2. DS : Ibu klien mengatakan bahwa klien sukar makan sayur,
buah, ikan dan daging Ibu klien mengatakan bahwa klien hanya menghabiskan
makan ¼ porsiDO :
Antropometri: BB : 16,4 kgLiLa : 14 cmLK : 49 cmLD : 56 cmLP : 54 cmTB : 105 cmWAZ : -2,4 (status gizi kurang)
Biochemical: Hb 7,4g% Clinical Signs:Konjungtiva klien anemis Diet:
Klien hanya menghabiskan makan ¼ porsi
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Penurunan nafsu makan
3. DS: Ibu klien mengatakan bahwa An A sering merasa lemas
saat beraktifitas terlalu banyakDO:
Konjungtiva tampak anemis
Resiko tinggi injury Ketidaknormalan hemoglobin, penurunan oksigen
4 DS: Ibu klien mengatakan bahwa dalam melakukan aktifitas
sehari-hari, klien selalu diadampingi oleh Ny A. Ibu klien mengatakan bahwa akhir-akhir ini klien
menjalani transfusi darah lebih cepat (3 minggu sekali) dari sebelumnya.
DO: Hb 7,4 mg/dl
Perubahan Pola Aktifitas
Anemia
C. PROBLEM LIST
No Tanggal/ Jam
Ditemukan
Diagnosa Keperawatan TTD Tanggal/Jam
Teratasi
TTD
1.
9/4/2013
18:00
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan penurunan nafsu makan.
Kinan - -
2.
9/4/2013
18:15
Perubahan proses dalam keluarga berhubungan
dengan dampak penyakit anak terhadap keluarga
Kinan 10/4/2013
Pkl 16:30
Kinan
3 9/4/2013
18:20
Perubahan pola aktifitas berhubungan dengan anemia Kinan 10/4/2013
Pkl 13:00
Enda
4
9/4/2013
18:30
Resiko tinggi injury berhubungan dengan abnormalitas
hemoglobin dan penurunan oksigen
Kinan 10/4/2013
Pkl 16:40
Kinan
D. RENCANA KEPERAWATAN
No Tgl/Jam No. Dx
INTERVENSI TTDTUJUAN TINDAKAN RASIONAL
1 9/4/201318:35
1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, diharapkan nutrisi dapat tercukupi dengan kriteria hasil:a. Klien menghabiskan
makan ½ porsib. Klien mengkonsumsi sayur
1 kali dalam sehari
1. Timbang berat badan tiap hari
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk modifikasi diet yang tepat dan memiliki rasa yang menarik untuk dikonsumsi oleh klien
3. Kolaborasi pemberian suplemen untuk meningkatkan nafsu makan
1.Mengetahui peningkatan dan penurunan berat badan
2. Menghilangkan aroma sayuran yang tidak disukai anak-anak
3. Meningkatkan nafsu makan anak
Kinan
2 9/4/201318:40
2 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2×24 jam, Anak dan keluarga dapat menerima proses perubahan yang terjadi pada keluarga dengan kriteria hasil:1. Keluarga merasa menerima
dukungan yang cukup.
Pemberian pemahaman tentang penyakit
1. Tekankan akan pentingnya menginformasikan perkembangan kesehatan, penyakit si anak.
2. Berikan gambaran tentang penyakit keturunan dan berikan pendidikan kesehatan pada keluargatentang genetik keluarga mereka.
3. Tempatkan orang tua sebagai pengawas untuk anak mereka.
1. Untuk mendapatkan hasil kemajuan dari perawatan yang tepat.
2. Untuk menghindari keterlambatan perawatan.
3. Agar keluarga tahu apa yang harus dilakukan.
Enda
Pemberian dukungan terhadap keluarga
1. Motivasi keluarga untuk ikut berpartisipasi dengan kelompok penderita talasemia.
1. Untuk mendapatkan informasi terkatual dan mendapatkan dukungan dari kelompok talasemia
3 9/4/201318:50
3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam,diharapkan dapat terjadi penyesuaian antara pola aktifitas dengan kondisi fisik klien, dengan kriteria hasil:a. Klien dapat
mengidentifikasi kegiatan yang dapat dilakukan sesuai dengan kondisi fisik klien
1. Informasikan kepada klien penyebab dari keterbatasan klien untuk beraktifitas.
2. Identifikasi tingkat kemampuan beraktifitas klien
3. Diskusikan jenis kegiatan lain yang dapat dilakukan yang menyenangkan bagi klien.
1. Pemahaman tentang kondisi fisik akan mempermudah klien dalam mengidentifikasi aktifitas yang dilakukan.
2. Membantu klien untuk beraktifitas sesuai dengan kemampuan
3.Mengetahui kgiatan lain yang menyenangkan bagi klien
Enda
4 9/4/201319:00
4 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, diharapkan tidak terjadi injury dan tercukupi
1. Kaji kegiatan yang berkaitan dengan dengan eksersi fisik dan stres emosional
Menghindari penambahan oksigen yang dibutuhkan
Enda
kebutuhan oksigen dengan kriteria hasil:a. Peningkatan kadar Hb (≥10
gr%)b. Anak dan keluarga dapat
mengidentifikasi kondisi yang dapat meningkatkan resiko injury dan kondisi yang dapat meningkatkan kebutuhan oksigenasi
2. Kolaborasi pemberian transfusi darah
Menjauhkan anak dari lingkungan yang beroksigen rendah
Untuk meningkatkan konsentrasi Hb
E. IMPLEMENTASITGL /JAM
NO.DX
IMPLEMENTASI RESPON TTD
9/4/1319:30
9/4/1319:35
1
1
Mendiskusikan dengan Ibu klien dan klien modifikasi penyajian sayur yang selama ini telah dilakukan
Menganjurkan penyajian sayur dengan cara di jus dan dicampur jeruk nipis untuk menghilangkan aroma
S: Ibu klien mengatakan bahwa selama ini menyajikan sayur dengan cara dimasak.
O: Raut muka Ibu klien tampak kecewa
S:Ibu klien mengatakan akan mencoba penyajian sayur dengan cara di jus dan dicampur jeruk nipis.
O: Raut muka Ibu klien tampak tertarik
Enda
Enda
9/4/1319:55
9/4/1320:00
2
2
Mengidentifikasi informasi yang telah diketahui keluarga tentang komunitas talasemia
Memotivasi keluarga untuk mengikutsertakan klien pada komunitas talasemia
S: Ibu klien mengatakan bahwa selama ini mengetahui keberadaaan organisasi talasemia namun belum tertarik untuk ikut bergabung menjadi anggota
O: Ibu klien tidak dapat menjawab tentang keuntungan menjadi anggota komunitas talasemia.
S: Ibu klien mengatakan akan mencoba untuk menghubungi komunitas talasemia
O: Raut muka Ibu klien tampak tertarik
Enda
Enda
9/4/1320:05
3 Menginformasikan kepada klien tentang kondisi tubuh klien yang tidak dapat beraktifitas fisik terlalu lama.
S: Klien mengatakan bahwa tubuhnya tidak dapat menghasilkan darah dengan baik.
Kinan
9/4/1320:10
3 Mengidentifikasi kegiatan yang disukai dan tidak disukai oleh klien
O: Klien dapat menjawab penyebab tubuhnya tidak dapat beraktifitas terlalu lama.
S: Klien mengatakan bahwa selain sepak bola, dirinya juga suka bermain lego dan menggambar
O:Teradapat buku gambar yang penuh gambar.
Kinan
9/4/1320:15
4 Mengidentifikasi kegiatan yang berkaitan dengan dengan eksersi fisik dan stres emosional
S: Ibu klien mengatakan bahwa kegiatan fisik yang sering dilakukan klien adalah sekolah dan bermain dengan teman-temannya
O: Ibu klien tidak dapat menyebutkan aktifitas fisik yang dapat meningkatkan kebutuhan oksigenasi
Enda
9/4/1321:15
1 Memberikan informasi tentang kebutuhan gizi bagi anak Memotivasi anak dan keluarga untuk asupan nutrisi
berupa sayuran
S : Ibu klien mengatakan mengerti tentang kebutuhan gizi dan akan memberikan sayuran dengan cara dihaluskan.
O : Ibu klien menyebutkan beberapa manfaat gizi dan jenis sayuran yang disukai klien.
Sio
9/4/1322:00
2 Memberikan gambaran kesehatan klien saat ini kepada keluarga.
Memotivasi keluarga untuk ikut berpartisipasi dengan kelompok penderita talasemia.
S : Ibu klien mengatakan mengerti tandanya kalau klien membutuhkan tranfusi darah. Ibu klien mengatakan senang dengan adanya ikatan kelompok penderita thalasemia.
O : Keluarga mendengarkan dengan seksama tentang apa yang telah disampaikan.
Sio
9/4/1323:10
4 Memasang intravena dan cairan infus Nacl S: Klien mengatakan bersedia dipasang infus
O: Terpasang IV line di tangan kiri dan Tetesan lancar
Sio
10/4/1312:15
4 Mengontrol tetesan infus Mengganti dan memberikan transfusi WE 150 cc pada
klien
S: Ibu klien mengatakan akan memberitahu kalau darah sudah sampai batas yang ditentukan.
O: Transfusi WE 150 cc masuk dan tetesan lancar
Sio
10/4/1301:30
4 Mengontrol pemberian transfusi WE 150 cc pada klien S : -O : Transfusi WE 150 cc masuk dan
tetesan lancar
Sio
10/4/1302:15
4 Mengganti transfusi dengan cairan infus S : Ibu klien mengatakan transfusinya sudah pada batas yang ditentukan.
O : Transfusi habis dan infus Nacl masuk 10 tpm
Sio
10/4/1304:00
1 Mengganti infus D51/2 Ns S : Ibu klien mengatakan infusnya habis
O : Infus D51/2 Ns masuk 8 tpm
Sio
10/4/1304:45
3 Menginformasikan kepada keluarga dan klien penyebab dari keterbatasan klien untuk beraktifitas.
Mengidentifikasi tingkat kemampuan beraktifitas klien
S : Ibu klien mengatakan mengerti tentang keterbatasan aktivitas klien, dan aktivitas klien yang masih mampu dilakukan saat ini adalah makan, minum, tidur dan jalan-jalan.
O : Klien masih tidur, dan ibu klien mendengarkan informasi yang diberikan.
Sio
10/4/1306:20
1
3
Memotivasi klien untuk memakan porsi makan yang disediakan RS.
Mendiskusikan jenis kegiatan lain yang dapat dilakukan yang menyenangkan bagi klien.
S : Klien mengatakan mau makan tapi sedikit dan klien ingin bermain ular tangga.
O : Makan sekitar ¼ porsi
Sio
10/4/1308:00
08:10
10:00
1
1
1
Memberikan jus sayur
Motivasi klien untuk menghabiskan makan 1/2 porsi
Kolaborasi pemberian suplemen makanan
S: Klien mengatakan enakO:Klien menghabiskan jus sayur 1
gelas
S: Klien mengatakan tidak mau makan banyak
O: Klien menggeleng kepala
S: Klien mengatakan mau minum obat suplemen
O: Klien meminum suplemen yang diberikan
Enda
Enda
Enda
10:30 1 Menjelaskan kerugian dari tidak mengkonsumsi sayur dengan menggunakan boneka tangan
S: Klien mengatakan bahwa tubuh akan lemas jika tidak makan sayurO: Klien menganggukkan kepala dan tersenyum
Enda
10/4/1315:00
10/4/1318:00
2
2
Memberikan pendidikan kesehatan pada keluargatentang pencegahan talasemia berkaitan dengan faktor genetik keluarga.
Memberikan beberapa yayasan talasemia di Indonesia dan cara untuk bergabung.
S:Ibu klien mengatakan bahwa sesama penderita talasemia tidak boleh menikah
O: Raut muka Ibu klien tampak sedih
S: Ibu klien mengatakan akan mencoba bergabung dengan kelompok penderita talasemia yang adaO:Wajah Ibu klien tampak senang
Kinan
Kinan
10/4/1312:10
12:30
3
3
Mengidentifikasi tingkat kemampuan fisik klien
Menentukan jenis kegiatan yang menyenangkan bagi klien yang dapat dilakukan bersama teman-temannya dan mengajak klien bermain puzzle
S: Ny A mengatakan bahwa pada saat bermain sepak bola dengan temannya, klien merasa kelelahan setelah 1 jam permainan
O: Klien dapat menyebutkan tanda-tanda awal dirinya merasa lelah
S: Klien mengatakan akan mengajak temannya bermain ular tangga, puzzle dan lego.
O:Klien bisa menyelesaikan permainan puzzle
Enda
Enda
10/4/1315:00
4 Mengevaluasi kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi kondisi yang dapat meningkatkan resiko injury dan kondisi yang dapat meningkatkan kebutuhan oksigenasi
S: Ibu klien mengatakan mengerti tentang resiko jatuh yang dialami klien
O: Ibu klien dapat menyebutkan situasi yang dapat meningkatkan kebutukan oksigen
Kinan
F. EVALUASI
NO.DX
TGL /JAM
EVALUASI SUMATIF TTD
1.
2.
3
9/4/1320:00
9/4/1320.45
9/4/1321:00
S : Ibu klien mengatakan belum pernah mencoba menyajikan sayur dengan cara di jusO : Raut muka Ibu klien tampak tertarikA: Masalah belum teratasi: klien belum mengkonsumsi sayur 1x/hari dan belum menghabiskan makan ½ porsiP: Coba pemberian jus sayur yang dicampur dengan jeruk nipis dengan kolaborasi ahli gizi-Story telling dengan boneka tangan dampak dari tidak makan sayur, buah dan daging
S: Ibu klien mengatakan bahwa masih berharap anaknya dapat hidup tanpa transfusi darahO: Raut muka Ibu klien tampak sedihA: Masalah belum teratasi: Hb ≤ 10 mg/dLP: -Jelaskan pentingnya menginformasikan perkembangan kesehatan, penyakit anak.-Berikan gambaran tentang penyakit keturunan dan berikan pendidikan kesehatan pada keluargatentang genetik keluarga mereka.
S: Klien mengatakan mengerti mengapa dirinya tidak dapat beraktifitas fisik secara berlebihanO: Klien mampu menjawab alasan dirinya tidak dapat beraktifitas terlalu banyakA: Masalah belum teratasi: klien belum dapat mengidentifikasi aktifitas yang dapat dilakukan sesuai kemampuan fisiknya
Enda
Enda
Kinan
4. 9/4/1312:20
S: Ibu klien dapat menyebutkan aktivitas yang meningkatkan kebutuhan oksigenO: terpasang transfusi WE 150 ccA: masalah belum teratasi: program tranfusi WE 2x 150 ccP: tranfusi WE 1x 150 cc
Sio
1 10/4/1311:00
S: Klien mengatakan tidak suka makan banyak Klien mengatakan suka jus sayurO: Klien menghabiskan makan 1/4porsiA:Masalah belum teratasi:P: Modifikasi makanan sesuai dengan kesukaan klien
Enda
2 10/4/1318:30
S: Ibu klien mengatakan telah mengerti bahwa penyakit klien tidak dapat disembuhkan, namun dapat ditangani dengan transfusi seumur hidupIbu klien mengucapkan terima kasih atas dukungan yang telah diberikanO: Raut muka Ibu klien tampak senangA: Masalah teratasiP:-
Kinan
3 10/4/1313:00
S: Klien mengatakan bahwa selain sepak bola, dirinya bisa bermain lego,puzzleatau ular tangga dengan temannya
O: Klien dapat mengidentifikasi kegiatan yang sesuai dengan kemampuan fisik klienA:Masalah teratasiP: Dampingi klien dalam melakukan aktifitas fisik
Enda
4 10/4/1316:00
S: Ibu klienmengatakan mengerti tentang resiko jatuh yang dialami klienO: Ibu klien dapat menyebutkan situasi yang dapat meningkatkan kebutuhan oksigenA: Masalah teratasiP:-
Kinan
BAB IV
PEMBAHASAN
A. ANALISIS
1. Gangguan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d penurunan nafsu makan.
Nutrisi merupakan faktor lingkungan yang penting dalam
mempengaruhi tumbuh kembang anak. Beratnya anemia dan limpa yang
besar menyebabkan nafsu makan menurun, sehingga asupan makanan
berkurang, berakibat terjadinya gangguan gizi. Bila kadar hemoglobin
dipertahankan tinggi, lebih kurang 10 g/dL, disertai pencegahan
hemokromatosis, maka gangguan pertumbuhan tidak terjadi. Gangguan
gizi pada thalassemia biasanya belum jelas terlihat pada anak yang
berumur kurang dari satu tahun.10 Penatalaksanaan nutrisi pada anak harus
ditunjang dengan cara pemberian makan yang sesuai untuk anak.
Pemberian makanan yang berserat seperti sayur kangkung, bayam, atau
sawi harus disajikan dalam bentuk yang lebih halus. Misalnya, harus
diblender atau dipotong kecil dan halus. Pilihan lain dicari alternatif sayur
yang mudah dikunyah seperti wortel atau kentang. Demikian juga dengan
pemberian makanan daging sapi atau empal harus berupa bakso, perkedel
atau daging yang tidak berserat. Bila kesulitan dalam makan nasi
sebaiknya dibuat nasi yang lebih lembek atau kalau perlu bubur.11
Ibu klien mengatakan bahwa klien sukar makan sayur, buah, ikan
dan daging. Ibu klien mengatakan bahwa klien hanya menghabiskan
makan ¼ porsi. Data objektif yang didapat adalah BB : 16,4 kg dan WAZ :
-2,4 (status gizi kurang). Intervensi yang dilakukan adalah dengan
berdiskusi bersama Ibu klien dan klien tentang modifikasi penyajian sayur
yang selama ini telah dilakukan, menganjurkan penyajian sayur dengan
cara di jus dan dicampur jeruk nipis untuk menghilangkan aroma,
memberikan jus sayur, memotivasi klien untuk menghabiskan makasn1/2
porsi, dan kolaborasi pemberian suplemen makanan. Intervensi yang
dilakukan sudah sesuai dengan teori yang ada bahwa dalam
penatalaksanaan nutrisi pada anak harus ditunjang dengan cara pemberian
makan yang sesuai untuk anak, yaitu dapat dengan memberikan sayur
yang telah diblender atau dipotong kecil dan halus.
2. Perubahan proses dalam
keluarga berhubungan dengan dampak penyakit anak terhadap keluarga.
Perubahan proses keluarga merupakan perubahan yang terjadi
didalam keluarga yang dapat menyebabkan perubahan pola komunikasi,
perawatan kesehatan, dan lain sebagainya yang mencakup proses didalam
keluarga. Fungsi keluarga dalam perawatan kesehatan keluarga diharapkan
optimal, karena kesehatan anggota keluarga bergantung pada lingkungan
dikeluarganya. Peran orang tua terhadap anak sangatlah penting, dimana
orang tua diharapkan bisa menjaga kesehatan anak dan merawatnya ketika
sakit. Orang tua dalam merawat anak tentunya membutuhkan pengetahuan
dasar yang baik tentang penyakit yang diderita oleh anak.12
Ibu klien mengatakan bahwa dirinya merasa bersalah atas yang
dialami oleh An. A, dan dirinya takut untuk memiliki anak lagi. Raut muka
ibu klien tampak sedih. Intervensi yang dilakukan adalah mengidentifikasi
informasi yang telah diketahui keluarga tentang organisasi dan yayasan
untuk talasemia, memotivasi keluarga untuk mendaftarkan anak pada
klinik anemia atau organisasi talasemia, memberikan gambaran tentang
penyakit keturunan kepada keluarga tentang genetik keluarga mereka, dan
memberikan beberapa yayasan talasemia di Indonesia dan cara untuk
bergabung. Intervensi yang diberikan sesuai dengan teori yang ada, bahwa
keluarga diberikan pengetahuan tentang penyakit yang diderita anaknya,
yaitu tentang penyakit thalasemia.
3. Perubahan pola aktifitas
berhubungan dengan anemia
Anemia berat menjadi nyata pada umur 3 – 6 bulan setelah lahir
dan tidak dapat hidup tanpa ditransfusi. Pembesaran hati dan limpa terjadi
karena penghancuran sel darah merah berlebihan, haemopoesis ekstra
modular dan kelebihan beban besi. Limpa yang membesar meningkatkan
kebutuhan darah dengan menambah penghancuran sel darah merah dan
pemusatan (pooling) dan dengan menyebabkan pertambahan volume
plasma. Anak thalasemia dengan kondisi anemia akan mengalami
penurunan pola aktivitas, karena dengan Hb darah yang rendah klien akan
mengalami lemas dan akhirnya akan menurunkan kemampuan klien dalam
melakukan aktivitas yang dikehendakinya.13 Anak dengan thalasemia ini
tidak dianjurkan untuk melakukan aktivitas yang menguras tenaga karena
akan memperburuk kondisi kesehatannya, sehingga aktivitas anak perlu
dibatasi dan dianjurkan melakukan aktivitas yang ringan dan mudah
dilakukan oleh anak.2,9
Ibu klien mengatakan bahwa dalam melakukan aktifitas sehari-hari,
klien selalu diadampingi oleh Ny A. Ibu klien mengatakan bahwa akhir-
akhir ini klien menjalani transfusi darah lebih cepat (3 minggu sekali) dari
sebelumnya. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan menunjukkan Hb
7,4 mg/dl. Intervensi yang dilakukan adalah menginformasikan kepada
klien tentang kondisi tubuh klien yang tidak dapat beraktifitas fisik terlalu
lama, mengidentifikasi kegiatan yang disukai dan tidak disukai oleh klien,
mengidentifikasi tingkat kemampuan beraktifitas klien, mendiskusikan
jenis kegiatan lain yang dapat dilakukan yang menyenangkan bagi klien,
dan mengajak klien bermain puzzle. Intervensi yang dilakukan sesuai
dengan teori yang ada bahwa dalam melatih aktivitas pada anak yang
sedang hospitalisasi dimulai dengan aktivitas yang menyenangkan dan
ringan atau mudah dilakukan, salah satunya adalah bermain puzzle.
4. Resiko tinggi injury berhubungan
dengan abnormalitas hemoglobin dan penurunan oksigen.
Pasien thalassemia bergantung pada transfusi untuk
mempertahankan kadar hemoglobin (Hb) yang cukup bagi oksigenasi
jaringan.14 Terapi diberikan secara teratur untuk mempertahankan kadar
Hb di atas 10 gr/dL. Regimen ini mempunyai keuntungan klinis yang
nyata, sebab memungkinkan pasien beraktifitas normal dengan nyaman,
mencegah ekspansi sumsum tulang dan masalah kosmetik progresif yang
terkait dengan perubahan tulang-tulang muka, dan meminimalkan dilatasi
jantung dan osteoporosis.13
Ibu klien mengatakan bahwa An A sering merasa lemas saat
beraktifitas terlalu banyak. Konjungtiva klien tampak anemis. Intervensi
yang dilakukan adalah mengidentifikasi kegiatan yang berkaitan dengan
dengan eksersi fisik dan stres emosional, memasang intravena dan
memberikan transfuse WE 150 cc, dan mengevaluasi kemampuan keluarga
dalam mengidentifikasi kondisi yang dapat meningkatkan resiko injury
dan kondisi yang dapat meningkatkan kebutuhan oksigenasi. Intervensi
sudah sesuai dengan teori yang ada.
B. EVALUASI
1. Gangguan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d penurunan nafsu makan.
Pada tanggal 9 April 2013, klien belum mengkonsumsi sayur 1x/hari dan
belum menghabiskan porsi makan ½. Tanggal 10 April 2013, klien
mengatakan tidak suka makan banyak dan klien mengatakan suka jus
sayur. Klien hanya menghabiskan makan 1/4porsi, sehingga masalah
keperawatan ini belum teratasi.
2. Perubahan proses dalam
keluarga berhubungan dengan dampak penyakit anak terhadap keluarga.
Pada tanggal 9 April 2013, Ibu klien mengatakan bahwa masih berharap
anaknya dapat hidup tanpa transfuse darah. Raut muka Ibu klien tampak
sedih, dan masalah belum teratasi.
Tanggal 10 April 2013, Ibu klien mengatakan telah mengerti bahwa
penyakit klien tidak dapat disembuhkan, namun dapat ditangani dengan
transfusi darah seumur hidup. Raut muka Ibu klien tampaksenang dan
masalah teratasi.
3. Perubahan pola aktifitas
berhubungan dengan anemia
Tanggal 9 April 2013, klien mengatakan mengerti mengapa dirinya tidak
dapat beraktifitas fisik secara berlebihan. Klien mampu menjawab alasan
dirinya tidak dapat beraktifitas terlalu banyak. Masalah belum teratasi,
karena klien hanya berdiam diri dan tiduran ditempat tidur.
Tanggal 10 April 2013, klien mengatakan bahwa selain sepak bola, dirinya
bisa bermain lego, puzzle atau ular tangga dengan temannya. Klien dapat
mengidentifikasi kegiatan yang sesuai dengan kemampuan fisik klien,
klien bermain puzzle. Masalah keperawatan ini sudah teratasi, karena klien
mampu melakukan aktivitas dengan baik.
4. Resiko tinggi injury berhubungan
dengan abnormalitas hemoglobin dan penurunan oksigen.
Tanggal 9 April 2013, Ibu klien dapat mneyebutkan aktivitas yang
meningkaatkan kebutuhan oksigen, klien terpasang transfuse WE 150 cc.
Masalah keperawatan ini belum teratasi karena masih dalam proses
transfusi.
Tanggal 10 April 2013, Ibu klien mengatakan mengerti tentang resiko
injuri yang dialami klien dan dapat menyebutkan situasi yang dapat
meningkatkan kebutukan oksigen. Transfusi darah sudah masuk dan klien
tampak aktif dan konjungtiva tidak anemis, sehingga masalah keperawatan
ini teratasi.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
An. A dengan thalasemia yang dirawat diruang anak C1L1 RSDK
Semarang memiliki masalah keperawatan berupa gangguan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh b.d penurunan nafsu makan, perubahan proses dalam
keluarga berhubungan dengan dampak penyakit anak terhadap keluarga,
perubahan pola aktifitas berhubungan dengan anemia, dan resiko tinggi
injury berhubungan dengan abnormalitas hemoglobin dan penurunan oksigen.
Secara umum intervensi yang dilakukan adalah berdiskusi masalah nutrisi
pada anak, modifikasi cara penyajian sayur dengan memberikan jus sayur,
pemberian transfusi darah, dan memberikan informasi tentang thalasemia dan
organisasinya. Masalah keperawatan kebutuhan nutrisi belum teratasi,
sedangkan masalah perubahan proses dalam keluarga, perubahan pola
aktifitas dan resiko injuri sudah teratasi.
B. SARAN
1. Perawat
Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dengan
thalasemia diharapkan lebih ditingkatkan lagi dalam melibatkan
keikutsertaan orang tua klien, karena orang tua lebih banyak mempunyai
waktu bersama klien, dan mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi
pada tubuh klien. Perawat dapat memberikan informasi-informasi yang
terkait tentang penyakit thalasemia dan perawatan mandiri yang dapat
dilakukan dirumah, sehingga orang tua dapat mengoptimalkan perannya
dalam merawat anak.
2. Orang Tua
Orang tua mempunyai banyak waktu bersama anaknya, sehingga
diharapkan orang tua bisa memonitor kesehatan anaknya dan mencegah
hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya komplikasi yang mungkin
terjadi pada anak dengan thalasemia. Orang tua diharapkan segera
membawa anaknya ketika kesehatannya mulai menurun atau terganggu.
DAFTAR PUSTAKA
1. Permono B. Buku Ajar Hematologi-Onkologi Anak. Jakarta:
ikatan Dokter Anak Indonesia; 2005.
2. Wong, Donna l. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik.
Jakarta: EGC; 2003.
3. Mentzer WC. Buku Ajar Pediatri Rusolph. Jakarta: EGC;
2006.
4. Wikinson JM, Ahern NR. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.
Jakarta: EGC; 2011.
5. I Made Bakta. Hematologi Klinis praktis.Jakarta: EGC; 2006.
6. Donna L.Wong. Buku Ajar keperawatan Pediatrik Volume 2.
Jakarta: EGC; 2008.
7. Suriadi, Yuliati R. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta:
EGC; 2006.
8. Klossner NJ, Hatfield NT. Introductory Martenity and
Pediatric Nursing Second Edition. Philadelphia: lippincott williams &
wilkins; 2010.
9. White L, Duncan G, baumle W. Foundations of Maternal and
Pediatric Nursing Third Edition. Australia: cengage learning; 2011.
10. Arijanty L, Nasar SS. Masalah nutrisi pada thalassemia. Jurnal
Sari Pediatri, Vol. 5, No. 1, Juni 2003; 2003.
11. Judarwanto W. Gangguan Proses Makan Pada Anak. Jakarta :
tidak diterbitkan; 2007.
12. Ali Z. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC; 2009.
13. Honing GR. Sindrom Thalassemia. Dalam: Wahab AS, Editor.
Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Vol.II, Edisi 15. Jakarta: EGC; 2000.
14. World Health Organization. Penggunaan Klinis Darah, Editor
Syamsi RM. Jakarta: EGC; 2005.