ASKEP PNEUMOTHORAKS

download ASKEP PNEUMOTHORAKS

of 22

description

askep

Transcript of ASKEP PNEUMOTHORAKS

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Dahulu pneumotoraks dipakai sebagai modalitas terapi pada TB paru sebelum ditemukannya obat anti tuberkulosis dan tindakan bedah dan dikenal sebagai pneumotoraks artifisial . Kemajuan teknik maupun peralatan kedokteran ternyata juga mempunyai peranan dalam meningkatkan kasus-kasus pneumotoraks antara lain prosedur diagnostik seperti biopsi pleura, TTB, TBLB, dan juga beberapa tindakan terapeutik seperti misalnya fungsi pleura, ventilasi mekanik, IPPB, CVP dapat pula menjadi sebab teradinya pneumotoraks (pneumotoraks iatrogenik).Ada tiga jalan masuknya udara ke dalam rongga pleura, yaitu :1. Perforasi pleura viseralis dan masuknya udara dan dalamparu. 2. Penetrasi dinding dada (dalam kasus yang lebih jarang perforasiesofagus atau abdomen) dan pleura parietal, sehingga udara dan luar tubuh masukdalam rongga pleura. 3. Pembentukan gas dalam rongga pleura oleh mikroorganisme pembentuk gas misalnya pada empiema.

Kejadian pneumotoraks pada umumnya sulit ditentukan karena banyak kasus-kasus yang tidak di diagnosis sebagai pneumotoraks karena berbagai sebab. Johnston & Dovnarsky memperkirakan kejadian pneumotoraks berkisar antara 2,4-17,8 per 100.000 per tahun. Beberapa karakteristik pada pneumotoraks antara lain: laki-laki lebih sering daripada wanita (4: 1) paling sering pada usia 20-30tahun.Pneumotoraks spontan yang timbul pada umur lebih dan 40 tahun sering disebabkan oleh adanya bronkitis kronik dan empisema. Lebih sering padaorang-orang dengan bentuk tubuh kurus dan tinggi (astenikus) terutama pada mereka yang mempunyai kebiasaan merokok. Pneumonotoraks kanan lebih sering terjadi dan pada kiri.

1.2 Rumusan Masalah1. Apa Pengertian Pneumothoraks ?2. Apa Etiologi Terjadinya Pneumothoraks ?3. Bagaimana Patofisiologi Pneumothoraks ?4. Bagaimana Manifestasi Klinik Pneumothoraks ?5. Apa Saja Komplikasi Pneumothoraks ?6. Apa Saja Pemeriksaan Penunjang Pneumothoraks ?7. Bagaimana Penatalaksanaan Pneumothoraks ?8. Bagaimana Askep Pneumothoraks ?9. Bagaimana Laporan Kasus Pneumothoraks ?

1.3 Tujuan1. Untuk Mengetahui dan Memahami Pengertian Pneumothoraks 2. Untuk Mengetahui dan Memahami Etiologi Terjadinya Pneumothoraks 3. Untuk Mengetahui dan Memahami Patofisiologi Pneumothoraks 4. Untuk Mengetahuidan Memahami Manifestasi Klinik Pneumothoraks 5. Untuk Mengetahui dan Memahami Komplikasi Pneumothoraks 6. Untuk Mengetahui dan Memahami Pemeriksaan Penunjang Pneumothoraks 7. Untuk Mengetahui dan Memahami Penatalaksanaan Pneumothoraks 8. Untuk Mengetahui dan Memahami Askep Pneumothoraks 9. Untuk Mengetahui dan Memahami Laporan Kasus Pneumothoraks

BAB IIPEMBAHASAN2.1 Pengertian PneumothoraksPneumotoraks adalah pengumpulan udara didalam ruang potensial antara pleura visceral dan parietal (Arif Mansjoer dkk, 2000).Pneumotoraks adalah keluarnya udara dari paru yang cidera, ke dalam ruang pleura sering diakibatkan karena robeknya pleura ( Suzanne C. Smeltzer, 2001). Pneumotoraks adalah pengumpulan udara di dalam ruang potensial antara pleura parietal dan viseral( kapita selekta kedokteran jilid2,2000).Keadaan terdapatnya udara atau gas dalam rongga pleura (IPD Jilid I,939).Laserasi paru-paru, atau keluarnya udara dari paru yang cedera ke dalamrongga pleural (KMB Brunner & Suddart, 464).

2.2 EtiologiTerdapat beberapa jenis pneumotoraks yang dikelompokkan berdasarkan penyebabnya: Pneumotoraks spontan Terjadi tanpa penyebab yang jelas. Pneumotoraks spontan primer terjadi jika pada penderita tidak ditemukan penyakit paru-paru. Pneumotoraks ini diduga disebabkan oleh pecahnya kantung kecil berisi udara di dalam paru-paru yang disebut bleb atau bulla. Faktor predisposisinya adalah merokok sigaret dan riwayat keluarga dengan penyakit yang sama. Pneumotoraks spontan sekunder merupakan komplikasi dari penyakit paru-paru (misalnya penyakit paru obstruktif menahun, asma, fibrosis kistik, tuberkulosis, batuk rejan). Pneumotoraks traumatik Terjadi akibat cedera traumatik pada dada. Traumanya bisa bersifat menembus (luka tusuk, peluru) atau tumpul (benturan pada kecelakaan kendaraan bermotor). Pneumotoraks juga bisa merupakan komplikasi dari tindakan medis tertentu (misalnya torakosentesis). Pneumotoraks karena tekanan Terjadi jika paru-paru mendapatkan tekanan berlebihan sehingga paru-paru mengalami kolaps. Tekanan yang berlebihan juga bisa menghalangi pemompaan darah oleh jantung secara efektif sehingga terjadi syok.

2.3 PatofisiologiPneumotoraks dapat disebabkan oleh trauma dada yang dapat mengakibatkan kebocoran/tusukan/laserasi pleura viseral. Sehingga paru-paru kolaps sebagian/komplit berhubungan dengan udara/cairan masuk ke dalam ruang pleura. Volume di ruang pleura menjadi meningkat dan mengakibatkan peningkatan tekanan intra toraks. Jika peningkatan tekanan intra toraks terjadi, maka distress pernapasan dan gangguan pertukaran gas dan menimbulkan tekanan pada mediastinum yang dapat mencetuskan gangguan jantung dan sirkulasi sistemik.

Trauma Dada

Mengenai Rongga Thoraks Sampai Rongga Pleura, Udara Bisa Masuk (Pneumothoraks)Terjadi Robekan Pembuluh Darah Intercostal, Pembuluh Darah Jaringan Paru-paru

Karena Tekanan Negatif Intrapleura, Maka Udara Luar Akan Terhisap Masuk Ke Rongga Pleura (Sucking Wound)Terjadi Perdarahan : (Perdarahan Jaringan Interstitium, Perdarahan Intraalveolar Diikuti Kolaps Kapiler Kecil-kecil dan Atelektasi)

Open Pneumothoraks Close Pneumothoraks Tension Pneumothoraks

Gangguan Perfusi Jaringan

Tahanan Perifer Pembuluh Paru Naik (Aliran Darah Turun)

Tekanan Pleura Terus Meningkat

Ringan Kurang 300 cc---Di PunksiSedang 300-800 c---Di Pasang DrainBerat Lebih 800 cc---Torakotomi

Mendesak Paru-Paru (Kompresi dan Dekompresi), Pertukaran Gas Berkurang

Sesak Napas yang ProgresifNyeribernafas /pernafasanasimetris /adanyajejasatau trauma

Gangguan Rasa NyamanGangguan Pola Pernapasan

2.4 Manifestasi KlinikMungkin lebih besar dari biasanya, mungkin pula normal. Terdapat bagian dada yang tertinggal dalam gerakan pernapasan. Pada palpasi didapatkan fremitus yang berkurang disisi trauma, mungkin teraba krepitasi karena emfisema sub kutan. Juga ditemukan adnya pergeseran dari trakea, posisi jantung, dan mediastinum. Pada perkusi ditemukan adnya hiper sonor atau timpani. Bising napas yang berkurang pada auskultasi. Pemeriksaan coin test. Sebuah logam ditekankan pada dinding thoraks anterior dan diketuk dengan uang logam lainnya. Sementara itu dilakukan auskultasi pada dinding thoraks posterior. Jika ada udara dalam rongga pleura, akan terdengar suara metalik yang khas. Jika terdapat akumulasi cairan dan udara dalam rongga pleura dan pasien merubah posisinya secara tiba-tiba, akan terdengar suara gerakan air yang disebut sebagai succussion splash. (Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2, 2000).

2.5Komplikasi1. Atelektasis2. ARDS3. Infeksi4. Edema pulmonary5. Emboli paru6. Efusi pleura7. Empyema8. Emfisema9. Penebalan pleura

2.6 Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan yang biasa dilakukan: 1. Rontgen dada (untuk menunjukkan adanya udara diluar paru-paru) 2. Gas darah arteri. Pada foto dada PA terlihat pinggir paru yang kolaps berupa garis.Mediastinal shift dapat dilihat pada foto PA atau fluoroskopi pada saat penderita inspirasi atau ekspirasi.

2.7 Penatalaksanaan A. Prinsip Penatalaksanaan Trauma Toraks1. Penatalaksanaan mengikuti prinsip penatalaksanaan pasien trauma secara umum (primary survey-secondary survey)2. Tidak dibenarkan melakukan langkah-langkah: anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik, penegakan diagnosis dan terapi secara konsekutif (berturutan)3. Standar pemeriksaan diagnostik (yang hanya bisa dilakukan bila pasien stabil), Tidak dibenarkan melakukan pemeriksaan dengan memindahkan pasien dari ruang emergency.4. Penanganan pasien tidak untuk menegakkan diagnosis akan tetapi terutama untuk menemukan masalah yang mengancam nyawa dan melakukan tindakan penyelamatan nyawa.5. Pengambilan anamnesis (riwayat) dan pemeriksaan fisik dilakukan bersamaan atau setelah melakukan prosedur penanganan trauma.a. Tindakan Bedah Emergency1. Krikotiroidotomi2. Trakheostomi3. Tube Torakostomi4. Torakotomi5. Eksplorasi vaskular

B. PENATALAKSANAAN PNEUMOTHORAKS (UMUM)Tindakan dekompressi yaitu membuat hubungan rongga pleura dengan udara luar, ada beberapa cara :1. Menusukkan jarum melalui diding dada sampai masuk kerongga pleura , sehingga tekanan udara positif akan keluar melalui jarum tersebut.2. Membuat hubungan dengan udara luar melalui kontra ventil, yaitu dengan:a. Jarum infus set ditusukkan kedinding dada sampai masuk kerongga pleura.b. Abbocath : jarum Abbocath no. 14 ditusukkan kerongga pleura dan setelah mandrin dicabut, dihubungkan dengan infus set.c. WSD : pipa khusus yang steril dimasukkan kerongga pleura.

C. PENATALAKSANAAN PNEUMOTHORAKS (Spesifik)1. Pneumotoraks SimpelAdalah pneumotoraks yang tidak disertai peningkatan tekanan intra toraks yang progresif. Ciri: Paru pada sisi yang terkena akan kolaps (parsial atau total) Tidak ada mediastinal shift PF: bunyi napas , hyperresonance (perkusi), pengembangan dada 2. Pneumotoraks TensionAdalah pneumotoraks yang disertai peningkatan tekanan intra toraks yang semakin lama semakin bertambah (progresif). Pada pneumotoraks tension ditemukan mekanisme ventil (udara dapat masuk dengan mudah, tetapi tidak dapat keluar). Ciri: Terjadi peningkatan intra toraks yang progresif, sehingga terjadi : kolaps total paru, mediastinal shift (pendorongan mediastinum ke kontralateral), deviasi trakhea , venous return hipotensi &respiratory distress berat. Tanda dan gejala klinis: sesak yang bertambah berat dengan cepat, takipneu, hipotensi, JVP , asimetris statis & dinamis Merupakan keadaan life-threatening tdk perlu RoPenatalaksanaan:1. Dekompresi segera: large-bore needle insertion (sela iga II, linea mid-klavikula)2. WSD

3. Open PneumothoraxTerjadi karena luka terbuka yang cukup besar pada dada sehingga udara dapat keluar dan masuk rongga intra toraks dengan mudah. Tekanan intra toraks akan sama dengan tekanan udara luar. Dikenal juga sebagai sucking-wound . Terjadi kolaps total paru. Penatalaksanaan:1. Luka tidak boleh ditutup rapat (dapat menciptakan mekanisme ventil)2. Pasang WSD dahulu baru tutup luka3. Singkirkan adanya perlukaan/laserasi pada paru-paru atau organ intra toraks lain.4. Umumnya disertai dengan perdarahan (hematotoraks)

4. Water Sealed DrainageWater Seal Drainage (WSD) adalah Suatu sistem drainage yang menggunakan water seal untuk mengalirkan udara atau cairan dari cavum pleura ( rongga pleura)

TUJUANNYA : Mengalirkan / drainage udara atau cairan dari rongga pleura untuk mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut Dalam keadaan normal rongga pleura memiliki tekanan negatif dan hanya terisi sedikit cairan pleura / lubrican.1. Perubahan Tekanan Rongga Pleura2. Tekanan Istirahat Inspirasi Ekspirasi3. Atmosfir 760 760 7604. Intrapulmoner 760 757 763 5. Intrapleural 756 750 756INDIKASI PEMASANGAN WSD : Hemotoraks, efusi pleura Pneumotoraks ( > 25 % ) Profilaksis pada pasien trauma dada yang akan dirujuk Flail chest yang membutuhkan pemasangan ventilatorKONTRA INDIKASI PEMASANGAN : Infeksi pada tempat pemasangan Gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol.CARA PEMASANGAN WSD1. Tentukan tempat pemasangan, biasanya pada sela iga ke IV dan V, di linea aksillaris anterior dan media.2. Lakukan analgesia / anestesia pada tempat yang telah ditentukan.3. Buat insisi kulit dan sub kutis searah dengan pinggir iga, perdalam sampai muskulus interkostalis.4. Masukkan Kelly klemp melalui pleura parietalis kemudian dilebarkan. Masukkan jari melalui lubang tersebut untuk memastikan sudah sampai rongga pleura / menyentuh paru.5. Masukkan selang ( chest tube ) melalui lubang yang telah dibuat dengan menggunakan Kelly forceps.6. Selang ( Chest tube ) yang telah terpasang, difiksasi dengan jahitan ke dinding dada.7. Selang ( chest tube ) disambung ke WSD yang telah disiapkan.8. Foto X- rays dada untuk menilai posisi selang yang telah dimasukkan.

Penatalaksanaan: WSDA. B.

C. D.

PEMASANGAN WSD

PemasanganSelang WSD

ADA BEBERAPA MACAM WSD :1. WSD dengan satu botol Merupakan sistem drainage yang sangat sederhana Botol berfungsi selain sebagai water seal juga berfungsi sebagai botol penampung. Drainage berdasarkan adanya grafitasi. Umumnya digunakan pada pneumotoraks

2. WSD dengan dua botol Botol pertama sebagai penampung / drainase Botol kedua sebagai water seal Keuntungannya adalah water seal tetap pada satu level. Dapat dihubungkan sengan suction control

Tabung WSD DenganSistimSatuBotol&DuaBotol

3. WSD dengan 3 botol Botol pertama sebagai penampung / drainase Botol kedua sebagai water seal Botol ke tiga sebagai suction kontrol, tekanan dikontrol dengan manometer.Tabung WSD denganSistimTigabotol

BAB IIIASKEP PNEUMOTHORAKS

3.1 Pengkajian :1. Umur : Sering terjadi usia 18 - 30 tahun.2. Alergi terhadap obat, makanan tertentu.3. Pengobatan terakhir.4. Pengalaman pembedahan.5. Riwayat penyakit dahulu.6. Riwayat penyakit sekarang.7. Dan Keluhan.

3.2 Pemeriksaan Fisik :1. Sistem Pernapasan : Sesak napas Nyeri, batuk-batuk Terdapat retraksi klavikula/dada. Pengambangan paru tidak simetris Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain. Pada perkusi ditemukan Adanya suara sonor/hipersonor/timpani , hematotraks (redup) Pada asukultasi suara nafas menurun, bising napas yang berkurang/menghilang. Pekak dengan batas seperti garis miring/tidak jelas. Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat. Gerakan dada tidak sama waktu bernapas.2. Sistem Kardiovaskuler : Nyeri dada meningkat karena pernapasan dan batuk. Takhikardia, lemah Pucat, Hb turun /normal. Hipotensi.3. Sistem Persyarafan : Tidak ada kelainan.4. Sistem Perkemihan. Tidak ada kelainan.5. Sistem Pencernaan : Tidak ada kelainan.6. Sistem Muskuloskeletal - Integumen. Kemampuan sendi terbatas. Ada luka bekas tusukan benda tajam. Terdapat kelemahan. Kulit pucat, sianosis, berkeringat, atau adanya kripitasi sub kutan.7. Sistem Endokrine : Terjadi peningkatan metabolisme. Kelemahan.8. Sistem Sosial / Interaksi. Tidak ada hambatan.9. Spiritual : Ansietas, gelisah, bingung, pingsan.

3.3 Pemeriksaan Diagnostik : Sinar X dada : menyatakan akumulasi udara/cairan pada area pleural. Pa Co2 kadang-kadang menurun. Pa O2 normal / menurun. Saturasi O2 menurun (biasanya). Hb mungkin menurun (kehilangan darah). Toraksentesis : menyatakan darah/cairan,

1. Pemeriksaan Diagnostika. Sinar X dada : menyatakan akumulasi udara / cairan pada area pleural, dapat menunjukan penyimpangan struktur mediastinal. Pa Co2 kadang-kadang menurun. Pa O2 normal / menurun. Saturasi O2 menurun (biasanya). Toraksentesis : menyatakan darah/cairanb. GDA : variable tergantung dari derajat fungsi paru yang dipengaruhi, gangguan mekanik pernapasan dan kemampuan mengkompensasi.c. Torasentesis : menyatakan darah / cairan sero sanguinosad. Hb : mungkin menurun, menunjukkan kehilangan darah

3.4 Diagnosa Keperawatan :1. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekpansi paru yang tidak maksimal karena akumulasi udara/cairan.2. Inefektif bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan sekresi sekret dan penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.3. Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder.4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakcukupan kekuatan dan ketahanan untuk ambulasi dengan alat eksternal.5. Resiko Kolaboratif : Akteletasis dan Pergeseran Mediatinum.6. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik terpasang bullow drainage.7. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme sekunder terhadap trauma.

3.1 Intevensi Keperawatan :1. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan ekspansi paru yang tidak maksimal karena trauma.

Tujuan : Pola pernapasan efektive.Kriteria hasil : Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektive. Mengalami perbaikan pertukaran gas-gas pada paru. Adaptive mengatasi faktor-faktor penyebab.

INTERVENSIRASIONAL

a. Berikan posisi yang nyaman, biasanya dnegan peninggian kepala tempat tidur. Balik ke sisi yang sakit. Dorong klien untuk duduk sebanyak mungkin.b. Obsservasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau perubahan tanda-tanda vital.

c. Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin keamanan.

d. Jelaskan pada klien tentang etiologi/faktor pencetus adanya sesak atau kolaps paru-paru.e. Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri dengan menggunakan pernapasan lebih lambat dan dalam.f. Perhatikan alat bullow drainase berfungsi baik, cek setiap 1 - 2 jam :1) Periksa pengontrol penghisap untuk jumlah hisapan yang benar.

2) Periksa batas cairan pada botol penghisap, pertahankan pada batas yang ditentukan.3) Observasi gelembung udara botol penempung.4) Posisikan sistem drainage slang untuk fungsi optimal, yakinkan slang tidak terlipat, atau menggantung di bawah saluran masuknya ke tempat drainage. Alirkan akumulasi dranase bela perlu.5) Catat karakter/jumlah drainage selang dada.g. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :Dengan dokter, radiologi dan fisioterapi. Pemberian antibiotika. Pemberian analgetika. Fisioterapi dada. Konsul photo toraks.a. Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekpsnsi paru dan ventilasi pada sisi yang tidak sakit.

b. Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebgai akibat stress fifiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syock sehubungan dengan hipoksia.c. Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.d. e. Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.f. Membantu klien mengalami efek fisiologi hipoksia, yang dapat dimanifestasikan sebagai ketakutan/ansietas.

g. .

1) Mempertahankan tekanan negatif intrapleural sesuai yang diberikan, yang meningkatkan ekspansi paru optimum/drainase cairan.2) Air penampung/botol bertindak sebagai pelindung yang mencegah udara atmosfir masuk ke area pleural.3) gelembung udara selama ekspirasi menunjukkan lubang angin dari penumotoraks/kerja yang diharapka. Gelembung biasanya menurun seiring dnegan ekspansi paru dimana area pleural menurun. Tak adanya gelembung dapat menunjukkan ekpsnsi paru lengkap/normal atau slang buntu.4) Posisi tak tepat, terlipat atau pengumpulan bekuan/cairan pada selang mengubah tekanan negative yang diinginkan.5) Berguna untuk mengevaluasi perbaikan kondisi/terjasinya perdarahan yang memerlukan upaya intervensi.h. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain unutk engevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya.

2. Inefektif bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan sekresi sekret dan penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.Tujuan : Jalan napas lancar/normalKriteria hasil : Menunjukkan batuk yang efektif. Tidak ada lagi penumpukan sekret di sal. pernapasan. Klien nyaman.INTERVENSIRASIONAL

a. Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat penumpukan sekret di sal. pernapasan.b. Ajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk.c. Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin.d. Lakukan pernapasan diafragma.e. Tahan napas selama 3 - 5 detik kemudian secara perlahan-lahan, keluarkan sebanyak mungkin melalui mulut.f. Lakukan napas ke dua, tahan dan batukkan dari dada dengan melakukan 2 batuk pendek dan kuat.g. Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk.h. Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan viskositas sekresi : mempertahankan hidrasi yang adekuat; meningkatkan masukan cairan 1000 sampai 1500 cc/hari bila tidak kontraindikasi.i. Dorong atau berikan perawatan mulut yang baik setelah batuk.j. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain : Dengan dokter, radiologi dan fisioterapi. Pemberian expectoran. Pemberian antibiotika. Fisioterapi dada. Konsul photo toraks.a. Pengetahuan yang diharapkan akan membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.b. Batuk yang tidak terkontrol adalah melelahkan dan tidak efektif, menyebabkan frustasi.c. Memungkinkan ekspansi paru lebih luas.d. Pernapasan diafragma menurunkan frek. napas dan meningkatkan ventilasi alveolar.e. Meningkatkan volume udara dalam paru mempermudah pengeluaran sekresi sekret.f. Pengkajian ini membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk klien.g. Sekresi kental sulit untuk diencerkan dan dapat menyebabkan sumbatan mukus, yang mengarah pada atelektasis.h. Untuk menghindari pengentalan dari sekret atau mosa pada saluran nafas bagian atas.i. Hiegene mulut yang baik meningkatkan rasa kesejahteraan dan mencegah bau mulutj. Expextorant untuk memudahkan mengeluarkan lendir dan menevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya.

3. Perubahan kenyamanan : Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme otot sekunder.Tujuan : Nyeri berkurang/hilang.Kriteria hasil : Nyeri berkurang/ dapat diadaptasi. Dapat mengindentifikasi aktivitas yang meningkatkan/menurunkan nyeri. Pasien tidak gelisah.

INTERVENSIRASIONAL

a. Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan non invasif.b. Ajarkan Relaksasi : Tehnik-tehnik untuk menurunkan ketegangan otot rangka, yang dapat menurunkan intensitas nyeri dan juga tingkatkan relaksasi masase.c. Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut.d. Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan berikan posisi yang nyaman; misal waktu tidur, belakangnya dipasang bantal kecil.e. Tingkatkan pengetahuan tentang: sebab-sebab nyeri, dan menghubungkan berapa lama nyeri akan berlangsung.

f. Kolaborasi denmgan dokter, pemberian analgetik.g. Observasi tingkat nyeri, dan respon motorik klien, 30 menit setelah pemberian obat analgetik untuk mengkaji efektivitasnya. Serta setiap 1 - 2 jam setelah tindakan perawatan selama 1 - 2 hari.a. Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya telah menunjukkan keefektifan dalam mengurangi nyeri. b. Akan melancarkan peredaran darah, sehingga kebutuhan O2 oleh jaringan akan terpenuhi, sehingga akan mengurangi nyerinya.c. Mengalihkan perhatian nyerinya ke hal-hal yang menyenangkan.d. Istirahat akan merelaksasi semua jaringan sehingga akan meningkatkan kenyamanan.

e. Pengetahuan yang akan dirasakan membantu mengurangi nyerinya. Dan dapat membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.

f. Analgetik memblok lintasan nyeri, sehingga nyeri akan berkurang.g. Pengkajian yang optimal akan memberikan perawat data yang obyektif untuk mencegah kemungkinan komplikasi dan melakukan intervensi yang tepat.

BAB IVPENUTUP4.1 KesimpulanPneumotoraks didefinisikan sebagai adanya udara di dalam kavum/rongga pleura. Tekanan di rongga pleura pada orang sehat selalu negatif untuk dapat mempertahankan paru dalam keadaan berkembang (inflasi). Tekanan pada rongga pleura pada akhir inspirasi 4 s/d 8 cm H2O dan pada akhir ekspirasi 2 s/d 4 cm H2O.Kerusakan pada pleura parietal dan/atau pleura viseral dapat menyebabkan udara luar masuk ke dalam rongga pleura, Sehingga paru akan kolaps. Paling sering terjadi spontan tanpa ada riwayat trauma, dapat pula sebagai akibat trauma toraks dan karena berbagai prosedur diagnostik maupun terapeutik.

4.2 Saran

Dengan mempelajari materi ini mahasiswa keperawatan yang nantinya menjadi seorang perawat professional agar dapat lebih peka terhadap tanda dan gejala ketika menemukan pasien yang mengalami gangguan pernafasan sehingga dapat melakukan pertolongan segera. Mahasiswa dapat melakukan tindakan-tindakan emergency untuk melakukan pertolongan segera kepada pasien yang mengalami gangguan pernafasan khususnya Pneumothorak.20

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. (1997). Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.

Depkes. RI. (1989). Perawatan Pasien Yang Merupakan Kasus-Kasus Bedah. Jakarta : Pusdiknakes.

Doegoes, L.M. (1999). Perencanaan Keperawatan dan Dokumentasian keperawatan. Jakarta : EGC.

Hudak, C.M. (1999) Keperawatan Kritis. Jakarta : EGC.

Pusponegoro, A.D.(1995). Ilmu Bedah. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.