Askep Made NCP
-
Upload
reni-ardita -
Category
Documents
-
view
26 -
download
3
description
Transcript of Askep Made NCP
KANKER NASOPHARING
1. Pengertian
Karsinoma nasofaring merupakan suatu bentuk genasan saluran pernafasan, yang
insidensi dan etiologinya sangat dipengaruhi oleh etnik. Kanker nasofaring sangat
jarang ditemukan di Amerika maupun Eropa. Di Asia kanker nasofaring
menyebabr luas di China terutama di istrik Kwangdong (Van De Velde, 1996).
Diduga virus Epstein Barr (EBV ) menjadi salah satu sebagai penyebab, dimana
virus ini berkembang pada sel epiyelial dari nasofaring. Kanker nasofaring lebih
banyak menyerang lai-laki dibandingkan perempuan, dengan puncak frekwensi
kejadian pada umur 40 – 60 tahun.
2. Etiologi
Seperti kanker pada umumnya, etiologi yang pasti dari kanker paru masih belum
diketahui, namun diperkirakan bahwa invasi dari Epstein Barr Virus (EBV).
Paparan jangka panjang dari bahan – bahan karsiogenik merupakan faktor utama,
tanpa mengesampingkan kemungkinan perana predisposisi hubungan keluarga
ataupun suku bangsa atau ras serta status imunologis.
a. Pengaruh rokok.
b. Pengaruh paparan industri
c. Pengaruh adanya penyakit lain atau predisposisi oleh karena adanya penyakit
lain.
d. Pengaruh genetik dan status imunologis.
1
3. Patofisiologi.
2
Infeksi virus
( Virus SV –4)
Mutasi gen pengendali
pertumbuhan
Berfungsinya onkogen
( Carsinogenic Agent)
Gangguan mekanisme
pengendalian pertumbuhan normal
Perubahan epitel siliadan mukosa / ulserasi bronchusTumor Paru ( Bronkogenik)
Jinak (Epidermoid, sel besar, adeno carsinoma )- Kohesif- Tumbuh lambat- Pola teratur- Berkapsul
Ganas/kanker (Sel kecil/oat cell)
- Kurang kohesif- Pertumbuhan
cepat- Pola tidak teratur- Tidak berkapsul
MetastaseHematogen/Limfogen/Langsung
Multiorgan failureSepsis
Kompetisi Pemakaian
Nutrisi, rangsangan
organ viseral melalui
transmitor H1, serotonin (5 HT3), Host Cytokine
Penekanan reseptor Pada
lobus paru, prostalagnin,
serotonin, bradikinin,
norefinefrin, ion hidrogen,
ion kalium dan subtance
P
Ketakutan(Kecemasan)
Syok Sepsis
Ggn NutrisiNyeri
Kelemahan /Intoleransi aktivitas
Resiko infeksi
Peningkatan suhutubuh
Lumen distal
Brokiektasis
Ggn pertukaran
gas
Proksimal
Sumbatan partial/total
Pola nafas tidak efektif
Kanker paru bervariasi sesuai tipe sel, daerah asal, dan kecepatan pertumbuhan.
Empat tipe sel primer pada kanker paru adalah karsinoma epidermoid (sel
skuamosa), karsinoma sel kecil (sel oat), karsinoma sel besar (tak terdeferensiasi)
dan adenokarsinoma. Sel skuamosa dan karsinoma sel kecil umumnya terbentuk
di jalan napas utama bronkial. Karsinoma sel besar dan adenokarsinoma
umumnya tumbuh di cabang bronkus perifer dan alveoli. Karsinoma sel besar dan
karsinoma sel oat tumbuh sangat cepat sehingga mempunyai prognosis buruk.
Sedangkan pada sel skuamosa dan adenokarsinoma prognosis baik karena sel ini
pertumbuhan lambat.
4. Gejala klinis
Pada waktu masih dini gejala sangat tidak jelas utama seperti batuk lama dan
infeksi saluran pernapasan. Oleh karena itu pada pasien dengan batuk lama 2
minggu sampai 1 bulan harus dibuatkan foto X dengan gejala lain dyspnea,
hemoptoe, febris, berat badan menurun dan anemia. Pada keadaan yang sudah
berlanjut akan ada gejala ekstrapulmoner seperti nyeri tulang, stagnasi (vena cava
superior syndroma).
Rata – rata lama hidup pasien dengan kanker paru mulai dari diagnosis awal 2 – 5
tahun. Alasannya adalah pada saat kanker paru terdiagnosa, sudah metastase ke
daerah limfatik dan lainnya. Pada pasien lansia dan pasien dengan kondisi
penyakit lain, lama hidup mungkin lebih pendek.
5. Klasifikasi/Pentahapan Klinik (Clinical staging) (Sorensen, 1993 )
Klasifikasi berdasarkan TNM : tumor, nodul dan metastase.
1. T
T0 : tidak tampak tumor primer
T1 : diameter tumor < 3 cm, tanpa invasi ke bronkus
3
T2 : diameter > 3 cm, dapat disertai atelektasis atau pneumonitis, namun
berjarak lebih dari 2 cm dari karina, serta belum ada efusi pleura
T3 : tumor ukuran besar dengan tanda invasi ke sekitar atau sudah
dekat karina dan atau disetai efusi pleura.
2. N
N0 : tidak didapatkan penjalaran ke kelenjar limfe regional
N1 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe hilus ipsilateral
N2 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe mediastinum atau kontralateral
N3 : terdapat penjalaran ke kelenjar limfe ekstratorakal
3. M
M0 : tidak terdapat metastase jauh
M1 : sudah terdapat metastase jauh ke organ – organ lain.
6. Studi Diagnostik
a. Chest x – ray ( pandangan lateral dan poteroanterior), tomografi dada dan CT
scanning.
b. Radioisotop scanning
c. Tes laboratorium
i. Pengumpulan sputum untu sitologi, bronkoskopi dengan
biopsi, hapusan dan perkutaneus biopsi
ii. Mediastinoskopi
d.. FNAB
7. Penatalaksanaan Medis
a. Manajemen umum : terapi radiasi
b. Pembedahan : Lobektomi, pneumonektomi, dan reseksi.
c. Terapi obat : kemoterapi
4
8. Kepustakaan
Arif Mansjoer, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Penerbit Media Aeusculapius FK-UI, Jakarta
Doenges M.E. at al., 1992, Nursing Care Plans, F.A. Davis Company, Philadelphia
Hudak C.M., 1994, Critical Care Nursing, Lippincort Company, Philadelphia.
Kuncara, H.Y, dkk, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, EGC, Jakarta
Joane C. Mc. Closkey, Gloria M. Bulechek, 1996, Nursing Interventions Classification (NIC), Mosby Year-Book, St. Louis
Marion Johnson, dkk, 2000, Nursing Outcome Classifications (NOC), Mosby Year-Book, St. Louis
Marjory Gordon, dkk, 2001, Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2001-2002, NANDA
Soeparman. (1987). Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
5
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S
DENGAN KANKER NASOPHARING DI RUANG D3
PENYAKIT THT RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA
DISUSUN OLEH :
I MADE MUSTIKA
03/167080/EIK/00292
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2005
6
7