Askep Keluarga Dengan TBC
description
Transcript of Askep Keluarga Dengan TBC
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki,
perempuan, miskin, atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia
bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000
kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia
adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia. Survei prevalensi
TBC yang dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993 menunjukkan
bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2 – 0,65%. Sedangkan
menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan oleh WHO
pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000
kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya diperkirakan
merupakan kasus baru.
Diperkirakan setiap tahun 450.000 kasus baru TBC dimana sekitar 1/3
penderita terdapat disekitar puskesmas, 1/3 ditemukan di pelayanan rumah sakit
atau klinik pemerintah dan swasta, praktek swasta dan sisanya belum terjangku
unit pelayanan kesehatan. Sedangkan kematian karena TB diperkirakan 175.000
per tahun. Penyakit TB merupakan masalah kesehatan masyarakat yang besar
karena TB merupakan penyebab kematian nomor dua terbesar di Indonesia.
Pengobatan TBC harus dilakukan secara terus-menerus tanpa terputus
walaupun pasien telah merasa lebih baik atau sehat. Pengobatan yang terhenti
ditengah jalan dapat menyebabkan bakteri menjadi resistendan TBC akan sulit
untuk disembuhkan dan membutuhkan waktu yang lebih lama maka butuh
keterlibatan anggota keluarga untuk mengawasi dan jika perlu menyiapkan
obat. Dukungan keluarga penderita sangat dibutuhkan untuk menuntaskan
pengobatan agar benar-benar tercapai kesembuhan
1
Banyaknya kasus TB paru dan masih rendahnya angka penyembuhan,
kasus kambuh dan kegagalan pengobatan dan resistensi kuman karena kurang
disiplinnya pasien dalam minum obat maka penulis berkeinginan untuk
melakukan asuhan keperawatan keluarga dengan TBC.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah “bagaimanakah asuhan keperawatan
keluarga dengan penyakit TBC?”
1.3 Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan TBC
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui konsep tahap perkembangan
2. Mengetahui tinjauan medis katarak meliputi pengertian, etiologi,
manifestasi klinis, komplikasi, penatalaksanaan, dan prognosis
3. Mengetahui ciri-ciri klien TBC dengan melakukan pengkajian
keperawatan
4. Mengetahui intervensi keperawatan pada klien dengan TBC
5. Mengetahui tindak lanjut intervensi dalam evaluasi keperawatan
pada klien TBC
6. Mengetahui konsep proses keperawatan keluarga
2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Tahap Perkembangan
Siklus kehidupan setiap keluarga mempunyai tahapan-tahapan. Seperti individu-
individu yang mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan yang berturut-
turut, keluarga juga mengalami tahap perkembangan yang berturut-turut. Adapun
tahap-tahap perkembangan menurut Duvall dan Miller dalam Friedman (1998)
adalah :
a. Tahap I : keluarga pemula
Perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya sebuah keluarga baru
dan perpindahan dari keluarga asal atau status lajang ke hubungan baru yang
intim.
b. Tahap II : keluarga sedang mengasuh anak
Dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bulan.
c. Tahap III : keluarga dengan anak usia pra sekolah
Dimulai ketika anak pertama berusia dua setengah tahun, dan berakhir ketika
anak berusia lima tahun.
d. Tahap IV : keluarga dengan anak usia sekolah
Dimulai ketika anak pertama telah berusia enam tahun dan mulai masuk
sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja.
e. Tahap V : keluarga dengan anak remaja
Dimulai ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, berlangsung selama
enam hingga tujuh tahun. Tahap ini dapat lebih singkat jika anak
meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak masih tinggal di
rumah hingga berumur 19 atau 20 tahun.
f. Tahap VI : keluarga yang melepas anak usia dewasa muda
3
Ditandai oleh anak pertama meninggalkan rumah orang tua dan berakhir
dengan “rumah kosong,” ketika anak terakhir meninggalkan rumah. Tahap
ini dapat singkat atau agak panjang, tergantung pada berapa banyak anak
yang belum menikah yang masih tinggal di rumah. Fase ini ditandai oleh
tahun-tahun puncak persiapan dari dan oleh anak -anak untuk kehidupan
dewasa yang mandiri.
g. Tahap VII : orangtua usia pertengahan
Dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat
pensiun atau kematian salah satu pasangan.
h. Tahap VIII : keluarga dalam masa pensiun dan lansia
Dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun,
hingga salah satu pasangan meninggal dan berakhir dengan pasangan lainnya
meninggal. Sedangkan tugas-tugas perkembangan keluarga dengan anak usia
sekolah menurut Duvall dan Miller, Carter dan McGoldrik dalam Friedman
(1998) yaitu :
1) Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi sekolah
dan mengembangkan hubungan dengan teman seba ya yang sehat
2) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
3) Kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.
2.2 Konsep Masalah Kesehatan
2.2.1 Definisi
TBC adalah penyakit infeksi menular dan menahun yang disebabkan
oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis, kuman tersebut biasanya masuk
kedalam tubuh manusia melalui udara (pernafasan) kedalam paru-paru,
kemudian kuman tersebut menyebar dari paru-paru ke organ tubuh yang lain
melalui penyebaran darah, kelenjar limfe, saluran pernafasan, penyebaran
langsung ke organ tubuh lain (Sylvia Anderson 1995 : 753)
4
2.2.2 Etiologi
Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan
bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam
(BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal
24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi
nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut
sebagai Koch Pulmonum (KP). Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi
yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini
berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai
Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert
Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya
bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-
paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP).
2.2.3 Tanda dan Gejala
a. Batuk-batuk dengan atau tanpa dahak lebih dari 3 minggu.
b. Demam ringan, tetapi kadang-kadang dapat mencapai 40 410C.
c. Sesak nafas
d. Nyeri dada
e. Batuk darah
f. Badan terasa lemas
g. Kehilangan nafsu makan
h. Berat badan turun
i. Rasa kurang enak badan (malaise)
j. Berkeringat malam padahal tidak ada kegiatan.
k. Penatalaksanaan
2.2.4 Cara Penularan
5
Droplet Nucles yang merupakan partikel 1-10 mikron, dikeluarkan oleh
penderita penyakit TBC dengan cara batuk-batuk, bersin, bicara, penderita
meludah ke tanah kemudian kuman tersebar ke udara. Oleh karena itu
penyakit ini disebut “Airbone Infection”. Orang dapat terinfeksi kalau
droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan.
2.2.5 Patofisiologi
Individu rentan yang menghirup basil tuberculosis dan menjadi terinfeksi.
Bakteri dipindahkan melalui jalan nafas ke alveoli,tempat dimana mereka
berkumpul dan mulai untuk memperbanyak diri dalam sistem imun tubuh
dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit (neurofil & makrofagi) menelan
banyak bakteri, limfosit spesifik tuberculosis melisis (menghancurkan) basil
dan jaringn normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat
dalam alveoli akan terjadi gangguan pertukaran gas karena sputum
menumpuk akan menutupi jalan nafas, dan sputum bergerak maju ke
bronkus, maka akan terjadi ganguan jalan nafas. (Brunner & Suddart, 2002 :
585).
2.2.6 Komplikasi
a. Pneumonia (radang parenkim paru)
b. Efusi pleura (cairan yang keluar ke dalam rongga pleura)
c. Pneumotorak (adanya udara dan gas dalam rongga selaput dada)
d. Empiema
e. Lasingitis
f. Menjalar ke organ lain (spt, usus)
2.2.7 Penatalaksanaan
Pengobatan untuk individu dengan TB aktif memerlukan waktu lama karena
basil resisten terhadap sebagian besar antibiotic dan cepat bermutasi apabila
terpajan antibiotic yang semula masih efektif. Saat ini terapi untuk pasien
6
dengan infeksi aktif adalah kombinasi empat obat dan berlangsung paling
kurang 9 bulan dan biasanya lebih lama. Apabila pasien tidak berespons
terhadap obat-obatan tersebut, maka obat dan protocol pengobatan lain akan
dicoba. Individu yang memperlihatkan uji kulit tuberculin positif setelah
sebelumnya negative biasanya mendapat antibiotic selama 6-9 bulan untuk
membantu respons imunnya dan meningkatkan kemungkinan eradikasi basil
total.
2.3 Konsep Proses Keperawatan Keluarga
2.3.1 Definisi keluarga
Banyak ahli menguraikan pengertian keluarga sesuai dengan perkembangan
sosial masyarakat. Berikut akan dikemukakan beberapa pengertian keluarga.
a. Raisner (1980)
Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih
yang masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari
bapak, ibu, adik, kakak dan nenek.
b. Logan’s (1979)
Keluarga adalah sebuah sistem sosial dan kumpulan daribeberapa
komponen yang saling berinteraksi satu dengan lainnya.
c. Gillis (1983)
Keluarga adalah sebagaimana sebuah kesatuan yang kompleks dengan
atribut yang dimiliki tetapi terdiri dari beberapa komponen yang masing-
masing mempunyai sebagaimana individu.
d. Duvall (1986)
Menguraikan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan
perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,
mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental,
emosional serta sosial dari setiap anggota keluarga.
7
e. Bailon dan Maglaya (1978)
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah
tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka
salaing berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-
masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
f. Johnson’s (1992)
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai
hubungan darah yang sama atau tidak, yang terlibat dalam kehidupan
yang terus menerus, yang tinggal dalam satu atap, mempunyai ikatan
emosional dan mempunyai kewajiban antara satu orang dengan lainnya.
f. Spradley dan Allender (1996)
Satu atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga mempunyai
ikatan emosional dan mengembangkan dalam iterelasi sosial, peran dan
tugas.
Dari pengertian tentang keluarga dapat disimpulkan bahwa karakteristik
keluarga adalah:
1. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi.
2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama, atau jika terpisah mereka
tetap memperhatikan satu sama lain.
3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing
mempunyai peran sosial: suami, istri, anak, kakak dan adik.
4. Mempunyai tujuan;
a. menciptakan dan mempertahankan budaya
b. meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, sosial anggota.
Dari uraian diatas menunjukan bahwa keluarga juga merupakan suatu sistem.
Sebagai sistem keluarga mempunyai anggota yaitu; ayah, ibu dan anak atau
semua individu yang tinggal didalam rumah tangga tersebut.anggota keluarga
saling berinteraksi, interelasi dan interdependensi untuk mencapai tujuan
8
bersama. Keluarga merupakan sistem yang terbuka sehingga dapat
dipengaruhi oleh supra sistemnya yaitu lingkungannya yaitu masyarakat dan
sebaliknya sebagai subsitem dari lingkungan (masyarakat) keluarga dapat
mempengaruhi masyarakat (supra sistem). Oleh karena itu betapa pentingnya
peran dan fungsi keluarga dalam membentuk manusia sebagai anggota
masyarakat yang sehat biopsikososial spiritual. Jadi sangatlah tepat jika
keluarga sebagai titik sentral pelayanan keperawatan . Diyakini bahwa
keluarga yang sehat akan mempunyai anggota yang sehat dan mewujudkan
masyarakat yang sehat.
2.3.2 Tipe keluarga
Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai
macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial maka tipe
keluarga berkembang mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran serta
keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan maka perawat perlu
mengetahui berbagai tipe keluarga.
A. Tipe keluarga tradisional
1. The Nuclear family (Keluarga inti) yaitu keluarga yang terdiri dari
suami istri dan anak (kandung atau angkat).
2. The dyad family , suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri
tanpa anak.
3. Keluarga usila, Keluarga terdiri dari suami dan istri yang sudah usia
lanjut, sedangkan anak sudah memisahkan diri.
4. The childless, Keluarga tanpa anak karena telambat menikah, bisa
disebabkan karena mengejar karir atau pendidikan.
5. The Extended family , keluarga yang terdiri dari keluarga inti
ditambah keluarga lain, seperti paman, bibi, kakek, nenek dan lain-
lain.
9
6. “Single parent” yaitu keluarga yang terdiri dari satu orang tua dengan
anak(kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh
perceraian atau kematian).
7. Commuter family, kedua orang tua bekerja diluar kota, dan bisa
berkumpul pada hari minggu atau libur saja.
8. Multigeneration family, Beberapa generasi atau kelompok umur yang
tinggal bersama dalam satu rumah.
9. Kin-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersama atau
saling berdekatan dan menggunakan barang-barang pelayanan seperti
dapur, sumur yang sama.
10. Blended family, keluarga yang dibentuk dari janda atau duda dan
membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
11. “Single adult living alone” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri
dari satu orang dewasa.
B. Tipe keluarga non tradisional
1. The unmarried teenage mother, Keluarga yang terdiri dari satu orang
dewasa terutama ibu dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
2. The Step parent family, keluarga dengan orang tua tiri.
3. Commune family, yaitu lebih satu keluarga tanpa pertalian darah
yang hidup serumah.
4. The non marrital heterosexual cohabiting family, keluarga yang
hidup bersama, berganti-ganti pasangan tanpa nikah.
5. Gay and lesbian family, seorang yang mempunyai persamaan sex
tinggal dalam satu rumah sebagaimana pasangan suami istri.
6. Cohabitating couple, orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan
perkawinan karena alasan tertentu.
7. Group marriage family, beberapa orang dewasa yang telah merasa
saling menikah, berbagi sesuatu termasuk sex dan membesarkan
anak.
10
8. Group network family, beberapa keluarga inti yang dibatasi oleh
norma dan aturan, hidup berdekatan dan saling menggunakan barang
yang sama dan bertanggung jawab membesarkan anak.
9. Foster family, keluarga yang menerima anak yang tidak ada
hubungan saudara untuk waktu sementara.
10. Homeless family, keluarga yang terbentuk tanpa perlindungan yang
permanen karena keadaan ekonomi atau problem kesehatan mental.
11. Gang, Keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari
ikatan emosional, berkembang dalam kekerasan dan kriminal.
Dalam UU No. 10 1992 disebutkan bahwa keluarga adalah unit terkecil dalam
masyarakat, yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan anak, atau ayah ibu dan
anak. Dalam konteks pembangunan Indonesia bertujuan ingin menciptakan keluarga
yang bahagia dan sejahtera. Keluarga sejahtera dalam UU tersebut disebut sebagai
keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah dan mampu memenuhi
kebutuhan hidup spiritual dan material, bertaqwa kepada tuhan yang maha esa,
memilihi hubungan yang serasi, selaras dan seimbangn antar anggota dan dengan
masyarakat.
2.3.3 Fungsi keluarga
Friedman 1986 mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga yaitu:
1. Fungsi afektif
Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis
kekuatan keluarga. Berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial.
Keberhasilanm elaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan
kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling
mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut dipelajari dan
dikembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam keluarga. Dengan
demikian keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh
11
keluarga dapat mengembangkan konsep diri yang positif. Komponen
yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam memenuhi fungsi afektif adalah:
a. Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling
mendukung antar anggota keluarga. Setiap anggota yang
mendapatkan kasih sayang dang dukungan dari anggota yang lain
maka kemampuannya untuk memberikan kasih sayang akan
meningkat yang pada akhiranya tercipta hubungan yang hangat dan
saling mendukung. Hubungan intim didalam keluarga merupakan
modal dasar dalam memberi hubungan dengan orang lain diliar
keluarga atau masyarakat.
b. Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan
mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu
mempertahankan iklim yang positif maka fungsi afektif akan
tercapai.
c. Ikatan dan identifikasi, ikatan dimulai sejak pasangan sepakat
memulai hidup baru. Ikatan anggota keluarga dikembangkan melalui
proses identifikasi dan penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan
anggota keluarga. Orang tuan harus mengembangkan proses
identifikasi yang positif sehingga anak-anak dapat meniru perilaku
yang positif tersebut
Fungsi afektif merupakan sumber energi yang menentukan kebahagiaan
keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah keluarga timbul
karena fungsi afektif keluarga tidak terpenuhi.
2. Fungsi sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui
individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam
lingkungan sosial (Friedman, 1986)
12
Sosialisasi dimulai sejak lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk
belajar bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga
dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang
diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga belajar disiplin, belajar
norma-norma, budaya dan perilaku melalui hubungan dan interaksi dengan
keluarga.
3. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya
manusia.
4. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi
kebutuhansemua anggota keluarga, seperti kebutuhan makanan, tempat
tinggal dan lain sebagainya.
2.3.4 Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu
mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan/atau merawat anggota keluarga
yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan
mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga
melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan
keluarga yang dilaksanakan. Keluarga dapat melaksanakan tugas kesehatan
berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan keluarga.
Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut (Friedman, 1998
a. Mengenal masalah
b. Membuat keputusan tindakan yang tepat
c. Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit
d. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat
e. Mempertahankan hubungan dengan fasilitas kesehatan masyarakat.
13
2.3.5 Dimensi dasar struktur keluarga
Menurut Friedman struktur keluarga terdiri atas:
A. Pola dan proses komunikasi
Pola interaksi keluarga yang berfungsi:
1. Bersifat terbuka dan jujur
2. Selalu menyelesaikan konflik keluarga
3. Berpikiran positif
4. Tidak mengulang-ulang isu dan pendapatnya sendiri
Karakteristik komunikasi keluarga yang berfungsi
Karakteristik pengirim:
1. Yakin dalam mengemukakan pendapat
2. Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas
3. Selalu minta maaf dan menerima umpan balik
Karakteristik penerima
1. Siap mendengar
2. Memberikan umpan balik
3. Melakukan validasi
B. Struktur peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi
sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status individu
dalam masyarakat misalnya sebagai suami/istri atau anak.
C. Struktur kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan (potensial atau aktual) dari individu
untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang
lain kearah positif.
Tipe struktur kekuatan
1. Legitimate power/authority yaitu hak untuk mengatur seperti orang tua
kepada anak.
14
2. Referent power yaitu seseorang yang ditiru
3. Reword Power yaitu pendapat ahli
4. Coercive power yaitu dipaksakan sesuai keinginan
5. Informational power yaitu pengaruh melalui persuasif
6. Affectif power yaitu pengaruh melalui manipulasi cinta kasih
D. Nilai-nilai keluarga
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar
atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai
keluarga juga merupakan suatu pedoman perilaku dan pedoman bagi
perkembangan norma dan peraturan.
Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan
sistem nilai dalam keluarga.
Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari, dubagi
dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.
2.3.6 Peran Perawat Keluarga
Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan
pada keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan keluarga yang
sehat. Fungsi perawat membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah
kesehatan dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan
fungsi dan tugas perawatan kesehatan keluarga.
Peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga adalah
sebagai berikut:
1. Pendidik
Perawat perlu melakukan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar:
a. Keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan secara mandiri.
b. Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga.
2. Koordinator
15
Koordinasi diperlaukan pada perawatan agar pelayanan komprehensive
dapat dicapai. Koordinasi juga diperlukan untuk mengatur program
kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang
tindih dan pengulangan.
3. Pelaksana
Perawat dapat memberikan perawatan langsung kepada klien dan
keluarga dengan menggunakan metode keperawatan.
4. Pengawas kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan harus melaksanakan home visiteyang teratur
untuk mengidentifikasi dan melakukan pengkajian tentang kesehatan
keluarga.
5. Konsultan
Perawat sebagai nara sumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat,
hubungan perawat dan klien harus terbina dengan baik, kemampuan
perawat dalam menyampaikan informasi dan kialitas dari informasi yang
disampaikan secara terbuka dan dapat dipercaya.
6. Kolaborasi
Bekerja sama dengan pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan
anggota tim kesehatan lain untuk mencapai kesehatan keluarga yang
optimal.
7. Fasilitator
Membantu keluarga dalam menghadapi kendala seperti masalah sosial
ekonomi, sehingga perawat harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan
seperti rujukan dan penggunaan dana sehat.
8. Penemu kasus
Menemukan dan mengidentifikasi masalah secara dini di masyarakat
sehingga menghindarkan dari ledakan kasus atau wabah.
16
9. Modifikasi lingkungan
Mampu memodifikasi lingkungan baik lingkungan rumah maupun
masyarakat agar tercipta lingkungan yang sehat.
17
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN KELUARGA: TAHAPAN KELUARGA DENGAN TBC
I. DATA UMUM
1. Nama Kepala Keluarga (KK) : Ibu S
2. Umur KK : 39 tahun
3. Alamat : Jalan kaca piring II/33 RT.01 RW.03,
kelurahan patrang
4. Pekerjaan KK : Penjahit
5. Pendidikan KK : SD
6. Komposisi keluarga :
No Nama Jenis
Kelamin
Hub.
Dg KK
Umur Pendidikan Agama Pekerjaan keterangan
1 An. E P anak 5 th TK Islam - Imunisasi
lengkap
2 Tn. Su L adik 32 th SMP Islam Buruh
bangunan
-
18
Genogram:
Keterangan :
: laki-laki : laki-laki meninggal
: perempuan sakit : perempuan meninggal
: perempuan : cerai
19
Bpk. S (32 th)
Bpk. Y (..th) Ibu K (…th)
Ibu S (39 th) Bpk T (37th)
An.E ( 5 th)
Bpk... (..th) Ibu S (…th)
7. Tipe Keluarga: keluarga single parent yaitu keluarga yang terdiri dari satu
orang tua (ibu) dengan anak karena proses ditinggalkan.
8. Suku Bangsa: ibu S mengatakan: Ibu S berasal dari suku jawa, setelah
menikah Ibu S menetap di Jember dan bahasa yang digunakan bahasa jawa
dengan campuran bahasa madura. Keyakinan yang berhubungan dengan
kesehatan keluarga Ibu S adalah membiarkan dahulu dan mengobati
semampunya dengan bantuan obat-obat yang dapat dibeli di warung, jika
tidak sembuh dapat pergi ke puskesmas terdekat.
9. Agama: Ibu S mengatakan: kepercayaan yang dianut keluarga ibu S adalah
Islam. Menurut ibu S, ibu S biasanya melaksanakan ibadah di rumah dan
kadang-kadang melakukanya di masjid didekat rumahnya.
10. Status Sosial Ekonomi Keluarga: Ibu S mengatakan ia bekerja sebagai
penjahit, penghasilan yang diperoleh per bulan Rp.200.000,-. Penghasilan
tersebut tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya sehingga Ibu
S mencari tambahan dengan menerima jahitan dirumahnya, menurut ibu S.
11. Aktivitas Rekreasi Keluarga: Ibu S mengatakan: biasanya ibu S mengajak
An.Emi jalan-jalan ke alun-alun tetapi hal ini jarang dilakukan hanya ketika
ibu S mempunyai uang.
II. RIWAYAT TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
12. Tahap perkembangan keluarga saat ini: keluarga berada pada tahap
perkembangan keluarga dengan anak usia prasekolah.
Tugas perkembangan yang ditempuh keluarga adalah:
a. Membantu anak untuk bersosialisasi
Ibu S sudah mampu untuk membantu anak bersosialisasi. Ibu S
mengatakan bahwa anak E biasanya di ajak bermain kerumah tetangga.
20
Anak E juga sering mengajak teman-temanya bermain dirumahnya.
Hasil observasi didapatkan: anak E terlihat ceria, ketika di ajak bicara
dia menjawab.
b. Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam maupun di luar
keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar)
Ibu S mengatakan: orang tua ibu S sudah meninggal tetapi ibu S masih
menjalin hubungan yang baik dengan bibinya yang tinggal di depan
rumahnya. Ibu S setiap hari bermain dan menonton tv dirumah bibinya.
Dilingkungan sekitarnya ada tetangga yang baik ada juga tetangga yang
kurang baik. Ibu S menyikapinya dengan sabar. Kadang ketika ibu S
mempunyai makanan ibu S juga sering membagikan ke tetangganya
begitu juga sebaliknya, menurut ibu S.
c. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak
Ibu S mengatakan: setiap pagi sebelum dia berangkat kerja dia
menyempatkan untuk memasak makanan buat anaknya setelah itu dia
memandikan dan mengantarkan anaknya ke sekolah dan ibu S berangkat
kerja. Ketika anak E pulang dari sekolah ibu S sudah pulang dari kerja.
Ketika ibu S terlambat pulang kerumah biasanya Ibu S menitipkan
anaknya ke bibinya yang tinggal didepan rumahnya.
d. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
Anak ibu S masih berusia 5 tahun sehingga dalam anggota keluarga ibu
S tidak ada pembagian tanggung jawab. Setiap pagi ibu S memandikan
anak E. Anak E sudah bisa menggunakan seragamnya dengan mandiri
kemudian ibu S menyuapi anak E dan mengantarkannya ke sekolah.
e. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak
Ibu S mengatakan: setiap hari anak E pergi ke sekolah ditaman kanak-
kanak yang letaknya dekat dengan rumahnya.
13. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi: Dari pengkajian
yang didapatkan ada tugas perkembangan yang belum terpenuhi, adanya
21
masalah yang kompleks pada keluarga Ibu S. Ibu S mangatakan: ibu S
masih tidur dengan anak E sehingga belum ada privasi bagi anak E karena
ibu S mengungkapkan bahwa anak E belum berani tidur sendiri. Ibu S
belum mampu memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan
tempat tinggal privasi dan rasa aman.
14. Riwayat keluarga inti: Ibu S mengatakan: Ibu S sudah lama menetap di
jember sejak menikah. Ibu S sekarang tinggal di jember dengan anak E.
15. Riwayat keluarga sebelumnya: Ibu S mengatakan: kedua orang tua Bp.T
tinggal di Kediri dan sebagian keluarga besarnya tinggal disana sedangkan
kedua orang tua Ibu S berada dijember dan sudah meninggal, ada satu
orang adik yang tinggal bersama ibu S, ketika ibu S melahirkan, adik dari
ibu S yang membantu merawat ibu S. Ibu S mengatakan: setelah
mempunyai anak Bp.T mencari pekerjaan di bali untuk menafkahi keluarga
dan setelah bekerja disana Bp.T ternyata menikah lagi dan tidak pernah
pulang kerumah. Bp.T sudah lama meninggalkan ibu S dan anak E.
III. LINGKUNGAN
16. Karekteristik Lingkungan Rumah : rumah yang ditempati adalah rumah
pribadi berukuran 6m x 8m yang ditempati oleh ibu S dan Anak E. Rumah
terdiri dari 4 ruangan yaitu ruang tamu, dua kamar tidur dan dapur.
Terdapat dua jendela di ruang tamu, satu jendela di kamar tidur depan yang
ditempati oleh anak dan kamar tidur kedua ditempati ibu S tanpa jendela.
Tembok rumah hanya berupa anyaman bambu, ruangan depan yang
dibangun dari batu bata. Di dalam dapur terdapat kandang ayam yang
bersebelahan dengan kamar tidur anak dan ibu.
17. Karakteristik Tetangga dan Komunitas : ibu S bertempat tinggal di
perkampungan dengan jarak rumah antar tetangga yang cukup dekat.
18. Mobilitas Geografis Keluarga: ibu S dan anaknya setiap hari berjalan kaki
untuk bekerja. Tidak ada kendaraan lain yang dimiliki keluarga ibu S.
22
3
Setiap hari ibu S mengantarkan an. E pergi ke sekolah, kemudian
dilanjutkan menuju tempat bekerjanya hingga pukul 10 siang.
19. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat: ibu S
mengatakan bahwa setiap hari berkumpul dengan An. E setelah pulang
kerja. Dan ibu S memiliki perkumpulan pengajian yang diikuti secara rutin.
Ibu S mengungkapkan bahwa tetangganya ada yang menyukai dan tidak
menyukai ibu S.
20. Sistem Pendukung Keluarga: keluarga Ibu S. mendapatkan dukungan dari
pamannya, bibinya yang tempat tinggalnya berdekatan dengan ibu S. ibu S
juga mengatakan bahwa jarang memiliki permasalahan serius sehingga
harus melibatkan keluarga.
denah rumah:
23
86
1
2
4
5
7
Ujendela pintu
pintu
Keterangan:1. Ruang Tamu : meja dan kursi
2. Ruang dapur : mesin jahit3. Tempat tidur anak : perabotan dapur4. Tempat tidur emi5. Kandang ayam6. Kamar mandi7. Ladang 8. Sumur
Keadaan lingkungan dalam rumah :
Luas rumah : 6 m x 8 m
Tipe rumah : Status kepemilikan milik sendiri
Jumlah ruangan : 4 ruangan
Jumlah jendela : 3 buah
Pemanfaatan ruangan : Terdiri dari 2 kamar dengan 1
kamar untuk anak dan ibu S, 1
kamar untuk Tn. Su, 1 kamar mandi
di luar, 1 dapur.
Peletakan perabotan : 5 kursi diletakkan di ruang tamu, di
pojok sebelah pintu diletakkan
mesin jahit ibu S. Tempat tidur
anak E terletak bersebelahan
dengan almari di kamar anak E.
Jenis septic tank : tidak memiliki, karena BAB
keluarga di sungai.
Sumber air minum : Air sumur
24
Sistem Pendukung dan Jaringan Sosial Keluarga (eco map):
IV. STRUKTUR KELUARGA
21. Pola Komunikasi Keluarga : ibu S menyampaikan bahwa anak E senang
bercerita tentang temannya di sekolah dan ibu S menanggapinya dengan
senang, bertanya tentang dapat tugas apa di sekolah, bagaimana tadi
sekolahnya, dan sebagainya. Namun kadang kala ibu S pernah marah
mana kala anaknya nakal, rewel, atau minta sesuatu yang menurut ibu S
tidak bisa memenuhinya. Di dalam keluarga tersebut juga ada adik
kandungnya yang bernama Tn. Su. Komunikasi ibu S dengan Tn. Su tidak
begitu terbuka atau jarang berkomunikasi dengan alasan Tn. Su malu
untuk berbicara apalagi masalah pribadinya. Tn. Su sering keluar bersama
temannya dengan alasan bosan di rumah (penuturan ibu S). Dari
penuturan ibu S, biasanya adiknya kalau ada masalah dia suka diam,
25
Ibu S (39 th)Bpk T (37th)
An.E ( 5 th)
Tetangga (ibu S)
Keluarga besar ibu S
Kelompok pengajian
Teman-teman sekolah
Tempat bekerja
menyendiri dan wajahnya terlihat sedih atau cemberut dan ibu S
memancing pengakuan dari Tn. Su dengan cara bertanya kenapa kok
terlihat sedih, pucat, cemberut. Namun dari sikap Tn. Su yang kurang
terbuka ini ibu S tidak mempermasalahkannya karena ada teman-
temannya yang Tn. Su ajak untuk berdiskusi terhadap masalahnya.
22. Struktur Kekuasaan Keluarga: Ibu S pemegang keputusan terakhir dalam
keluarga selama suaminya Bp. T lama tidak pulang sehingga dia yang
menjadi kepala keluarga. Adiknya pun juga nurut saja tanpa banyak
komentar terhadap keputusan ibu S (dari penuturan ibu S).
23. Struktur Peran :
a. Ibu S berperan sebagai ibu sekaligus sebagai kepala keluarga, pencari
nafkah, ibu rumah tangga, pembimbing anak-anak, dan pengatur
rumah tangga.
b. Anak E berperan sebagai anak tunggal dalam keluarga, penghibur
keluarga dengan gerak-geriknya serta ucapannya yang lucu.
c. Sukirman tidak mempunyai peran yang sangat penting didalam
keluarga ibu S karena statusnya hanya anggota keluarga tambahan.
24. Nilai dan Norma Budaya:
Norma yang dianut yaitu : sopan santun, menghargai orang lain,
menghormati orang yang lebih tua, dan lainnya. Anak E kadang kala
mendapat cubitan dan jeweran bila tidak mau segera pulang saat bermain
dengan teman-temannya.
V. FUNGSI KELUARGA
25. Fungsi Afeksi : ibu S mengatakan bahwa Anak E pernah mengungkapkan
perasaannya pada saat meminta sesuatu padanya misalnya dengan
merengek-rengek saat minta dibelikan susu, minta jalan-jalan ke alun-
alun (dari penuturan ibu S).
26
26. Fungsi Sosialisasi : Ibu S menyekolahkan anak E ke sekolah formal dan
diperbolehkan bermain dengan teman sebaya dan anak S juga sering
bermain di rumah tetangga, ke sungai kecil bersama teman-temannya
kecuali pada malam hari hanya bermain ke rumah kakeknya (paman ibu
S) (hasil pengamatan dan penuturan ibu S).
27. Fungsi perawatan keluarga: keluarga ibu S. mengatakan bahwa keadaan
kesehatannya sudah mulai membaik namun masih perlu pengobatan
secara rutin. Meski masih sering batuk-batuk namun sudah tidak seperti
beberapa bulan yang lalu. Meski penghasilan per bulan hanya Rp 200.000
per bulan namun Ibu. S masih merasa mampu biayai kebutuhan keluarga.
Menu makanan tiap hari berbeda-beda, sayuran diambil dari halaman
belakang atau berbelanja, lauk pauknya kadang telur, tahu tempe, atau
hanya sambal saja. Ketika terjadi gangguan kesehatan, ibu S langsung
membawanya ke puskesmas patrang.
28. Fungsi reproduksi : ibu S mengatakan dari dulu tidak punya kelainan
reproduksi. Anak E juga dilahirkan secara normal. Ibu S tidak pernah
mengalami keguguran.
29. Fungsi Ekonomi : ibu S mengatakan: gaji yang diperoleh belum cukup
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan anaknya. Untuk menambah
penghasilannya ibu S menjual sayuran dan telur hasil ternak, (penuturan
ibu S).
VI. STRESS DAN KOPING KELUARGA
30. Stressor jangka pendek : ibu S mengatakan kadang anak E merengek
atau bahkan menangis minta dibelikan susu, baju baru, ataupun jalan-
jalan ke alun-alun. Namun oleh ibu S dibiarkan saja dengan alasan itu
hanya keinginan sesaat anak E dan lebih baik uangnya dipakai untuk
mencukupi kebutuhan sehari-hari.
27
31. Stressor jangka panjang : keadaan perekonomian yang sulit terutama
setelah Bp. T pergi kerja ke Bali dan lama tidak pulang sehingga ibu S
harus mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari bersama
anaknya. Ibu S mengatakan gaji yang didapat sebagai seorang penjahit
hanyalah Rp. 200.000/bulan dan itu sangat kurang. Penyakit TBC
yang sudah lama dideritanya dianggap biasa olehnya sudah jarang
kambuh.
32. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor : ibu S sangat
mampu dan sabar dalam menghadapi masalah yang muncul di dalam
keluarganya. Ibu S mengatakan bahwa manusia hidup pasti ada
masalah. Namun kita harus menghadapi itu dengan penuh kesabaran.
Apalagi masalah ekonomi yang sangat minimal sekali. Ibu S jarang
mengeluh saat kesulitan keuangan dan tidak pernah bersikap kasar
terhadap anak S karena masalah yang dipikirkannya.
33. Strategi koping yang digunakan : menurut ibu S koping yang
digunakan untuk membantu meringankan masalah ekonomi adalah
menjual sayuran yang ditanam di belakang rumahnya. Selain itu
menjual ayam dan telurnya serta menerima jahitan di rumah.
34. Strategi adaptasi disfungsional : ibu S mengatakan tidak ada perilaku
yang menyimpang dalam menghadapi masalahnya. Semua masalah
yang ada dihadapi dengan sabar.
VII. Hasil Pengkajian Fisik
No Pemeriksaan
Fisik
Ibu S Anak E
1 Keluhan saat ini Kadang batuk Tidak ada keluhan
2 Kepala Rambut hitam
Mata bersinar
Warna kulit muka sawo
matang.
Rambut hitam
Mata bersinar
Warna kulit muka sawo
28
Bibir kecokelatan
Lidah merah muda, permukaan
berbintik.
Gigi bersih.
matang.
Bibir kecokelatan
Lidah merah muda,
permukaan berbintik.
Gigi bersih.
3 Leher Tidak ada pembengkakan
kelenjar tyroid.
Teraba denyutan vena
jugularis.
Tidak ada pembengkakan
kelenjar tyroid.
Teraba denyutan vena
jugularis.
4 Thorax Suara nafas vesikuler.
Perbandingan diameter
anteroposterior: transversal=
1:2
Suara nafas vesikuler.
Perbandingan diameter
anteroposterior: transversal=
1:2
5 Abdomen Inspeksi, perkusi,
palpasi: tidak ada pembesaran
organ.
Warna kulit kecokelatan.
Terdengar bising usus.
Inspeksi, perkusi,
palpasi: tidak ada
pembesaran organ.
Warna kulit
kecokelatan
Terdengar bising usus.
6 Ekstremitas atas Tangan kanan dan kiri
simetris.
Teraba arteri brakhialis.
Warna kulit kecokelatan.
Tidak menderita
kelumpuhan (kekuatan otot
baik)
Tangan kanan dan kiri
simetris.
Teraba arteri
brakhialis.
Warna kulit
kecokelatan
Tidak menderita
kelumpuhan (kekuatan otot
baik)
7 Ekstremitas
bawah
Kaki kanan dan kiri
simetris.
Warna kulit kecokelatan.
Tidak menderita
kelumpuhan (kekuatan otot
baik)
Kaki kanan dan kiri
simetris.
Warna kulit
kecokelatan
Tidak menderita
kelumpuhan (kekuatan otot
29
baik)
VIII. HARAPAN KELUARGA TERHADAP PERAWATAN KESEHATAN
KELUARGA
a. Persepsi terhadap masalah: Ibu S mengatakan bahwa dalam kehidupan pasti
ada masalah dan harus diatasi dengan sabar.
b. Harapan terhadap masalah: harapan Ibu S kedepannya yaitu membahagiakan
anak.
30
No. Data Masalah/
Diagnosa
Kemungkinan
Penyebab
Diagnosa
keperawatan
1. Tahap I
DS :
- Ibu S, air limbah
dibiarkan mengalir di
selokan di sekitar rumah.
- Ibu. H mangatakan
kandang ayam berada di
dalam rumah
- Menurut keluarga,
kandang ayam seharusnya
berada di luar. Tetapi
tidak ada biaya untuk
membuat kandang.
- kamar anak E
berdekatan dengan kamar
Ibu S dan kandang ayam
DO:
- Tidak terdapat
Resiko
terjadinya
infeksi
(penularan
penyakit)
Keluarga tidak
mampu
memodifikasi
lingkungan rumah
untuk menyelesaikan
permasalahan
lingkungan disekitar
rumah
Resiko penularan
infeksi (penyakit)
pada anak E
berhubungan dengan
ketidakmampuan
keluarga
memodifikasi
lingkungan rumah
untuk menyelesaikan
permasalahan
lingkungan disekitar
rumah (paparan agen
infeksi, kondisi hidup
kurang bersih)
31
ANALISA DATA
Jendela kamar di
kamar ibu S.
- Lingkungan tidak
layak ( kandang
hewan di sekitar
rumah).
- air kotor di buang di
selokan.
- Sanitasi rumah buruk
- ventilasi kurang,
tembok dari bambu.
Tahap II
Keluarga tidak mampu
memelihara atau
memodifikasi lingkungan
yang sehat.
2. Tahap I
DS :
- Ibu S mengatakan
hanya merawat Anak E
sendirian.
- Ibu S mengatakan,
kurangnya perhatian yang
Perubahan
penampilan
peran
transisi peran
sebagai single parent
Perubahan
penampilan peran
keluarga terutama ibu
S berhubungan
dengan transisi peran
sebagai single parent
32
diberikan kepada anak E
- ibu S merasa kesulitan
saat anak E berkata
kangen dengan bapaknya
(Bp. T)
DO:
- Ibu S hanya
lulusan SD
- Anak E
Berpisah dengan
bapak T sejak
balita
- Perhatian dari
ayah kurang
kepada anak E.
- Ibu S tidak
memperhatikan
kebersihan anak E
setelah bermain
(cuci tangan, kuku
kotor)
- Anak E malu
saat ditemui orang
lain
33
Tahap II
Ketidakmampuan
keluarga dalam mengenal
dampak situasi pada
perubahan peran
3. Tahap I
DS :
- ibu S menyatakan bahwa
rumahnya masih butuh
perbaikan
- ibu S mengatakan akan
memindahkan kandang
ayam
- ibu S menyatakan
menyewakan rumahnya
yang satunya
DO :
- Rumah berdebu
Kerusakan
penatalaksan
aan
pemeliharaan
rumah
Ketidaksanggupan
mengambil
keputusan
Kerusakan
penatalaksanaan
pemeliharaan rumah
berhubungan dengan
ketidakmampuan
Keluarga menentukan
keputusan yang tepat
untuk menangani
masalah pemeliharaan
rumah keluarga
34
- Lantai dari semen
- kandang dan rumah
hanya berbatasan dengan
dinding bamboo
Tahap II
Ketidak mampuan
keluarga dalam
mengambil keputusan
(salah mengambil
keputusan)
Ibu S tidak mengerti
mengenai sifat, berat dan
luasnya masalah
35
PRIORITAS MASALAH
Diagnosa Keperawatan:
Resiko penularan infeksi (penyakit) pada anak E berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan rumah untuk menyelesaikan
permasalahan lingkungan disekitar rumah (paparan agen infeksi, kondisi hidup
kurang bersih)
No. Kriteria Bobot Nilai Pembenaran
1. Sifat masalah
Aktual = 3
1 3/3x1=1/3 Ibu S menyadari keadaan
kesehatannya sekarang ini dapat
mengakibatkan anak E tertular
penyakitnya.
2. Kemungkinan
masalah diubah
Sebagian = 1
2 1/2x2=1 Keadaan kesehatan ibu S yang
menderita TB paru ini dapat
diubah dengan cara melakukan
pengobatan ke puskesmas
Patrang.
3. Potensial masalah
dicegah
Cukup = 2
1 2/3x1= 2/3 Proses pengobatan secara berkala
dan teratur serta interaksi yang
diperhatikan dapat
meminimalkan penularan
penyakit.
4. Menonjolnya 1 2/2x1=1 Masalah sangat dirasakan ada
36
masalah
Masalah ada dan
perlu ditangani=2
dan memerlukan penanganan
untuk menghindari dampak
lainnya.
Jumlah 3
Diagnosa keperawatan :
Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah berhubungan dengan ketidakmampuan
Keluarga menentukan keputusan yang tepat untuk menangani masalah pemeliharaan
rumah keluarga
No. Kriteria Bobot Nilai Pembenaran
1. Sifat masalah
Aktual = 3
1 3/3x1=1/3 Kandang ayam yang terletak
tepat di samping rumah
menjadikan ancaman dalam
munculnya penyakit yang lain
misalnya flu burung.
2. Kemungkinan
masalah diubah
Sebagian = 1
2 1/2x2=1 Perlunya kesadaran ibu S untuk
segera memindahkan letak
kandang ayam di belakang
rumah.
3. Potensial masalah
dicegah
Rendah = 1
1 1/3x1=1/3 Biaya untuk membuat kandang
ayam yang baru masih belum
mencukupi.
4. Menonjolnya
masalah
Masalah ada dan
tidak perlu segera
1 1/2x1=1/2 Ancaman dirasakan ada tetapi
keluarga merasa ada hal yang
lebih penting untuk terlebih
dahulu diselesaikan.
37
ditangani=1
Jumlah 2.16
Diagnosa Keperawatan :
Perubahan penampilan peran keluarga terutama ibu S berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
No.
Kriteria Bobot Nilai Pembenaran
1. Sifat masalah
Krisis = 1
1 1/3x1=1/3 Ibu S sudah mulai terbiasa
dengan peran gandanya sebagai
single parent sejak kepergian Bp.
T.
2. Kemungkinan
masalah diubah
Sebagian = 1
2 1/2x2=1 Peran orang tua yang sesuai
untuk mendapatkan pertumbuhan
anak yang baik diharapkan oleh
ibu S pada bagi E untuk
memberikan perhatian penuh
pada anak E.
3. Potensial masalah
dicegah
Cukup = 2
1 2/3x1= 2/3 Masalah sudah lama berlangsung
sekitar 5 tahun. Kehadiran Bp. T
sudah tidak diharapkan lagi
sehingga membuat ibu S semakin
mantap untuk menyandang status
sebagai single parent.
4. Menonjolnya
masalah
Masalah tidak
1 0/2x1=0 Dalam perubahan perannya ibu S
tidak mengalami kesulitan dalam
mengasuh dan memberikan
38
dirasakan = 0 perhatian yang penuh pada anak
E.
Jumlah 2
Diagnosa keperawatan keluarga bersadarkan prioritas :
Dari hasil penghitungan maka dapat disusun diagnosa keperawatan berdasarkan
prioritas pada keluarga ibu S :
1. Resiko penularan infeksi (penyakit) pada anak E berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan rumah untuk
menyelesaikan permasalahan lingkungan disekitar rumah (paparan agen
infeksi, kondisi hidup kurang bersih)
2. Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah berhubungan dengan
ketidakmampuan Keluarga menentukan keputusan yang tepat untuk
menangani masalah pemeliharaan rumah keluarga
3. Perubahan penampilan peran keluarga terutama ibu S berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
39
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA IBU S
No Dignosa
keperawatan
Tujuan
umum
Tujuan khusus Kriteria Standar intervensi
1 Resiko terjadinya
infeksi (penularan
penyakit) pada
keluarga ibu S
khususnya pada
anak E
berhubungan
dengan
ketidakmampuan
keluarga
memodifikasi
lingkungan rumah
untuk
menyelesaikan
permasalahan
Setelah
dilakukan
asuhan
keperawatan
maka
keluarga akan
menunjukkan
kemampuan
dalam
memodifikasi
lingkungan
rumah.
Setelah
pertemuan 4 x
60 menit dapat
menunjukkan :
1. Keluarga
mampu
mengenal
masalah
dalam
memodifikas
i lingkungan
Respon
verbal
Langkah awal
yang dilakukan
yaitu memberikan
informasi tentang
masalah yang
dapat ditimbulkan
dalam tata
lingkungan
1.1.1 Berikan penjelasan
pada keluarga
mengenai masalah-
masalah yang dapat
ditimbulakan dari
tata lingkungannya
40
lingkungan
disekitar rumah
(paparan agen
infeksi, kondisi
hidup kurang
bersih)
2. Keluarga
mampu
memutuskan
untuk
melakukan
perubahan
tata ruang
rumah
3. Keluarga
mampu
memberikan
dukungan
positif pada
ibu S untuk
segera
memindahka
n kandang
ayam ke
belakang
rumah
Respon
verbal
Demonst
rasikan
Sikap ibu S untuk
melakukan
perubahan pada
tata ruang rumah
Kesehatan yang
harus segera
disembuhkan
sebagai
pendukung untuk
segera
memindahkan
kandang ayam
2.1.1 dukung keluarga
untuk mengambil
keputusan dalam
melakukan perubahan tata
ruang rumah.
3.1.1 Lakukan konsultasi
pada keluarga khususnya
ibu S tentang pemindahan
kandang ayam.
3.1.2 instruksikan pada
keluarga untuk menjaga
hygiene pribadi untuk
melindungi tubuh terhadap
infeksi
41
4. Keluarga
mampu
menciptakan
lingkungan
yang
mendukung
peningkatan
status
kesehatan
keluarga.
5. Keluarga
mampu
menggunaka
n fasilitas
kesehatan
yang ada
untuk
Demonst
rasikan
Demonst
rasikan
Status kesehatan
pada keluarga ibu
S dapat
ditingkatkan
dengan adanya
lingkungan yang
nyaman dan
bersih
Pelayanan
kesehatan sangat
memperhatikan
faktor-faktor yang
mendukung
4.1.1 Anjurkan kepada
keluarga untuk
membersihkan lingkungan
dengan benar
5.1.1 anjurkan keluarga
khususnya pada ibu S ke
puskesmas untuk selalu
mengontrol kesehatannya
dan menanyakan tentang
faktor lingkungan yang
42
melakukan
konsultasi
tentang
pengaruh
tata ruang
terhadap
pemeliharaa
n kesehatan
keluarga
kesembuhan ibu S dapat mengganggu status
kesehatan keluarganya.
2 Perubahan
penampilan peran
keluarga terutama
ibu S
berhubungan
dengan
ketidakmampuan
keluarga merawat
anggota keluarga
yang sakit
Setelah
dilakukan
asuhan
keperawatan
Ibu S mampu
menjalankan
perannya
sebagai single
parent
Setelah
dilakukan
pertemuan 4x60
menit, keluarga
menunjukkan:
1. Keluarga
mampu
mengenal
dampak
situasi pada
perubahan
Respon
verbal
Keluarga dapat
menyebutkan
adanya kesulitan
dalam melakukan
peran yang baru
1.1.1 Bantu keluarga
mengenal masalah
1.1.2 Diskusikan dengan
ibu S mengenai rasa
tidak menerima
kondisi bahwa ibu S
43
peran
2. Keluarga
mampu
memutuskan
untuk
melakukan
peran ganda
3. Keluarga
mampu
meberikan
support pada
dirinya dalam
pengasuhan
anak E
Respon
verbal
redemon
strasi
Ibu S tidak
membutuhkan
bantuan orang
lain dalam
mengasuh anak E
Anak E menjadi
motivator bagi
ibu S untuk
menyemangati
kembali hidup
Ibu S mampu
menjalankan
perannya dengan
baik
melakukan peran
ganda
2.1.1 Ajarkan perilaku
baru yang
dibutuhkan oleh ibu
S untuk memenuhi
suatu peran.
3.1.1 bantu ibu S dalam
mengidentifikasi
kekuatan diri
3.1.2 bantu ibu S dalam
mengidentifikasi
berbagai peran
44
4. Keluarga
mampu
memenuhi
harapan
peran
5. Keluarga
dapat
menggunaka
n fasilitas
pelayanan
kesehatan
sebagai
sarana untuk
memutuskan
masalah
Redemo
nstrasika
n
redemon
strasi
Dengan
menggunakan
fasilitas kesehatan
ibu S dapat
berkonsultasi
tentang masalah
perannya
dalam hidup.
4.1.1 beri penjelasan pada
ibu S tentang peran yang
harus dilakukan sebagai
single parent
4.1.2 fasilitasi diskusi
tentang adaptasi peran
5.1.1 Beri penjelasan
pada keluarga
tentang fungsi
fasilitas dan
pelayanan
kesehatan yang
dapat digunakan.
5.1.2 Diskusikan tentang
pelayanan yang ada
sebagai tempat
45
untuk mendapatkan
solusi masalah
peran keluarga.
3 Kerusakan
penatalaksanaan
pemeliharaan
rumah
berhubungan
dengan
ketidakmampuan
Keluarga
menentukan
keputusan yang
tepat untuk
menangani
masalah
pemeliharaan
rumah keluarga
Setelah
dilakukan
asuhan
keperawatan
keluaraga
akan
mengerti cara
memelihara
rumah
Setelah
pertemuan 4x60
menit dapat
menunjukkan:
1. Keluarga
mampu
mengenal
masalah
pemeliharaa
n rumah
2. Keluarga
Respon
verbal
Respon
Ibu S mampu
mengidentifikasi
adanya ancaman
dalam lingkungan
rumah
Tata ruang yang
1.1.1 Bantu keluarga
mengenal masalah
1.1.2 Tingkatkan status
pendidikan keluarga
dengan memberikan
pendidikan pada
keluarga tentang
rumah sehat dan
tata ruang rumah
yang baik
2.1.1 Bantu keluarga
46
mampu
memutuskan
tindakan
yang tepat
untuk
mengatur
lingkungan
rumah
3. Keluarga
mampu
melakukan
tindakan
modifikasi
dengan tepat
4. Keluarga
verbal
Respon
verbal
redemon
buruk dapat
menyebabkan
berbagai penyakit
dan mengurangi
kenyamanan
Ibu S dapat
memindahkan
kandang ayam ke
halaman belakang
dan membuat WC
supaya yidak
BAB di sungai
Penataan ruang
dalam memutuskan
tindakan
keperawatan
2.1.2 Bantu keluarga
mengidentifikasi
keuntungan dan
kerugian dalam
pengambilan
keputusan
3.1.1 Kaji kemampuan
anggota keluarga
dalam
memodifikasi
lingkungan
3.1.2 Jelaskan tentang
perubahan yang
bisa terjadi setelah
memodifikasi
lingkungan.
4.1.1 Ajarkan dan
47
mampu
menciptakan
lingkungan
yang bersih
dan nyaman
5. Keluarga
dapat
menggunaka
n fasilitas
kesehatan
yang ada
untuk
mendapatka
n informasi
tentang
penatalaksan
aan rumah
strasikan
redemon
strasikan
rumah yang baik
dapat
menciptakan
lingkungan yang
nyaman dan
bersih
Dengan
menggunakan
fasilitas kesehatan
seperti puskesmas
dapat membantu
memberikan
masukan untuk
mengatur tata
ruang rumah yang
sehat dan sebagai
tempat rujukan
jika ada anggota
demontrasikan cara
modifikasi
lingkungan rumah.
4.1.2 Bantu keluarga
dalam menciptakan
lingkungan yang
sehat
5.1.1 Beri penjelasan
pada keluarga
tentang fungsi
fasilitas dan
pelayanan
kesehatan yang
dapat digunakan.
5.1.2 Diskusikan tentang
pelayanan yang ada
sebagai tempat
rujukam keluarga
48
dan sebagai
tempat
rujukan
keluarga yang
sakit
bila ada yang sakit.
5.1.3 Kaji kemampuan
keluarga dalam
penentuan
pelayanan
kesehatan yang
tepat.
49
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI TANDA TANGAN
EVALUASI
10/12/2009 Resiko terjadinya infeksi
(penularan penyakit) pada
keluarga ibu S khususnya
pada anak E berhubungan
dengan ketidakmampuan
keluarga memodifikasi
lingkungan rumah untuk
menyelesaikan
permasalahan lingkungan
disekitar rumah (paparan
agen infeksi, kondisi hidup
kurang bersih)
1.1 Memberikan penjelasan pada ibu S
mengenai masalah-masalah yang
dapat ditimbulkan dari tata
lingkungannya ---------------------
1.2 memberikan dukungan keluarga
untuk mengambil keputusan dalam
melakukan perubahan tata ruang
rumah---------------------------------------
1.3 mendiskusikan dengan keluarga
tentang pemindahan kandang ayam---
1.4 Menganjurkan keluarga untuk
menjaga hygiene pribadi untuk
melindungi tubuh terhadap infeksi
Fitri-----------
Fitri -----------
Fitri-----------
Fitri-----------
S: Ibu S mengatakan
ingin segera
memindahkan kandang
ayamnya ke belakang
rumah
O: sudah ada kerangka
kandang ayam di
belakang rumahnya
A: Masalah
pembiayaan yang
belum ada
P: Lakukan diskusi
dengan keluarga cara
untuk segera
50
1.5 Menganjurkan keluarga khususnya
pada ibui S ke puskesmas untuk selalu
mengontrol kesehatannya dan keluarga
untuk menjaga hygiene pribadi untuk
melindungi tubuh terhadap infeksi----
Fitri -----------
mendapatkan biaya
tersebut
12/12/2009 Perubahan penampilan peran
keluarga terutama ibu S
berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga
yang sakit
1.1 Kembali mengkomunikasikan
mengenai perasaan yang dirasakan
oleh ibu S--------------------- -
1.2 Mengajak ibu untuk mengenal lebih
jauh masalah yang sedang dihadapi
1.3 Membantu ibu S dalam
mengidentifikasi kekuatan diri
-------------------
1.4 beri penjelasan pada ibu S tentang
Tifani------------
Tifani------------
Tifani ------------
S: Ibu S mengatakan
sudah mulai melupakan
Bp. T dan
kehadirannya sudah
tidak diharapkan lagi.
O: Ibu S terlihat lebih
tenang namun matanya
sedikit berkaca-kaca
A: Masalah mulai
51
peran yang harus dilakukan sebagai
single parent ----------------
1.5 Memberikan dukungan pada ibu S
agar dapat menjalani perannya
dengan baik-------------------
Tifani------------
Tifani------------
dapat diselesaikan
P: Lanjutkan diskusi
dengan keluarga
mengenai perannya
13/12/2009 Kerusakan penatalaksanaan
pemeliharaan rumah
berhubungan dengan
ketidakmampuan Keluarga
menentukan keputusan yang
tepat untuk menangani
masalah pemeliharaan
rumah keluarga
1.1 Membantu keluarga mengenal
masalah --------------------
1.2 Meningkatkan status pendidikan
keluarga dengan memberikan
pendidikan pada keluarga tentang
rumah sehat dan tata ruang rumah
yang baik ---------------------
1.3 Kaji kemampuan anggota
keluarga dalam memodifikasi
lingkungan
1.4 Ajarkan dan demontrasikan cara
modifikasi lingkungan rumah ------
Tofan------------
Tofan------------
Tofan-------------
Tofan------------
S: ibu S menyatakan
bahwa rumahnya
masih butuh
perbaikan dan akan
memindahkan
kandang ayam ke
belakang rumah
O: Rumah berdebu
- Lantai dari semen
- kandang dan rumah
hanya berbatasan
52
1.5 Diskusikan tentang pelayanan yang
ada sebagai tempat rujuka keluarga
bila ada yang sakit ---------
Tofan------------ dengan dinding bambu
A: Masalah belum
selesai karena
keterbatasan biaya tapi
ada kemauan dari
keluarga
P: anjurkan untuk
segera melakukan
tindakan
53
BAB 4. PEMBAHASAN
Kegiatan pembinaan keluarga dilakukan di area kerja Puskesmas Patrang
dengan keluarga binaan ditentukan oleh petugas puskesmas. Keluarga binaan yang
ditunjuk oleh Puskesmas adalah keluarga ibu S, dengan anggota keluarga anak S.
Pembagian mahasiswa sesuai dengan tanggung jawab tiap langkah asuhan
keperawatan keluarga seperti yang telah ditentukan sebelumnya. Dilakukan supervisi
oleh dosen pembimbing seharusnya dilakukan minimal 3 kali sesuai dengan kontrak
program mata kuliah asuhan keperawatan keluarga
Pengaplikasian teori keperawatan keluarga dilakukan oleh mahasiswa mulai
dari pengkajian, perencanaan, intervensi dan evaluasi dengan tujuan agar keluarga
mampu melakukan 5 tugas kesehatannya, yaitu mengenal masalah kesehatan, mampu
memutuskan tindakan kesehatan, mampu merawat anggota keluarga yang sakit,
mampu menciptakan lingkungan yang sehat dan mampu memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan yang ada dimasyarakat. Dengan dicapainya tujuan tersebut,
diharapkan keluarga secara mandiri dapat menilai status kesehatannya sehingga status
kesehatan keluarga dan masyarakat meningkat.
Pengkajian keluarga dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan sesuai dengan
kesepakatan dengan keluarga ibu S. Dalam proses pengkajian, keluarga ibu S sangat
kooperatif. Setiap pertanyaan yang diberikan oleh pengkaji dijawab dengan baik oleh
ibu S dan pernyataan ibu S disampaikan secara jelas. Pengkajian terhadap keluarga
dilakukan selama dua kali pertemuan sedangkan pengkajian terhadap individu selama
1 kali pertemuan. Pendekatan yang diguanakan mahasiswa dalam melaksanakan
praktik klinik keperawatan keluarga adalah problem solving approach (pendekatan
menggunakan model pemecahan masalah) sehingga antusiasme keluarga sangat
tinggi untuk menerima mahasiswa sebagai pembina kesehatan dalam keluarganya.
54
Perumusan diagnosa keparawatan dianalisis berdasarkan dari hasil pengkajian
terhadap adanya masalah dalam tahap perkembangan keluarga, lingkungan keluarga,
struktur keluarga, fungsi-fungsi keluarga, dan koping keluarga, yang bersifat actual,
resiko atau kesejahteraan, dimana perawat memiliki kewenangan dan tanggung jawab
melakukan tindakan keperawatan bersama-sama dengan keluarga dan berdasarkan
kemampuan dan sumber daya keluarga. Perumusan diagnosa yang disepakati oleh
keluarga dan kelompok kami adalah resiko penularan infeksi (penyakit) pada anak E
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan rumah
untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan disekitar rumah (paparan agen
infeksi, kondisi hidup kurang bersih), kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan
rumah berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga menentukan keputusan yang
tepat untuk menangani masalah pemeliharaan rumah keluarga, perubahan penampilan
peran keluarga terutama ibu S berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit.
Perencanaan dan pelaksanaan asuhan keperawatan dilaksanakan secara
beruntun dikarenakan menyesuaikan jadwal keluarga dan kelompok. Setelah
penyusunan perencanaan dilakukan oleh kelompok meliputi penyusunan prioritas,
penetapan tujuan, identifikasi sumber daya keluarga, dan menyeleksi intervensi
keluarga ditetapkan selanjutnya adalah pelaksanaan asuhan. Intervensi dilaksanakan
oleh kelompok dengan melibatkan keluarga ibu S yang dilaksanakan sesuai dengan
jadwal pertemuan yang telah disepakati. Tidak terdapat kendala berarti selama
pelaksanaan asuhan keperawatan.
Rata-rata dalam waktu singkat mahasiswa mampu menyelesaikan tugas
perawatan keluarga sesuai dengan tujuan, yaitu sampai mampu melakukan evaluasi.
Pada tahapan evaluasi, kelompok melakukan penilaian terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan. Namun terdapat kendala diantaranya pembagian dosen pembimbing
untuk dilakukan supervisi masih belum berjalan secara optimal. Kami menyadari dan
memaklumi tentang keberadaan hal tersebut.
55
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
a. Pengkajian keluarga dan individu di dalam keluarga dapat memberikan data
yang sesuai untuk permasalahan kesehatan keluarga
b. Diagnosa keperawatan keluarga ditentukan bersama-sama dengan keluarga
sesuai dengan masalah kesehatan keluarga
c. Penyusunan perencanaan dilakukan dengan menentukan prioritas, menetapkan
tujuan, identifikasi sumber daya keluarga, dan menyeleksi intervensi keluarga
d. Tindakan keperawatan keluarga sesuai dengan rencana yang telah ditentukan
dengan memobilisasi sumber-sumber daya yang ada di keluarga, masyarakat,
dan pemerintah
e. Evaluasi pelaksanaan tindakan keperawatan dilaksanakan secara sumatif dan
formatif terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan, menggunakan SOAP
secara operasional.
5.2 Saran
a. Diharapkan keluarga secara mandiri dapat menilai status kesehatannya
sehingga status kesehatan keluarga dan masyarakat meningkat.
b. Mahasiswa dan perawat dapat memahami karakteristik budaya termasuk
didalamnya adalah bahasa daerah agar proses keperawatan dapat berlangsung
dengan baik.
56
DAFTAR PUSTAKA
__________ 2008. Asuhan Keperawatan Tuberculosis
(TBC).http://www.indonesianursing.com [didownload tanggal 13 desember
2009]
Freedman, M.1998. Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC
Kautsar. 2008. Penyakit TBC Perlu Dikenali Bukan Ditakuti. http://www.
kautsarku.wordpres.com [didownload tanggal 13 desember 2009]
Piogama. 2009. Mengatasi TBC Dengan Pengobatan yang Sesuai.
http://www.piogama.ugm.ac.id [didownload tanggal 13 desember 2009]
57
58
59