Askep Keluarga

71
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai peningkatan derajat hidup sehat bagi setiap penduduk adalah merupakan hakekat pembangunan kesehatan yang termuat di dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) dengan tujuan agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Agar tujuan tersebut dapat tercapai secara optimal, diperlukan partisipasi aktif dari seluruh anggota masyarakat bersama petugas kesehatan. Hal ini sesuai dengan telah diberlakukannya UU No. 23 tahun 1992 yaitu pasal 5 yang menyatakan bahwa setiap orang berkewajiban untuk ikut serta dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan, keluarga dan lingkungan. Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat merupakan salah satu sasaran peningkatan derajat kesehatan. Melalui pendekatan proses keperawatan ,

Transcript of Askep Keluarga

Page 1: Askep  Keluarga

1

 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai

peningkatan derajat hidup sehat bagi setiap penduduk adalah merupakan

hakekat pembangunan kesehatan yang termuat di dalam Sistem Kesehatan

Nasional (SKN) dengan tujuan agar dapat mewujudkan derajat kesehatan

masyarakat yang optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari

tujuan nasional. Agar tujuan tersebut dapat tercapai secara optimal,

diperlukan partisipasi aktif dari seluruh anggota masyarakat bersama petugas

kesehatan. Hal ini sesuai dengan telah diberlakukannya UU No. 23 tahun

1992 yaitu pasal 5 yang menyatakan bahwa setiap orang berkewajiban untuk

ikut serta dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan,

keluarga dan lingkungan.

Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat merupakan salah satu

sasaran peningkatan derajat kesehatan. Melalui pendekatan proses

keperawatan , asuhan keperawatan keluarga merupakan satu langkah yang

tepat untuk meningkatkan derajat kesehatan keluarga. Ada kalanya perawatan

dirumah sakit harus ditindaklanjuti dengan perawatan dirumah (home care)

guna melibatkan keluarga berperan aktif dalam memaksimalkan proses

penyembuhan dan mengurangi beban rumah sakit. Disamping itu keluarga

yang sehat sangat identik dengan status  kesehatan masing-masing anggota

keluarganya. 

Pelayanan keperawatan di rumah merupakan pelayanan keperawatan yang

diberikan di tempat tinggal klien dan keluarga sehingga klien tetap memiliki

otonomi untuk memutuskan hal – hal yang terkait dengan masalah

kesehatannya. Perawat yang melakukan keperawatan di rumah bertanggung

Page 2: Askep  Keluarga

2

jawab untuk meningkatkan kemampuan keluarga untuk mencegah penyakit

dan pemeliharaan kesehatan. Namun, di Indonesia belum ada lembaga

ataupun organisasi perawat yang mengatur pelayanan keperawatan keluarga

di rumah secara administratif. Perawatan yang diberikan di rumah khususnya

oleh perawat komunitas masih bersifat sukarela, belum ada aturan terhadap

imbalan atas jasa yang diberikan.

Berkembangnya konsep dokter keluarga merupakan cambuk bagi perawat

untuk lebih meingkatkan perannya sebagai perawat profesional dimasyarakat

dengan meningkatkan peran dalam memberikan asuhan keperawatan

keluarga. Atas dasar itulah kesempatan praktek komunitas mahasiswa ini

merupakan waktu yang tepat untuk melaksanakan asuhan keperawatan

keluarga sehingga meningkatkan eksistensi dunia keperawatan di mata

masyarakat.

1

Page 3: Askep  Keluarga

3

B. Tujuan Penulisan

a. Tujuan Umum

Setelah menyelesaikan praktek keperawatan komunitas mampu

menerapkan asuhan keperawatan pada keluarga yang mempunyai masalah

kesehatan sesuai tugas dan perkembangan keluarga.

2. Tujuan Khusus

Setelah menyelesaikan praktek keperawatan komunitas mampu  :

a. Mengidentifikasi data yang sesuai dengan masalah kesehatan keluarga

b. Merumuskan diagnosa keperawatan keluarga sesuai dengan masalah

kesehatan keluarga

c. Merencanakan tindakan sesuai dengan diagnosa keperawatan

d. Melaksanakan tindakan sesuai rencana yang telah ditentukan

e. Mengevaluasi pelaksanaan tindakan keperawatan

f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan keluarga

BAB II

Page 4: Askep  Keluarga

4

 TINJAUAN TEORI

A. Konsep Keluarga

1. Pengertian Keluarga

            Keluarga adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang hidup

bersama melalui ikatan perkawinan dan kedekatan emosi yang masing-

masing mengidentifikasi diri sebagai bagian dari keluarga (Ekasari,

2000).

Menurut Duval, 1997 (dalam Suprajitno.2004) mengemukakan

bahwa keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan

perkawinan, adopsi, dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan

mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik,

mental, emosional dan sosial setiap anggota.

Bailon, 1978 (dalam Achjar, 2010) berpendapat bahwa keluarga

sebagai dua atau lebih individu yang berhubungan karena hubungan

darah, ikatan perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga,

berinteraksi satu sama lain dalam peranannya dan menciptakan serta

mempertahankan budaya.

Keluarga adalah suatu sistem sosial yang dapat menggambarkan

adanya jaringan kerja dari orang-orang yang secara regular berinteraksi

satu sama lain yang ditunjukkan oleh adanya hubungan yang saling

tergantung dan mempengaruhi dalam rangka mencapai tujuan (Leininger,

1976).

Jadi dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah sekumpulan dua

orang atau lebih yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi,

hubungan darah, hidup dalam satu rumah tangga, memiliki kedekatan

emosional, dan berinteraksi satu sama lain yang saling ketergantungan

untuk menciptakan atau mempertahankan budaya, meningkatkan

Page 5: Askep  Keluarga

5

perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial setiap anggota dalam

rangka mencapai tujuan bersama.

     

2. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga

            Tahap dan siklus tumbuh kembang keluarga menurut Duval 1985

dan Friedman 1998, ada 8 tahap tumbuh kembang keluarga, yaitu :

a. Tahap I : Keluarga Pemula

Keluarga pemula merujuk pada pasangan menikah/tahap

pernikahan. Tugas perkembangan keluarga saat ini adalah membangun

perkawinan yang saling memuaskan, menghubungkan jaringan

persaudaraan secara harmonis, merencanakan keluarga berencana.

b. Tahap II : Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai

umur 30 bulan)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap II, yaitu membentuk

keluarga muda sebagai sebuah unit, mempertahankan hubungan

perkawinan yang memuaskan, memperluas persahabatan dengan

keluarga besar dengan menambahkan peran orang tua kakek dan

nenek dan mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar

masing-masing pasangan.

c. Tahap III : Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua

berumur 2-6 tahun)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap III, yaitu memenuhi

kebutuhan anggota keluarga, mensosialisasikan anak,

mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi

kebutuhan anak yang lainnya, mempertahankan hubungan yang sehat

dalam keluarga dan luar keluarga, menanamkan nilai dan norma

Page 6: Askep  Keluarga

6

kehidupan, mulai mengenalkan kultur keluarga, menanamkan

keyakinan beragama, memenuhi kebutuhan bermain anak.

d. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13

tahun)

Tugas perkembangan keluarga tahap IV, yaitu

mensosialisasikan anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan

mengembangkan hubungan dengan teman sebaya, mempertahankan

hubungan perkawinan yang memuaskan, memenuhi kebutuhan

kesehatan fisik anggota keluarga, membiasakan belajar teratur,

memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas sekolah.

e. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20

tahun)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap V, yaitu

menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja

menjadi dewasa dan mandiri, memfokuskan kembali hubungan

perkawinan, berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-

anak, memberikan perhatian, memberikan kebebasan dalam batasan

tanggung jawab, mempertahankan komunikasi terbuka dua arah.

f. Tahap VI : Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup

anak pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah)

Tahap ini adalah tahap keluarga melepas anak dewasa muda

dengan tugas perkembangan keluarga antara lain : memperluas siklus

keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru yang didapat

dari hasil pernikahan anak-anaknya, melanjutkan untuk

memperbaharui dan menyelesaikan kembali hubungan perkawinan,

membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami dan istri.

Page 7: Askep  Keluarga

7

g. Tahap VII : Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan atau pensiunan)

Tahap keluarga pertengahan dimulai ketika anak terakhir

meninggalkan rumah dan berakhir atau kematian salah satu pasangan.

Tahap ini juga dimulai ketika orang tua memasuki usia 45-55 tahun

dan berakhir pada saat pasangan pensiun. Tugas perkembangannya

adalah menyediakan lingkungan yang sehat, mempertahankan

hubungan yang memuaskan dan penuh arah dengan lansia dan anak-

anak, memperoleh hubungna perkawinan yang kokoh.

h. Tahap VIII: Keluarga dalam tahap pensiunan dan lansia

Dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki

masa pensiun terutama berlangsung hingga salah satu pasangan

meninggal dan berakhir dengan pasangan lain meninggal. Tugas

perkembangan keluarga adalah mempertahankan pengaturan hidup

yang memuaskan, menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun,

mempertahankan hubungan perkawinan, menyesuaikan diri terhadap

kehilangan pasangan dan mempertahankan ikatan keluarga antara

generasi.

3. Tipe Keluarga

Menurut Maclin, 1988 (dalam Achjar, 2010) pembagian tipe keluarga,

yaitu :

a. Keluarga Tradisional

1) Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri dan

anak-anak yang hidup dalam rumah tangga yang sama.

Page 8: Askep  Keluarga

8

2) Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga yang hanya

dengan satu orang yang mengepalai akibat dari perceraian, pisah,

atau ditinggalkan.

3) Pasangan inti hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa anak atau

tidak ada anak yang tinggal bersama mereka.

4) Bujang dewasa yang tinggal sendiri

5) Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari

nafkah, istri tinggal di rumah dengan anak sudah kawin atau

bekerja.

6) Jaringan keluarga besar, terdiri dari dua keluarga inti atau lebih atau

anggota yang tidak menikah hidup berdekatan dalam daerah

geografis.

b. Keluarga non tradisional

1) Keluarga dengan orang tua yang mempunyai anak tetapi tidak

menikah (biasanya terdiri dari ibu dan anaknya).

2) Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah mempunyai

anak

3) Keluarga gay/ lesbian adalah pasangan yang berjenis kelamin sama

hidup bersama sebagai pasangan yang menikah

4) Keluarga kemuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih satu

pasangan monogamy dengan anak-anak, secara bersama

menggunakan fasilitas, sumber dan mempunyai pengalaman yang

sama.

Menurut Allender dan Spradley (2001)

a. Keluarga tradisional

1) Keluarga Inti (Nuclear Family) yaitu keluarga yang terdiri dari

suami, istri, dan anak kandung atau anak angkat

Page 9: Askep  Keluarga

9

2) Keluarga besar (extended family) yaitu keluarga inti ditambah

dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya

kakek, nenek, paman, dan bibi

3) Keluarga dyad yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri

tanpa anak

4) Single parent yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua

dengan anak kandung atau anak angkat, yang disebabkan karena

perceraian atau kematian.

5) Single adult yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dariseorang

dewasa saja

6) Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri

yang berusia lanjut.

b. Keluarga non tradisional

1) Commune family yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian

darah hidup serumah

2) Orang tua (ayah/ ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak

hidup bersama dalam satu rumah

3) Homoseksual yaitu dua individu yang sejenis kelamin hidup

bersama dalam satu rumah tangga

c. Menurut Carter dan Mc Goldrick (1988) dalam Setiawan dan

Darmawan (2005)

1) Keluarga berantai (sereal family) yaitu keluarga yang terdiri dari

wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan

satu keluarga inti.

2) Keluarga berkomposisi yaitu keluarga yang perkawinannya

berpoligami dan hidup secara bersama-sama.

3) Keluarga kabitas yaitu keluarga yang terbentuk tanpa pernikahan

Page 10: Askep  Keluarga

10

4. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur

keluarga atau sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarganya :

Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) dalam Setiawati dan

Darmawan (2005), yaitu:

a. Fungsi afektif

Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan

pemeliharaan kepribadian  anggota keluarga.

b. Fungsi sosialisasi

Fungsi sosialisasi bercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi

pada anak, membentuk nilai dan norma yang diyakini anak,

memberikan batasan perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak,

meneruskan nilai-nilai budaya anak.

c. Fungsi perawatan kesehatan

Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga

dalam melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga

serta menjamin pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental,

dan spiritual, dengan cara memelihara dan merawat anggota keluarga

serta mengenali kondisi sakit tiap anggota keluarga.

d. Fungsi ekonomi

Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang,

pangan, dan papan, dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber

daya keluarga.

Page 11: Askep  Keluarga

11

e. Fungsi biologis

Fungsi biologis bukan hanya ditujukan untuk meneruskn keturunan

tetapi untuk memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan

generasi selanjutnya.

f. Fungsi psikologis

Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih

saying dan rasa aman/ memberikan perhatian diantara anggota

keluarga, membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan

memberikan identitas keluarga.

g. Fungsi pendidikan

Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan

pengetahuan, keterampilan membentuk perilaku anak, mempersiapkan

anak untuk kehidupan dewasa mendidik anak sesuai dengan tingkatan

perkembangannya.

5. Tugas Keluarga

Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan dengan

ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan.

Asuhan keperawatan keluarga mencantumkan lima tugas keluarga

sebagai paparan etiologi/ penyebab masalah dan biasanya dikaji pada saat

penjajagan tahap II bila ditemui data malaadapti pada keluarga. Lima

tugas keluarga yang diaksud adalah:

a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, termasuk bagaimana

persepsi keluarga terhadap tingkat keparahan penyakit, pengertian,

tanda dan gejala, factor penyebab dan persepsi keluarga terhadap

masalah yang dialami keluarga.

Page 12: Askep  Keluarga

12

b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, termasuk sejauh

mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah,

bagaimana masalah dirasakan keluarga, bagaimana keluarga

menanggapi masalah yang dihadapi, adakah rasa takut terhadap akibat

atau adakah sifat negative dari keluarga terhadap masalah kesehatan,

bagaimana system pengambilan keputusan yag dilakukan keluarga

terhadap anggota keluarga yang sakit.

c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit,

seperti bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat, dan

perkembangan perawatan yang diperlukan, sumber-sumber yang ada

dalam keluarga serta sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang

sakit.

d. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan seperti

pentingnya hygiene sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan penyakit

yang dilakukan keluarga. Upaya pemeliharaan lingkungan yang

dilakukan keluarga, kekompakan anggota keluarga dalam menata

lingkungan dalam dan lingkungan luar rumah yang berdampak

terhadap kesehatan keluarga.

e. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan

kesehatan, seperti kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan

dan fasilitas pelayanan kesehatan, keberadaan fasilitas kesehatan yang

ada, keuntungan keluarga terhadap penggunaan fasilitas kesehatan,

apakah pelayanan kesehatan terjangkau oleh keluarga, adakah

pengalaman yang kurang baik yang dipersepsikan keluarga.

Page 13: Askep  Keluarga

13

B. Konsep penyakit

1. Pengertian TB Paru

TB paru (Tuberculosis paru) merupakan penyakit infeksi menular

pada sistem pernapasan yang disebabkan oleh Mycobacterium

tuberculosis  yang dapat mengenai bagian paru (Hidayat, 2008: 79).

Smeltzer dan Bare (2001: 584) mendefinisikan TB paru (Tuberkulosis

paru) adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru,

dengan agen infeksius utama Mycobacterium tuberculosis.

Menurut Price dan Wilson (2005: 852) TB paru adalah penyakit

infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.

2. Etiologi

Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, kuman

batang aerobik dan tahan asam (BTA) (Price dan Wilson, 2005:

852). Kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat

bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab. Dalam

jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama beberapa

tahun (Judarwanto, 2009).

3. Klasifikasi

TB (Tuberculosis) paru dalam Hidayat (2008: 79) dikelompokkan

menjadi dua kelompok, yaitu :

a. Tuberculosis paru primer yang sering terjadi pada anak. Proses ini

dapat dimulai dari proses yang disebut droplet nuclei yaitu suatu

proses terinfeksinya partikel yang mengandung dua atau lebih kuman

tuberculosis yang hidup dan terhirup serta diendapkan pada

permukaan alveoli. Kemudian terjadi eksudasi dan dilatasi pada

kapiler, pembengkakan sel endotel dan alveolar, keluar fibrin,

makrofag ke dalam ruang alveolar.

Page 14: Askep  Keluarga

14

b. Tuberculosis pascaprimer, terjadi pada klien yang sebelumnya

terinfeksi oleh kuman Mycobacterium tuberculosa.

4. Patofisiologi

Penularan TBC terjadi karena individu rentan yang menghirup udara

yang mengandung Mycobacterium tuberculosis. Segera setelah

menghirup basil tuberkulosis hidup ke dalam paru-paru, maka terjadi

eksudasi dan konsolidasi yang terbatas disebut fokus primer. Basil

tuberkulosis akan menyebar, histosit mulai mengangkut organisme

tersebut ke kelenjar limpe regional melalui saluran getah bening menuju

kelenjar regional sehingga terbentuk komplek primer dan mengadakan

reaksi eksudasi terjadi sekitar 2-10 minggu (6-8 minggu) pasca infeksi.

Bersamaan dengan terbentuknya kompleks primer terjadi pula

hypersensitivitas terhadap tuberkuloprotein yang dapat diketahui melalui

uji tuberkulin. Masa terjadinya infeksi sampai terbentuknya kompleks

primer disebut masa inkubasi.

Pada anak yang mengalami lesi dalam paru dapat terjadi dimanapun

terutama di perifer dekat pleura, tetapi banyak terjadi di lapangan bawah

paru dibanding lapangan atas. Juga terdapat pembesaran kelenjar regional

serta penyembuhannya mengarah ke kalsifikasi dan penyebarannya lebih

banyak terjadi melalui hematogen.

Pada reaksi radang dimana lekosit polimorfonuklear tampak pada

alveoli dan memfagosit bakteri namun tidak membunuhnya. Kemudian

basil menyebar ke limfe dan sirkulasi. Dalam beberapa minggu limfosit T

menjadi sensitif terhadap organisme TB dan membebaskan limfokin yang

merubah makrofag atau mengaktifkan makrofag. Alveoli yang terserang

akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut.

Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak

ada sisa nekrosis yang tertinggal, atau proses dapat berjalan terus dan

Page 15: Askep  Keluarga

15

bakteri terus difagosit atau berkembang diak di dalam sel. Makrofag yang

mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu

sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit.

Nekrosis pada bagian sentral memberikan gambaran yang relatif padat

pada keju, yang disebut nekrosis kaseosa.

Masa keju dapat mencair dan Mycobacterium tuberculosis dapat

berkembang biak ekstra selular sehingga dapat meluas di jaringan paru

dan terjadi pneumonia, lesi endobronkial, pleuritis atau Tb milier. Juga

dapat menyebar secara bertahap menyebabkan lesi di organ-organ

lainnya.(Setiawati, dkk., 2012).

5. Pathway

Micobacterium TBC

Air borne (saluran napas)

Jaringan paru (alveoli)

Fokus primer (Ghon)

Kemungkinan penyebaran (bronchogen, limfogen, hematogen)

Terbentuk primer komplek (ranke)

TBC primer

Infeksi (belum mempunyai kekebalan)

Perlawanan

Infiltrasi sel-sel radang

Reaksi non spesifik(tahap pra alergis)

Page 16: Askep  Keluarga

16

Reaksi spesifik(tahap alergis)

6. Manifestasi Klinik

Gejala TB paru menurut Wong (2008: 955) antara lain :

a. Dapat bersifat asimptomatik atau menimbulkan bermacam-macam

gejala yaitu :

1) Demam lama/berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria

atau infeksi saluran nafas akut), dapat disertai keringat malam.

2) Malaise

3) Nafsu makan tidak ada (anoreksia) dengan gagal tumbuh dan berat

badan tidak naik (failure to thrive) dengan adekuat.

4) Penurunan berat badan atau malnutrisi tanpa sebab yang jelas atau

tidak naik dalam 1 bulan dengan penanganan gizi.

5) Batuk ada atau tidak (berkembang secara perlahan selama

bermingu-minggu sampai berbulan-bulan)

6) Nyeri menusuk dan rasa sesak didada

7) Haemoptisis

b. Sejalan dengan perkembangan

1) Peningkatan frekuensi napas

2) Ekspansi paru buruk pada tempat yang sakit

3) Bunyi napas hilang dan ronki kasar

4) Pekak pada saat perkusi

5) Demam persisten

6) Pucat, anemia, kelemahan dan penurunan berat badan.

7. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang untuk TB menurut Sulaifi (2010) adalah

sebagai berikut :

a. Uji Mantoux atau Tuberkulin

Page 17: Askep  Keluarga

17

Ada 2 macam tuberkulin yaitu Old tuberkulin dan Purified Protein

Derivat (PPD). Caranya adalah dengan menyuntikkan 0,1 ml

tuberkulin PPD intrakutan di volar lengan bawah.  Hasilnya dapat

dilihat 48 – 72 jam setelah penyuntikan. Berniai positif jika indurasi

lebih dari 10 mm pada anak dengan gizi baik atau lebih dari 5 mm

pada anak dengan gizi buruk.

b. Reaksi cepat BCG

Bila dalam penyuntikan BCG terjadi reaksi cepat (dalam 3-7 hari)

berupa kemerahan lebih dari 5 mm, maka anak dicurigai terinfeksi

Mycobaterium tbc.

c. Laju Endap Darah

Pada TB, terdapat kenaikan Laju Endap Darah (LED).

d. Pemeriksaan mikrobiologis

Pemeriksaan BTA pada anak dilakukan dari bilasan lambung karena

sulitnya menggunakan hasil dahak.

e. Pemeriksaan BTA cara baru seperti: PCR (Polymerase Chain

Reaction), Bactec, ELISA, PAP dan Mycodots masih belum banyak

dipakai dalam klinis praktis

f. Pemeriksaan radiologis

1) Gambaram x-foto dada pada TB paru tidak khas

2) Paling mungkin kalau ditemukan pembesaran kelenjar hilus dan

kelenjar paratrakeal.

3) Foto lain : milier, atelektasis, infiltrat, bronkiektasis, efusi pleura,

konsolidasi, destroyed lung dan lain-lain.

8. Komplikasi

Menurut Smeltzer dan Bare (2001: 588) komplikasi TB mencakup :

a. Malnutrisi

Page 18: Askep  Keluarga

18

b. Efek samping terapi obat-obatan : hepatitis, ruam kulit, gangguan

gastrointestinal.

c. Resistensi banyak obat

d. Penyebaran infeksi TB (TB miliaris)

9. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan medis

Obat harus diminum teratur, setiap hari, dan dalam waktu yang cukup

lama. Dosis obat harus disesuaikan dengan berat badan. Menurut

Setiawati, dkk. (2012) secara garis besar dapat dibagi menjadi tata

laksana untuk :

1) TB Paru tidak berat

Pada TB paru yang tidak berat cukup diberikan 3 jenis obat anti b

tuberkulosis (OAT) dengan jangka waktu terapi 6 bulan. Tahap

intensif terdiri dari isoniazid (H), Rifampisin (R) dan Pyrazinamid

(Z) selama 2 bulan diberikan setiap hari (2HRZ). Tahap lanjutan

terdiri dari Isoniazid (H) dan Rifampisin (R)  selama 4 bulan

diberikan setiap hari (4HR).

2) TB paru berat atau TB ekstrapulmonal

Pada TB berat (TB milier, meningitis, dan TB tulang) maka juga

diberikan Streptomisin atau Etambutol pada permulaan pengobatan.

Jadi pada TBC berat biasanya pengobatan dimulai dengan

kombinasi 4-5 obat selama 2 bulan, kemudian dilanjutkan dengan

Isoniazid dan Rifampisin selama 10 bulan lagi atau lebih, sesuai

dengan perkembangan klinisnya. Kalau ada kegagalan karena

resistensi obat, maka obat diganti sesuai dengan hasil uji resistensi,

atau tambah dan ubah kombinasi OAT.

Obat anti Tuberculosis yang digunakan adalah :

1) Isoniazid (INH) : selama 6-12 bulan

Page 19: Askep  Keluarga

19

Dosis terapi : 5-10 mg/kgBB/hari diberikan sekali sehari

Dosis profilaksis : 5-10 mg/kgBB/hari diberikan sekali sehari

Dosis maksimum : 300 mg/hari

2) Rifampisin ( R ) : selama 6-12 bulan

Dosis : 10-20 mg/kgBB/hari sekali sehari

Dosis maksimum : 600 mg/hari

3) Pirazinamid (Z) : selama 2-3 bulan pertama

Dosis : 25-35 mg/kgBB/hari diberikan 2 kali sehari

Dosis maksimum : 2 gram/hari

4) Etambutol (E) : selama 2-3 bulan pertama

Dosis : 15-20 mg/kgBB/hari  diberikan sekali atau 2

kali sehari

Dosis maksimum : 1250 mg/hari

5) Streptomisin (S) : selama 1-2 bulan pertama

Dosis :  15-40 mg/kg/hari diberikan sekali sehari intra

muskular

Dosis maksimum : 1 gram/hari

6) Kortikosteroid diberikan pada keadaan khusus seperti : Tb milier,

meningitis Tb, endobronkial Tb, pleuritis Tb,  perikarditis Tb,

peritonitis Tb. Boleh diberikan prednison 1-2 mg/kg BB/hari

selama 1-2 bulan

b. Penatalaksanaan perawatan

Penatalaksanaa perawatan untuk klien ditujukan agar :

1) Klien dapat mempertahankan jalan napas dengan mengeluarkan

secret tanpa bantuan.

2) Kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi

3) Kebutuhan istirahat tidur klien dapat terpenuhi

4) Klien dapat beraktivitas secara efektif

Page 20: Askep  Keluarga

20

5) Klien dapat lebih mendapatkan pengetahuan tentang TB

6) Klien tidak terjadi infeksi terhadap penyebaran penyakitnya ke

organ lain.

C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga

1. Pengkajian

Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat

untuk mengukur keadaan klien (keluarga) dengan menangani norma-

norma kesehatan keluarga maupun sosial, yang merupakan system

terintegrasi dan kesanggupan keluarga untuk mengatasinya. (Effendy,

1998)

Pengumpulan data dalam pengkajian dilakukan dengan wawancara,

observasi, dan pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi. Pengkajian

asuhan keperawatan keluarga menurut teori/model Family Centre

Nursing Friedman (1988), meliputi 7 komponen pengkajian yaitu :

a. Data Umum

1) Identitas kepala keluarga

2) Komposisi anggota keluarga

3) Genogram

4) Tipe keluarga

5) Suku bangsa

6) Agama

7) Status sosial ekonomi keluarga

b. Aktifitas rekreasi keluarga

1) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

2) Tahap perkembangan keluarga saat ini

3) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

4) Riwayat keluarga inti

Page 21: Askep  Keluarga

21

5) Riwayat keluarga sebelumnya

c. Lingkungan

1) Karakteristik rumah

2) Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal

3) Mobilitas geografis keluarga

4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

5) System pendukung keluarga

d. Struktur keluarga

1) Pola komunikasi keluarga

2) Struktur kekuatan keluarga

3) Struktur peran (formal dan informal)

4) Nilai dan norma keluarga

e. Fungsi keluarga

1) Fungsi afektif

2) Fungsi sosialisasi

3) Fungsi perawatan kesehatan

f. Stress dan koping keluarga

1) Stressor jangka panjang dan stressor jangka pendek serta kekuatan

keluarga

2) Respon keluarga terhadap stress

3) Strategi koping yang digunakan

4) Strategi adaptasi yang disfungsional

g. Pemeriksaan fisik

1) Tanggal pemeriksaan fisik dilakukan

Page 22: Askep  Keluarga

22

2) Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota keluarga

3) Aspek pemeriksaan fisik mulai dari vital sign, rambut, kepala,

mata, mulut, THT, leher, thoraks, abdomen, ekstremitas atas dan

bawah, system genetalia

4) Kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik

h. Harapan keluarga

1) Terhadap masalah kesehatan keluarga

2) Terhadap petugas kesehatan yang ada

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggunakan dan

menggambarkan respons manuasia. Dimana keadaan sehat atau

perubahan pola interaksi potensial/actual dari individu atau kelompok

dimana perawat dapat menyusun intervensi-intervensi definitive untuk

mempertahankan status kesehatan atau untuk mencegah perubahan

(Carpenito, 2000).

Untuk menegakkan diagnosa dilakukan 2 hal, yaitu:

a. Anallisa data

Mengelompokkan data subjektif dan objektif, kemudian dibandingkan

dengan standar normal sehingga didapatkan masalah keperawatan.

b. Perumusan diagnosa keperawatan

Komponen rumusan diagnosa keperawatan meliputi:

1) Masalah (problem) adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya

kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh keluarga atau anggota

keluarga.

2) Penyebab (etiologi) adalah kumpulan data subjektif dan objektif.

Page 23: Askep  Keluarga

23

3) Tanda (sign) adalah sekumpulan data subjektif dan objektif yang

diperoleh perawat dari keluarga secara langsung atau tidak

langsung atau tidak yang emndukung masalah dan penyebab.

Dalam penyusunan masalah kesehatan dalam perawatan keluarga

mengacu pada tipologi diagnosis keperawatan keluarga yang

dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu:

1) Diagnosa  sehat/Wellness/potensial

Yaitu keadaan sejahtera dari keluarga ketika telah mampu

memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber

penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat digunakan.

Perumusan diagnosa potensial ini hanya terdiri dari komponen

Problem (P) saja dan sign /symptom (S) tanpa etiologi (E).

2) Diagnosa ancaman/risiko

Yaitu masalah keperawatan yang belum terjadi. Diagnosa ini dapat

menjadi masalah actual bila tidak segera ditanggulangi. Perumusan

diagnosa risiko ini terdiri dari komponen problem (P), etiologi (E),

sign/symptom (S).

3) Diagnosa nyata/actual/gangguan

Yaitu masalah keperawatan yang sedang dijalani oleh keluarga dan

memerlukn bantuan dengan cepat. Perumusan diagnosa actual

terdiri dari problem (P), etiologi (E), dan sign/symptom (S).

Perumusan problem (P) merupakan respons terhadap gangguan

pemenuhan kebutuhan dasar. Sedangkan etiologi mengacu pada 5 tugas

keluarga.

Dalam Friedman (1998)  diagnosa-diagnosa keperawatan pilihan

NANDA yang cocok untuk praktek keperawatan keluarga seperti tabel

dibawah ini:

Page 24: Askep  Keluarga

24

Kategori Diagnosa

NANDA

Diagnosa Keperawatan

Persepsi kesehatan-pola

manajemen kesehatan

Manajemen kesehatan yang dapat di ubah

Perilaku mencari sehat

Kognitif-pola latihan Kerusakan penatalaksanaan lingkungan

rumah

Peran-pola persepsi Kurang pengetahuan

Konflik keputusan

Peran-pola hubungan Berduka antisipasi

Berduka disfungsional

Konflik peran orang tua isolasi social

Perubahan dalam proses keluarga

Perubahan penampilan peran

Risiko perubahan dalam menjadi orang tua

Perubahan menjadi orang tua

Risiko terhadap kekerasan

Koping pola – pola

toleransi terhadap stress

Koping keluarga potensial terhadap

pertumbuhan

Koping keluarga tidak efektif : menurun

Koping keluarga tidak efektif : kecacatan

3. Perencanaan

Perencanaan adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat

untuk dilaporkan dalam memecahkan masalah kesehatan dan

keperawatan yang telah diidentifikasi (Efendy,1998).

Penyusunan rencana perawatan dilakukan dalam 2 tahap yaitu

pemenuhan skala prioritas dan rencana perawatan (Suprajitmo, 2004).

Page 25: Askep  Keluarga

25

a. Skala prioritas

Prioritas didasarkan pada diagnosis keperawatan yang mempunyai

skor tinggi dan disusun berurutan sampai yang mempunyai skor

terendah. Dalam menyusun prioritas masalah kesehatan dan

keperawatan keluarga harus didasarkan beberapa criteria sebagai

berikut :

1) Sifat masalah (actual, risiko, potensial)

2) Kemungkinan masalah dapat diubah

3) Potensi masalah untuk dicegah

4) Menonjolnya masalah

Skoring dilakukan bila perawat merumuskan diagnosa keperawatan

telah dari satu proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan

oleh Bailon dan Maglay (1978) dalam Effendy (1998).

Kriteria Bobot Skor

Sifat masalah 1 Aktual         = 3

Risiko          = 2

Potensial      = 1

Kemungkinan

masalah untuk

dipecahkan

2 Mudah         = 2

Sebagian      = 1

Tidak dapat = 0

Potensi masalah

untuk dicegah

1 Tinggi          = 3

Cukup          = 2

Rendah        = 1

Menonjolnya

masalah

1 Segera diatasi = 2

Tidak segera diatasi = 1

Tidak dirasakan adanya masalah = 0

Page 26: Askep  Keluarga

26

Proses scoring dilakukan untuk setiap diagnosa keperawatan :

1) Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat

2) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikaitkan dengan bobot

3) Jumlahkan skor untuk semua criteria

4) Skor tertinggi berarti prioritas (skor tertinggi 5)

b. Rencana

Langkah pertama yang dilakukan adalah merumuskan tujuan

keperawatan. Tujuan dirumuskan untuk mengetahui atau mengatasi

serta meminimalkan stressor dan intervensi dirancang berdasarkan tiga

tingkat pencegahan. Pencegahan primer untuk memperkuat garis

pertahanan fleksibel, pencegahan sekunder untuk memperkuat garis

pertahanan sekunder, dan pencegahan tersier untuk memperkuat garis

pertahanan tersier (Anderson & Fallune, 2000).

Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek.

Tujuan jangka panjang mengacu pada bagaimana mengatasi

problem/masalah (P) di keluarga. Sedangkan penetapan tujuan jangka

pendek mengacu pada bagaimana mengatasi etiologi yang berorientasi

pada lima tugas keluarga.

Adapun bentuk tindakan yang akan dilakukan dalam intervensi

nantinya adalah sebagai berikut :

1) Menggali tingkat pengetahuan atau pemahaman keluarga mengenai

masalah

2) Mendiskusikan dengan keluarga mengenai hal-hal yang belum

diketahui dan meluruskan mengenai intervensi/interpretasi yang

salah.

3) Memberikan penyuluhan atau menjelaskan dengan keluarga tentang

faktor-faktor penyebab, tanda dan gejala, cara menangani, cara

Page 27: Askep  Keluarga

27

perawatan, cara mendapatkan pelayanan kesehatan dan pentingnya

pengobatan secara teratur.

4) Memotivasi keluarga untuk melakukan hal-hal positif untuk

kesehatan.

5) Memberikan pujian dan penguatan kepada keluarga atas apa yang

telah diketahui dan apa yang telah dilaksanakan.

4. Pelaksanaan

Pelaksanaan dilaksanakan berdasarkan pada rencana yang telah

disusun. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan

keperawatan terhadap keluarga yaitu :

a. Sumber daya keluarga

b. Tingkat pendidikan keluarga

c. Adat istiadat yang berlaku

d. Respon dan penerimaan keluarga

e. Sarana dan prasarana yang ada pada keluarga.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil

implementasi dengan criteria dan standar yang telah ditetapkan untuk

melihat keberhasilannya. Kerangka kerja valuasi sudah terkandung dalam

rencana perawatan jika secara jelas telah digambarkan tujuan perilaku

yang spesifik maka hal ini dapat berfungsi sebagai criteria evaluasi bagi

tingkat aktivitas yang telah dicapai (Friedman,1998)

Page 28: Askep  Keluarga

28

BAB III

TINJAUAN KASUS

Dalam laporan kasus ini penulis akan menguraikan tentang asuhan

keperawatan keluarga dengan masalah kesehatan TB Paru pada Ny.W dalam

konteks keperawatan komunitas yang dilaksanakan pada tanggal 17 Maret

s.d 18 April 2014, dengan pendekatan proses asuhan keperawatan pada

keluarga.

A. Pengkajian

1. Data umum

Nama kepala keluarga Tn.T, umur 65 tahun, pekerjaan buruh, pendidikan

SD, alamat maos. Komposisi keluarga :

Nama Jenis

kelamin

Umur Hubungan

dg KK

Pendidikan Pekerjaan

Ny.W P 61 Istri SD Buruh

Tn.Wi L 32 Anak SD Buruh

Nn. R P 28 Anak SMP Buruh

Tn. Wa L 23 Anak SMK Buruh

Genogram

Keterangan

: laki-laki

: perempuan

: meninggal

: hub. Pernikahan

: garis keturunan

Page 29: Askep  Keluarga

29

Tipe keluarga Tn.T adalah tipe keluarga inti, menganut agama islam,

bersuku jawa dan berbangsa Indonesia. Pendapatan keluarga Tn.T < 1 juta

per bulan,dan digunakan sebagian besar untuk keperluan sehari-hari.

Aktivitas rekreasi keluarga Tn.T selama ini hanya berkumpul dan

menonton TV dirumah dan jarang melakukan rekreasi diluar rumah

2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

Tahap perkembangan keluatga Tn. T memasuki tahap perkembangan

keluarga dengan anak dewasa. Tugas perkembangan yang belum

terpenuhi adalah memperluas siklus keluarga, dikarenakan belum ada

anaknya yang menikah.

Riwayat keluarga saat ini adalah sudah ± 2 bulan Ny.W didiagnosa

terkena TB paru sampai saat dikaji Ny.W masih menjalani pengobatan

TB rutin. Riwayat keluarga sebelumnya adalah sekitar 1 tahun yang lalu

anak pertama keluarga Tn.T meninggal dikarenakan kecelakaan lalu

lintas.

3. Pengkajian lingkungan

Karakteristik rumah keluarga Tn.T adalah bangunan permanen dengan

luas 7x10 m2. Terdapat 3 jendela/ ventilasi dan jarang dibuka, pekarangan

didepan dan belakang rumah cukup luas dan bersih.

Kamar 1

Kamar 2

R. Tamudan

R.KeluargaVent

Vent

Vent

dapur K. Mandi

Page 30: Askep  Keluarga

30

Keluarga Tn.T bertempat tinggal dilingkungan yang tidak terlalu padat,

interaksi antar warga lebih sering dilakukan pada sore dan malam hari.

Keluarga Tn. T menempati rumah tersebut sejak awal berumah tangga

sampai sekarang. Kegiatan yang diikuti selama ini adalah arisan RT yang

dilakukan setiap 1 bulan sekali. Saat ini Tn.T hanya tinggal berdua

dengan istrinya, jika ada masalah dalam keluarga biasanya keluarga dari

kakak Ny.W yang sering membantu.

4. Struktur Keluarga

a. Komunikaasi keluarga

Antar anggota keluarga terbina hubungan yang baik. Dalam

menghadapi setiap masalah selalu diadakan dimusyawarah keluarga.

b. Struktur kekuatan keluarga

Didalam beraktivitas sehari-hari keluarga saling perhatian dan

merasakan bahwa mengatasi masalah menjadi tanggung jawab

bersama.

c. Struktur peran

Tn.T sebagai kepala keluarga bertugas member nafkah, dan Ny.w

sebagai ibu rumah tangga yang mengurusi keperluan keluarga.

d. Norma keluarga

Keluarga Tn.T mempercayakan perawatan kesehatan kepada tenaga

kesehatan, khususnya Ny.w.

5. Fungsi Keluarga

a. Fungsi afektif

Keluarga Tn.T memahami keadaan penyakit yang diderita oleh

Ny.W, semua anaknya turut membantu untuk pengobatan Ny.W.

b. Fungsi social

Page 31: Askep  Keluarga

31

Tn. T selalu mengajarkan kepada anak-anaknya untuk hidup mandiri

dan membina hubungan yang baik dengan lingkungan sekitar.

c. Fungsi perawatan keluarga

Keluarga Tn. T kurang mampu merawat anggota keluarga dengan

masalah kesehatan TB paru. Khususnya untuk perawatan Ny.W.

d. Fungsi reproduksi

Keluarga Tn. T memiliki 4 orang anak, 3 laki-laki dan 1 perempuan.

Ny.w saat ini tidak menjadi akseptor KB dengan alasan sudah

memasuki usia lanjut.

e. Fungsi ekonomi

Keluarga Tn.T menggunakan seluruh penghasilannya untuk

memenuhi kebutuhan keluarga setiap hari.

6. Tugas Perawatan Keluarga

a. Mengenal masalah keluarga

Keluarga Tn.T kurang dapat mengenal masalah kesehatan dalam

keluarga karena terbatasnya informasi dan kurangnya pemahaman

tentang penyakit khususnya TB paru.

b. Mengambil keputusan

Dalam pengambilan keputusan untuk pemecahan masalah kesehatan

keluarga Tn.T masih bingung, dikarenakan kurangnya pemahaman

pada masal tersebut.

c. Merawat anggota keluarga yang sakit

Keluarga Tn.T kurang dapat merawat anggotanya yang sakit,

dikarenakan kurang mengetahui cara perawatan khususnya perawatan

dengan penyakit TB paru.

d. Memelihara lingkungan

Dalam hal pemeliharaan lingkungan sudah cukup baik, tetepi masih

ada beberapa hal yang perlu diperhatikan khususnya penempatan

Page 32: Askep  Keluarga

32

kandang yang masih diletakkan didalam rumah dan ventilasi yang

belum muncukupi.

e. Menggunakan fasilitas/ pelayanan kesehatan

Keluarga Tn.T memeilihg pergi ke puskesmas untuk mengobati

penyakit Ny.W. dan untuk sakit ringan lebih memilih pergi ke praktek

medis setempat.

7. Stress dan koping keluarga

Stressor jangka panjang yang dirasakan keluarga adalah anak-anaknya

yang belum menikah, dan untuk jangka pendeknya adalah penyakit Ny.W

yang membutuhkan pengobatan yang cukup lama.

Keluarga sudah dapat beradaptasi dengan stressor yang ada yaitu

dengan selalu berdoa dan berusaha semaksimal mungkin. Dalam

menghadap stressor tersebut keluarga Tn.T banayak dibantu oleh

keluarga dari kakak Ny.W.

Page 33: Askep  Keluarga

33

8. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan Ny.W Tn.T

kesadaran

vital sign:

tekanan darah

respirasi

nadi

Head to Toe:

Kepala-rambut

Hidung

Telinga

Mata

Mulut

Leher

Pemeriksaan paru:

Inspeksi

Palpasi

Perkusi

Auskultasi

Pemeriksaan jantung

Pemeriksaan abdomen:

Inspeksi

Auskultasi

Palpasi

Composmentis

120/80 mmHg

24x/menit

87x/menit

Mesochepal, rambut

hitam, tidak ada luka

Bersih, tidak ada polip

Simetris, bersih

Mata kanan cacat, sclera

tidak ikterik,

konjungtiva tidak

anemis.

Tidak ada stomatitis

Tidak ada pembesaran

kelenjar tiroid

Pengembangan dada

sama, RR: 24x/menit

Taktil fermitus normal

resonan

Ronkhi basah

Tidak ada bunyi jantung

tambahan, irama regular

Tidak ada luka

Bising usus 10x/menit

Tidak ada nyeri tekan

Composmentis

130/90 mmHg

20x/menit

90x/menit

Mesochepal, rambut

hitam, tidak ada luka

Bersih, tidak ada polip

Simetris, bersih

Simetris, sclera tidak

ikterik, konjungtiva tidak

anemis

Tidak ada stomatitis

Tidak ada pembesaran

kelenjar tiroid

Pengembangan dada

sama, RR: 20x/menit

Taktil fermitus normal

Resonan

Bronkovesikuler

Tidak ada bunyi jantung

tambahan, irama regular

Tidak ada luka

Bising usus 10x/menit

Tidak ada nyeri tekan

Page 34: Askep  Keluarga

34

Perkusi

Ekstrimitas:

Atas

Bawah

Timpani

Tidakada luka, berfungsi

dengan normal

Tidakada luka, berfungsi

dengan normal

Timpani

Tidak ada luka, berfungsi

dengan normal

Tidak ada luka, berfungsi

dengan normal

9. Harapan keluarga

Ny.W dan keluarga berharap penyakit yang dideritanya cepat sembuh,

keluarga Tn.T juga senang dengan kehadiran mahasiswa dirumahnya,

keluarga berharap mendapat tambahan ilmu setelah kedatang mahasiswa

dirumahnya.

B. Analisa Data

No Kelompok data Etiologi Problem

1 Data subyektif : Ny.w

mengatakan sudah menderita

TB paru ± 2bulan dan telah

menjalani pengobatan secara

intensif selama 1,5 bulan, TnT

mengatakan tidak mengetahui

apakah penyakit TB paru itu,

cara dan pencagahan penularan

penyakitr TB paru

Data obyektif : keluarga Tn.T

tidak mengetahui pengertian

penyakit TB paru, cara dan

pencegahan penularan penyakit

TB paru. Pendidikan terakhir

Tn.T dan Ny.W adalah SD.

Ketidakmampuan keluarga

mengenal masalah pada enggota

keluarga khususnya Ny.W dengan

TB paru.

Kurang pengetahuan

2 Data subyektif : keluarga Tn.T Ketidakmampuan keluarga Resiko

Page 35: Askep  Keluarga

35

mengatakan jarang membuka

jendela/ ventilasi rumahnya,

serta jarang menjemur alat

tidur. Ny.W mengatakan kalau

sering meludahkan dahak

sembarang tempat.

Data obyektif : jendela/

ventilasi sering tertutup dan

jarang dibuka, keluarga Tn.T

jarang menjemur alat tidur,

Ny.W sering meludahkan

dahak sembarangan.

mengambil keputusan untuk

mengatasi masalah kesehatan

pada anggota keluarga khususnya

Ny.W dengan TB paru

penularan penyakit

C. Diagnosa Keperawatan Keluarga

1. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

mengenal masalah pada anggota keluarga khususnya Ny.W dengan

TBparu.

2. Resiko penularan penyakit berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan pada

anggota keluarga khususnya Ny.W dengan TB paru.

Skala prioritas

1. Kurang pengetahuan dengan ketidakmampuan

keluarga mengenal masalah pada anggota keluarga khususnya Ny.W

dengan TBparu.

No Criteria Scoring Pembenaran

1 Sifat masalah : actual 3/3 x 1 : 1 Masalah aktual, harus segera

diatasi.,

2 Kemungkinan masalah

dapat diubah : mudah

2/2 x 2 : 2 Keluarga mau mengikuti saran

untuk mengikuti penyuluhan

3 Potensial masalah untuk 2/3 x 1 : 2/3 Masalah telah terjadi

Page 36: Askep  Keluarga

36

dicegah : cukup

4 Menonjolnya masalah :

masalah berat,harus

segera ditangani

2/2 x 1 : 1 Keluarga kurang mengetahui

kalau penyakit TB sangat

menular

Total 4 2/3

2. Resiko penularan penyakit berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan untuk mengatasi

masalah kesehatan pada anggota keluarga khususnya Ny.W dengan TB

paru.

No Criteria Scoring Pembenaran

1 Sifat masalah : resiko 2/3 x 1 : 2/3 Penularan belum terjadi tapi

resiko penularan cukup besar

2 Kemungkinan masalah

dapat diubah : mudah

2/2 x 2 : 2 Ny.W mau memeriksakan

kesehatannya secara teratur

dan mengikuti program

pengobatan TB sampai selesai.

3 Potensial masalah untuk

dicegah : cukup

2/3 x 1 : 2/3 Penularan dapat dicegah

dengan cara yang sederhana

tanpa biaya

4 Menonjolnya masalah :

masalah berat,harus

segera ditangani

2/2 x 1 : 1 Keluarga kurang mengetahui

kalau penyakit TB sangat

menular.

Total 4 1/3

D. Rencana Asuhan Keperawatan

Page 37: Askep  Keluarga

37

1. Kurang pengetahuan berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah pada anggota

keluarga khususnya Ny.W dengan TB paru.

Tujuan

a. Umum : setelah dilakukan 1 kali kunjungan diharapkan penularan

penyakit tidak terjadi

b. Khusus : setelah dilakukakn kunjungan 1x 45 menit diharapkan

keluarga mampu menjelaskan:

1) Pengertian dan Penyebab TB paru

2) Tanda dan gejala TB paru

3) Cara penularan dan pencegahan penularan penyakit TB paru

Kriteria Hasil

a. Keluarga mampu secara verbal :

1) Menjelaskan pengertian dan penyebab TB paru

2) Menjelaskan tanda dan gejala TB paru

3) Menjelaskan cara penularan dan pencegahan penyakit TB paru

Intervensi

a. Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit TB paru

b. Berikan penyuluhan mengenai penyakit TB paru

c. Berikan kesempatan keluarga untuk bertanya

d. Anjurkan penderita menutup mulut ketika bersin

e. Anjurkan keluarga memakan makanan yang bergizi tinggi untuk

meningkatkan daya tahan tubuh

2. Resiko penularan penyakit berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan untuk mengatasi

masalah kesehatan pada anggota keluarga khususnya Ny.W dengan TB

paru.

Page 38: Askep  Keluarga

38

Tujuan

a. Umum : setelah dilakukan 3 kali kunjungan diharapkan penularan

penyakit tidak terjadi

b. Khusus : setelah dilakukan kunjungan 3x 45 menit diharapkan

keluarga mampu :

1) Mengambil keputusan untuk mencegah penularan penyakit TB

paru

2) Memodifikasi lingkungan untuk mencegah penularan penyakit TB

paru.

Kriteria hasil

a. Keluarga secara verbal dan motorik mampu :

1) Mengabil keputusan untuk mengatasi penularan penyakit TB paru

dengan cara memodifikasi lingkungan rumahnya.

2) Keluarga mampu membuat sputum pot dengan desinfektan.

Intervensi

a. Jelaskan pada keluarga Tn.T akibat dari penyakit TB paru

b. Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan dalam mengatasi

masalah penularan TB paru

c. Tanyakan kembali akibat dari TB paru.

d. Demonstrasikan cara pembuatan seputum pot dengan desinfektan

E. Implementasi Keperawatan

1. Pertemuan pertama ( senin, 07/

05/ 2014)

a. Dx I

1) Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit TB paru

2) Memberikan penyuluhan mengenai penyakit TB paru.

b. Dx II

1) Menjelaskan pada keluarga Tn.T akibat dari penyakit TB paru

Page 39: Askep  Keluarga

39

2) Memberikan kesempatan keluarga untuk bertanya

2. Pertemuan ke-2 ( kamis, 10/ 05/ 2014 )

a. Dx I

1) Mengkaji ulang/ evaluasi tingkat pengatahuan keluarga Tn.T

mengenai penyakit TB paru

2) Mendiskusikan mengenai cara pencegahan yang akan dilakukan

keluarga

b. Dx II

1) Memotivasi keluarga Tn.T untuk mengambil keputusan dalam

memgatasi masalah penularan penyakit TB paru

2) Mendiskusikan kembali akibat dari penyakit TB paru

3. Pertemuan ke-3 ( jumat, 11/ 05/ 2014 )

a. Dx II

1) Mendemonstrasikan cara membuat sputum pot dengan

desinfektan

2) Menganjurkan untuk meludah pada tempet yang telah dibuat

3) Menganjurkan menutup mulut jika bersin atau batuk

menggunakan sapu tangan

F. Evaluasi Hasil (SOAP)

Pertemuan ke-4 (sabtu, 12/ 05/ 2014)

1. Dx I

S: keluarga Tn.T mengatakan sudah paham tentang penyakit TB paru

O: Keluarga Tn.T mampu

Page 40: Askep  Keluarga

40

1. Menjelaskan cara penularan

penyakit TB paru

2. Menjelaskan cara pencegahan

penyakit TB paru

A: Masalah teratasi

P : Pertahankan intervensi

1. Anjurkan untuk rutin

melakukan pemeriksaan kesehatan khususnya Ny.W.

2. Dx II

S: Keluarga Tn.T mengatakan akan selalu membuka jendela dipagi hari,

meletakkan kandang ternak diluar rumah dan menjemur alat tidur setiap

hari.

O: keluarga Tn.T mampu:

1. Mengambil keputusan untuk

mengatasi masalah resiko penularan penyakit TB paru

2. Membuat sputum pot dengan

desinfektan

A: masalah teratasi

P: pertahankan intervensi

1. Anjurkan untuk

membuka jendela/ ventilasi setiap pagi.

Page 41: Askep  Keluarga

41

BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah penulis menerapkan asuhan keperawatan pada keluarga Tn.T

dengan TB paru di Desa Karang Rena , maka penulis membahas kesenjangan

antara teoritis dan kasus secara nyata. Pembahasan ini sesuai dengan tahap

proses keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi.

Asuhan keperawatan pada keluarga Tn. T dilaksanakan selama 4 hari,

yaitu dimulai tanggal 7april 2014 sampai 12 april 2014. Adapun uraian

pembahasan mengenai asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada

keluarga Tn.T adalah:

A. Tahap Pengkajian

Dalam tahap pengkajian ini penulis mengumpulkan data untuk

membantu menentukan status kesehatan keluarga Tn.T. dalam pengkajian

ini data-data diperoleh dari wawancara dan observasi terhadap keluarga

Tn.T. Dalam melakukan pengkajian keluarga Tn.T cukup kooperatif,

namun ada beberapa hambatan dikarenakan aktivitas keluarga yang cukup

padat.

Page 42: Askep  Keluarga

42

Pengkajian dilakukan dalam 2x pertemuan yaitu pada tanggal 7 dan 8

april 2014. Pada pengkajian yang dilakukan pada Ny.W tidak semua data

pada teori ditemukan pada kasus. Seperti nyeri dada, nafsu makan

berkurang dalam teori tercantum tetapi tidak ditemukan dalam kasus

dilapangan.

B. Diagnosa Keperawatan

Perumusan diagnosa keperawatan dianalisis berdasarkan dari hasil

pengkajian terhadap adanya masalah dalam tahap perkembangan

keluarga,lingkungan keluarga, struktur keluarga, fungsi keluarga dan

koping keluarga, yang bersifat actual, resiko dan kesejahteraan.

Setelah dilakuakan analisis maka didapatkan hasil diagnosa sesuai

prioritas pada proses skoring antara lain :

1. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

mengenal masalah pada anggota keluarga khususnya Ny.W dengan

TBparu.

2. Resiko penularan penyakit berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan

pada anggota keluarga khususnya Ny.W dengan TB paru.

Tidak terdapat kesenjangan dalam perumusan diagnose antara konsep

teori dengan kasus pada keluarga Tn.T

C. Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan pada kasus didasarkan pada prioritas masalah yang

sebelumnya telah dilakukan proses scoring setelah pelaksanaan analisa

data yang antara lain:

Page 43: Askep  Keluarga

43

Prioritas tertinggi diberikan kepada masalah :

1. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

mengenal masalah pada anggota keluarga khususnya Ny.W dengan

TBparu.

2. Resiko penularan penyakit berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan

pada anggota keluarga khususnya Ny.W dengan TB paru.

D. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan atau implementasi dilaksanakan pada tanggal 7-11

april 2014. Dalam melaksanakan tindakan keperawatan disesuaikan

dengan masalah yang dihadapi keluarga sehingga masalah tersebut dengan

mudah dapat diatasi. Secara garis besar, tindakan yang diberikan pada

pasien antara lain:

1. Memberikan penyuluhan pada keluarga mengenai penyakit TB paru

2. Mendiskusikan dengan keluarga mengenai pemecahan masalah yang

terjadi.

3. Memberikan demonstrasi dalam memodifikasi lingkungan untuk

mengurangi resiko penularan penyakit

E. Tahap Evaluasi

Adapun hasil evaluasi terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilakukan selama 3 hari adalah

1. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

mengenal masalah pada anggota keluarga khususnya Ny.W dengan

TBparu.

S: keluarga Tn.T mengatakan sudah paham tentang penyakit TB paru

O: Keluarga Tn.T mampu

Page 44: Askep  Keluarga

44

1. Menjelaskan cara penularan penyakit TB paru

2. Menjelaskan cara pencegahan penyakit TB paru

A: Masalah teratasi

P : Pertahankan intervensi

1. Anjurkan untuk rutin melakukan pemeriksaan

kesehatan khususnya Ny.W.

2. Resiko penularan penyakit berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan untuk mengatasi

masalah kesehatan pada anggota keluarga khususnya Ny.W dengan

TB paru.

S: Keluarga Tn.T mengatakan akan selalu membuka jendela dipagi hari,

meletakkan kandang ternak diluar rumah dan menjemur alat tidur

setiap hari.

O: keluarga Tn.T mampu:

1. Mengambil keputusan untuk mengatasi masalah resiko penularan

penyakit TB paru

2. Membuat sputum pot dengan desinfektan

A: masalah teratasi

P: pertahankan intervensi

1. Anjurkan untuk membuka jendela/

ventilasi setiap pagi.

Pada evaluasi hasil yang didapat sesuai dengan harapan penulis yang

telah direncanakan pada tahap perencanaan tindakan keperawatan.

Page 45: Askep  Keluarga

45

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan langsung pada

keluarga Tn.T dengan Tb paru pada tanggal 7 April - 12April2014 di

Desa Karangrena Kecamatan Maos, banyak hal yang penulis temukan

dibandingkan dengan konsep dasar yang ada. Hal ini dikarenakan dalam

pemberian asuhan keperawatan keluarga kita harus tetap memperhatikan

respon individu atau klien terhadap segala permasalahan yang dihadapi.

Dalam setiap pemberian asuhan keperawatan kita harus melibatkan klien

dan keluarga klien untuk ikut berpartisipasi aktif dalam proses perawatan.

Kita berkewajiban menerapkan tugas pokok kita sebagai seorang perawat

yaitu promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitasi hal ini dilakukan untuk

mengurangi ketergantungan individu dalam mengatasi kesehatan yang

dihadapi.

Penulis dapat menyimpulkan tujuan dari asuhan keperawatan

keluarga pada klien dengan TB paru adalah pemberian informasi yang

Page 46: Askep  Keluarga

46

tepat pada klien dan keluarga tentang cara penularan dan pencegahan

penularan penyakit TB paru ,dan keberhasilan pemberian asuhan

keperawatan sangat tergantung pada sumber daya manusia dalam hal ini

perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan.

Asuhan keperawatan diberikan untuk memenuhi kebutuhan dasar

klien yang terganggu dan mencegah atau mengurangi komplikasi lanjut.

B. Saran

Adapun harapan penulis demi terjaganya mutu dan kualitas

perawatan adalah :

1. Di dalam melakukan tindakan keperawatan diperlukan pendekatan

dengan pihak klien sehingga terjalin kerjasama yang baik.

2. Memberikan informasi tentang penyakit dan penanganannya, jika hal

ini ditinggalkan dapat menimbulkan kurang pengetahuan pada

keluarga klien.

3. Memberikan motivasi,dorongan agar klien lebih optimis dalam

menghadapi penyakitnya.

DAFTAR PUSTAKA

Achjar, K.A.2010. Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : Sagung Seto

Allender, JA & Spradley, B. W. 2001. Community as Partner, Theory and Practice Nursing. Philadelpia : Lippincott

Anderson.E.T & Mc.Farlane.J.M.2000.Community Health and Nursing, Concept and Practice. Lippincott : California

Page 47: Askep  Keluarga

47

Brunner and Suddart. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8, Editor: Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare. Jakarta: EGC. 2001

Effendy,N.1998.Dasar-dasar keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta :EGC

Friedman,M.M.1998.Family Nursing Research Theory and Practice,4thEdition.Connecticut : Aplenton

Iqbal,Wahit dkk.2005.Ilmu Keerawatan Komunitas 2 Teori dan Aplikasi dalam Praktek Pendekatan Asuhan Keperawatan Komunitas, Gerontik, Keluarga.Jakarta : EGC

Supartini, Yupi. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan keluarga.  Jakarta: EGC

Wong, dona L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Bedah. Jakarta: EGC

LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa Asuhan Keperawatan

Keluarga yang berjudul :

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA Tn.T

KHUSUSNYA Ny.W DENGAN TB PARU

DESA KARANG RENA

CILACAP

Page 48: Askep  Keluarga

48

Disusun oleh:

Nama : Wahyu Agus Prasongko

NIM : 11.030

Telah disetujui dan dinyatakan memenuhi syarat oleh :

Penguji I

Rachmat Susanto S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.MB(KV)

Penguji II

Siti Rochana S.Kep,Ns

ii