1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai
peningkatan derajat hidup sehat bagi setiap penduduk adalah merupakan
hakekat pembangunan kesehatan yang termuat di dalam Sistem Kesehatan
Nasional (SKN) dengan tujuan agar dapat mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari
tujuan nasional. Agar tujuan tersebut dapat tercapai secara optimal,
diperlukan partisipasi aktif dari seluruh anggota masyarakat bersama petugas
kesehatan. Hal ini sesuai dengan telah diberlakukannya UU No. 23 tahun
1992 yaitu pasal 5 yang menyatakan bahwa setiap orang berkewajiban untuk
ikut serta dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan perorangan,
keluarga dan lingkungan.
Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat merupakan salah satu
sasaran peningkatan derajat kesehatan. Melalui pendekatan proses
keperawatan , asuhan keperawatan keluarga merupakan satu langkah yang
tepat untuk meningkatkan derajat kesehatan keluarga. Ada kalanya perawatan
dirumah sakit harus ditindaklanjuti dengan perawatan dirumah (home care)
guna melibatkan keluarga berperan aktif dalam memaksimalkan proses
penyembuhan dan mengurangi beban rumah sakit. Disamping itu keluarga
yang sehat sangat identik dengan status kesehatan masing-masing anggota
keluarganya.
Pelayanan keperawatan di rumah merupakan pelayanan keperawatan yang
diberikan di tempat tinggal klien dan keluarga sehingga klien tetap memiliki
otonomi untuk memutuskan hal – hal yang terkait dengan masalah
kesehatannya. Perawat yang melakukan keperawatan di rumah bertanggung
2
jawab untuk meningkatkan kemampuan keluarga untuk mencegah penyakit
dan pemeliharaan kesehatan. Namun, di Indonesia belum ada lembaga
ataupun organisasi perawat yang mengatur pelayanan keperawatan keluarga
di rumah secara administratif. Perawatan yang diberikan di rumah khususnya
oleh perawat komunitas masih bersifat sukarela, belum ada aturan terhadap
imbalan atas jasa yang diberikan.
Berkembangnya konsep dokter keluarga merupakan cambuk bagi perawat
untuk lebih meingkatkan perannya sebagai perawat profesional dimasyarakat
dengan meningkatkan peran dalam memberikan asuhan keperawatan
keluarga. Atas dasar itulah kesempatan praktek komunitas mahasiswa ini
merupakan waktu yang tepat untuk melaksanakan asuhan keperawatan
keluarga sehingga meningkatkan eksistensi dunia keperawatan di mata
masyarakat.
1
3
B. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan praktek keperawatan komunitas mampu
menerapkan asuhan keperawatan pada keluarga yang mempunyai masalah
kesehatan sesuai tugas dan perkembangan keluarga.
2. Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan praktek keperawatan komunitas mampu :
a. Mengidentifikasi data yang sesuai dengan masalah kesehatan keluarga
b. Merumuskan diagnosa keperawatan keluarga sesuai dengan masalah
kesehatan keluarga
c. Merencanakan tindakan sesuai dengan diagnosa keperawatan
d. Melaksanakan tindakan sesuai rencana yang telah ditentukan
e. Mengevaluasi pelaksanaan tindakan keperawatan
f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan keluarga
BAB II
4
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang hidup
bersama melalui ikatan perkawinan dan kedekatan emosi yang masing-
masing mengidentifikasi diri sebagai bagian dari keluarga (Ekasari,
2000).
Menurut Duval, 1997 (dalam Suprajitno.2004) mengemukakan
bahwa keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan, adopsi, dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional dan sosial setiap anggota.
Bailon, 1978 (dalam Achjar, 2010) berpendapat bahwa keluarga
sebagai dua atau lebih individu yang berhubungan karena hubungan
darah, ikatan perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain dalam peranannya dan menciptakan serta
mempertahankan budaya.
Keluarga adalah suatu sistem sosial yang dapat menggambarkan
adanya jaringan kerja dari orang-orang yang secara regular berinteraksi
satu sama lain yang ditunjukkan oleh adanya hubungan yang saling
tergantung dan mempengaruhi dalam rangka mencapai tujuan (Leininger,
1976).
Jadi dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah sekumpulan dua
orang atau lebih yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi,
hubungan darah, hidup dalam satu rumah tangga, memiliki kedekatan
emosional, dan berinteraksi satu sama lain yang saling ketergantungan
untuk menciptakan atau mempertahankan budaya, meningkatkan
5
perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial setiap anggota dalam
rangka mencapai tujuan bersama.
2. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga
Tahap dan siklus tumbuh kembang keluarga menurut Duval 1985
dan Friedman 1998, ada 8 tahap tumbuh kembang keluarga, yaitu :
a. Tahap I : Keluarga Pemula
Keluarga pemula merujuk pada pasangan menikah/tahap
pernikahan. Tugas perkembangan keluarga saat ini adalah membangun
perkawinan yang saling memuaskan, menghubungkan jaringan
persaudaraan secara harmonis, merencanakan keluarga berencana.
b. Tahap II : Keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai
umur 30 bulan)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap II, yaitu membentuk
keluarga muda sebagai sebuah unit, mempertahankan hubungan
perkawinan yang memuaskan, memperluas persahabatan dengan
keluarga besar dengan menambahkan peran orang tua kakek dan
nenek dan mensosialisasikan dengan lingkungan keluarga besar
masing-masing pasangan.
c. Tahap III : Keluarga dengan anak usia pra sekolah (anak tertua
berumur 2-6 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap III, yaitu memenuhi
kebutuhan anggota keluarga, mensosialisasikan anak,
mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi
kebutuhan anak yang lainnya, mempertahankan hubungan yang sehat
dalam keluarga dan luar keluarga, menanamkan nilai dan norma
6
kehidupan, mulai mengenalkan kultur keluarga, menanamkan
keyakinan beragama, memenuhi kebutuhan bermain anak.
d. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13
tahun)
Tugas perkembangan keluarga tahap IV, yaitu
mensosialisasikan anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan
mengembangkan hubungan dengan teman sebaya, mempertahankan
hubungan perkawinan yang memuaskan, memenuhi kebutuhan
kesehatan fisik anggota keluarga, membiasakan belajar teratur,
memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas sekolah.
e. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13-20
tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap V, yaitu
menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja
menjadi dewasa dan mandiri, memfokuskan kembali hubungan
perkawinan, berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-
anak, memberikan perhatian, memberikan kebebasan dalam batasan
tanggung jawab, mempertahankan komunikasi terbuka dua arah.
f. Tahap VI : Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup
anak pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah)
Tahap ini adalah tahap keluarga melepas anak dewasa muda
dengan tugas perkembangan keluarga antara lain : memperluas siklus
keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru yang didapat
dari hasil pernikahan anak-anaknya, melanjutkan untuk
memperbaharui dan menyelesaikan kembali hubungan perkawinan,
membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami dan istri.
7
g. Tahap VII : Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan atau pensiunan)
Tahap keluarga pertengahan dimulai ketika anak terakhir
meninggalkan rumah dan berakhir atau kematian salah satu pasangan.
Tahap ini juga dimulai ketika orang tua memasuki usia 45-55 tahun
dan berakhir pada saat pasangan pensiun. Tugas perkembangannya
adalah menyediakan lingkungan yang sehat, mempertahankan
hubungan yang memuaskan dan penuh arah dengan lansia dan anak-
anak, memperoleh hubungna perkawinan yang kokoh.
h. Tahap VIII: Keluarga dalam tahap pensiunan dan lansia
Dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki
masa pensiun terutama berlangsung hingga salah satu pasangan
meninggal dan berakhir dengan pasangan lain meninggal. Tugas
perkembangan keluarga adalah mempertahankan pengaturan hidup
yang memuaskan, menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun,
mempertahankan hubungan perkawinan, menyesuaikan diri terhadap
kehilangan pasangan dan mempertahankan ikatan keluarga antara
generasi.
3. Tipe Keluarga
Menurut Maclin, 1988 (dalam Achjar, 2010) pembagian tipe keluarga,
yaitu :
a. Keluarga Tradisional
1) Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri dan
anak-anak yang hidup dalam rumah tangga yang sama.
8
2) Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga yang hanya
dengan satu orang yang mengepalai akibat dari perceraian, pisah,
atau ditinggalkan.
3) Pasangan inti hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa anak atau
tidak ada anak yang tinggal bersama mereka.
4) Bujang dewasa yang tinggal sendiri
5) Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari
nafkah, istri tinggal di rumah dengan anak sudah kawin atau
bekerja.
6) Jaringan keluarga besar, terdiri dari dua keluarga inti atau lebih atau
anggota yang tidak menikah hidup berdekatan dalam daerah
geografis.
b. Keluarga non tradisional
1) Keluarga dengan orang tua yang mempunyai anak tetapi tidak
menikah (biasanya terdiri dari ibu dan anaknya).
2) Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah mempunyai
anak
3) Keluarga gay/ lesbian adalah pasangan yang berjenis kelamin sama
hidup bersama sebagai pasangan yang menikah
4) Keluarga kemuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih satu
pasangan monogamy dengan anak-anak, secara bersama
menggunakan fasilitas, sumber dan mempunyai pengalaman yang
sama.
Menurut Allender dan Spradley (2001)
a. Keluarga tradisional
1) Keluarga Inti (Nuclear Family) yaitu keluarga yang terdiri dari
suami, istri, dan anak kandung atau anak angkat
9
2) Keluarga besar (extended family) yaitu keluarga inti ditambah
dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya
kakek, nenek, paman, dan bibi
3) Keluarga dyad yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri
tanpa anak
4) Single parent yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua
dengan anak kandung atau anak angkat, yang disebabkan karena
perceraian atau kematian.
5) Single adult yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dariseorang
dewasa saja
6) Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri
yang berusia lanjut.
b. Keluarga non tradisional
1) Commune family yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian
darah hidup serumah
2) Orang tua (ayah/ ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak
hidup bersama dalam satu rumah
3) Homoseksual yaitu dua individu yang sejenis kelamin hidup
bersama dalam satu rumah tangga
c. Menurut Carter dan Mc Goldrick (1988) dalam Setiawan dan
Darmawan (2005)
1) Keluarga berantai (sereal family) yaitu keluarga yang terdiri dari
wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan
satu keluarga inti.
2) Keluarga berkomposisi yaitu keluarga yang perkawinannya
berpoligami dan hidup secara bersama-sama.
3) Keluarga kabitas yaitu keluarga yang terbentuk tanpa pernikahan
10
4. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur
keluarga atau sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarganya :
Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) dalam Setiawati dan
Darmawan (2005), yaitu:
a. Fungsi afektif
Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan
pemeliharaan kepribadian anggota keluarga.
b. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi bercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi
pada anak, membentuk nilai dan norma yang diyakini anak,
memberikan batasan perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak,
meneruskan nilai-nilai budaya anak.
c. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga
dalam melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga
serta menjamin pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental,
dan spiritual, dengan cara memelihara dan merawat anggota keluarga
serta mengenali kondisi sakit tiap anggota keluarga.
d. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang,
pangan, dan papan, dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber
daya keluarga.
11
e. Fungsi biologis
Fungsi biologis bukan hanya ditujukan untuk meneruskn keturunan
tetapi untuk memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan
generasi selanjutnya.
f. Fungsi psikologis
Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih
saying dan rasa aman/ memberikan perhatian diantara anggota
keluarga, membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan
memberikan identitas keluarga.
g. Fungsi pendidikan
Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan
pengetahuan, keterampilan membentuk perilaku anak, mempersiapkan
anak untuk kehidupan dewasa mendidik anak sesuai dengan tingkatan
perkembangannya.
5. Tugas Keluarga
Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan.
Asuhan keperawatan keluarga mencantumkan lima tugas keluarga
sebagai paparan etiologi/ penyebab masalah dan biasanya dikaji pada saat
penjajagan tahap II bila ditemui data malaadapti pada keluarga. Lima
tugas keluarga yang diaksud adalah:
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, termasuk bagaimana
persepsi keluarga terhadap tingkat keparahan penyakit, pengertian,
tanda dan gejala, factor penyebab dan persepsi keluarga terhadap
masalah yang dialami keluarga.
12
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, termasuk sejauh
mana keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah,
bagaimana masalah dirasakan keluarga, bagaimana keluarga
menanggapi masalah yang dihadapi, adakah rasa takut terhadap akibat
atau adakah sifat negative dari keluarga terhadap masalah kesehatan,
bagaimana system pengambilan keputusan yag dilakukan keluarga
terhadap anggota keluarga yang sakit.
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit,
seperti bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat, dan
perkembangan perawatan yang diperlukan, sumber-sumber yang ada
dalam keluarga serta sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang
sakit.
d. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan seperti
pentingnya hygiene sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan penyakit
yang dilakukan keluarga. Upaya pemeliharaan lingkungan yang
dilakukan keluarga, kekompakan anggota keluarga dalam menata
lingkungan dalam dan lingkungan luar rumah yang berdampak
terhadap kesehatan keluarga.
e. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan, seperti kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan
dan fasilitas pelayanan kesehatan, keberadaan fasilitas kesehatan yang
ada, keuntungan keluarga terhadap penggunaan fasilitas kesehatan,
apakah pelayanan kesehatan terjangkau oleh keluarga, adakah
pengalaman yang kurang baik yang dipersepsikan keluarga.
13
B. Konsep penyakit
1. Pengertian TB Paru
TB paru (Tuberculosis paru) merupakan penyakit infeksi menular
pada sistem pernapasan yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis yang dapat mengenai bagian paru (Hidayat, 2008: 79).
Smeltzer dan Bare (2001: 584) mendefinisikan TB paru (Tuberkulosis
paru) adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru,
dengan agen infeksius utama Mycobacterium tuberculosis.
Menurut Price dan Wilson (2005: 852) TB paru adalah penyakit
infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.
2. Etiologi
Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, kuman
batang aerobik dan tahan asam (BTA) (Price dan Wilson, 2005:
852). Kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat
bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab. Dalam
jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama beberapa
tahun (Judarwanto, 2009).
3. Klasifikasi
TB (Tuberculosis) paru dalam Hidayat (2008: 79) dikelompokkan
menjadi dua kelompok, yaitu :
a. Tuberculosis paru primer yang sering terjadi pada anak. Proses ini
dapat dimulai dari proses yang disebut droplet nuclei yaitu suatu
proses terinfeksinya partikel yang mengandung dua atau lebih kuman
tuberculosis yang hidup dan terhirup serta diendapkan pada
permukaan alveoli. Kemudian terjadi eksudasi dan dilatasi pada
kapiler, pembengkakan sel endotel dan alveolar, keluar fibrin,
makrofag ke dalam ruang alveolar.
14
b. Tuberculosis pascaprimer, terjadi pada klien yang sebelumnya
terinfeksi oleh kuman Mycobacterium tuberculosa.
4. Patofisiologi
Penularan TBC terjadi karena individu rentan yang menghirup udara
yang mengandung Mycobacterium tuberculosis. Segera setelah
menghirup basil tuberkulosis hidup ke dalam paru-paru, maka terjadi
eksudasi dan konsolidasi yang terbatas disebut fokus primer. Basil
tuberkulosis akan menyebar, histosit mulai mengangkut organisme
tersebut ke kelenjar limpe regional melalui saluran getah bening menuju
kelenjar regional sehingga terbentuk komplek primer dan mengadakan
reaksi eksudasi terjadi sekitar 2-10 minggu (6-8 minggu) pasca infeksi.
Bersamaan dengan terbentuknya kompleks primer terjadi pula
hypersensitivitas terhadap tuberkuloprotein yang dapat diketahui melalui
uji tuberkulin. Masa terjadinya infeksi sampai terbentuknya kompleks
primer disebut masa inkubasi.
Pada anak yang mengalami lesi dalam paru dapat terjadi dimanapun
terutama di perifer dekat pleura, tetapi banyak terjadi di lapangan bawah
paru dibanding lapangan atas. Juga terdapat pembesaran kelenjar regional
serta penyembuhannya mengarah ke kalsifikasi dan penyebarannya lebih
banyak terjadi melalui hematogen.
Pada reaksi radang dimana lekosit polimorfonuklear tampak pada
alveoli dan memfagosit bakteri namun tidak membunuhnya. Kemudian
basil menyebar ke limfe dan sirkulasi. Dalam beberapa minggu limfosit T
menjadi sensitif terhadap organisme TB dan membebaskan limfokin yang
merubah makrofag atau mengaktifkan makrofag. Alveoli yang terserang
akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut.
Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak
ada sisa nekrosis yang tertinggal, atau proses dapat berjalan terus dan
15
bakteri terus difagosit atau berkembang diak di dalam sel. Makrofag yang
mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu
sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit.
Nekrosis pada bagian sentral memberikan gambaran yang relatif padat
pada keju, yang disebut nekrosis kaseosa.
Masa keju dapat mencair dan Mycobacterium tuberculosis dapat
berkembang biak ekstra selular sehingga dapat meluas di jaringan paru
dan terjadi pneumonia, lesi endobronkial, pleuritis atau Tb milier. Juga
dapat menyebar secara bertahap menyebabkan lesi di organ-organ
lainnya.(Setiawati, dkk., 2012).
5. Pathway
Micobacterium TBC
Air borne (saluran napas)
Jaringan paru (alveoli)
Fokus primer (Ghon)
Kemungkinan penyebaran (bronchogen, limfogen, hematogen)
Terbentuk primer komplek (ranke)
TBC primer
Infeksi (belum mempunyai kekebalan)
Perlawanan
Infiltrasi sel-sel radang
Reaksi non spesifik(tahap pra alergis)
16
Reaksi spesifik(tahap alergis)
6. Manifestasi Klinik
Gejala TB paru menurut Wong (2008: 955) antara lain :
a. Dapat bersifat asimptomatik atau menimbulkan bermacam-macam
gejala yaitu :
1) Demam lama/berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria
atau infeksi saluran nafas akut), dapat disertai keringat malam.
2) Malaise
3) Nafsu makan tidak ada (anoreksia) dengan gagal tumbuh dan berat
badan tidak naik (failure to thrive) dengan adekuat.
4) Penurunan berat badan atau malnutrisi tanpa sebab yang jelas atau
tidak naik dalam 1 bulan dengan penanganan gizi.
5) Batuk ada atau tidak (berkembang secara perlahan selama
bermingu-minggu sampai berbulan-bulan)
6) Nyeri menusuk dan rasa sesak didada
7) Haemoptisis
b. Sejalan dengan perkembangan
1) Peningkatan frekuensi napas
2) Ekspansi paru buruk pada tempat yang sakit
3) Bunyi napas hilang dan ronki kasar
4) Pekak pada saat perkusi
5) Demam persisten
6) Pucat, anemia, kelemahan dan penurunan berat badan.
7. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk TB menurut Sulaifi (2010) adalah
sebagai berikut :
a. Uji Mantoux atau Tuberkulin
17
Ada 2 macam tuberkulin yaitu Old tuberkulin dan Purified Protein
Derivat (PPD). Caranya adalah dengan menyuntikkan 0,1 ml
tuberkulin PPD intrakutan di volar lengan bawah. Hasilnya dapat
dilihat 48 – 72 jam setelah penyuntikan. Berniai positif jika indurasi
lebih dari 10 mm pada anak dengan gizi baik atau lebih dari 5 mm
pada anak dengan gizi buruk.
b. Reaksi cepat BCG
Bila dalam penyuntikan BCG terjadi reaksi cepat (dalam 3-7 hari)
berupa kemerahan lebih dari 5 mm, maka anak dicurigai terinfeksi
Mycobaterium tbc.
c. Laju Endap Darah
Pada TB, terdapat kenaikan Laju Endap Darah (LED).
d. Pemeriksaan mikrobiologis
Pemeriksaan BTA pada anak dilakukan dari bilasan lambung karena
sulitnya menggunakan hasil dahak.
e. Pemeriksaan BTA cara baru seperti: PCR (Polymerase Chain
Reaction), Bactec, ELISA, PAP dan Mycodots masih belum banyak
dipakai dalam klinis praktis
f. Pemeriksaan radiologis
1) Gambaram x-foto dada pada TB paru tidak khas
2) Paling mungkin kalau ditemukan pembesaran kelenjar hilus dan
kelenjar paratrakeal.
3) Foto lain : milier, atelektasis, infiltrat, bronkiektasis, efusi pleura,
konsolidasi, destroyed lung dan lain-lain.
8. Komplikasi
Menurut Smeltzer dan Bare (2001: 588) komplikasi TB mencakup :
a. Malnutrisi
18
b. Efek samping terapi obat-obatan : hepatitis, ruam kulit, gangguan
gastrointestinal.
c. Resistensi banyak obat
d. Penyebaran infeksi TB (TB miliaris)
9. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
Obat harus diminum teratur, setiap hari, dan dalam waktu yang cukup
lama. Dosis obat harus disesuaikan dengan berat badan. Menurut
Setiawati, dkk. (2012) secara garis besar dapat dibagi menjadi tata
laksana untuk :
1) TB Paru tidak berat
Pada TB paru yang tidak berat cukup diberikan 3 jenis obat anti b
tuberkulosis (OAT) dengan jangka waktu terapi 6 bulan. Tahap
intensif terdiri dari isoniazid (H), Rifampisin (R) dan Pyrazinamid
(Z) selama 2 bulan diberikan setiap hari (2HRZ). Tahap lanjutan
terdiri dari Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) selama 4 bulan
diberikan setiap hari (4HR).
2) TB paru berat atau TB ekstrapulmonal
Pada TB berat (TB milier, meningitis, dan TB tulang) maka juga
diberikan Streptomisin atau Etambutol pada permulaan pengobatan.
Jadi pada TBC berat biasanya pengobatan dimulai dengan
kombinasi 4-5 obat selama 2 bulan, kemudian dilanjutkan dengan
Isoniazid dan Rifampisin selama 10 bulan lagi atau lebih, sesuai
dengan perkembangan klinisnya. Kalau ada kegagalan karena
resistensi obat, maka obat diganti sesuai dengan hasil uji resistensi,
atau tambah dan ubah kombinasi OAT.
Obat anti Tuberculosis yang digunakan adalah :
1) Isoniazid (INH) : selama 6-12 bulan
19
Dosis terapi : 5-10 mg/kgBB/hari diberikan sekali sehari
Dosis profilaksis : 5-10 mg/kgBB/hari diberikan sekali sehari
Dosis maksimum : 300 mg/hari
2) Rifampisin ( R ) : selama 6-12 bulan
Dosis : 10-20 mg/kgBB/hari sekali sehari
Dosis maksimum : 600 mg/hari
3) Pirazinamid (Z) : selama 2-3 bulan pertama
Dosis : 25-35 mg/kgBB/hari diberikan 2 kali sehari
Dosis maksimum : 2 gram/hari
4) Etambutol (E) : selama 2-3 bulan pertama
Dosis : 15-20 mg/kgBB/hari diberikan sekali atau 2
kali sehari
Dosis maksimum : 1250 mg/hari
5) Streptomisin (S) : selama 1-2 bulan pertama
Dosis : 15-40 mg/kg/hari diberikan sekali sehari intra
muskular
Dosis maksimum : 1 gram/hari
6) Kortikosteroid diberikan pada keadaan khusus seperti : Tb milier,
meningitis Tb, endobronkial Tb, pleuritis Tb, perikarditis Tb,
peritonitis Tb. Boleh diberikan prednison 1-2 mg/kg BB/hari
selama 1-2 bulan
b. Penatalaksanaan perawatan
Penatalaksanaa perawatan untuk klien ditujukan agar :
1) Klien dapat mempertahankan jalan napas dengan mengeluarkan
secret tanpa bantuan.
2) Kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi
3) Kebutuhan istirahat tidur klien dapat terpenuhi
4) Klien dapat beraktivitas secara efektif
20
5) Klien dapat lebih mendapatkan pengetahuan tentang TB
6) Klien tidak terjadi infeksi terhadap penyebaran penyakitnya ke
organ lain.
C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga
1. Pengkajian
Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat
untuk mengukur keadaan klien (keluarga) dengan menangani norma-
norma kesehatan keluarga maupun sosial, yang merupakan system
terintegrasi dan kesanggupan keluarga untuk mengatasinya. (Effendy,
1998)
Pengumpulan data dalam pengkajian dilakukan dengan wawancara,
observasi, dan pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi. Pengkajian
asuhan keperawatan keluarga menurut teori/model Family Centre
Nursing Friedman (1988), meliputi 7 komponen pengkajian yaitu :
a. Data Umum
1) Identitas kepala keluarga
2) Komposisi anggota keluarga
3) Genogram
4) Tipe keluarga
5) Suku bangsa
6) Agama
7) Status sosial ekonomi keluarga
b. Aktifitas rekreasi keluarga
1) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
2) Tahap perkembangan keluarga saat ini
3) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
4) Riwayat keluarga inti
21
5) Riwayat keluarga sebelumnya
c. Lingkungan
1) Karakteristik rumah
2) Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal
3) Mobilitas geografis keluarga
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
5) System pendukung keluarga
d. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga
2) Struktur kekuatan keluarga
3) Struktur peran (formal dan informal)
4) Nilai dan norma keluarga
e. Fungsi keluarga
1) Fungsi afektif
2) Fungsi sosialisasi
3) Fungsi perawatan kesehatan
f. Stress dan koping keluarga
1) Stressor jangka panjang dan stressor jangka pendek serta kekuatan
keluarga
2) Respon keluarga terhadap stress
3) Strategi koping yang digunakan
4) Strategi adaptasi yang disfungsional
g. Pemeriksaan fisik
1) Tanggal pemeriksaan fisik dilakukan
22
2) Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota keluarga
3) Aspek pemeriksaan fisik mulai dari vital sign, rambut, kepala,
mata, mulut, THT, leher, thoraks, abdomen, ekstremitas atas dan
bawah, system genetalia
4) Kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik
h. Harapan keluarga
1) Terhadap masalah kesehatan keluarga
2) Terhadap petugas kesehatan yang ada
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggunakan dan
menggambarkan respons manuasia. Dimana keadaan sehat atau
perubahan pola interaksi potensial/actual dari individu atau kelompok
dimana perawat dapat menyusun intervensi-intervensi definitive untuk
mempertahankan status kesehatan atau untuk mencegah perubahan
(Carpenito, 2000).
Untuk menegakkan diagnosa dilakukan 2 hal, yaitu:
a. Anallisa data
Mengelompokkan data subjektif dan objektif, kemudian dibandingkan
dengan standar normal sehingga didapatkan masalah keperawatan.
b. Perumusan diagnosa keperawatan
Komponen rumusan diagnosa keperawatan meliputi:
1) Masalah (problem) adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh keluarga atau anggota
keluarga.
2) Penyebab (etiologi) adalah kumpulan data subjektif dan objektif.
23
3) Tanda (sign) adalah sekumpulan data subjektif dan objektif yang
diperoleh perawat dari keluarga secara langsung atau tidak
langsung atau tidak yang emndukung masalah dan penyebab.
Dalam penyusunan masalah kesehatan dalam perawatan keluarga
mengacu pada tipologi diagnosis keperawatan keluarga yang
dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu:
1) Diagnosa sehat/Wellness/potensial
Yaitu keadaan sejahtera dari keluarga ketika telah mampu
memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber
penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat digunakan.
Perumusan diagnosa potensial ini hanya terdiri dari komponen
Problem (P) saja dan sign /symptom (S) tanpa etiologi (E).
2) Diagnosa ancaman/risiko
Yaitu masalah keperawatan yang belum terjadi. Diagnosa ini dapat
menjadi masalah actual bila tidak segera ditanggulangi. Perumusan
diagnosa risiko ini terdiri dari komponen problem (P), etiologi (E),
sign/symptom (S).
3) Diagnosa nyata/actual/gangguan
Yaitu masalah keperawatan yang sedang dijalani oleh keluarga dan
memerlukn bantuan dengan cepat. Perumusan diagnosa actual
terdiri dari problem (P), etiologi (E), dan sign/symptom (S).
Perumusan problem (P) merupakan respons terhadap gangguan
pemenuhan kebutuhan dasar. Sedangkan etiologi mengacu pada 5 tugas
keluarga.
Dalam Friedman (1998) diagnosa-diagnosa keperawatan pilihan
NANDA yang cocok untuk praktek keperawatan keluarga seperti tabel
dibawah ini:
24
Kategori Diagnosa
NANDA
Diagnosa Keperawatan
Persepsi kesehatan-pola
manajemen kesehatan
Manajemen kesehatan yang dapat di ubah
Perilaku mencari sehat
Kognitif-pola latihan Kerusakan penatalaksanaan lingkungan
rumah
Peran-pola persepsi Kurang pengetahuan
Konflik keputusan
Peran-pola hubungan Berduka antisipasi
Berduka disfungsional
Konflik peran orang tua isolasi social
Perubahan dalam proses keluarga
Perubahan penampilan peran
Risiko perubahan dalam menjadi orang tua
Perubahan menjadi orang tua
Risiko terhadap kekerasan
Koping pola – pola
toleransi terhadap stress
Koping keluarga potensial terhadap
pertumbuhan
Koping keluarga tidak efektif : menurun
Koping keluarga tidak efektif : kecacatan
3. Perencanaan
Perencanaan adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat
untuk dilaporkan dalam memecahkan masalah kesehatan dan
keperawatan yang telah diidentifikasi (Efendy,1998).
Penyusunan rencana perawatan dilakukan dalam 2 tahap yaitu
pemenuhan skala prioritas dan rencana perawatan (Suprajitmo, 2004).
25
a. Skala prioritas
Prioritas didasarkan pada diagnosis keperawatan yang mempunyai
skor tinggi dan disusun berurutan sampai yang mempunyai skor
terendah. Dalam menyusun prioritas masalah kesehatan dan
keperawatan keluarga harus didasarkan beberapa criteria sebagai
berikut :
1) Sifat masalah (actual, risiko, potensial)
2) Kemungkinan masalah dapat diubah
3) Potensi masalah untuk dicegah
4) Menonjolnya masalah
Skoring dilakukan bila perawat merumuskan diagnosa keperawatan
telah dari satu proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan
oleh Bailon dan Maglay (1978) dalam Effendy (1998).
Kriteria Bobot Skor
Sifat masalah 1 Aktual = 3
Risiko = 2
Potensial = 1
Kemungkinan
masalah untuk
dipecahkan
2 Mudah = 2
Sebagian = 1
Tidak dapat = 0
Potensi masalah
untuk dicegah
1 Tinggi = 3
Cukup = 2
Rendah = 1
Menonjolnya
masalah
1 Segera diatasi = 2
Tidak segera diatasi = 1
Tidak dirasakan adanya masalah = 0
26
Proses scoring dilakukan untuk setiap diagnosa keperawatan :
1) Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat
2) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikaitkan dengan bobot
3) Jumlahkan skor untuk semua criteria
4) Skor tertinggi berarti prioritas (skor tertinggi 5)
b. Rencana
Langkah pertama yang dilakukan adalah merumuskan tujuan
keperawatan. Tujuan dirumuskan untuk mengetahui atau mengatasi
serta meminimalkan stressor dan intervensi dirancang berdasarkan tiga
tingkat pencegahan. Pencegahan primer untuk memperkuat garis
pertahanan fleksibel, pencegahan sekunder untuk memperkuat garis
pertahanan sekunder, dan pencegahan tersier untuk memperkuat garis
pertahanan tersier (Anderson & Fallune, 2000).
Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek.
Tujuan jangka panjang mengacu pada bagaimana mengatasi
problem/masalah (P) di keluarga. Sedangkan penetapan tujuan jangka
pendek mengacu pada bagaimana mengatasi etiologi yang berorientasi
pada lima tugas keluarga.
Adapun bentuk tindakan yang akan dilakukan dalam intervensi
nantinya adalah sebagai berikut :
1) Menggali tingkat pengetahuan atau pemahaman keluarga mengenai
masalah
2) Mendiskusikan dengan keluarga mengenai hal-hal yang belum
diketahui dan meluruskan mengenai intervensi/interpretasi yang
salah.
3) Memberikan penyuluhan atau menjelaskan dengan keluarga tentang
faktor-faktor penyebab, tanda dan gejala, cara menangani, cara
27
perawatan, cara mendapatkan pelayanan kesehatan dan pentingnya
pengobatan secara teratur.
4) Memotivasi keluarga untuk melakukan hal-hal positif untuk
kesehatan.
5) Memberikan pujian dan penguatan kepada keluarga atas apa yang
telah diketahui dan apa yang telah dilaksanakan.
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan dilaksanakan berdasarkan pada rencana yang telah
disusun. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan terhadap keluarga yaitu :
a. Sumber daya keluarga
b. Tingkat pendidikan keluarga
c. Adat istiadat yang berlaku
d. Respon dan penerimaan keluarga
e. Sarana dan prasarana yang ada pada keluarga.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil
implementasi dengan criteria dan standar yang telah ditetapkan untuk
melihat keberhasilannya. Kerangka kerja valuasi sudah terkandung dalam
rencana perawatan jika secara jelas telah digambarkan tujuan perilaku
yang spesifik maka hal ini dapat berfungsi sebagai criteria evaluasi bagi
tingkat aktivitas yang telah dicapai (Friedman,1998)
28
BAB III
TINJAUAN KASUS
Dalam laporan kasus ini penulis akan menguraikan tentang asuhan
keperawatan keluarga dengan masalah kesehatan TB Paru pada Ny.W dalam
konteks keperawatan komunitas yang dilaksanakan pada tanggal 17 Maret
s.d 18 April 2014, dengan pendekatan proses asuhan keperawatan pada
keluarga.
A. Pengkajian
1. Data umum
Nama kepala keluarga Tn.T, umur 65 tahun, pekerjaan buruh, pendidikan
SD, alamat maos. Komposisi keluarga :
Nama Jenis
kelamin
Umur Hubungan
dg KK
Pendidikan Pekerjaan
Ny.W P 61 Istri SD Buruh
Tn.Wi L 32 Anak SD Buruh
Nn. R P 28 Anak SMP Buruh
Tn. Wa L 23 Anak SMK Buruh
Genogram
Keterangan
: laki-laki
: perempuan
: meninggal
: hub. Pernikahan
: garis keturunan
29
Tipe keluarga Tn.T adalah tipe keluarga inti, menganut agama islam,
bersuku jawa dan berbangsa Indonesia. Pendapatan keluarga Tn.T < 1 juta
per bulan,dan digunakan sebagian besar untuk keperluan sehari-hari.
Aktivitas rekreasi keluarga Tn.T selama ini hanya berkumpul dan
menonton TV dirumah dan jarang melakukan rekreasi diluar rumah
2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
Tahap perkembangan keluatga Tn. T memasuki tahap perkembangan
keluarga dengan anak dewasa. Tugas perkembangan yang belum
terpenuhi adalah memperluas siklus keluarga, dikarenakan belum ada
anaknya yang menikah.
Riwayat keluarga saat ini adalah sudah ± 2 bulan Ny.W didiagnosa
terkena TB paru sampai saat dikaji Ny.W masih menjalani pengobatan
TB rutin. Riwayat keluarga sebelumnya adalah sekitar 1 tahun yang lalu
anak pertama keluarga Tn.T meninggal dikarenakan kecelakaan lalu
lintas.
3. Pengkajian lingkungan
Karakteristik rumah keluarga Tn.T adalah bangunan permanen dengan
luas 7x10 m2. Terdapat 3 jendela/ ventilasi dan jarang dibuka, pekarangan
didepan dan belakang rumah cukup luas dan bersih.
Kamar 1
Kamar 2
R. Tamudan
R.KeluargaVent
Vent
Vent
dapur K. Mandi
30
Keluarga Tn.T bertempat tinggal dilingkungan yang tidak terlalu padat,
interaksi antar warga lebih sering dilakukan pada sore dan malam hari.
Keluarga Tn. T menempati rumah tersebut sejak awal berumah tangga
sampai sekarang. Kegiatan yang diikuti selama ini adalah arisan RT yang
dilakukan setiap 1 bulan sekali. Saat ini Tn.T hanya tinggal berdua
dengan istrinya, jika ada masalah dalam keluarga biasanya keluarga dari
kakak Ny.W yang sering membantu.
4. Struktur Keluarga
a. Komunikaasi keluarga
Antar anggota keluarga terbina hubungan yang baik. Dalam
menghadapi setiap masalah selalu diadakan dimusyawarah keluarga.
b. Struktur kekuatan keluarga
Didalam beraktivitas sehari-hari keluarga saling perhatian dan
merasakan bahwa mengatasi masalah menjadi tanggung jawab
bersama.
c. Struktur peran
Tn.T sebagai kepala keluarga bertugas member nafkah, dan Ny.w
sebagai ibu rumah tangga yang mengurusi keperluan keluarga.
d. Norma keluarga
Keluarga Tn.T mempercayakan perawatan kesehatan kepada tenaga
kesehatan, khususnya Ny.w.
5. Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif
Keluarga Tn.T memahami keadaan penyakit yang diderita oleh
Ny.W, semua anaknya turut membantu untuk pengobatan Ny.W.
b. Fungsi social
31
Tn. T selalu mengajarkan kepada anak-anaknya untuk hidup mandiri
dan membina hubungan yang baik dengan lingkungan sekitar.
c. Fungsi perawatan keluarga
Keluarga Tn. T kurang mampu merawat anggota keluarga dengan
masalah kesehatan TB paru. Khususnya untuk perawatan Ny.W.
d. Fungsi reproduksi
Keluarga Tn. T memiliki 4 orang anak, 3 laki-laki dan 1 perempuan.
Ny.w saat ini tidak menjadi akseptor KB dengan alasan sudah
memasuki usia lanjut.
e. Fungsi ekonomi
Keluarga Tn.T menggunakan seluruh penghasilannya untuk
memenuhi kebutuhan keluarga setiap hari.
6. Tugas Perawatan Keluarga
a. Mengenal masalah keluarga
Keluarga Tn.T kurang dapat mengenal masalah kesehatan dalam
keluarga karena terbatasnya informasi dan kurangnya pemahaman
tentang penyakit khususnya TB paru.
b. Mengambil keputusan
Dalam pengambilan keputusan untuk pemecahan masalah kesehatan
keluarga Tn.T masih bingung, dikarenakan kurangnya pemahaman
pada masal tersebut.
c. Merawat anggota keluarga yang sakit
Keluarga Tn.T kurang dapat merawat anggotanya yang sakit,
dikarenakan kurang mengetahui cara perawatan khususnya perawatan
dengan penyakit TB paru.
d. Memelihara lingkungan
Dalam hal pemeliharaan lingkungan sudah cukup baik, tetepi masih
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan khususnya penempatan
32
kandang yang masih diletakkan didalam rumah dan ventilasi yang
belum muncukupi.
e. Menggunakan fasilitas/ pelayanan kesehatan
Keluarga Tn.T memeilihg pergi ke puskesmas untuk mengobati
penyakit Ny.W. dan untuk sakit ringan lebih memilih pergi ke praktek
medis setempat.
7. Stress dan koping keluarga
Stressor jangka panjang yang dirasakan keluarga adalah anak-anaknya
yang belum menikah, dan untuk jangka pendeknya adalah penyakit Ny.W
yang membutuhkan pengobatan yang cukup lama.
Keluarga sudah dapat beradaptasi dengan stressor yang ada yaitu
dengan selalu berdoa dan berusaha semaksimal mungkin. Dalam
menghadap stressor tersebut keluarga Tn.T banayak dibantu oleh
keluarga dari kakak Ny.W.
33
8. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Ny.W Tn.T
kesadaran
vital sign:
tekanan darah
respirasi
nadi
Head to Toe:
Kepala-rambut
Hidung
Telinga
Mata
Mulut
Leher
Pemeriksaan paru:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Pemeriksaan jantung
Pemeriksaan abdomen:
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Composmentis
120/80 mmHg
24x/menit
87x/menit
Mesochepal, rambut
hitam, tidak ada luka
Bersih, tidak ada polip
Simetris, bersih
Mata kanan cacat, sclera
tidak ikterik,
konjungtiva tidak
anemis.
Tidak ada stomatitis
Tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid
Pengembangan dada
sama, RR: 24x/menit
Taktil fermitus normal
resonan
Ronkhi basah
Tidak ada bunyi jantung
tambahan, irama regular
Tidak ada luka
Bising usus 10x/menit
Tidak ada nyeri tekan
Composmentis
130/90 mmHg
20x/menit
90x/menit
Mesochepal, rambut
hitam, tidak ada luka
Bersih, tidak ada polip
Simetris, bersih
Simetris, sclera tidak
ikterik, konjungtiva tidak
anemis
Tidak ada stomatitis
Tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid
Pengembangan dada
sama, RR: 20x/menit
Taktil fermitus normal
Resonan
Bronkovesikuler
Tidak ada bunyi jantung
tambahan, irama regular
Tidak ada luka
Bising usus 10x/menit
Tidak ada nyeri tekan
34
Perkusi
Ekstrimitas:
Atas
Bawah
Timpani
Tidakada luka, berfungsi
dengan normal
Tidakada luka, berfungsi
dengan normal
Timpani
Tidak ada luka, berfungsi
dengan normal
Tidak ada luka, berfungsi
dengan normal
9. Harapan keluarga
Ny.W dan keluarga berharap penyakit yang dideritanya cepat sembuh,
keluarga Tn.T juga senang dengan kehadiran mahasiswa dirumahnya,
keluarga berharap mendapat tambahan ilmu setelah kedatang mahasiswa
dirumahnya.
B. Analisa Data
No Kelompok data Etiologi Problem
1 Data subyektif : Ny.w
mengatakan sudah menderita
TB paru ± 2bulan dan telah
menjalani pengobatan secara
intensif selama 1,5 bulan, TnT
mengatakan tidak mengetahui
apakah penyakit TB paru itu,
cara dan pencagahan penularan
penyakitr TB paru
Data obyektif : keluarga Tn.T
tidak mengetahui pengertian
penyakit TB paru, cara dan
pencegahan penularan penyakit
TB paru. Pendidikan terakhir
Tn.T dan Ny.W adalah SD.
Ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah pada enggota
keluarga khususnya Ny.W dengan
TB paru.
Kurang pengetahuan
2 Data subyektif : keluarga Tn.T Ketidakmampuan keluarga Resiko
35
mengatakan jarang membuka
jendela/ ventilasi rumahnya,
serta jarang menjemur alat
tidur. Ny.W mengatakan kalau
sering meludahkan dahak
sembarang tempat.
Data obyektif : jendela/
ventilasi sering tertutup dan
jarang dibuka, keluarga Tn.T
jarang menjemur alat tidur,
Ny.W sering meludahkan
dahak sembarangan.
mengambil keputusan untuk
mengatasi masalah kesehatan
pada anggota keluarga khususnya
Ny.W dengan TB paru
penularan penyakit
C. Diagnosa Keperawatan Keluarga
1. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah pada anggota keluarga khususnya Ny.W dengan
TBparu.
2. Resiko penularan penyakit berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan pada
anggota keluarga khususnya Ny.W dengan TB paru.
Skala prioritas
1. Kurang pengetahuan dengan ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah pada anggota keluarga khususnya Ny.W
dengan TBparu.
No Criteria Scoring Pembenaran
1 Sifat masalah : actual 3/3 x 1 : 1 Masalah aktual, harus segera
diatasi.,
2 Kemungkinan masalah
dapat diubah : mudah
2/2 x 2 : 2 Keluarga mau mengikuti saran
untuk mengikuti penyuluhan
3 Potensial masalah untuk 2/3 x 1 : 2/3 Masalah telah terjadi
36
dicegah : cukup
4 Menonjolnya masalah :
masalah berat,harus
segera ditangani
2/2 x 1 : 1 Keluarga kurang mengetahui
kalau penyakit TB sangat
menular
Total 4 2/3
2. Resiko penularan penyakit berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan untuk mengatasi
masalah kesehatan pada anggota keluarga khususnya Ny.W dengan TB
paru.
No Criteria Scoring Pembenaran
1 Sifat masalah : resiko 2/3 x 1 : 2/3 Penularan belum terjadi tapi
resiko penularan cukup besar
2 Kemungkinan masalah
dapat diubah : mudah
2/2 x 2 : 2 Ny.W mau memeriksakan
kesehatannya secara teratur
dan mengikuti program
pengobatan TB sampai selesai.
3 Potensial masalah untuk
dicegah : cukup
2/3 x 1 : 2/3 Penularan dapat dicegah
dengan cara yang sederhana
tanpa biaya
4 Menonjolnya masalah :
masalah berat,harus
segera ditangani
2/2 x 1 : 1 Keluarga kurang mengetahui
kalau penyakit TB sangat
menular.
Total 4 1/3
D. Rencana Asuhan Keperawatan
37
1. Kurang pengetahuan berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah pada anggota
keluarga khususnya Ny.W dengan TB paru.
Tujuan
a. Umum : setelah dilakukan 1 kali kunjungan diharapkan penularan
penyakit tidak terjadi
b. Khusus : setelah dilakukakn kunjungan 1x 45 menit diharapkan
keluarga mampu menjelaskan:
1) Pengertian dan Penyebab TB paru
2) Tanda dan gejala TB paru
3) Cara penularan dan pencegahan penularan penyakit TB paru
Kriteria Hasil
a. Keluarga mampu secara verbal :
1) Menjelaskan pengertian dan penyebab TB paru
2) Menjelaskan tanda dan gejala TB paru
3) Menjelaskan cara penularan dan pencegahan penyakit TB paru
Intervensi
a. Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit TB paru
b. Berikan penyuluhan mengenai penyakit TB paru
c. Berikan kesempatan keluarga untuk bertanya
d. Anjurkan penderita menutup mulut ketika bersin
e. Anjurkan keluarga memakan makanan yang bergizi tinggi untuk
meningkatkan daya tahan tubuh
2. Resiko penularan penyakit berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan untuk mengatasi
masalah kesehatan pada anggota keluarga khususnya Ny.W dengan TB
paru.
38
Tujuan
a. Umum : setelah dilakukan 3 kali kunjungan diharapkan penularan
penyakit tidak terjadi
b. Khusus : setelah dilakukan kunjungan 3x 45 menit diharapkan
keluarga mampu :
1) Mengambil keputusan untuk mencegah penularan penyakit TB
paru
2) Memodifikasi lingkungan untuk mencegah penularan penyakit TB
paru.
Kriteria hasil
a. Keluarga secara verbal dan motorik mampu :
1) Mengabil keputusan untuk mengatasi penularan penyakit TB paru
dengan cara memodifikasi lingkungan rumahnya.
2) Keluarga mampu membuat sputum pot dengan desinfektan.
Intervensi
a. Jelaskan pada keluarga Tn.T akibat dari penyakit TB paru
b. Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan dalam mengatasi
masalah penularan TB paru
c. Tanyakan kembali akibat dari TB paru.
d. Demonstrasikan cara pembuatan seputum pot dengan desinfektan
E. Implementasi Keperawatan
1. Pertemuan pertama ( senin, 07/
05/ 2014)
a. Dx I
1) Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit TB paru
2) Memberikan penyuluhan mengenai penyakit TB paru.
b. Dx II
1) Menjelaskan pada keluarga Tn.T akibat dari penyakit TB paru
39
2) Memberikan kesempatan keluarga untuk bertanya
2. Pertemuan ke-2 ( kamis, 10/ 05/ 2014 )
a. Dx I
1) Mengkaji ulang/ evaluasi tingkat pengatahuan keluarga Tn.T
mengenai penyakit TB paru
2) Mendiskusikan mengenai cara pencegahan yang akan dilakukan
keluarga
b. Dx II
1) Memotivasi keluarga Tn.T untuk mengambil keputusan dalam
memgatasi masalah penularan penyakit TB paru
2) Mendiskusikan kembali akibat dari penyakit TB paru
3. Pertemuan ke-3 ( jumat, 11/ 05/ 2014 )
a. Dx II
1) Mendemonstrasikan cara membuat sputum pot dengan
desinfektan
2) Menganjurkan untuk meludah pada tempet yang telah dibuat
3) Menganjurkan menutup mulut jika bersin atau batuk
menggunakan sapu tangan
F. Evaluasi Hasil (SOAP)
Pertemuan ke-4 (sabtu, 12/ 05/ 2014)
1. Dx I
S: keluarga Tn.T mengatakan sudah paham tentang penyakit TB paru
O: Keluarga Tn.T mampu
40
1. Menjelaskan cara penularan
penyakit TB paru
2. Menjelaskan cara pencegahan
penyakit TB paru
A: Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
1. Anjurkan untuk rutin
melakukan pemeriksaan kesehatan khususnya Ny.W.
2. Dx II
S: Keluarga Tn.T mengatakan akan selalu membuka jendela dipagi hari,
meletakkan kandang ternak diluar rumah dan menjemur alat tidur setiap
hari.
O: keluarga Tn.T mampu:
1. Mengambil keputusan untuk
mengatasi masalah resiko penularan penyakit TB paru
2. Membuat sputum pot dengan
desinfektan
A: masalah teratasi
P: pertahankan intervensi
1. Anjurkan untuk
membuka jendela/ ventilasi setiap pagi.
41
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah penulis menerapkan asuhan keperawatan pada keluarga Tn.T
dengan TB paru di Desa Karang Rena , maka penulis membahas kesenjangan
antara teoritis dan kasus secara nyata. Pembahasan ini sesuai dengan tahap
proses keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
Asuhan keperawatan pada keluarga Tn. T dilaksanakan selama 4 hari,
yaitu dimulai tanggal 7april 2014 sampai 12 april 2014. Adapun uraian
pembahasan mengenai asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada
keluarga Tn.T adalah:
A. Tahap Pengkajian
Dalam tahap pengkajian ini penulis mengumpulkan data untuk
membantu menentukan status kesehatan keluarga Tn.T. dalam pengkajian
ini data-data diperoleh dari wawancara dan observasi terhadap keluarga
Tn.T. Dalam melakukan pengkajian keluarga Tn.T cukup kooperatif,
namun ada beberapa hambatan dikarenakan aktivitas keluarga yang cukup
padat.
42
Pengkajian dilakukan dalam 2x pertemuan yaitu pada tanggal 7 dan 8
april 2014. Pada pengkajian yang dilakukan pada Ny.W tidak semua data
pada teori ditemukan pada kasus. Seperti nyeri dada, nafsu makan
berkurang dalam teori tercantum tetapi tidak ditemukan dalam kasus
dilapangan.
B. Diagnosa Keperawatan
Perumusan diagnosa keperawatan dianalisis berdasarkan dari hasil
pengkajian terhadap adanya masalah dalam tahap perkembangan
keluarga,lingkungan keluarga, struktur keluarga, fungsi keluarga dan
koping keluarga, yang bersifat actual, resiko dan kesejahteraan.
Setelah dilakuakan analisis maka didapatkan hasil diagnosa sesuai
prioritas pada proses skoring antara lain :
1. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah pada anggota keluarga khususnya Ny.W dengan
TBparu.
2. Resiko penularan penyakit berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan
pada anggota keluarga khususnya Ny.W dengan TB paru.
Tidak terdapat kesenjangan dalam perumusan diagnose antara konsep
teori dengan kasus pada keluarga Tn.T
C. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan pada kasus didasarkan pada prioritas masalah yang
sebelumnya telah dilakukan proses scoring setelah pelaksanaan analisa
data yang antara lain:
43
Prioritas tertinggi diberikan kepada masalah :
1. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah pada anggota keluarga khususnya Ny.W dengan
TBparu.
2. Resiko penularan penyakit berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan
pada anggota keluarga khususnya Ny.W dengan TB paru.
D. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan atau implementasi dilaksanakan pada tanggal 7-11
april 2014. Dalam melaksanakan tindakan keperawatan disesuaikan
dengan masalah yang dihadapi keluarga sehingga masalah tersebut dengan
mudah dapat diatasi. Secara garis besar, tindakan yang diberikan pada
pasien antara lain:
1. Memberikan penyuluhan pada keluarga mengenai penyakit TB paru
2. Mendiskusikan dengan keluarga mengenai pemecahan masalah yang
terjadi.
3. Memberikan demonstrasi dalam memodifikasi lingkungan untuk
mengurangi resiko penularan penyakit
E. Tahap Evaluasi
Adapun hasil evaluasi terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilakukan selama 3 hari adalah
1. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah pada anggota keluarga khususnya Ny.W dengan
TBparu.
S: keluarga Tn.T mengatakan sudah paham tentang penyakit TB paru
O: Keluarga Tn.T mampu
44
1. Menjelaskan cara penularan penyakit TB paru
2. Menjelaskan cara pencegahan penyakit TB paru
A: Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
1. Anjurkan untuk rutin melakukan pemeriksaan
kesehatan khususnya Ny.W.
2. Resiko penularan penyakit berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan untuk mengatasi
masalah kesehatan pada anggota keluarga khususnya Ny.W dengan
TB paru.
S: Keluarga Tn.T mengatakan akan selalu membuka jendela dipagi hari,
meletakkan kandang ternak diluar rumah dan menjemur alat tidur
setiap hari.
O: keluarga Tn.T mampu:
1. Mengambil keputusan untuk mengatasi masalah resiko penularan
penyakit TB paru
2. Membuat sputum pot dengan desinfektan
A: masalah teratasi
P: pertahankan intervensi
1. Anjurkan untuk membuka jendela/
ventilasi setiap pagi.
Pada evaluasi hasil yang didapat sesuai dengan harapan penulis yang
telah direncanakan pada tahap perencanaan tindakan keperawatan.
45
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan langsung pada
keluarga Tn.T dengan Tb paru pada tanggal 7 April - 12April2014 di
Desa Karangrena Kecamatan Maos, banyak hal yang penulis temukan
dibandingkan dengan konsep dasar yang ada. Hal ini dikarenakan dalam
pemberian asuhan keperawatan keluarga kita harus tetap memperhatikan
respon individu atau klien terhadap segala permasalahan yang dihadapi.
Dalam setiap pemberian asuhan keperawatan kita harus melibatkan klien
dan keluarga klien untuk ikut berpartisipasi aktif dalam proses perawatan.
Kita berkewajiban menerapkan tugas pokok kita sebagai seorang perawat
yaitu promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitasi hal ini dilakukan untuk
mengurangi ketergantungan individu dalam mengatasi kesehatan yang
dihadapi.
Penulis dapat menyimpulkan tujuan dari asuhan keperawatan
keluarga pada klien dengan TB paru adalah pemberian informasi yang
46
tepat pada klien dan keluarga tentang cara penularan dan pencegahan
penularan penyakit TB paru ,dan keberhasilan pemberian asuhan
keperawatan sangat tergantung pada sumber daya manusia dalam hal ini
perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan.
Asuhan keperawatan diberikan untuk memenuhi kebutuhan dasar
klien yang terganggu dan mencegah atau mengurangi komplikasi lanjut.
B. Saran
Adapun harapan penulis demi terjaganya mutu dan kualitas
perawatan adalah :
1. Di dalam melakukan tindakan keperawatan diperlukan pendekatan
dengan pihak klien sehingga terjalin kerjasama yang baik.
2. Memberikan informasi tentang penyakit dan penanganannya, jika hal
ini ditinggalkan dapat menimbulkan kurang pengetahuan pada
keluarga klien.
3. Memberikan motivasi,dorongan agar klien lebih optimis dalam
menghadapi penyakitnya.
DAFTAR PUSTAKA
Achjar, K.A.2010. Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : Sagung Seto
Allender, JA & Spradley, B. W. 2001. Community as Partner, Theory and Practice Nursing. Philadelpia : Lippincott
Anderson.E.T & Mc.Farlane.J.M.2000.Community Health and Nursing, Concept and Practice. Lippincott : California
47
Brunner and Suddart. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8, Editor: Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare. Jakarta: EGC. 2001
Effendy,N.1998.Dasar-dasar keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta :EGC
Friedman,M.M.1998.Family Nursing Research Theory and Practice,4thEdition.Connecticut : Aplenton
Iqbal,Wahit dkk.2005.Ilmu Keerawatan Komunitas 2 Teori dan Aplikasi dalam Praktek Pendekatan Asuhan Keperawatan Komunitas, Gerontik, Keluarga.Jakarta : EGC
Supartini, Yupi. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan keluarga. Jakarta: EGC
Wong, dona L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Bedah. Jakarta: EGC
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa Asuhan Keperawatan
Keluarga yang berjudul :
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA Tn.T
KHUSUSNYA Ny.W DENGAN TB PARU
DESA KARANG RENA
CILACAP
48
Disusun oleh:
Nama : Wahyu Agus Prasongko
NIM : 11.030
Telah disetujui dan dinyatakan memenuhi syarat oleh :
Penguji I
Rachmat Susanto S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.MB(KV)
Penguji II
Siti Rochana S.Kep,Ns
ii