askep gastritis.doc
-
Upload
weewenny-maacih-toolap -
Category
Documents
-
view
73 -
download
9
Transcript of askep gastritis.doc
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tepat
pada waktunya. Salawat beriring salam penulis ucapkan kepada nabi Muhammad SAW yang
telah membawa manusia dari jalan kesesatan menuju jalan yang diterangi oleh ilmu
pengetahuan.
Adapun judul makalah ini adalah “Asuhan Keperawatan klien dengan Gastritis”.
Dalam penulisan makalah ini penulis tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang
telah membantu,maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam menyusun makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat
kekurangan.Untuk itu penulis mengharapkan pada pembaca semua untuk memberikan kritik
dan saran demi kesempurnaan dari makalah ini.Atas kritik dan sarannya penulis
mengucapkan terima kasih.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua demi
kemajuan bersama.
Bukittinggi, Maret 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Gastritis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sekelompok kondisi
dengan satu hal yaitu radang selaput perut . Peradangan ini (gastritis) sering kali adalah hasil
dari infeksi bakteri Helicobacter Pylori yang menyebabkan radang perut yang paling sering
ditemukan. Di negara berkembang prevalensi infeksi Helicobacter Pylori pada orang dewasa
mendekati angka 90%. Sedangkan pada anak-anak prevalensinya lebih tinggi lagi. Di
Indonesia, prevalensi kuman ini menggunakan urea breath test. Penelitian serologis yang
dilakukan secara cross sectional bertambahnya prevelansi penyakit ini sesuai dengan
pertambahan usia. Penyebab penyakit ini adalah gram negative, basil yang berbentuk kurva
dan batang.
Namun, banyak faktor lain – seperti cedera – traumatis, penggunaan obat penghilang
rasa sakit tertentu atau minum alkohol terlalu banyak – juga dapat berkontribusi untuk
terjadinya gastritis.
Gastritis dapat terjadi secara mendadak (gastritis akut) atau bisa terjadi perlahan-lahan
dari waktu ke waktu (gastritis kronis). Dalam beberapa kasus, gastritis dapat menyebabkan
bisul ( ulkus )pada lambung dan peningkatan risiko kanker perut. Bagi kebanyakan orang,
gastritis tidaklah serius dan dapat dengan cepat mereda bahkan sembuh dengan pengobatan.
B. TUJUAN
Mahasiswa mampu memahami konsep dan asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan Gastritis sehingga menunjang pembelajaran mata kuliah pencernaan. Mahasiswa
mwngetahui asuhan keperawatan yang benar sehingga dapat menjadi bekal dalam persiapan
praktik di rumah sakit.
BAB II
PEMBAHASAN
1. KONSEP DASAR GASTRITIS
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI LAMBUNG
Lambung adalah bagian dari saluran pencernaan yang dapat mekar paling
banyak. Terletak terutama di daerah epigastrik, dan sebagian disebelah kiri daerah
hipokondriak dan umbilikal. Lambung terdiri dari bagian atas yaitu fundus, bagian
utama, dan bagian bawah yang horizontal, yaitu antrum pilorik. Lambung berhubungan
dengan usofagus melalui orifisium atau kardia, dan dengan duodenum melalui orisium
pilorik. Lambung terletak di bawah diafragma, di depan pankreas. Dan limpa menempel
pada sebelah kiri fundus.
Fungsi lambung menerima makanan dari usofagus melalui orifisium kardiak dan
bekerja sebagai penimbun sementara, sedangkan kontraksi otot mencampur makanan
dengan getah lambung. Gelombang peristaltik di mulai tinggi di fundus, berjalan
berulang-ulang, setiap menit tiga kali dan menyerap perlahan-lahan ke pilorus.
Lambung terdiri dari empat lapisan :
1. Lapisan selubung serosa yang terletak diluar dibentuk olehperitenium,yang menutupi
permukaan lambung dan melipat pada kurvatura minor dan mayor sebgi omentum
minus dan majus.omentum minus terdiri dari atas ligamentum hepatogastrium dan
hepatodeudenale yang melengket pada hati,yang mengantung lambung sepanjang
kurvatura minor.
2. Lapisan otot pada dinding lambung terdiri dari semata-mata otot polos.lapisan
logitudinal yang paling luar terbentang dari osofagus kebawah dan terutama melewati
kurvatura minor dan mayor.otot miring paling dalam merupakan lanjutan lapisan otot
sirkular osofagus dan paling tebal pada daerah fundus dan terbentang sampai pilorus.
3. lapisan submukosa terutama terdiri atas jaringan areolar jarang dan menghubungkan
lapisan otot dan lapisan mukosa lambung.submukosa memungkinkan lapisan otot dan
mukosa mukosa lambung.submukosa memungkinkan lapisan mukosa bergerak
bersama gerak peristaltik.lapisan ini juga mengandung pleksus-pleksus
saraf,pembuluh darah limfe.
4. lapisan mukosa lambung tersusunan dalam limpatan-lipatan longitudinal sementara
yang dinamakan rugae,yang memunkinan meregang.beberapa jenis kelenjer terletak
pada lapisan ini dan dikelompokkan menurut anatomi lambung terletak.kelenjer
kardia terletak dekat lubang kardia dan mengsekresikan mukus.kelenjer fundus dan
kelenjer gastrik terletak pada fundus dan sebagian besar korpus lambung.kelenjer
pilorus terletak pada daerah pilorus lambung menghasilkan gastrin.
Kelenjar yang terdapat di lambung adalah:
1. Kelenjar kardia, terletak paling dekat lubang yang ada di sebelah usofagus.
Kelenjar ini berbentuk tubular, baik sederhana maupun bercabang dan
mengeluarkan secret mucus alkali.
2. Kelenjar fundus, terdahulu bekerja ; kelenjarnya tubuler dan berisi berbagai jenis
sel. Beberapa sel yaitu sel asam dan sel oksintik, menghasilkan asam yang
terdapat dalam getah lambung. Dan yang lain lagi menghasilkan musin.
3. Kelenjar pilorik. Kelenjar dalam saluran pilorik juga berbentuk tubuler. Terutama
menghasilkan mucus alkali.
B. DEFINISI
Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag berasal dari bahasa yunani yaitu gastro,
yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan. Gastritis adalah
inflamasi dari mukosa lambung (Kapita Selecta Kedokteran, Edisi Ketiga hal 492).
Gastritis adalah segala radang mukosa lambung( Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah ,Edisi Kedelapan hal 1062).
Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung
yang dapat bersifat akut, kronis, difusi atau local(Patofisiologi, Sylvia A Price hal 422).
Berdasarkan berbagai pendapat tokoh diatas, gastritis dapat juga diartikan
sebagai suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung dan secara
hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah
tersebut. Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa
kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung. Biasanya,
peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri yang sama dengan
bakteri yang dapat mengakibatkan borok di lambung yaitu Helicobacter pylori.
Peradangan ini mengakibatkan sel darah putih menuju ke dinding lambung sebagai
respon terjadinya kelainan pada bagian tersebut.
Gastritis menurut jenisnya terbagi menjadi 2, yaitu (David Ovedorf 2002) :
1. Gastritis akut
Disebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat yang dapat menyebabkan
mukosa menjadi gangren atau perforasi. Gastritis akut dibagi menjadi dua garis besar
yaitu :
1. Gastritis Eksogen akut. Biasanya disebabkan oleh faktor-faktor dari luar,
seperti bahan kimia misal : lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid ,
mekanisme iritasi bakterial, obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin
(aspirin yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung).
2. Gastritis Endogen akut (adalah gastritis yang disebabkan oleh kelainan badan).
2. Gastritis Kronik
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna
dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylory (H. Pylory). Gastritis kronik
dikelompokkan lagi dalam 2 tipe yaitu tipe A dan tipe B. Dikatakan gastritis kronik
tipe A jika mampu menghasilkan imun sendiri. Tipe ini dikaitkan dengan atropi dari
kelenjar lambung dan penurunan mukosa. Penurunan pada sekresi gastrik
mempengaruhi produksi antibodi. Anemia pernisiosa berkembang pada proses ini.
Gastritis kronik tipe B lebih lazim. Tipe ini dikaitkan dengan infeksi helicobacter
pylori yang menimbulkan ulkus pada dinding lambung.
C. ETIOLOGI
Lambung adalah sebuah kantung otot yang kosong, terletak pada bagian kiri atas
perut tepat dibawah tulang iga. Lambung orang dewasa mempunyai panjang berkisar
antara 10 inchi dan dapat mengembang untuk menampung makanan atau minuman
sebanyak 1 gallon. Bila lambung dalam keadaan kosong, maka ia akan melipat, mirip
seperti sebuah akordion. Ketika lambung mulai terisi dan mengembang, lipatan - lipatan
tersebut secara bertahap membuka.
Lambung memproses dan menyimpan makanan dan secara bertahap
melepaskannya ke dalam usus kecil. Ketika makanan masuk ke dalam esophagus, sebuah
cincin otot yang berada pada sambungan antara esophagus dan lambung (esophageal
sphincter) akan membuka dan membiarkan makanan masuk ke lambung. Setelah masuk
ke lambung cincin in menutup. Dinding lambung terdiri dari lapisan lapisan otot yang
kuat. Ketika makanan berada di lambung, dinding lambung akan mulai menghancurkan
makanan tersebut. Pada saat yang sama, kelenjar - kelenjar yang berada di mukosa pada
dinding lambung mulai mengeluarkan cairan lambung (termasuk enzim - enzim dan asam
lambung) untuk lebih menghancurkan makanan tersebut.
Salah satu komponen cairan lambung adalah asam hidroklorida. Asam ini sangat
korosif sehingga paku besi pun dapat larut dalam cairan ini. Dinding lambung dilindungi
oleh mukosa - mukosa bicarbonate (sebuah lapisan penyangga yang mengeluarkan ion
bicarbonate secara regular sehingga menyeimbangkan keasaman dalam lambung)
sehingga terhindar dari sifat korosif asam hidroklorida. Gastritis biasanya terjadi ketika
mekanisme pelindung ini kewalahan dan mengakibatkan rusak dan meradangnya dinding
lambung. Beberapa penyebab yang dapat mengakibatkan terjadinya gastritis antara lain :
1. Infeksi bakteri. Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh bakteri H. Pylori
yang hidup di bagian dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung.
Walaupun tidak sepenuhnya dimengerti bagaimana bakteri tersebut dapat
ditularkan, namun diperkirakan penularan tersebut terjadi melalui jalur oral atau
akibat memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri ini.
Infeksi H. pylori sering terjadi pada masa kanak – kanak dan dapat bertahan seumur
hidup jika tidak dilakukan perawatan. Infeksi H. pylori ini sekarang diketahui
sebagai penyebab utama terjadinya peptic ulcer dan penyebab tersering terjadinya
gastritis. Infeksi dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan peradangan
menyebar yang kemudian mengakibatkan perubahan pada lapisan pelindung
dinding lambung. Salah satu perubahan itu adalah atrophic gastritis, sebuah keadaan
dimana kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung secara perlahan rusak. Peneliti
menyimpulkan bahwa tingkat asam lambung yang rendah dapat mengakibatkan
racun-racun yang dihasilkan oleh kanker tidak dapat dihancurkan atau dikeluarkan
secara sempurna dari lambung sehingga meningkatkan resiko (tingkat bahaya) dari
kanker lambung. Tapi sebagian besar orang yang terkena infeksi H. pylori kronis
tidak mempunyai kanker dan tidak mempunyai gejala gastritis, hal ini
mengindikasikan bahwa ada penyebab lain yang membuat sebagian orang rentan
terhadap bakteri ini sedangkan yang lain tidak.
2. Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus. Obat analgesik anti
inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan naproxen dapat
menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara mengurangi prostaglandin
yang bertugas melindungi dinding lambung. Jika pemakaian obat – obat tersebut
hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi jika
pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau pemakaian yang berlebihan
dapat mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer.
3. Penggunaan alkohol secara berlebihan. Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis
mukosa pada dinding lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap
asam lambung walaupun pada kondisi normal.
4. Penggunaan kokain. Kokain dapat merusak lambung dan menyebabkan
pendarahan dan gastritis.
5. Stress fisik. Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau
infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan juga borok serta pendarahan pada
lambung.
6. Kelainan autoimmune. Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika sistem
kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat yang berada dalam dinding lambung. Hal
ini mengakibatkan peradangan dan secara bertahap menipiskan dinding lambung,
menghancurkan kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung dan menganggu
produksi faktor intrinsic (yaitu sebuah zat yang membantu tubuh mengabsorbsi
vitamin B-12). Kekurangan B-12, akhirnya, dapat mengakibatkan pernicious
anemia, sebuah konsisi serius yang jika tidak dirawat dapat mempengaruhi seluruh
sistem dalam tubuh. Autoimmune atrophic gastritis terjadi terutama pada orang tua.
D. MANIFESTASI KLINIS
a. Manifestasi klinis gastritis secara umum adalah :
B 1 (breath) : takhipnea
B 2 (blood) : takikardi, hipotensi, disritmia, nadi perifer lemah, pengisian perifer
lambat, warna kulit pucat.
B 3 (brain) : sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat terganggu,
disorientasi, nyeri epigastrum.
B 4 (bladder) : oliguri, gangguan keseimbangan cairan.
B 5 (bowel) : anemia, anorexia,mual, muntah, nyeri ulu hati, tidak toleran terhadap
makanan pedas.
B 6 (bone) : kelelahan, kelemahan.
b. Manifestasi klinis Gastritis akut sangat bervariasi , mulai dari yang sangat ringan
asimtomatik sampai sangat berat yang dapat membawa kematian. Pada kasus yang
sangat berat, gejala yang sangat mencolok adalah :
i. Hematemetis dan melena yang dapat berlangsung sangat hebat sampai terjadi
renjatan karena kehilangan darah.
ii. Pada sebagian besar kasus, gejalanya amat ringan bahkan asimtomatis.
Keluhan – keluhan itu misalnya nyeri timbul pada uluhati, biasanya ringan dan
tidak dapat ditunjuk dengan tepat lokasinya.
iii. Kadang – kadang disertai dengan mual- mual dan muntah.
iv. Perdarahan saluran cerna sering merupakan satu- satunya gejala.
v. Pada kasus yang amat ringan perdarahan bermanifestasi sebagai darah samar
pada tinja dan secara fisis akan dijumpai tanda – tanda anemia defisiensi
dengan etiologi yang tidak jelas.
vi. Pada pemeriksaan fisis biasanya tidak ditemukan kelainan kecuali mereka
yang mengalami perdarahan yang hebat sehingga menimbulkan tanda dan
gejala gangguan hemodinamik yang nyata seperti hipotensi, pucat, keringat
dingin, takikardia sampai gangguan kesadaran.
c. Gastritis kronis
1. Bervariasi dan tidak jelas
2. Perasaan penuh, anoreksia
3. Distress epigastrik yang tidak nyata
4. Cepat Kenyang
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
b. Pemeriksaan darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam darah.
Hasil tes yang positif menunujukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada
suatu waktu dalam hidupnya tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut
terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia yang terjadi
akibat perdarahan lambung karena gastritis.
c. Uji napas urea
Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip bahwa urea diubah oleh urease
H. Pylori dalam lambung menjadi amoniak dan karbondioksida (CO2). CO2 cepat
diabsorbsi melalui dinding lambung dan dapat terdeteksi dalam udara ekspirasi.
d. Pemeriksaan feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam feses atau tidak.
Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga
dilakukan terhadap adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukkan adanya
pendarahan dalam lambung.
e. Endoskopi saluran cerna bagian atas
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna
bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-x. Tes ini dilakukan dengan cara
memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel(endoskop) melalui mulut dan masuk
ke dalam esofagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih
dahulu dianestesi sebelum endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa
nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat
mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel(biopsy) dari jaringan tersebut.
Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan
waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh
pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi
menghilang kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada resioko akibat tes ini.
Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat
menelan endoskop.
f. Rontgen saluran cerna bagian atas
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan
lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum
dirontgen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di
rontgen.
g. Analisis Lambung
Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik penting untuk
menegakkan diagnosis penyakit lambung. Suatu tabung nasogastrik dimasukkan ke
dalam lambung dan dilakukan aspirasi isi lambung puasa untuk dianalisis. Analisis
basal mengukur BAO( basal acid output) tanpa perangsangan. Uji ini bermanfaat
untuk menegakkan diagnosis sindrom Zolinger- Elison(suatu tumor pankreas yang
menyekresi gastrin dalam jumlah besar yang selanjutnya akan menyebabkan asiditas
nyata).
h. Analisis stimulasi
Dapat dilakukan dengan mengukur pengeluaran asam maksimal (MAO,
maximum acid output) setelah pemberian obat yang merangsang sekresi asam seperti
histamin atau pentagastrin. Tes ini untuk mengetahui teradinya aklorhidria atau tidak.
F. KOMPLIKASI
1. Gastritis Akut
Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh gastritis akut adalah perdarahan saluran
cerna bagian atas (SCBA) berupa hematemesis dan melena, dapat berakhir sebagai syock
hemoragik. Khusus untuk perdarahan SCBA, perlu dibedakan dengan tukak peptik.
Gambaran klinis yang diperlihatkan hampir sama. Namun pada tukak peptik penyebab
utamanya adalah H. pylory, sebesar 100% pada tukak duodenum dan 60-90 % pada tukak
lambung. Diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan endoskopi.
2. Gastritis Kronis
Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan penyerapan vitamin B
12, akibat kurang pencerapan, B 12 menyebabkan anemia pernesiosa, penyerapan besi
terganggu dan penyempitan daerah antrum pylorus. Gastritis Kronis juka dibiarkan
dibiarkan tidak terawat, gastritis akan dapat menyebabkan ulkus peptik dan pendarahan
pada lambung. Beberapa bentuk gastritis kronis dapat meningkatkan resiko kanker
lambung, terutama jika terjadi penipisan secara terus menerus pada dinding lambung dan
perubahan pada sel-sel di dinding lambung.
G. PATOFISIOLOGI
1. Gastritis Akut
Pengaruh efek samping obat-obat NSAIDs atau Non-Steroidal Anti Inflamatory
Drug seperti aspirin juga dapat menimbulkan gastritis.Obat analgesik anti inflamasi
nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan naproxen dapat menyebabkan
peradangan pada lambung dengan cara mengurangi prostaglandin yang bertugas
melindungi dinding lambung. Jika pemakaian obat-obat tersebut hanya sesekali maka
kemungkinan terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan
secara terus menerus atau pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan
peptic ulcer.Pemberian aspirin juga dapat menurunkan sekresi bikarbonat dan mukus oleh
lambung, sehingga kemampuan faktor defensif terganggu.
Alkohol berlebih, terlalu sering memakan makanan yang mengandung nitrat
(bahan pengawet) atau terlalu asam (cuka), kafein seperti pada teh dan kopi serta
kebiasaan merokok dapat memicu terjadinya gastritis. Karena bahan-bahan tersebut bila
terlalu sering kontak dengan dinding lambung akan memicu sekresi asam lambung
berlebih sehingga dapat mengikis lapisan mukosa lambung.
Kemudian stress psikologis maupun fisiologis yang lama dapat menyebabkan
gastritis. Stress seperti syok, sepsis, dan trauma menyebabkan iskemia mukosa lambung.
Iskemia mukosa lambung mengakibatkan peningkatan permeabilitas mukosa akibatnya
terjadi difusi balik H+ ke dalam mukosa. Mukosa tidak mampu lagi menahan asam
berlebih menyebabkan edema lalu rusak.
2. Gastritis Kronis
Gastritis kronis dapat diklasifikasikan tipe A atau tipe B. Tipe A (sering disebut
sebagai gastritis autoimun) diakibatkan dari perubahan sel parietal, yang menimbulkan
atropi dan infiltrasi sel. Hal ini dihubungkan dengan penyakit otoimun, seperti anemia
pernisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari lambung.
Tipe B (kadang disebut sebagai gastritis H. pylory) Ini dihubungkan dengan
bakteri H. pylory, faktor diet seperti minum panas atau pedas, penggunaan obat-obatan
dan alkohol, merokok atau refluks isi usus kedalam lambung. H. Pylori termasuk bakteri
yang tidak tahan asam, namun bakteri jenis ini dapat mengamankan dirinya pada lapisan
mukosa lambung. Keberadaan bakteri ini dalam mukosa lambung menyebabkan lapisan
lambung melemah dan rapuh sehingga asam lambung dapat menembus lapisan tersebut.
Dengan demikian baik asam lambung maupun bakteri menyebabkan luka atau tukak.
Sistem kekebalan tubuh akan merespon infeksi bakteri H. Pylori tersebut dengan
mengirimkan butir-butir leukosit, selT-killer, dan pelawan infeksi lainnya. Namun
demikian semuanya tidak mampu melawan infeksi H. Pylori tersebut sebab tidak bisa
menembus lapisan lambung. Akan tetapi juga tidak bisa dibuang sehingga respons
kekebalan terus meningkat dan tumbuh. Polymorph mati dan mengeluarkan senyawa
perusak radikal superoksida pada sel lapisan lambung. Nutrisi ekstra dikirim untuk
menguatkan sel leukosit, namun nutrisi itu juga merupakan sumber nutrisi bagi H. Pylori.
Akhirnya, keadaan epitel lambung semakin rusak sehingga terbentuk ulserasi superfisial
dan bisa menyebabkan hemoragi (perdarahan).Dalam beberapa hari gastritis dan bahkan
tukak lambung akan terbentuk.
H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan gastritis secara umum adalah menghilangkan faktor utama yaitu
etiologinya, diet lambung dengan porsi kecil dan sering, serta Obat-obatan. Namun secara
spesifik dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Gastritis Akut
1. Kurangi minum alkohol dan makan sampai gejala-gejala menghilang; ubah
menjadi diet yang tidak mengiritasi.
2. Jika gejala-gejala menetap, mungkin diperlukan cairan IV.
3. Jika gastritis terjadi akibat menelan asam kuat atau alkali, encerkan dan
netralkan asam dengan antasida umum, misalnya aluminium hidroksida,
antagonis reseptor H2, inhibitor pompa proton, antikolinergik dan sukralfat
(untuk sitoprotektor).
4. Jika gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari buah jeruk yang
encer atau cuka yang di encerkan.
5. Jika korosi parah, hindari emetik dan bilas lambung karena bahaya perforasi.
6. Antasida : Antasida merupakan obat bebas yang dapat berbentuk cairan atau
tablet dan merupakan obat yang umum dipakai untuk mengatasi gastritis
ringan. Antasida menetralisir asam lambung dan dapat menghilangkan rasa
sakit akibat asam lambung dengan cepat.
7. Penghambat asam : Ketika antasida sudah tidak dapat lagi mengatasi rasa sakit
tersebut, dokter kemungkinan akan merekomendasikan obat seperti cimetidin,
ranitidin, nizatidin atau famotidin untuk mengurangi jumlah asam lambung
yang diproduksi.
2. Gastritis Kronis
1. Modifikasi diet, reduksi stress, dan farmakoterapi.
2. Cytoprotective agents : Obat-obat golongan ini membantu untuk melindungi
jaringan-jaringan yang melapisi lambung dan usus kecil. Yang termasuk ke
dalamnya adalah sucraflate dan misoprostol. Jika meminum obat-obat AINS
secara teratur (karena suatu sebab), dokter biasanya menganjurkan untuk
meminum obat-obat golongan ini. Cytoprotective agents yang lainnya adalah
bismuth subsalicylate yang juga menghambat aktivitas H. Pylori.
3. Penghambat pompa proton : Cara yang lebih efektif untuk mengurangi asam
lambung adalah dengan cara menutup “pompa” asam dalam sel-sel lambung
penghasil asam. Penghambat pompa proton mengurangi asam dengan cara
menutup kerja dari “pompa-pompa” ini. Yang termasuk obat golongan ini
adalah omeprazole, lansoprazole, rabeprazole dan esomeprazole. Obat-obat
golongan ini juga menghambat kerja H. pylori.
4. H. phylory mungkin diatasi dengan antibiotik (mis; tetrasiklin atau
amoxicillin) dan garam bismuth (pepto bismol) atau terapi H.Phylory. .Terapi
terhadap H. Pylori. Terdapat beberapa regimen dalam mengatasi infeksi H.
pylori. Yang paling sering digunakan adalah kombinasi dari antibiotik dan
penghambat pompa proton. Terkadang ditambahkan pula bismuth
subsalycilate. Antibiotik berfungsi untuk membunuh bakteri, penghambat
pompa proton berfungsi untuk meringankan rasa sakit, mual, menyembuhkan
inflamasi dan meningkatkan efektifitas antibiotik. Terapi terhadap infeksi H.
pylori tidak selalu berhasil, kecepatan untuk membunuh H. pylori sangat
beragam, bergantung pada regimen yang digunakan. Akan tetapi kombinasi
dari tiga obat tampaknya lebih efektif daripada kombinasi dua obat. Terapi
dalam jangka waktu yang lama (terapi selama 2 minggu dibandingkan dengan
10 hari) juga tampaknya meningkatkan efektifitas. Untuk memastikan H.
pylori sudah hilang, dapat dilakukan pemeriksaan kembali setelah terapi
dilaksanakan. Pemeriksaan pernapasan dan pemeriksaan feces adalah dua jenis
pemeriksaan yang sering dipakai untuk memastikan sudah tidak adanya H.
pylori. Pemeriksaan darah akan menunjukkan hasil yang positif selama
beberapa bulan atau bahkan lebih walaupun pada kenyataanya bakteri tersebut
sudah hilang.
MANAJEMEN NYERI
1. Manajemen nyeri non farmakologik.
Pendekatan non farmakologik biasanya menggunakan terapi perilaku (hipnotis,
biofeedback), pelemas otot/relaksasi,akupuntur, terapi kognitif (distraksi),
restrukturisasi kognisi, imajinasi dan terapi fisik. Nyeri itu dapat diselesaikan tanpa
dengan medikasi sama sekali, berikut ini adalah faktor-faktor yang mungkin dapat
menerangkan mengapa nyeri tidak mendapatkan medikasi sama sekali:
a. Faktor-faktor yang berhubungan dengan staf medis
Petugas kesehatan (dokter, perawat, dsb) seringkali cenderung berpikiran
bahwa pasien seharusnya dapat menahan terlebih dahulu nyerinya selama
yang mereka bisa, sebelum meminta obat atau penangannya, hal ini mungkin
dapat dibenarkan ketika kita telah mengetahui dengan pasti bahwa nyeri itu
adalah nyeri ringan, dan itupun harus kita evaluasi secara komprehensif,
karena bisa saja nyeri itu menjadi nyeri sedang atau bahkan nyeri yang berat,
apakah kondisi seperti ini dapat terus dibiarkan tanpa penanganan? Apakah
ketakutan untuk terjadinya adiksi apabila mendapatkan analgetik dapat
menyelesaikan masalah ?
b. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pasien. Pasien adalah manusia yang
mempunyai kemampuan adaptif, yang dipengaruhi oleh faktor biologis,
psikologis, sosial, kultural dan spiritual. Ketika pasien masuk ke dunia rumah
sakit sebenarnya ia telah “siap” untuk menerima aturan dan konsekuensi di
dunia tersebut, sehingga kadang-kadang, karena “takut” dianggap tidak
menyenangkan oleh “petugas” atau biar dapat menyenangkan dimata
“petugas” maka ia akan “menahan” informasi yang menyatakan bahwa ia
sekarang sedang mengalami nyeri, atau karena kondisi fisiknya yang
menyebabkan ia tidak mampu untuk mengatakan bahwa ia nyeri, pada kondisi
CKB misalnya.
Pada beberapa kasus seringkali nyeri ini juga merupakan suatu cara agar ia
mendapatkan perhatian yang lebih dari petugas kesehatan, apalagi apabila ia
merasa sudah melakukan apa yang menjadi kewajibannya sebagai seorang
pasien, pada kondisi ini mungkin ada perbedaan yang mencolok antara pasien
kelas III dengan pasien yang di rawat di VVIP pada kondisi jeis nyeri yang
sama.
c. Faktor-faktor yang berhubungan dengan system. Sebagian pasien di rumah
sakit adalah pasien dengan asuransi, yang telah mempunyai standart tertentu di
dalam paket pelayanan mereka, terkadang pasien membutuhkan obat yang
tidak termasuk dalam paket yang telah ditentukan, sehingga ia harus
mengeluarkan dana ekstra untuk itu, ceritanya menjadi lain ketika ia tidak
mempunyai dana ekstra yang dibutuhkan.
2. Manajemen nyeri dengan pendekatan farmakologik
Ada tiga kelompok utama obat yang digunakan untuk menangani rasa nyeri :
a. Analgetika golongan non narkotika
b. Analgetika golongan narkotika
c. Adjuvan
3. Prosedur invasive
Prosedur invasif yang biasanya dilakukan adalah dengan memasukan opioid ke dalam
ruang epidural atau subarakhnoid melalui intraspinal, cra ini dapat memberikan efek
analgesik yang kuat tetapi dosisnya lebih sedikit. Prosedur invasif yang lain adalah
blok saraf, stimulasi spinal, pembedahan (rhizotomy,cordotomy) teknik stimulasi,
stimulasi columna dorsalis.
2. ASUHAN KEPERAWATAN GASTRITIS SECARA TEORITIS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
1. Nama
2. Usia
3. Jenis kelamin : tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin
4. Jenis pekerjaan : tidak dipengaruhi jenis pekerjaan
5. Alamat
6. Suku/bangsa
7. agama
8. Tingkat pendidikan : bagi orang yang tingkat pendidikan rendah/minim
mendapatkan pengetahuan tentang gastritis, maka akan menganggap
remeh penyakit ini, bahkan hanya menganggap gastritis sebagai sakit perut
biasa dan akan memakan makanan yang dapat menimbulkan serta
memperparah penyakit ini.
2. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan pernah mengkonsumsi: lisol, alkohol, merokok,
kafein lada, steroid , mekanisme iritasi bakterial, obat analgetik (aspirin,
ibuprofen dan naproxen), anti inflamasi terutama aspirin. memakai obat
penghilang nyeri secara terus menerus. menggunakan alkohol secara
berlebihan, penggunaan kokain, klien sering mengalami stress fisik.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan : muntah darah dan buang air besar berdarah dan
berwarna hitam, nyeri timbul pada uluhati, biasanya ringan dan tidak dapat
ditunjuk dengan tepat lokasinya, mual- mual dan muntah, darah samar
pada tinja, perasaan penuh, tidak nafsu makan, cepat kenyang, sakit
kepala, klien mengatakan tidak toleran terhadap makanan pedas dan asam.
Klien mengatakan badan terasa lemah dan letih.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama
dengan klien.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Konjungtiva anemis,( tanda – tanda anemia ), mukosa bibir kering, wajah
klien tampak meringis, otot menelan lemah, Klien hanya menghabiskan
1/3 porsi yang disediakan
b. Abdomen
I : simetris kiri dan kanan, hematemesis melena, klien memegang perut
saat nyeri
P :, tidak ada pembengkakan, nyeri tekan abdomen
P : bunyi ketok timpany
A : Bising usus meningkat,
c. Ekstremitas
Takikardi, hipotensi, disritmia, nadi perifer lemah, pengisian perifer
lambat, kelelahan, kelemahan otot, klien dibantu keluarga dalam
beaktifitas.
d. Genitalia
Oliguria
e. Integument
warna kulit pucat, keringat dingin, turgor kulit jelek, kulit kering
f. Keadaan umum
Klien tampak lemah, tingkat kesadaran dapat terganggu, disorientasi, Berat
badan 20% / lebih dibawah berat badan ideal
4. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan darah
Hasil tes yang positif terdapat H. Pylori dalam darah menunujukkan bahwa
pasien pernah kontak dengan bakteri. Tes darah menunjukkan anemia yang
terjadi akibat perdarahan lambung karena gastritis.
b. Pemeriksaan feces
Hasil yang positif terdapat bakteri H. Pylori dalam feses dapat
mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap
adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan dalam
lambung.
c. Endoskopi saluran cerna bagian atas
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna
bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-x. Tes ini dilakukan
dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel(endoskop)
melalui mulut dan masuk ke dalam esofagus, lambung dan bagian atas
usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dianestesi sebelum endoskop
dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini.
Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter
akan mengambil sedikit sampel(biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu
kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan
waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung
disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek
dari anestesi menghilang kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada
resioko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak
nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop. Untuk melihat
adanya ulkus atau tumor.
d. Rontgen saluran cerna bagian atas
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan
lainnya.
e. Analisis stimulasi
Tes ini untuk mengetahui teradinya aklorhidria atau tidak
DATA FOKUS
Data Subjektif
- Klien mengatakan pernah mengkonsumsi: lisol, alkohol, merokok, kafein lada,
steroid, mekanisme iritasi bakterial, obat analgetik (aspirin, ibuprofen dan naproxen),
anti inflamasi terutama aspirin. klien.
- Klien mengatakan memakai obat penghilang nyeri secara terus menerus.
menggunakan alkohol secara berlebihan, penggunaan kokain,
- Klien mengatakan sering mengalami stress fisik
- Klien mengatakan muntah darah dan buang air besar berdarah dan berwarna hitam
- Klien mengatakan darah samar pada tinja
- Klien mengatakan nyeri timbul pada ulu hati
- Klien mengatakan mual- mual dan muntah
- Klien mengatakan perasaan mual, tidak nafsu makan,
- Klien mengatakan cepat kenyang,
- Klien mengatakan sakit kepala.
- Klien mengatakan badan terasa lemah dan letih
Data Objektif
- Konjungtiva anemis,( tanda – tanda anemia )
- Takhipnea
- Takikardi
- Hipotensi
- Disritmia
- Nadi perifer lemah
- Pengisian perifer lambat
- Kelelahan
- Kelemahan otot
- Oliguria
- Warna kulit pucat
- Keringat dingin
- Klien tampak lemah
- Tingkat kesadaran dapat terganggu, disorientasi
- Mukosa bibir kering
- Bising usus meningkat
- Turgor kulit jelek
- Klien hanya menghabiskan 1/3 porsi yang disediakan
- Berat badan 20% / lebih dibawah berat badan ideal
- Kulit kering
- Otot menelan lemah
- Klien dibantu keluarga dalam beraktifitas
- Klien tampak meringis
- Klien memegang perut saat nyeri
- Nyeri tekan abdomen
ANALISA DATA
No. Data-Data Etiologi Masalah
1 DS: Iritasi mukosa Nyeri
- Klien mengatakan pernah
mengkonsumsi: lisol, alkohol,
merokok, kafein lada, steroid,
mekanisme iritasi bakterial, obat
analgetik (aspirin, ibuprofen dan
naproxen), anti inflamasi terutama
aspirin. klien.
- Klien mengatakan memakai obat
penghilang nyeri secara terus menerus.
menggunakan alkohol secara
berlebihan, penggunaan kokain,
- Klien mengatakan nyeri timbul pada
ulu hati
- Tidak toleran terhadap makanan pedas
DO:
- Keringat dingin
- Takikardi
- Klien tampak meringis
- Klien memegang perut saat nyeri
- Nyeri tekan abdomen
- TD meningkat
lambung
2. DS:
- Klien mengatakan muntah darah dan
buang air besar berdarah dan berwarna
hitam
- Klien mengatakan darah samar pada
tinja
- Klien mengatakan mual- mual dan
muntah
DO:
Output cairan
yang berlebihan
Defisit volume
cairan dan
elektrolit
- Pengisian perifer lambat
- Hipotensi
- oliguria
- Mukosa bibir kering
- Turgor kulit jelek
3. DS:
- Klien mengatakan mual- mual dan
muntah
- Klien mengatakan perasaan mual, tidak
nafsu makan,
- Klien mengatakan cepat kenyang,
DO:
- Bising usus meningkat
- Turgor kulit jelek
- Klien hanya menghabiskan 1/3 porsi
yang disediakan
- Berat badan 20% / lebih dibawah berat
badan ideal (BB turun)
- Kulit kering
- Otot menelan lemah
- Klien tampak lemah
- HB: 8 gr/dl
Ketidak
seimbangan intake
dan output
Perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
4. DS:
- Klien mengatakan sakit kepala.
- Klien mengatakan badan terasa lemah
dan letih
DO:
- Klien tampak lemah
- Tingkat kesadaran dapat terganggu,
disorientasi
- Klien dibantu keluarga dalam
Kelemahan fisik Intoleransi
aktivitas
beraktifitas
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
I. Nyeri berhubungan dengan iritasi lambung
II. Defisit volume cairan berhubungan dengan output cair yang berlebih
III. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anorexia, mual dan muntah
IV. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx.I Nyeri berhubungan dengan iritasi lambung
No Diagnosa NOC NIC Aktifitas
1. Nyeri berhubungan
dengan iritasi
lambung
Definisi: sensori
yang tidak
menyenangkan dan
pengalaman
emosional yang
muncul secara
actual atau
potensial
kerusakan jaringan
atau
menggambarkan
adanya kerusakan
ke serangan
mendadak atau
pelan intensitasnya
dari ringan sampai
Kriteria hasil:
- Mengenali
factor
penyebab
- Menggunakan
metode non
analgetik
untuk
mengurangi
nyeri
- Mengenali
gejala-gejala
nyeri
- Melaporkan
nyeri yang
sudah
terkontrol
Kriteria penilaian
NOC:
1. Pain
managem
ent
- Lakukan pengkajian
nyeri secara
komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi,
kualitas dan factor
presipitasi
- Observasi reaksi non
verbal dan
ketidaknyamanan
- Gunakan teknik
komunikasi terapeutik
untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
- Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi
nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan
dan kebisingan
berat yang dapat
diantisipasi dengan
akhir yang dapat
diprediksi dan
dengan durasi
kurang dari 6 bulan
Batasan
karakteristik:
- Dilaporkan
secara verbal
atau non verbal
- Fakta dan
observasi
- Tingkah laku
berhati-hati
1. Tidak
dilakukan
sama sekali
2. Jarang
dilakukan
3. Kadang
dilakukan
4. Sering
dilakukan
5. Selalu
dilakukan
2. Analgesic
administra
tion
- Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
- Tingkatkan istirahat
- Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
- Cek riwayat alergi
- Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
frekuensi
- Pilih analgesic yang
diperlukan atau
kombinasi dan analgesic
ketika pemberian lebih
dari satu, tentukan
pilihan analgesic
tergantung tipe dan
beratnya nyeri
- Pilih rute IV, IM untuk
pengobatan nyeri
- Berikan analgesic tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
Dx.II Defisit volume cairan berhubungan dengan output cair yang berlebihan
No Diagnosa NOC NIC Aktifitas
2. Deficit volume
cairan b/d output
yang berlebihan
Definisi:
penurunan cairan
intravaskuler,
- Fluid balance
- Hydration
- Nutritional :
fluid and food
intake
Kriteria hasil:
1. Fluid
manage
ment
- Pertahankan catatan
intake dan output yang
akurat
- Monitor status hidrasi
- Monitor hasil
laboratorium yang
intersisial, dan
atau intraseluler.
Batasan
karakteristik:
- Kelemahan
- Penurunan
turgor kulit
- Kulit kering
- Konsentrasi
urin meningkat
- Mempertahanka
n urin output
sesuai dengan
usia dan berat
badan
- Tekanan darah,
nadi, suhu dalam
batas normal
- Tidak ada tanda-
tanda dehidrasi,
turgor kulit baik
Kriteria penilaian
NOC:
1. Tidak dilakukan
sama sekali
2. Jarang dilakukan
3. Kadang
dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
sesuai dengan retensi
caran
- Monitor masukan dan
makanan / cairan dan
hitung intake kalori
harian
- Dorong masukan oral
- Monitor TTV
- Kolaborasi pemberian
cairan / makanan
dengan dokter dan ahli
gizi
Dx.III Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anorexia mual dan muntah
No Diagnosa NOC NIC Aktifitas
3. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
b/d anorexia mual
muntah
Definisi: intake,
nutrisi tidak cukup
untuk keperluan
metabolisme tubuh
- Nutritional
status: food
and fluid
intake
Kriteria hasil:
- Adanya
peningkatan
berat badan
sesuai dengan
1. N
utrition
managem
ent
- Kaji adanya alergi
makanan
- Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan
- Yakinkan diet yang
dimakan mengandung
tinggi serat
- Monitor jumlah nutrisi
Batasan
karakteristik:
- Dilaporkan
adanya intake
makanan yang
kurang
- Mudah merasa
kenyang sesaat
setelah
mengunyah
makanan
- Keengganan
untuk makan
- Nyeri abdominal
dengan atau
tanpa patologi
tujuan
- Mampu
mengidentifik
asi kebutuhan
nutrisi
- Adanya
keinginan
untuk makan
- Tidak adanya
nyeri
abdominal
Kriteria penilaian
NOC:
6. Tidak
dilakukan
sama sekali
7. Jarang
dilakukan
8. Kadang
dilakukan
9. Sering
dilakukan
10. Selalu
dilakukan
2. N
utrition
monitoring
dan kandungan kalori
- Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
- Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien
- BB pasien dalam batas
normal
- monitor adanya
penurunan berat badan
- monitor lingkungan
selama makan
- monitor mual dan
muntah
- monitor kalori dan
intake nutrisi
Dx.IV Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
No Diagnosa NOC NIC Aktifitas
4. Intoleransi aktifitas
berhubungan
dengan kelemahan
fisik
Definisi:
ketidakcukupan
- Energy
conservation
- Self care:
ADL
Kriteria Hasil:
- Berpartisipasi
1. Energy
managem
ent
- Observasi adanya
pembatasan klien dalam
beraktifitas
- Kaji adanya factor yang
menyebabkan kelelahan
- Monitor nutrisi dan
energy secara
fisiologis maupun
psikologis untuk
meneruskan atau
menyelesaikan
aktifitas diminta
atau aktifitas
sehari-hari
Batasan
karakteristik:
- Melaporkan
secara verbal
adanya
kelelahan atau
kelemahan
- Respon
abnormal dan
tekanan darah
atau nadi
terhadap
aktifitas
dalam aktifitas
fisik tanpa
disertai
peningkatan
tekanan darah,
nadi dan
pernafasan
- Mampu
melakukan
aktifitas
sehari-hari
Kriteria penilaian
NOC:
1. Tidak
dilakukan
sama sekali
2. Jarang
dilakukan
3. Kadang
dilakukan
4. Sering
dilakukan
5. Selalu
dilakukan
2. Activity
therapy
sumber energy yang
adekuat
- Monitor akan adanya
kelelahan fisik dan
emosi secara berlebih
- Bantu klien untuk
mengidentifikasi
aktifitas yang mampu
dilakukan
- Bantu untuk memilih
aktifitas konsisten yang
sesuai dengan
kemampuan fisik dan
psikologis
- Bantu untuk
mendapatkan alat
bantuan aktifitas seperti
kursi roda
- Kolaborasi dengan
tenaga rehabilitasi medic
dalam merencanakan
program terapi yang
tepat
D. IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan tahap pelaksanaan dari intervensi yang telah dibuat
untuk mencapai tujuan yang diharapkan
E. EVALUASI
Evaluasi dilakukan setelah tindakan keperawatan dilaksanakan dengan
pendekatan SOAP (data subjektif, data objektif, analisa data dan perencanaan)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa
lambung dan secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang
pada daerah tersebut.
Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa
kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung. Biasanya,
peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri yang sama dengan
bakteri yang dapat mengakibatkan borok di lambung yaitu Helicobacter pylori. Tetapi
factor – factor lain seperti trauma fisik dan pemakaian secara terus menerus beberapa
obat penghilang sakit dapat juga menyebabkan gastritis. Walaupun banyak kondisi yang
dapat menyebabkan gastritis, gejala dan tanda – tanda penyakit ini sama antara satu
dengan yang lainnya
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari banyak kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Maka penulis mengharapkan kritikan dan saran yang membangun
untuk kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes,Marilyn.E.dkk.2006.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI
Bruner & Sudart, (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2, Edisi 8, EGC,
Jakarta
http://en.wikipedia.org, Gastritis
http://digestive.niddk.nih.gov, Gastritis, National Digestive Diseases Information
Clearinghouse