askep faringitis.docx

20
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tahunnya ± 40juta orang mengunjungi pusat pelayanan kesehatan karena faringitis.banyak anak-anak dan orang dewasa mengalami 3-5 kali infeksi virus pada saluran pernafasan atas termasuk faringitis. Secara global di dunia ini viral faringitis merupakan penyebab utamaseseorang absen bekerja atau sekolah. National ambulatory medical care survey menunjukkan ± 200 kunjungan ke dokter tiap 1000 populasi antara tahun 1980- 1996 adalah karena viral faringitis. Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan akibat infeksi maupun non infeksi. Faringitis dapat menular melalui droplet infection dari orang yangmenderita faringitis. Faktor resiko penyebab faringitis yaitu udara yang dingin, turunnya dayatahan tubuh, konsumsi makanan yang kurang gizi, konsumsi alkohol yang berlebihan. A. Tujuan Ada 2 macam tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan Umum : mahasiswa mampu meningkatkan kemampuan dan mengerti tentang mengatasi masalah kesehatan tentang faringitis. Tujuan Khusus : a. Mengenal masalah kesehatan faringitis. b. Menentukan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah tentang faringitis. c. Memelihara lingkungan baik fisik, psikis maupun social sehingga dapat menunjang peningkatan kesehatan. 1

Transcript of askep faringitis.docx

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangSetiap tahunnya 40juta orang mengunjungi pusat pelayanan kesehatan karena faringitis.banyakanak-anakdan orangdewasa mengalami 3-5kali infeksi virus pada saluran pernafasan atas termasuk faringitis. Secara global di dunia ini viral faringitis merupakan penyebab utamaseseorang absen bekerja atau sekolah. National ambulatory medical care survey menunjukkan 200kunjunganke doktertiap1000populasi antaratahun 1980-1996adalah karena viral faringitis.Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan akibat infeksi maupunnoninfeksi. Faringitisdapatmenularmelalui droplet infection dariorangyangmenderita faringitis. Faktor resiko penyebab faringitis yaitu udara yang dingin, turunnya dayatahan tubuh, konsumsi makanan yang kurang gizi, konsumsi alkohol yang berlebihan.

A. TujuanAda 2 macam tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan Umum :mahasiswa mampu meningkatkan kemampuan dan mengerti tentang mengatasi masalah kesehatan tentang faringitis. Tujuan Khusus:a. Mengenal masalah kesehatan faringitis.b. Menentukan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah tentang faringitis.c. Memelihara lingkungan baik fisik, psikis maupun social sehingga dapat menunjang peningkatan kesehatan.d. Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat seperti Puskesmas, Puskesmas pembantu, kartu sehat, posyandu, RS,dll untuk memperoleh pelayanan kesehatan

B. Manfaat PenulisanDengan disusunnya makalah ini, diharapkan dapat membantu mahasiswa untuk lebih mendalami tentang asuhan keperawatan pada klien dengan faringitis.

C. Metode Pengumpulan DataDalam pembuatan makalah ini tim penulis menggunakan metode deskriptif yaitu denganmengumpulkan data-data yang diambil dari sumber buku perpustakaan dan internet, diskusi kelompok.

D. Sistematika PenulisanMakalah ini disusun berdasarkan sistematika penulisan dalam 3 BAB yaitu :BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, batasan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan.BAB II : Tinjauan teori yang terdiri dari konsep dasar teori dan konsep asuhan keperawatan pada klien dengan faringitisBAB III : penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.

BAB IITINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR MEDIK1. Pengertian Faringitis (dalam bahasa Latin; pharyngitis), adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang tenggorok atau faring yang disebabkan oleh bakteri atau virus tertentu. Kadang juga disebut sebagai radang tenggorokan. Faringitis adalah inflamasi febris yang disebabkan oleh infeksi virus yang tak terkomplikasi biasanya akan menghilang dalam 3 sampai 10 setelah awitan.

2. Klasifikasi Faringitis akut (sakit tenggorokan) dalah inflamasi febris yang disebabkan oleh organisme virus sebanyak 70 %lebih sering. Infeksi virus yang tak terkomplikasi biasanya akan menghilang dalam 3 sampai 10 hari setelah awitan. Bila disebabkan oleh bakteria, organisme yang umumnya menyerang adalah stresptokokus group A. Faringitis yang disebabkan oleh bakteria adalah penyakit yang lebih parah karena bahaya komplikasi yaitu sinusitis, ototitis media, mastoiditis, adenitis servical, demam reumatik, dan nefritis. Faringitis kronik adalah bentuk yang umum terjadi pada orang dewasa yang bekerja atau tinggal di lingkungan yang berdebu, menggunakan suara secara berlebihan, menderita batuk kronis, dan kebiasaan penggunaan alkohol dan tembakau. Dikenal tiga tipe faringitis kronis : a. Faringitis hipertrofi,ditandai dengan penebalan umum dan kongesti membrane mukosa.b. Faringitis atrofi kemungkinan merupakan tahap lanjut dari jenis pertama (membrane tipis, keputihan,licin dan pada waktunya berkerut)c. Faringitis granular kronik terjadi pembengkakan folikel limfe pada dinding faring.

3. Anatomi dan Fisiologi FaringFaring adalah suatu kantung fibromuskuler yang bentuknya seperti corong, yang besar di bagian atas dan sempit di bagian bawah. Ke atas, faring berhubungan dengan rongga hidung melalui koana, ke depan berhubungan dengan rongga mulut melalui isthmus faucium, sedangkan dengan laring di bawah berhubungan melalui aditus pharyngeus, dan ke bawah berhubungan esofagus.Faring terdiri atas:

1. NasofaringRelatif kecil, mengandung serta berhubungan dengan erat dengan beberapa struktur penting, seperti adenoid, jaringan limfoid pada dinding lateral faring, torus tubarius, kantong Rathke, choanae, foramen jugulare, dan muara tuba Eustachius.Batas antara cavum nasi dan nasopharynx adalah choana. Kelainan congenital koana salah satunya adalah atresia choana.Struktur Nasofaring :a.Ostium Faringeum tuba auditiva muara dari tuba auditivab. Torus tubarius, penonjolan di atas ostium faringeum tuba auditiva yang disebabkan karena cartilago tuba auditiva.c. Torus levatorius, penonjolan di bawah ostium faringeum tuba auditiva yang disebabkan karena musculus levator veli palatini.d. Plica salpingopalatina, lipatan di depan torus tubariuse. Plica salpingopharingea, lipatan di belakang torus tubarius, merupakan penonjolan dari musculus salphingopharingeus yang berfungsi untuk membuka ostium faringeum tuba auditiva terutama ketika menguap atau menelan.f. Recessus Pharingeus disebut juga fossa rossenmuller. Merupakan tempat predileksi Nasopharingeal Carcinoma.g. Tonsila pharingea, terletak di bagian superior nasopharynx. Disebut adenoid jika ada pembesaran. Sedangkan jika ada inflammasi disebut adenoiditis.h. Tonsila tuba, terdapat pada recessus pharingeus.i. Isthmus pharingeus merupakan suatu penyempitan di antara nasopharing da oropharing karena musculus sphincterpalatopharing.j. Musculus constrictor pharingeus dengan origo yang bernama raffae pharingei

2. OrofaringStruktur yang terdapat di sini adalah dinding posterior faring, tonsil palatina, fossa tonsilaris, arcus faring, uvula, tonsil lingual, dan foramen caecum. Dinding posterior faring, penting karena ikut terlibat pada radang akut atau radang kronik faring, abses retrofaring, serta gangguan otot-otot di bagian tersebut. Fossa tonsilaris, berisi jaringan ikat jarang dan biasanya merupakan tempat nanah memecah ke luar bila terjadi abses. Tonsil, adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat dan ditunjang kriptus di dalamnya. Ada 3 macam tonsil, yaitu tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina, dan tonsil lingual, yang ketiganya membentuk lingkaran yang disebut cincin Waldeyer. Epitel yang melapisi tonsil adalah epitel skuamosa yang juga meliputi kriptus. Di dalam kriptus biasanya ditemukan leukosit, limfosit, epitel yang terlepas, bakteri, dan sisa makanan

3. LaringofaringStruktur yang terdapat di sini adalah vallecula epiglotica, epiglotis, serta fossa piriformis.Fungsi faring yang terutama adalah untuk respirasi, pada waktu menelan, resonansi suara, dan untuk artikulasi.

Pada Embriologi

Rongga mulut, faring dan esophagus berasal dari foregut embrionik. Foregut ini berkembang menjadi rongga hidung, gigi dan kelenjar liur,hipofisi anterior ,tiroid dan laring, trakea , bronkus dan alveoli paru.Mulut terbentuk dari stemodium primitive yang merupakan gabungan dari ektodermal dan endodermal , yang membelah. Bibir bagian atas dibentuk oleh bagian prosesus nasalis medial dan lateral dan prosessus maksilaris. Celah bibir biasanya tidak terletak digaris tengah tetapi dilateral dari prosesus nasalis medial yang membentuk premaksila. Bibir bagian bawah berkembang dari bagian prosesus mandibularis.otot bibir berasal dari daerah brankialkedua dan dipersarafin oleh saraf fasialis.

Dibelakang mukosa dinding blakang faring terdapat dasar tulang sphenoid dan dasar tulang oksiput disebelah atas, kemudian bagian depan tulang atlas dan sumbu badan dan vertebra servikalis lain. Nasofaring membuka kearah depan kehidungmelalui koana posterior. Superior , adeoid terletak pada mukosa atap nasofaring. Disamping, muara tuba eustakius kartilaginosa terdapat didepan lekukan yang disebut fosaronsenmuler. Kedua struktur ini berada diatas batas bebas otot konstriktor faringitis superior. Otot tensor veli palatine, merupakan otot yang menengangkan palatum dan membuka tubaeustaki, masuk kefaring melalui ruang ini. Otot ini membentuk tendon yang melekat sekitar hamulus tulang untuk memasuki palatum mole. Otot tensor veli palatine dipersarafi oleh saraf mendibularis melalui ganglion optic.

Orofaring kearah depan berhubungan dengan rongga mulut. Tonsila faringeal dalam kapsulnya terletak pada mukosa pada dinding lateral rongga mulut. Didepan tonsila, arkus faring anterior disusun oleh otot palatoglotus, dan dibelakang dari arkus faring posterior disusun oleh otot palatofaringeus. Otot otot ini membantu menutupnya orofaring bagian posterior. Semua dipersarafi oleh pleksus faringeus.

4. Etiologi Kuman streptococcus beta hemolyticus, streptoccus viridians, dan streptococcus. Bisa juga disebabkan oleh virus.

5. PatofisiologiPenularan terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial bereaksi terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat hiperemi, kemudian oedem dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi menebal dan cenderung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan hiperemi, pembuluh darah dinding faring menjadi lebar. Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih, atau abu-abu terdapat pada folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak pada dinding faring posterior atau terletak lebih ke lateral menjadi meradang dan membengkak sehingaa timbul radang pada tenggorok atau faringitis.

6. Patoflow

Bakteri (streptococcus group A, arkanobacterium, neisseria gonrrhoeae, chlamdia pneumonia)Virus ( adenovirus, mononueleusis)

Menular melalui droplet

Menginfiltrasi lapisan epitel

Epitel terkikis

Terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear

Mk IV : Kurang pengetahuanfaringitis

hyperemia

batukMukosa kemerahanP.D dinding faring melebar

demam

oedem

Sputum mukosaRadang dan membengkak

Sukar menelan

Mk III : G3 nutrisiMk II : bersihan jln nafasIritasi jalan nafas

Mk I : nyeri

7. EpidemiologiFaringitis terjadi pada semua umur dan tidak dipengaruhi jenis kelamin, tetapi frekuensi yang paling tinggi terjadi pada anak-anak. Faringitis akut jarang ditemukan pada usia di bawah 1 tahun. Insidensinya meningkat dan mencapai puncaknya pada usia 4-7 tahun, tetapi tetap berlanjut sepanjang akhir masa anak-anak dan kehidupan dewasa. Kematian yang diakibatkan faringitis jarang terjadi,tetapi dapat terjadi sebagai hasil dari komplikasi penyakit ini

8. Manifestasi klinisa. Faringitis Akut : Membran faring tampak merah Folikel tonsil dan limfoid membengkak dan diselimuti oleh eksudat. Nodus limfe servical membesar dan mengeras Mungkin terdapat demam, malaise, dan sakit tenggorokan. Serak, batuk, dan rinitis bukan hal yang tidak lazim.b. Faringitis Kronik : Rasa iritasi dan sesak yang konstan pada tenggorok. Lendir yang terkumpul dalam tenggorokdan dikeluarkan dengan batuk. Kesulitan menelan.

9. Diagnosis Pemeriksaan serologic Pemeriksaan sputum untuk mengetahui basil tahan asam Fotothorak untuk melihat adanya tuberkolusis paru. Biopsi jaringan untuk mengetahui proses keganasan serta mencari basil tahan asam di jaringan

10. Pemeriksaan FisikInspeksi : kemerahan pada faring, adanya pembengkakan di daerah leherPalpasi : adanya kenaikan suhu pada bagian leher, adanya nyeri tekanTTV : suhu tubuh mengalami kenaikan, nadi meningkat, dan napasnya cepat

11. Penatalaksanaana. Faringitis Akut: Preparat antimikrobial untuk penyebab bakteria: penisilin untuk streptococcus group A dan sefalosporin untuk penderita yang alergi terhadap penisilin atau resisten terhadap eritromisin. Antibiotik diberikan sedikitnya selama 10 hari. Berikan diet cair atau lunak selama fase akut. Pemberian cairan IV jika tidak mampu menelan karena sakit tenggorok. Berikan dorongan untuk banyak minum bila mampu untuk menelan (2500 ml setiap hari). b. Faringitis Kronik.Pengobatan berdasarkan pada penghilangan gejala, menghindari pemajanan terhadap iritan, dan perbaikan saluran napas atas, pulmonal, atau kondisi jantung yang mungkin bertanggung jawab terhadap batuk kronis. Instalasi hidung atau sprei hidung untuk menghilangkan kongesti nasal. Aspirin atau asetaminofen untuk mnegontrol malaise. Hindari kontak dengan orang lain sampai demam telah menghilang dengan sempurna untuk mencegah penyebaran infeksi.

12. Pemeriksaan Diagnostik. Kultur tenggorok Uji resistensi Pemeriksaan sputum untuk mengetahui basil tahan asam. Fotothorak untuk melihat adanya tuberkolusis paru. Biopsi jaringan untuk mengetahui proses keganasan serta mencari basil tahan asam di jaringan

13. Komplikasi Otitis media purulenta bakterialisDaerah telinga tengah normalnya adalah steril. Bakteri masuk melalui tube eustacius akibat kontaminasi sekresi dalam nasofaring. Abses PeritonsilerSumber infeksi berasal dari penjalaran faringitis/tonsilitis akut yang mengalami supurasi, menembus kapsul tonsil. Glomerulus AkutInfeksi Streptokokus pada daerah faring masuk ke peredaran darah, masuk ke ginjal. Proses autoimun kuman streptokokus yang nefritogen dalam tubuh meimbulkan bahan autoimun yang merusak glomerulus. Demam ReumatikInfeksi streptoceal yang awalnya ditandai dengan luka pada tenggorok akan menyebabkan peradangan dan pembentukan jaringan parut pada katup-katup jantung, terutama pada katup mitral dan aorta. SinusitisSinusitis adalah radang sinus yang ada disekitar hidung dapat berupa sinusitis maksilaris / frontalis. Sinusitis maksilaris disebabkan oleh komplikasi peradangan jalan napas bagian atas (salah satunya faringitis), dibantu oleh adanya faktor predisposisi. Penyakit ini dapat disebabkan oleh kuman tunggal dan dapat juga campuran seperti streptokokus, pneumokokus, hemophilus influenza dan kleb siella pneumoniae. MeningitisInfeksi bakteri padadaerah faring yang masuk ke peredaran darah, kemudian masuk ke meningen dapat menyebabkan meningitis.Akan tetapi komplikasi meningitis akibat faringitis jarang terjadi.

B. KONSEP KEPERAWATAN

1. PENGKAJIANINTEGRITAS EGOGejala :Perasaan takut akan kehilangna suaraKuatir bila pembedahan mempengaruhi hibungan keluarga, kemampuan kerja dan keuanganTanda :ansietas, depresi

MAKANAN / CAIRANGejala : kesulitan menelanTanda : kesulitan menelan , mudah tersedak, bengkak, inflamasi/drainaseOral, kebersihan gigi buruk.

HYGIENETanda : kemunduran kebersihan gigiKebutuhan bantuan perawatan dasar

NEUROSENSORIGejala : kesemutan, parestesia otot wajahTanda : hemiparesis wajah (keterlibatan parotid dan sub mandibular)Kesulitan menelan, kerusakan membran mukosa

NYERI/KENYAMANANGejala : Sakit tenggorok, penyebaran nyeri ketelingan dan wajah, nyeri lokalPada orofaringTanda : Prilaku berhati hati, gelisah, nyeri wajah, gangguan tonus otot

PERNAPASANGejala : Riwayat merokok, penyakit paru kronis, batuk dengan/tanpa sputumTanda : Dispnea, sputum, darah

KEAMANANGejala : Perubahan pendengaran

INTERAKSI SOSIALGejala :Kurang dukungan sistem keluarga, masalah tentang kemampuan berkomunikasi, bergabung dalam interaksi sosial.Tanda : Bicara kacau, enggan untuk bicara.

2. Diagnosa Keperawatana. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi pada tenggorokan.b. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan dengan sekret yang kental ditandai dengan kesulitan dalam bernafas.c. Defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan kehilangan cairan sekunder akibat diaforesis yang berkaitan dengan demamd. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan.e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber informasi.

3. Intervensi keperawatan.a. Diagnosa Keperawatan:Nyeri b/d proses inflamasi pada tenggorokan.Tujuan:klien tidak mengeluh nyeri lagi setelah dilakukan asuhan keperawatan 3 x 24 jam.Kriteria Hasil: Nyeri pada skala (0-3) Klien tampak rileks Klien tampak tidak gelisah.Intervensi1. Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, skala dan selidiki serta laporkan perubahan nyeri yang tepat.R/ Berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan2. Pantau tanda vitalR/ Perubahan frekuensi jantung atau TD menunjukkan bahwa pasien mengalami nyeri.3. Ajarkan tehnik relaksasi.R/ meningkatkan relaksasi dan mengurangi nyeri.4. Kumur Salin hangat.R/ tergantung pada keparahan lesi dan tingkat nyeri. Manfaat tindakan ini tergantung pada tingkat panas yang diberikan.5. Berikan perawatan mulut.R/ untuk menambah kenyamanan bagi pasien dan menghilangkann pecah-pecah pada bibir mulut dan inflamasi pada mulut ketika terdapat infeksi.6. Berikan analgetik sesuai indikasiR/ Menghilangkan nyeri, mempermudah kerjasama dengan intervensi terapi lain.7. Irigasi tenggorok.R/ cara efektif untuk mengurangi spasme pada otot faring dan menghilangkan nyeri.

b. Diagnosa Keperawatan II:Bersihan jalan napas tidak efektif b/d dengan sekret yang kental ditandai dengan kesulitan dalam bernafas.Tujuan:klien dapat mengeluarkan sputum setelah dilakukan asuhan keperawatan 3 x 24 jam.KH: Pasien dapat mengeluarkan sputum Pasien mengatakan dapat bernapas dengan lancar

Intervensi1. Awasi frekuensi/kedalaman pernapasan, catat kemudahan bernapas, auskultasi bunyi napas, selidiki kegelisahan, dispnea, terjadinya sianosis.R/ Perubahan pada pernapasan, penggunaan otot aksesori pernapasan atau adanya ronchi diduga karena retensi sekret.2. Tinggikan kepala 30 40 derajatR/ Memudahkan drainase sekret, kerja pernapasan dan ekspansi paru.3. Dorong menelan bila pasien mampuR/ Mencegah pengumpulan sekret untuk membersihkan oral, menurunkan resiko aspirasi.4. Anjurkan pasien untuk minum air hangat.R/ untuk mencairkan sputum agar mudah dikeluarkan.5. Dorong batuk efektif dan napas dalamR/ Memobilisasi sekret untuk membersihkan jalan napas atas dan membantu mencegah komplikasi pernapasan.6. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian ekspektoran.R/ untuk mengencerkan dahak.

c. Diagnosa Keperawatan IV:Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan.Tujuan:klien dapat meningkatkan nutrisi yang adekuat setelah dilakukan asuhan keperawatan 3 x 24 jam.KH: BB dalam batas normal Makanan habis setengah porsi. Klien tidak tampak pucat. Hasil lab dalam batas normal.

Intervensi1. Kaji intake makanan pasienR/ Untuk mengetahui adanya peningkatan nafsu makan2. Anjurkan pasien untuk makan makanan yang tinggi kalori dan serat.R/ Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.3. Berikan makanan yang lunak dan mudah dicerna.R/ Untuk menambah pemasukan intake makanan serta mengurangi nyeri pada saat makanan masuk kedalam sal.pencernaan4. Buat pilihan makanan yang ada dan izinkan pasien untuk menggontrol pilihan sebanyak mungkin.R/ pasien yang meningkat kepercayaan dirinya dan merasa mengontrol lingkungan lebih suka menyediakan makanan untuk makan.5. Pertahankan Jadwal menimbang BB.R/ memberikan catatan lanjut apakah terjadi penurunan berat badan.6. Gunakan pendekatan yang konsisten.R/ pasien dapat mendeteksi pentingnya dan dapat beraksi terhadap tekanan.7. kolaborasi dengan ahli gizi R/ Untuk mendapatkan menu makanan yang sesuai dengan kebutuhannya

d. Diagnosa Keperawatan IV:Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber informasi.Tujuan:klien dapat menyatakan pemahaman tentang proses penyakit setelah dilakukan asuhan keperawatan.KH: Klien dan keluarga mengerti tentang proses penyakit. Keluarga turut aktif dalam proses penyembuhan.Intervensi1. Tentukan tingkat pengetahuan dan kesiapan untuk belajar.R/ belajar lebih mudah bila mulai dari pengetahuan peserta belajar.2. kaji potensial kerja sama dalam program pengobatan dirumah termasuk orang terdekat sesuai indikasi.R/ orang terdekat memerlukan keterlibatan bila proses penyakit berat atau berubah untuk batasan kesembuhan.3. Dorong penggunaan tehnik relaksasi.R/ cara baru koping dengan perasaan ansietas dan takut akan membantu pasien mengatasi perasaan ini lebih efektif.4. berikan informasi dalam bentuk-bentuk dan segmen yang singkat dan sederhana.R/ menurunnya rentang perhatian pasien dapat menurunkan kemampuan untuk menerima /memproses dan mengingat/menyimpan informasi yang diberikan.5. diskusikan mengenai kemungkinan proses penyembuhan yang lama.R/ proses pemulihan dapat berlangsung dalam beberapa minggu/bulan dan informasi yang dapat mengenai harapan dapat menolong pasien untuk mengatasi ketidak mampuannya dan juga menerima perasaan tidak nyaman yang lama.6. Lakukan evaluasiR/ Untuk mengetahui daya tangkap klien setelah diberikan pendidikan kesehatan.

BAB IIIPENUTUP

A. KesimpulanBakteri yang menyebabkan faringitis adalah streptokokus grup A, korinebakterium, arkanobakterium, Neisseria gonorrhoeae atau Chlamydia pneumoniae. Penyakit ini cenderung akut dengan disertai demam yang tinggi, sakit kepala, rasa nyeri di perut dan muntah-muntah. Tenggorokan terasa nyeri, amandel menjadi berwarna merah dan membengkak. Penyakit ini, jika dibiarkan sampai menjadi berat, dapat menimbulkan radang ginjal (glomerulonefritis akut), demam rematik akut, otitis media (radang telinga bagian tengah), sinusitis, abses peritonsila dan abses retropharynx (radang di sekitar amandel atau bagian belakang tenggorokan yang dapat menimbulkan nanah).

B. Saran

Bagi perawat hendaknya melaksanakan asuhan keperawatan tidak mengesampingkan peran sebagai pendidik, yaitu membrikan pendidikan kesehatan kepada klien maupun keluarganya. Partisipasi klien keluarga serta kerja sama perawat yang baik dalam program pengobtan sangat membantu dalam proses penyembuhan untuk itu perlu ditingkatkan dan diperlukan. Diharapkan kepada klien setelah pulang ke rumah untuk menjaga kesehatan terutama menghindari factor-faktor yang dapat menimbulkan kembali faringitis. Diharapkan mahasiswa Akademi Kesehatan bila merawat pasien dengan faringitis maka harus memberikan Asuhan Keperawatan sesuai dengan kebutuhan dan prioritas masalah klien.

7