askep encefalitis
-
Upload
marthinus-lando-meza -
Category
Documents
-
view
217 -
download
0
Transcript of askep encefalitis
8/12/2019 askep encefalitis
http://slidepdf.com/reader/full/askep-encefalitis 1/18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Encephalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus ataumikroorganisme lain yang non-purulen (+) (Pedoman diagnosis dan terapi, 1994).
Encephalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri cacing,
protozoa, jamur, ricketsia atau virus (Kapita selekta kedokteran jilid 2, 2000).
Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai system saraf pusat (SSP) yang disebabkan oleh
virus atau mikroorganisme lain yang non purulen,Penyebab tersering dari ensefalitis adalah
virus kemudian herpes simpleks, arbovirus, dan jarang disebabkan oleh enterovirus, mumps,
dan adenovirus.Ensefalitis bias juga terjadi pascainfeksi campak, influenza, varicella, dan
pascavaksinasi pertusis
Klasifikasi ensefalitis didasarkan pada factor penyebabnya,Ensefalitis supuratif akut
dengan bakteri penyebab ensefalitis adalah staphylococcus
aureus,streptococcus,E.Colli,Mycobacterium,danT.Pallidum.sedangkan ensefalitis virus
penyebab adalah virus RNA (Virus Parotis), virus morbili, virus rabies, virus rubella, virus
dengue, virus polio, cockscakie A dan B, herpes zoster, herpes simpleks, dan varicella.
1.2 Tujuan
Memberi pengetahuan kepada penulis dan pembaca mengenai pengertian Penyakit Encefalitis
Memberikan pengetahuan kepada penulis dan pembaca mengenai penyebab penyakit
Encefalitis
Memberi pengetahuan kepada penulis dan pembaca mengenai penyebab penyakit Encefalitis
Memberi pengetahuan kepada penulis dan pembaca mengenai cara pencegahan dan
pengobatan penyakit Encefalitis
8/12/2019 askep encefalitis
http://slidepdf.com/reader/full/askep-encefalitis 2/18
BAB II
ANATOMI FISIOLOGI
2.1 Anatomi Fisiologi
Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan serta terdiri
terutama dari jaringan saraf.Sistem persarafan merupakan salah satu organ yang berfungsi
untuk menyelenggarakan kerjasama yang rapi dalam organisasi dan koordinasi kegiatan
tubuh.Otak mempunyai lima bagian utama, yaitu: otak besar (serebrum), otak tengah
(mesensefalon), otak kecil (serebelum), sumsum sambung (medulla oblongata), dan jembatan
varol.
a. Otak besar (serebrum)
Otak besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktifitas mental yaitu yang
berkaitan dengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memori), kesadaran, dan
pertimbangan.Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan/gerakan sadar atau sesuai
dengan kehendak, walaupun ada juga beberapa gerakan refleks otak. Pada bagian korteks
serebrum yang berwarna kelabu terdapat bagian penerima rangsang (area sensor ) yang
terletak di sebelah belakang area motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar atau
merespon rangsangan. Selain itu terdapat area asosiasi yang menghubungkan area motor dan
sensorik. Area ini berperan dalam proses belajar, menyimpan ingatan, membuat kesimpulan,
dan belajar berbagai bahasa. Di sekitar kedua area tersebut dalah bagian yang mengatur
kegiatan psikologi yang lebih tinggi. Misalnya bagian depan merupakan pusat proses berfikir
8/12/2019 askep encefalitis
http://slidepdf.com/reader/full/askep-encefalitis 3/18
(yaitu mengingat, analisis, berbicara, kreativitas) dan emosi. Pusat penglihatan terdapat di
bagian belakang.
b. Otak tengah (mesensefalon)
Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di depan otak tengah
terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja kelenjar-kelenjar endokrin.
Bagian atas (dorsal) otak tengah merupakan lobus optikus yang mengatur refleks mata seperti
penyempitan pupil mata, dan juga merupakan pusat pendengaran.
3. Otak kecil (serebelum)
Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang terjadi
secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang merugikan atau berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan.
4. Jembatan varol (pons varoli )
Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan kanan,
juga menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakakng
5. Sumsum sambung (medul la oblongata)
Sumsum sambung berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula spinalis menuju ke
otak. Sumsum sambung juga mempengaruhi jembatan, refleks fisiologi seperti detak jantung,
tekanan darah, volume dan kecepatan respirasi, gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar
pencernaan.
Selain itu, sumsum sambung juga mengatur gerak refleks yang lain seperti bersin,
batuk, dan berkedip.
8/12/2019 askep encefalitis
http://slidepdf.com/reader/full/askep-encefalitis 4/18
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1 Definisi
Encephalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau
mikroorganisme lain yang non-purulen (+) (Pedoman diagnosis dan terapi, 1994).
Encephalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri cacing,
protozoa, jamur, ricketsia atau virus (Kapita selekta kedokteran jilid 2, 2000).
Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai system saraf pusat (SSP) yang disebabkan oleh
virus atau mikroorganisme lain yang non purulen,Penyebab tersering dari ensefalitis adalah
virus kemudian herpes simpleks, arbovirus, dan jarang disebabkan oleh enterovirus, mumps,dan adenovirus.Ensefalitis bias juga terjadi pascainfeksi campak, influenza, varicella, dan
pascavaksinasi pertusis.
Klasifikasi ensefalitis didasarkan pada factor penyebabnya,Ensefalitis supuratif akut
dengan bakteri penyebab ensefalitis adalah staphylococcus
aureus,streptococcus,E.Colli,Mycobacterium,danT.Pallidum.sedangkan ensefalitis virus
penyebab adalah virus RNA (Virus Parotis), virus morbili, virus rabies, virus rubella, virus
dengue, virus polio, cockscakie A dan B, herpes zoster, herpes simpleks, dan varicella.
3.2 Etiologi
Berbagai macam mikroorganisme dapat menimbulkan Ensefalitis, misalnya bakteria,
protozoa, cacing, jamur, spirochaeta, dan virus. Bakteri penyebab Ensefalitis adalah
Staphylococcus aureus, streptokok, E. Coli, M. Tuberculosa dan T. Pallidum. Encephalitis
bakterial akut sering disebut encephalitis supuratif akut (Mansjoer, 2000). Penyebab lain
adalah keracunan arsenik dan reaksi toksin dari thypoid fever, campak dan chicken pox/cacar
air. Penyebab encephalitis yang terpenting dan tersering ialah virus. Infeksi dapat terjadi
karena virus langsung menyerang otak, atau reaksi radang akut infeksi sistemik atau
vaksinasi terdahulu.
Klasifikasi encephalitis berdasar jenis virus serta epidemiologinya ialah:
Infeksi virus yang bersifat endemik
1. Golongan enterovirus : Poliomyelitis, virus Coxsackie, virus ECHO.
8/12/2019 askep encefalitis
http://slidepdf.com/reader/full/askep-encefalitis 5/18
2. Golongan virus Arbo : Western equine encephalitis, St. Louis encephalitis, Eastern
equine encephalitis, Japanese B encephalitis, Russian spring summer encephalitis,
Murray valley encephalitis.
Infeksi virus yang bersiat sporadik : rabies, Herpes simpleks, Herpes zoster,
Limfogranuloma, Mumps, Lymphocytic choriomeningitis, dan jenis lain yang
dianggap disebabkan oleh virus tetapi belum jelas.
Encephalitis pasca-infeksi : pasca-morbili, pasca-varisela, pasca-rubela, pasca-
vaksinia, pasca-mononukleosis infeksius, dan jenis-jenis lain yang mengikuti infeksi
traktus respiratorius yang tidak spesifik.(Robin cit. Hassan, 1997)
3.3 Manifestasi Klinik Onset mendadak atau bertahap adalah
1. Malaise.
2. Demam.
3. Sakit kepala, pusing.
4. Apatis.
5. Leher kaku.
6. Mual dan muntah.
7. Ataksia.
8. Tremor, hiperaktivitas.
9. Kesuliatan bicara. Dalam kasus yang berat:
1. Demam tinggi.
2. Pingsan.
3. Disorientasi, kekejangan.
4. Kejang, koma (dapat melanjutkan sampai mati).
5. Okular palsi.
6. Kelumpuhan.
Meskipun penyebabnya berbeda, gejala klinis ensefalitis lebih kurang sama dan khas
sehingga dapat digunakan sebagai kriteria diagnostik. Secara umum gejala berupa trias
ensefalitis yang terdiri dari demam, kejang dan kesadaran menurun. (Arif, 2000).Setelah
masa inkubasi kurang lebih 5-10 hari akan terjadi kenaikan suhu yang mendadak, seringkali
terjadi hiperpireksia, nyeri kepala pada anak besar, menjerit pada anak kecil. Ditemukan
tanda perangsangan SSP (koma, stupor, letargi), kaku kuduk, peningkatan reflek tendon,
tremor, kelemahan otot dan kadang-kadang kelumpuhan (Kempe, 1982).
3.4 Patofisiologi Virus masuk ketubuh klien melalui kulit,saluran nafas,dan saluran cerna.setelah
masuk kedalam tubuh virus akan menyebar keseluruh tubuh dengan beberapa caraa :
Lokal : virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lendir permukaan atau organ tertentu
8/12/2019 askep encefalitis
http://slidepdf.com/reader/full/askep-encefalitis 6/18
Penyebaran hematogen priimer : virus masuk kedalam darah kemudian menyebar ke organ
dan berkembangbiak di organ tersebut
Penyebaran melalui saraf-saraf : virus berkembang biak didalam sellaput lendir dan
menyebar melalui sistem persarafan.
Setelah terjadi penyebaran di otak menjadi manifestasi klinis ensefalitis,masa
pradromal berlangsung 1-4 hari di tandai dengan demam,sakit kepala,pusing,muntah,nyeritenggorokan,malaise,nyeri ekstremitas dan pucat .suhu badan meningkat ,fotofobia,sakit
kepala,muntah-muntah,letargi,kadang disertai dengan kaku kuduk apabila infeksi mengenai
meningen . pada anak tampak gelisa kadang disertai perubahan tingkah laku.dapat disertai
gangguan penglihatan ,pendengaran,bicara,serta kejang.gejala ini berupa gelisa ,
rewel,perubahan prilaku,gangguan kesadaran,kejang,kadang-kadang disertai tanda neurologis
fokal berupa afasia,hemmiparesis,hemiplegia,ataksia,dan paralisis saraf otak.
3.5 Pemeriksaan penunjang
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan – keluhan klien ,
pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian anamnesis .
pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan persistem (B1-B6) dengan fokus pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3(brain) yang terarah dan di hubungkan dengan keluhan klien.
Pemeriksaan fisik mulai dengan memeriksa tanda – tanda vital , pada klien ensefalitis
biasanya di dapatkan peningkatan suhu tubuh lebih dari normal 39-41 C.keadaan ini
biasanya dihubungkan dengan proses inflamasi dari selaput otak yang sudah menganggu
pusat pengaturan suhu tubuh.penurunan denyut nadi terjadi berhubungan dengan tanda –
tanda peningkatan TIK.apabila diseratai peningkatan frekuensi perrnafasan sering
berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme umum dan adanya infeksi pada sistem
penafasan sebelum mengalami ensefalitis .TD biasanya normal atau meningkat dengan
tanda-tanda peningkatan TIK
B1 ( breathing )
Inspeksi apakah klien batuk , produksi sputum , sesak nafas , penggunaan otot batknafas , dan peningkatan frekuensi pernafasan yang disertai adanya gangguan pada sistem
pernafasan .palpasi biasanya taktil premitus seimbang kanan dan kiri . auskultasi bunyi napas
tambahan seperti ronkhi pada klien dengan ensefalitis berhubungan akumulasi sekret dari
penurunan kesadaran.
B2 ( Blood )
Pengkajian pada sistem kardiovaskuler didapat kan renjatan hipovolemik yang sering
terjadi pada klien ensefalitis
B3 ( Brain )
Pengkajian B3 ( brain ) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap di
bandingkan pengkajianpada sistem lainnya.
Tingkat kesadaran
Pada keadaan lanjut tingkat kesadaran klien ensefalitis biasanya berkisaraan padda
tingkat letargi,stupor,dan semikomatosa.apabila klien sudah mengalami koma maka penilaian
GSC sangat penting untuk menilai tingkat kesadaran klien dengan bahan untuk memantau
pemberian asuhan keperawatan.
Fungsi serebri Status mentral : observasi penampilan klien dan tingkah lakunya nilai gaya bicara
klien dan observasi ekspresi wajah , dan aktivitas motorik . pada klien ensefalitis tahap lanjut
biasanya status mental klien mengalami perubahan.
Pemeriksaan saraf kranialSaraf I. Fungsi penciuman biasanya tidak ada kelaian pada klien ensefalitis
8/12/2019 askep encefalitis
http://slidepdf.com/reader/full/askep-encefalitis 7/18
Saraf II.Tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal . pemeriksaan papiledema mungkin
didapatkan terutama pada ensefalitis supuratif disertai abses serebri dan efusi subdural yang
menyebabkan terjadinya peningkatan TIK.
Saraf III , IV dan VI pemeriksaan fungsi dan reaksi pupil pada klien ensefalitis yang tidak
disertai yang telah menganggu kesadaran , tanda – tanda perubahan dari fungsi dan reaksi
pupil akan didapatkan .dengan alasan yang tidak diketahui klien esnsefalitis mengeluhmengalami fotobia atau sensitif yang berlebihan terhadap cahaya.
Saraf V . Pada klien ensefalitis didapatkan paralis pada otot sehingga menganggu proses
mengunyah.
Saraf VII.persepsi pengecapan dalam bata nnormal wajah asimetris karena adanya paralis
unilateral
Saraf VIII . tidak ditemukan adanya tuli konduktif persepsi
Saraf IX dan X .Kemampuan menelan kurang baik sehingga menganggu pemenuhan
kebutuhan nutrisi via oral
Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius . adanya usaha dari
klien untuk melakukan fleksi leher dan kaku kuduk.
Saraf XII. Lidah simetris tidak ada deviasi pada stau sisi dan tidak ada fasikulasi ,indra pengecapan normal.
Sistem motorik
Kekutan otot menurun , kontrol keseimbangan dan koordinasi pada ensefalitis tahap
lanjut mengalami perubahan.
Pemeriksaan Refleks
Pemeriksaan reflaks dalam , pengetukan pada tendon , ligamentum atau periosteum
derajat refleks pada respon normal . repleks patologis akan didapatkan pada klien ensefalitis
dengan tingkat kesadaran koma.
Gerakan involunter
Tidak ditemukannya tremor,tic dan distonia.pada klien keadaan tertentu klien
biasanya mengalami kejang umum , terutama pada anak dengan ensefalitif disertai
peningkatan suhu tubuh yang tinggi . kejang dan peningkatan TIK juga berhubungan dengan
ensefalitis.kejang terjadi sekunder akibat fokal kortikal yang peka.
Sistem sensorik
Pemeriksaan sensorik pada ensefalitis biasanya didapatkan perasaan raba normal ,
perasaan nyeri normal , perasaan suhu normal , dan perasaan diskriminatif normal .
Peradangan pada selaput otak mengakibatkansejumlah tanda yang mudah di kenali
pada ensefalitis . tanda tersebut adalah kaku kuduk yaitu ketika adannya upaya untuk fleksi
kepala mengalami kesukaran karena adanya spasme
B4 ( Bladder )
Pemeriksaan pada sistem perkemihan biaanya berkurangnya volume haluaran urine ,hal ini berhubungan dengan penurunan perfusi dan penurunan curah jantung ke ginjal.
B5 ( Bowel )
Mual sampai muntah di hubungkan dengan peningkatan produksi asam lambung .
pemenuhan nutrisi pada klien meningitis menurun karena anoreksia dan adanya kejang.
B6 ( Bonel )
Penurunan kekuatan otot dan penurunan ingkat kesadaran menurunkan mobilitas
secara umum . Dalam pemenuhan kebutuhan sehari – hari klien lebih banyak di bantu oleh
orang lain.
3.6 Penatalaksanaan Medis
8/12/2019 askep encefalitis
http://slidepdf.com/reader/full/askep-encefalitis 8/18
I solasi Isolasi bertujuan mengurangi stimuli/rangsangan dari luar dan sebagai
tindakan pencegahan.
Terapi antimi kroba, sesuai hasil kul tur Obat yang mungkin dianjurkan oleh dokter :
1. Ampicillin : 200 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis
2. Kemicetin : 100 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis
3. Bila encephalitis disebabkan oleh virus (HSV), agen antiviral acyclovir secara
signifikan dapat menurunkan mortalitas dan morbiditas HSV encephalitis. Acyclovir
diberikan secara intravena dengan dosis 30 mg/kgBB per hari dan dilanjutkan selama
10-14 hari untuk mencegah kekambuhan (Victor, 2001).
4. Untuk kemungkinan infeksi sekunder diberikan antibiotika secara polifragmasi.
Mengurangi meningkatnya tekanan intracranial , manajemen edema otak
2 Mempertahankan hidrasi, monitor balans cairan; jenis dan jumlah cairan yang diberikan
tergantung keadaan anak.
3 Glukosa 20%, 10 ml intravena beberapa kali sehari disuntikkan dalam pipa giving set untuk
menghilangkan edema otak.
4 Kortikosteroid intramuscular atau intravena dapat juga digunakan untuk menghilangkanedema otak.
Mengontrol kejang Obat antikonvulsif diberikan segera untuk memberantas kejang.
Obat yang diberikan ialah valium dan atau luminal.
Valium dapat diberikan dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/kali
Bila 15 menit belum teratasi/kejang lagi bia diulang dengan dosis yang sama
Jika sudah diberikan 2 kali dan 15 menit lagi masih kejang, berikan valium drip
dengan dosis 5 mg/kgBB/24 jam.
Mempertahankan venti lasi Bebaskan jalan nafas, berikan O2 sesuai kebutuhan (2-
3l/menit).
Penatalaksanaan shock septik
Mengontrol perubahan suhu li ngkungan
Untuk mengatasi hiperpireksia, diberikan kompres pada permukaan tubuh yang
mempunyai pembuluh besar, misalnya pada kiri dan kanan leher, ketiak,
8/12/2019 askep encefalitis
http://slidepdf.com/reader/full/askep-encefalitis 9/18
selangkangan, daerah proksimal betis dan di atas kepala. Sebagai hibernasi dapat
diberikan largaktil 2 mg/kgBB/hari dan phenergan 4 mg/kgBB/hari secara intravena
atau intramuscular dibagi dalam 3 kali pemberian. Dapat juga diberikan antipiretikum
seperti asetosal atau parasetamol bila keadaan telah memungkinkan pemberian obat
per oral.(Hassan, 1997)
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
4.1 Pengkajian
Anamnesis
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien atau orang tua membawa anaknya untuk
meminta pertolongan kesehaan adalah kejang disertai penurunan tingkat kesadaran.
4.1.1 Riwayat penyakit saat ini
Factor riwayat penyakit sangat penting diketahui karena untuk mengetahui jenis kuman
penyebab. Di sini harus ditanya dengan jelas tentang gejala yang timbul seperti kapan mulai
serangan , sembuh, atau bertambah buruk. Pada pengkajian klien ensefalitis biasanya
didapatkan keluhan yang berhubungan dengan akibat dari infeksi peningkatan TIK. Keluhan
gejala awal yang sering adalah sakit kepala dan demam. Sakit kepala disebabkan ensefalitis
yang berat dan sebagai akibat iritasi selaput otak. Demam umumnya ada dan tetap tinggi
selama perjalanan penyakit.
Keluhan kejang perlu mendapat perhatian untuk dilakukan pengkajian lebih mendalam,
bagaimana sifat timbulnya kejang, stimulus apa yang sering menimbulkan kejang, dan
8/12/2019 askep encefalitis
http://slidepdf.com/reader/full/askep-encefalitis 10/18
tindakan apa yang telah diberikan dalam upaya menurunkan keluhan kejang tersebut.Adanya
penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran disebabkan ensefalitis bakteri.Disorientasi
dan gangguan memori biasanya merupakan awal adanya penyakit.Perubahan yang terjadi
bergantung pada beratnya penyakit, demikian pula respons individu terhadap proses
fisiologis. Keluhan perubahan perilaku juga umum terjadi.Sesuai perkembangan penyakit,
dapat terjadi letargi, tidak responsive dan koma.
Pengkajian pada anak didapatkan keadaan anak menjadi lesu atau terjadi kelemahan
secara umum, nyeri ekstrimitas, rewel, demam (39-410C), nafsu makan menurun, muntah-
muntah, nyeri kepala, nyeri tenggorokan, pucat dan gelisah.
4.1.2 Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian penyakit yangpernah dialami klien yang menjadi predisposisi keluhan
sekarang meliputi pernahkah klien mengalami campak, cacar air, herpes, dan
bronkopneumonia.Pengkajian pada anak mungkin didapatkan riwayat mendarita penyakit
yang disebabkan oleh virus seperti virus influenza, varicella, adenovirus, kokssakie,
echovirus atau parainfluenza, infeksi bakteri, parasit satu sel, cacing, fungus,
riketsia.Pengkajian pemakaian obat-obat yang sering digunakan klien seperti pemakaian oba
kortikosteroid, pemakaian jenis-jenis antibiotic dan reaksinya (untuk menilai resistensi
pemakaian antibiotic) dapat meningkatkan komprehensifnya pengkajian.Pengkajian riwayat
ini dapat mendukung pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan merupakan data dasar
untuk mengkaji lebh jauh serta untuk memberikan tindakan selanjutnya.
4.1.3 keluhan utama.
Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk RS. keluhan utama
pada penderita encephalitis yaitu sakit kepala, kaku kuduk, gangguan kesadaran, demam dan
kejang.
4.1.4 Riwayat penyakit sekarang .
Merupakan riwayat klien saat ini yang meliputi keluhan, sifat dan hebatnya keluhan,
mulai timbul atau kekambuhan dari penyakit yang pernah dialami sebelumnya. Biasanya
pada masa prodromal berlangsung antara 1-4 hari ditandai dengan demam, sakit kepala,
pusing, muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstrimitas dan pucat. Kemudian diikuti
tanda ensefalitis yang berat ringannya tergantung dari distribusi dan luas lesi pada neuron.
Gejala terebut berupa gelisah, irritable, screaning attack, perubahan perilaku, gangguan
kesadaran dan kejang kadang-kadang disertai tanda neurologis fokal berupa afasia,
hemiparesis, hemiplegia, ataksia dan paralisi saraf otak.
4.1.5 Riwayat kehamilan dan kelahiran
8/12/2019 askep encefalitis
http://slidepdf.com/reader/full/askep-encefalitis 11/18
Dalam hal ini yang dikaji meliputi riwayat prenatal, natal dan post natal.
Dalam riwayat prenatal perlu diketahui penyakit apa saja yang pernah diderita oleh ibu
terutama penyakit infeksi. Riwayat natal perlu diketahui apakah bayi lahi rdalam usia
kehamilan aterm atau tidak karena mempengaruhi system kekebalan terhadap penyakit pada
anak. Trauma persalinan juga mempengaruhi timbulnya penyakit contohnya aspirasi ketuban
untuk anak.Riwayat post natal diperlukan untuk mengetahui keadaan anak setelah
lahir.Contoh : BBLR, apgar score, yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
selanjutnya.
4.1.6 Riwayat penyakit yang lalu.
Kontak atau hubungan dengan kasus-kasus meningitis akan meningkatkan
kemungkinan terjdinya peradangan atau infeksi pada jaringan otak (J.G. Chusid, 1993).
Imunisasi perlu dikaji untuk mengetahui bagaimana kekebalan tubuh anak. Alergi pada anak
perlu diketahui untuk dihindarkan karena dapat memperburuk keadaan.
4.1.7 Riwayat kesehatan keluarga
Merupakan gambaran kesehatan keluarga, apakah ada kaitannya dengan penyakit yang
dideritanya. Pada keadaan ini status kesehatan keluarga perlu diketahui, apakah ada anggota
keluarga yang menderita penyakit menular yang ada hubungannya dengan penyakit yang
dialami oleh klien (Soemarno marram, 1983).
4.1.8 Riwayat social .
Lingkungan dan keluarga anak sangat mendukung terhdap pertumbuhan dan
perkembangan anak. Perjalanan klinik dari penyakit sehingga mengganggu status mental,
perilaku dan kepribadian. Perawat dituntut mengkaji status klien ataukeluarga agar dapat
memprioritaskan maslaah keperawatnnya.(Ignatavicius dan Bayne, 1991).
4.1.9 Kebutuhan dasar (aktfitas sehari-hari).
Pada penderita ensepalitis sering terjadi gangguan pada kebiasaan sehari-hari antara lain: gangguan pemenuahan kebutuhan nutrisi karena mual muntah, hipermetabolik akibat proses
infeksi dan peningkatan tekanan intrakranial. Pola istirahat pada penderita sering kejang, hal
ini sangat mempengaruhi penderita. Pola kebersihan diri harus dilakukan di atas tempat tidur
karena penderita lemah atau tidak sadar dan cenderung tergantung pada orang lain perilaku
bermain perlu diketahui jika ada perubahan untuk mengetahui akispitalisasi pada anak.
4.1.10 Pengkajian psiko-sosial-spiritual
Pengkajian psikologis klien ensefalitis meliputi beberapa penilaian yang
memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas mengenai satatus
emos,kognitif , daan perilaku klien . pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien
juga penting untuk menilai respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan
perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaaruhnya dalam
kehidupan sehari – hari baik dalam keluarga ataupun masyarakat.apakah ada dampak yang
8/12/2019 askep encefalitis
http://slidepdf.com/reader/full/askep-encefalitis 12/18
timbul pada klien , yaitu timbul ketakutan akan kecacatan , rasa cemas dan rasa
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitaas secara optimal dan pandangan terhadap dirinya
yang salah .pengkajian mengenai mekanisme koping yang sadar biasa digunakan klien
selama masa steres meliputi kemampuan klien untuk mendiskusikan maslah kesehatan saat
ini yang telah dikeatahui dan oerubahan perilaku akbat stress,Karena klien harus melayani
rawat inap maka apakah keadaan ini memberidampak pada status ekonomi klien , karena biaya perawatan dan pengobatan memerluukan dana yang tidak sedikit . perawat juga
memasukan pengkajian terhadap fungsi neurologis dengan dampak gangguan neurologis
yang akan terjadi pada gaya hidup klien .perspektif keperawatan dalam mengkaji terdiri dari
dua masalah , yaitu keterbatasan yang di akibatkan oleh defisit neurologis dalam
hubungannya dengan peran sosial klien dan rencana pelayanan yang akan mendukung
adaptasi pada gangguan neurologis didalam sistem dukungan individu
4.2 Diagnosi Keperawatan1. Gangguan perfusi jaringan serebri yang berhubungan dengan peningkatan tekanan
intrakranial.
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan akumulasi sekret ,
kemampuan batuk menurun akibat penurunan kesadaran .
3. Resiko tinggi defisit cairan dan hipovolemik.
4. Resiko tinggi gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
ketidak mampuan menelan , keadaan hipermetabolik.
5. Resiko tinggi cedera yang berhubungan denga kejang perubahan statusmental, dan
penurunan tingkat kesadaran.
6. Resiko kejang berulang.
7. Nyeri berhubungan dengan adanya iritasi lapisan otak.
8. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan neuromuskular,penurunan
kekuatan otot , penurunan kesadaran kerusakan persepsi.9. Gangguan persepsi sensorik yang berhubungan dengan kerusakan penerima rangsang
sensorik,trasmisi sensorik dan interasi sensorik.
10. Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan prognosis penyakit,perubahan
psikososial ,perubahan persepsi kognitif,perubahan aktual dalam struktur dan fungsi ketidak
berdayaan dan merasa tidak ada harapan.
11. Cemas yang berhubungan dengan ancaman kondisi sakit dan perubahan kesehatan.
4.3 INTERVENSI
1.Gangguan perfusi jarinagn serebri yang berhubungan dengan peningkatan tekanan
intracranial
Data penunjang : Malaise,pusing ,nausea ,iritabilitas ,kejang ,kesadaran menurun bingung,delirium ,koma.perubahan refleks-refleks,tanda – tanda neurologis,fokal pada
meningitis,tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial(bradikardi,tekanan darah
meningkat),nyeri kepala hebat.
Tujuan : dalam waktu 3X24 jam setelah diberikan intervensi perfusi otak meningkat .
Kriteria hasil : tingkat kesadaran meningkat menjadi sadar,disoremtasi negatif,konsentrasi
baik,perfusi jaringan dan oksigenasi baik,tanda-tanda vital dalam batas normal,syok dapat
di hindari.
Intervensi Rasionalisasi
Monitor klien dengan tepat setelah
lumbal fungsi .anjurkan klien berbaring
minimal 4-6 jam setelah lumbal pungsi
Untuk mencegah nyeri kepala yang menyertai
perubahan intracranial
Monitor tanda – tanda peningkatan Untuk mendeteksi tanda-tanda syok yang harus
8/12/2019 askep encefalitis
http://slidepdf.com/reader/full/askep-encefalitis 13/18
intrakranial selama perjalan penyakit (
nadi,tekanan darah meningkat,kesadaran
menurun,napas irreguler,refleks pupil
menurun,klelmahan)
dilaporkan ke dokter untuk di intervensi awal.
Monitor tanda-tanda vital dan neurologis
tiap 5-30 menit.catat dan laporkansegerah perubahan – perubahan tekanan
intrakranial.
Perubahan-perubahan ini menandakan adanya
perubahan intrakranial dan penting untukintervensi awal.
Hindari posisi tungkai ditekuk atau
gerakan-gerakan klien ,anjurkan tirai
baring.
Untuk mencegah peningkatan intracranial
Tinggikan sedikit kepala pasien dengan
hati-hati,cegah gerakan yang tiba-tiba
dan tidak perlu dari kepala dan leher
hindari fleksi leher
Untuk mengurangi tekanan intracranial
Bantu seluruh aktivitas dan gerakan
klien beri petunjuk BAB ,aanjurkan lien
untuk menghembuskan napas dalam bila
miring dan bergerak ditempat tidur
cegah posisi fleksi lutut
untuk mencegah keregangan otot yang dapat
menimbulkan peningkatan intrakranial
Waktu prosedur perawatan disesuaikan
dan diatur tepat waktu dengan periode
relaksasi ,hindari rangsangan yang tidak
perlu.
Untuk mencegah eksitsi yang merangsang otak
yang sudaah iritasi dan dapat menimbulkan
kejang
Beri penjelasan kepada pasien keadaan
lingkungan klien
Untuk mengurang disorientasi dan untuk
klarifikasi persepsi sensorik yang terganggu
Evaluasi selama masa penyembuhanterhadap gangguan motorik , sensorik
dan intelektual
Untuk merujuk ke rehabilitasi
Kolaborasi pemberian steroid osmotik Untuk menurunkan tekanan intrkranial
2.Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan akumulasi
sekret,kamampuan batuk menurun akibat penurunan kesadaran
Tujuan: Dalam waktu 3 x 24 jamsetelahdiberikn tindakan ,jalan nafas kembali efektif
kriteria hasil : secara subjektif sesak napas ( - ) ,frekuensi napas 16-20x/menit,tidak
menggunakan otot bantu napas ,retraksi ics (-) ,ronkhi (-/-),mengi (-/-),dapat
mendemonstrasikan cara batuk efektif.
Intervensi Rasional
Kaji fungsi paru adanya bunyi napas
tambahan,perubahan irama dan kedalaman
Memantau dan mengatasi komplikasi poensial.
Pengkajian fungsi pernapasan dengan interval
8/12/2019 askep encefalitis
http://slidepdf.com/reader/full/askep-encefalitis 14/18
penggunaan otot – otot dan asesori warna
dan kekentalan sputum.
yang teratur adalah penting karena pernapasan
yang tidak efektif dan adanya kegagalan, akibat
adanya kelemahan atau paralisis pada otot-otot
interkostal dan diafragma berkembang dengan
cepat
Atur posisi fowler dan semifowler Peninggian kepala tempat tidur memudahkan
pernapasan, meningkatkan ekspansi dada, dan
meningkatkan batuk lebih efektif
Ajarkn cara batuk yang efektif Klien berada pada resiko tinggi bila tidak dapat
batuk denan efektif untuk membersihkan jalan
napas dan mengalami kesulitan dalam
menelan, sehingga menyebabkan aspirasi
saliva dan mencetuskan gagal napas akut
Lakukan fisioterapi dada vibrasi dada Terapi fisik dada membantu meningkatkan
batuk lebih efeektif
Penuhi hidrasi cairan via oral seperti
mium air putih dan pertahankan aspan
cairsn 2500ml/hari
Pemenuhan cairan dapat mengencerkan mucus
yang kental dan dapat membantu pemenuhan
cairan yang banyak keluar dari tubuh
Lakukan pengisapan lendir di jalan
pernafasan
Pengisapan mungkin diperlukan untuk
mempertahankan kepatenan jalan napas
menjadi bersih
3.Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan
ketidakmampuan menelan , keadaan hipermetabolik
Tujuan : kebutuhan nutrisi klien terpenuhi dalam waktu 5 x 24 jam .
Kriteria hasil : Turgor baik,asupan dapat masuk sesuaia dengan kebutuhan , terdapat
kemampuan menelan ,sonde dilepas,berat badan meningkat 1kg,hb dan albumin dalam
batas normal.
Intervensi rasional
Observassi tekstur dengan turgor kulit Mengetahui status nutrisi klien
Lakukan oral hygiene Kebersihan mulut merangsang nafsu makan.
Observasi asupan dan keluaran Mengetahui keseimbangan nutrisi klien
Observasi posisi dan keberhasila sonde Untuk menghindari resiko infeksi
Tentukan kemampuan klien dalam
mengunyah menelan dan refleks batuk
Untuk menetapkann jenis makanan yan akan
diberikan pada klien dengan mengkaji faktor-faktor tersebut dapat menentukan kemampuan
8/12/2019 askep encefalitis
http://slidepdf.com/reader/full/askep-encefalitis 15/18
menelan klien dan mencegah resiko aspirasi
Kaji kemampuan klien dalam menelan
batuk dan adanya secret
Dengan mengkaji faktor tersebut dapat
menentukan kemampuan menelan dan
mencegah risiko aspirasi
Auskultasi bising usus,amati penurunan
atau hiperaktivitas bising usus
Fungsi gastrointestinal bergantung pada
kerusakan otak,bising usus menentukan respon pemberian makan atau terjadi nya komplikasi
misalnya pada ileus
Timbang berat badan sesuai dengan
indikasi
Untuk mengevaluasi efektivitas dari asupan
makan
Berikan makanan dengan cara
meningkatkan kepala
Menurunkan risiko reikoregurgitasi
Letakan posisi kepala lebih tinggi pada
waktu , selama dan sesudah makan.
Untuk klien lebih mudah menelan karena gaya
gravitasi
Stimulasi bibir unntuk menutup dan
membuka mulut secara manual dengan
menekan ringan di atas bibbir atau
dibawah dagu jika dibutuhkan
Membantu dalam melatih kembali sensorik
dan meningkatkan kontrol muskular
Letakan makanan pada daerah mulut
yang tidak terganggu
Memberikan stimulassi sensorik yan dapat
mencetuskan usaha untuk menelan dan
meningkatkan masukan
Berikan makanan dengan perlahan
lingkungan yang tenang
Klien dapat berkonsentrasi pada mekanisme
makan tanpa adanya distraksi dari luar
Memulai untuk memberikan makanan
peroral setengah cair dan makanan luank
ketika klien dapat menelan air
Makanan lunak atau cair mudah untuk
dikendalikan didalam mulut dan menurunkan
terjadinya aspirasi
4.Resikotinggi cedera yang berhubungan dengan kejang ,perubahan statusmental dan
penurunan tingkat kesadaran
Tujuan dalam waktu 3x24 jam perawatan klien bebas dari cedera yang disebab kan oleh
kejang dan penurunan kesadaran
kriteria hasil : klien tidak mengalami cedera apabila kejang berulang.
Intervensi RasionalMonitor kejang pada tangan ,kaki,mulut
dan otot – otot muka lainnnya
Gambaran iritabilitas system saraf pusat
memerlukan evaluasi yang sesuai dengan
interveensi yang tepat untuk mencegah
terjadinya komplikasi
Persiapkan lingkungan yang aman
seperti batasan ranjang papan pengaman
dan alat suction selalu
Melindungi klien bila kejang terjadi
8/12/2019 askep encefalitis
http://slidepdf.com/reader/full/askep-encefalitis 16/18
Pertahan kan bedrest berada dekat
klien.
Mengurangi resiko jatuh/cedera jika terjadi
vertigo dan ataksia
Kolaborasi pemberian terapi diazepam
,fenobarbibal
Untuk mencegah atau mengurangi kejang
Catatan : fenobarbital dapat menyebabkan
depresi pernapasan dan sedasi
5.Nyeri kepala yang berhubungan dengan iritasi lapisan otak
Tujuan dalam waktu 3x24 jam keluhan nyeri berkurang /rasa sakit terkendali.Kriteria hasil : Klien dapat tidur dengan tenang,wajah rileks,dan klien memverbalisasikan
penurunan ras sakit.
Intervensi Rasional
Usahankan membuat lingkungan yang
aman dan tenang
Menurunkan reaksi terhadap rangsangan
eksternal atau kesensitifan terhadap cahaya dan
menganjurkan klien untuk beristirahat
Kompres dengan air dingin (es) 0 pada
kepala
Dapat menyebabkan vasokonstriksi pembuluh
darah otak
Lakukan penatalaksanaan nyeri dengan
metode distraksi dan relaksasi nafas
dalam
Membantu menurunkan (memutuskan)
stimulasi sensasi nyeri
Lakukan latihan gerak aktif atau pasif
sesuai dengan kondisi lembut dan hati –
hati
Dapat membantu relaksasi otot-ptot yang
tegang dan dapat menurunkan nyeri/rasa tidak
nyaman
Kolaborasi pemberian analgesic Mungkin diperlukan untuk menurunkan rasa
sakit.
Catatan : Narkotika merupakan kontraindikasi
karena berdampak pada status neurologi
8/12/2019 askep encefalitis
http://slidepdf.com/reader/full/askep-encefalitis 17/18
sehingga sukar untuk dikaji
6.Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan
neuromuskular,penurunan kekuatan otot penurunan kesadaran ,kerusakan persepsi / kognitif
Tujuan : tidak terjadi konfraktur ,footdrop,gangguann integritas kulit,fungsi pencernaandan kandungan kemih optimal,serta peningkatan kemampuan fisik
Kriteria hasil : skala ketergantungan klien meningkat menjadi bantuan minimal .
Intervensi Rasioanal
Tinjauan kemampuan fisik dan
kerusakan yang terjadi
Mengidentifikasi kerusakan fungsi dan
menentukan pilihan intervensi
Kaji tingkat imobilisasi gunakan skala
tingkat ketergantungan
Tidak kertergantungan minimal care ( hanya
memerlukan bantuan minimal )partial
care(memerlukan bantuan sebagian )dan toatal
care(memerlukan bantuan komplit dari perawat
dan klien yang memerlukan pengawasan
khusus karena resiko cedera yang tinggi)
Berikan posisi yang teratur pada klien Perubahan posisi teratur dapat
mendistribusikan berat badn secara
menyeluruh dan memfasilitasi peredaraan
darah serta mencegah dekubasi
Pertahankan kesejajaran tubuh yang
adekuat berikan latihan ROM pasif jika
klien sudah bebas panas dan kejang
Mencegah terjadinya kontraktur atau footdroop
serta mempercepat pengembalian fungsi tubuh
nantinya
Berikan perawatan kulit yang adkuat
,lakukan masase ganti pakiaian klien
dengan bahan linen dan pertahankantempat tidur dalam keadaan klien
Memfasilitasi sirkulasi dan mencegah
gangguan integritas kulit
Berikan perawatan mata , dan tutup
dengan kapas yang basa sesekali
Melindungi mata dari kerusakan akibat
terbukannya mata terus menerus
Kaji adanya nyeri , kemerahan , bengkak
pad area kulit
Indikasi adanya kerusakan kulit .
8/12/2019 askep encefalitis
http://slidepdf.com/reader/full/askep-encefalitis 18/18
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.I KESIMPULAN
Encephalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau
mikroorganisme lain yang non-purulen (+) (Pedoman diagnosis dan terapi, 1994).
Klasifikasi ensefalitis didasarkan pada factor penyebabnya,Ensefalitis supuratif akut
dengan bakteri penyebab ensefalitis adalah staphylococcus
aureus,streptococcus,E.Colli,Mycobacterium,danT.Pallidum.
Pencegahan : dengan cara menjaga kebersihan diri dengan lingkungan sekitar.
Pengobatan :
1. I solasi
2. Terapi antimikroba, sesuai hasil
3. Mengurangi meningkatnya tekanan intracranial ,
4. Mengontrol kejang
5. Mempertahankan venti lasi
6. Penatalaksanaan shock septic
7. Mengontrol perubahan suhu li ngkungan
5.2 SARAN
Jagalah kebersihan diri dan lingkungan terhindar dari penyakir ensefalitis. Dan segera periksa ke pihak medis jika terjadi tanda dan gejala pada materi diatas.