Askep Dm Pada Lansia Print

17
ASKEP DM PADA LANSIA A. Konsep Dasar Penyakit 1. Definisi Diabetes melitus merupakan kelainan metabolisme yang kronis terjadi defisiensi insuli n at au rete ns i insuli n, di ta ndai de ngan ti nggi nya keadaa n gl ukos a da ra h (hiperglikemia) dan glukosa dalam urine (glukosuria) atau merupakan sindroma klinis yang ditandai dengan hiperglikemia kronik dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan  protein sehubungan dengan kurangnya sekresi insulin secara absolut / relatif dan atau adanya gangguan fungsi insulin. Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kena ika n kada r glu kosa dal am dar ah atau hiperg lik emi a (Ma nsj oer , 2000 ). Dia bet es melli tus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditan dai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002). Diabetes mellitus merupakan pen ya ki t si stemis, kr onis, dan mult ifaktorial yang di cirikan denga n hiperglikemia dan hipoglikemia. ( Mary,2009) 2. Epidemiologi Diabetes terutama prevalen diantara kaum lanjut usia. Diantara individu yang berusia lebih dari 65 tahun, 8,6% menderita diabetes tipe II. Angka ini mencakup 15% populasi pada  panti lansia. 3. Etiologi Pada lansia cenderung terjadi peningkatan berat badan, bukan karena mengkonsumsi kalori  berlebih namun karena perubahan rasio lemak-otot dan penurunan laju metabolisme basal. Hal ini dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya diabetes mellitus. Penyebab diabetes mellitus pada lansia secara umum dapat digolongkan ke dalam dua besar:  Proses menua/ kemund uran (Penu runan sensi tifi tas indra pengecap, penuru nan fungs i  pankreas, dan penurunan kualitas insulin sehingga insulin tidak berfungsi dengan baik).  Gaya hidup(life style) yang jelek (banyak makan, jarang olahraga, minum alkohol, dll.)

Transcript of Askep Dm Pada Lansia Print

Page 1: Askep Dm Pada Lansia Print

5/6/2018 Askep Dm Pada Lansia Print - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-dm-pada-lansia-print 1/17

 

ASKEP DM PADA LANSIA

A.  Konsep Dasar Penyakit

1.  Definisi

Diabetes melitus merupakan kelainan metabolisme yang kronis terjadi defisiensi

insulin atau retensi insulin, di tandai dengan tingginya keadaan glukosa darah

(hiperglikemia) dan glukosa dalam urine (glukosuria) atau merupakan sindroma klinis yang

ditandai dengan hiperglikemia kronik dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan

 protein sehubungan dengan kurangnya sekresi insulin secara absolut / relatif dan atau

adanya gangguan fungsi insulin.

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh

kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Mansjoer, 2000). Diabetes

mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar 

glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002). Diabetes mellitus

merupakan penyakit sistemis, kronis, dan multifaktorial yang dicirikan dengan

hiperglikemia dan hipoglikemia. ( Mary,2009)

2.  Epidemiologi

Diabetes terutama prevalen diantara kaum lanjut usia. Diantara individu yang berusia lebih

dari 65 tahun, 8,6% menderita diabetes tipe II. Angka ini mencakup 15% populasi pada

 panti lansia.

3.  Etiologi

Pada lansia cenderung terjadi peningkatan berat badan, bukan karena mengkonsumsi kalori

 berlebih namun karena perubahan rasio lemak-otot dan penurunan laju metabolisme basal.

Hal ini dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya diabetes mellitus. Penyebab diabetes

mellitus pada lansia secara umum dapat digolongkan ke dalam dua besar:

•  Proses menua/kemunduran (Penurunan sensitifitas indra pengecap, penurunan fungsi

 pankreas, dan penurunan kualitas insulin sehingga insulin tidak berfungsi dengan baik).

•  Gaya hidup(life style) yang jelek (banyak makan, jarang olahraga, minum alkohol, dll.)

Page 2: Askep Dm Pada Lansia Print

5/6/2018 Askep Dm Pada Lansia Print - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-dm-pada-lansia-print 2/17

 

Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress juga dapat menjadi penyebab terjadinya

diabetes mellitus.

Selain itu perubahan fungsi fisik yang menyebabkan keletihan dapat menutupi tanda dan

gejala diabetes dan menghalangi lansia untuk mencari bantuan medis. Keletihan, perlu

  bangun pada malam hari untuk buang air kecil, dan infeksi yang sering merupakan

indikator diabetes yang mungkin tidak diperhatikan oleh lansia dan anggota keluarganya

karena mereka percaya bahwa hal tersebut adalah bagian dari proses penuaan itu sendiri.

4.  Klasifikasi

•  Diabetes melitus tipe I: 

Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut baik melalui proses

imunologik maupun idiopatik. Karakteristik Diabetes Melitus tipe I:•  Mudah terjadi ketoasidosis

•  Pengobatan harus dengan insulin

•  Onset akut

•  Biasanya kurus

•  Biasanya terjadi pada umur yang masih muda

•  Berhubungan dengan HLA-DR3 dan DR4

•  Didapatkan antibodi sel islet

•  10%nya ada riwayat diabetes pada keluarga

•  Diabetes melitus tipe II:

Bervariasi mulai yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai

yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin. Karakteristik DM

tipe II:

•  Sukar terjadi ketoasidosis

•  Pengobatan tidak harus dengan insulin

•  Onset lambat

•  Gemuk atau tidak gemuk 

•  Biasanya terjadi pada umur > 45 tahun

•  Tidak berhubungan dengan HLA

Page 3: Askep Dm Pada Lansia Print

5/6/2018 Askep Dm Pada Lansia Print - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-dm-pada-lansia-print 3/17

 

•  Tidak ada antibodi sel islet

•  30%nya ada riwayat diabetes pada keluarga

•  ± 100% kembar identik terkena

5.  Manifestasi Klinis

Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada lansia

umumnya tidak ada. Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal

yang tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan

inkontinensia urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya

mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau

  baru terjadi pada stadium lanjut. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah

keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf.

Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga

gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi

yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena

katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka

 pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.

Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering

ditemukan adalah :

a.  Katarak 

 b.  Glaukoma

c.  Retinopati

d.  Gatal seluruh badan

e.  Pruritus Vulvae

f.  Infeksi bakteri kulit

g.  Infeksi jamur di kulit

h.  Dermatopati

i.   Neuropati perifer 

 j.   Neuropati viseral

k.  Amiotropi

Page 4: Askep Dm Pada Lansia Print

5/6/2018 Askep Dm Pada Lansia Print - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-dm-pada-lansia-print 4/17

 

l.  Ulkus Neurotropik 

m.  Penyakit ginjal

n.  Penyakit pembuluh darah perifer 

o.  Penyakit koroner 

 p.  Penyakit pembuluh darah otak 

q.  Hipertensi

6.  Patofisiologi

Dalam proses metabolisme, insulin memegang peranan penting yaitu memasukkan

glukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar. Insulin adalah suatu zat atau

hormon yang dihasilkan oleh sel beta di pankreas. Bila insulin tidak ada maka glukosa tidak dapat masuk sel dengan akibat glukosa akan tetap berada di pembuluh darah yang artinya

kadar glukosa di dalam darah meningkat.

Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel beta pankreas.

Pasien diabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik yang merupakan predisposisi untuk 

kerusakan autoimun sel beta pankreas. Respon autoimun dipacu oleh aktivitas limfosit,

antibodi terhadap sel pulau langerhans dan terhadap insulin itu sendiri.

Pada diabetes melitus tipe 2 yang sering terjadi pada lansia, jumlah insulin normal

tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang sehingga

glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit dan glukosa dalam darah menjadi meningkat.

7.  Pathway

Terlampir 

8.  Penatalaksanaan

Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin

dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta

neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah

normal.

Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :

Page 5: Askep Dm Pada Lansia Print

5/6/2018 Askep Dm Pada Lansia Print - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-dm-pada-lansia-print 5/17

 

a.  Diet

Suatu perencanaan makanan yang terdiri dari 10% lemak, 15% Protein, 75% Karbohidrat

kompleks direkomendasikan untuk mencegah diabetes. Kandungan rendah lemak dalam

diet ini tidak hanya mencegah arterosklerosis, tetapi juga meningkatkan aktivitas reseptor 

insulin.

 b.  Latihan

Latihan juga diperlukan untuk membantu mencegah diabetes. Pemeriksaan sebelum latihan

sebaiknya dilakukan untuk memastikan bahwa klien lansia secara fisik mampu mengikuti

 program latihan kebugaran. Pengkajian pada tingkat aktivitas klien yang terbaru dan pilihan

gaya hidup dapat membantu menentukan jenis latihan yang mungkin paling berhasil.

Berjalan atau berenang, dua aktivitas dengan dampak rendah, merupakan permulaan yangsangat baik untuk para pemula. Untuk lansia dengan NIDDM, olahraga dapat secara

langsung meningkatkan fungsi fisiologis dengan mengurangi kadar glukosa darah,

meningkatkan stamina dan kesejahteraan emosional, dan meningkatkan sirkulasi, serta

membantu menurunkan berat badan.

c.  Pemantauan

Pada pasien dengan diabetes, kadar glukosa darah harus selalu diperiksa secara rutin. Selain

itu, perubahan berat badan lansia juga harus dipantau untuk mengetahui terjadinya obesitas

yang dapat meningkatkan resiko DM pada lansia.

d.  Terapi (jika diperlukan)

Sulfoniluria adalah kelompok obat yang paling sering diresepkan dan efektif hanya untuk 

 penanganan NIDDM. Pemberian insulin juga dapat dilakukan untuk mepertahankan kadar 

glukosa darah dalam parameter yang telah ditentukan untuk membatasi komplikasi

 penyakit yang membahayakan.

e.  Pendidikan

•  Diet yang harus dikomsumsi

•  Latihan

•  Penggunaan insulin

Page 6: Askep Dm Pada Lansia Print

5/6/2018 Askep Dm Pada Lansia Print - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-dm-pada-lansia-print 6/17

 

9.  Pemeriksaan Diagnostik 

•  Glukosa darah sewaktu

•  Kadar glukosa darah puasa

•  Tes toleransi glukosa

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan:

-  Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)

-  Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)

-  Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr 

karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl

10.  Komplikasi Diabetes Melitus

Komplikasi diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi akut dan kronis. Yang

termasuk dalam komplikasi akut adalah hipoglikemia, diabetes ketoasidosis (DKA), dan

hyperglycemic hyperosmolar nonketocic coma (HHNC). Yang termasuk dalam komplikasi

kronis adalah retinopati diabetic, nefropati diabetic, neuropati, dislipidemia, dan hipertensi.

•  Komplikasi akut

a.  Diabetes ketoasidosis

Diabetes ketoasidosis adalah akibat yang berat dari deficit insulin yang berat pada jaringanadipose, otot skeletal, dan hepar. Jaringan tersebut termasuk sangat sensitive terhadap

kekurangan insulin. DKA dapat dicetuskan oleh infeksi ( penyakit)

•  Komplikasi kronis:

a.  Retinopati diabetic

Lesi paling awal yang timbul adalah mikroaneurism pada pembuluh retina. Terdapat pula

  bagian iskemik, yaitu retina akibat berkurangnya aliran darah retina. Respon terhadap

iskemik retina ini adalah pembentukan pembuluh darah baru, tetapi pembuluh darah

tersebut sangat rapuh sehingga mudah pecah dan dapat mengakibatkan perdarahan vitreous.

Perdarahan ini bisa mengakibatkan ablasio retina atau berulang yang mengakibatkan

kebutaan permanen.

Page 7: Askep Dm Pada Lansia Print

5/6/2018 Askep Dm Pada Lansia Print - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-dm-pada-lansia-print 7/17

 

 b.   Nefropati diabetic

Lesi renal yang khas dari nefropati diabetic adalah glomerulosklerosis yang nodular yang

tersebar dikedua ginjal yang disebut sindrom Kommelstiel-Wilson. Glomeruloskleriosis

nodular dikaitkan dengan proteinuria, edema dan hipertensi. Lesi sindrom Kommelstiel-

Wilson ditemukan hanya pada DM.

c.   Neuropati

 Neuropati diabetic terjadi pada 60 – 70% individu DM. neuropati diabetic yang paling

sering ditemukan adalah neuropati perifer dan autonomic.

d.  Displidemia

Lima puluh persen individu dengan DM mengalami dislipidemia.e.  Hipertensi

Hipertensi pada pasien dengan DM tipe 1 menunjukkan penyakit ginjal, mikroalbuminuria,

atau proteinuria. Pada pasien dengan DM tipe 2, hipertensi bisa menjadi hipertensi esensial.

Hipertensi harus secepat mungkin diketahuin dan ditangani karena bisa memperberat

retinopati, nepropati, dan penyakit makrovaskular.

f.  Kaki diabetic

Ada tiga factor yang berperan dalam kaki diabetic yaitu neuropati, iskemia, dan sepsis.

Biasanya amputasi harus dilakukan. Hilanggnya sensori pada kaki mengakibatkan trauma

dan potensial untuk ulkus. Perubahan mikrovaskuler dan makrovaskuler dapat

mengakibatkan iskemia jaringan dan sepsis. Neuropati, iskemia, dan sepsis bisa

menyebabkan gangrene dan amputasi.

g.  Hipoglikemia

Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar glukosa darah di bawah 60 mg/dl, yang

merupakan komplikasi potensial terapi insulin atau obat hipoglikemik oral. Penyebab

hipoglikemia pada pasien sedang menerima pengobatan insulin eksogen atau hipoglikemik 

oral.

Page 8: Askep Dm Pada Lansia Print

5/6/2018 Askep Dm Pada Lansia Print - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-dm-pada-lansia-print 8/17

 

B.  Konsep Asuhan Keperawatan

1.  Pengkajian

a.  Riwayat Kesehatan Keluarga

Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?

 b.  Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya

Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis

apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan

klien untuk menanggulangi penyakitnya.

c.  Aktivitas/ Istirahat :

Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.d.  Sirkulasi

Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada

kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah

e.  Integritas Ego

Stress, ansietas

f.  Eliminasi

Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare

g.  Makanan / Cairan

Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus, penggunaan

diuretik.

h.   Neurosensori

Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia, gangguan

 penglihatan.

i.   Nyeri / Kenyamanan

Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)

 j.  Pernapasan

Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)

k.  Keamanan

Kulit kering, gatal, ulkus kulit.

Page 9: Askep Dm Pada Lansia Print

5/6/2018 Askep Dm Pada Lansia Print - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-dm-pada-lansia-print 9/17

 

2.  Diagnosa Keperawatan

a.  Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan

metabolisme protein, lemak.

 b.  Kekurangan volume cairan berhubungan dengan osmotik diuresis ditandai dengan tugor 

kulit menurun dan membran mukasa kering.

c.  Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati

 perifer) ditandai dengan gangren pada extremitas.

d.  Kelelahan berhubungan dengan kondisi fisik yang kurang.

e.  Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan glukosa darah yang tinggi.

f.  Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan penglihatan.3.  Perencanaan Keperawatan

a.  Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan

metabolisme protein, lemak.

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi pasien dapat

terpenuhi.

Dengan Kriteria Hasil :

  Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat

  Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya

Page 10: Askep Dm Pada Lansia Print

5/6/2018 Askep Dm Pada Lansia Print - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-dm-pada-lansia-print 10/17

 

Tindakan / intervensi Rasional

Mandiri

  Timbang berat badan sesuai indikasi. Mengkaji pemasukan makanan yang

adekuat.

  Tentukan program diet, pola makan, dan

 bandingkan dengan makanan yang dapat

dihabiskan klien.

Mengidentifikasikan kekurangan dan

 penyimpangan dari kebutuhan terapeutik.

  Auskultrasi bising usus, catat nyeri

abdomen atau perut kembung, mual,

muntah dan pertahankan keadaan puasa

sesuai inndikasi.

Hiperglikemi, gangguan keseimbangan

cairan dan elektrolit menurunkan

motilitas atau fungsi lambung (distensi

atau ileus paralitik).

  Berikan makanan cair yang mengandung

nutrisi dan elektrolit. Selanjutnya

memberikan makanan yang lebih padat.

Pemberian makanan melalui oral lebih

 baik diberikan pada klien sadar dan

fungsi gastrointestinal baik.

  Identifikasi makanan yang disukai. Kerja sama dalam perencanaan makanan.

  Libatkan keluarga dalam perencanaan

makan.

Meningkatkan rasa keterlibatannya,

memberi informasi pada keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi klien.

  Observasi tanda hipoglikemia (perubahan

tingkat kesadaran, kulit lembap atau

dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka

rangsang, cemas, sakit kepala, pusing).

Pada metabolism kaborhidrat (gula darah

akan berkurang dan sementara tetap

diberikan tetap diberikan insulin, maka

terjadi hipoglikemia terjadi tanpa

memperlihatkan perubahan tingkat

kesadaran.

Kolaborasi  Lakukan pemeriksaan gula darah dengan

 finger stick.

Analisa di tempat tidur terhadap gula

darah lebih akurat daripada memantau

gula dalam urine.

  Pantau pemeriksaan laboratorium (glukosa

darah, aseton, pH, HCO3)

Gula darah menurun perlahan dengan

 penggunaan cairan dan terapi insulin

terkontrol sehingga glukosa dapat masuk 

ke dalam sel dan digunakan untuk 

sumber kalori. Saat ini, kadaar asetonmenurun dan asidosis dapat dikoreksi.

10.  Berikan pengobatan insulin secara teratur 

melalui iv

Insulin regular memiliki awitan cepat dan

dengan cepat pula membantu

memindahkan glukosa ke dalam sel.

Pemberian melalui IV karena absorpsi

dari jaringan subkutan sangat lambat.

11.  Berikan larutan glukosa ( destroksa,

setengah salin normal).

Larutan glukosa ditambahkan setelah

insulin dan cairan membawa gula darah

sekitar 250 mg /dl. Dengan metabolism

Page 11: Askep Dm Pada Lansia Print

5/6/2018 Askep Dm Pada Lansia Print - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-dm-pada-lansia-print 11/17

 

 b.  Kekurangan volume cairan berhubungan dengan osmotik diuresis ditandai dengan tugor 

kulit menurun dan membran mukosa kering.

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan cairan atau hidrasi

 pasien terpenuhi

Dengan kriteria Hasil :

  Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer 

dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urin tepat secara individu dan

kadar elektrolit dalam batas normal.

Tindakan / Intervensi Rasional

Mandiri

1.  Kaji riwayat klien sehubungan dengan

lamanya atau intensitas dari gejala seperti

muntah dan pengeluaran urine yang

 berlebihan.

Membantu memperkirakan kekurangan

volume total. Adanya proses infeksi

mengakibatkan demam dan keadaan

hipermetabolik yang meningkatkan

kehilangan air.

2.  Pantau tanda – tanda vital, catat adanya

 perubahan tekanan darah ortostatik.

Hipovolemi dimanifestasikan oleh

hipotensi dan takikardia. Perkiraan berat

ringannya hipovolemi saat tekanan darah

sistolik turun ≥ 10 mmHg dari posisi

 berbaring ke duduk atau berdiri.

3.  Pantau pola napas seperti adanya

  pernapasan Kussmaul atau pernapasan

yang berbau keton.

Perlu mengeluarkan asam karbonat

melalui pernapasan yang menghasilkan

kompensasi alkalosis respiratoris terhadap

keadaan ketoasidosis. Napas bau aseton

disebabkan pemecahan asam asetoasetat

dan harus berkurang bila ketosis

terkoreksi.

4.  Pantau frekuensi dan kualitas pernapasan,

  penggunaan otot bantu napas, adanya

 periode apnea dan sianosi.

Hiperglikemia dan asidosis menyebabkan

 pola dan frekuensi pernapasan normal.

Akan tetapi peningkatan kerja pernapasan,

Page 12: Askep Dm Pada Lansia Print

5/6/2018 Askep Dm Pada Lansia Print - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-dm-pada-lansia-print 12/17

 

 pernapasan dangkal dan cepat serta

sianosis merupakan indikasi dari kelelahan

 pernapasan atau kehilangan kemampuan

melalui kompensasi pada asidosis.`5.  Pantau suhu, warna kulit, atau

kelembapannya.

Demam, menggigil, dan diaphoresis

adalah hal umum terjadi pada proses

infeksi, demam dengan kulit kemerahan,

kering merupakan tanda dehidrasi.

6.  Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor 

kulit, dan membrane mukosa.

Merupakan indicator tingkat dehidrasi

atau volume sirkulasi yang adekuat.

7.  Pantau masukan dan pengeluaran. Memperkirakan kebutuhan cairan

 pengganti, fungsi ginjal, dan keefektifan

terapi yang diberikan.

8.  Ukur berat badan setiap hari. Memberikan hasil pengkajian terbaik dari

status cairan yang sedang berlangsung dan

selanjutnya dalam memberikan cairan

 pengganti.

9.  Pertahankan pemberian cairan minimal

2500 ml/hari.

Mempertahankan hidrasi atau volume

sirkulasi.

10. 

Tingkatkan lingkungan yang menimbulkanrasa nyaman. Selimuti klien dengan kain

yang tipis.

Menghindari pemanasan yang berlebihanterhadap klien lebih lanjut dapat

menimbulkan kehilangan cairan.

11.  Kaji adanya perubahan mental atau

sensori.

Perubahan mental berhubungan dengan

hiperglikemi atau hipoglikemi, elektrolit

abnormal, asidosis, penurunan perfusi

serebral, dan hipoksia. Penyebab yang

tidak tertangani, gangguan kesadaran

menjadi predisposisi aspirasi pada klien.12.  Observasi mual, nyeri abdomen, muntah,

dan distensi lambung.

Kekurangan cairan dan elektrolit

mengubah motilitas lambung sehinnga

sering menimbulkan muntah dan secara

 potensial menimbulkan kekurangan cairan

Page 13: Askep Dm Pada Lansia Print

5/6/2018 Askep Dm Pada Lansia Print - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-dm-pada-lansia-print 13/17

 

dan elektrolit.

13.  Observasi adanya perasaan kelelahan yang

meningkat, edema, peningkatan berat

  badan, nadi tidak teratur, dan distensivaskuler.

Pemberian cairan untuk perbaikan yang

cepat berpotensi menimbulkan kelebihan

cairan dan gagal jantung kronis.

Kolaborasi

14.  Berikan terapi cairan sesuai indikasi:

11.   Normal salin atau setengah normal salin

dengan atau tanpa dekstrosa.

12.  Albumin, plasma, atau dekstran.

Tipe dan jumlah cairan tergantung pada

derajat kekurangan cairan dan respon

klien secara individual.

Plasma ekspander (pengganti) dibutuhkan

 jika mengancam jiwa atau tekanan darah

sudah tidak dapat kembali normal dengan

usaha rehidrasi yang telah dilakukan.

15.  Pasang kateter urine. Memberikan pengukuran yang tepat

terhadap pengeluaran urine terutama jika

neuropati otonom menimbulkan retensi

atau inkontinensia.

c.  Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati

 perifer) ditandai dengan gangren pada extremitas.

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan tidakterjadi komplikasi.

Dengan Kriteria Hasil : - menunjukan peningkatan integritas kulit

•  Menghindari cidera kulit

Tindakan / intervensi RasionalMandiri

1.  Inspeksi kulit terhadap perubahan

warna,turgor,vaskuler,perhatikan

kemerahan.

Menandakan aliran sirkulasi buruk yang

dapat menimbulkan infeksi

 

2.  Ubah posisi setiap 2 jam beri bantalan Menurunkan tekanan pada edema dan

Page 14: Askep Dm Pada Lansia Print

5/6/2018 Askep Dm Pada Lansia Print - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-dm-pada-lansia-print 14/17

 

 pada tonjolan tulang menurunkan iskemia

3.  Pertahankan alas kering dan bebas lipatan Menurunkan iritasi dermal

4.  Beri perawatan kulit seperti penggunaan

lotion

Menghilangkan kekeringan pada kulit dan

robekan pada kulit

5.  Lakukan perawatan luka dengan teknik 

aseptik 

Mencegah terjadinya infeksi

6.  Anjurkan pasien untuk menjaga agar kuku

tetap pendek 

Menurunkan resiko cedera pada kulit oleh

karena garukan

7.  Motivasi klien untuk makan makanan

TKTP

Makanan TKTP dapat membantu

 penyembuhan jaringan kulit yang rusak 

d.  Kelelahan berhubungan dengan kondisi fisik yang kurang.

Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kelelahan dapat teratasi.

Kriteria hasil klien dapat:

•  Mengidentifikasikan pola keletihan setiap hari.

•  Mengidentifikasi tanda dan gejala peningkatan aktivitas penyakit yang mempengaruhi

toleransi aktivitas.

•  Mengungkapkan peningkatan tingkat energi.

•  Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan.

Tindakan / intervensi Rasional

Mandiri

1.  Diskusikan kebutuhan akan aktivitas. Buat

  jadwal perencanaan dan identifikasi

aktivitas yang menimbulkan kelelahan.

Pendidikan dapat memberikan motivasi

untuk meningkatkan tingkat aktivitas

meskipun klien sangat lemah.

2.  Diskusikan penyebab keletihan seperti

nyeri sendi, penurunan efisiensi tidur, peningkatan upaya yang diperlukan untuk 

ADL.

Dengan mengetahui penyebab keletihan,

dapat menyusun jadwal aktivitas.

3.  Bantu mengidentivikasi pola energi dan

 buat rentang keletihan. Skala 0-10 (0=tidak 

Mengidentifikasi waktu puncak energi dan

kelelahan membantu dalam merencanakan

Page 15: Askep Dm Pada Lansia Print

5/6/2018 Askep Dm Pada Lansia Print - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-dm-pada-lansia-print 15/17

 

lelah, 10= sangat kelelahan) akivitas untuk memaksimalkan konserfasi

energi dan produktivitas.

4.  Berikan aktivitas alternatif dengan periode

istirahat yang cukup/ tanpa diganggu.

Mencegah kelelahan yang berlebih.

5.  Pantau nadi , frekuensi nafas, serta tekanan

darah sebelum dan seudah melakukan

aktivitas.

Mengindikasikan tingkat aktivitas yang

dapat ditoleransi secara fisiologis.

6.  Tingkatkan partisipasi klien dalam

melakukan aktivitas sehari-hari sesuai

kebutuhan.

Memungkinkan kepercayaan diri/ harga

diri yang positif sesuai tingkat aktivitas

yang dapat ditoleransi.

7.  Ajarkan untuk mengidentifikasi tanda dan

gejala yang menunjukkan peningkatan

aktivitas penyakit dan mengurangi

aktivitas, seperti demam, penurunan berat

 badan, keletihan makin memburuk.

Membantu dalam mengantisipasi

terjadinya keletihan yang berlebihan.

e.  Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan glukosa darah yang tinggi.

Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan tidak terjadi tanda-tanda infeksi

Dengan Kriteria hasil :

•  Tidak ada rubor, kalor, dolor, tumor, fungsiolesia.

•  Terjadi perubahan gaya hidup untuk mencegah terjadinya infeksi.

Rencana / intervensi Rasional

Mandiri

1.  Observasi tanda-tanda infeksi dan

  peradangan sperti demam, kemerahan,

adanya pus pada luka, sputum purulen,

urine warna keruh atau berkabut.

Pasien mungkin masuk dengan infeksi

yang biasanya telah mencetuskan keadaan

ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi

nosokomial.

2.  Tingkatkan upaya pencegahan dengan

melakukan cuci tangan yang baik pada

semua orang yang berhubungan dengan

Mencegah timbulnya infeksi nosokomial.

Page 16: Askep Dm Pada Lansia Print

5/6/2018 Askep Dm Pada Lansia Print - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-dm-pada-lansia-print 16/17

 

 pasien termasuk pasiennya sendiri.

3.  Pertahankan teknik aseptik pada prosedur 

invasif.

Kadar glukosa yang tinggi dalam darah

akan menjadi meddia terbaik dalam

 pertumbuhan kuman.4.  Berikan perawatan kulit dengan teratur 

dan sungguh-sungguh, masase daerah

tulang yang tertekan, jaga kulit tetap

kering, linen kering dan tetap kencang.

Sirkulasi perifer bisa terganggu dan

menempatkan pasien pada peningkatan

risiko terjadinya kerusakan pada kulit.

5.  Berikan tisue dan tempat sputum pada

tempat yang mudah dijangkau untuk 

  penampungan sputum atau secret yang

lainnya.

Mengurangi penyebaran infeksi.

Kolaborasi

6.  Lakukan pemeriksaan kultur dan

sensitifitas sesuai dengan indikasi.

Untuk mengidentifikasi adanya organisme

sehingga dapat memilih atau memberikan

terapi antibiotik yang terbaik.

7.  Berikan obat antibiotik yang sesuai Penanganan awal dapat mambantu

mencegah timbulnya sepsis.

f.  Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan penglihatan.

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan tidak terjadi injuri

Dengan Kriteria hasil :

•  Dapat menunjukkan terjadinya perubahan perilaku untuk menurunkan factor risiko dan

untuk melindungi diri dari cidera.

•  Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan.

Rencana / Intervensi Rasional

Mandiri1.  Hindarkan lantai yang licin. Lantai licin dapat menyebabkan risiko

 jatuh pada pasien.

2.  Gunakan bed yang rendah. Mempermudah pasien untuk naik dan

turun dari tempat tidur.

3.  Orientasikan klien dengan ruangan. Lansia daya ingatnya sudah menurun,

Page 17: Askep Dm Pada Lansia Print

5/6/2018 Askep Dm Pada Lansia Print - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/askep-dm-pada-lansia-print 17/17

 

sehingga diperlukan orientasi ruangan

agar lansia bisa menyesuaikan diri

terhadap ruangan.

4.  Bantu klien dalam melakukan aktivitassehari-hari

Lansia sudah mengalami penurunan dalamfisik, sehingga dalam melakukan aktivitas

sehari diperlukan bantuan dari orang

lainsesuai dengan yang dapat ditoleransi

5.  Bantu pasien dalam ambulasi atau

 perubahan posisi

Keterbatasan aktivitas tergantung pada

kondisi lansia.