Askep chefalgia

13
CHEFALGIA A. PENGERTIAN Chefalgia atau sakit kepala adalah salah satu keluhan fisik paling utama manusia. Sakit kepala pada kenyataannya adalah gejala bukan penyakit dan dapat menunjukkan penyakit organik ( neurologi atau penyakit lain), respon stress, vasodilatasi (migren), tegangan otot rangka (sakit kepala tegang) atau kombinasi respon tersebut (Brunner & Suddart). B. KLASIFIKASI DAN ETIOLOGI Klasifikasi sakit kepala yang paling baru dikeluarkan oleh Headache Classification Cimitte of the International Headache Society sebagai berikut: 1. Migren (dengan atau tanpa aura) 2. Sakit kepal tegang 3. Sakit kepala klaster dan hemikrania paroksismal 4. Berbagai sakit kepala yang dikatkan dengan lesi struktural. 5. Sakit kepala dikatkan dengan trauma kepala. 6. Sakit kepala dihubungkan dengan gangguan vaskuler (mis. Perdarahan subarakhnoid). 7. Sakit kepala dihuungkan dengan gangguan intrakranial non vaskuler ( mis. Tumor otak) 8. Sakit kepala dihubungkan dengan penggunaan zat kimia tau putus obat. 9. Sakit kepala dihubungkan dengan infeksi non sefalik. 10. Sakit kepala yang dihubungkan dengan gangguan metabolik (hipoglikemia).

Transcript of Askep chefalgia

Page 1: Askep chefalgia

CHEFALGIA

A. PENGERTIAN

Chefalgia atau sakit kepala adalah salah satu keluhan fisik paling utama manusia. Sakit kepala

pada kenyataannya adalah gejala bukan penyakit dan dapat menunjukkan penyakit organik

( neurologi atau penyakit lain), respon stress, vasodilatasi (migren), tegangan otot rangka (sakit

kepala tegang) atau kombinasi respon tersebut (Brunner & Suddart).

B. KLASIFIKASI DAN ETIOLOGI

Klasifikasi sakit kepala yang paling baru dikeluarkan oleh Headache Classification Cimitte of

the International Headache Society sebagai berikut:

1. Migren (dengan atau tanpa aura)

2. Sakit kepal tegang

3. Sakit kepala klaster dan hemikrania paroksismal

4. Berbagai sakit kepala yang dikatkan dengan lesi struktural.

5. Sakit kepala dikatkan dengan trauma kepala.

6. Sakit kepala dihubungkan dengan gangguan vaskuler (mis. Perdarahan subarakhnoid).

7. Sakit kepala dihuungkan dengan gangguan intrakranial non vaskuler ( mis. Tumor otak)

8. Sakit kepala dihubungkan dengan penggunaan zat kimia tau putus obat.

9. Sakit kepala dihubungkan dengan infeksi non sefalik.

10. Sakit kepala yang dihubungkan dengan gangguan metabolik (hipoglikemia).

11. Sakit kepala atau nyeri wajah yang dihubungkan dengan gangguan kepala, leher atau

struktur sekitar kepala ( mis. Glaukoma akut)

12. Neuralgia kranial (nyeri menetap berasal dari saraf kranial)

C. PATOFISIOLOGI

Sakit kepala timbul sebagai hasil perangsangan terhadap bangunan-bangunan diwilayah kepala

dan leher yang peka terhadap nyeri. Bangunan-bangunan ekstrakranial yang peka nyeri ialah

otot-otot okspital, temporal dan frontal, kulit kepala, arteri-arteri subkutis dan periostium.

Tulang tengkorak sendiri tidak peka nyeri. Bangunan-bangunan intrakranial yang peka nyeri

terdiri dari meninges, terutama dura basalis dan meninges yang mendindingi sinus venosus

Page 2: Askep chefalgia

serta arteri-arteri besar pada basis otak. Sebagian besar dari jaringan otak sendiri tidak peka

nyeri.

Perangsangan terhadap bangunan-bangunan itu dapat berupa:

Infeksi selaput otak : meningitis, ensefalitis.

Iritasi kimiawi terhadap selaput otak seperti pada perdarahan subdural atau setelah

dilakukan pneumo atau zat kontras ensefalografi.

Peregangan selaput otak akibat proses desak ruang intrakranial, penyumbatan jalan

lintasan liquor, trombosis venos spinosus, edema serebri atau tekanan intrakranial yang

menurun tiba-tiba atau cepat sekali.

Vasodilatasi arteri intrakranial akibat keadaan toksik (seperti pada infeksi umum,

intoksikasi alkohol, intoksikasi CO, reaksi alergik), gangguan metabolik (seperti

hipoksemia, hipoglikemia dan hiperkapnia), pemakaian obat vasodilatasi, keadaan paska

contusio serebri, insufisiensi serebrovasculer akut).

Gangguan pembuluh darah ekstrakranial, misalnya vasodilatasi ( migren dan cluster

headache) dan radang (arteritis temporalis)

Gangguan terhadap otot-otot yang mempunyai hubungan dengan kepala, seperti pada

spondiloartrosis deformans servikalis.

Penjalaran nyeri (reffererd pain) dari daerah mata (glaukoma, iritis), sinus (sinusitis),

baseol kranii ( ca. Nasofaring), gigi geligi (pulpitis dan molar III yang mendesak gigi) dan

daerah leher (spondiloartritis deforman servikalis.

Ketegangan otot kepala, leher bahu sebagai manifestasi psikoorganik pada keadaan depresi

dan stress. Dalam hal ini sakit kepala sininim dari pusing kepala.

D. MANIFESTASI KLINIS

a. Migren

Migren adalah gejala kompleks yang mempunyai karakteristik pada waktu tertentu dan

serangan sakit kepala berat yang terjadi berulang-ulang. Penyebab migren tidak diketahui

jelas, tetapi ini dapat disebabkan oleh gangguan vaskuler primer yang biasanya banyak

terjadi pada wanita dan mempunyai kecenderungan kuat dalam keluarga.

Tanda dan gejala adanya migren pada serebral merupakan hasil dari derajat iskhemia

kortikal yang bervariasi. Serangan dimulai dengan vasokonstriksi arteri kulit kepala dam

Page 3: Askep chefalgia

pembuluh darah retina dan serebral. Pembuluh darah intra dan ekstrakranial mengalami

dilatasi, yang menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan.

Migren klasik dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu:

Fase aura.

Berlangsung lebih kurang 30 menit, dan dapat memberikan kesempatan bagi pasien

untuk menentukan obat yang digunakan untuk mencegah serangan yang dalam.

Gejala dari periode ini adalah gangguan penglihatan ( silau ), kesemutan, perasaan

gatal pada wajah dan tangan, sedikit lemah pada ekstremitas dan pusing.

Periode aura ini berhubungan dengan vasokonstriksi tanpa nyeri yang diawali

dengan perubahan fisiologi awal. Aliran darah serebral berkurang, dengan

kehilangan autoregulasi laanjut dan kerusakan responsivitas CO2.

Fase sakit kepala

Fase sakit kepala berdenyut yang berat dan menjadikan tidak mampu yang

dihungkan dengan fotofobia, mual dan muntah. Durasi keadaan ini bervariasi,

beberapa jam dalam satu hari atau beberapa hari.

Fase pemulihan

Periode kontraksi otot leher dan kulit kepala yang dihubungkan dengan sakit otot

dan ketegangan lokal. Kelelahan biasanya terjadi, dan pasien dapat tidur untuk

waktu yang panjang.

b. Cluster Headache

Cluster Headache adalah beentuk sakit kepal vaskuler lainnya yang sering terjadi pada

pria. Serangan datang dalam bentuk yang menumpuk atau berkelompok, dengan nyeri

yang menyiksa didaerah mata dan menyebar kedaerah wajah dan temporal. Nyeri diikuti

mata berair dan sumbatan hidung. Serangan berakhir dari 15 menit sampai 2 jam yang

menguat dan menurun kekuatannya.

Tipe sakit kepala ini dikaitkan dengan dilatasi didaerah dan sekitar arteri ekstrakranualis,

yang ditimbulkan oleh alkohol, nitrit, vasodilator dan histamin. Sakit kepala ini berespon

terhadap klorpromazin.

c. Tension Headache

Stress fisik dan emosional dapat menyebabkan kontraksi pada otot-otot leher dan kulit

kepala, yang menyebabkan sakit kepala karena tegang. Karakteristik dari sakit kepala ini

Page 4: Askep chefalgia

perasaan ada tekanan pada dahi, pelipis, atau belakang leher. Hal ini sering tergambar

sebagai “beban berat yang menutupi kepala”. Sakit kepala ini cenderung kronik daripada

berat. Pasien membutuhkan ketenangan hati, dan biasanya keadaan ini merupakan

ketakutan yang tidak terucapkan. Bantuan simtomatik mungkin diberikan untuk

memanaskan pada lokasi, memijat, analgetik, antidepresan dan obat relaksan otot.

E. PENGKAJIAN

Data subyektif dan obyektif sangat penting untuk menentukan tentang penyebab dan sifat dari

sakit kepala.

Data Subyektif

a. Pengertian pasien tentang sakit kepala dan kemungkinan penyebabnya.

b. Sadar tentang adanya faktor pencetus, seperti stress.

c. Langkah – langkah untuk mengurangi gejala seperti obat-obatan.

d. Tempat, frekwensi, pola dan sifat sakit kepala termasuk tempat nyeri, lama dan

interval diantara sakit kepala.

e. Awal serangan sakit kepala.

f. Ada gejala prodomal atau tidak

g. .Ada gejala yang menyertai.

h. Riwayat sakit kepala dalam keluarga (khusus penting sekali bila migren).

i. Situasi yang membuat sakit kepala lebih parah.

j. Ada alergi atau tidak.

Data Obyektif

a. Perilaku : gejala yang memperlihatkan stress, kecemasan atau nyeri.

b. Perubahan kemampuan dalam melaksanakan aktifitas sehari – hari.

c. Terdapat pengkajian anormal dari sistem pengkajian fisik sistem saraf cranial.

d. Suhu badan

e. Drainase dari sinus.

Dalam pengkajian sakit kepala, beberapa butir penting perlu dipertimbangkan. Diantaranya

ialah:

Page 5: Askep chefalgia

a. Sakit kepala yang terlokalisir biasanya berhubungan dengan sakit kepala migrain atau

gangguan organik.

b. Sakit kepala yang menyeluruh biasanya disebabkan oleh penyebab psikologis atau

terjadi peningkatan tekanan intrakranial.

c. Sakit kepala migren dapat berpindah dari satu sisi kesisi yang lain.

d. Sakit kepala yang disertai peningkatan tekanan intrakranial biasanya timbil pada

waktu bangun tidur atau sakit kepala tersebut membengunkan pasien dari tidur.

e. Sakit kepala tipe sinus timbul pada pagi hari dan semakin siang menjadi lebih buruk.

f. Banyak sakit kepala yang berhubungan dengan kondisi stress.

g. Rasa nyeri yang tumpul, menjengkelkan, menghebat dan terus ada, sering terjadi pada

sakit kepala yang psikogenis.

h. Bahan organis yang menimbulkan nyeri yang tetap dan sifatnya bertambah terus.

i. Sakit kapala migrain bisa menyertai mentruasi.sakit kepala bisa didahului makan

makanan yang mengandung monosodium glutamat, sodim nitrat, tyramine demikian

juga alkohol.

j. Tidur terlalu lama, berpuasa, menghirup bau-bauan yang toksis dalam limngkungan

kerja dimana ventilasi tidak cukup dapat menjadi penyebab sakit kepala.

k. Obat kontrasepsi oral dapat memperberat migrain.

l. Tiap yang ditemukan sekunder dari sakit kepala perlu dikaji.

F. DIAGNOSTIK

1. CT Scan, menjadi mudah dijangkau sebagai cara yang mudah dan aman untuk menemukan

abnormalitas pada susunan saraf pusat.

2. MRI Scan, dengan tujuan mendeteksi kondisi patologi otak dan medula spinalis dengan

menggunakan tehnik scanning dengan kekuatan magnet untuk membuat bayangan struktur

tubuh.

3. Pungsi lumbal, dengan mengambil cairan serebrospinalis untuk pemeriksaan. Hal ini tidak

dilakukan bila diketahui terjadi peningkatan tekanan intrakranial dan tumor otak, karena

penurunan tekanan yang mendadak akibat pengambilan CSF.

Page 6: Askep chefalgia

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri b.d stess dan ketegangan, iritasi/tekanan saraf, vasospasme, peningkatan tekana

intrakranial.

2. Koping individual tak efektif b.d situasi krisis, kerentanan personal, sistem pendukung

tidak adequat, kelebihan beban kerja, ketidakadequatan relaksasi, metode koping tidak

adequat, nyeri berat, ancaman berlebihan pada diri sendiri.

3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b.d kurang mengingat,

tidak mengenal informasi, keterbatasab kognitif.

H. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

1. Nyeri b.d stess dan ketegangan, iritasi/tekanan saraf, vasospasme, peningkatan tekana

intrakranial.

Intervensi:

a. Pastikan durasi/episode masalah , siapa yang telah dikonsulkan, dan obat dan/atau

terapi apa yang telah digunakan

b. Teliti keluhan nyeri, catat itensitasnya ( dengan skala 0-10 ), karakteristiknya (misal :

berat, berdenyut, konstan) lokasinya, lamanya, faktor yang memperburuk atau

meredakan.

c. Catat kemungkinan patofisiologi yang khas, misalnya otak/meningeal/infeksi sinus,

trauma servikal, hipertensi atau trauma.

d. Observasi adanya tanda-tanda nyeri nonverbal, seperi : ekspresi wajah, posisi tubuh,

gelisah, menangis/meringis, menarik diri, diaforesis, perubahan frekuensi

jantung/pernafasan, tekanan darah.

e. Kaji hubungan faktor fisik/emosi dari keadaan seseorang

f. Evaluasi perilaku nyeri

g. Catat adanya pengaruh nyeri misalnya: hilangnya perhatian pada hidup, penurunan

aktivitas, penurunan berat badan.

h. Kaji derajat pengambilan langkah yang keliru secara pribadi dari pasien, seperti

mengisolasi diri.

i. Tentukan isu dari pihak kedua untuk pasien/orang terdekat, seperti asuransi,

pasangan/keluarga

j. Diskusikan dinamika fisiologi dari ketegangan/ansietas dengan pasien/orang terdekat

Page 7: Askep chefalgia

k. Instruksikan pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri itu timbul.

l. Tempatkan pada ruangan yang agak gelap sesuai dengan indikasi.

m. Anjurkan untuk beristirahat didalam ruangan yang tenang.

n. Berikan kompres dingin pada kepala.

o. Berikan kompres panans lembab/kering pada kepala, leher, lengan sesuai kebutuhan.

p. Masase daerah kepala/leher/lengan jika pasien dapat mentoleransi sentuhan.

q. Gunakan teknik sentuhan yang terapeutik, visualisasi, biofeedback, hipnotik sendiri,

dan reduksi stres dan teknik relaksasi yang lain.

r. Anjurkan pasien untuk menggunakan pernyataan positif “Saya sembuh, saya sedang

relaksasi, Saya suka hidup ini”. Sarankan pasien untuk menyadari dialog eksternal-

internal dan katakan “berhenti” atau “tunda” jika muncul pikiran yang negatif.

s. Observasi adanya mual/muntah. Berikan es, minuman yang mengandung karbonat

sesuai indikasi.

2. Koping individual tak efektif b.d situasi krisis, kerentanan personal, sistem pendukung

tidak adequat, kelebihan beban kerja, ketidakadequatan relaksasi, metode koping tidak

adequat, nyeri berat, ancaman berlebihan pada diri sendiri.

Intervensi.

a. Dekati pasien dengan ramah dan penuh perhatian. Ambil keuntungan dari kegiatan

yang daoat diajarkan.

b. Bantu pasien dalam memahami perubahan pada konsep citra tubuh.

c. Sarankan pasien untuk mengepresikan perasaannya dan diskusi bagaimana sakit

kepala itu mengganggu kerja dan kesenangan dari hidup ini.

d. Pastikan dampak penyakitnya terhadap kebutuhan seksual.

e. Berikan informasi mengenai penyebab sakit kepala, penagnan, dan hasil yang

diharapkan.

f. Kolaborasi

Rujuk untuk melakukan konseling dan/atau terapi keluarga atau kelas tempat pelatihan

sikap asertif sesuai indikasi.

3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b.d kurang mengingat,

tidak mengenal informasi, keterbatasab kognitif.

Intervensi ;

Page 8: Askep chefalgia

a. Diskusikan etiologi individual dari saki kepala bila diketahui.

b. Bantu pasien dalam mengidentifikasikan kemungkinan faktor predisposisi, seperti

stress emosi, suhu yang berlebihan, alergi terhadap makanan/lingkungan tertentu.

c. Diskusikan tentang obat-obatan dan efek sampingnya. Nilai kembali kebutuhan untuk

menurunkan/menghentikan pengobatan sesuai indikasi

d. Instruksikan pasien/orang terdekat dalam melakukan program kegiatan/latihan ,

makanan yang dikonsumsi, dan tindakan yang menimbukan rasa nyaman, seprti

masase dan sebagainya.

e. Diskusikan mengenai posisi/letak tubuh yang normal.

f. Anjurkan pasien/orang terdekat untuk menyediakan waktu agar dapat relaksasi dan

bersenang-senang.

g. Anjurkan untuk menggunakan aktivitas otak dengan benar, mencintai dan

tertawa/tersenyum.

h. Sarankan pemakaian musik-musik yang menyenangkan.

i. Anjurkan pasien untuk memperhatikan sakit kepala yang dialaminya dan faktor-faktor

yang berhubungan atau faktor presipitasinya.

j. Berikan informasi tertulis/semacam catatan petunjuk

k. Identifikasi dan diskusikan timbulnya resiko bahaya yang tidak nyata dan/atau terapi

yang bukan terapi medis

Page 9: Askep chefalgia

DAFTAR PUSTAKA

1. Barbara C Long, 1996, Perawatan Medikal Bedah, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan

Padjajaran, Bandung.

2. Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.

3. Marlyn E. Doengoes, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untukPerencanaan &

Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, EGC, Jakarta.

4. Priguna Sidharta, 1994, Neurogi Klinis dalam Praktek Umum, Dian Rakyat, Jakarta.

5. Susan Martin Tucker, 1998, Standar Perawatan Pasien : Proses Perawatan, Diagnosa dan Evaluasi,

Edisi V, Vol 2, EGC, Jakarta.

6. Sylvia G. Price, 1997, Patofisologi, konsep klinik proses – proses penyakit. EGC, Jakarta