ASKEP BPH.docx

23
ASKEP BPH (BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA) A. Pengertian BPH merupakan dimana kelenjar prostatnya mengalami pembesaran, memanjang keatas kedalam kandung kemih dan menyambut aliran urin dengan menutupi orifisium uretra. BPH adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan oleh karena hiperplasi beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar / jaringan fibromuskuler yang menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika ( Lab / UPF Ilmu Bedah RSUD dr. Sutomo, 1994 : 193 ). BPH adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat ( secara umum pada pria lebih tua dari 50 tahun ) menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan pembatasan aliran urinarius ( Marilynn, E.D, 2000 : 671 ). B. Etiologi Penyebab BPH tidak dapat dimengerti, berbagai hubungan antara diet, obesitas, aktivitas sexsual dan suku etnik telah diselidiki, tak satupun memberikan pengetahuan yang spesifik pada etiologi. Penyebabnya tidak pasti, tetapi bukti-bukti menunjukan bahwa hormon menyebabkan hiperplasia jaringan penyangga stromal damn elemen glandular pada prostat. 1. Dihydrotestosteron Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan epitel dan stroma dari kelenjar prostat mengalami hiperplasi . 2. Perubahan keseimbangan hormon estrogen - testoteron Pada proses penuaan pada pria terjadi peningkatan hormon estrogen dan penurunan testosteron yang mengakibatkan hiperplasi stroma.

Transcript of ASKEP BPH.docx

ASKEP BPH (BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA)

A. Pengertian BPH merupakan dimana kelenjar prostatnya mengalami pembesaran, memanjang keatas kedalam kandung kemih dan menyambut aliran urin dengan menutupi orifisium uretra. BPH adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan oleh karena hiperplasi beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar / jaringan fibromuskuler yang menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika ( Lab / UPF Ilmu Bedah RSUD dr. Sutomo, 1994 : 193 ). BPH adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat ( secara umum pada pria lebih tua dari 50 tahun ) menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan pembatasan aliran urinarius ( Marilynn, E.D, 2000 : 671 ).

B. Etiologi Penyebab BPH tidak dapat dimengerti, berbagai hubungan antara diet, obesitas, aktivitas sexsual dan suku etnik telah diselidiki, tak satupun memberikan pengetahuan yang spesifik pada etiologi. Penyebabnya tidak pasti, tetapi bukti-bukti menunjukan bahwa hormon menyebabkan hiperplasia jaringan penyangga stromal damn elemen glandular pada prostat. 1. Dihydrotestosteron Peningkatan 5 alfa reduktase dan reseptor androgen menyebabkan epitel dan stroma dari kelenjar prostat mengalami hiperplasi . 2. Perubahan keseimbangan hormon estrogen - testoteron Pada proses penuaan pada pria terjadi peningkatan hormon estrogen dan penurunan testosteron yang mengakibatkan hiperplasi stroma. 3. Interaksi stroma - epitel Peningkatan epidermal gorwth factor atau fibroblast growth factor dan penurunan transforming growth factor beta menyebabkan hiperplasi stroma dan epitel. 4. Berkurangnya sel yang mati Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan lama hidup stroma dan epitel dari kelenjar prostat. C. PatofisiologiHormon androgen yang memperantarai pertumbuhan prostat pada semua usia adalah dihirosteron (DHT), DHT dibentuk dalam prostat dari testosteron. Meskipun produksi androgen menurun pada pria lansia, tetapi prostat menjadi lebih sensitif terhadap DHT. Pada preia estrogen dipropduksi dalam jumlah kecil dan memperlihatkan kepekaannya pada kelenjar prostat dan berpengaruh terhadap DHT. Jumlah estrogen yang meningkat dihubungkan dengan penuaan atau relatif meningkat dihubungkan dengan jumlah testosteron yang berkontribusi terhadap hiperplasia prostat.Wilayah prostat, BPH dimulai dengan nodul-nodul kecil dalam transisi wilayah prostat, disebelah uretra. Nodul-nodul dengan glanular ini dibentuk dari jaringan hiperplastilk. Jaringan yang berkembang akan menekan jaringan yang disekitarnya, dan menyebabkan penyempitan uretra. BPH yang menekan atau tidak, dapat menimbulkan gejala. Gejala-gejala tersebut bergantung pada kekuatan kapsul prostat, jika kapsul prostat ini kuat, maka kelenjar akan berkembang sedikit dan menimbulkan obstruksi pada uretra. Penyempitan postrat uretra menyebabkan gejala BPH. Hipertropi otot mengkonpensasi perningkatan. Resisten aliran urin, meskipun akhirnya kompliern bleder menurun dan ketidakstabilan bleder ini dapat menghasilkan gejala BPH. Nokturia, peningkatan urin yang berklebihan pada malam hari, peningkatan frekuensi tersebut dihubungkan dengan BPH. Jika tidak diobati peningkatan tekanan dalam bleder menyebabkan terjadinya refkux urin kedalam ureter, yang disebut fesikouretal reflux. Masalah-masalah ini menjadi dasar terjadinya hidro ureter dan idronefrosis, yang bisa membahayakan fungsi renal. Komplikasi ini jarang terjadi, karena kebanyakan pria segera mencari pertolongan sebelum gejalanya berkembang.

D. Manifestasi klinik Keluhan dan GejalaGejala klinis yang ditimbulkan oleh Benigne Prostat Hyperplasia disebut sebagai Syndroma Prostatisme. Syndroma Prostatisme dibagi menjadi dua yaitu : a. Gejala Obstruktif1) Hesitansi yaitu memulai kencing yang lama dan seringkali disertai dengan mengejan yang disebabkan oleh karena otot destrussor buli-buli memerlukan waktu beberapa lama meningkatkan tekanan intravesikal guna mengatasi adanya tekanan dalam uretra prostatika.2) Intermitency yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang disebabkan karena ketidakmampuan otot destrussor dalam pempertahankan tekanan intra vesika sampai berakhirnya miksi.3) Terminal dribling yaitu menetesnya urine pada akhir kencing.4) Pancaran lemah : kelemahan kekuatan dan kaliber pancaran destrussor memerlukan waktu untuk dapat melampaui tekanan di uretra.5) Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa belum puas. b. Gejala Iritasi1) Urgency yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit ditahan.2) Frekuensi yaitu penderita miksi lebih sering dari biasanya dapat terjadi pada malam hari (Nocturia) dan pada siang hari.3) Disuria yaitu nyeri pada waktu kencing.

2. Pemeriksaan Fisik a. Dilakukan dengan pemeriksaan tekanan darah, nadi dan suhu. Nadi dapat meningkat pada keadaan kesakitan pada retensi urin akut, dehidrasi sampai syok pada retensi urin serta urosepsis sampai syok - septik. b. Pemeriksaan abdomen dilakukan pada saat palpasi terasa adanya ballotemen dan klien akan terasa ingin miksi. c. Penis dan uretra untuk mendeteksi kemungkinan stenose meatus, striktur uretra, batu uretra, karsinoma maupun fimosis. d. Pemeriksaan skrotum untuk menentukan adanya epididimitis 3. Pemeriksaan Diagnostik a. Pemeriksaan darah lengkap, faal ginjal, serum elektrolit dan kadar gula digunakan untuk memperoleh data dasar keadaan umum klien. b. Pemeriksaan urin lengkap dan kultur. c. PSA (Prostatik Spesific Antigen) penting diperiksa sebagai kewaspadaan adanya keganasan. d. Pemeriksaan UroflowmetriSalah satu gejala dari BPH adalah melemahnya pancaran urin. Secara obyektif pancaran urin dapat diperiksa dengan uroflowmeter dengan penilaian :1) Flow rate maksimal > 15 ml / dtk = non obstruktif.2) Flow rate maksimal 10 15 ml / dtk = border line. 3) Flow rate maksimal < 10 ml / dtk = obstrukti e. Pemeriksaan Imaging dan Rontgenologik1) BOF (Buik Overzich ) Untuk melihat adanya batu dan metastase pada tulang.2) USG (Ultrasonografi)Digunakan untuk memeriksa konsistensi, volume dan besar prostat juga keadaan buli buli termasuk residual urin. Pemeriksaan dapat dilakukan secara transrektal, transuretral dan supra pubik.

E. PenatalaksanaanPerawatan pada klien dengan BPH difokuskan pada diagnosa dari kerusakan, memperbaiki atau meminimalkan obstruksi urinaria dan mencegah atau mengobati komplikasi yang terjadi sekarang ini. Pembedahan dan pengobatan BPH mengalami perubahan yang cepat dengan berbagai pengobatan yang baru. Saat ini, pengobatan dan perawatan lebih difokuskan pada beratnya gejala. Beberapa pria di diagnosa dengan BPH selama pemeriksaan fisik secara urin sebelum gejala berkembang. Beberapa diantaranya menunggu sampai timbul ketidaknyamanan dari dysuria, urgensi, dan retensi urin hampir tidak dapat diatasi. Sebelum mencari pertolongan. 1. ObservasiYaitu pengawasan berkala pada klien setiap 3 6 bulan kemudian setiap tahun tergantung keadaan klien 2. FarmakologiTerapi ini diindikasikan pada BPH dengan keluhan ringan, sedang, dan berat tanpa disertai penyulit. Obat yang digunakan berasal dari: phitoterapi (misalnya: Hipoxis rosperi, Serenoa repens, dll), gelombang alfa blocker dan golongan supresor androgen. 3. PembedahanIndikasi pembedahan pada BPH adalah : a. Klien yang mengalami retensi urin akut atau pernah retensi urin akut. b. Klien dengan residual urin > 100 ml. c. Klien dengan penyulit. d. Terapi medikamentosa tidak berhasil. e. Flowmetri menunjukkan pola obstruktif.Pembedahan dapat dilakukan dengan : a. TURP (Trans Uretral Reseksi Prostat 90 - 95 % ) b. Retropubic Atau Extravesical Prostatectomy c. Perianal Prostatectomy d. Suprapubic Atau Tranvesical Prostatectomy

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIAA. Pengkajian1. Identitas pasien2. Riwayat keperawatan- Bagaimana BPH mempengaruhi gaya hidup.- Apa saja masalah urinaria yang terjadi.- Apa ada masalah ketidaknyamanan yang berkaitan, misalnya : nyeri punggung- Bagaimana riwayat kesehatan keluarga3. Pemeriksaan fisik

B. Diagnosa Keperawatan1. Retensi urine berhubungan dengan obstruksi mekanik pembesaran prostat.2. Nyeri akut berhubungan dengan distensi kandung kemih dan infeksi urinaria.3. Retensi kekurangan volume cairan berhubungan dengan disfungsi ginjal.4. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan port masuknya mikroorganisme melalui kateterisasi5. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

C. Intervensi KeperawatanDXINTERVENSI KEPERAWATANRASIONAL

1- Dorong pasien berkemih 2-4 jam dan bila tiba-tiba dirasakan.

- Tanyakan pasien tentang inkontinentia stress- Observasi aliran urin, perhatikan ukuran dan kekuatan- Perkusi/palpasi area suprapubik

- Dorong masukan cairan sampai 3000 ml sehari dalam kondisi jantung bila diindikasikan- Meminimalkan retensi urin dan distensi berlebihan pada kandung kemih.- Tekanan uretral tinggi menghambat pengosongan kandung kemih- Berguna unutuk mengevaluasi obstruksi dan pilihan intervensi- Distensi kandung kemih dapat dirasakan diarea suprapubik- Peningkatan aliran cairan memepertrahankan perfusi ginjal, membersihkan ginjal dan kandung kemih dari bakteri

2- Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas lamanya- Pertahankan tirah baring bila diindikasikan

- Dorong teknik relaksasi

- Dorong menggunakan rendam duduk- Plester selang drainase pada paha dan kateter pada abdomen- Berikan obat sesuai indikasi- Memberikan informasi untuk membantu dalam intervensi- Tirah baring mungkin diperlukan pada awal selama fase akut. Namun ambulasi dini dapat memperbaiki pola berkemih normal dan menghilangkan nyeri kolik- Meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali perhatian dan dapat meningkatkan koping- Meningkatkan relaksasi otot- Mencegah penarikan kandung kemih dan erosi pertemuan penis-skrotal- Diberikan untuk menghilangkan nyeri berat, memberikan relaksasi dan fisik

3- Awasi keluaran dengan hati-hati, tiap jam bila diindikasikan. Perhatikan keluaran 100-200 ml/jam

- Dorong peningkatan pemasukan oral berdasarkan kebutuhan individu

- Awasi TD, nadi dengan sering, evaluasi pengisian kaviler dan membran mukosa oral- Tingkatkan tirah baring dengan kepala tinggi

- Awasi elektrolit khususnya natrium

- Berikan cairan IV (garam faal hipertonik) sesuai kebutuhan- Diuresis cepat dapat menyebabkan kekurangan total volume cairan, karena ketidak cukupan jumlah natrium diabsorpsi dalam tubulus ginjal- Pasien dibatasi pemasukan oral dalam upaya mengontrol urinaria, homeostatik pengurangan cadangan dan penigkatan resiko dehidrasi- Memampukan deteksi dini / intervensi hipovolemik sistemik

- Menurunkan kerja jantung, memudahkan kerja homeostatis sirkulasi- Bila pengumpulan cairan tekumpul dari area eksreselular natrium dapat mengikuti perpindahan menyebabkan hiponatremia

- Menggantikan kehilangan cairan dan natrium untuk mencegah/ memperbaiki hipovolemia

4

5- Observasi insisi (adanya indurasi drainage dan kateter), (adanya sumbatan, kebocoran)- Lakukan perawatan luka insisi secara aseptik, jaga kulit sekitar kateter dan drainage- Monitor balutan luka, Observasi urine: warna, jumlah, bau.- Monitor tanda-tanda sepsis (nadi lemah, hipotensi, nafas meningkat, dingin)- Selalu ada untuk pasien, buat hubungan saling percaya dengan pasien / orang terdekat- Berikan informasi tentang proseduf dan tes khusus dan apa yang akan terjadi misalnya pemasangan kateter

- Pertahankan perilaku nyata dalam melakukan prosedur, lindungi privsi klien- Dorong psien / orang terdekat menyatakan masalah / perasaan

- Beri penguatan informasi pasien yang telah diberikan sebelumnya

- Mengontrol luka insisi

- Mencegah masuknya bakteri / mikroorganisme ke luka insisi

- Mengidentifikasi adanya infeksi.

- Mencegah tanda-tanda Shock

- Menunjukan perhatian Dn keinginan untuk membantu

- Membantu pasien memahami tujuan dari apa yang dilakukan dan mengurangi masalh karena ketidaktahuan, termasuk ketakutan akan kanker. Namun kelebihan ionformasi tidak membantu dan dapat meningkatkan kecemasan- Menyatakan penerimaan dan menghilangkan rasa malu pasien

- Mendefinisikan masalah, memberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan, memperjelas kesalahan konsep, dan solusi pemecahan masalah- Memingkinkan pasien untuk menerima kenyataan dan menguatkan kepercayaan pada pemberian perawatan dan pemberi informasi

D. Evaluasi1. Menunjukan penurunan ansietas2. Menunjukan rasa nyeri yang minimal3. Tanda-tanda vidal dalam batas normal4. Tanda peradangan hemoragi tidak ada5. Sistem drainase oprtimal

Diposkan oleh Bintang Baskoro di 05.53 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke PinterestLabel: KUMPULAN ASKEP Reaksi: