Askep Astigmatisme
-
Upload
rheza-hakviasyah -
Category
Documents
-
view
168 -
download
9
Transcript of Askep Astigmatisme
Askep Astigmatisme
Definisi
Kelainan refraksi dimana pembiasan pada meridian yang berbeda tidak sama.
Dalam keadaan istirahat (tanpa akomodasi) sinar sejajar yang masuk ke mata difokuskan
pada lebih dari satu titik. 3
Pada astigmatisma berkas sinar tidak difokuskan pada satu titik dengan tajam pada retina
akan tetapi pada dua garis api yang saling tegak lurus yang terjadi akibat kelengkungan
permukaan kornea. Pada mata dengan astigmatisme lengkungan jari-jari pada satu meridian
kornea lebih panjang daripada jari-jari meridian yang tegak lurus padanya. 1
Berikut gambar ilustrasi pembentukan bayangan pada penderita astigmatisme: 14,15
Etiologi
Penyebab tersering dari astigmatism adalah kelainan bentuk kornea. Pada sebagian
kecil dapat pula disebabkan kelainan lensa. 3Pada umumnya astigmatisme bersifat menurun,
beberapa orang dilahirkan dengan kelainan bentuk anatomi kornea yang menyebabkan
gangguan penglihatan dapat memburuk seiring bertambahnya waktu. Namun astigmatisme
juga dapat disebabkan karena trauma pada mata sebelumnya yang menimbulkan jaringan
parut pada kornea, daat juga jaringan parut bekas operasi pada mata sebelumnya atau dapat
pula disebabkan oleh keratokonus 16
Klasifikasi
Ada dua bentuk astigmatisme:
a. Astigmatim Reguler
Pada bentuk ini selalu didapatkan dua meridian yang saling tegak lurus. Disebut
Astigmatism with the rule bila meridian vertikal mempunyai daya bias terkuat.
Bentuk ini lebih sering pada penderita muda.
Disebut Astigmatism against the rule bila meridian horisontal mempunyai daya
bias terkuat. Bentuk ini lebih sering pada penderita yang lebih tua. Kelainan
refraksi ini tidak bisa dikoreksi dengan lensa silinder. 3
Oleh karena ada banyak sekali bidang-bidang yang melalui garis pandang, maka juga akan
didapatkan banyak sekali titik-titik apinya. Tetapi selalu akan didapatkan daya
pembiasan yang terkuat (titik api V) sedangkan pada bidang lainnya (bidang ini,
biasanya letaknya tegak lurus pada bidang pertama) didapatkan daya pembiasan
yang terlemah (titik api H). Biasanya kedua bidang utama itu adalah bidang datar
(bidang 0 º atau 180 º ) dan bidang tegak(bidang 90 º ). 8
Berikut gamaran dari penjelasan di atas: 8
Titik-titik api bidang-bidang lainnya terletak antara V dan H. Jadi sinar-sinar sejajar dengan garis
pandang (pada gambar sumbu utama) setelah dibias oleh susunan yang astigmatik
ini, akan merupakan bentuk yang khas, yaitu bentuk suatu conoid. Di dataran
dimana sinar-sinar di bidang 90 º menyilang sinar-sinar di bidang180 º, akan
terbentuk suatu lingkaran. Lingkaran tersebut dinamakan Lingkaran yang paling
sedikit membingungkan (the circle of least confusion). Visus terbaik akan
tercapai, jika lingkaran tersebut jatuh pada retina. 8
Didasarkan atas letak titik V dan H terhadap retina, maka astigmatismus dapat dibagi lagi dalam:
8
1) Astigmatismus Myopicus Simplex
2) Astigmatismus Myopicus Compositus
3) Astigmarismus Hypermetropicus Simplex
4) Astigmatismus Hypermetropicus Compositus
5) Astigmatismus Mixtus
b. Astigmatisme Irreguler
Pada bentuk ini didapatkan titik fokusyang tidak beraturan. Penyebab tersering
adalah kelainan kornea seperti sikatrik kornea, keratokonus. Bisa juga
disebabkankelainan lensa seperti katarak imatur. Kelainan refraksi ini tidak bisa
dikoreksi dengan lensa silinder. 3
Patofisiologi
Bayi yang baru lahir biasanya mempunyai kornea yang bulat atau sferis yang di
dalam perkembangannya terjadi keadaan yang disebut astigmatisme with the rule
(astigmatisme lazim) yang berarti kelengkungan kornea pada bidang vertikal bertambah
atau lebih kuat atau jari-jarinya lebih pendek dibanding jari-jari kelengkungan kornea di
bidang horizontal. Pada keadaan astigmatisme lazim ini diperlukan lensa silinder negatif
dengan sumbu 180 derajat untuk memperbaiki kelainan refraksi yang terjadi.
Pada usia pertengahan kornea menjadi lebih sferis kembali sehingga astigmatisme
menjadi againts the rule (astigmatisme tidak lazim). Pada keadaan ini kelainan refraksi
astigmatisme dikoreksi dengan silinder negatif dilakukan dengan sumbu tegak lurus (60-
120 derajat) atau dengan silinder positif sumbu horizontal (30-150 derajat). Keadaan ini
terjadi akibat kelengkungan kornea meridian horizontal lebih kuat dibandingkan
kelengkungan vertikal. Hal ini sering ditemukan pada usia lanjut. 1
Pemeriksaan
Refraksi Subyektif
a. Alat
Kartu Snellen.
Bingkai percobaan.
Sebuah set lensa coba.
Kipas astigmat. 9
b.Teknik
Penderita duduk menghadap kartu snellen pada jarak 6 meter.
Pada mata dipasang bingkai percobaan.
Satu mata ditutup.
Dengan mata yang terbuka pada penderita dilakukan terlebih dahulupemeriksaan
dengan jenis (+) atau (-) sampai tercapai ketajaman penglihatan terbaik, dengan
lensa positif atau negatif tersebut.
Pada mata tersebut dipasang lensa + (positif) yang cukup besar (misalS +3.00) untuk
membuat penderita mempunyai kelainan refraksi astigmatismus miopikus.
Penderita diminta melihat kartu kipas astigmat.
Penderita ditanya tentang garis pada kipas yang paling jelas terlihat.
Bila belum terlihat perbedaan tebal garis kipas astigmat lensa S +3.00 diperlemah
sedikit demi sedikit sehingga penderita dapat menentukan garis mana yang
terjelas dan mana yang terkabur.
Lensa silinder negatif (-) dipasang dengan sumbu sesuai dengan garis terkabur pada
kipas astigmat.
Lensa silinder negatif diperkuat sedikit demi sedikit dengan sumbu tersebut hingga
pada satu saat tampak garis yang mula – mula terkabur sama jelasnya dengan
garis yang sebelumnya terlihat terjelas.
Bila sudah tampak jelas garis pada kipas astigmat, dilakukan tes melihat kartu
snellen. Bila penglihatan belum 6/6 sesuai kartu snellen, maka mungkin lensa
positif (+) yang diberikan terlalu berat, sehingga perlu secara perlahan – lahan
dikurangi kekuatan lensa positif tersebut atau ditambah lensa negatif.
Penderita disuruh membaca kartu snellen pada saat lensa negatif (-) ditambah
perlahan – lahan sampai tajam penglihatan menjadi 6/6. 9
c. Nilai
Derajat astigmat sama dengan ukuran lensa silinder negatif (-) yang dipakai sehingga
gambar astigmat tampak sama jelas. 9
Refraksi Obyektif
a.Retinoskopi : dengan lensa S +2.00, pemeriksa mengamati refleksi fundus, bila
berlawanan dengan gerakan retinoskop (against movement) dikoreksi dengan lensa
sferis negatif, sedangkan bila searah dengan gerakan retinoskop (with movement)
dikoreksi dengan lensa sferis positif. Meridian yang netral lebih dulu adalah
komponen sferisnya. Meridian yang belum netral dikoreksi dengan lensa silinder
positif sampai tercapai netralisasi. Hasil akhirnya dilakukan transposisi.
b.Autoremaktometer 3
Penatalaksanaan
1. Astigmatism reguler, diberikan kacamata sesuai kelainan yang didapatkan, yaitu
dikoreksi dengan lensa silinder negatif atau positif dengan atau tanpa kombinasi lensa
sferis.
2. Astigmatism ireguler, bila ringan bisa dikoreksi dengan lensa kontak keras, tetapi bila
berat bisa dilakukan tranplantasi kornea 3