ASKEP ASTIGMATISMA

20
LAPORAN PENDAHULUAN “ASTIGMATISMA” SRI UTAMI H AMIN 120114026 UNIVERSITAS SAM RATULANGI FAKULTAS KEDOKTERAN

description

askep astigmatisma

Transcript of ASKEP ASTIGMATISMA

LAPORAN PENDAHULUANASTIGMATISMA

SRI UTAMI H AMIN120114026

UNIVERSITAS SAM RATULANGIFAKULTAS KEDOKTERANPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

ASKEP ASTIGMATISMA

I. TINJAUAN MEDISA. Pengertian Definisi astigmatisme adalah cacat mata dengan gejala jika melihat sebuah titik (bintik cahaya) akan terlihat garis terang menyebar. Hal ini terjadi karena lensa mata (kornea) tidak mempunyai permukaan yang bulat benar. Kelainan kornea ini mengakibatkan pembiasan sinar pada satu meridian berlainan dengan meridian lain. Mata astigmat dapat ditolong dengan kacamata berlensa silindrik negative, yang berfungsi melemahkan pembiasan terkuat pada satu meridian, atau dapat juga dengan lensa silindris positif untuk memperkuat pembiasan terlemah pada satu meridianAstigmatisme adalah keadaan dimana terdapat variasi pada kurvatur kornea atau lensa pada meridian yang berbeda yang mengakibatkan berkas cahaya tidak difokuskan pada satu titik. Astigmatisme adalah sebuah gejala penyimpangan dalam pembentukkan bayangan pada lensa, hal ini disebabkan oleh cacat lensa yang tidak dapat memberikan gambaran/ bayangan garis vertikal dengan horizotal secara bersamaan.cacat mata ini dering di sebut juga mata silinder.Mata astigmat atau mata silindris adalah suatu keadaan dimana sinar yang masuk ke dalam mata tidak terpusat pada satu titik saja tetapi sinar tersebut tersebar menjadi sebuah garis. Astigmatisma merupakan kelainan pembiasan mata yang menyebabkan bayangan penglihatan pada satu bidang fokus pada jarak yang berbeda dari bidang sudut. Pada astigmatisma berkas sinar tidak difokuskan ke retina di dua garis titik api yang saling tegak lurus.

B. EtiologiAstigmatisma terjadi akibat kelainan kelengkungan permukaan kornea.Bayi yang baru lahir biasanya mempunyai kornea yang bulat atau sferis yang di dalam perkembangannya terjadi keadaan apa yang disebut astigmatisme with the rule (astigmat lazim) yang berarti kelengkungan kornea pada bidang vertikal bertambah atau lebih kuat atau jari-jarinya lebih pendek dibanding jari-jari kelengkungan kornea di bidang horizontal.Astigmatisme juga sering disebabkan oleh adanya selaput bening yang tidak teratur dan lengkung kornea yang terlalu besar pada salah satu bidangnya. Permukaan lensa yang berbentuk bulat telur pada sisi datangnya cahaya, merupakan contoh dari lensa astigmatis. Selain itu daya akomodasi mata tidak dapat mengkompensasi kelainan astigmatisma karena pada akomodasi, lengkung lensa mata tidak berubah sama kuatnya di semua bidang. Dengan kata lain, kedua bidang memerlukan koreksi derajat akomodasi yang berbeda, sehingga tidak dapat dikoreksi pada saat bersamaan tanpa dibantu kacamata. Adapaun bentuk-bentuk astigmat adalah sebagai berikut:1. Astigmat Reguler yaitu astigmat yang memperlihatkan kekuatan pembiasan bertambah atau berkurang perlahan-lahan secara teratur dari satu meridian meridian berikutnya.2. Astigmat ireguler : astigmat yang terjadi tidak mempunyai dua meridian yang saling tegak lurus. Astigmat ireguler dapat terjadi akibat kelengkungan kornea pada meridian yang sama berbeda sehingga bayangan menjadi ireguler. Astigmatisma ireguler terjadi akibat infeksi kornea,trauma dan distrofi atau akibat selaput bening.

C. Tanda dan gejalaa. Gangguan penglihatan/ketajaman penglihatanb. Ketegangan pada mata c. Kelelahan pada mata d. Pandangan berbayang serta kabure. Mata berair f. Fotofobia

D. Patofisiologi Mata seseorang secara alami berbentuk bulat. Dalam keadaan normal, ketika cahaya memasuki mata, itu dibiaskan merata, menciptakan pandangan yang jelas objek. Astigmatisma terjadi akibat kelainan kelengkungan permukaan kornea.Bayi yang baru lahir biasanya mempunyai kornea yang bulat atau sferis yang di dalam perkembangannya terjadi keadaan apa yang disebut astigmatisme with the rule (astigmat lazim) yang berarti kelengkungan kornea pada bidang vertikal bertambah atau lebih kuat atau jari-jarinya lebih pendek dibanding jari-jari kelengkungan kornea di bidang horizontal. Mata seseorang dengan Silindris berbentuk lebih mirip sepak bola atau bagian belakang sendok.. Untuk orang ini, ketika cahaya memasuki mata itu dibiaskan lebih dalam satu arah daripada yang lain, sehingga hanya bagian dari obyek yang akan fokus pada satu waktu.. Objek pada jarak pun dapat muncul buram dan bergelombang.Pada kelainan mata astigmatisma, bola mata berbentuk ellips atau lonjong, seperti bola rugby, sehingga sinar yang masuk ke dalam mata tidak akan bertemu di satu titik retina. Sinar akan dibiaskan tersebar di retina. Hal ini akan menyebabkan pandangan menjadi kabur, tidak jelas, berbayang, baik pada saat untuk melihat jarak jauh maupun dekat.

E. Penatalaksanaan MedisAstigmatisme dapat dikoreksi dengan memberikan lensa silinder. Seseorang dapat mengalami kombinasi kelainan astrigmatisma dengan rabun jauh (myopia) atau rabun dekat (hypermetropia).

PHATOFLOW

Kelainan Refraksi

Astigmatismus Kelainan kornea

Perubahan lengkungan kornea

Berkas cahaya masuk pada berbagai bidang

Sinar masuk dibiaskan pada tempat yang berbeda

Diplopia

Gangguan sensori preseptual( visual )

Gangguan rasa nyaman

Hambatan mobilitas fisik

II. Tinjauan Asuhan KeperawatanA. PENGKAJIAN1. RIWAYAT KESEHATANa. Riwayat oftalmikSebelum melakukan pengkajian fisik mata, perawat harus mendapatkan riwayat oftalmik, medis, dan terapi pasien, dimana semuanya dapat saja berperan dalam kondisi oftalmik sekarang. Informasi yang harus diperoleh meliputi informasi mengenai penurunan tajam penglihatan dan upaya keamanan dan tergantung pada alasan melakukan pemeriksaan oftalmik.Riwayat keadaan oftalmik sangat penting saat mengumpulkan data dasar. Kita harus menyelidiki setiap riwayat kelainan mata, seperti pandangan kabur, objek tidak begitu jelas, pandangan berbayang, baik pada saat untuk melihat jarak jauh maupun dekat. Ringkasan riwayat oftalmik bagi setiap pasien harus meliputi pertanyaan berikut- Kapan sakit mata mulai dirasakan- Apakah gangguan penglihatan ini mempengaruhi ketajaman penglihatan.- Bagaimana gangguan penglihatan terjadi ( perlahan/tiba-tiba ).- Apakah pasien merasakan ada perubahan dalam matanya ( kemerahan, bengkak, berair ).- Apakah perubahan yang terjadi sama pada kedua matanya .- Apakah pasien sedang berobat tertentu ( sebutkan ) dan sudah berapa lama menggunakannya.- Apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit serupa .- Apakah pasien menderita : Hipertensi, DM- Aapkah ada kerusakan melihat waktu senja.

2.. Riwayat psikososialDaerah pengkajian penting lainnya meliputi psikologis, demografis, dan keprihatinan lingkungan rumah

b. PEMERIKSAANAstigmatisma bisa diperiksa dengan cara pengaburan (fogging technique of refraction) yang menggunakan kartu snellen, bingkai percobaan, sebuah set lensa coba, dan kipas astigmat. Pemeriksaan astigmat ini menggunakan teknik sebagai berikut yaitu: 1.Pasien duduk menghadap kartu Snellen pada jarak 6 meter, 2.Pada mata dipasang bingkai percobaan, 3.Satu mata ditutup, 4.Dengan mata yang terbuka pada pasien dilakukan terlebih dahulu pemeriksaan dengan lensa (+) atau (-) sampai tercapai ketajaman penglihatan terbaik, 5.Pada mata tersebut dipasang lensa (+) yang cukup besar (misal S + 3.00) untuk membuat pasien mempunyai kelainan refreksi astigmat miopikus, 6.Pasien diminta melihat kartu kipas astigmat, 7.Pasien ditanya tentang garis pada kipas yang paling jelas terlihat, 8.Bila belum terlihat perbedaan tebal garis kipas astigmat maka lensa S( + 3.00) diperlemah sedikit demi sedikit hingga pasien dapat menentukan garis mana yang terjelas dan terkabur, 9.Lensa silinder (-) diperkuat sedikit demi sedikit dengan sumbu tersebut hingga tampak garis yang tadi mula-mula terkabur menjadi sama jelasnya dengan garis yang terjelas sebelumnya, 10.Bila sudah dapat melihat garis-garis pada kipas astigmat dengan jelas,lakukan tes dengan kartu Snellen, 11.Bila penglihatan belum 6/6 sesuai kartu Snellen, maka mungkin lensa (+) yang diberikan terlalu berat,sehingga perlu mengurangi lensa (+) atau menambah lensa (-), 12.Pasien diminta membaca kartu Snellen pada saat lensa (-) ditambah perlahan-lahan hingga ketajaman penglihatan menjadi 6/6. (3)Sedangkan nilainya : Derajat astigmat sama dengan ukuran lensa silinder (-) yang dipakai sehingga gambar kipas astigmat tampak sama jelas. (3)

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan sensori preseptual (visual)2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan usaha menfokuskan mata

C. INTERVENSI 1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan sensori preseptual (visual) Tujuan : Ketajaman Penglihatan klien meningkat dengan bantuan alat. Klien mengenal gangguan sensori yang terjadi dan melakukan kompensasi terhadap perubahan.Kriteria hasil : Ketajaman penglihatan normal Hambatan mobilitas fisis teratasiIntervensi : Kaji tingkat mobilitas fisik klien . Rasional : mengetahui tingkat mobilitas fisik yang dapat di lakukan klien Jelaskan penyebab terjadinya gangguan penglihatan. Rasional : Pengetahuan tentang penyebab mengurangi kecemasan dan dalam tindakan keperawatan. Lakukan uji ketajaman penglihatan. Rasional : mengetahui visus dasar klien dan perkembangannya setelah diberikan tindakan. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian lensa kontak / kacamata bantu.

2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan usaha memfokuskan mata Tujuan : Rasa nyaman klien terpenuhi.Kriteria hasil :- Keluhan klien gelisah dan takut berkurang / hilang.- Klien mengenal gejala gangguan sensori dan dapat berkompensasi terhadap perubahan yang terjadi.Intervensi :- Jelaskan kepada klien tentang penyakit yang di alami . Rasional : mengurangi kecemasan dan meningkatkan pengetahuan klien sehingga klien kooperatif dalam tindakan keperawatan.- Anjurkan agar klien cukup istirahat dan tidak melakukan aktivitas membaca terus menerus. Rasional : mengurangi kelelahan mata .- Gunakan lampu/ penerangan yang cukup (dari atas dan belakang) saat membaca. Rasional : untuk mengurangi silau dan akomodasi mata yang berlebihan.- Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian kacamata Rasional : untuk meningkatkan tajam penglihatan klien.

RESUME POLI MATAI. PENGKAJIAN A. Initial Klien :Nama Klien:Ny. M.KUmur : 32 tahunPekerjaan :Ibu rumah tanggaPendidikan : SMAStatus : KawinAgama: Kristen ProtestanTanggal MRS: -Tanggal Pengkajian : 18-11-2013Diagnose Medis:astigmatisma

B. Penanggung Jawab :Nama : Tn. P.AUmur : 42 tahunPekerjaan : wiraswastaAlamat :KombosHubungan : Suami

C. Tanda-tanda Vital: TD :mmHGN :x/mnt R :x/mntSB: C

D. Therapi : - astenof ed 3x1 gtt ods Matovil tab 1x1

II. RIWAYAT KESEHATANa. Keluhan utama : (Kel penyebab pasien masuk MRS)Nyeri, gelisah, takut, gangguan penglihatan.

b. Riwayat Keluhan Utama:

Klien merasa nyeri pada mata 5 hari Merasakan gelisah dan takut Mengatakan sulit melihat.

c. Pemeriksaan fisik : (focus keluhan )v. od = 6/7,5 C-0,50 x 90 = 6/6 os = 6/6 plano

d. Analisa Data DataEtiologiMasalah Keperawatan

Data Subjektif : Klien mengatakan merasa nyeri pada mata 5 hari Klien mengatakan penglihatannya tidak jelas

Data Objektif :Od : 6/7,5 C-0,50x9=6/6

Kelainan Refraksi

Astigmatismus Kelainan kornea

Perubahan lengkungan kornea

Berkas cahaya masuk pada berbagai bidang

Sinar masuk dibiaskan pada tempat yang berbeda

Diplopia

Gangguan sensori preseptual( visual )

Hambatan mobilitas fisik

Data Subjektif : klien merasa takut dan gelisah terkait penyakit

Data Objektif : Od : 6/7,5- C- 0,50x90 = 6/6Kelainan kornea

Perubahan lengkungan kornea

Berkas cahaya masuk pada berbagai bidang

Sinar masuk dibiaskan pada tempat yang berbeda

Diplopia

Gangguan sensori preseptual( visual ) Gangguan rasa nyaman

III. Dignosa,intervensi, implementasi dan evaluasi

No Diagnose kep dan data RencanaImplementasi Evaluasi

Tujuan/KHIntervensi dan Rasional

1Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan sensori preseptual (visual) Ketajaman Penglihatan klien meningkat dengan bantuan alat. Klien mengenal gangguan sensori yang terjadi dan melakukan kompensasi terhadap perubahan.Kriteria hasil : Ketajaman penglihatan normal Hambatan mobilitas fisis teratasi

Kaji tingkat mobilitas fisik klien . Rasional : mengetahui tingkat mobilitas fisik yang dapat di lakukan klien Jelaskan penyebab terjadinya gangguan penglihatan. Rasional : Pengetahuan tentang penyebab mengurangi kecemasan dan dalam tindakan keperawatan. Lakukan uji ketajaman penglihatan. Rasional : mengetahui visus dasar klien dan perkembangannya setelah diberikan tindakan. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian lensa kontak / kacamata bantu.

At 10.00- mengkaji tingkat mobilitas fisik klien

- menjelaskan penyebab terjadinya gangguan penglihatan

- melakukan uji ketajaman penglihatan

- melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian lensa kontak/kacamat bantu.At 10.56

S : klien mengatakan pandangan masih kurang jelas dan masih merasakan nyeriO : ekspresi klien msih terlihat meringisA : teratasi sebagianP : intervensi dilanjutkan

2.Gangguan rasa nyaman (pusing) berhubungan dengan usaha memfokuskan mata, takut dan gelisahRasa nyaman klien terpenuhi.Kriteria hasil :- Keluhan klien gelisah dan takut berkurang / hilang.- Klien mengenal gejala gangguan sensori dan dapat berkompensasi terhadap perubahan yang terjadi.

- Jelaskan kepada klien tentang penyakit yang di alami . Rasional : mengurangi kecemasan dan meningkatkan pengetahuan klien sehingga klien kooperatif dalam tindakan keperawatan.- Anjurkan agar klien cukup istirahat dan tidak melakukan aktivitas membaca terus menerus. Rasional : mengurangi kelelahan mata .

- Gunakan lampu/ penerangan yang cukup (dari atas dan belakang) saat membaca. Rasional : untuk mengurangi silau dan akomodasi mata yang berlebihan.

- Kolaborasi : pemberian kacamata Rasional :untuk meningkatkan tajam penglihatan klien.

- menjelaskan kepada keluarga tentang penyakit yang dialami

-mengajurkan kepada klien untuk cukup istrahat dan tidak melakukan aktivitas membaca terus menerus. - menggunakan lampu /penerang yang cukup (dari atas dan belakang )saat membaca- berkolaborasi dengan tim medis untuk pemberian kaca mataS:mengatakan pusing berkurang dan sudah tidak taku dan gelisahO : ekspresi klien tampak tenang dan rileksA :masalah teratasi sebagianP : lanjutkan intervensi