Artikel Pilihan Kompas 22.4.2014

78
Ketua BPK Tersangka Kasus Pajak Hadi Dijerat di Akhir Masa Tugas JAKARTA, KOMPAS — Komisi Pemberantasan Korupsi menetapkan Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Hadi Poernomo, selaku mantan Direktur Jenderal Pajak Kementerian Keuangan, sebagai tersangka kasus korupsi permohonan keberatan pajak PT Bank Central Asia Tbk tahun 2003. Ketua KPK Abraham Samad, Senin (21/4), mengungkapkan, Hadi ditetapkan sebagai tersangka karena diduga menyalahgunakan wewenangnya sebagai Dirjen Pajak setelah menerima seluruh permohonan keberatan pajak PT BCA Tbk atas transaksi non- performing loan (NPL) sebesar Rp 5,7 triliun. Kasus ini bermula dari pengajuan surat keberatan pajak oleh BCA pada 17 Juni 2003. Terhadap keberatan itu, pada 13 Maret 2004, Direktur PPh Ditjen Pajak mengirimkan surat pengantar risalah keberatan kepada Dirjen Pajak yang saat itu dijabat Hadi. Surat pengantar tersebut berisi hasil telaahan dan

Transcript of Artikel Pilihan Kompas 22.4.2014

Page 1: Artikel Pilihan Kompas 22.4.2014

Ketua BPK Tersangka Kasus Pajak

Hadi Dijerat di Akhir Masa Tugas

JAKARTA, KOMPAS — Komisi Pemberantasan Korupsi menetapkan Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Hadi Poernomo, selaku mantan Direktur Jenderal Pajak Kementerian Keuangan, sebagai tersangka kasus korupsi permohonan keberatan pajak PT Bank Central Asia Tbk tahun 2003.

Ketua KPK Abraham Samad, Senin (21/4), mengungkapkan, Hadi ditetapkan sebagai tersangka karena diduga menyalahgunakan wewenangnya sebagai Dirjen Pajak setelah menerima seluruh permohonan keberatan pajak PT BCA Tbk atas transaksi non-performing loan (NPL) sebesar Rp 5,7 triliun.

Kasus ini bermula dari pengajuan surat keberatan pajak oleh BCA pada 17 Juni 2003. Terhadap keberatan itu, pada 13 Maret 2004, Direktur PPh Ditjen Pajak mengirimkan surat pengantar risalah keberatan kepada Dirjen Pajak yang saat itu dijabat Hadi. Surat pengantar tersebut berisi hasil telaahan dan kesimpulan telaahan keberatan serta usulan kepada Hadi selaku Dirjen Pajak untuk menolak permohonan keberatan pajak BCA.

Namun, pada 18 Juni 2004 atau satu hari sebelum jatuh tempo untuk memberikan keputusan atas keberatan pajak BCA, Hadi memerintahkan Direktur PPh selaku pejabat penelaah keberatan melalui nota dinas Dirjen Pajak tanggal 17 Juni 2004 untuk mengubah kesimpulan dan saran hasil telaahan keberatan wajib pajak PT BCA Tbk.

Page 2: Artikel Pilihan Kompas 22.4.2014

”Jadi, tadinya kesimpulan yang dibuat Direktur PPh bahwa keberatan wajib pajak BCA ditolak, lewat nota dinas Dirjen Pajak, dalam hal ini Saudara HP (Hadi Poernomo), itu justru kebalikannya. Dia meminta kepada Direktur PPh, selaku pejabat penelaah melalui nota dinas itu, agar mengubah kesimpulan dari hasil telaahan wajib pajak BCA yang semula ditolak diubah menjadi menerima seluruh keberatan. Di situlah peran Dirjen Pajak Saudara HP,” kata Abraham.

Karena nota dinas Dirjen Pajak yang menerima permohonan keberatan pajak BCA tersebut diterbitkan sehari sebelum jatuh tempo untuk memberikan keputusan atas permohonan BCA tersebut, Direktur PPh tidak punya cukup waktu dan kesempatan lagi untuk memberikan tanggapan terhadap nota dinas tersebut.

Nota dinas Dirjen Pajak yang dikeluarkan Hadi untuk menerima keberatan pajak BCA itu mengabaikan fakta bahwa materi keberatan yang sama juga diajukan sejumlah bank lain dan diputuskan ditolak.

Atas perbuatan Hadi itu, negara diduga mengalami kerugian mencapai Rp 375 miliar. Perhitungan tersebut berasal dari potensi pajak yang seharusnya dibayarkan oleh BCA.

”Seharusnya pajak yang diterima negara, untuk sementara kami baru hitung, belum final, lebih kurang Rp 375 miliar,” kata Abraham.

Surat perintah penyidikan atas nama tersangka Hadi Poernomo ditandatangani seluruh pimpinan KPK pada Senin kemarin. Hadi dijerat dengan Pasal 2 Ayat 1 dan atau Pasal 3 Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 Ayat 1 Kesatu KUHP. Hadi pun terancam dibui seumur hidup.

Tak terkait apa pun

Menurut Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto, kasus ini merupakan hasil penyelidikan KPK sejak lama. Dia memastikan penetapan Hadi sebagai tersangka tak terkait dengan peristiwa apa pun, mengingat penyelidikan yang dilakukan KPK sejak Desember tahun lalu. Kasus ini juga dikembangkan KPK dari hasil pengaduan masyarakat pada tahun 2013.

”Proses ini diselidiki oleh teman-teman penyelidik dengan teliti. Bahkan, kami meminta keterangan ahli di bidangnya. Ada sekitar lima orang yang ahli dari berbagai disiplin ilmu yang kami mintai keterangan,” kata Bambang.

Bambang juga menegaskan, penetapan Hadi sebagai tersangka juga menjadi salah satu wujud nyata perhatian KPK dalam pemberantasan korupsi di sektor penerimaan negara.

Dalam beberapa hari ke depan, KPK juga akan membuat suatu forum untuk menunjukkan atau mempresentasikan hasil kajian KPK mengenai penerimaan di sektor-sektor mineral dan batubara yang berkaitan dengan pajak.

Page 3: Artikel Pilihan Kompas 22.4.2014

Berpamitan

Hadi Poernomo ketika dikonfirmasi soal penetapan tersangka itu hanya berujar singkat. ”Sebagai warga negara, saya akan mengikuti proses hukum dengan baik di KPK,” ujarnya.

Wakil Ketua BPK Hasan Bisri pun merasa prihatin dengan penetapan mantan teman sejawatnya di BPK itu dijadikan tersangka KPK.

”BPK tak bisa melakukan advokasi. Sebab, kasus yang dituduhkan kepada Pak Hadi saat menjadi Dirjen Pajak Kementerian Keuangan dan bukan sebagai Ketua BPK,” ujarnya.

Kemarin siang, Hadi bahkan menggelar keterangan pers di Gedung BPK, sekaligus berpamitan karena memasuki masa pensiunnya sebagai pegawai negeri pada usia 67 tahun.

Saat berpamitan dengan pers, Hadi juga mengemukakan bahwa BPK menemukan indikasi adanya penyimpangan ketentuan perundang-undangan yang dilakukan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) saat memberikan dana tambahan untuk penyertaan modal sementara Bank Mutiara (dulu bernama Bank Century) senilai Rp 1,25 triliun pada 23 Desember 2013.

”Patut diduga adanya pelanggaran undang-undang saat pemberian dana tambahan penyertaan modal sementara (PMS) ke Bank Mutiara, yang setidaknya ada empat temuan,” kata Hadi di Gedung BPK.

Menurut Hadi, penanganan Bank Mutiara oleh LPS belum sepenuhnya efektif. ”Banyak praktik perbankan bank tak sesuai ketentuan,” paparnya.

Sementara itu, Sekretaris LPS Samsu Adi Nugroho menyebutkan, untuk mendivestasikan saham Bank Mutiara, tak ada jalan keluar bagi LPS selain memberikan tambahan PMS sesuai permintaan otoritas. ”Saya pastikan, tambahan PMS Rp 1,25 triliun sesuai aturan,” ujarnya. (BIL/IDR/HAR)

Page 4: Artikel Pilihan Kompas 22.4.2014

Ala Puntadewa-kah Dia?

Oleh: Ninok Leksono

”Mengirimkan cahaya ke dalam hati manusia yang dilanda kegelapan – itulah kewajiban seniman”.

(Robert Schumann, Komposer Jerman, 1810-1856)

DI  saat hati manusia gelap atau galau karena cinta, Schumann yang konsekuen dengan ucapannya di atas mengangkat syair Heinrich Heine menjadi lieder atau tembang puitik ”Dichterliebe” (Cinta Sang Pujangga), seperti dipergelarkan oleh Konservatori Musik Jakarta, 16 Maret silam.

Akan tetapi, kali ini bukan galau karena cinta. Ia galau karena merindukan pemimpin hebat. Bangsa Indonesia menjelang 69 tahun hari jadinya masih meraba-raba siapakah jago yang akan unggul dalam Pemilu Presiden 9 Juli.

Hampir tujuh dasawarsa eksis sebagai negara-bangsa, Indonesia masih mendambakan pemimpin sempurna paripurna. Mungkin ideal jika segi yang baik pada tiap-tiap pemimpin hari kemarin hadir dalam sosok pemenang pilpres.

Karena pepatah ”de mortuis nihil nisi boni” (tentang orang yang sudah meninggal, jangan bicarakan kecuali yang baik-baik), kita kenang Presiden Soekarno, Bapak Pendiri yang selalu bersemangat membina persatuan. Kita kenang Presiden Soeharto yang punya tekad membangun perekonomian negeri. Lalu, Presiden BJ Habibie yang masih bersama kita, bertekad membawa bangsa maju bersama ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemudian, mendiang Presiden Abdurrahman Wahid kita kenang sebagai sosok penuh toleransi dan menghormati keragaman. Presiden Megawati Soekarnoputri dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tentu juga kita kenali kebajikannya.

Namun, siapa pemimpin yang akan datang? Akankah bangsa Indonesia beruntung dipimpin sosok yang kehebatannya merupakan resultan kebaikan keenam presiden sebelumnya? Mungkin itu lamunan. Selebihnya, semua masih diliputi kegelapan.

Karena seniman–seperti ujar Schumann–juga memberikan sinar terang saat hati gelap, marilah kita coba bertanya kepada mereka.

Sebagian jawabnya muncul dalam pergelaran wayang orang oleh Kelompok Swargaloka di Teater Wayang, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Minggu (20/4). Swargaloka

Page 5: Artikel Pilihan Kompas 22.4.2014

menjagokan Puntadewa, alias Yudistira, putra sulung Pandawa dari pernikahan Pandu Dewanata dan Dewi Kunti. Oleh cerita Swargaloka–yang ditulis Irwan Riyadi–Puntadewa dijuluki ”Satria Pinandita” atau Satria yang berjiwa Pandita atau Brahmana. Sejatinya, Puntadewa adalah putra Batara Darma, dewa kebenaran dan keadilan (Ensiklopedi Wayang Indonesia, Senawangi).

Puntadewa sebagai anak Batara Darma mewarisi sifat ayahnya, yakni–terutama–adil dan jujur. Karena itu pula, ia dijuluki ”Ajatasatru”, orang yang tak mempunyai musuh. Para dewa pun menghargai sifat Puntadewa sehingga saat ia berjalan, kakinya tak menapak bumi; kalau naik kereta, keretanya pun terangkat, bak menggunakan kereta maglev (magnetic levitation).

Adil, jujur, dan rendah hati membuat Puntadewa kurang berminat mendalami ilmu olah kanuragan, keprajuritan, seperti adiknya, Bima atau Arjuna. Sebaliknya, ia lebih suka ilmu tata negara, sejarah, dan hukum.

Dalam cerita Satria Pinandita, Puntadewa dihadapkan pada sejumlah ujian. Pertama, permainan dadu, yang–astaga–disenangi Puntadewa. (Sekilas muncul pertanyaan, etiskah seorang pemimpin setingkat raja masih menyukai judi? Pengarang Mahabarata ingin menunjukkan bahwa sepanjang ia masih manusia, ia punya kelemahan.) Dalam satu momen yang tragis, Puntadewa dipecundangi oleh akal bulus Patih Sengkuni. Ia kalah habis-habisan, bukan saja uang dan harta, melainkan juga Kerajaan Amarta. Dan, istrinya, Drupadi, hilang dipertaruhkan.

Adik-adiknya memprotes. Bima menyatakan, rakyat Amarta telah salah memilih pemimpin. Kalau saja tidak datang Resi Wiyasa menasihati, Puntadewa sudah memilih lengser. Dengan nasihat Sang Resi, ia tetap tegar berdiri. Ia tegaskan bahwa dirinya, juga adik-adiknya, mungkin juga semua orang, datang ke dunia tidak membawa apa-apa. Jadi, kalau lalu kembali tak berpunya, itu bukan masalah bagi Puntadewa. Ia menyilakan adiknya meninggalkan dirinya kalau mereka tak sepandangan.

Begitulah cerita Mahabarata. Kelima Pandawa bersama Drupadi menggelandang di Hutan Kamiyaka selama 12 tahun. Namun, Puntadewa tak kehilangan dignity atau keluhuran jiwa.

Tatkala sepupunya, Duryudana, yang menguasai Hastina ditawan oleh raja gandarwa Citrasena, dan adiknya senang atas kejadian itu, Puntadewa pun berniat menolong. Jika Bima dan Arjuna tak bersedia, ia akan tangani sendiri.

Ketika keempat adiknya tewas karena meminum air telaga yang dikuasai Yaksadewa, Puntadewa lolos dari kematian karena ia lebih bijak: mau bernegosiasi dengan Yaksa. Ia lulus uji kebijaksanaan dengan menjawab enam pertanyaan Yaksadewa, antara lain apakah yang menemani manusia dalam kematian? Jawab Punta, ”Darma atau kebajikan.” Di mana letak kebenaran? Jawab Punta, ”Di hati nurani.”

Lalu, ketika Yaksadewa menawarkan siapa di antara adiknya yang ingin dihidupkan, Punta menjawab, ”Kalau hanya satu, aku memilih Nakula.” Mengapa bukan Bima atau Arjuna yang

Page 6: Artikel Pilihan Kompas 22.4.2014

seayah-seibu dengannya? Punta menjawab, ”Aku tidak membedakan Ibu Kunti dan Ibu Madrim (ibu kandung Nakula dan Sadewa). Aku sama-sama mencintai keduanya. Kalau aku menginginkan Bima atau Arjuna, aku tidak adil kepada Ibu Madrim.” Karena ia sebagai satu-satunya yang masih hidup adalah anak Ibu Kunti, demi keadilan, ia memilih Nakula. Yaksadewa pun lalu menghidupkan keempat adik Puntadewa karena pekerti luhurnya.

Dalam teori kepemimpinan modern, tidak semua trait yang ada pada Puntadewa pas untuk kepemimpinan. Mengapa sampai harus ada pengawal, Paspampres? Sebab, terkait jabatan, dari sono-nya, pemimpin dengan kebijakannya (yang tegas) akan mengundang musuh.

Diawali dengan tari Srikandi-Larasati oleh penari Jaya Suprana School of Performing Arts untuk menyambut Hari Kartini dengan semangat perwira, lakon Puntadewa Satria Pinandita adalah karya seni yang tidak semata menampilkan kepiawaian seorang Ali Marsudi (sebagai Puntadewa) dan Dewi Sulastri (sebagai Drupadi) dalam seni drama wayang. Ia juga menyorotkan sepercik cahaya tentang karakter kepemimpinan. Untuk Indonesia, mungkin belum tentu serupa Puntadewa karena ini negeri yang rumit. Tetapi, jelas keadilan dan kejujuran kini seruan yang paling bergema di seluruh negeri.

Page 7: Artikel Pilihan Kompas 22.4.2014

ANALISIS POLITIK

Jurus Tandur

Hormat saya kepada Surya Paloh yang cita-citanya lebih besar dari dirinya sendiri. Dengan tidak menegosiasikan dirinya sebagai calon wakil presiden Joko Widodo, calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, ia telah membunuh libido kekuasaannya. Sekecil apa pun keputusan tersebut, itu merupakan bagian dari kebajikan (virtue) politik.

Hal tersebut konkuren dengan langkah Jokowi yang tampak sedang berusaha membangkitkan alam bawah sadar bangsa. Dalam geraknya mendekati partai lain setelah hasil hitung cepat pemilu legislatif diumumkan, bukan istilah koalisi yang dia pergunakan, melainkan kerja sama.

Terminologi tersebut tampaknya sederhana. Namun, kerja sama adalah formulasi lain dari istilah sakral yang dulu sudah selesai dirumuskan oleh para pendiri Republik berdasarkan sejarah panjang Nusantara, yaitu musyawarah mufakat dan gotong royong. Sebuah praktik demokrasi yang tidak semata-mata bertumpu pada satu orang satu suara dan transaksi politik seperti dikandung dalam koalisi, tetapi konsensus bersama demi kepentingan yang lebih besar, yaitu bangsa dan negara.

Mencermati langkah Jokowi tersebut, saya jadi teringat lagu grup musik Slank yang berjudul ”Jurus Tandur”, akronim dari maju terus pantang mundur. ”Maju terus pantang mundur/langkah ke depan/jangan ke belakang. Maju terus pantang mundur/untuk kebenaran.... Maju terus pantang mundur, demi keadilan...”.

Meskipun banyak pihak, terutama analis politik, mencemooh penggunaan istilah kerja sama sebagai pijakan dasar dalam mendekati partai-partai politik agar bergabung dengan PDI-P untuk mengusung dia sebagai calon presiden, Jokowi jalan terus. Mungkin dia meyakini bahwa formulasi itulah yang menjadi jiwa dari kemerdekaan Indonesia dan kelangsungan hidup bangsa ke depan.

Dengan konstruksi berpikir seperti itu, bisa dipahami apabila partai politik yang selama ini terkungkung dalam wahana berpolitik adalah dalam rangka mendapatkan kekuasaan dan memperoleh hak-hak istimewa ekonomi merasa aneh dengan langkah Jokowi tersebut. Penulis yang selama ini terbiasa mempergunakan istilah koalisi sejujurnya juga belum terbiasa dengan istilah kerja sama.

Hal itu menunjukkan tanpa sadar sebagian besar dari kita telah mengubur semangat dan praktik musyawarah mufakat dan gotong royong yang sejatinya merupakan identitas dan kebijaksanaan asli Nusantara. Tidak mengherankan apabila wacana penggabungan partai politik menjadi berisik seperti yang sekarang ini berlangsung.

Page 8: Artikel Pilihan Kompas 22.4.2014

Hampir semua partai menengah bermanuver semata-mata ingin menaikkan bargaining position di mata tiga partai yang menurut hasil hitung cepat menduduki tempat teratas (PDI-P, Golkar, dan Gerindra). Bahkan, partai Islam mencoba menggodok kemungkinan membentuk poros tengah untuk mengubah konfigurasi politik.

Harapannya, poros Islam menjadi kaukus baru menggeser posisi salah satu dari tiga partai utama itu. Apabila langkah itu gagal, setidaknya daya tawar mereka terhadap salah satu dari ketiga partai tersebut akan kuat. Namun, kalau dilihat dari miskinnya tokoh yang menjadi preferensi publik di partai-partai Islam, rasanya sulit mereka memenangi kontestasi pemilu presiden. Terlebih lagi, di era budaya pop sekarang ini, pencitraan figur dalam batas-batas tertentu diperlukan.

Di sisi lain, berbeda dengan PDI-P dan Golkar, Partai Gerindra sangat aktif melakukan pendekatan kepada partai-partai lain. Dalam perspektif budaya politik, langkah aktif itu akan mendatangkan manfaat apabila dilakukan secara terukur. Sayang sekali, Gerindra cenderung terlalu aktif jika tidak boleh disebut agresif dalam bermanuver sejak kampanye pemilu legislatif digelar.

Itu mengurangi daya dobrak kerja jaringan di struktur basis yang sudah digarap lama dan iklan yang ditebar di media massa. Alam bawah sadar bangsa ini tidak suka sindiran berlebih, kesinisan, dan pameran kekuatan. Secara hipotesis, kalau pimpinan Gerindra bisa mengukur secara bijak langkah politiknya, perolehan suaranya diperkirakan lebih tinggi daripada yang diperoleh sekarang.

Langkah yang kurang terukur, seperti yang kini sedang berlangsung, yaitu terkesan tidak mengambil jarak dalam konflik internal Partai Persatuan Pembangunan, dapat memicu partai-partai lain mempertimbangkan lebih dalam untuk bergabung dengan Gerindra. Apabila hal itu berlaku, Gerindra bisa berjalan sendirian. Sungai politik yang semula berpusar di tiga kaukus (PDI-P, Golkar, dan Gerindra) tidak tertutup kemungkinan akan mengkristal ke dalam dua aliran, yaitu kelompok PDI-P dan Golkar.

PDI-P akan bermitra dengan Partai Nasdem, PKB, kemungkinan PAN, dan PKPI (nonfaktor) dalam mengusung Jokowi sebagai calon presiden. Sesuai hasil survei lembaga-lembaga independen, Jusuf Kalla mempunyai peluang tertinggi sebagai cawapresnya. Adapun mitra Golkar adalah PD, Hanura, PKS, PPP, dan PBB (nonfaktor). Sampai hari ini, Aburizal Bakrie adalah calon presiden yang mungkin diusung kaukus ini.

Melihat itu semua, suka atau tidak, rasanya sulit membendung Jokowi yang kini sudah memegang narasi publik. Dengan kesederhanaan dan kekerempengannya, dia adalah pemanggul prinsip ”jurus tandur” demi Indonesia Raya.

Sukardi Rinakit, Pendiri Soegeng Sarjadi Syndicate dan Kaliaren Foundation

Page 9: Artikel Pilihan Kompas 22.4.2014

Kecurangan Lebih Mudah DideteksiCaleg yang Dicurangi Tidak Sulit Menelusuri

JAKARTA, KOMPAS — Walaupun segala peraturan telah disiapkan detail oleh Komisi Pemilihan Umum, kecurangan dalam rekapitulasi suara masih terbuka terjadi. Namun, dengan sistem saat ini, kecurangan lebih mudah dideteksi.

Menurut Ketua Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Didik Supriyanto, di Jakarta, Senin (21/4), banyak petugas Panitia Pemungutan Suara (PPS) tingkat desa/kelurahan dan Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) tidak menyadari kegiatan manipulasi suara kini gampang diketahui.

”Mereka tetap melanjutkan kebiasaan lama, padahal dengan ketentuan-ketentuan baru bisa segera diketahui,” kata Didik.

Deteksi pertama, C1 yang asli adalah yang berhologram. Kedua, C1 plano pun bisa dibuka kembali saat penghitungan suara di PPS ataupun PPK. Ketiga, dengan pemindaian C1 yang langsung dikirim ke pusat, semua orang bisa mengakses isi C1.

Dengan sistem seperti itu, akan memudahkan siapa pun yang suaranya dimanipulasi untuk menelusuri kembali.

”Masalahnya adalah orang yang suaranya dikurangi itu mau komplain tidak. Kalau si pelaku memberikan kompensasi, mereka juga akan diam,” kata Didik.

Dengan situasi seperti itu, peran pengawas pemilu menjadi krusial. Kalau pengawas pemilu lapangan, pengawas pemilu kecamatan, ternyata juga terlibat manipulasi, sempurna sudah kecurangan itu.

”Namun, kalau pengawas pemilu ikut mempersoalkan kecurangan, maka baru bisa menjadi masalah. Sekarang kuncinya benar-benar di pengawas pemilu,” kata Didik.

Anggota Badan Pengawas Pemilu, Daniel Zuchron, membenarkan bahwa dalam proses rekapitulasi suara banyak terjadi kesalahan. ”Ada kesalahan tulis, kesalahan hitung, tetapi ada juga karena kesengajaan,” katanya.

Beberapa kesalahan terjadi kemungkinan karena penyelenggara pemilu tingkat bawah tak memenuhi kualifikasi sebagai panitia. Di media sosial beredar hasil rekapitulasi suara di C1 yang janggal karena panitia salah menjumlahkan angka-angka sederhana.

Page 10: Artikel Pilihan Kompas 22.4.2014

Ketua KPU Husni Kamil Manik mengatakan, memang sudah ada ketentuan bahwa penyelenggara pemilu tingkat bawah berpendidikan minimal SMA. Namun, di beberapa daerah, kriteria itu sulit dipenuhi.

Berkaca pada berbagai persoalan manual di setiap penyelenggaraan pemilu, menurut Didik, bangsa ini harus mulai belajar untuk menggunakan teknologi informasi secara penuh dalam pelaksanaan pemilu mendatang. India saja sudah lebih dahulu menggunakan e-voting atau pemilu secara elektronik.

Sebelumnya, Komisioner KPU Ferry Kurnia Rizkiyansyah mengatakan, pada pemilu kali ini penggunaan TI tak dilakukan secara penuh karena undang-undang memang tak mewajibkan.

Dari pengecekan Kompas, hingga Senin malam, jumlah TPS yang C1-nya sudah diunggah ke situs web KPU mencapai 50,4 persen. TPS yang sudah mengunggah C1 adalah 275.089 TPS dari total 545.803 TPS yang ada.

Siapkan gugatan ke MK

Sejumlah caleg di Gorontalo pun sudah ada yang bersiap mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi pasca penetapan calon terpilih oleh KPU pusat nanti.

”Kami sudah mengantongi beberapa bukti terkait dugaan pelanggaran yang berlangsung selama masa kampanye, hari tenang, dan saat pemungutan suara,” ujar Umar Karim, calon anggota DPD di Gorontalo.

Pelanggaran pemilu di tahap rekapitulasi suara juga marak terjadi di Provinsi Papua. Panitia Pengawas Pemilu Kota Jayapura, misalnya, menolak mengakui berita acara rekapitulasi surat suara di Distrik Jayapura Selatan.

Menurut Ketua Panwaslu Kota Jayapura Hilda Nahusona, pihaknya tidak menerima berita acara di sana karena sebagian besar TPS di distrik tersebut belum menyerahkan form C1. Pelaksanaan rekapitulasi oleh PPS tak dilaksanakan di tempat yang telah ditentukan KPU Kota Jayapura.

Banjarmasin lancar

Rekapitulasi suara di Kota Banjarmasin berjalan lancar. Semua partai politik dan calon anggota legislatif DPR, DPD, dan DPRD menerima hasil rekapitulasi akhir.

Menurut Ketua KPU Kota Banjarmasin Bambang Budiyanto, berdasarkan hasil rekapitulasi, Partai Golkar meraih suara terbanyak di tingkat DPR (84.071 suara) dan DPRD Kota Banjarmasin (50.589 suara), sedangkan PDI-P meraih suara terbanyak di tingkat DPRD Provinsi Kalsel (53.278 suara). Untuk calon anggota DPD, Gusti Farid Hasan Aman meraih suara terbanyak dengan 67.871 suara.

Page 11: Artikel Pilihan Kompas 22.4.2014

Sementara itu, rekapitulasi suara di beberapa kabupaten/kota di Sulsel sepanjang Senin masih berlangsung. Kepala Bagian Humas KPU Sulsel mengatakan, hingga pukul 18.00 pihaknya baru menerima hasil rekapitulasi dari empat kabupaten, yakni Soppeng, Takalar, Sinjai, dan Jeneponto.

Sulsel memiliki 24 kabupaten/kota. Batas waktu rekapitulasi di tingkat kabupaten/kota adalah Senin pukul 24.00. (AMR/APO/JUM/ENG/FLO)

Page 12: Artikel Pilihan Kompas 22.4.2014

4 Cawapres di GolkarPendamping Aburizal Bakrie Akan Ditetapkan dalam Rapimnas  

JAKARTA, KOMPAS — Partai Golkar masih belum menentukan pendamping Ketua Umum Aburizal Bakrie yang telah ditetapkan menjadi calon presiden sejak Juni 2012. Walau demikian, ada empat nama yang kerap diperbincangkan para kader Golkar untuk dapat mendampingi Aburizal.

Tiga nama berasal dari eksternal Golkar, yakni mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat Pramono Edhie Wibowo, Menteri BUMN Dahlan Iskan, dan mantan Menteri Pemberdayaan Perempuan yang juga Ketua Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa. Satu nama dari internal Golkar, yaitu mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Demikian dikatakan Wakil Sekjen Golkar Tantowi Yahya, Senin (21/4), saat ditemui di Gedung DPR, Jakarta. Mengawali minggu ini, justru Ketua Umum Aburizal Bakrie dan ”ring satu” Aburizal tidak terdeteksi ada ”pergerakan” untuk bertemu dengan tokoh dari partai lain.

”Nama yang berasal dari para kader nanti digodok, diolah di dewan pimpinan pusat. Namun, mandat untuk memilih calon wakil presiden tetap berada di tangan Pak Aburizal Bakrie walau akan ditetapkan dalam rapat pimpinan nasional,” ujarnya.

Aburizal Bakrie pun ditetapkan sebagai capres Golkar dalam Rapimnas III Golkar pada 29 Juni 2012 di Bogor. Walaupun secara legal formal, pencapresan Aburizal belum secara resmi disampaikan ke Komisi Pemilihan Umum.

Peneliti senior Pol-Tracking Institute, Tata Mutasya, mengatakan, empat nama itu realistis untuk digandengkan dengan Aburizal. Menurut dia, Aburizal harus berbesar hati untuk hanya mendapatkan cawapres ”sisa”. ”Parpol berpikirnya ya begini; pertama, menunggu tawaran dari Jokowi. Kalau tidak ada tawaran, ya dari Prabowo juga boleh. Baru kemudian, yang tidak ditawar keduanya akan dipinang Aburizal,” katanya.

Dikatakan, saat ini semua parpol seolah ”bermain kartu”. ”PDI-P dan Gerindra menunggu presidential threshold dulu. Jadi, ya supaya tidak ngoyo cari parpol koalisi kecuali PDI-P dan Nasdem yang sudah pasti,” ujarnya.

Menurut Tantowi, Golkar tak akan buru-buru mengumumkan nama cawapres pendamping Aburizal. ”Pendaftaran (pasangan capres dan cawapres), kan, 18-20 Mei. Jangan sampai mengumumkan nama, tetapi tidak tepat,” katanya.

Page 13: Artikel Pilihan Kompas 22.4.2014

Tantowi menambahkan, yang dicari bukan sekadar nama besar seseorang yang layak dijadikan cawapres, melainkan juga sosok yang punya kesamaan dengan Golkar dan Aburizal. ”Itu, kan, tidak mudah,” kata Tantowi.

Sosok cawapres berikut mitra koalisi dari Golkar direncanakan akan diumumkan dalam Rapimnas Partai Golkar. Ketua Badan Koordinasi Pemenangan Pemilu Golkar Sharif Cicip Sutardjo mengumumkan rapimnas akan berlangsung awal Mei 2014.

Namun, politisi senior Partai Golkar, Zainal Bintang, Minggu, dalam diskusi bertema ”Dinamika Internal Partai Jelang Pilpres 2014” yang digelar PolcoMM Institute menginformasikan, rapimnas dimajukan pada akhir pekan ini. (RYO)

Page 14: Artikel Pilihan Kompas 22.4.2014

Dua Kubu di PPP Tetap BersikukuhMasing-masing Menyatakan Siap Islah

JAKARTA, KOMPAS — Polemik di tubuh Partai Persatuan Pembangunan terus bergulir. Dua kubu yang berseberangan, yaitu kubu jajaran pengurus yang akhir pekan lalu melakukan rapat pimpinan nasional dan kubu Suryadharma Ali, saling klaim keabsahan dan menyiapkan pertemuan. Namun, mereka juga menyatakan siap untuk islah.

Jajaran pengurus partai yang melakukan rapat pimpinan nasional (rapimnas), kemarin, memantapkan rencana pelaksanaan Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) III yang akan digelar Rabu (23/4). Menurut mereka, mukernas menjadi proses untuk mempercepat pemulihan partai berdasarkan mekanisme yang ada.

”Sesuai rapat harian pengurus dewan pimpinan pusat, kami telah menindaklanjuti hasil rapimnas yang mengamanatkan musyawarah kerja nasional. Selain itu, rapimnas telah memberhentikan sementara Suryadharma Ali dan menunjuk Emron Pangkapi sebagai pelaksana tugas ketua umum,” kata Sekretaris Jenderal PPP Romahurmuziy, di Jakarta, Senin.

Rapimnas memberhentikan sementara Suryadharma karena dia dianggap melakukan perbuatan yang menjatuhkan nama partai dan melanggar keputusan PPP yang ditetapkan secara sah.

Menurut Romahurmuziy, mukernas akan mengundang Suryadharma untuk memberikan klarifikasi terhadap semua perbedaan pendapat. Apabila Suryadharma tidak hadir, Emron Pangkapi akan disahkan sebagai ketua umum yang baru.

Keretakan di PPP kian tajam setelah Suryadharma mendeklarasikan dukungan kepada calon presiden dari Partai Gerindra, Prabowo Subianto, di kantor PPP. Sebelumnya, Suryadharma menghadiri kampanye terbuka Partai Gerindra di Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, dan memecat sejumlah pengurus partainya. Langkah Suryadharma ini diprotes sebagian pengurus PPP karena dianggap dilakukan secara sepihak.

Mukernas mendatang, lanjut Romahurmuziy, juga akan dipakai untuk mengevaluasi hasil pemilu legislatif, pembahasan mitra koalisi, dan pernyataan politik resmi PPP menjelang pilpres.

Page 15: Artikel Pilihan Kompas 22.4.2014

”Kami tetap mengedepankan pendekatan konstitusional. Tidak seperti saat ini, telah beredar surat terkait rapat pleno PPP pada Selasa (hari ini) yang ditandatangani Suryadharma Ali. Namun, hal ini sudah tidak mungkin. Sifatnya inkonstitusional. Sebab, beliau tidak lagi mempunyai kewenangan untuk mengadakan dan mengundang rapat karena tidak berposisi lagi sebagai ketua umum,” kata Romahurmuziy.

Bukan drama

Secara terpisah, Suryadharma menuturkan, rapat pleno yang dijadwalkan Selasa ini adalah bagian dari upaya islah. Rapat bakal melibatkan seluruh pengurus dewan pengurus pusat (DPP), semua departemen, majelis, dan badan otonom. Pertemuan juga direncanakan bakal dihadiri Ketua Majelis Syariah DPP PPP, yang juga pengasuh Pesantren Al Anwar di Sarang, Rembang, Jawa Tengah, KH Maimun Zubair.

”Namun, upaya penyelenggaraan itu ada yang menghalangi. Ya, terserah,” katanya.

Menurut Suryadharma, konflik di partainya bukan drama, melainkan fakta yang memalukan. Oleh karena itu, saat ini PPP sedang berusaha melakukan islah.

”(Konflik) ini bukan drama, ini sungguhan. Kekisruhan yang memalukan.... Islah tetap akan dilakukan,” kata Suryadharma.

Terkait rapimnas akhir pekan lalu dan mukernas pada Rabu mendatang, menurut Suryadharma, dua acara itu merupakan kegiatan liar. ”Rapimnas kemarin itu liar. Katanya mau adakan mukernas, itu juga liar. Mestinya yang menyelenggarakan ketum. Bukan wakil ketua umum sama sekjen yang sudah dirotasi. Sepuluh kali laksanakan mukernas, itu statusnya liar. Tidak sah,” ujar dia.

Secara terpisah, Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin mengungkapkan keprihatinan atas keretakan di tubuh PPP. ”Kami dorong agar dilakukan islah, rekonsiliasi di antara pihak-pihak yang berselisih. DPP PPP agar dapat menyelesaikan masalah itu dengan cara dilakukan islah secara beradab, bermartabat, mengacu konstitusi partai,” tutur Din.

Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Iqbal Sulam mengatakan, kasus di PPP merupakan urusan internal partai itu. ”Kami tak mau campur tangan dalam parpol. Biarkan masalah politik diselesaikan mereka sendiri,” katanya. (IAM/A10)

Page 16: Artikel Pilihan Kompas 22.4.2014

Diselidiki Transaksi Aneh Rp 1,3 Triliun Aparat Hukum Tangani Bersama Laporan PPATK

JAKARTA, KOMPAS — Badan Reserse Kriminal Polri menyelidiki laporan terkait transaksi keuangan mencurigakan senilai Rp 1,3 triliun yang disampaikan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan ke aparat penegak hukum, termasuk Polri dan Kejaksaan Agung.

Hal itu disampaikan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Komisaris Jenderal Suhardi Alius, di Jakarta, Senin (21/4). ”Bareskrim tentu akan ikut menyelidiki,” kata Suhardi. Laporan dari PPATK itu ditangani bersama instansi lain karena PPATK mempresentasikan kepada penegak hukum dan lembaga lain.

Secara terpisah, anggota Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4), Yunus Husein, yang mantan Kepala PPATK, mengungkapkan, UKP4 hanya memantau penanganan proses hukum atas adanya laporan tersebut. UKP4 memantau agar proses penegakan hukum berjalan sebagaimana mestinya.

Juru Bicara Komisi Pemberantasan Korupsi Johan Budi belum dapat memastikan adanya laporan transaksi keuangan mencurigakan dari PPATK senilai Rp 1,3 triliun itu yang disampaikan ke KPK. Ia menambahkan, KPK akan menyupervisi penanganan hukum atas laporan PPATK itu jika terkait penyelenggara negara. KPK tidak dapat menyupervisi jika laporan transaksi keuangan mencurigakan itu terkait pihak swasta.

Ikuti aliran

Kepala PPATK Muhammad Yusuf menjelaskan, penyidik Bareskrim Polri tentu dapat mengkaji atau menyelidiki laporan mengenai temuan transaksi keuangan mencurigakan itu. ”Itu memang belum tentu pidana, tetapi harus dikaji atau diselidiki oleh penyidik,” katanya.

Pengkajian atau penyelidikan, menurut Yusuf, dapat dilakukan dengan menelusuri atau mengikuti aliran dana dari hilir ke hulu. ”Misalnya, orang yang melakukan transaksi, profesinya apa? Pegawai negeri atau swasta?” katanya.

Menurut Yusuf, penyidik Polri perlu mengkaji atau menyelidiki laporan terkait transaksi keuangan mencurigakan itu karena ruang lingkup penanganan kasus oleh Polri lebih luas dan kewenangan Polri lebih besar. ”Kalau KPK kan hanya terbatas pada tindak pidana korupsi oleh penyelenggara negara,” katanya.

Page 17: Artikel Pilihan Kompas 22.4.2014

Seperti diberitakan, PPATK menemukan ada transaksi keuangan mencurigakan senilai Rp 1,3 triliun. Transaksi itu diketahui berasal dari luar negeri yang masuk secara bertahap ke dalam negeri. PPATK sudah mempresentasikan hasil analisis transaksi mencurigakan itu kepada Kejagung, Polri, KPK, Bea dan Cukai, serta UKP4.

Yusuf pernah menjelaskan, transaksi keuangan mencurigakan itu berasal dari dana yang dibawa dari luar negeri. ”(Uang) dibawa cash, kemungkinan uang dari luar, lalu disetor ke rekening dollarnya, kemudian dikonversi rupiah, pindah rekening,” kata Yusuf.

Dana itu, lanjut Yusuf, dibawa tunai secara bertahap. Dalam tiap tahapan, nilai transaksi bisa mencapai ratusan juta rupiah sampai Rp 1 miliar. Setelah berada di Indonesia, dana tersebut lalu dimasukkan ke rekening dollar AS di perbankan. Setelah dikonversi ke dalam mata uang rupiah, dana pun berpindah ke rekening lain.

Yusuf menjelaskan, transaksi keuangan mencurigakan itu diketahui milik warga negara Indonesia, seorang pegawai swasta. (FER)

Page 18: Artikel Pilihan Kompas 22.4.2014

Pemilu Legislatif 2014 Paling Brutal

JAKARTA, KOMPAS — Pemilu Legislatif 2014 dinilai sebagai pemilu paling brutal sepanjang sejarah Indonesia. Pemilu legislatif tahun ini bukan memperjuangkan ideologi atau isu-isu yang bersifat program, juga bukan memperjuangkan elektoral, melainkan jadi arena pintar-pintaran mendistribusikan uang tanpa melanggar aturan pemilu.

”Sebagian besar mereka (politisi) mengaku melakukan praktik politik uang. Di tengah klaim pragmatisme, politik uang dianggap sebagai bagian dari komunikasi politik antara partai, caleg, dan pemilih,” kata pengamat politik Burhanuddin Muhtadi, di Jakarta, Senin (21/4), saat menanggapi pemaparan ”Pemantauan atas Politik Uang, Politisasi Birokrasi dan Penggunaan Sumber Daya Negara dalam Pemilu 2014” sebagai temuan Indonesia Corruption Watch (ICW). Dia menambahkan, kebrutalan Pemilu Legislatif 2014 diungkapkan sendiri oleh sejumlah politisi.

Pantauan ICW di 15 provinsi menemukan 313 kasus politik uang. Kasus terbesar di Banten (36 kasus), Riau dan Bengkulu (masing-masing 31 kasus), dan Sumatera Barat (30 kasus).

”Ironisnya, suara rakyat di sejumlah daerah bisa dibeli hanya dengan Rp 5.000. Namun, ada juga modus yang menjanjikan pasca bayar sesudah pencoblosan mencapai Rp 2 juta per pemilih, meski modus ini tidak bisa diungkapkan sampai tuntas menyangkut keselamatan tim pemantau di daerah,” kata peneliti ICW, Donal Fariz.

Secara terpisah, Wakil Ketua MPR Hajriyanto Thohari menuturkan, tanpa penanganan hukum terhadap praktik politik uang, legitimasi DPR 2014-2019 dapat dipertanyakan.

”Sebelumnya, DPR sudah dipertanyakan karena kerap membolos, juga ada beberapa anggota Dewan yang diduga tersangkut kasus korupsi. Bagaimana lagi jika ternyata DPR dihasilkan oleh pemilu yang sarat politik uang?” ujar Hajriyanto.

Hajriyanto mengatakan, seharusnya ada pelaku politik uang yang ditangkap. Dengan demikian, tidak ada persepsi umum yang menyatakan bahwa semua caleg melakukan politik uang.

Menurut anggota DPR, Tantowi Yahya, banyak pelanggaran oleh caleg, tapi tak ada tindakan.

Sementara itu, penemuan uang Rp 510 juta di Kabupaten Gunung Kidul, DI Yogyakarta, pada masa tenang pemilu legislatif lalu tak dibawa ke ranah hukum. Menurut Kepala Polda DIY Brigadir Jenderal (Pol) Haka Astana, kebijakan itu diambil karena bukti tentang adanya politik uang di kasus itu tak memadai.

Page 19: Artikel Pilihan Kompas 22.4.2014

Uang Rp 510 juta dalam pecahan Rp 5.000 dan Rp 10.000 tersebut diamankan Kepolisian Resor Gunung Kidul dari sebuah mobil saat menggelar Operasi Yustisi, 6 April lalu. Dari dalam mobil, polisi juga menemukan atribut partai, termasuk tiruan surat suara yang berisi nama caleg DPR dari dapil Yogyakarta. (OSA/RYO/HRS/ONG)

Page 20: Artikel Pilihan Kompas 22.4.2014

MUI Siap Fasilitasi Pertemuan

JAKARTA, KOMPAS — Majelis Ulama Indonesia siap memfasilitasi pertemuan antarpimpinan partai politik Islam dan berbasis massa Islam yang bertarung dalam Pemilu Legislatif 2014. Hal ini tindak lanjut dari imbauan agar parpol Islam berkoalisi dalam Pilpres 2014.

”Forum memberikan amanat kepada kami agar ada silaturahim antara MUI dengan pimpinan parpol Islam dan parpol berbasis massa Islam. Kami upayakan hal itu dalam satu-dua hari ini,” kata Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) M Din Syamsuddin dalam jumpa pers hasil pertemuan Forum Ukhuwah Islamiyah dan MUI di kantor MUI, Jakarta, Senin (21/4).

Pertemuan itu diikuti 66 perwakilan pimpinan dari organisasi masyarakat (ormas) Islam di Indonesia. Mereka antara lain Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Iqbal Sulam, Ketua Umum Persis Maman Abdurrahman, Ketua Umum PB Al-Jam’iatul Wasliyah Yusnar Yusuf, Ketua MUI Bidang Hukum dan Perundangan yang sekaligus Ketua Umum Pengurus Pusat Tarbiyah Islamiyah Basri Bermanda, dan Ketua MUI Makruf Amin.

Penjelasan Din Syamsuddin itu merupakan tindak lanjut dari hasil pertemuan forum ormas Islam dan MUI. Sebagaimana dibacakan Basri Bermanda, forum itu menyerukan untuk mensyukuri perolehan suara partai-partai Islam dan berbasis massa Islam yang menurut hitung cepat sejumlah lembaga mencapai sekitar 32 persen. Hasil itu menunjukkan, sebagian umat Islam memberikan kepercayaan dan harapan bagi terwujudnya nilai-nilai Islam dalam perpolitikan nasional serta kehidupan berbangsa dan bernegara.

”Kami mengetuk partai-partai Islam dan berbasis massa Islam agar menunaikan amanah dan tanggung jawabnya memenuhi harapan konstituen Muslim, bagi adanya koalisi strategis partai-partai Islam dan berbasis massa Islam maupun dengan dan partai-partai lain, di mana koalisi partai Islam dan berbasis massa Islam yang menentukan dalam menghadapi Pilpres 2014,” kata Basri Bermanda membacakan imbauan tersebut.

Makruf Amin mengingatkan, koalisi itu bukan hal yang mustahil. Pada tahun 1999, parpol-parpol Islam bisa bersatu, bahkan mengajak parpol nasionalis untuk mengusung Abdurrahman Wahid sebagai Presiden RI, dan berhasil.

”Seruan ormas Islam ini merupakan harapan agar partai-partai Islam mengulang apa yang pernah terjadi tahun 1999,” katanya. (IAM)

Page 21: Artikel Pilihan Kompas 22.4.2014

Politik Uang

Juru Kampanye PDI-P Diadili

UNGARAN, KOMPAS — Juru kampanye Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Mundjirin (61), Senin (21/4), menjalani persidangan di Pengadilan Negeri Semarang. Mundjirin yang juga Bupati Semarang diadili dengan dakwaan melanggar kampanye pemilihan umum legislatif karena membagi-bagikan beras dengan disertai ajakan untuk memilih partainya.

Sidang perdana pelanggaran pemilu itu digelar majelis hakim yang dipimpin Dedeh Suryanti dengan anggota Budi Prayitno dan Koni Hartanto. Adapun jaksa penuntut umum dikoordinasi Hari Murti. Mundjirin, yang tiba di pengadilan mengenakan baju batik berwarna merah dan tersemat lencana kepala daerah Kabupaten Semarang, didampingi tim pengacara yang berasal dari Kantor PDI-P Jateng.

Dalam dakwaannya, Mundjirin didakwa melanggar Pasal 301 jo Pasal 89 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilu, yang ancaman hukumannya 2 tahun penjara dan denda Rp 24 juta.

Menurut Hari, pelanggaran dilakukan Mundjirin pada 22 Maret 2014 saat kampanye dialogis PDI-P di sekitar Pasar Bandarjo, Kecamatan Ungaran Barat, Semarang. Waktu itu, Mundjirin disertai rombongannya mendatangi kios bahan kebutuhan pokok milik Senah, salah seorang pedagang di pasar. Terdakwa kemudian membeli lebih kurang 50 kilogram beras seharga Rp 450.000.

Setelah minta dibungkusi masing-masing 1 kilogram, Mundjirin langsung membagikan kepada pengunjung. ”Saat pembagian, terdakwa mengajak pengunjung untuk ampun supe (jangan lupa) 9 April 2014, dan memilih partai nomor 4, bergambar moncong putih, presidennya Jokowi,” ujar Hari. Penyebutan moncong putih dinilai jaksa sudah mengajak warga memilih PDI-P. (WHO)

Page 22: Artikel Pilihan Kompas 22.4.2014

Terima Uang, 12 Ketua PPK Dinonaktifkan  

PASURUAN, KOMPAS — Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, Senin (21/4), menonaktifkan sementara 12 ketua Panitia Pemilihan Kecamatan. Pasalnya, mereka menerima uang dari caleg Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Jatim.

”Langkah ini diambil untuk menjaga integritas dan independensi KPU,” kata Ketua KPU Pasuruan Zainal Abidin, kemarin. Dia menambahkan, bulan lalu pihaknya juga memberhentikan seorang ketua PPK karena kasus yang berbeda.

Sebelumnya, Minggu lalu, Agustina Amprawati, caleg Partai Gerindra untuk DPRD Jatim, melaporkan dugaan penipuan dan suap yang dilakukan 13 PPK terhadap dirinya, ke Panitia Pengawas Kecamatan Kejayan Pasuruan.

Agustina mengaku pada 12 Maret 2014 sudah membuat perjanjian kerja sama dengan 13 ketua PPK (dari 24 PPK di Kabupaten Pasuruan) untuk menggelembungkan suaranya. Setiap ketua PPK berjanji menggelembungkan 5.000-8.000 suara. Untuk itu, Agustina mengaku memberikan uang Rp 117 juta dan satu sepeda motor kepada mereka.

Zainal menyatakan sudah mengklarifikasi kepada pihak-pihak yang dilaporkan. Para ketua PPK itu merasa dijebak karena merasa tidak membuat perjanjian. Mereka mengaku hanya diundang oleh pihak ketiga untuk bertemu dengan Agustina guna berbicara tentang pemilu dan mengamankan suara pemilu. Saat itu para ketua PPK membubuhkan tanda tangan di notes kecil sebagai daftar hadir.

”Tidak tahunya, tanda tangan mereka bersama-sama dalam format perjanjian seperti yang diungkapkan caleg. Namun, para ketua PPK itu tetap kami nonaktifkan sementara karena sudah melanggar kode etik, yaitu menerima pemberian dari caleg. Selanjutnya kami menunggu proses hukum,” ujar Zainal. Menurut dia, setiap ketua PPK rata-rata menerima uang Rp 5 juta.

Suryono Pane, Ketua Panwaslu Kabupaten Pasuruan, menilai kasus ini merupakan pelanggaran berat. Panwaslu akan merekomendasikan pemecatan terhadap para terlapor.

Sementara itu, Badan Pengawas Pemilu Provinsi Aceh akan melakukan sidang kode etik untuk komisioner Panitia Pengawas Pemilu Kabupaten Bireuen berinisial DS pada 22 April. Sidang itu bagian tindak lanjut terhadap 34 kasus pelanggaran pemilu yang terjadi di Aceh.

Komisioner Bawaslu Aceh Muklir mengatakan telah menerima laporan pelanggaran kode etik oleh DS sejak sebulan lalu dan kemudian mengklarifikasinya. ”Ternyata, DS melakukan pelanggaran berupa tak aktif dan rangkap kerja,” ujar dia.

Page 23: Artikel Pilihan Kompas 22.4.2014

Bawaslu Aceh, lanjut Muklir, juga mempersiapkan sidang kode untuk Ketua Komite Independen Pemilihan (KIP) Aceh Timur Ismail. Ismail diduga membawa 2.000 lembar kertas suara untuk DPRD, DPD, dan DPR tanpa melakukan koordinasi dengan panitia pengawas pemilu dan polisi setempat. (DRI/DIA/A15)

Page 24: Artikel Pilihan Kompas 22.4.2014

Mahfud Minta Rp 2 Miliar untuk Ade Rahardja  

JAKARTA, KOMPAS — PT Adhi Karya selaku pelaksana konstruksi proyek pembangunan Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional di Hambalang, Jawa Barat, memakai Mahfud Suroso untuk mendistribusikan sebagian fee ke sejumlah pihak. Mahfud Suroso selaku Direktur Utama PT Dutasari Citralaras kerap menjadi subkontraktor PT Adhi Karya.

Demikian disampaikan Komisaris PT Methapora Solusi Global M Arifin saat menjadi saksi dalam persidangan perkara proyek Hambalang dengan terdakwa mantan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Andi Mallarangeng di Pengadilan Tipikor Jakarta, Senin (21/4). PT Methapora merupakan subkonsultan perencana jasa konstruksi proyek Hambalang.

Untuk mendapatkan proyek Hambalang, Wafid Muharam selaku Sekretaris Menpora minta Adhi Karya menyetor fee sebesar 18 persen dari nilai proyek konstruksi Hambalang senilai Rp 1,2 triliun. Namun, Kepala Divisi Konstruksi 1 Adhi Karya Teuku Bagus hanya menyanggupi 15 persen yang lalu disetujui Wafid.

”Teuku Bagus lalu menyampaikan, realisasi fee akan disampaikan melalui Mahfud Suroso,” ujar Arifin.

Menurut Arifin, uang fee tersebut dialokasikan untuk sejumlah pihak, antara lain Menpora, Sesmenpora, dan DPR.

Arifin juga menuturkan, Mahfud pernah minta Adhi Karya memberikan Rp 2 miliar ke Ade Rahardja, yang saat itu jadi Deputi Penindakan KPK, untuk mengamankan kasus Hambalang. ”Mahfud Suroso meminta Rp 2 miliar ke Adhi Karya. Katanya untuk Si Rambut Putih, orang dalam KPK,” kata Arifin yang belakangan mengetahui, orang yang dimaksud Mahfud adalah Ade Rahardja.

”Teuku Bagus menyetujui. Saya lalu mengambil uang Rp 2 miliar dari kas Adhi Karya dan saya serahkan ke Mahfud Suroso,” ujar Arifin. Namun, Arifin tidak mengetahui apakah uang itu benar diserahkan kepada Ade Rahardja atau tidak.

Dalam persidangan kasus Hambalang dengan terdakwa Teuku Bagus, mantan Manajer Pemasaran Divisi Konstruksi 1 PT Adhi Karya M Arief Taufiqurrahman juga pernah mengungkapkan adanya rencana pemberian uang untuk mengamankan kasus Hambalang di KPK.

Page 25: Artikel Pilihan Kompas 22.4.2014

Jaksa mendakwa Andi Mallarangeng mengarahkan rekayasa lelang pengadaan barang/jasa dan proses penganggaran proyek Hambalang. Andi juga didakwa menerima uang terkait proyek itu sebesar Rp 9 miliar melalui Choel Mallarangeng. (FAJ)

Page 26: Artikel Pilihan Kompas 22.4.2014

Nasdem dan PDI-P Rumuskan Agenda  

JAKARTA, KOMPAS — Partai Nasdem bersama PDI-P dan Joko Widodo yang merupakan calon presiden kedua partai itu sedang merumuskan agenda Indonesia. Dalam waktu dekat, agenda itu akan disampaikan ke masyarakat.

”Kami sedang merumuskan agenda nasional yang akan menjadi pegangan Indonesia lima tahun ke depan. Kami merumuskan berdasarkan 10 program Nasdem, Indonesia Hebat yang diusung PDI-P, dan juga pandangan dari Jokowi,” kata Ketua Badan Pemenangan Pemilu Partai Nasdem Ferry Mursyidan Baldan, di Jakarta, Senin (21/4).

Sementara itu, Sekretaris Jenderal PDI-P Tjahjo Kumolo mengungkapkan, salah satu mandat kepada Joko Widodo (Jokowi) adalah menegakkan prinsip Trisakti, yaitu berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan.

Trisakti, lanjut Tjahjo, hanya akan dicapai jika ada kepemimpinan nasional yang kuat dan didukung program kerja pro rakyat. Kepemimpinan yang kuat juga dibutuhkan untuk menjaga ideologi partai, yaitu Pancasila, berkomitmen menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia, UUD 1945, dan kemajemukan bangsa.

”Hal ini yang kami tawarkan dalam lobi-lobi dengan pimpinan parpol. Tawaran kami pada prinsipnya dapat dipahami, misalnya oleh Partai Nasdem dengan program restorasinya,” kata Tjahjo. Dia menambahkan, kerja sama dengan Nasdem setidaknya menunjukkan ada pemahaman pembangunan Indonesia ke depan dengan prinsip Trisakti.

Tjahjo mengingatkan, kerja sama antarparpol jangan dimulai dari pembagian kursi kabinet atau posisi calon wakil presiden.

Jokowi, lanjut Tjahjo, juga sudah melakukan pendekatan dengan pimpinan Partai Kebangkitan Bangsa dan Nahdlatul Ulama. ”Saya juga sudah diskusi dan membangun pemahaman dengan Pak Wiranto (Ketua Umum Hanura) meski belum ada kesepakatan untuk kerja sama politik,” tutur Tjahjo.

Secara terpisah, Wakil Ketua Badan Pemenangan Pemilu PDI-P TB Hasanuddin mengungkapkan, partai-partai saat ini masih saling lirik dalam menentukan cawapres. Jika ada parpol yang mengumumkan posisi cawapres, peta politik akan langsung berubah.

Menurut Hasanuddin, parpol masih saling melirik dan menjajaki kemungkinan koalisi dan menentukan cawapres. Akibatnya, peta koalisi dan cawapres masih belum menentu. ”Setiap ketua umum parpol yang menjadi capres masih mengandaikan, jika gagal menjadi capres, masih bisa menjadi cawapres,” kata dia. (FER/ONG)

Page 27: Artikel Pilihan Kompas 22.4.2014

Bupati Morotai Setor Rp 3 Miliar

JAKARTA, KOMPAS — Bupati Morotai Rusli Sibua menyetor Rp 3 miliar agar dimenangkan dalam sengketa pilkada di Mahkamah Konstitusi. Uang tersebut oleh Muchlis Tapi Tapi dan Muchammad Djuffry disetor ke rekening CV Ratu Samagat milik Ratu Rita, istri Akil Mochtar selaku Ketua MK.

Demikian diungkapkan Djuffry saat menjadi saksi dalam sidang suap MK dengan terdakwa Akil Mochtar di Pengadilan Tipikor Jakarta, Senin (21/4). Dalam sidang yang mulai digelar sore hari tersebut, Djuffry bercerita bahwa dirinya diminta tolong rekannya, Muchlis, guna menyediakan uang Rp 3 miliar untuk pengurusan sengketa pilkada di MK. Djuffry merupakan pengusaha konstruksi yang juga kader Partai Amanat Nasional Maluku Utara.

Muchlis mengatakan kepada Djuffry bahwa permintaan uang tersebut dikemukakan oleh Sahrin Hamid dan Rusli Sibua. Sahrin merupakan penasihat hukum Rusli Sibua untuk perkara sengketa Pilkada Morotai di MK.

Rusli Sibua bersama pasangannya, Weni R Paraisu, menggugat putusan KPU yang memenangkan pasangan Arsad Sardan dan Demianus Ice dalam Pilkada Morotai yang digelar pada 16 Mei 2011. Rusli merupakan calon bupati yang diajukan PAN.

”Uang Rp 3 miliar itu akan diserahkan kepada siapa di MK?” tanya jaksa Luki Dwi Nugroho kepada Djuffry. ”Saya hanya tahu, uang itu akan diserahkan ke MK untuk pengurusan sengketa pilkada,” kata Djuffry.

Untuk mendapatkan uang tersebut, Djuffry meminjam uang kepada kawannya bernama Petrus. Setelah mendapatkan uang itu, Djuffry dan Muchlis diminta menyetornya ke rekening CV Ratu Samagat. Rinciannya, pada 16 Juni 2011 disetor Rp 500 juta atas nama penyetor Djuffry; tanggal 16 Juni 2011 disetor Rp 500 juta atas nama penyetor Muchlis; tanggal 20 Juni 2011 disetor uang dalam bentuk dollar AS ekuivalen Rp 2 miliar atas nama penyetor Djuffry.

Dalam kolom berita slip penyetoran uang tersebut, Djuffry mengaku menulis setoran itu seolah-olah untuk keperluan ”angkutan kelapa sawit”.

Setelah penyetoran uang tersebut, pada 20 Juni 2011, MK memutus perkara itu dengan amar membatalkan kemenangan Arsad Sardan dan menetapkan pasangan Rusli Sibua dan Weni R Paraisu sebagai pemenang pilkada. Hakim panel yang memeriksa sidang adalah Akil Mochtar sebagai ketua serta Muhammad Alim dan Hamdan Zoelva sebagai anggota.

Page 28: Artikel Pilihan Kompas 22.4.2014

Dalam persidangan sebelumnya, Bupati Morotai Rusli Sibua saat menjadi saksi membantah pernah memberikan uang kepada Akil Mochtar. Akil Mochtar juga membantah telah meminta dan menerima uang terkait sengketa Pilkada Morotai.

Akil dikenai enam dakwaan. Di antaranya, dalam dakwaan kesatu, Akil dianggap menerima suap dalam Pilkada Gunung Mas, Kalteng; Lebak, Banten; Empat Lawang, Sumsel; Palembang, Sumsel; dan Lampung Selatan. Dalam dakwaan kedua, Akil menerima hadiah atau janji untuk memenangkan perkara sengketa sejumlah pilkada. (faj)

Page 29: Artikel Pilihan Kompas 22.4.2014

Presiden Beri Ruang Menteri Parpol

JAKARTA, KOMPAS — Setelah pemilihan umum legislatif, aktivitas Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memanggil para menteri dan menggelar rapat di Kantor Presiden cenderung menurun. Kondisi seperti ini diprediksi akan terus berlangsung hingga pemilihan presiden dan wakil presiden pada 9 Juli mendatang.

Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha, Senin (21/4), menyatakan, Presiden Yudhoyono memang memberikan ruang bagi menteri untuk menjalankan aktivitas politiknya menjelang pilpres. Meski demikian, Presiden juga meminta para menteri tak meninggalkan tugas dan kewajiban utamanya.

”Presiden pada rapat kabinet minggu lalu memberikan ruang, khususnya menteri-menteri dari partai politik koalisi, untuk bisa juga beraktivitas dalam politik. Tentu dengan catatan, mereka tak meninggalkan tanggung jawabnya sebagai pejabat,” ujar Julian, di kompleks Istana.

Dari pantauan Kompas, tidak banyak aktivitas kabinet yang dilakukan di Kantor Presiden sejak pemungutan suara 9 April lalu. Rapat kabinet paripurna baru dilangsungkan pada Kamis (17/4). Meski demikian, sejumlah menteri dipanggil mengikuti rapat tertutup. Misalnya, Senin, Presiden menggelar rapat bersama jajaran staf khusus presiden. Menjelang sore, Presiden kembali ke rumah pribadinya di Puri Cikeas, Bogor.

Menurut Julian, meski tidak disampaikan ke publik, Presiden tetap beraktivitas. Selain memantau dan memberikan instruksi, Presiden juga menindaklanjuti hal-hal bersifat administratif, seperti menandatangani surat-surat. ”Itu dilakukan tidak terbatas saat jam kerja dan tidak selalu di kantor Presiden atau Istana,” ujar dia.

Disayangkan

Menyikapi kelonggaran aktivitas politik pasca pemilu, Direktur Pol-Tracking Institute Hanta Yuda AR mengatakan, hal itu sudah bisa ditebak sebelumnya. Sebab, menjelang berakhirnya pemerintahan SBY-Jusuf Kalla tahun 2009, hal serupa terjadi pula.

”Kondisi ini, selain implikasi sistem presidensial yang setengah hati, juga implikasi diperbolehkannya rangkap jabatan menteri dan pengurus parpol,” katanya.

Menurut Hanta, langkah tersebut justru mereduksi sistem presidensial. ”Seharusnya, Presiden lebih tegas, meminta menteri lebih fokus bekerja,” ujar dia.

Page 30: Artikel Pilihan Kompas 22.4.2014

Sementara itu, enam bulan menjelang berakhirnya masa jabatan Presiden Yudhoyono, sejumlah mobil boks keluar masuk Istana. Hal tersebut memunculkan dugaan, Presiden tengah mengemasi barang-barang pribadinya untuk dibawa ke rumah pribadinya. Namun, Julian menepis hal itu. ”Bukan Presiden, tetapi saya yang berkemas,” kelitnya.

(why)

Page 31: Artikel Pilihan Kompas 22.4.2014

Sisi lain istana

Dari Artikel ke Wapres

SABTU  tanggal 16 Februari 2013 lalu di sebuah hotel di Jakarta, ekonom senior JB Sumarlin merayakan ulang tahunnya yang ke-80 dengan meluncurkan buku biografinya berjudul JB Sumarlin, Cabe Rawit yang Lahir di Sawah dan JB Sumarlin di antara Sahabat.

Acara ini menjadi bahan pembicaraan hangat antara wartawan dan salah satu pekerja untuk kantor Wakil Presiden Boediono, Kurie Suditomo, di Den Haag, Negeri Belanda, tanggal 17 Maret 2014. Kurie sangat antusias membahas acara Sumarlin itu karena Wapres Boediono memberikan sambutan.

Dalam sambutannya, Wapres Boediono yang akrab dipanggil Pak Boed mengatakan merasa bahagia diperkenankan memberikan sambutan karena dia adalah mantan anak buah Sumarlin. ”Kalau flashback, kembali ke belakang, mungkin panjang, tetapi saya mengambil satu event saja,” ujar Pak Boed.

”Pada tahun 1983, saya menulis di Kompas mengenai devaluasi. Waktu itu saya seorang dosen di universitas pedalaman sana, di Yogyakarta. Tanpa saya sadari ternyata artikel yang sangat pendek itu dibaca seorang menteri,” lanjut Wapres.

Sang menteri itu, kata Pak Boed, adalah juga Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Profesor JB Sumarlin.

”Di situlah titik balik perjalanan karier saya. Semula saya memang ingin menjadi dosen di Universitas Gadjah Mada. Tetapi, dengan terjadinya peristiwa Bapak Menteri JB Sumarlin membaca artikel saya, semuanya berubah,” ujar Pak Boed sambil senyum-senyum.

Boediono, sang dosen UGM itu, kemudian direkrut Sumarlin melalui Adrianus Mooy. ”Pak Mooy, juga mantan bos saya, mempunyai koneksi dengan UGM. Jadi tampaknya mulus sekali saya ditarik ke Bappenas dan itulah awal keterlibatan saya di pemerintahan sampai saat ini,” ujar Pak Boed.

Kantor Bappenas yang terletak di dekat tempat tinggal resmi wakil presiden di Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta, bagi Pak Boed adalah tempat penggemblengan baginya. Di situ Pak Boed harus bekerja keras. Budaya kerja keras diperoleh Pak Boed dari tempat itu. Pak Boed masuk ke Bappenas berawal dari tingkat eselon dua di bawah langsung Adrianus Mooy. ”Itu benar-benar memberikan pengalaman yang luar biasa,” kata Pak Boed.

Page 32: Artikel Pilihan Kompas 22.4.2014

Ketika bekerja di Bappenas, Pak Boed hampir tiap hari harus pulang sampai pukul 12 tengah malam sehingga sering diprotes sang istri. Untuk itu Pak Boed harus mengeluarkan energi memberikan penjelasan dan pengertian kepada Ny Herawati Boediono.

Catatan Sumarlin

Dalam acara itu Sumarlin memberikan catatan kehidupan bernegara dan pembangunan nasional selama 14 tahun terakhir, sejak dimulainya masa Reformasi tahun 1998. ”Saat ini justru semakin jauh dari nilai dan arah dasar Pancasila. Pancasila seperti tidak lagi menjiwai kehidupan bangsa di berbagai bidang, baik bidang politik, ekonomi, maupun sosial budaya,” ujar Sumarlin ketika itu.

Bagi Sumarlin, setelah tahun 1998, Pancasila tidak lagi jadi acuan di berbagai kehidupan. Menurut dia, ini akibat GBHN (Garis-garis Besar Haluan Negara) tidak ada.

Tetapi, mengapa ada GBHN dan ada peristiwa kelam bulan Mei 1998. GBHN jangan dilaksanakan dengan gaya diktator, korup, kolusi, dan nepotisme. Itu membahayakan Pancasila. (J Osdar)

Page 33: Artikel Pilihan Kompas 22.4.2014

Rusia Tuduh Kiev Langgar Kesepakatan Geneva  

Page 34: Artikel Pilihan Kompas 22.4.2014

KIEV, SENIN —  Setelah terjadi bentrokan senjata di dekat kota Slavyansk, Ukraina timur, yang menewaskan tiga milisi pro Rusia dan seorang dari pihak berlawanan, Pemerintah Rusia, Senin (21/4), menuduh Ukraina telah melecehkan kesepakatan internasional Geneva.

Page 35: Artikel Pilihan Kompas 22.4.2014

Hal ini disampaikan Moskwa bersamaan dengan kedatangan Wakil Presiden Amerika Serikat Joe Biden di Kiev, ibu kota Ukraina, untuk menunjukkan dukungan Barat pada otoritas Kiev.

”Kesepakatan Geneva tak hanya tidak terlaksana, tetapi langkah-langkah telah diambil, terutama oleh mereka yang merebut kekuasaan di Kiev, melanggar kesepakatan itu,” kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov dalam jumpa pers di Moskwa, Rusia, Senin.

Lavrov membalas tudingan Washington yang mengatakan bahwa Moskwa enggan melaksanakan implementasi kesepakatan yang dibuat Kamis pekan lalu di Geneva, yang melibatkan Ukraina, AS, Uni Eropa, dan Rusia.

Kesepakatan Geneva tersebut rusak karena konflik bersenjata yang terjadi pada hari raya Paskah, Minggu. Terlebih, setelah milisi pro Rusia yang kini mengendalikan puluhan kota di Ukraina timur menolak untuk mundur atau meletakkan senjata. Mereka menyatakan tak terikat pada kesepakatan Geneva tersebut.

Kesepakatan Geneva memerintahkan semua kelompok bersenjata ilegal di Ukraina untuk melucuti senjata mereka serta menghentikan pendudukan gedung-gedung pemerintah dan situs lainnya di sejumlah kota selama ini.

Pasukan Rusia

Harian The New York Times edisi Senin melaporkan, foto-foto yang diambil di Ukraina timur yang memperlihatkan sejumlah pria bersenjata mengenakan penutup muka, yang disebut sebagai separatis pro Rusia, diduga kuat adalah anggota pasukan dan intel Rusia.

Mengutip sumber Ukraina, foto-foto dan deskripsi foto tersebut ”didukung oleh pemerintahan Presiden Barack Obama”. Harian tersebut melaporkan, sejumlah pria teridentifikasi dalam foto-foto pasukan Rusia yang diambil dalam kesempatan berbeda.

Harian itu juga menampilkan beberapa foto saat operasi di Georgia tahun 2008 dan awal tahun ini di Crimea, serta membandingkan mereka dengan sejumlah pria yang kini menguasai kota Slavyansk.

Menurut The New York Times, pihak keamanan Ukraina juga telah mengidentifikasi satu foto pria bertopeng yang merupakan intel Rusia. Moskwa menolak keras tudingan tersebut bahwa mereka kini tengah melancarkan operasi di Ukraina timur.

Laporan tersebut muncul setelah aksi tembak-menembak yang mematikan di Slavyansk pada Minggu lalu. (AFP/REUTERS/LOK)

Page 36: Artikel Pilihan Kompas 22.4.2014

Maui

Seorang remaja yang kabur dari rumah selamat setelah berada pada suhu minus 62 derajat celsius tanpa pakaian pelindung selama lebih dari lima jam. Menurut agen penyelidik Biro Investigasi Federal Amerika Serikat (FBI), Tom Simon, anak laki-laki berusia 16 tahun itu minggat dari rumahnya di Santa Clara, California, AS. Ia kemudian memanjat pagar bandar udara di San Jose, California, dan masuk ke ruang roda pendarat pesawat milik maskapai Hawaiian Airlines tujuan Maui, Hawaii. Remaja itu mengaku langsung pingsan begitu pesawat mendekati ketinggian jelajah sekitar 11.500 meter dan suhu udara anjlok menjadi minus 62 derajat celsius. Ia baru siuman sekitar satu jam setelah pesawat mendarat dan segera keluar ke landasan. ”Ini bagaikan keajaiban. Dia tak mengenakan pakaian khusus apa pun,” tutur Simon. Semoga setelah ini ia kapok minggat.... (Reuters/DHF)

Page 37: Artikel Pilihan Kompas 22.4.2014

Tiga Juta Lapangan Kerja BerkualitasOleh: P Agung Pambudhi

SEDERET data ditampilkan Ahmad Erani Yustika untuk menunjukkan elastisitas penciptaan lapangan kerja yang memburuk di mana setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi menciptakan jumlah lapangan kerja yang semakin kecil dari tahun ke tahun.

Diungkapkan, pertumbuhan ekonomi tinggi tak serta-merta menciptakan lapangan kerja besar, bahkan yang terjadi pertumbuhan ekonomi tinggi telah menciptakan perangkap pertumbuhan berupa disparitas pendapatan antar-golongan yang secara sempurna terjadi di Indonesia.

Artikel Erani ini menanggapi pendapat Gustav Papanek, Presiden Boston Institute for Developing Economies. Sayangnya, komentar Papanek tentang pentingnya menaruh perhatian pada industri padat karya tidak dibahas Erani.

Dalam penciptaan lapangan kerja, gagasan studi Papanek terbagi dalam dua bagian: dukungan bagi investasi industri padat karya dan kebijakan penciptaan lapangan kerja aktif (active employment) lewat anggaran pemerintah dengan melibatkan rakyat dalam aktivitas pembangunan.

Lapangan kerja berkualitas

Mengapa investasi padat karya? Industri inilah yang paling berpotensi menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, jauh melampaui daya serap tenaga kerja industri padat modal ataupun jasa pada umumnya. Industri padat karya seperti tekstil, garmen, dan alas kaki mampu menyerap banyak tenaga kerja dengan tingkat keterampilan rendah (low skills).

Tersedia surplus tenaga kerja yang dapat dilatih dengan segera untuk mengerjakan pekerjaan low skills itu. Industri padat karya inilah yang mampu menjadi pull-factor untuk menarik ”surplus” tenaga kerja di sektor tak produktif seperti pertanian dan para pekerja informal. Secara meyakinkan, Papanek memaparkan surplus tenaga kerja, di antaranya ditunjukkan dalam analisis soal ”surplus” tenaga kerja pertanian.

Untuk penciptaan tiga juta lapangan kerja berkualitas per tahun dan mencapai pertumbuhan ekonomi tinggi, Papanek mensyaratkan beberapa hal utama.

Pertama, Indonesia harus mampu mengambil 10 persen pasar investasi padat karya Tiongkok yang akan ditinggalkannya mengingat upah tenaga kerjanya sudah tidak akan kompetitif lagi. Jika Indonesia tidak mampu memanfaatkannya, kesempatan ini tak akan berulang mengingat negara-negara kompetitor seperti Vietnam, Kamboja, dan India akan mengambilnya.

Page 38: Artikel Pilihan Kompas 22.4.2014

Kedua, pembenahan daya dukung industri padat karya, di antaranya dengan mengurangi biaya logistik dan transportasi yang saat ini masih sekitar 26,5 persen dari total biaya, jauh lebih tinggi dibandingkan negara kompetitor seperti Malaysia (13 persen) dan Jepang (10 persen). Ketiga, dukungan ketersediaan energi dengan biaya kompetitif, di antaranya dengan konversi penggunaan minyak (BBM) ke gas (BBG) yang didukung sarana dan prasarana distribusi gas dari lokasi produksi ke area konsumsi.

Keempat, penciptaan kluster industri di luar Jakarta yang lebih murah biaya lahan dan tenaga kerja dengan meningkatkan anggaran infrastruktur yang saat ini sekitar 1 persen dari PDB menjadi 5 persen (yang dapat dibiayai dari pengurangan subsidi BBM dan insentif pajak bagi investasi yang membangun infrastruktur).

Kelima, menjaga upah minimum buruh yang masuk akal disertai program peningkatan kualitasnya agar naik produktivitasnya sehingga meningkatkan pendapatan buruh. Keenam, kebijakan kurs BI dengan menjaga penguatan rupiah di tingkat yang dapat diterima sehingga memberikan insentif bagi eksportir. Ketujuh, pengurangan biaya regulasi dengan kepastian dan penegakan hukum serta implementasi tata kelola pemerintahan yang baik (good governance).

Karya Papanek memberikan rekomendasi operasional yang amat dibutuhkan, relatif konkret dan tidak terlalu normatif sebagaimana kebanyakan studi. Tentu sejumlah catatan bahkan barangkali sanggahan bisa ditujukan ke studi tersebut.

Soal fokus industri padat karya, selain soal upah minimum, berbagai prasyarat Papanek tersebut bukan merupakan kepentingan spesifik industri padat karya, melainkan juga kebutuhan industri manufaktur pada umumnya. Maka, persoalannya bukan picking the winner untuk industri yang diutamakan, melainkan penciptaan daya dukung investasi yang memungkinkan setiap bidang industri lebih berdaya saing. Baik industri manufaktur padat karya maupun padat modal akan diuntungkan.

Namun, Papanek juga benar bahwa perhatian pada industri padat karya memungkinkan untuk penyerapan tenaga kerja yang besar. Di sisi lain, industri manufaktur padat modal juga penting untuk penciptaan nilai tambah yang membawa tarikan aktivitas ekonomi lainnya.

Biaya tenaga kerja

Tantangan utama dari implementasi rekomendasi Papanek adalah terkait upah minimum. Sejatinya tak ada yang baru dalam gagasan menempatkan upah minimum sebagai jaring pengaman (safety net) sehingga besarannya hanya untuk memenuhi kebutuhan minimum—mirip basis kebutuhan fisik minimum yang berlaku sebelumnya, bukan berdasar kebutuhan hidup layak (KHL) yang kini berlaku.

Namun, sebagai negara yang masih sangat muda dalam berdemokrasi, di mana euforia kebebasan demikian kuat memengaruhi berbagai aspek kehidupan termasuk dalam pola relasi pemberi kerja dan tenaga kerja, gagasan institusionalisasi upah minimum sebagai jaring

Page 39: Artikel Pilihan Kompas 22.4.2014

pengaman hampir merupakan utopia, jauh panggang dari api. Politisasi pengupahan yang menempatkan posisi pengusaha-pekerja berhadapan secara diametral dalam tata kehidupan ekonomi politik Indonesia merupakan tantangan amat besar untuk mencapai keharmonisan hubungan bipartit, terlebih ketika unsur pemerintah dalam relasi tripartit demikian lemah dalam menjamin kepastian dan penegakan hukum.

Formula ideal upah minimum yang mengakomodasi kepentingan pengusaha, pekerja, dan pencari kerja secara teknokratis obyektif bisa dirancang. Termasuk dengan mempertimbangkan kemampuan pemerintah menyediakan pelayanan dasar kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur dasar yang berpengaruh terhadap penentuan upah minimum. Namun, soalnya lebih pada kemauan politik dan kemampuan pemerintah menegakkan aturan demokrasi berupa pelaksanaan peraturan perundang-undangan yang didukung ukuran-ukuran obyektif dengan baik.

Lebih lanjut, tak mudah untuk menempatkan kebijakan pengupahan dalam kaitannya dengan produktivitas sebagai basis penentuan upah yang adil bagi pengusaha dan pekerja—yang pengukuran akuratnya lebih mungkin ditentukan di tingkat perusahaan—di tengah kuatnya pengaruh gerakan buruh terhadap serikat pekerja/serikat buruh (SP/SB) di tingkat perusahaan.

Belum lagi jika bicara berbagai ketentuan lain ketenagakerjaan dalam UU No 13/2003 dan sejumlah peraturan turunannya terkait pemutusan hubungan kerja, pesangon, kebijakan alih daya (outsourcing), dan lain-lain yang sangat kontroversial.

UU ketenagakerjaan ini mencatat rekor UU yang paling banyak dilakukan uji materi, baik oleh pengusaha maupun pekerja, sehingga tidak keliru jika dikatakan sebagai UU yang tidak diinginkan pengusaha ataupun pekerja, tetapi ironisnya sampai saat ini segala upaya untuk merevisinya selalu menemui jalan buntu.

Rekomendasi Papanek soal upah minimum semestinya bisa dilaksanakan, tetapi mensyaratkan kepemimpinan nasional yang amat kuat untuk bisa melampaui uji pertama: amendemen UU No 13/2003 sebagai awal pembenahan berbagai persoalan ketenagakerjaan.

Diskusi lanjut rekomendasi Papanek tentu bisa diteruskan, tetapi saya membatasi tulisan ini di sini, untuk menyambut ajakan Erani dalam mendiskusikan suatu karya akademik. Rekomendasi akademik Papanek untuk penciptaan tiga juta lapangan kerja mungkin bisa dilaksanakan berdasarkan catatan di atas, dan sejumlah kontribusi pemikiran lainnya dari para pemangku kepentingan atas kerja akademiknya.

P Agung Pambudhi, Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Indonesia; Wakil Ketua Dewan Pengurus Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah

Page 40: Artikel Pilihan Kompas 22.4.2014

Pertumbuhan Dua DigitOleh: Slamet Sutomo

BEBERAPA waktu yang lalu, Presiden Boston Institute for Developing Economies Profesor Gustav F Papanek menyatakan bahwa ekonomi Indonesia berpeluang tumbuh lebih baik, yaitu sekitar 10 persen, pada tahun-tahun mendatang dengan menekankan pada basis industri pengolahan padat karya. 

Pernyataan tersebut perlu diantisipasi dengan sebaik-baiknya karena hal itu menyangkut negara yang kita cintai, Indonesia. Tulisan ini juga diharapkan dapat memberikan masukan kepada para calon anggota legislatif dan eksekutif yang nanti terpilih.

Penulis ingin menanggapi pernyataan itu ditinjau dari sisi beban ekonomi Indonesia seandainya tumbuh sekitar 10 persen pada tahun-tahun mendatang, yakni periode pemerintahan baru lima tahun mendatang, 2014-2019.  Guna mencapai rata-rata laju pertumbuhan ekonomi 10 persen per tahun, berarti skenario laju pertumbuhan ekonomi Indonesia selama periode itu diasumsikan, misalnya, 7 persen pada  2014, 8 persen pada 2015, 9 persen pada 2016, 10 persen pada 2017, 11 persen pada 2018, dan 12 persen pada 2019.

Jangan eksploitasi SDA

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekonomi Indonesia pada 2013 tumbuh 5,78 persen. Jika pada 2014 ekonomi Indonesia tumbuh 7 persen, produk domestik bruto (PDB) Indonesia—sebagai ukuran kinerja ekonomi—pada tahun itu diperkirakan Rp 2.963,3 triliun atas dasar harga konstan, atau Rp 10.015,9 triliun atas dasar harga berlaku jika inflasi total (PDB) diperkirakan sekitar 4 persen pada tahun tersebut. 

Perkiraan PDB Indonesia tahun-tahun berikutnya dapat dihitung dengan mempertimbangkan laju pertumbuhan sebagaimana diasumsikan di atas dan besarnya inflasi diperkirakan sekitar 4 persen setiap tahun selama 2014-2019.

Dari hasil penghitungan penulis, PDB Indonesia atas dasar harga berlaku pada 2019 diperkirakan Rp 19.606,3 triliun.  Dari hasil perhitungan ini, terlihat bahwa untuk mencapai laju pertumbuhan ekonomi rata-rata 10 persen selama periode 2014-2019 ekonomi Indonesia harus meningkat Rp 10.000 triliun-an selama 5 tahun, atau Rp 2.000 triliun-an per tahun selama periode 2014-2019. 

Kenaikan PDB sebesar itu merupakan beban bagi Indonesia dan butuh upaya sangat serius dari pemerintahan baru. Sebab, selama periode-periode sebelumnya PDB Indonesia hanya

Page 41: Artikel Pilihan Kompas 22.4.2014

meningkat sekitar Rp 700 triliun-Rp 1.000 triliun per tahun. Artinya, dengan target tersebut, PDB Indonesia diharapkan meningkat sekitar dua kali atau lebih dari ”biasanya”.

Permasalahan yang timbul, sektor ekonomi mana yang diharapkan dapat ditingkatkan secara drastis agar mencapai target pertumbuhan ekonomi 10 persen?  Ekonomi Indonesia belakangan ini sangat ditunjang oleh pertumbuhan sektor-sektor jasa, seperti sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor konstruksi, dan sektor keuangan, real estate, dan jasa perusahaan. 

Sektor-sektor ini sudah tentu kurang memenuhi harapan kalau dikaitkan peningkatan lapangan kerja sebagaimana diharapkan Papanek. Sebab, sifat sektor non-tradable ini tidak banyak menyerap tenaga kerja. Sementara itu, sektor pertanian, yang menyerap banyak tenaga kerja, tumbuh dengan tendensi yang semakin melambat, demikian juga sektor industri manufaktur.

Penulis tidak sependapat jika kenaikan PDB Indonesia yang sekitar Rp 2.000 triliun setiap tahun dipacu pemanfaatan sumber daya alam (SDA) yang berlebihan (tereksploitasi). Pengalaman selama ini menunjukkan, banyak SDA Indonesia yang terkuras dan hancur sebagai dampak dari pemanfaatan yang tidak terkendali. Dampak tersebut misalnya kerusakan lingkungan, kerusakan sumber daya ekonomi Indonesia seperti rusaknya hutan Indonesia di Kalimantan, tereksploitasinya sumber daya mineral di Papua, dan berubahnya posisi Indonesia dari eksportir jadi importir pada kasus tertentu, seperti minyak. 

Kalaupun Indonesia masih membutuhkan SDA sebagai salah satu sumber penghasilan negara, pemanfaatannya perlu diatur secara saksama dengan mengutamakan kepentingan kesejahteraan rakyat.  SDA tak hanya digunakan sebagai salah satu sumber ekspor bahan mentah dari Indonesia ke negara-negara tertentu, tetapi rakyat tidak menerima manfaatnya secara optimal.

Tak perlu memaksa diri

Sebenarnya penduduk Indonesia yang berjumlah sekitar 240 juta jiwa pada 2014 ini merupakan potential demand untuk berbagai kegiatan ekonomi di dalam negeri. Berdasarkan data BPS, sekitar 58 persen dari PDB Indonesia disumbang oleh pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia. Ini berarti penduduk Indonesia menyumbangkan pengeluaran konsumsinya untuk meningkatkan produktivitas berbagai kegiatan ekonomi di dalam negeri karena masyarakat butuh berbagai produk atau barang dan jasa sebagai konsumsi mereka. 

Setiap produk yang dikonsumsi masyarakat menghasilkan nilai tambah bagi kegiatan-kegiatan ekonomi dalam negeri, yang berarti meningkatkan PDB Indonesia. Karena itu, pemerintahan mendatang perlu mempertimbangkan pengembangan ekonomi dalam negeri secara optimal karena potential demand dari masyarakat yang besar tadi, misalnya melalui peningkatan kapabilitas masyarakat melalui  berbagai pendidikan dan pelatihan kerja.

Page 42: Artikel Pilihan Kompas 22.4.2014

Alternatif lain adalah mengembangkan hasil-hasil SDA menjadi produk jadi yang diproses di dalam negeri sehingga menghasilkan nilai tambah yang lebih besar daripada mengekspor SDA ke luar negeri tetapi dalam bentuk bahan mentah. Kalaupun Indonesia belum mampu secara cepat mendorong perkembangan ekonomi SDA yang memiliki nilai tambah yang lebih tinggi itu, atau belum mampu meningkatkan kemampuan kapabilitas masyarakat yang berdampak pada peningkatan daya beli mereka, tidak perlu terlalu memaksakan agar ekonomi Indonesia tumbuh 10 persen per tahun.  

Ekonomi Indonesia memang memiliki peluang tumbuh lebih baik pada masa-masa yang akan datang. Sebab, Indonesia punya berbagai sumber daya (alam dan juga manusia). Akan tetapi, dengan prinsip tumbuh moderat dan hasilnya dinikmati rakyat, rasanya lebih baik daripada tumbuh tinggi tetapi sumber daya tereksploitasi dan hancur.

Slamet Sutomo, Direktur Lembaga Penelitian dan Pengembangan Ekonomi Regional; Mantan Deputi Kepala BPS Bidang Neraca dan Analisis Statistik

Page 43: Artikel Pilihan Kompas 22.4.2014

Jangan Amputasi KPKOleh: Adnan Pandu Praja

TELAH banyak upaya melemahkan KPK sejak didirikan: kriminalisasi, mempersulit kebutuhan anggaran pembangunan gedung, dan lain-lain.

Upaya pelemahan paling sistemik tecermin dalam revisi KUHP dan KUHAP, antara lain karena para perancang kedua revisi itu telah mengabaikan hal mendasar berikut.

Undang-Undang KPK (Nomor 30 Tahun 2002) mengamanatkan agar KPK jadi mekanisme pemicu, model proses penegakan hukum bagi Kepolisian dan Kejaksaan di bidang pemberantasan korupsi. Dalam 10 tahun usianya, KPK sudah memenjarakan 396 koruptor sampai tingkat MA, 100 persen conviction rate. Kisah sukses ini semestinya rujukan dalam merancang kedua revisi.

Pertama, penyelidikan. Inilah fase paling menentukan dibandingkan dengan penyidikan dan penuntutan karena KPK tidak bisa memberhentikan kasus pada tahap penyidikan (SP3). Sebab utama ialah bahwa pada fase penyelidikan, KPK tak dapat menggunakan upaya paksa seperti menahan dan menyita. Dibutuhkan kolaborasi intensif antara auditor, penyidik, penuntut, dan profesi lain menemukan dua alat bukti yang cukup.

Peran auditor amat menonjol dalam memahami bisnis pengadaan maupun perizinan, khususnya bila berkaitan dengan persoalan akuntansi. Pola kolaborasi ini tak dimiliki penegak hukum lain. Tahap berikutnya, penyidikan, sesungguhnya hanya untuk merangkai hubungan antara alat bukti, pelaku, dan saksi-saksi supaya menjadi kisah utuh.

Kedua, kewenangan menyadap sangat bermanfaat dalam operasi tangkap tangan kasus ikan kakap, seperti suap-menyuap di MK, kasus Hambalang, dan kasus sapi berjenggot. Tanpa penyadapan hampir mustahil patgulipat di pusat kekuasaan dapat dibongkar habis.

Ketiga, forum ekspose terbatas sebagai bentuk keterbukaan yang sangat dibutuhkan dalam mencegah intervensi, penyimpangan proses pemeriksaan, dan forum evaluasi agar kasus tidak jalan di tempat. Publik akan memantau perkembangan penanganan kasus dan mengkritik ketika kasus berpotensi menyimpang. Akibatnya, hakim akan sangat berhati-hati dalam menyidangkan dan memutus kasus korupsi yang berasal dari KPK. Bandingkan dengan jalannya persidangan dan putusan kasus korupsi yang bukan berasal dari KPK.

Audit kinerja oleh BPK

Pasal 20 (2) UU KPK mengamanatkan agar KPK diaudit keuangannya dan kinerjanya. Awal Januari 2014 BPK sudah menyerahkan kepada DPR Laporan Hasil Audit atas Kepatuhan

Page 44: Artikel Pilihan Kompas 22.4.2014

Kinerja Penindakan KPK terhadap SOP sebagai Penjabaran dari UU KPK dan UU KUHAP. Kesimpulan audit BPK menyatakan bahwa penindakan KPK sejak pengaduan sampai penuntutan telah tepat dan konsisten sesuai dengan prosedur. Nyaris sempurna kendati terdapat beberapa rekomendasi yang harus dilaksanakan KPK semata-mata karena keterbatasan SDM.

Hasil audit BPK telah membuktikan kepada bangsa Indonesia bahwa independensi KPK dari intervensi pemerintah, DPR, dan kekuatan mana pun membuat KPK selalu berhasil menjebloskan koruptor ke tahanan. Kolaborasi auditor, penyidik, jaksa, dan profesi lain adalah cara jitu membongkar kejahatan state capture corruption. Penyadapan adalah kewenangan yang sangat bermanfaat untuk dapat mengungkap kasus besar di pucuk kekuasaan.

KPK sebagai produk reformasi telah menjadi institusi yang solid dengan ritme kerja yang konstan meski terjadi tiga kali pergantian pemimpin dan menghadapi masa sulit, seperti kriminalisasi. Transparansi kinerja penindakan telah menuai dukungan masyarakat luas yang menjadi garda penyelamat KPK di masa sulit. Terbantahnya pandangan bahwa KPK tebang pilih dan menargetkan kelompok tertentu saja.

Argumen paling menonjol dalam merevisi KUHAP dan KUHP adalah perlindungan HAM tersangka korupsi dari penyalahgunaan wewenang oleh KPK dengan merujuk pada pola pemeriksaan di sejumlah negara maju. Para perumus revisi KUHAP dan KUHP telah mengabaikan faktor instrumen, struktur, kultur, serta Indeks Persepsi Korupsi negara tempat studi banding jauh lebih baik dari Indonesia. HAM tersangka korupsi selalu berhadapan dengan HAM mayoritas masyarakat korban korupsi. Perlindungan hak koruptor secara berlebihan mengakibatkan terabaikannya hak mayoritas korban kejahatan korupsi berupa hak ekonomi, sosial, dan budaya.

Korupsi jadi kejahatan dunia dengan lahirnya Konvensi PBB Menentang Korupsi (UNCAC) yang diratifikasi dengan UU No 7/2006. Indonesia baru merealisasi sepertiga dari instrumen pemberantasan korupsi yang diatur dalam UNCAC dengan dibentuknya KPK, UU Tindak Pidana Korupsi, dan TPPU.

Kami belum mengatur korupsi di sektor swasta dan lain-lain. Namun, KPK telah menginspirasi dunia melalui Kusala Ramon Magsaysay dan jadi kebanggaan anggota DPR dan presiden dalam forum internasional. Sangat kontradiktif dengan penghargaan terhadap KPK di dalam negeri.

Boleh dibilang KPK produk reformasi yang dapat diharapkan menyelamatkan Indonesia. Mekanisme pemicu seharusnya dimaknai sebagai laboratorium pemberantasan korupsi dengan menggunakan instrumen, struktur, dan kultur asli Indonesia.

Sepuluh tahun cukup membuktikan bahwa kita dapat memberantas korupsi dengan cara Indonesia, sebagaimana dibuktikan dengan seluruh putusan MA dalam perkara tipikor yang

Page 45: Artikel Pilihan Kompas 22.4.2014

berasal dari KPK dan Hasil Audit Kinerja BPK. Apa pun isi KUHP dan KUHAP yang mengabaikan MA dan BPK sehingga KPK teramputasi diyakini akan dibatalkan oleh MK. Pendulum keadilan ditentukan kemauan politik pemerintah dan DPR memberantas korupsi di pusat kekuasaan. Mau kembali ke Orde Baru?

Adnan Pandu Praja, Wakil Ketua KPK

Page 46: Artikel Pilihan Kompas 22.4.2014

Nasionalisme Tuan PresidenOleh: Donny Gahral Adian

PEMILIHAN presiden tinggal sebentar lagi. Setiap kandidat pun sudah mengobral janji politiknya kepada publik. Satu yang mengikat semua kandidat adalah ideologi tua bernama nasionalisme. Semua, misalnya, berjanji akan mengedepankan kepentingan nasional jika terpilih nanti.

Tidak ada lagi impor beras, garam, dan bawang merah. Sumber-sumber ekonomi akan dikelola putra-putri terbaik bangsa sendiri. Nasionalisme sudah menjadi jargon pokok di setiap kampanye.

Padahal, kita semua tahu banyak yang lain di mulut lain pula di hati. Nasionalisme hanya berdetak saat kampanye. Nasionalisme ibarat puisi yang enak didengar. Persoalannya, saat terpilih, pemimpin akan memerintah tidak dengan puisi, tetapi prosa. Dan prosa itu bernama ketergantungan di segala bidang.

Kepentingan nasional

Banyak yang salah kaprah mengeja nasionalisme. Nasionalisme bukan mengisolasi diri dari relasi-relasi global. Nasionalisme justru memanfaatkan relasi-relasi global demi kepentingan

Page 47: Artikel Pilihan Kompas 22.4.2014

nasional. Kita tidak boleh menolak kemungkinan untuk memperoleh gas murah dari negara lain.

Namun, syaratnya, negara tersebut harus membuka pasar tekstilnya bagi Indonesia. Nasionalisme tidak anti impor. Nasionalisme hanya mengutuk impor barang ekonomi yang dapat dihasilkan bangsa sendiri secara lebih efisien dan murah.

 Nasionalisme bukan kata-kata belaka. Dia harus bisa diraba. Nasionalisme berbeda dengan berbagai ujar populis yang beredar di ruang publik belakangan ini. Beberapa kandidat, misalnya,  berjanji untuk lebih berpihak kepada pelaku ekonomi lokal. Persoalannya, keberpihakan itu butuh langkah-langkah nyata.

Bagaimana keberpihakan tersebut dapat maujud jika subsidi pertanian terus-menerus dipangkas. Izin untuk waralaba asing terus-menerus diumbar. Ikan di perairan sendiri terus-menerus dicuri nelayan asing tanpa sanksi. Harga solar untuk nelayan kecil terus menerus dinaikkan. Nasionalisme membutuhkan keberanian dan bukan jargon atau puisi kacangan.

 Para kandidat presiden harus mampu melindungi kepentingan nasional secara bijaksana. Paling tidak, ada tiga kepentingan nasional yang perlu dijadikan agenda utama bagi mereka yang berkepentingan di tahun politik ini.

Pertama adalah ekonomi kerakyatan. Ekonomi kerakyatan adalah kepentingan nasional sebab bertanggung jawab terhadap nafkah bagi jutaan keluarga. Petani tembakau saat ini, misalnya, sedang kebingungan akibat regulasi yang menuntut diversifikasi tanaman tembakau. Padahal, sektor ini menghidupi banyak sekali keluarga. Pemimpin berikut harus memiliki keberpihakan yang jelas terhadap sentra-sentra ekonomi kerakyatan di republik ini.

 Kedua adalah energi. Energi menentukan hidup-mati sebuah bangsa. Indonesia memiliki sumber energi yang melimpah, baik yang terbarukan maupun tidak. Ini tentu saja akan menarik banyak sekali investor asing untuk menanamkan modalnya. Investasi asing bukan sesuatu yang haram. Namun, energi sebagai kepentingan nasional harus dilindungi dengan memberlakukan aturan yang ketat.

Investasi bukan berarti eksploitasi tanpa batas. Investasi harus menguntungkan bangsa sendiri. Kepentingan nasional kita sebagai bangsa adalah ketersediaan energi yang murah dan berlimpah. Hak istimewa bagi korporasi-korporasi energi milik bangsa sendiri bukan sesuatu yang haram untuk diberikan.

Ketiga adalah ideologi. Pancasila adalah kepentingan nasional yang wajib dilindungi mati-matian oleh siapa pun yang mengelola republik ini. Perlindungan yang dimaksud bukan dengan menghidupkan lagi aparatus ideologis seperti Badan Pelaksana Pembinaan dan Pendidikan P4 (BP7) dulu. Demokrasi memiliki limitasi terhadap upaya-upaya indoktrinasi ideologis. Pemimpin harus melindungi Pancasila melalui jalan kebudayaan.

Page 48: Artikel Pilihan Kompas 22.4.2014

Hakikat kultural Pancasila adalah solidaritas atau dalam bahasa Bung Karno:  ”gotong royong”. Gotong royong” berlawanan dengan individualitas keras model liberalisme atau kolektivisme sempit ala fundamentalisme. Artinya, segala agenda yang berporos pada kedua ”isme” tersebut patut diwaspadai sebagai ancaman  terhadap kepentingan nasional. 

Lalu siapa?

 Pertanyaannya berikut, siapa lalu yang mampu mengelola republik ini di bawah panji-panji nasionalisme? Beberapa nama sudah berseliweran. Rakyat pun sudah kenyang dihujani berbagai janji. Persoalannya, janji adalah ujaran yang tak bersandar pada kekinian. Janji melulu soal masa depan.

Siapa pun bisa berjanji di tahun politik ini. Namun, kita harus awas membedakan antara janji dan komitmen. Janji tak bersandar pada rekam jejak, sementara komitmen justru sebaliknya. Seorang mantan koruptor bisa saja berjanji untuk memberantas korupsi. Namun, dia tidak bisa berkomitmen terhadap janjinya sebab rekam jejak berkata lain.

Nasionalisme membutuhkan rekam jejak yang gamblang. Komitmen seorang terhadap nasionalisme diuji pada saat-saat kritis. Saat, misalnya,  kepala daerah menghadapi pilihan yang sulit: memberikan izin kepada waralaba asing atau merehabilitasi pasar tradisional. Keduanya berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun, yang pertama berpihak pada konsumerisme kelas menengah, sementara yang kedua pada lapangan pekerjaan bagi para pelaku usaha kecil.

Rekam jejak menyimpan integritas. Integritas adalah konsistensi dan ketahanan etis. Nasionalisme membutuhkan konsistensi. Seorang pemimpin tidak bisa sesekali memperhatikan kepentingan nasional, tetapi di lain waktu meloloskan protokol internasional yang mengancam kepentingan nasional. Dia juga  tidak bisa meneken undang-undang jaminan sosial nasional, tetapi mengulur-ulur terbitnya peraturan turunan akibat lobi perusahaan asuransi asing.

 Nasionalisme juga membutuhkan keberanian. Keberanian bukan sesuatu yang sekadar diteriakkan di atas podium. Pemimpin harus berani menegosiasi ulang semua kontrak karya yang merugikan republik. Semua pinjaman luar negeri dengan bunga yang tidak masuk akal harus berani ditolak. Segenap hibah dengan syarat-syarat tertentu yang di kemudian hari merugikan juga harus ditolak.

Nasionalisasi perusahaan asing juga bukan sesuatu yang tabu dilakukan. Saat-saat kritis menuntut langkah-langkah dramatis. Pemimpin kita nanti jangan kalah dengan seorang perempuan Argentina bernama Cristina Fernandez. Cristina berani menasionalisasi perusahaan Spanyol demi kepentingan rakyatnya.

Seorang presiden bisa datang dari beragam latar belakang, mulai dari pengusaha, akademisi, sampai militer. Namun, nasionalisme tidak mengenal latar belakang. Seorang akademisi bisa saja lebih nasionalis ketimbang mantan petinggi militer. Profesi tidak sebangun dengan

Page 49: Artikel Pilihan Kompas 22.4.2014

konsistensi terhadap ideologi. Konsistensi tersebut ditempa oleh pengalaman politik yang lama dan penuh dinamika.

Oleh sebab itu, siapa pun  dia  haruslah seorang politisi. Politisi bukan dia yang piawai merebut kekuasaan, tetapi cakap memanfaatkan kekuasaan bagi kepentingan bangsa dan negaranya.  Dia yang memakai kekuasaan untuk mendapatkan komisi dari lembaga-lembaga keuangan asing jelas bukan politisi.

Apa pun, tahun ini kita akan mendapatkan presiden baru. Sekilas, semua kandidat sepertinya berpegang pada nasionalisme. Mereka tampil layaknya pembela terdepan kepentingan bangsa dan negaranya. Namun, nasionalisme tidak bisa ditemukan pada kesan-kesan yang dibangun iklan. Nasionalisme, sekali lagi, tersimpan dalam rekam jejak, konsistensi, dan keberanian. Semoga kita memperoleh pemimpin sedemikian.

Donny Gahral Adian,  Konsultan Politik di Hendropriyono and Associates Strategic Consulting

Page 50: Artikel Pilihan Kompas 22.4.2014

MU Absen di Liga Champions

LIVERPOOL, SENIN —  Untuk pertama kalinya dalam 19 tahun, klub besar Manchester United akan absen dalam kompetisi antarklub paling bergengsi di Eropa, Liga Champions. Kekalahan dari Everton, 0-2, pada kompetisi Liga Inggris di Stadion Goodison Park, Minggu (20/4), memastikan absennya MU di Liga Champions musim 2014/2015.

MU telah mengalami 11 kali kekalahan dari 34 pertandingan. Rekor buruk itu menempatkan MU ke peringkat ketujuh dengan koleksi 57 poin, terpaut 23 poin dari pemuncak klasemen sementara, Liverpool. MU juga terpaut 13 poin dari Arsenal di peringkat keempat. Dalam liga Inggris, hanya empat tim berperingkat teratas yang berhak lolos ke Liga Champions. Dengan empat laga tersisa, secara matematis, MU tidak lagi mungkin mengejar Arsenal di urutan keempat.

Itu adalah rekor terburuk ”Setan Merah” sejak dimulainya Liga Primer (Premier League), kasta tertinggi kompetisi sepak bola di Inggris, pada 1992. ”Rasanya sangat aneh melihat tim-tim lain berada di atas kami, apalagi melihat klasemen saat ini. Namun, kami tidak bisa lari dari fakta bahwa kami tampil di bawah performa yang semestinya,” ujar Phil Neville, anggota staf pelatih dan mantan pemain MU.

Bersama mantan pelatihnya, Sir Alex Ferguson, Neville sempat menikmati kejayaan sebagai pemain dengan raihan enam trofi juara Liga Inggris serta dua gelar juara Liga Champions.

Era kejayaan ”Setan Merah” kini berakhir semenjak David Moyes mengambil alih kursi pelatih dari Ferguson pada musim ini. Mereka pun bakal puasa gelar pada musim ini. Selain terpuruk di liga, MU telah tersisih dari Liga Champions dan Piala FA.

Bagi Moyes, itu adalah mimpi buruk. Mimpi buruknya semakin menjadi-jadi saat ia menginjakkan kaki di Goodison Park. Untuk pertama kalinya sejak membesut MU, ia kembali ke markas Everton, tim yang pernah dilatihnya selama 11 tahun. Di Everton, ia sukses mengantarkan tim papan tengah itu menempati peringkat keempat musim 2004/2005.

Teror ”malaikat maut”

Begitu memasuki lapangan, pada laga itu Moyes disoraki dan dicibir pendukung ”The Toffees”. Bahkan, salah seorang penonton ”meneror” Moyes dengan kostum ”Grim Reaper” (malaikat maut) tepat di pinggir lapangan.

Kehadiran ”sang malaikat maut”, yang kemudian diusir dari tribun penonton, adalah sindiran suramnya era Moyes di MU. Masa depannya di ”Setan Merah” pun kini di ujung tanduk.

Page 51: Artikel Pilihan Kompas 22.4.2014

Hingga kemarin, manajemen MU memang tidak memecat Moyes, tetapi mereka juga tidak memastikan nasibnya di Old Trafford untuk jangka panjang.

Moyes berkilah, United butuh waktu untuk bisa kembali ke trek juara. ”Semua orang paham, kami tengah ada di jalur ke perubahan. Kami sedang membangun ulang (tim),” ujarnya.

Di sisi lain, kemenangan itu menjaga asa Everton untuk menembus zona Liga Champions. Mereka hanya terpaut satu poin dari Arsenal. (Jon/BBC/AP/AFP)

Page 52: Artikel Pilihan Kompas 22.4.2014

Warga Mengadu ke Komnas HAMPengelolaan Panas Bumi Ciremai Dinilai Janggal

KUNINGAN, KOMPAS -- Sekitar 100 warga yang tergabung dalam Gerakan Massa Pejuang untuk Rakyat dari Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, mendatangi kantor Komisi Nasional Hak Asasi Manusia di Jakarta, Senin (21/4). Warga menemukan kejanggalan pengelolaan panas bumi di Ciremai.

Mereka meminta Komnas HAM turun tangan, juga memeriksa kemungkinan pelanggaran HAM, dalam rencana pengelolaan panas bumi di Gunung Ciremai yang berlokasi di Kuningan dan Kabupaten Majalengka.

”Sebagai warga, kami merasa tidak diajak bicara mengenai rencana pengelolaan panas bumi atau geotermal oleh Chevron. Padahal, dalam wilayah kerja pertambangan (WKP) yang dikeluarkan tahun 2010 disebutkan, 162 desa di Kuningan dan Majalengka masuk kawasan eksplorasi,” kata Koordinator Gerakan Massa Pejuang untuk Rakyat (Gempur) Okki Satrio saat dihubungi dari Kuningan, Senin.

Ia menuturkan, pihaknya menemukan sejumlah kejanggalan dalam rencana pengelolaan panas bumi Ciremai. Selain tidak melibatkan warga setempat dalam pemberian izin pengelolaan, Pemerintah Provinsi Jabar juga tidak memperhatikan kemungkinan buruk dari eksplorasi itu. Sedikitnya empat daerah berpotensi terkena dampak pertambangan itu, yakni Kuningan, Majalengka, Cirebon, dan Ciamis.

”Sejumlah ahli geologi yang kami hubungi mengatakan, eksplorasi panas bumi memicu timbulnya gempa-gempa kecil di daerah sekitar. Eksplorasi ini pun memerlukan banyak sumber air. Kami khawatir jika eksplorasi oleh Chevron dilakukan, cadangan air untuk Kuningan dan Cirebon terancam,” ungkap Okki.

Di sisi lain, Gempur mendapatkan informasi bahwa analisis mengenai dampak lingkungan (amdal) pertambangan panas bumi telah siap ditandatangani Pemprov Jabar. Padahal, pengajuan amdal itu juga harus melibatkan persetujuan warga sekitar. ”Ada banyak hal yang terkesan ditutup-tutupi. Kami merasa tak cukup mendapatkan informasi mengenai proyek ini. Ada ribuan jiwa yang rumahnya bakal masuk dalam WKP, tetapi pemda seolah tidak peduli,” kata Okki.

Persoalan pengelolaan panas bumi merupakan kewenangan langsung Pemprov Jabar dan pemerintah pusat.

Hal senada diungkapkan Ketua DPRD Kuningan Rana Suparman. ”Kami sudah merekomendasikan Pemkab Kuningan menolak eksplorasi tersebut.”

Page 53: Artikel Pilihan Kompas 22.4.2014

Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah Jabar Anang Sudarna, di Bandung, mengatakan, persoalan Chevron kini sudah merambah ke hal-hal nonteknis. Hal itu menjadi kewenangan gubernur untuk menjawabnya. Ia membenarkan, PT Jasa Daya Chevron memenangi tender pengelolaan panas bumi di Ciremai. (REK/SEM)

Page 54: Artikel Pilihan Kompas 22.4.2014

Perdagangan daring

Populer, tetapi Sulit

DALAM beberapa tahun belakangan ini, sistem perdagangan berbasis transaksi elektronik atau daring di Indonesia terus berkembang. Tahun 2013, nilai perdagangan berbasis daring mencapai Rp 100 triliun. Tahun ini, nilainya diperkirakan bisa menembus Rp 125 triliun.

Sistem perdagangan daring menjadi cepat populer berkat kemajuan teknologi informasi. Kehadiran telepon pintar telah menghapus sekat dan jarak antara pembeli dan penjual. Setali tiga uang, media sosial ikut mendukung.

Dengan kemajuan sistem perdagangan daring, pembeli tak perlu lagi menembus kemacetan. Mereka tinggal melihat-lihat katalog atau daftar barang yang ingin dibeli di situs penjualan.

Banyak penjual berbasis sistem ini yang juga tak perlu memiliki atau menyewa kios berharga mahal di pinggir jalan strategis, di pusat perbelanjaan, atau di pertokoan modern. Gudang penyimpanan produk yang ditampilkan melalui situs bisa di mana saja atau bisa berasal dari mana saja. Sistem ini terjalin berkelindan dengan industri yang memasok barang dan sistem pembayarannya.

Setelah pembeli dan penjual sepakat, pembeli membayar produk yang dibelinya. Penjual tinggal mengirim barang yang diinginkan pembeli. Ada pula yang masih bertemu untuk mengecek barang dan pembayaran setelah penjual dan pembeli sepakat atas barang yang dijual melalui layanan internet.

Makin mudah sistem ini dijalankan, makin besar pula risiko yang harus ditanggung pembeli atau penjual. Pembeli bisa saja tertipu penjual. Setelah pembayaran dilakukan, barang tidak dikirim, atau kalaupun dikirim, spesifikasi barang berbeda dengan kesepakatan. Demikian juga dengan penjual, mereka bisa saja ditipu pembeli yang memanfaatkan sistem pembayaran elektronik.

Undang-Undang Perdagangan yang disetujui Dewan Perwakilan Rakyat untuk disahkan pada Februari lalu sudah mengatur secara umum sistem perdagangan daring. UU No 11/2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik pun sudah mengatur secara umum sisi transaksinya. UU No 9/1999 tentang Perlindungan Konsumen juga mengatur secara umum dari sisi konsumen.

Persoalannya, sistem perdagangan daring memerlukan aturan turunan yang lebih spesifik dan harus mengatur penjual dan pembeli yang tidak hanya berdomisili di Indonesia. Jika penjual, pembeli, dan perbankan yang terlibat dalam sistem pembayaran ada di Indonesia, mungkin

Page 55: Artikel Pilihan Kompas 22.4.2014

pengaturannya tidak terlalu sulit. Kalau ada komplain, penjual atau pembeli masih bisa dijangkau.

Namun, sistem perdagangan daring tak sesederhana itu. Tak ada lagi sekat antarnegara. Beberapa contoh menunjukkan, penjual berdomisili di negara A, barangnya dikirim dari negara B, bank yang dipakai berada di negara C, dan pembelinya dari Indonesia. Jika ada komplain dari warga Indonesia, pemerintah dan aparat hukum kita sulit menjangkau.

Sambil menunggu aturan spesifik terbit, konsumen harus cerdas dan berhati-hati. Konsumen harus memastikan bahwa transaksinya aman. Begitulah seharusnya konsumen bersikap. (A Handoko)

Page 56: Artikel Pilihan Kompas 22.4.2014

Pemerintah Tak Akan MundurPenyatuan BTN dan Mandiri Menjadi Bank Kedua di ASEAN

JAKARTA, KOMPAS — Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan menegaskan tidak akan mundur dari rencana menyatukan Bank Tabungan Negara dengan Bank Mandiri. Kementerian BUMN sudah memiliki peta jalan yang jelas untuk menciptakan badan usaha yang besar dan kuat.

Dahlan menegaskan hal ini di Jakarta, Senin (21/4), berkenaan dengan penolakan yang dilontarkan karyawan BTN menyangkut rencana penyatuan itu. Menurut dia, setiap hal pasti ada yang setuju dan menolak. Namun, dirinya mengatakan, tujuan penyatuan ini adalah memperkuat BTN, bukan melemahkan.

”Penyatuan kedua bank ini akan menciptakan bank yang kuat dan terbesar kedua di ASEAN. Selama ini kita selalu kalah dengan Malaysia. Dengan penyatuan ini, kita mengalahkan Malaysia,” ujar Dahlan.

Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Pemberdayaan Daerah Natsir Mansyur, di Jakarta, Senin (21/4), meminta langkah penyatuan BTN dengan Bank Mandiri ditangguhkan karena berpotensi melemahkan pembiayaan sektor perumahan.

Menurut Mansyur, pemerintah seharusnya memperhatikan peran BTN yang selama ini fokus pada pembiayaan perumahan.

Peran Bank BTN yang fokus pada pembiayaan perumahan sangat diperlukan oleh masyarakat, khususnya masyarakat berpenghasilan rendah. Apalagi, tingkat kekurangan rumah di Indonesia diperkirakan telah mencapai 15 juta unit.

”Spesialisasi perbankan, khususnya untuk perumahan, masih diperlukan. Ini karena pembangunan perumahan skala menengah ke bawah juga banyak berada di luar Jakarta dan dilakukan para pengusaha daerah,” ujar Natsir.

Ia menambahkan, peran BTN terhadap bisnis pembiayaan perumahan berdampak luas kepada pergerakan ekonomi daerah dan perekonomian nasional.

Natsir mencontohkan, program perumahan rakyat telah ikut menggerakkan bisnis pengembang di daerah-daerah sehingga berdampak luas pada perekonomian daerah.

Page 57: Artikel Pilihan Kompas 22.4.2014

Pemerintah saat ini merupakan pemegang saham mayoritas di BTN dengan kepemilikan 60,14 persen saham. Bank BTN memiliki aset Rp 131,17 triliun per 31 Desember 2013.

Dari portofolio kredit Bank BTN, sekitar 85 persen portofolio disalurkan ke sektor perumahan. Sejauh ini BTN menangani 99 persen fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan atau kredit untuk rumah murah pemerintah.

Amanat UUD

Natsir mengingatkan, kebutuhan dasar perumahan telah dilindungi Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Amanat UUD itu seharusnya dijalankan pemerintah dengan menyiapkan minimal satu bank yang siap memenuhi kebutuhan kredit perumahan rakyat (KPR), terutama untuk masyarakat berpenghasilan rendah. Bahkan, pemerintah seharusnya membuat skema khusus pembiayaan perumahan bagi masyarakat yang tidak layak bank (nonbankable). Pasalnya, masih banyak masyarakat yang butuh rumah, tetapi tidak layak bank.

Untuk itu, pihaknya meminta Menteri BUMN memperkuat bank-bank pemerintah agar lebih fokus dalam segmentasi pembiayaan, misalnya bank yang khusus mengurusi perumahan, bank industri, bank infrastruktur, industri maritim, dan bank agrobisnis. Di China, ada beberapa bank yang fokus pada sektor tertentu.

”Selama ini perbankan kita seperti supermarket, banyak produk tidak fokus, akhirnya bersaing tidak sehat,” ujarnya. (LKT/ARN)