Apendisitis
Transcript of Apendisitis
CASE REPORT
IDENTITAS
Nama : An. I
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 6 tahun
Alamat : Kesambi
Tanggal masuk RS : 12-07-2013
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Demam sejak 1 hari yang lalu
Keluhan Tambahan : Mual dan muntah.
RPS :
An.I datang dibawa oleh kedua orang tua dengan keluhan demam yang dirasa sejak 1 hari
sebelum masuk rumah sakit. Os langsung dibawa ke dokter dan diberi obat penurun panas.
Orang tua os mengaku demam turun ketika sesudah minum obat tetapi demam kembali. Os juga
merasa mual disertai dengan muntah ketika diisi oleh makanan sehingga nafsu makan os
berkurang kemudian os dibawa ke IGD RSUD Gunung Jati.
RPD : Riwayat keluhan yang sama belum pernah dirasakan sebelumnya.
RPK : Riwayat keluhan yang sama pada keluarga disangkal.
1
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN UMUM
Kesadaran : Compos mentis
Vital Sign : Tekanan darah : -
Nadi : 100 x/menit
Respirasi : 23x/menit
Suhu : 36,4o C
Kepala : Normocephal
Mata
o Konjungtiva : Tidak anemis
o Sklera : Tidak ikterik
Thoraks
o Cor : BJ I – II reguler, murmur ( - ), gallop ( - )
o Pulmo : Vesikuler, ronkhi ( - ), wheezing ( - )
Abdomen
o Datar, bising usus ( + ), NT/NL ( + / - )
o Nyeri tekan regio epigastrium dan lumbal dextra
o McBurney (+)
Ekstremitas:
2
o Akral hangat, tidak ditemukan edema dan sianosis pada keempat anggota gerak
atas dan bawah.
RESUME
An.I datang dibawa oleh kedua orang tua dengan keluhan demam yang dirasa
sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Os langsung dibawa ke dokter dan diberi obat penurun
panas. Orang tua os mengaku demam turun ketika sesudah minum obat tetapi demam kembali.
Os juga merasa mual disertai dengan muntah ketika diisi oleh makanan sehingga nafsu makan os
berkurang kemudian os dibawa ke IGD RSUD Gunung Jati.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan:
Nyeri tekan regio epigastrium dan lumbal dextra.
McBurney (+)
DIAGNOSIS SEMENTARA
Apendisitis akut
DIAGNOSIS BANDING
Sindroma dispepsia.
PEMERIKSAAN ANJURAN
Cek darah lengkap
12 July 2013
3
HGB : 13.3 g/dl HCT : 39.5 %
WBC : 11.0 x 103/mm3 PLT : 322 x 103/mm3
Rontgen thorax
4
Rontgen Abdomen
DIAGNOSIS KERJA
Apendisitis
RENCANA TERAPI
5
IVFD RL 20gtt/menit
Amitriptilin
Paracetamol syr 3 x Cth 1
Ranitidin 2x1/2 amp
PROGNOSIS
Quo ad vitam : Ad bonam.
Quo ad functionam : Dubia ad bonam.
Quo ad sanactionam : Dubia ad bonam.
6
TINJAUAN PUSTAKA
APENDISITIS
1.1 Definisi
Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis. Apendisitis akut adalah
penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran kanan bawah rongga abdomen, penyebab
paling umum untuk bedah abdomen darurat
1.2 Anatomi
Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm dan berpangkap
pada sekum. Lumennya sempit dibagian proximal dan melebar dibagian distal. Namun demikian,
pada bayi, apendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkalnya dan menyempit kea rah ujungnya.
Persarafan parasimpatis berasal dari cabang N. vagus yang mengikuti a. mesentrika superior dan
a. apendikiularis, sedangkan persafaran simpatis beasal dari n. torakalis X. oleh karena itu, nyeri
visceral pada apendisitis dimulai dari umbikalis.
7
Gambar 1. Anatomi appendiks (IMAOS, 2012)
1.3 Fisiologi
Appendiks menghasilkan 1-2 ml per hari lender itu normalnya dicurahkan ke dalam lumen
dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lender di muara apendiks tampaknya
berperan pada pathogenesis apendisitis.
Imunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (gut associated lymphoid tissue) yang
terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk apendiks, ialah IgA. Immunoglobulin itu sangat
efektif sebagai pelindung terhadap infeksi. Namun demikian, pengangkatan apendiks tidak
mempengaruhi system imun tubuh karena jumlah jaringan limf disini kecil sekali dibandingkan
dengan jumlahnya di saluran cerna dan di seluruh tubuh.
1.4 Epidemiologi
Insidens apendisitis akut di Negara maju lebih tinggi dibandingkan dengan Negara
berkembang. Apendisitis dapat ditemukan pada semua umur, hanya pada anak kurang dari 1
tahun jarang dilaporkan. Insidens tertinggi pada kelompok umur 20-30 tahun, setelah itu
menuurn. Insidens laki-laki dan perempuan sama kecuali pada umur 20-30 tahun. Insiden laki-
laki lebih tinggi.
1.5 Etiologi
Apendisitis akut merupakan infeksi bakteria. Berbagai hal berperan sebagai faktor
pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang diajukan sebagai faktor pencetus
disamping hiperplasia jaringan limfe, fekalit, tumor apendiks, dan cacing askaris dapat pula
menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan apendisitis adalah erosi
mukosa apendiks karena parasit seperti E. Penelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan
makan makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis. Konstipasi
akan menaikkan tekanan intrasekal, yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan
meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semuanya ini akan mempermudah
timbulnya apendisitis akut.
8
1.6 Patologi
Patologi appendiks dapat dimuali di mukosa dan kemudian melibatkan seluruh lapisan
apendiks dalam waktu 24-48 jam pertama. Usaha pertahanan tubuh adalah membatasi proses
radang dengan menutup apendiks dengan omentum, usus halus, atau adneksa sehingga terbentuk
massa periapendikuler. Di dalamnya dapat terdapat nekrosis jaringan berupa abses yang dapat
mengalami perforasi. Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh sempurna, tetapi akan
membentuk jaringan parut yang menyebabkan perlengketan denga jaringan sekitarnya.
Perlengketan ini dapat menimbulkan keluhan berulangdi perut kanan bawah. Pada suatu ketika
organ ini dapat meradang akut dan dinyatakan sebagai ekaserbasi akut
1.7 Manifestasi klinis
Apendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh radang mendadak
umbai cacing yang memberikan tanda setempat, disertai maupun tidak disertai rangsang
peritoneum lokal. Gejala klasik apendisitis ialah nyeri samar-samar dan tumpul yang merupakan
nyeri viseral di daerah epigastrium di sekitar umbilikus. Keluhan ini sering disertai mual dan
kadang ada muntah. Umumnya nafsu makan menurun. Dalam beberapa jam nyeri akan
berpindah ke kanan bawah ke titik Mc. Burney. Disini nyeri dirasakan lebih tajam dan lebih jelas
letaknya sehingga merupakan nyeri somatik setempat. Kadang tidak ada nyeri epigastrium, tetapi
terdapat konstipasi sehingga penderita merasa memerlukan obat pencahar. Tindakan itu dianggap
berbahaya karena bisa mempermudah terjadinya perforasi.
Bila letak apendiks retrosekal retroperitoneal, karena letaknya terlindung oleh sekum, tanda nyeri
perut kanan bawah tidak begitu jelas dan tidak tanda rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih ke
arah perut sisi kanan atau nyeri timbul pada saat berjalan karena kontraksi m.psoas mayor yang
menegang dari dorsal.
Apendiks yang terletak di rongga pelvis, bila meradang, dapat menimbulkan gejala dan tanda
rangsangan sigmoid atau rektum sehingga peristaltis meningkat, pengosongan rektum akan
menjadi lebih cepat dan berulang-ulang. Jika apendiks tadi menempel ke kandung kemih, dapat
terjadi peningkatan frekuensi kencing karena rangsangan dindingnya
9
1.8 Diagnosis
Demam biasanya ringan, dengan suhu 37,5-38,5. Bila suhu lebih tinggi, mungkin sudah
terjadi perforasi. Pada inspeksi perut kembung sering terlihat pada komplikasi perforasi.
Pada palpasi didapatkan nyeri yang terbatas pada region iliaka kanan, biasanya disertai nyeri
lepas. Defans muskulare menunjukkan adanya rangsangan peritoneum parietal. Pada penekanan
perut kiri bawah akan dirasakan nyeri di perut kanan bawah yang disebut tanda Rovsing.
Peristaltis usus sering normal, peristaltis dapat hilang karena ileus paralitik pada peritonitis
generalisata akibat apendisitis perforate.
Karakter klinis dari appendisitis dapat bervariasi, namun umumnya ditampikan dengan
riwayat sakit perut yang samar-samar, dimana dirasakan pertama kali di ulu hati. Mungkin
diikuti mual dan muntah, demam ringan. Nyeri biasanya berpindah dari fossa ilaka kanan setelah
beberapa jam, sampai dengan 24 jam. Titik maksimal nyeri adalah pada sepertiga dari umblikus
ke fossa ilaka kanan, itu disebut titik Mc Burney. Nyeri biasanya tajam dan diperburuk dengan
gerakan (seperti batuk dan berjalan). Nyeri pada titik Mc Burney juga dirasakan pada penekanan
iliaka kiri, yang biasa disebut tanda Rovsing. Posisi pasien dipengaruhi oleh posisi dari
apendiks. Jika apendiks ditemukan di posisi retrosekal (terpapar antara sekum dan otot psoas)
nyeri tidak terasa di titik Mc Burney, namun ditemukan lebih ke lateral pinggang. Jika apendiks
terletak retrosekal nyeri jika ilaka kiri ditekan tidak terasa. Ketika apendiks dekat dengan otot
psoas, pasien datang dengan pinggul tertekuk dan jika kita coba meluruskan maka akan terjadi
nyeri pada lokasi apendiks (tanda psoas). Ketika apendiks terletak retrosekal maka bisa
menyebabkan iritasi pada ureter sehingga darah dan protein dapat ditemukan dalam urinalisis.
Jika apendiks terletak di pelvis, maka tanda klinik sangat sedikit, sehingga harus dilakukan
pemeriksaan rektal, menemukan nyeri dan bengkak pada kanan pemeriksaan. Jika apendiks
terletak di dekat otot obturator internus, rotasi dari pinggang meningkatkan nyeri pada pasien
(tanda obturator). Hiperestesia kutaneus pada daerah yang dipersarafi oleh saraf spinal kanan
T10,T11 dan T12 biasanya juga mengikuti kejadian appendisitis akut. Jika apendiks terletak di
depan ileum terminal dekat dengan dinding abdominal, maka nyeri sangat jelas. Jika apendiks
10
terletak di belakang ileum terminal maka diagnosa sangat sulit, tanda-tanda yang ada samar dan
nyeri terletak tinggi di abdomen.
Leukisitosis sedang 10.000-18.000mm3 dengan dominasi sedang dari polimorfonuklear
sering ditemukan. Poliuria ada bila apendiks yang meradang di dekat ureter atau kandung kemih.
The Modified Alvarado Score SkorGejala Perpindahan nyeri dari ulu
hati ke perut kanan bawah1
Mual-Muntah 1
Anoreksia 1
Tanda Nyeri di perut kanan bawah 2Nyeri lepas 1
Demam diatas 37,5 ° C 1
Pemeriksaan Lab
Leukositosis 2
Hitung jenis leukosit shift to the left
1
Total 10
Interpretasi dari Modified Alvarado Score: 1-4 : sangat mungkin bukan apendisitis akut 5-7 : sangat mungkin apendisitis akut 8-10 : pasti apendisitis akut
Tabel.1 Alvarado Score (McGrawHill, 2010)
1.9 Diagnosis Banding
Pada keadaan tertentu, beberapa penyakit perlu dipertimbangkan sebagai diagnosis banding,
seperti:
• Gastroenteritis
Pada gastroenteritis, mual, muntah, dan diare mendahului rasa sakit. Sakit perut lebih ringan
dan tidak berbatas tegas. Hiperperistaltis sering ditemukan. Panas dan leukositosis kurang
menonjol dibandingkan dengan apendisitis akut.
• Demam Dengue
11
Dapat dimulai dengan sakit perut mirip peritonitis. Di sini didapatkan hasil tes positif untuk
Rumpel Leede, trombositopenia, dan hematokrit meningkat.
• Kelainan ovulasi
Folikel ovarium yang pecah (ovulasi) mungkin memberikan nyeri perut kanan bawah pada
pertengahan siklus menstruasi.
• Infeksi panggul
Salpingitis akut kanan sering dikacaukan dengan apendisitis akut. Suhu biasanya lebih
tinggi daripada apendisitis dan nyeri perut bagian bawah perut lebih difus.
• Kehamilan di luar kandungan
Hampir selalu ada riwayat terlambat haid dengan keluhan yang tidak menentu. Jika ada
ruptur tuba atau abortus kehamilan di luar rahim dengan pendarahan, akan timbul nyeri yang
mendadak difus di daerah pelvis dan mungkin terjadi syok hipovolemik.
• Kista ovarium terpuntir
Timbul nyeri mendadak dengan intensitas yang tinggi dan teraba massa dalam rongga pelvis
pada pemeriksaan perut, colok vaginal, atau colok rektal.
• Endometriosis ovarium eksterna
Endometrium di luar rahim akan memberikan keluhan nyeri di tempat endometriosis berada,
dan darah menstruasi terkumpul di tempat itu karena tidak ada jalan keluar.
• Urolitiasis pielum/ ureter kanan
Adanya riwayat kolik dari pinggang ke perut menjalar ke inguinal kanan merupakan
gambaran yang khas. Eritrosituria sering ditemukan.
• Penyakit saluran cerna lainnya
12
Penyakit lain yang perlu diperhatikan adalah peradangan di perut, seperti divertikulitis
Meckel, perforasi tukak duodenum atau lambung, kolesistitis akut, pankreatitis, divertikulitis
kolon, obstruksi usus awal, perforasi kolon, demam tifoid abdominalis, karsinoid, dan mukokel
apendiks.
1.10 Penatalaksanaan
Bila diagnosis klinis sudah jelas dilakukan appendiktomi. Pada apendisitis tanpa komplikasi
biasanya tidak perlu antibiotic, kecuali pada apendisitis ganggrenosa dan apendisitis perforate.
Apendektomi bisa dilakukan terbuka atau laparoskopi.
13
DAFTAR PUSTAKA
Syamsuhidajat R. Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah.
Soybel D. Appendix. In: Norton JA, Barie PS, Bollinger RR, et al. Surgery Basic Science and Clinical Evidence. 2nd Ed. New York: Springer. 2008.
Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR, et al. Shwartz’s Principles of Surgery. 9 th Ed. USA: McGrawHill Companies. 2010.
14