apendisitis

25
SMF BEDAH RSUP NTB Apendisitis Kode ICD : No. Dokumen No. Revisi Halaman Panduan Praktek Klinis Tanggal Revisi Ditetapkan oleh : Definisi Peradangan yang terjadi pada apendiks vermiformis 1 Etiologi dan Faktor Resiko Apendisitis akut merupakan infeksi bakteria. Berbagai hal berperan sebagai faktor pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang diajukan sebagai faktor pencetus disamping hiperplasia jaringan limfe, fekalit, tumor apendiks, dan cacing askaris dapat pula menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan apendisitis adalah erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E. histolytica. 2 Penelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis. Konstipasi akan menaikkan tekanan intrasekal, yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semuanya ini akan mempermudah timbulnya apendisitis akut. 2 Patofisiol ogi Pada dasarnya patofisiologi yang terjadi adalah karena obstrusksi lumen apendiks yang kemudian diikuti terjadinya infeksi. Obstruksi yang

description

fgterhygethy

Transcript of apendisitis

Page 1: apendisitis

SMF BEDAH

RSUP NTB

Apendisitis Kode ICD :

No. Dokumen No. Revisi Halaman

Panduan

Praktek Klinis

Tanggal Revisi Ditetapkan oleh :

Definisi Peradangan yang terjadi pada apendiks vermiformis1

Etiologi dan

Faktor Resiko

Apendisitis akut merupakan infeksi bakteria. Berbagai hal berperan

sebagai faktor pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor

yang diajukan sebagai faktor pencetus disamping hiperplasia jaringan

limfe, fekalit, tumor apendiks, dan cacing askaris dapat pula menyebabkan

sumbatan. Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan apendisitis

adalah erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E. histolytica.2

Penelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan

makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya

apendisitis. Konstipasi akan menaikkan tekanan intrasekal, yang

berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya

pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semuanya ini akan mempermudah

timbulnya apendisitis akut.2

Patofisiologi Pada dasarnya patofisiologi yang terjadi adalah karena obstrusksi

lumen apendiks yang kemudian diikuti terjadinya infeksi. Obstruksi yang

disebabkan karena hiperplasia jaringan limfoid folikel submukosal  lebih

sering terjadi pada anak-anak, sehingga dikenal juga sebagai apendisitis

kataral. Pada orang dewasa lebih sering disebabkan oleh fecalith atau feses

yang stasis.2

Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa

mengalami bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak, namun

elastisitas apendiks terbatas sehingga meningkatkan tekanan di dalam

lumen. Dengan peningkatan tekanan pada obstruksi mengakibatkan

pertumbuhan bakteri yang cepat. Cairan mukus yang terbanyak berubah

menjadi pus (nanah) menyebabkan makin meningkatkan tekanan luminal.

Keadaan ini menyebabkan pembesaran apendiks dan nyeri viseral yang

Page 2: apendisitis

lokasinya di regioi epigastrium atau periumbilikal  Terus berlangsungnya

peningkatan tekanan tersebut menghambat pada aliran limfe sehingga

mengakibatkan edema dan ulserasi mukosa. Fase ini dikenal sebagai

apendisitis akut. Peritonium parietal menjadi iritasi dan nyeri terlokalisasi

pada kuadran kanan bawah. Keadaan ini merupakan nyeri klasik abdomen

yang menjalar pada pasien dengan apendisitis.2

Peningkatan tekanan yang terus berlangsung menyebabkan obstruksi

pada pembuluh vena, sehingga terjadi edema dan iskemik pada apendiks.

Pada fase ini invasi bakteri terjadi pada dinding apendiks yang dikenal

sebagai apendisitis akut supuratif. Akhirnya, dengan peningkatan tekanan

yang terus berlangsung, sumbatan pada pembuluh vena dan pembuluh arteri

juga terganggu akan mengarahkan terjadiny gangren dan perforasi. Jika

proses perforasi berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan

bergerak ke arah apendiks untuk membentuk dinding yang mengelilingi

perforasi yang terjadi hingga menjadi suatu massa lokal yang disebut

infiltrat apendikularis. Nyeri mungkin mengalami perbaikan, tapi gejala

tidaklah hilang seluruhnya. Pasien mungkin masih merasakan nyeri kuadran

kanan bawah, penurunan nafsu makan, perubahan pola defekasi (contoh,

diare, konstipasi), atau demam subfebril yang intermiten. Jika infiltrat

apendikularis gagal terjadi untuk membatasi perforasi, maka peritonitis

difus akan terjadi.

Pada anak-anak, karena omentum lebih pendek dan apendiks lebih

panjang, serta dinding apendiks lebih tipis. Keadaan itu ditambah dengan

daya tahan tubuh yang masih kurang memudahkan terjadinya perforasi.

Sedangkan pada orang dewasa perforasi terjadi karena telah ada gangguan

pembuluh darah.

Page 3: apendisitis

Manifestasi

Klinis

i. Anamnesis

       Nyeri / Sakit perut

Ini terjadi karena hiperperistaltik untuk mengatasi obstruksi,

dan terjadi pada seluruh saluran cerna , sehingga nyeri viseral

dirasakan pada seluruh perut ( tidak pin-point). Mula2 daerah

epigastrium kemudian menjalar ke Mc Burney. Apa bila telah terjadi

inflamasi ( > 6 jam ) penderita dapat menunjukkan letak nyeri, karena

bersifat somatik. 

Gejala utama apendisitis akut adalah nyeri abdomen. Setiap

anak dengan gejala nyeri abdomen yang belum pernah mengalami

apendektomi seharusnya dicurigai menderita apendisitis. Anak yang

sudah besar dapat menerangkan dengan jelas permulaan gejala nyeri

abdomen dan dapat menerangkan lokasi yang tepat. Anak dapat

menunjuk dengan satu jari tempat permulaan nyeri, dimana saja yang

pernah nyeri dan sekarang dimana yang nyeri.

Perasaan nyeri pada apendisitis biasanya datang secara

perlahan dan makin lama makin hebat. Nyeri abdomen yang

ditimbulkan oleh  karena adanya kontraksi apendiks, distensi dari

lumen apendiks ataupun karena tarikan dinding apendiks yang

mengalami peradangan Pada mulanya terjadi nyeri visceral, yaitu

nyeri yang sifatnya hilang timbul seperti kolik yang dirasakan di

daerah umbilikus dengan sifat nyeri ringan sampai berat. Hal tersebut

timbul oleh karena apendiks dan usus halus mempunyai persarafan

yang sama, maka nyeri visceral itu akan dirasakan mula-mula di

daerah epigastrium dan periumbilikal Secara klasik, nyeri di daerah

epigastrium akan terjadi beberapa jam (4-6 jam) seterusnya akan

menetap di kuadran kanan bawah dan pada keadaan tersebut sudah

terjadi nyeri somatik yang berarti sudah terjadi rangsangan pada

peritoneum parietale dengan sifat nyeri yang lebih tajam, terlokalisir

serta nyeri akan lebih hebat bila batuk ataupun berjalan kaki.

Page 4: apendisitis

       Muntah (rangsangan viseral) 

Anoreksia, nausea dan vomitus yang timbul beberapa jam

sesudahnya akibat rangsangan nervus vagus, merupakan kelanjutan dari

rasa nyeri yang timbul saat permulaan. Keadaan anoreksia hampir selalu

ada pada setiap penderita apendisitis akut, bila hal ini tidak ada maka

diagnosis  apendisitis akut perlu dipertanyakan.  Hampir 75% penderita

disertai dengan vomitus, namun jarang berlanjut menjadi berat dan

kebanyakan vomitus hanya sekali atau dua kali. Gejala disuria juga

timbul apabila peradangan apendiks dekat dengan vesika urinaria

 

       Obstipasi

Karena penderita takut mengejan Penderita apendisitis akut juga

mengeluh obstipasi sebelum datangnya rasa nyeri dan beberapa

penderita mengalami diare, hal tersebut timbul biasanya pada letak

apendiks pelvikal yang merangsang daerah rektum

 

       Panas (infeksi akut) 

Bila timbul komplikasi Gejala lain adalah demam yang tidak

terlalu tinggi, yaitu suhu antara 37,50  - 38,50C tetapi bila suhu lebih

tinggi, diduga telah terjadi perforasi.

 

ii. Pemeriksaan Fisik

       Inspeksi

Penderita berjalan membungkuk sambil memegangi perutnya

yang sakit, kembung (+) bila terjadi perforasi, penonjolan perut kanan

bawah terlihat pada appendikuler abses.

Pemeriksaan pada anak, perhatikan posisi anak yang

terbaring pada meja periksa. Anak menunjukkan ekspresi muka yang

tidak gembira. Anak tidur miring ke sisi yang sakit sambil melakukan

fleksi pada sendi paha, karena setiap ekstensi meningkatkan nyeri .

 

Page 5: apendisitis

 

       Palpasi 

Status lokalis abdomen kuadran kanan bawah :

         Nyeri tekan (+) Mc.Burney

Pada palpasi didapatkan titik nyeri tekan kuadran kanan bawah

atau titik Mc Burney dan ini merupakan tanda kunci diagnosis

 

         Nyeri lepas (+) 

Rebound tenderness (nyeri lepas tekan ) adalah rasa nyeri yang

hebat (dapat dengan melihat mimik wajah) di abdomen kanan

bawah saat tekanan secara tiba-tiba dilepaskan setelah

sebelumnya dilakukan penekanan yang perlahan dan dalam di

titik Mc Burney.

 

         Defens musculer (+)

Defence muscular adalah nyeri tekan seluruh lapangan

abdomen yang menunjukkan adanya rangsangan peritoneum

parietale.

 

      Rovsing sign (+)

Penekanan perut sebelah kiri menyebabkan nyeri sebelah kanan,

karena tekanan merangsang peristaltik dan udara usus ,

sehingga menggerakan peritoneum sekitar appendik yang

meradang (somatik pain)

Rovsing sign adalah nyeri abdomen di kuadran kanan bawah,

apabila kita melakukan penekanan pada abdomen bagian kiri

bawah, hal ini diakibatkan oleh adanya nyeri lepas yang

dijalarkan karena iritasi peritoneal pada sisi yang berlawanan

 

 

 

Page 6: apendisitis

       Psoas sign (+)

Pada appendik letak retrocaecal, karena merangsang peritoneum

Psoas sign terjadi karena adanya rangsangan muskulus psoas oleh

peradangan yang terjadi pada apendiks

Ada 2 cara memeriksa :

1.        Aktif  :   Pasien telentang, tungkai kanan lurus ditahan  

pemeriksa, pasien memfleksikan articulatio coxae  kanan

menyebabkan nyeri perut kanan bawah.  

2.        Pasif   :   Pasien miring kekiri, paha kanan dihiperekstensikan 

pemeriksa, nyeri perut kanan bawah

 

       Obturator Sign (+)

Dengan gerakan fleksi & endorotasi articulatio coxae pada posisi

telentang  menyebabkan nyeri (+)

Obturator sign adalah rasa nyeri yang terjadi bila panggul dan lutut

difleksikan kemudian dirotasikan kearah dalam dan luar secara pasif,

hal tersebut menunjukkan peradangan apendiks terletak pada daerah

hipogastrium

 

     Auskultasi

Peristaltik normal, peristaltik(-) pada illeus paralitik karena peritonitis

generalisata akibat appendisitis perforata. Auskultasi tidak banyak

membantu dalam menegakkan diagnosis apendisitis, tetapi kalau sudah

terjadi peritonitis maka tidak terdengar bunyi peristaltik usus

 

     Rectal Toucher / Colok dubur

nyeri tekan pada jam 9-12

 

Tanda Peritonitis umum (perforasi) :1.        Nyeri seluruh abdomen2.        Pekak hati hilang3.        Bising usus hilang

Page 7: apendisitis

 

Apendiks yang mengalami gangren atau perforasi

lebih sering terjadi dengan gejala-gejala sebagai

berikut:

a.        Gejala progresif dengan durasi lebih dari 36 jamb.       Demam tinggi lebih dari 38,50Cc.        Lekositosis (AL lebih dari 14.000)d.       Dehidrasi dan asidosise.        Distensif.      Menghilangnya bising ususg.     Nyeri tekan kuadran kanan bawahh.     Rebound tenderness signi.      Rovsing signj.       Nyeri tekan seluruh lapangan abdominal

Rovsing’s sign Positif jika dilakukan palpasi dengan tekanan

pada kuadran kiri bawah dan timbul nyeri pada

sisi kanan.

Psoas sign atau

Obraztsova’s sign

Pasien dibaringkan pada sisi kiri, kemudian

dilakukan ekstensi dari panggul kanan. Positif

jika timbul nyeri pada kanan bawah.

Obturator sign Pada pasien dilakukan fleksi panggul dan

dilakukan rotasi internal pada panggul. Positif

jika timbul nyeri pada hipogastrium atau vagina.

Dunphy’s sign Pertambahan nyeri pada tertis kanan bawah

dengan batuk

Ten Horn sign Nyeri yang timbul saat dilakukan traksi lembut

pada korda spermatic kanan

Kocher (Kosher)’s

sign

Nyeri pada awalnya pada daerah epigastrium

atau sekitar pusat, kemudian berpindah ke

kuadran kanan bawah.

Sitkovskiy

(Rosenstein)’s sign

Nyeri yang semakin bertambah pada perut

kuadran kanan bawah saat pasien dibaringkan

pada sisi kiri

Page 8: apendisitis

Bartomier-

Michelson’s sign

Nyeri yang semakin bertambah pada kuadran

kanan bawah pada pasien dibaringkan pada sisi

kiri dibandingkan dengan posisi terlentang

Aure-Rozanova’s

sign

Bertambahnya nyeri dengan jari pada petit

triangle kanan (akan positif Shchetkin-

Bloomberg’s sign)

Blumberg sign Disebut juga dengan nyeri lepas. Palpasi pada

kuadran kanan bawah kemudian dilepaskan tiba-

tiba

Kemungkinan apendisitis dapat diyakinkan dengan menggunakan skor Alvarado.

Sistem skor dibuat untuk meningkatkan cara mendiagnosis apendisitis.

               

Pemeriksaan

Penunjang

1.     Laboratorium 

The Modified Alvarado Score Skor

Gejala Perpindahan nyeri dari ulu hati

ke perut kanan bawah

1

Mual-Muntah 1

Anoreksia 1

Tanda Nyeri di perut kanan bawah 2

Nyeri lepas 1

Demam diatas 37,5 ° C 1

Pemeriksaan

Lab

Leukositosis 2

Hitung jenis leukosit shift to

the left

1

Total 10

Interpretasi dari Modified Alvarado Score:

     1-4     : sangat mungkin bukan apendisitis akut

     5-7     : sangat mungkin apendisitis akut

     8-10   : pasti apendisitis akut

Page 9: apendisitis

Pada pasien dengan apendisitis akut, 70-90% hasil laboratorium

nilai leukosit dan neutrofil akan meningkat, walaupun hal ini bukan hasil

yang karakteristik. Penyakit infeksi pada pelvis terutama pada wanita akan

memberikan gambaran laborotorium yang terkadang sulit dibedakan dengan

apendisitis

Pada anak dengan keluhan dan pemeriksaan fisik yang

karakteristik apendisitis akut, akan ditemukan pada pemeriksaan darah

adanya lekositosis 11.000-14.000/mm3, dengan pemeriksaan hitung jenis

menunjukkan pergeseran kekiri hampir 75%.

Tes laboratorium untuk appendicitis bersifat kurang spesifik.,

sehingga hasilnya juga kurang dapat dipakai sebagai konfirmasi

penegakkkan diagnosa. Jumlah lekosit untuk appendisitis akut adalah

>10.000/mm dengan pergeseran kekiri pada hemogramnya (>70% netrofil).

Sehingga gambaran lekositosis dengan peningkatan granulosit dipakai

sebagai pedoman untuk appendicitis acute. Kontroversinya adalah beberapa

penderita dengan appendicitis acut, memiliki jumlah lekosit dan granulosit

tetap normal .

Marker inflamasi lain yang dapat digunakan dalam diagnosis

apendisitis akut adalah C-rective protein (CRP). Petanda respon inflamasi

akut (acute phase response) dengan menggunakan CPR telah secara luas

digunakan di negara maju. Nilai senstifitas dan spesifisits CRP cukup

tinggi, yaitu 80 - 90% dan lebih dari 90%. Pemeriksaan CRP mudah untuk

setiap Rumah Sakit di daerah, tidak memerlukan waktu yang lama (5 -10

menit), dan murah

Pemeriksaan urinalisa dapat digunakan sebagai konfirmasi dan

menyingkirkan kelainan urologi yang menyebabkan nyeri abdomen.

Urinalisa sangat penting pada anak dengan keluhan nyeri abdomen untuk

menentukan atau menyingkirkan kemungkinan infeksi saluran kencing.

Apendiks yang mengalami inflamasi akut dan menempel pada ureter atau

vesika urinaria, pada pemeriksaan urinalisis ditemukan jumlah sel lekosit

10-15 sel/lapangan pandang (Raffensperger, 1990; Cloud, 1993).

Page 10: apendisitis

2.  Foto Polos abdomen

Pada apendisitis akut, pemeriksaan foto polos abdomen tidak

banyak membantu. Mungkin terlihat adanya fekalit pada abdomen sebelah

kanan bawah yang sesuai dengan lokasi apendiks, gambaran ini ditemukan

pada 20% kasus.

Kalau peradangan lebih luas dan membentuk infiltrat maka usus

pada bagian kanan bawah akan kolaps. Dinding usus edematosa, keadaan

seperti ini akan tampak pada daerah kanan bawah abdomen kosong dari

udara. Gambaran udara seakan-akan terdorong ke pihak lain. Proses

peradangan pada fossa iliaka kanan akan menyebabkan kontraksi otot

sehingga timbul skoliosis ke kanan. Gambaran ini tampak pada penderita

apendisitis akut (Mantu, 1994).  Bila sudah terjadi perforasi, maka pada

foto abdomen tegak akan tampak udara bebas di bawah diafragma.

Kadang-kadang udara begitu sedikit sehingga perlu foto khusus untuk

melihatnya.   

Kalau sudah terjadi peritonitis yang biasanya disertai dengan

kantong-kantong pus, maka akan tampak udara yang tersebar tidak merata

dan usus-usus yang sebagian distensi dan mungkin tampak cairan bebas,

gambaran lemak preperitoneal menghilang, pengkaburan psoas shadow.

Walaupun terjadi ileus paralitik tetapi mungkin terlihat pada beberapa

tempat adanya permukaan cairan udara (air-fluid level) yang menunjukkan

adanya obstruksi. Foto x-ray abdomen dapat mendeteksi adanya fecalith

(kotoran yang mengeras dan terkalsifikasi, berukuran sebesar kacang polong

yang menyumbat pembukaan appendik) yang dapat menyebabkan

appendisitis. Ini biasanya terjadi pada anak-anak. Foto polos abdomen

supine pada abses appendik kadang-kadang memberi pola bercak udara dan

air fluid level pada posisi berdiri/LLD ( decubitus ), kalsifikasi bercak rim-

like( melingkar ) sekitar perifer mukokel yang asalnya dari appendik.  Pada

appendisitis akut, kuadran kanan bawah perlu diperiksa untuk mencari

appendikolit : kalsifikasi bulat lonjong, sering berlapis.

3.    Ultrasonografi

Page 11: apendisitis

Ultrasonografi  telah banyak digunakan untuk diagnosis

apendisitis akut maupun apendisitis dengan abses. Apendiks yang meradang

tampak sebagai lumen tubuler, diameter lebih dari 6 mm, tidak ada

peristaltik pada penampakan longitudinal, dan gambaran target pada

penampakan transversal. Keadaan awal apendisitis akut ditandai dengan

perbedaan densitas pada lapisan apendiks, lumen yang utuh, dan diameter 9

– 11 mm. Keadaan apendiks supurasi atau gangrene ditandai dengan distensi

lumen oleh cairan, penebalan dinding apendiks dengan atau tanpa

apendikolit.

 Akurasi ultrasonografi sangat dipengaruhi oleh pengalaman dan

kemampuan pemeriksa. Pada beberapa penelitian, akurasi antara 90 – 94%,

dengan nilai sensitivitas dan spesifisitas yaitu 85 dan 92% (Erik K, 2003).

Pemeriksaan dengan Ultrasonografi (USG) pada apendisitis akut, ditemukan

adanya fekalit, udara intralumen, diameter apendiks lebih dari 6 mm,

penebalan dinding apendiks lebih dari 2 mm dan pengumpulan cairan

perisekal. Apabila apendiks mengalami ruptur atau perforasi maka akan sulit

untuk dinilai, hanya apabila cukup udara maka abses apendiks dapat

diidentifikasi.

Ultrasound adalah suatu prosedur yang tidak menyakitkan yang

menggunakan gelombang suara untuk mengidentifikasi organ-organ dalam

tubuh. Ultrasound dapat mengidentifikasi appendik yang membesar atau

abses. Walaupun begitu, appendik hanya dapat dilihat pada 50% pasien

selama terjadinya appendisitis. Oleh karena itu, dengan tidak terlihatnya

apendiks selama ultrasound tidak menyingkirkan adanya appendisitis.

 4. Computed Tomography Scanning (CT-Scan)

Pada keadaan normal apendiks, jarang tervisualisasi dengan

pemeriksaan skening ini. Gambaran penebalan diding apendiks dengan

jaringan lunak sekitar yang melekat, mendukung keadaan apendiks yang

meradang. CT-Scan mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi

yaitu 90 – 100% dan 96 – 97%, serta akurasi 94 – 100%. Ct-Scan sangat

baik untuk mendeteksi apendiks dengan abses atau flegmon

Page 12: apendisitis

Perbandingan pemeriksaan penunjanng apendisitis akut:

Ultrasonografi CT-Scan

Sensitivitas 85% 90 - 100%

Spesifisitas 92% 95  -  97%

Akurasi 90 - 94% 94 - 100%

Keuntungan Aman Lebih akurat

 

relatif tidak mahal Mengidentifikasi

abses dan flegmon

lebih baik

 

Dapat mendignosis

kelainan lain pada wanita

Mengidentifikasi

apendiks normal

lebih baik

  Baik untuk anak-anak  

Kerugian Tergantung operator Mahal

  Sulit secara tehnik Radiasi ion

  Nyeri Kontras

  Sulit di RS daerah Sulit di RS daerah

Tatalaksana - Apendisitis kronis: direncanakan apendektomi elektif

- Apendisitis akut: direncanakan apendektomi segera

- Peripendikuler abses: insisi, drainase

- Periapendikuler infiltrate: pertama dirawat konservatif, medikamentosa

yang adekut, bila massa mengecil ukuran < 3 cm dan menghilang

dilakukan apendektomi dengan insisi paramedian

- Apendisitis perforate disertai tanda-tanda peritonitis local: dilakukan

apendektomi dengan insisi gradiron atau paramedian.

- Bila ditemukan tanda-tanda peritonitis umum dilakukan laparotomi

dengan insis median

Bila diagnosis klinis sudah jelas maka tindakan paling tepat adalah

Page 13: apendisitis

apendektomi dan merupakan satu-satunya pilihan yang terbaik.

Penundaan apendektomi sambil memberikan antibiotik dapat

mengakibatkan abses atau perforasi. Insidensi apendiks normal yang

dilakukan pembedahan sekitar 20%. Pada apendisitis akut tanpa

komplikasi tidak banyak masalah.

     Konservatif kemudian operasi elektif (Infiltrat)

     Bed rest total posisi Fowler (anti Trandelenburg)

     Diet rendah serat

     Antibiotika spektrum luas

     Metronidazol

     Monitor :  Infiltrat, tanda2 peritonitis(perforasi),

suhu tiap 6 jam, LED, AL bila baik mobilisasi

pulang

Penderita anak perlu cairan intravena untuk  mengoreksi

dehidrasi ringan. Pipa nasogastrik dipasang untuk mengosongkan lambung

dan untuk mengurangi bahaya muntah pada waktu induksi anestesi. Pada

apendisitis akut dengan komplikasi berupa peritonitis karena perforasi

menuntut tindakan yang lebih intensif, karena biasanya keadaan anak sudah

sakit berat. Timbul dehidrasi yang terjadi karena muntah, sekuestrasi cairan

dalam rongga abdomen dan febris. Anak memerlukan perawatan intensif

sekurang-kurangnya 4-6 jam sebelum dilakukan pembedahan. Pipa

nasogastrik dipasang untuk mengosongkan lambung agar mengurangi

distensi abdomen dan mencegah muntah. Kalau anak dalam keadaan syok

hipovolemik maka diberikan cairan ringer laktat 20 ml/kgBB dalam larutan

glukosa 5% secara intravena, kemudian diikuti dengan pemberian plasma

atau darah sesuai indikasi. Setelah pemberian cairan intravena sebaiknya

dievaluasi kembali kebutuhan dan kekurangan cairan. Sebelum

pembedahan, anak harus memiliki urin output sebanyak 1 ml/kgBB/jam.

Untuk menurunkan demam diberikan acetaminophen suppositoria

(60mg/tahun umur). Jika suhu di atas 380C pada saat masuk rumah sakit,

Page 14: apendisitis

kompres alkohol dan sedasi diindikasikan untuk mengontrol demam.

Antibiotika sebelum pembedahan diberikan pada semua anak

dengan apendisitis, antibiotika profilaksis mengurangi insidensi komplikasi

infeksi apendisitis. Pemberian antibiotika dihentikan setelah 24 jam selesai

pembedahan. Antibiotika berspektrum luas diberikan secepatnya sebelum

ada biakan kuman. Pemberian antibiotika untuk infeksi anaerob sangat

berguna untuk kasus-kasus perforasi apendisitis . Antibiotika diberikan

selama 5 hari setelah pembedahan atau melihat kondisi klinis penderita.

Kombinasi antibiotika yang efektif melawan bakteri aerob dan anaerob

spektrum luas diberikan sebelum dan sesudah pembedahan. Kombinasi

ampisilin (100mg/kg), gentamisin (7,5mg/kg) dan klindamisin (40mg/kg)

dalam dosis terbagi selama 24 jam cukup efektif untuk mengontrol sepsis

dan menghilangkan komplikasi apendisitis perforasi.  Metronidasol aktif

terhadap bakteri gram negatif dan didistribusikan dengan baik ke cairan

tubuh dan jaringan. Obat ini lebih murah dan dapat dijadikan pengganti

klindamisin.4

Prognosis Prognosis pada semua fase apendisitis sangat baik, tingkat mortalitas kurang dari

1%. Hal ini dikarenakan diagnosis awal dan tata laksana yang dilakukan dengan

baik

Referensi 1. Ketut Budha et al. Apendisitis. Dalam: Standar Pelayanan Medis Kasus-

Kasus Bedah Emergency. RS Sanglah. 2005. Denpasar. p. 132-6

2. Wim De jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC:Jakarta

3. Sukardja et al. Standar pelayanan profesi dokter spesialis bedah umum

Indonesia. PABI. 2002. Jakarta. p.19

4. Budhi Arifin nor et al. 2011. Penatalaksanaan apendisitis. Online available

at: http: www. generalsurgery-fkui.com