Anemia Dan Gaki
-
Upload
yudhie-pratama -
Category
Documents
-
view
36 -
download
5
description
Transcript of Anemia Dan Gaki
anemia dan gakiBAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANGAnemia dan gaki merupakan masalah kesehatan di Indonesia yang sulit
untuk diatasi. Anemia merupakan suatu keadaan di dalam tubuh yang kekurangan Hb. Hb adalah protein dalam sel darah merah yang mengantar oksigen dari paru ke bagian tubuh yang lain. Anemi menyebabkan kelelahan, sesak nafas dan pusing, itu merupakan suatu akibat dari kekurangan Hb, yang dapat diperoleh dai Fe. Sedangkan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium(GAKI) merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia terutama di daerah pegunungan atau dataran tinggi. Gangguan ini disebabkan karena kurangnya asupan iodium. Akibatnya, menimbulkan masalah gizi dengan tanda membesarnya kelenjar tiroid atau yang dikenal dengan gondok dan menyebabkan penurunan kualitas SDM seperti, IQ yang rendah, bisu, tuli, kretin, cebol, produktivitas rendah dan bahkan menyebabkan seseorang terlahir cacat fisik maupun mental.
Sampai saat ini ada beberapa teori yang menyatakan bahwa penyebab terjadinya GAKI adalah defisiensi iodium, pengaruh zat goitrogenik, faktor genetik, dan kelebihan unsur-unsur iodium. Akan tetapi dari data yang tersedia bahwa GAKI akan terjadi apabila terdapat juga defisiensi iodium. Dengan demikian defisiensi iodium merupakan penyebab utama terjadinya GAKI (DepKes. RI, 1997).
B. RUMUSAN MASALAH1. Apa penyebab Anemi dan GAKI?2. Faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan Anemi dan GAKI?3. Apa etiologi dari Anemi dan GAKI?4. Bagaimana gambaran klinis dan laboraturium pada masalah Anemia dan GAKI?5. Bagaimana kaitan perilaku dan lingkungan terhadap Anemia dan GAKI?6. Apa hubungan interaksi obat dan gizi?
C. TUJUAN1. Memahami patogenesa dari anemia dan GAKI2. Memahami etiologi dari anemia dan GAKI3. Memahami gambaran klinis dan laboraturium dari anemi dan GAKI4. Memahami Faktor penyebab dari Anemi dan GAKI5. Memahami kaitan perilaku dan lingkungan terhadap anemi dan GAKI6. Memahami Intreaksi obat dan gizi
BAB IIANEMIA DAN GAKI
A. PATOGENESISPatogenesis adalah perkembangan atau evolusi terjadinya penyakit dalam
lingkungan tertentu, yang dalam tulisan ini adalah patogensis penyakit defisiensi gizi, merupakan bagian dari masalah gizi, ketidak seimbangan antara intake (makanan yang dimakan) dan kebutuhan gizi tubuh adalah masalah gizi.
1. AnemiaMenurut patogenisinya anemia diabagi menjadi 3 Kelompok (Wintrobe all,1999) yaitu:
a. Anemia karena kehilangan darahAkibat pendarahan yaitu terlalu banyaknya sel-sel darah merah yang hilang dari tubuh seseorang akibat kecelakaan dimana pendarahan mendadak dan banyak jumlahnya yang disebut pendarahan eksternal. Perdarahan dapat pula disebabkan karena racun, obat-obatan atau racun binatang yang menyebabkan penekanan terhadap pembuatan sel-sel darah merah. Selain itu ada pula perdarahan kronis yang terjadi sedikdit demi sedikit tetapi terus menerus. Perdarahan ini disebabkan oleh kanker pada saluran pencernaan, pepticulser, wasir yang dapat menyebabkan anemi.
b. Anemia karena pengrusakan sel-sel darah merah
Anemia karena pengrusakan sel-sel darah merah dapat terjadi karena bibit-bibit penyakit atau parasit yang masuk ke dalam tubuh seperti malaria atau cacing tambang, hal ini dapat menyebabkan anemia hemolitik. Bila sel-sel darah merah rusak dalam tubuh, zat besi yang ada di dalam tidak hilang tetapi dapat digunakan kembali untuk membentuk sel-sel darah merah yang baru dan pemberian zat besi pada anemia jenis ini kurang bermanfaat. Sedangkan asam folat dirusak dan tidak dapat digunakan lagi. Oleh karena itu pemberian asam folat sangat diperlukan untuk pengobatan anemia hemolitik ini.
c. Anemia karena gangguan pada produksi sel-sel darah merahSum-sum tulang mengganti sel darah yang tua dengan sel darah merah yang baru sama cepatnya dengan banyaknya sel darah merah yang hilang, sehingga jumlah sel darah merah yang dipertahankan selalu cukup banyak di dalam darah dan untuk mempertahankannya diperlukan cukup banyak zat gizi. Apabila tidak tersedia zat gizi dalam jumlah yang cukup akan terjadi gangguan pembentukan sel darah merah baru. Anemia karena gangguan pada produksi sel-sel darah merah, dapat timbul karena kurangnya zat gizi penting seperti zatzat beai, asam folat, asam pentonenat, vitamin B12, protein kobalt dan tiamin, yang kekurangannya bisa disebut “anemia gizi”. Selain itu juga kekurangan eritrosit, infiltrasi sum-sum tulang, kelainan endokrin dan penyakit ginjal kronis dan sirosis hati . menurut Husani(1998) anemia gizi yang disebabkan kekuranganzat besi sangat umum dijumpai di Indonesia.
2. GAKI( Gangguan Akibat Kekurangan Protein)Defisiensi iodium merupakan sebab pokok terjadinya masalah GAKI. Hal
ini disebabkan karena kelenjar tiroid melakukan proses adaptasi fisiologis terhadap kekurangan unsur iodium dalam makanan dan minuman yang dikonsumsinya (Djokomoeldjanto, 1994).
Hal ini dibuktikan oleh Marine dan Kimbell (1921) dengan pemberian iodium pada anak usia sekolah di Akron (Ohio) dapat menurunkan gradasi pembesaran kelenjar tiroid. Temuan lain oleh Dunn dan Van der Haal (1990) di Desa Jixian, Propinsi Heilongjian (Cina) dimana pemberian iodium antara tahun 1978 dan 1986 dapat menurunkan prevalensi gondok secara drastic dari 80 % (1978) menjadi 4,5 % (1986).
Iodium Excess terjadi apabila iodium yang dikonsumsi cukup besar secara terus menerus, seperti yang dialami oleh masyarakat di Hokaido (Jepang) yang mengkonsumsi ganggang laut dalam jumlah yang besar. Bila iodium dikonsumsi dalam dosis tinggi akan terjadi hambatan hormogenesis, khususnya iodinisasi tirosin dan proses coupling (Djokomoeldjanto, 1994).
a. Faktor Geografis dan Non GeografisMenurut Djokomoeldjanto (1994) bahwa GAKI sangat erat hubungannya
dengan letak geografis suatu daerah, karena pada umumnya masalah ini sering
dijumpai di daerah pegunungan seperti pegunungan Himalaya, Alpen, Andres dan di Indonesia gondok sering dijumpai di pegunungan seperti Bukit Barisan Di Sumatera dan pegunungan Kapur Selatan.
Daerah yang biasanya mendapat suplai makanannya dari daerah lain sebagai penghasil pangan, seperti daerah pegunungan yang notabenenya merupakan daerah yang miskin kadar iodium dalam air dan tanahnya. Dalam jangka waktu yang lama namun pasti daerah tersebut akan mengalami defisiensi iodium atau daerah endemik iodium (Soegianto, 1996 dalam Koeswo, 1997).
b. Faktor Bahan Pangan GoiterogenikKekurangan iodium merupakan penyebab utama terjadinya gondok,
namun tidak dapat dipungkiri bahwa faktor lain juga ikut berperan. Salah satunya adalah bahan pangan yang bersifat goiterogenik (Djokomoeldjanto, 1974). Williams (1974) dari hasil risetnya mengatakan bahwa zat goiterogenik dalam bahan makanan yang dimakan setiap hari akan menyebabkan zat iodium dalam tubuh tidak berguna, karena zat goiterogenik tersebut merintangi absorbsi dan metabolisme mineral iodium yang telah masuk ke dalam tubuh.
Goiterogenik adalah zat yang dapat menghambat pengambilan zat iodium oleh kelenjar gondok, sehingga konsentrasi iodium dalam kelenjar menjadi rendah. Selain itu, zat goiterogenik dapat menghambat perubahan iodium dari bentuk anorganik ke bentuk organik sehingga pembentukan hormon tiroksin terhambat (Linder, 1992).
Menurut Chapman (1982) goitrogen alami ada dalam jenis pangan seperti kelompok Sianida (daun + umbi singkong , gaplek, gadung, rebung, daun ketela, kecipir, dan terung) ; kelompok Mimosin (pete cina dan lamtoro) ; kelompok Isothiosianat (daun pepaya) dan kelompok Asam (jeruk nipis, belimbing wuluh dan cuka).
c. Faktor Zat Gizi LainDefisiensi protein dapat berpengaruh terhadap berbagai tahap pembentukan
hormon dari kelenjar thyroid terutama tahap transportasi hormon. Baik T3 maupun T4 terikat oleh protein dalam serum, hanya 0,3 % T4 dan 0,25 % T3 dalam keadaan bebas. Sehingga defisiensi protein akan menyebabkan tingginya T3 dan T4 bebas, dengan adanya mekanisme umpan balik pada TSH maka hormon dari kelenjar thyroid akhirnya menurun.
B. ETIOLOGI1. Anemia1. Faktor-faktor penyebab Masalah Anemia
a. Kehilangan darahKehilangan darah adalah penyebab paling umum terjadinya anemia, khususnya terutama anemia karena kekurangan defisiensi zat besi. Kehilangan darah bisa
jangka pendek atau persisten. Jika kehilangan darah berlebihan, tubuh akan kehilangan sel darah merah yang cukup dan menyebabkan anemia. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan kehilangan darah seperti menstruasi, perdarahan di saluran pencernaan dapat menyebabkan kehilangan darah. Bedah atau kanker juga bisa menyebabkan kehilangan darah.
b. Produksi sel darah merah yang tidak memadai. Ada beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan produksi sel darah merah yang tidak memadai, ini termasuk:
1) MakananMakanan yang kekurangan atau tidak memiliki zat besi, asam folat (folat), dan vitamin B12 dapat menyebabkan tubuh Anda tidak membuat sel darah merah yang cukup. Zat besi merupakan mineral penting untuk pembuatan sel darah merah.
2) Penyakit KronisPenyakit kronis, seperti kanker dan penyakit ginjal dapat menyebabkan tubuh tidak mampu memproduksi sel darah merah yang cukup.Orang yang memiliki HIV / AIDS juga dapat mengembangkan anemia akibat infeksi atau obat yang digunakan untuk pengobatan penyakit.
3) KehamilanSelama 6 bulan pertama kehamilan, bagian cair darah perempuan meningkat lebih cepat dibandingkan jumlah sel darah merah. Ini mencairkan darah dan dapat menyebabkan anemia.
4) HormonTubuh kita membutuhkan hormon erythropoietin untuk membuat sel darah merah. Hormon ini membantu merangsang sumsum tulang untuk membuat sel darah merah. Rendahnya tingkat hormon ini dapat menyebabkan anemia.
5) Obat-obatanBeberapa obat seperti antibiotik, obat anti kejang, pengobatan kanker atau paparan radiasi dapat menyebabkan kerusakan pada sumsum tulang. Jika sumsum tulang rusak, tidak dapat membuat cukup sel darah merah baru untuk menggantikan sel yang mati.
c. Kerusakan sel darah merah yang berlebihanAnemia yang disebabkan oleh kerusakan sel darah merah yang berlebihan dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa bentuk anemia, mereka adalah sebagai berikut:
1) Anemia hemolitikAnemia hemolitik terjadi ketika sel darah merah hancur sebelum masanya berakhir. Umur normal sel darah merah adalah 120 hari. Pada anemia hemolitik, umurnya jauh lebih pendek.
2) Anemia sel sabitAnemia sel sabit adalah bentuk parah dari anemia. Hal ini biasanya terjadi ketika seseorang mewarisi dua gen yang abnormal (satu dari setiap orangtua) yang menyebabkan sel darah merah mereka berubah bentuknya.
3) ThalassemiaThalasemia adalah suatu bentuk anemia yang sel darah merah cepat hancur. Hal ini menyebabkan tubuh membuat sedikit sel darah merah sehat dan hemoglobin dari normal.
2. GAKYYodium dalam tubuh berada dalam bentuk iodida (I2). Menyusun tubuh
kurang lebih 15-20 mg, sangat bervariasi antar individu, tergantung wilayah tempal tinggal (kandungan yodium tanah, air, tanaman dan pangan sumber yodium yang dikonsumsi. Fungsi yodium dalam tubuh, bersama hormon-hormon tiroid, adalah : berperan dalam mengatur suhu tubuh, laju pelepasan energi selama metabolism basal (BMR). Laju penggunakan oksigen oleh sel, pertumbuhan, perkembangan sistem saraf, pertumbuhan linier dan pembentukan panas tubuh. Penyerapan yodium sangat cepat dan mudah. Yodium terutama terkonsentrasi pada kelenjar tiroid (70-80%) yang berperan dalam pembentukan hormon T3-triodotiroin dan T4-Tetra iodotironin atau tiroksin. Pelepasan hormon tiroid ke dalam darah dipacu oleh TSH (Tiroid Stimulating Hormone).
Faktor-Faktor Penyebab Masalah GAKY
a. Faktor Defisiensi dan Iodium Excess
Defisiensi iodium merupakan sebab pokok terjadinya masalah GAKY. Hal ini disebabkan karena kelenjar tiroid melakukan proses adaptasi fisiologi terhadap kekurangan unsur iodium dalam makanan dan minuman yang dikonsumsinya. Kelebihan yodium terjadi apabila yodium yang dikonsumsi cukup besar secara terus menerus, seperti yang dialami oleh masyarakat di Hokaido yang mengkonsumsi ganggang laut dalam jumlah yang besar. Bila iodium dikonsumsi dalam dosis tinggi akan terjadi hambatan homogenesis, khususnya iodinasi tirosin dan proses coupling.
b. Faktor Geografis dan Non Geografis
GAKY sangat erat hubungannya dengan geografis suatu daerah, karena pada umumnya masalah ini sering dijumpai di daerah pegunungan seperti pegunungan Himalaya, Alpen, Andres dan di Indonesia gondok sering dijumpai di pegunungan seperti bukit barisan di Sumatera dan Pegunungan Kapur Selatan. Daerah yang biasanya mendapat suplay makanannya dari daerah lain sebagai penghasil pangan, seperti daerah pegunungan yang notabennya merupakan daerah yang miskin kadar iodium dalam air dan tanahnya. Dalam jangka waktu yang lama namun pasti daerah tersebut akan mengalami defisiensi iodium atau daerah endemic iodium.
c. Faktor Bahan Pangan Goiterogenik
Kekurangan yodium merupakan penyebab utama terjadinya gondok, namun tidak dapat dipungkiri bahwa faktor lain juga ikut berperan. Salah satunya adalah bahan pangan yang bersifat goiterogenik. Zat goiterogenik dalam bahan makanan yang dimakan setiap hari akan meyebabkan zat yodium dalam tubuh tidak berguna, karena zat goiterogenik tersebut merintangi absorbs dan metabolisme mineral yodium yang telah masuk ke dalam tubuh. Goiterogenik adalah zat ysng dapat menghambat pengambilan zat yodium oleh kelenjar gondok, sehingga konsentrasi yodium dalam kelenjar menjadi rendah. Selain itu, zat goiterogenik dapat menghambat perubahan yodium dari bentuk anorganik ke bentuk organik, sehingga pembentukan hormon tiroksin terhambat.
C. Klasifikasi dan Penatalaksanaan pada Anemia dan GAKY1. Anemi
a.Anemia Defisiensi BesiKebutuhan Fe dalam makanan sekitar 20 mg sehari, dari jumlah ini hanya
kira-kira 2 mg yang diserap. Jumlah total Fe dalam tubuh berkisar 2-4 g, kira-kira 50 mg/kg BB pada pria dan 35 mg/kg BB pada wanita. Umumnya akan terjadi anemia dimorfik, karena selain kekurangan Fe juga terdapat kekurangan asamfolat.
Anemia ini umumnya disebabkan oleh perdarahan kronik. Di Indonesia paling banyak disebabkan oleh infestasi cacing tambang (ankilostomiasis). Infestasi cacing tambang pada seseorang dengan makanan yang baik tidak akan menimbulkan anemia. Bila disertai malnutrisi, baru akan terjadi anemia. Penyebab lain dari anemia defisiensi adalah :
1) Diet yang tidak mencukupi.2) Absorbsi yang menurun.3) Kebutuhan yang meningkat pada kehamilan, laktasi.4) Perdarahan pada saluran cerna, menstruasi, donor darah.5) Hemoglobinuria.6) Penyimpanan besi yang berkurang, seperti pada hemosiderosis paru.
Penatalaksanaan :1) Mengatasi penyebab perdarahan kronik, misalnya pada ankilostomiasis diberikan
antelmintik yang sesuai.2) Pemberian preparat Fe :a) Ferosulfat 3 x 325 mg secara oral dalam keadaan perut kosong, dapat dimulai
dengan dosis yang rendah dan dinaikkan bertahap. Pada pasien yang tidak kuat dapat diberikan bersama makanan.
b) Feroglukonat 3 x 200 mg secara oral sehabis makan. Bila terdapat intoleransi terhadap pemberian preparat Fe oral atau gangguan pencernaan sehingga tidak dapat diberikan oral, maka dapat diberikan secara parenteral dengan dosis 250 mg Fe ( 3mg/kg BB ) untuk tiap g% penurunan kadar Hb di bawah normal.
c) Iron dekstran mengandung Fe 50 mg/ml, diberikan secara intramuscular mula-mula 50 mg, kemudian 100-250 mg tiap 1-2 harisampaidosis total sesuai perhitungan. Dapat pula diberikan intravena, mula-mula 0,5 ml sebagai dosis percobaan, Bila dalam 3-5 menit tidak menimbulkan reaksi, boleh diberikan 250-500 mg.
d) Selain itu, pengobatan anemia defisiensi zat besi biasanya terdiri darisuplemen makanan dan terapi zat besi. Kekurangan zat besi dapatdiserap dari sayuran, produk biji-bijian, produk susu, dan telur. Tetapiyang paling baik adalah diserap dari daging, ikan, dan unggas. Padakebanyakan kasus anemia defisiensi zatbesi, terapi zat besi secara oral dengan larutan Fe2+ dengan garam besi.
Obat-obat yang dapat menurunkan absorpsi zat besi dalam tubuh:1) Obat antasida yang mengandung Al, Mg, Ca2+.2) Tetracycline dan doxycycline.3) Antagonis H2.
4) Proton pump inhibitor.5) Cholestyramin
b. Anemia PernisiosaKekurangan vitamin B12 bisa disebabkan oleh factor intrinsic dan factor
ekstrinsik. Kekurangan vitamin B12 akibat factor intrinsic terjadi karena gangguan absorpsi vitamin yang merupakan penyakit herediterautoimun, sehingga pada pasien mungkin dijumpai penyakit-penyakit autoimun lainnya. Kekurangan vitamin B12 karena factor intrinsic ini tidak dijumpai di Indonesia. Yang lebih seringdijumpai di Indonesia adalah penyebab intrinsic karena kekurangan masukan vitamin B12 dengan gejala-gejala yang tidak berat. Didapatkan adanya anoreksia, diare, lidah yang licin, dan pucat. Terjadi gangguan neurologis, seperti gangguan keseimbangan.
Penatalaksanaan:Pemberian vitamin B12 1.000 mg/harisecara intramuscular selama 5-7 hari, 1 kali tiap bulan.
c. Anemia Defisiensi Asam FolatAsam folat terutama terdapat dalam daging, susu, dan daun-daun yang hijau.
Umumnya berhubungan dengan malnutrisi. Penurunan absorpsi asamfolat jarang ditemukan karena absorpsi terjadi di seluruh saluran cerna. Juga berhubungan
dengan sirosishepatis, akrena terdapat penurunan cadangan asamfolat. Dapat ditemukan gejala-gejala neurologis, seperti gangguan kepribadian dan hilangnya daya ingat. Selain itu juga perubahan megaloblastik pada mukosa (anemia megaloblastik).
Penatalaksanaan:Pengobatan terhadap penyebabnya dan dapat dilakukan pula dengan pemberian / suplementasi asam folat oral 1 mg per hari.
d. Anemia pada Penyakit KronisAnemia inidikenal pula dengan nama sideropenic anemia with
reticuloendothelialsiderosis. Anemia pad penyakit kronik merupakan jenis anemia terbanyak kedua setelah anemia defisiensi yang dapat ditemukan pada orang dewasa di AmerikaSerikat. Penyakit ini banyak dihubungkan dengan berbagai penyakit infeksi, seperti infeksi ginjal, paru.
Penatalaksanaan:Pada anemia yang mengancam nyawa, dapat diberikan transfuse darah merah seperlunya. Pengobatan dengan suplementasi besi tidak diindikasikan. Pemberian kobalt dan eritropoeitin dikatakan dapat memperbaiki anemia pada penyakit kronik.
e. Anemia AplastikTerjadi karena ketidaksanggupan sum sum tulang untuk membentuk sel-
seldarah. Penyebabnya bisa karena kemoterapi, radioterapi, toksin, seperti benzen, toluen, insektisida, obat-obat seperti kloram fenikol, sulfonamide, analgesik (pirazolon), antiepileptik (hidantoin), dan sulfonilurea. Pasien tampak pucat, lemah, mungkin timbul demam dan perdarahan.
Penatalaksanaan:1) Transfusi darah, sebaiknya diberikan transfuse darah merah. Bila diperlukan
trombosit, berikan darah sega ratau platelet concentrate.2) Atasikomplikasi( infeksi ) dengan antibiotik. Higiene yang baik perlu untuk
mencegah timbulnya infeksi.3) Kortikosteroid, dosis rendah mungkin bermanfaat pada perdarahan akibat
trombositopenia berat.4) Androgen, seperti fluokrimesteron, testosteron, metandrostenolon, dan nondrolon.
Efek samping yang mungkin terjadi, virilisasi, retensi air dan garam, perubahan hati, dan amenore.
5) Imunosupresif, seperti siklosporin, globulin antitimosit. Champlin, dkk menyarankan penggunaannya pada pasien> 40 tahun yang tidak menjalani
transplantasi sum sumtulang dan pada pasien yang telah mendapat transfuse berulang.
6) Transplantasi sum sum tulang.
f. Anemia HemolitikPada anemia hemolitik terjadi penurunan usia sel darah merah (normal 120
hari), baik sementara atau terus-menerus. Anemia terjadi hanya bila sum sum tulang telah tidak mampu mengatasinya karena usia sel darah merah sangat pendek , atau bila kemampuannya terganggu oleh sebab lain. Tanda-tanda hemolisis antara lain ikterus dan splenomegaly.
Etiologi anemia hemolitik dibagi sebagai berikut:1) Intrinsik : kelainan membrane, kelainan glikolisis, kelainan enzim dan
hemoglobinopati.2) Ekstrinsik : gangguan system imun, mikro angiopati, infeksi (akibat
plasmodium, klostridium, borrelia), hipersplenisme, dan luka bakar.
Penatalaksanaan:Penatalaksanaan anemia hemolitik disesuaikan dengan penyebabnya. Bila karena reaksitoksik-imunologik, yang dapatdiberikan adalah kortikosteroid (prednisone, prednisolon), kalau perlu dilakukan splenektomi. Apabila keduanya tidak berhasil, dapat diberikan obat-obat sitostatik, seperti klorambusil dan siklofosfamid.
2. GAKYa.ManifestasiKlinis
Pada anak dapat terjadi pembesaran kelenjar gondok, gangguan fungsi mental dan perkembangan fisik.
Kretinen demikter dapat di daerah gondok endemik. Kelainan terja di waktu bayi masih dalam kandungan atau tidak lama setelah dilahirkan dan terdiri atas kerusakan pada saraf pusat dan hipotiroidisme. Secara klinis kerusakan saraf pusat bermanifestasi dengan:
1) Retardasi mental2) Gangguan pendengaran sampai bisu tuli3) Gangguan neuromotor seperti gangguan bicara, cara jalan yang aneh, dsb4) Hipotiroid dengan gejala:a) Miksedema pada hipotiroidisme berat, sedangkan pada yang ringan;b) Tinggi badan yang kurang, cebol (stunted growth) dan osifikasi yang terlambat.
Penatalaksanaan
Penanggulangan GAKI diintegrasikan kedalam penanggulangan kemiskinan secara nasional. Kegiatan pokok penanggulangan GAKI meliputi:
1) Garam konsumsi yang beredar yang beredar di seluruh Indonesia harus dalam bentuk garam beriodium dengan kadar yang telah ditetapkan yaitu 30-80 ppm.
2) Untuk meningkatkan konsumsi garam beriodium, lakukan mobilisasi social dengan pendekatan pemasaran sosial.
3) Berikan suplementasi kapsul larutan minyak beriodium untuk daerah endemic sedang dan berat pada semua penduduk pria usia 0 – 20 tahun dan semua penduduk wanita usia 0 – 35 tahun.
4) Kembangkan fortifikasi iodium pada air dan bahan makanan lainnya selain garam, serta tingkatkan kualitas bahan makanan sebagai sumber iodium terutama bahan pangan dari laut.
BAB IIIKAITAN PERILAKU DAN LINGKUNGAN
BAB VINTERAKSI OBAT DAN GIZI
Tipe interaksi antara obat dan makanan ada dua yaitu interaksi makanan terhadap obat dan interaksi obat terhadap makanan. Interaksi makanan dengan obat terjadi jika makanan berada bersama dengan obat dalam saluran pencernaan sehingga memberikan pengaruh terhadap bioavailabilitas, farmakokinetik, farmakodinamik, serta efikasi terapi obat yang digunakan. Keberadaan makanan mempengaruhi efikasi terapi karena kehadiran makanan dalam saluran cerna atau peredaran darah dapat meningkatkan atau menurunkan laju absorpsi dan metabolisme obat. Sedangkan Interaksi obat terhadap makanan terjadi karena penggunaan obat berpengaruh secara signifikan pada metabolisme dan bioavailabilitas makanan atau nutrisi dalam tubuh dan mengubah persepsi rasa. Perubahan absorpsi dan metabolisme makanan menyebabkan perubahan pada status nutrisi seseorang seperti deplesi mineral, vitamin, atau gangguan berat badan. Nutrisi makanan diperlukan oleh sistem enzim untuk berfungsi secara normal. Sistem enzim yang bekerja baik akan membantu metabolisme obat berlangsung dengan baik pula.A. Interaksi makanan terhadap obat
Interaksi makanan terhadap obat terdapat pada tiga fase yaitu fase farmasetika, fase farmakokinetika dan fase farmakodinamik. Berikut ini penjelasan dari ketiga fase tersebut.
1. Fase farmasetika (disolusi dan disintergasi obat)Makanan menyebabkan perubahan pada pH saluran cerna yang berefek
terhadap disolusi dan disintergasi obat. Tingkat keasaman juga akan berefek terhadap kelarutan dan efektivitas obat.2 Fase farmakokinetika
Makanan memiliki pengaruh terpenting terhadap absorpsi karena saluran pencernaan merupakan organ terpenting pada absorpsi obat. Makanan dan kandungan nutrisi di dalam saluran cerna dapat meningkatkan atau menurunkan absorpsi dan bioavailabilitas obat karena makanan menyebabkan perubahanan derajat ionisasi, solubilitas, dan pembentukkan chelat medical. Selain itu, laju pengosongan lambung dipengaruhi oleh komposisi makanan. Serat dan makanan kaya lemak diketahui menurunkan laju pengosongan lambung beberapa obat seperti hidralazin diabsorbsi secara maksimal ketika lambung dalam keadaan kosong. Hal ini berkaitan dengan pH lambung. Sedangkan obat lain seperti l-dopa, Penicilin-G, dan digoksin akan terdegradasi dan menjadi tidak aktif pada pH lambung rendah dalam waktu lama.
3. Fase farmakodinamikaMekanisme kerja obat dapat berupa aktivitas antagonis atau agonis
terhadap fungsi fisiologis dan metabolik normal tubuh. Contohnya oksidasi untuk membunuh sel tumor berlawanan ddengan vitamin V yang bersifat antioksidan, Metotreksat mempunyai struktur yang mirip dengan asam folat sehingga pada kondisi defisiensi folat Metotreksat bersifat kompetitif dengan protein carier folat.B. Interaksi obat terhadap makanan
Obat dapat meningkatkan atau menurunkan bioavailabilitas nutrisi makanan. Perubahan status nutrisi seseorang obat mempengaruhi intake makanan, absorpsi, metabolisme, ekskresi dari nutrisi makanan. Beberapa nutrisi yang dapat dipengaruhi obat antara lain folat, piridoksin, Vitamin C, Vitamin D, Vitamin A, kalsium, dan seng. Obat seperti aspirin, babiturat, primidon, etinil estradiol, sikloserin, metotreksat berpengaruh terhadap metabolisme folat fenitoin sehingga dapat menyebabkan defisiensi folat dan anemia megaloblastik. Hal yang patut diwaspadai adalah efek perubahan nutrisi akibat penggunaan obat pada lansia, bayi, anak-anak, wanita hamil dan menyusui .
Beberapa obat menyebabkan anoreksia atau mual muntah akibat rasa dan bau obat. Obat-obat yang mengubah persepsi rasa alopurinol, griseofulvin, amilocain, sulfasalazine, amfetamin, lidocain, nifedipin, diltiazem, ampoterisin, blitium, fenitoin, ctm, ampisilin, metil tiourasil , benzokain, kaptopril. Pada penggunaan obat yang dapat mengubah persepsi rasa perlu dilakukan modifikasi tampilan makanan yang dikonsumsi pasien dari segi warna dan rasa.
Metilfenidat yang digunakan dalam terapi hiperaktif anak akan mempengaruhi sistem saraf perifer. Penggunaan jangka panjang obat ini dapat menghambat pertumbuhan anak. Maka pada pasien yang menggunakan Metilfenidat diperlukan monitoring gizi.C.INTERAKSI GAKY TERHADAP ZAT GIZI DAN OBAT
1. Latar Belakang GAKYZat goitrogenik adalah zat yang dapat menghambat pengambilan iodium
oleh kelenjar gondok, sehingga konsentrasi iodium dalam kelenjar menjadi rendah. Aktivitas bahan goitrogenik pada prinsipnya bekerja pada tempat yang berlainan dalam rantai proses pembentukan hormon tiroid, dapat dibagi atas dua macam yaitu (Soekatri, 2001) :a. Menghambat pengambilan iodium oleh kelenjar thyroid, golongan ini termasuk kelompok perchlorate.
b. Menghalangi pembentukan ikatan organik antara iodium dan thyroxin untuk menjadi hormon thyroid, golongan ini adalah kelompok tiouracils imidazoles. Zat goitrogen alamiah yaitu; lignamarin (pada ubi kayu), getah (pada labu siam), kulit ari kacang tanah, Kubis, dan belerang. Pencemar yaitu; Kelebihan pupuk
urea, kelebihan pestisida, Bakteri Coli, Limbah industri dan rumah (Geocities, 2003).
2. Uji DiagnostikAdapun cara – cara pemeriksaan untuk mengetahui adanya GAKI adalah sebagai berikut:a. Pemeriksaan antropometri tang dapat dilakukan adalah dengan melakukan
pengukuran tinggi badan per berat badan. Hal ini perlu untuk mengetahui bagaimana pertumbuhan fisik anak sesuai dengan berat badannyakarena jika terkena GAKI yang sudah parah maka pertumbuhannya akan ikut terganggu. Selain itu, pengukuran tinggi badan per umur juga dapat digunakan untuk pemeriksaan ini.
b. Pemeriksaan klinis Pemeriksaan klinis GAKI dapat dilihat dari gejala - gejala yang muncul pada
tubuh seseorang, antara lain :- Seseorang menjadi malas dan lamban- Kelenjar tiroid membesar yang biasa disebut sebagai gondok di masyarakat. Gondok ini diakibatkan karenakonsentrasi hormon tiroid menurun dan hormone perangsang tiroid / TSH (Thyroid Stimulating Hormone) meningkat agar kelenjar tiroid mampu menyerap lebih banyak yodium bila kekurangan berlanjut sehingga selkelenjar tiroid membesar dalam usaha meningkatkan pengambilan yodium oleh kelenjar tersebut.- Pada ibu hamil dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin, dan dalam keadaan berat bayi lahir dalam keadaan cacat mental yang permanen serta hambatan pertumbuhan yang dikenal sebagai kretinisme.
c. Pemeriksaan laboratoriumPenilaian status GAKI yaitu menggunakan urine, di daerah endemis berat
(<25 ug/ g kreatinin) dan sedang (25-50 ug/g kreatinin). Iodium urine biasanya akan menurun sebelum struma muncul. Selain itu dapat juga denganmelakukan pemeriksaan pada kadar hormone tiroid serum yang dilakukan dengan mengambil sampel pada pembuluh darah vena. Tetapi pemeriksaan ini dianggap kurang efektif karena biaya yang dibutuhkan untuk pemeriksaan akan lebih mahal dan tingkat kesulitannya yang tinggi. Pemeriksaan status gizi secara lab dapatmendiagnosis kurang gizi lebih dini sebelum tanda-tanda klinis muncul.
d. Pemeriksaan dieteticPemeriksaan dietetic pada penderita GAKI dapat dilihat dari asupan makanan yang dikonsumsi, antara lain sebagai berikut:
- Asupan energy dan protein
Gangguan akibat kekurangan yodium secara tidak langsung dapat disebabkan oleh asupan energi yang rendah,karena kebutuhan energy akan diambil dari asupan protein. Protein (albumin, globulin, prealbumin) merupakanalat transport hormon tiroid. Protein transport berfungsi mencegah hormon tiroid keluar dari sirkulasi dansebagai cadangan hormon.
- Status giziPengaruh status gizi terhadap kejadian GAKI masih belum banyak diteliti, namun secara teoritis cadanganlemak merupakan tempat penyimpanan yodium. Jumlah simpanan yodium di dalam tubuh setiap individu akan berbeda sesuai dengan kondisi status gizinya (Oenzil, 1996). Kadar yodium urin anak dengan status gizi baik lebih tinggi dibandingkan dengan anak dengan status gizi kurang setelah diberikan kapsul yodium selama 3hari berturut-turut (Prihartini, 2004). Status gizi kurang atau buruk akan berisiko pada biosintesis hormon tiroidkarena kurangnya TBP (Thyrox in b ind ing Pro te in ) , seh ingga s in tes i s hormon t i ro id akan be rkurang (Djokomoeljanto, 1987).
- Pangan goitrogenikAda dua jenis zat goitrogenik yang berasal dari bahan pangan yaitu: Tiosianat, terdapat dalam sayuran kobis, kembang kol, sawi, rebung, ketela rambat dan jewawut, singkong; Isotiosianat, terdapat pada kobis. Zat goitrogenik adalah senyawa yang dapat mengganggu struktur dan fungsihormon tiroid secara langsung dan tidak langsung.
3. PencegahanMenurut Djokomoeljanto (1993), Upaya pencegahan dan penanggulangan
GAKI dilakukan dengan memberikan unsur yodium. Dosis cukup memadai atau adekuat, diberikan secara terus menerus atau kontinyu serta dapat mencapai semua segmen penduduk khususnya yang rawan (daerah endemis). Anjuran Asupan Yodium setiap hari di dalam makanan menurut Arisman (2004) adalah :
- Dosis 50 µg/hari untuk kisaran usia 0-12 Bulan.- Dosis 90 µg/hari untuk kisaran usia 1-6 tahun.- Dosis 120 µg/hari untuk kisaran usia 7-12 tahun.- Dosis 150 µg/hari untuk kisaran usia 12-Dewasa.- Dosis 200 µg/hari untuk kisaran Ibu hamil dan menyusuiUpaya lain dalam mencegah dan menanggulangi masalah GAKY di
masyarakat, selain melalui suplementasi langsung yaitu larutan minyak beryodium (baik melalui suntikan maupun secara oral), dilakukan juga upaya secara tidak langsung, yaitu melalui fortifikasi garam konsums dengan yodium, yang dikenal dengan garam beryodium (Deperindag RI, 1993).
4. PengobatanMenurut Thesa (2009) ada dua terapi yang bisa dilakukan oleh penderita
GAKI yaitu :
a. Farmakologi, dengan mengkonsumsi obat-obatan yang dianjurkan oleh dokter.
1) ParasetamolSebagai analgetik antipiretikIndikasi : Menurunkan rasa sakit kepala,sakit gigi dan menurunkan panas.Efek Samping : Reaksi hipersensitif, bila diberikan dalam dosis tinggi dapat merusak hati.Kemasan : Botol 60 ml
2) AmoksisilinIndikasi : Infeksi Saluran Nafas, Saluran Kemih, dan Kelamin. Infeksi lain seperti Salmonella sp, Shigella, kulit, luka selulitis, furunkulosis.Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap penisilin, gangguan ginjal, leukimia limfatik, superinfeksi.Efek Samping : Reaksi hipersensitif, gangguan gastrointestinal.Interaksi Obat : Probenesid meningkatkan waktu paruh amoksisilin dalam plasma, Alupurinol meningkatkan insiden kemerahan pada kulit, menurunkan efektifitas kontrasepsi oral.Kemasan : Anak 20 mg/kgBB/hari tiap
3) RecovitKandungan : Vitamin. A 5000 iu, Vitamin B1 10 mg, Vitamin B2 15 mg, Vitamin B6 5 mg, Vitamin B12 5 mg, Vitamin C 200 mg, Vitamin E 15 iu, Vitamin D 400 iu, nicotinamide 50 mg, kalium iodide, calsium pantothenate, ferrofumarete, zink sulfat.Indikasi : Terapi defisiensi multivitamin dan mineralSuplemen vitamin untuk wanita hamil.Dosis : 1x/hari 1 kapsul
4) Sirup vitamin ZnKandungan : Vitamin. A 1250 iu,Vitamin D 200 iu, Vitamin C 20 iu, Vitamin B1 1 mg, Vitamin B2 1 mg, Vitamin B6 o,6 gr, Vitamin B12 2 µg, Vitamin d-Panthenol 3 mg, Elemental iron + 1,5 mg, Calsium + 20 mg, Phosporus + 15 mg, Manganese + 0,25 mg, Zinc + 0,25 mg, Magnesium + 1,5 mg, Potasium + 1,25 mg, Lysine 12, 5 mg, Hydrochloride Inositol 2,5 mg, Choline + 2,5 mg,Indikasi : Sebagai suplement diet untuk profilaksis dan pengobatan, defisisensi Fe dan vitamin serta mineral.Kontarindikasi : Pada penderita haemochromatosis, Haemosiderosis, dan anemia hemolitik.Dosis : 5 ml/hari.
b. Non Farmakologi, dengan mengkonsumsi bahan makanan yang cukup banyak mengandung yodium seperti bahan makanan yang berasal dari laut dan sumber yodium lain yang mudah kita temui adalah garam, yang dimaksud disini adalah garam beryodium dengan kadar yodium antara 30-80 ppm (part per million).
D. INTERAKSI ANEMIA TERHADAP ZAT GIZI DAN OBAT
1. Penyebab Anemia adalah kondisi di mana darah Anda memiliki jumlah sel darah
merah di bawah normal. Kurangnya sel darah merah ini biasanya
diindikasikan oleh hitungan hemoglobin yang lebih rendah dari normal
(lihat tabel).Hemoglobin adalah unsur utama penyusun sel darah merah
yang merupakan protein kaya zat besi dan berfungsi membantu sel darah
merah mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh.Bila jumlah
hemoglobin Anda sedikit, sel-sel tubuh Anda akan kekurangan oksigen.
Anda akan merasa lelah, lemas dan gejala anemia lainnya. Anemia parah
dan menahun (kurang dari 5 g/dl) dapat mengakibatkan kerusakan
jantung, otak dan organ tubuh lain. Anemia yang sangat parah bahkan
dapat menyebabkan kematian.
Terdapat berbagai macam penyebab anemia, antara lain:
1. Pendarahan hebat yang mendadak (akut) karena kecelakaan, pembedahan, persalinan, atau pecah pembuluh darah
2. Pendarahan kronik (menahun) karena pendarahan hidung, wasir (hemoroid), maag (ulkus peptikum), kanker atau polip di saluran pencernaan, tumor ginjal atau kandung kemih
3. Penyakit kronik yang mengakibatkan meningkatnya penghancuran sel darah merah, pembesaran limpa, kerusakan mekanik pada sel darah merah
4. Kekurangan G6PD (suatu enzim yang berperan dalam proses pembentukan dan perombakan sel darah merah dan pencegahan hemolisis pada eritrosit). Kelainan enzim G6PD menyebabkan proses pembentukan dan perombakan sel darah merah menjadi tidak normal dan mudah pecah (hemolitik).
5. Penyakit darah, seperti penyakit sel sabit (sel darah merah berbentuk bulan sabut sepertu huruf C) dan thalassemia.
6. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12, asam folat dan vitamin C, unsur-unsur yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
a. Kekurangan zat besi adalah penyebab utama anemia. Sekitar 20% wanita, 50% wanita hamil dan 3% pria mengalami kekurangan zat besi.b. Tidak mengkonsumsi daging (vegetarian) dapat menyebabkan Anda kekurangan vitamin B12, jenis vitamin yang hanya ditemui pada makanan hewani (daging, ikan, telur, susu). Di kalangan non vegetarian, hampir tidak ada yang kekurangan vitamin ini karena cadangannya cukup untuk produksi sel darah sampai lima tahun.
c. Asam folat tersedia pada banyak makanan, namun terutama terdapat di hati dan sayuran hijau mentah.
7. Darah menstruasi berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi rawan terkena anemia karena kekurangan zat besi bila darah menstruasinya banyak dan dia tidak memiliki cukup persediaan zat besi.
8. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin menyerap zat besi dan vitamin untuk pertumbuhannya.
9. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus di saluran pencernaan seperti gastritis, radang usus buntu,dll dapat menyebabkan anemia.
10. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan lambung (aspirin, obat anti inflamasi,dll). Obat lainnya dapat menyebabkan masalah dalam penyerapan zat besi dan vitamin (antacid, pil KB, obat anti artritis, dll).
11. Operasi pengambilan sebagian atau seluruh lambung (gastrektomi). Ini bisa menyebabkan anemia karena tubuh kurang menyerap zat besi dan vitamin B12.
12. Penyakit radang kronis seperti lupus, artritis rematik, penyakit ginjal, masalah pada kelenjar tiroid, beberapa jenis kanker, dan penyakit lainnya dapat menyebabkan anemia karena memengaruhi proses pembentukan sel darah merah.
2. Uji Diagnostik Menurut Guillermo dan Arguelles (Riswan, 2003) pemeriksaan yang
dapat dilakukan antara lain:
A. Pemeriksaan Laboratorium
1) Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin adalah parameter status besi yang memberikan suatu
ukuran kuantitatif tentang beratnya kekurangan zat besi setelah anemia
berkembang. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan
dengan menggunakan alat sederhana seperti Hb sachli, yang dilakukan
minimal 2 kali selama kehamilan, yaitu trimester I dan III.
2) Penentuan Indeks Eritrosit
Penentuan indeks eritrosit secara tidak langsung
dengan flowcytometri atau menggunakan rumus:
a. Mean Corpusculer Volume (MCV)
MCV adalah volume rata-rata eritrosit, MCV akan menurun apabila
kekurangan zat besi semakin parah, dan pada saat anemia mulai
berkembang. MCV merupakan indikator kekurangan zat besi yang
spesiflk setelah thalasemia dan anemia penyakit kronis disingkirkan.
Dihitung dengan membagi hematokrit dengan angka sel darah merah.
Nilai normal 70-100 fl, mikrositik < 70 fl dan makrositik > 100 fl.
b. Mean Corpuscle Haemoglobin (MCH)
MCH adalah berat hemoglobin rata-rata dalam satu sel darah merah.
Dihitung dengan membagi hemoglobin dengan angka sel darah merah.
Nilai normal 27-31 pg, mikrositik hipokrom < 27 pg dan makrositik > 31
pg.
c. Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration (MCHC)
MCHC adalah konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata. Dihitung
dengan membagi hemoglobin dengan hematokrit. Nilai normal 30-35%
dan hipokrom < 30%.
3) Pemeriksaan Hapusan Darah Perifer
Pemeriksaan hapusan darah perifer dilakukan secara manual.
Pemeriksaan menggunakan pembesaran 100 kali dengan memperhatikan
ukuran, bentuk inti, sitoplasma sel darah merah. Dengan
menggunakan flowcytometry hapusan darah dapat dilihat pada
kolom morfology flag
4) Luas Distribusi Sel Darah Merah (Red Distribution Wide = RDW)
Luas distribusi sel darah merah adalah parameter sel darah merah
yang masih relatif baru, dipakai secara kombinasi dengan parameter
lainnya untuk membuat klasifikasi anemia. RDW merupakan variasi
dalam ukuran sel merah untuk mendeteksi tingkat anisositosis yang tidak
kentara. Kenaikan nilai RDW merupakan manifestasi hematologi paling
awal dari kekurangan zat besi, serta lebih peka dari besi serum, jenuh
transferin, ataupun serum feritin. MCV rendah bersama dengan naiknya
RDW adalah pertanda meyakinkan dari kekurangan zat besi, dan apabila
disertai dengan eritrosit protoporphirin dianggap menjadi diagnostik.
Nilai normal 15 %.
5) Eritrosit Protoporfirin (EP)
EP diukur dengan memakai haematofluorometer yang hanya
membutuhkan beberapa tetes darah dan pengalaman tekniknya tidak
terlalu dibutuhkan. EP naik pada tahap lanjut kekurangan besi
eritropoesis, naik secara perlahan setelah serangan kekurangan besi
terjadi. Keuntungan EP adalah stabilitasnya dalam individu, sedangkan
besi serum dan jenuh transferin rentan terhadap variasi individu yang
luas. EP secara luas dipakai dalam survei populasi walaupun dalam
praktik klinis masih jarang.
6) Besi Serum (Serum Iron = SI)
Besi serum peka terhadap kekurangan zat besi ringan, serta menurun
setelah cadangan besi habis sebelum tingkat hemoglobin jatuh.
Keterbatasan besi serum karena variasi diurnal yang luas dan
spesitifitasnya yang kurang. Besi serum yang rendah ditemukan setelah
kehilangan darah maupun donor, pada kehamilan, infeksi kronis, syok,
pireksia, rhematoid artritis, dan malignansi. Besi serum dipakai
kombinasi dengan parameter lain, dan bukan ukuran mutlak status besi
yang spesifik.
7) Serum Transferin (Tf)
Transferin adalah protein tranport besi dan diukur bersama -sama
dengan besi serum. Serum transferin dapat meningkat pada kekurangan
besi dan dapat menurun secara keliru pada peradangan akut, infeksi
kronis, penyakit ginjal dan keganasan.
8) Transferrin Saturation (Jenuh Transferin)
Jenuh transferin adalah rasio besi serum dengan kemampuan
mengikat besi, merupakan indikator yang paling akurat dari suplai besi
ke sumsum tulang.
Penurunan jenuh transferin dibawah 10% merupakan indeks
kekurangan suplai besi yang meyakinkan terhadap perkembangan
eritrosit. Jenuh transferin dapat menurun pada penyakit peradangan.
Jenuh transferin umumnya dipakai pada studi populasi yang disertai
dengan indikator status besi lainnya. Tingkat jenuh transferin yang
menurun dan serum feritin sering dipakai untuk mengartikan kekurangan
zat besi.
Jenuh transferin dapat diukur dengan perhitungan rasio besi serum
dengan kemampuan mengikat besi total (TIBC), yaitu jumlah besi yang
bisa diikat secara khusus oleh plasma.
9) Serum Feritin
Serum feritin adalah suatu parameter yang terpercaya dan sensitif
untuk menentukan cadangan besi orang sehat. Serum feritin secara luas
dipakai dalam praktek klinik dan pengamatan populasi. Serum feritin <
12 ug/l sangat spesifik untuk kekurangan zat besi, yang berarti kehabisan
semua cadangan besi, sehingga dapat dianggap sebagai diagnostik untuk
kekurangan zat besi.
Rendahnya serum feritin menunjukan serangan awal kekurangan zat
besi, tetapi tidak menunjukkan beratnya kekurangan zat besi karena
variabilitasnya sangat tinggi. Penafsiran yang benar dari serum feritin
terletak pada pemakaian range referensi yang tepat dan spesifik untuk
usia dan jenis kelamin. Konsentrasi serum feritin cenderung lebih rendah
pada wanita dari pria, yang menunjukan cadangan besi lebih rendah pada
wanita. Serum feritin pria meningkat pada dekade kedua, dan tetap stabil
atau naik
secara lambat sampai usia 65 tahun. Pada wanita tetap saja rendah
sampai usia 45 tahun, dan mulai meningkat sampai sama seperti pria
yang berusia 60-70 tahun, keadaan ini mencerminkan penghentian
mensturasi dan melahirkan anak. Pada wanita hamil serum feritin jatuh
secara dramatis dibawah 20 ug/l selama trimester II dan III bahkan pada
wanita yang mendapatkan suplemen zat besi.
Serum feritin adalah reaktan fase akut, dapat juga meningkat pada
inflamasi kronis, infeksi, keganasan, penyakit hati, alkohol. Serum feritin
diukur dengan mudah memakai Essay
immunoradiometris (IRMA), Radioimmunoassay (RIA), atauEssay
immunoabsorben (Elisa).
B. Pemeriksaan Sumsum Tulang
Masih dianggap sebagai standar emas untuk penilaian cadangan
besi, walaupun mempunyai beberapa keterbatasan. Pemeriksaan
histologis sumsum tulang dilakukan untuk menilai jumlah hemosiderin
dalam sel-sel retikulum. Tanda karakteristik dari kekurangan zat besi
adalah tidak ada besi retikuler.
Keterbatasan metode ini seperti sifat subjektifnya sehingga
tergantung keahlian pemeriksa, jumlah struma sumsum yang memadai
dan teknik yang dipergunakan. Pengujian sumsum tulang adalah suatu
teknik invasif, sehingga sedikit dipakai untuk mengevaluasi cadangan
besi dalam populasiumum
3. Pencegahana. Bayi dan anak-anak prasekolah anemia dapat dicegah dengan mendorong
eksklusif menyusui bayi (tanpa tambahan cairan, air, formula atau makanan) selama empat sampai enam bulan setelah kelahiran.Selama penyapihan dari payudara padatan sumber tambahan dari besi (sekitar 1 mg per kilogram per hari dari besi) harus diperkenalkan dalam makanan. Jika bayi tidak payudara makan, hanya dibentengi besi rumus sebagai pengganti ASI dianjurkan.Dalam payudara makan bayi yang memiliki besi kekurangan diet 1 mg per kilogram per hari dari besi tetes yang direkomendasikan jika tidak dilengkapi makanan lain.Karena susu menghambat penyerapan zat besi dari usus, itu harus menyarankan bahwa anak-anak berusia satu sampai lima tahun membutuhkan tidak lebih dari 24 oz sapi susu, kambing, susu dan susu kedelai per hari.Makanan yang kaya vitamin C (misalnya, buah-buahan, sayuran dan jus) yang direkomendasikan luar enam bulan untuk meningkatkan penyerapan besi.
b. Untuk remaja gadis-gadis dan perempuan pencegahan besi kekurangan termasuk diet kaya besi sehat. Semua gadis-gadis remaja dan perempuan nonpregnant perlu diputar untuk anemia setiap lima sampai 10 tahun hingga menopause.
c. Dalam kehamilan dosis rendah lisan (30 mg per hari) suplemen besi dahulu pralahir kunjungan mungkin mulai untuk mencegah anemia. Wanita hamil dianjurkan untuk makan makanan kaya besi dan makanan yang meningkatkan penyerapan besi.
4. Pengobatana. Secara Farmakologi1) Dasabion
Efeksamping: nyeri pada saluran pencernaan disertai mual , muntah dan diare pemberian secara terus menerus dapat menyebabkan konstipasi. Pemakaian obat ini dapat menyebabkan feses berwarna hitam.
Indikasi: segala macam anemia pada masa kehamilan. Kontra Indikasi: - Interaksi Obat : - Dosis : setiap hari konsumsi 1 kapsul. Cara pemberian : diminum menggunakan air putih, untuk mengurangu mual
diminum pada malam hari sebelu tidur.2) Nemicap Efeksamping : gangguan iritasi, mual, muntah, konstipasi, dan diare. Indikasi: pengobatan anemia kekurangan zat besi, anemia karena perdarahan,
masa penyebuhan, sewaktu hamil, menyusui, dan lansia. Kontra Indikasi : pasien dengan ulkus peptikum, hemakromatis, colitis
ulseratif enkritis, hipersensitif. Interaksi Obat : -
Dosis : setiap hari konsumsi 1 kapsul setelah makan. Cara pemberian : diminum menggunakan air putih, untuk mengurangu mual
diminum pada malam hari sebelu tidur3) Neogobion Efeksamping: Gangguan Gastro Intestinal Indikasi: Anemia defisiensi Fe, Suplemen selama masa hamil dan menyusui,
anemia karena perdarahan, lansia dan masa penyembuhan. Kontra Indikasi: akumulasi Fe, gangguan penggunaan Fe oleh tubuh. Interaksi Obat : - Dosis : setiap hari konsumsi 1 – 2 kapsul, dikonsumsi saat makan atau setelah
makan Cara pemberian : diminum menggunakan air putih, untuk mengurangu mual
diminum pada malam hari sebelu tidur4) Novabion Efeksamping: konstipasi, diare, Mual, muntah dan nyeri perut. Pemakaian B6
dalam dosis besar dan dalam jangka lama menyebabkan syndrome neuropati; reaksi alergi hingga syok anafilaktik.
Indikasi: untuk anemia kekurangan zat besi dn mineral lain yang membantu pembentukan darah meningkatkan kebutuhan Vit B pada masa pertumbuhan, masa penyembuhan dan hamil ; mengatasi kekurangan Vit B1, B6, B12 sptpolyneuritis, neuralgia, sindrom servical, sindrom bahu lengan, dan pernicious.
Kontra Indikasi: hipersensitiv terhadap obat ini, homocromatosis, dan hemosidorosis, penderita kelainan fungsi jantung.
Interaksi Obat : - Dosis dan Cara pemberian: setiap hari konsumsi 1 kapsul pada waktu makan
atau setelah makan.Injeksi: pada kauss berat dosis awal diberikan secara I.M, sehari 1 vial sampai gejala berkurang. Dosis pemeliharaan seminggu 2 – 3 Vial.
5) Muveron Efeksamping: Gangguan Gastro Intestinal Indikasi: anemia defisiensi Fe, dan mineral lain yang berperan dalam
pembentukan sel darah. Kontra Indikasi: akumulasi Fe (Zat besi), penggunaan Fe oleh tubuh. Interaksi Obat : - Dosis : setiap hari 1 sendok the. Cara pemberian : diminum menggunakan air putih, untuk mengurangu mual
diminum pada malam hari sebelu tidur.6) Odiron – C
Efeksamping: Gangguan gastro intestinal, diare, muntah, feses berwarna gelap, pewrnaan gigi sementara.
Indikasi: anemia karena kekurangan zat besi dan nutrisi lain pada kehamilan, anemia pemi – siosa, anemia megaloblasik, perdarahan, infeksi, sakit yang lama, gangguan metabolism, pertumbuhan yang cepat, menstruasi, menyusui.
Kontra Indikasi: intoleransi Fe, colitis unselativa, gangguan absorbsi, enteritis regional, kolostomi, ileostomi, hemokromatosis.
Interaksi Obat : - Dosis : Setiap hari 1 x 1 tablet, untuk anemia berat 2 x 1 tablet. Paling baik
diantara waktu makan. Cara pemberian : diminum menggunakan air putih, untuk mengurangu mual
diminum pada malam hari sebelu tidur7) Iberet Folic – 500
Efeksamping: Mual, muntah, konstipasi, diare, nyeri lambung. Indikasi: anemia defisiensi Fe, anemia megalobastik, disertasi dengan
defisiensi Vit C & B komplek terutama saat kehamilan. Kontra Indikasi: anemia permisiosa. Interaksi Obat : - Dosis : pengobatan akibat defisiensi Fe & asam folat: Dewasa & Hamil: sehari
1 tablet. Cara pemberian : diminum menggunakan air putih, untuk mengurangu mual
diminum pada malam hari sebelu tidur8) Ferobion Efeksamping: - Indikasi: anemia, suplemen pada perdarahan ringan, masa kehamilan, masa
pertumbuhan anak. Kontra Indikasi: - Interaksi Obat : - Dosis : dewasa 1 – 2 kapsul saat makan atau setelah makan. Cara pemberian : diminum menggunakan air putih, untuk mengurangu mual
diminum pada malam hari sebelu tidur9) Folavit
Efeksamping: - Indikasi: anemia megaloblastik dan makrositik akibat defisiensi asam folat. Kontra Indikasi: hipersensitif, pemberian jangka panjang untuk pemberian
defisiensi kobalamin yang tidak diobati. Interaksi Obat : - Dosis : defisiensi asam folat dosis awal o,25 – 1 mg sehari sampai terdapat
respon klinis, dosis penunjang 0,25 mg / hari, suplemen diet 0,1 – 1 mg pada wanita hami, pada keadaan kebutuhan asam folat meningkat 0,5 – 1 mg sehari.
Cara pemberian : diminum menggunakan air putih, untuk mengurangu mual diminum pada malam hari sebelu tidur
10) Suprabion Efeksamping: - Indikasi: suplemen makanan.kapsul : mencegah kekurangan darah dan proses
pembentukan darah. Syrup : Mengatasi anemia dan mencegah kekurangan vitamin B kompleks.
Kontra Indikasi: - Interaksi Obat : - Dosis : Kapsul : Sehari 1 kapsul pada saat atau setelah makan. Sirup; Dewasa
sehari 1 x 2 sendok teh, Anak – anak >5 – 12 tahun sehari 1 kali 1 sendok teh, Anak usia 2 – 5 tahun sehari 1 kali ½ sendok teh.
Cara pemberian : sebelum atau sesudah makan.
b. Secara Non-farmakologi1) Anemia Defisiensi Besi
Pemberian tablet Fe sulfat, furamat, atau glukonat secara oral dengan dosis 1x200mg. tidak perlu diberikan asam askrobat atau sari buah. Jika tidak dapat diberikan secara oral berikan secara parenteral. Untuk memenuhi cadangan besi berikan terapi sampai 3 bulan setelah anemia diperbaiki.Jarang dilakukan transvusi kecuali terjadi hypovolemia.
2) Anemia Akibat PerdarahanTangani perdarahan untuk mengembalikan dan mempertahankan perfusi
organ. Setelah hypovolemia teratasi dan homeostasis tercapai, lakukan terpai pemberian Fe. Pada wanita dengan anemia sedang yang Hbnya >7gr%, tidak demam dan stabil tanpa resiko perdarahan berikutnya terapi Fe selama tiga bulan lebih baik disbanding transfuse darah.3) Anemia Megaloblastik
Berupa pemberian asam folat 1mg/harf secara oral, diet yang bergizi dan Besi. Biasanya 4 – 7 hari setelah terapi dimulai, hitung retikulosit mulai meninggkat dari leucopenia serta trombositoppenia yang terjadi terkoreksi. Pencegahannya melalui pemberian asam folat 4 mg/hari sebelum dan selama kehamilan
E.
Sumber:http://wikimed.blogbeken.com/gangguan-akibat-kurang-iodiumhttp://patofisiologipenatalaksanaan.blogspot.com/2011/08/gangguan-akibat-kekurangan-yodium-gaky.htmlhttp://nabiungkangkung.blogspot.com/2013/03/anemia.htmlhttp://books.google.co.id/books?id=XTQ7NuDtzEEC&pg=PA76&lpg=PA76&dq=uji+laboratorium+anemia&sour
ce=bl&ots=SqQtyGKCrX&sig=uQZxxpZ_fk2VdTOiag_vA4mynKg&hl=id&sa=X&ei=ivClUav1GIK4rAeFtoC4DA&redir_esc=y#v=onepage&q=uji%20laboratorium%20anemia&f=false