Proposal magang gaki

43
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Kesehatan merupakan Hak Asasi Manusia dan sekaligus merupakan investasi sumber daya manusia serta memiliki kontribusi yang besar untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia. Oleh karena itu, menjadi suatu keharusan bagi semua pihak untuk memelihara kesehatan demi kesejahteraan seluruh masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu diusahakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima serta terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat (Depkes RI, 2010). Rendahnya status gizi masyarakat yang dialami oleh banyak negara berkembang termasuk Indonesia

description

bab 1 -4

Transcript of Proposal magang gaki

Page 1: Proposal magang gaki

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

komponen bangsa dalam rangka meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya. Kesehatan merupakan Hak Asasi

Manusia dan sekaligus merupakan investasi sumber daya manusia serta

memiliki kontribusi yang besar untuk meningkatkan Indeks Pembangunan

Manusia. Oleh karena itu, menjadi suatu keharusan bagi semua pihak untuk

memelihara kesehatan demi kesejahteraan seluruh masyarakat. Untuk

mencapai tujuan tersebut perlu diusahakan upaya kesehatan yang bersifat

menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima serta terjangkau oleh seluruh

lapisan masyarakat (Depkes RI, 2010).

Rendahnya status gizi masyarakat yang dialami oleh banyak negara

berkembang termasuk Indonesia merupakan salah satu indikator derajat

kesehatan masyarakat dan kualitas sumber daya manusia suatu bangsa

(Depkes RI, 2005). Penanggulangan masalah gizi di Indonesia masih

terkonsentrasi pada empat masalah utama gizi kurang seperti kurang energi

protein, anemia gizi besi, kurang vitamin A, dan gangguan akibat kekurangan

iodium. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) adalah salah satu

masalah gizi yang erat kaitannya dengan sumber daya manusia. Gangguan

Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) merupakan masalah yang serius

mengingat dampak secara langsung maupun tidak langsung dapat

1

Page 2: Proposal magang gaki

2

mempengaruhi kelangsungan hidup dan kualitas sumber daya manusia yang

mencakup aspek perkembangan kecerdasan, aspek perkembangan sosial dan

aspek perkembangan ekonomi (Mirdatillah, 2012).

Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) merupakan salah satu

penyakit dari kekurangan gizi yang diakibatkan kurangnya pengkonsumsian

iodium yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup dan kualitas manusia,

karena dapat menurunkan Intelligence Quotient (IQ) pada anak usia sekolah

dasar. Iodium merupakan mineral yang penting dalam pembentukan hormon

tiroid, pada keadaan normal kebutuhan iodium adalah 90 mg untuk anak usia

0 bulan hingga 3 tahun, 120 mg untuk anak usia sekolah umur 4 hingga 12

tahun, 150 mg untuk usia dewasa di atas 12 tahun, 200 mg untuk ibu hamil

dan menyusui. Menurut Djokomoeldjanto (2002), GAKI memiliki dampak

pada pembesaran kelenjar tiroid (gondok) dan kretin. GAKI juga memiliki

dampak yaitu menurunnya kesehatan ibu hamil, menghambat intelegensi pada

anak usia sekolah dasar, mengganggu pertumbuhan social dan rendahnya

produktivitas kerja (Hariyanti dan Veni, 2013).

Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) merupakan masalah

kesehatan yang membutuhkan perhatian dan penanganan yang serius. GAKI

adalah serangkaian efek defisiensi iodium atau kekurangan iodium. Dari hasil

survei nasional evaluasi IP GAKI tahun 2003, menunjukkan bahwa 35,8%

kabupaten adalah endemik ringan, 13,1% kabupaten endemik sedang, dan

8,2% kabupaten endemik berat (Depkes RI, 2005).

Hasil Riskesdas (2013) menunjukkan rumah proporsi Rumah Tangga di

Indonesia yang mengonsumsi garam mengandung cukup iodium adalah

Page 3: Proposal magang gaki

3

77,1%, garam mengandung kurang iodium 14,8% dan garam tidak

mengandung iodium 8,1%. Provinsi dengan proporsi RT yang mengonsumsi

garam dengan kandungan cukup iodium tertinggi adalah Bangka Belitung

(98,1%) dan terendah adalah Aceh (45,7%). Konsumsi garam beriodium

mengalami peningkatan dibanding tahun 2007 (62,3%) menjadi 77,1% di

tahun 2013. Pada tahun 2013, sebanyak 13 provinsi telah mencapai USI,

sedangkan pada tahun 2007 hanya 6 provinsi. Secara nasional angka ini

masih belum mencapai target Universal Salt Iodization (USI) atau “garam

beriodium untuk semua”, yaitu minimal 90% RT yang mengonsumsi garam

dengan kandungan cukup iodium (WHO/UNICEF/ICCIDD, 2007).

Data hasil Riskesdas (2013) juga menunjukkan anak umur 6–12 tahun

didapatkan nilai ekskresi iodium dalam urin (EIU) risiko kekurangan iodium

14,9%, cukup iodium 29,9%, mengandung iodium lebih dari cukup 24,8%

dan risiko kelebihan iodium 30,4%. Pada wanita usia subur (15–49 tahun)

didapatkan nilai ekskresi iodium dalam urin: (1) WUS risiko kekurangan

iodium 22,1%, cukup iodium 30,6%, mengandung iodium lebih dari cukup

22,4% dan risiko kelebihan iodium 24,9%; (2) pada ibu hamil risiko

kekurangan iodium 24,3%, cukup iodium 36,9%, mengandung iodium lebih

dari cukup 17,6%, dan risiko kelebihan iodium 21,3%; (3) pada ibu menyusui

risiko kekurangan iodium 23,9%, cukup iodium 36,9%, mengandung iodium

lebih dari cukup 21,1% dan risiko kelebihan iodium 18,1% (Riskesdas, 2013).

Pada saat ini, 15.675.219 orang penduduk Jawa Tengah tinggal di 15

Kabupaten yang merupakan daerah kekurangan Iodium. Dari jumlah tersebut

diperkirakan 1.028.294 orang positif menderita gondok, 41.318 diantaranya

Page 4: Proposal magang gaki

4

adalah anak-anak dan bayi yang berada dalam fase tumbuh kembang, dan

12.989 adalah wanita usia subur yang berpotensi untuk hamil dan melahirkan

anak (Dinkes Jateng, 2004).

Berdasarkan data Register Klinik dan data uji laboratorium BPP GAKI

tahun 2011, menunjukkan bahwa sebesar 78% pasien yang datang ke klinik

BPP GAKI berjenis kelamin wanita, distribusi pasien terbanyak di usia 20-45

tahun, dan distribusi pasien terbanyak berasal dari Jawa Tengah dengan

kedatangan pasien dari Kabupaten Magelang sebesar 42,43% (Dinkes Jateng,

2004). Pasien yang berkunjung ke Balai GAKI akan diberikan rangkaian

pelayanan untuk mengetahui kondisi/gangguan yang dialami kemudian

sampai pada tahapan rehabilitasi. Hal ini yang menjadi latar belakang

mahasiswa untuk melaksanakan kegiatan magang di Institusi BPP GAKI

Magelang.

Kegiatan magang merupakan sarana latihan kerja bagi mahasiswa

dalam meningkatkan pemahaman, penghayatan dan keterampilan di bidang

keilmuan kesehatan masyarakat. Kegiatan ini untuk meningkatkan

kemampuan mahasiswa dalam ilmu pengetahuan dan upaya untuk

membentuk sikap dan keterampilan profesional dalam bekerja. Kegiatan

magang berarti melaksanakan apa yang menjadi fungsi, tugas, kewajiban dan

pekerjaan pokok dari institusi tempat magang yang relevan dengan keilmuan

kesehatan masyarakat. Kegiatan magang mahasiswa di BPP GAKI bertujuan

agar mahasiswa mengetahui gambaran nyata dari pemberian pelayanan

kepada pasien di BPP GAKI.

Page 5: Proposal magang gaki

5

B. Perumusan Masalah

“Bagaimana manajemen pelayanan pasien dengan hipotyroid di Balai

Penelitian dan Pengembangan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (BPP

GAKI)?”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melaksanakan latihan kerja di institusi atau

instansi tempat magang untuk meningkatkan pengetahuan dan membentuk

sikap serta keterampilan kerja.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui struktur organisasi dari Balai Penelitian dan Pengembangan

Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (BPP GAKI).

b. Mengetahui pelayanan klinis yang diberikan pada pasien hipotyroid di

BPP GAKI.

c. Mengetahui pelayanan fisioterapi yang diberikan pada pasien

hypotyroid di BPP GAKI.

d. Mengetahui pelayanan gizi yang diberikan pada pasien hypotyroid di

BPP GAKI.

e. Mengetahui pelayanan psikologi yang diberikan pada pasien hypotyroid

di BPP GAKI.

Page 6: Proposal magang gaki

6

D. Manfaat

1. Bagi Mahasiswa

a. Mendapatkan pengalaman nyata yang terkait dengan aplikasi ilmu

kesehatan masyarakat di dunia kerja.

b. Mendapatkan kesempatan pengalamanan nyata mengaplikasikan teori

yang telah diperoleh dari proses perkuliahan ke dalam dunia kerja.

c. Mengetahui permasalahan yang ada di tempat magang yang dapat

digunakan sebagai bahan penelitian dalam penyusunan tugas akhir.

2. Bagi Jurusan Kesehatan Masyarakat

a. Memperoleh informasi dari Stakeholder di tempat magang yang

berguna untuk meningkatkan kualitas lulusan Jurusan Kesehatan

Masyarakat.

b. Menjalin kerja sama dengan institusi tempat magang sehingga dapat

mendukung pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi lainnya.

3. Bagi Institusi Tempat Magang

a. Institusi magang dapat memanfaatkan tenaga magang sesuai dengan

kebutuhan di unit kerjanya.

b. Institusi magang mendapatkan alternatif calon karyawan yang telah

dikenal mutu, dedikasi dan kredibilitasnya.

c. Laporan magang dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber

informasi mengenai situasi umum institusi tempat magang tersebut.

Page 7: Proposal magang gaki

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI)

Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) merupakan pengganti

dari Gondok Endemik (GE), serta mencakup semua akibat kekurangan

iodium terhadap pertumbuhan dan perkembangan yang dapat dicegah dengan

pemulihan kekurangan iodium. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium

(GAKI) adalah sekumpulan gejala klinis yang timbul karena seseorang

kekurangan iodium secara terus menerus dalam jangka waktu yang cukup

lama (Panjaitan, 2008). Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) adalah

masalah gizi akibat kekurangan asupan Iodium sehingga terjadinya gangguan

hormonal yang akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan (kretinisme) dan

perkembangan mental, gangguan sistem syaraf, gangguan bicara dan

pendengaran (Depkes RI, 2010).

Gangguan Akibat Kekurangan Iodium terdiri dari spektrum yang luas

mencakup keterbelakangan mental, penurunan kapasitas intelektual,

gangguan perkembangan fisik, peningkatan kematian perinatal dan bayi,

hipotiroidisme, kretinisme dan gondok. Masyarakat yang tinggal di daerah

kekurangan iodium berat memiliki IQ 13.5 poin dibawah masyarakat yang

tinggal di tempat cukup iodium. Diperkirakan 36,5% dari anak-anak di

seluruh dunia mengalami defisiensi iodium. Iodisasi garam universal adalah

strategi utama kesehatan masyarakat untuk peningkatan status iodium, dan

akses terhadap garam beriodium oleh rumah tangga diharapkan meningkat

menjadi 90% yang disertai dengan penurunan signifikan pada kejadian

7

Page 8: Proposal magang gaki

8

kerusakan otak dan keterbelakangan mental akibat kekurangan iodium. WHO

(2005) memperkirakan 2 miliar orang di seluruh dunia mendapatkan asupan

iodium yang tidak mencukupi untuk kebutuhan tubuhnya (Semba D. Richard

et al, 2008).

Tabel 2.1 Spektrum Gangguan Akibat Kekurangan Iodium

Physiological Groups Health Consequences of Iodine DeficiencyAll ages Goitre

HypothyroidismIncreased susceptibility to nuclear radiation

Fetus Spontaneous abortionStillbirthCongenital anomaliesPerinatal mortality

Neonate Endemic cretinism including mental deficiency with a mixture of mutism, spastic diplegia, squint, hypothyroidism and short statureInfant mortality

Child and adolescent Impaired mental functionDelayed physical developmentIodine-induced hyperthyroidism (IIH )

Adult Impaired mental functionIodine-induced hyperthyroidism (IIH )

Sumber : WHO (2007)

B. Parameter Pengukuran Status GAKI

World Health Organization (WHO), United Nations Children’s Fund

(UNICEF), International Council for the Control of Iodine Deficiency

Disorders atau ICCIDD (2001), merekomendasikan pengukuran berat atau

ringan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) dengan menggunakan

dua indikator yaitu indikator klinis dan biokimia. Indikator klinis merupakan

indikator non-invasive yaitu dengan mengukur besar kelenjar tiroid dengan

ultrasonografi. Indikator biokimia dengan mengukur ekskresi Iodium urin dan

spesimen darah untuk menentukan tiroglobulin serta pemeriksaan Thyroid

Stimulating Hormone (TSH) darah (WHO, 2007).

Page 9: Proposal magang gaki

9

Parameter pemeriksaan GAKI pada masa sakarang ini adalah prevalensi

gondok, ekskresi iodium urin serta konsentrasi serum TSH, hormon tiroid dan

tiroglobulin. Iodium urin merupakan indikator utama dari dampak GAKI.

Ukuran tiroid lebih berguna untuk menentukan tingkat keparahan dari GAKI

yang dialami individu. Penentuan prevalensi gondok atau ukuran tiroid kini

menggunakan metode ultrasonografi. Parameter pemeriksaan GAKI secara

rinci adalah

1. Prevalensi Gondok

Perubahan ukuran kelenjar tiroid merupakan respon yang dilakukan

tubuh dalam menanggapi perubahan asupan iodium. Perubahan ukuran

kelenjar tiroid merupakan indeks yang telah lama digunakan untuk

mendeteksi tingkat kekurangan iodium. Ukuran tiroid secara tradisional

ditentukan dengan metode palpasi, akan tetapi WHO sudah tidak

merekomendasikan palpasi untuk dilakukan. Ukuran tiroid kini ditentukan

dengan ultrasonografi. Metode ultrasonografi ini lebih efektif dan lebih

tepat, terukur dan mudah dilakukan (WHO, 2007).

Tabel 2.2 Kriteria Epidemiologi Keparahan GAKI Berdasarkan PrevalensiGondok Pada Anak Usia Sekolah

Indikator Derajat Kekurangan Iodium (%)None Mild Moderate Severe

Prevalensi gondok

0.0 – 4.9 5.0 – 19.9 20.0 – 29.9 ≥30

Sumber: WHO/UNICEF/ICCIDD (2007)

2. Ekskresi Iodium Urin (EIU)

Kadar iodium dalam urin merupakan penanda yang baik dari asupan

makanan mengandung iodium. Pemeriksaan kadar EIU merupakan

Page 10: Proposal magang gaki

10

penilaian gizi iodium yang menjadi pilihan untuk mengevaluasi

kekurangan iodium, memantau dan melakukan koreksi. Sekitar 90% atau

lebih dari iodium yang dikonsumsi pada akhirnya akan keluar melalui

urin. Nutrisi iodium sering didefinisikan dengan konsentrasi iodium dalam

urin. Ekskresi iodium dapat beervariasi dari hari ke hari hal ini

dikarenakan perbedaan konsumsi makanan harian (WHO, 2007).

Indikator iodium urin ini sangat sensitif dan penerimaannya tinggi

serta spesimen yang mudah diperoleh. Median nilai sampel adalah

indikator yang paling umum digunakan untuk menilai indikator. Pada

anak-anak dan wanita yang tidak hamil, konsentrasi iodium urin median

antara 100 μg/l dan 299 μg/l adalah populasi yang tidak mengalami

kekurangan iodium. Selain itu, tidak lebih dari 20% sampel harus di

bawah 50 μg/l. Pada kondisi tidak hamil dan tidak menyusui, iodium urin

sebanyak 100 μg/l kira-kira terkait dengan asupan iodium harian sekitar

150 mg. Selama kehamilan, konsentrasi iodium urin rata-rata antara 150

μg/l dan 249 μg/l menggambarkan penduduk yang cukup konsumsi iodium

(WHO, 2007).

Tabel 2.3 Kriteria konsentrasi EIU untuk usia ≥ 6 tahun*

Median UrinaryIodine (μg/l)

Iodine Intake Iodine Status

< 20 Insufficient Severe iodine deficiency20 – 49 Insufficient Moderate iodine deficiency50 – 99 Insufficient Mild iodine deficiency100 – 199 Adequate Adequate iodine nutrition200 – 299 Above requirement Likely to provide adequate intake for

pregnant/lactating women, but may pose a slight risk of more than adequate intake in the overall population

≥ 300 Excessive Risk of adverse health consequences (iodine-induced hyperthyroidism, autoimmune thyroid diseases)

*untuk orang dewasa tetapi bukan untuk wanita hamil dan menyusuiSumber : WHO (2007)

Page 11: Proposal magang gaki

11

Tabel 2.4 Kriteria konsentrasi EIU untuk wanita hamil

Population GroupMedian Urinary

Iodine (μg/l)Iodine Intake

Pregnant women < 150 Insufficient150 – 249 Adequate250 – 499 Above requirement

≥ 500 Excessive**istilah "Excessive" berarti lebih dari jumlah yang diperlukan untuk mencegah dan

mengendalikan defisiensi iodiumSumber: WHO (2007)

Tabel 2.5 Kriteria konsentrasi EIU untuk ibu menyusui dan anak dibawah 2 tahun

Population GroupMedian Urinary

Iodine (μg/l)Iodine Intake

Lactating women and childern less than 2 years of age

< 100 Insufficient

≥ 100 – 199 Adequate

Sumber: WHO (2007)

3. Konsentrasi serum Tyroid Stimulating Hormon (TSH)

Kelenjar pituitari mensekresikan TSH untuk merespon jumlah T4

yang beredar dalam darah. Serum TSH meningkat ketika konsentrasi

serum T4 rendah dan menururn ketika T4 tinggi. Kekurangan iodium

menurunkan sirkulasi T4 dalam darah yang kemudian meningkatkan

konsentrasi TSH. Populasi dengan kondisi kekurangan iodium umumnya

memiliki konsentrasi serum TSH yang lebih tinggi juka dibandingkan

dengan populasi dengan iodium cukup. Hal ini yang menjadikan

konsentrasi TSH dalam darah merupakan penanda untuk kekurangan

iodium (WHO, 2007).

Prevalensi neonatus dengan kadar TSH tinggi adalah indikator

penting dari beratnya kekurangan iodium dalam suatu populasi. Hal ini

juga menyoroti fakta bahwa kekurangan iodium secara langsung dapat

Page 12: Proposal magang gaki

12

mempengaruhi perkembangan otak. Pada populasi dengan iodium cukup,

sekitar 1 dari 4000 neonatus memiliki bawaan hipotiroidisme yang

biasanya terjadi karena displasia tiroid. Hormon tiroid sangat berperan

dalam pengembangan sistem saraf sehingga harus dilakukan koreksi secara

cepat untuk menghindari cacat mental permanen. Skrining di negara maju

diarahkan pada mendeteksi neonatus dengan peningkatan TSH hingga 20

mIU/l atau lebih. Ketersediaan alat tes sensitif TSH terhadap peningkatan

TSH 5 mIU/l memungkinkan deteksi peningkatan ringan di atas normal.

Konsentrasi TSH di atas 5 mIU/l sebanding dengan derajat defisiensi

iodium selama kehamilan. Daerah dikatakan endemik berat apabila

ditemukan 40% individu dengan TSH > 5 mIU/l dan apabila frekuensinya

individu dengan TSH > 5 mIU/l < 3% maka menunjukkan kecukupan

iodium dalam populasi (WHO, 2007).

4. Konsentrasi serum Tyroglobulin (Tg)

Tiroglobulin adalah protein yang menjadi prekusor dalam

pembentukan hormon tiroid dan sejumlah kecil Tg dapat dideteksi dalam

darah setiap individu sehat. Pembengkakan kelenjar tiroid dan defisiensi

iodium akan meningkatkan jumlah serum Tg dalam darah dan dalam

keadaan ini, serum Tg menggambarkan nutrisi iodium yang dikonsumsi

pada masa lalu baik dalam hitungan bulan hingga tahun. Keberadaan

serum Tg menggambarkan manifestasi konsumsi iodium di masa lampau.

Hal ini berkebalikan dengan EIU yang merupakan gambaran konsentrasi

iodium yang dikonsumsi pada jangka waktu dekat. Jumlah serum Tg yang

Page 13: Proposal magang gaki

13

menunjukkan kekurangan iodium pada anak usia sekolah berada pada

interval 4 – 40 μg/l (WHO, 2007).

C. Iodium

1. Definisi Iodium

Iodium merupakan nutrisi penting bagi tubuh manusia namun hanya

diperlukan dalam jumlah yang kecil. Kelenjar kecil yang dikenal dengan

kelenjar tiroid menggunakan iodium untuk menghasilkan hormon tiroid

yang penting untuk memastikan perkembangan normal dari otak dan

syaraf. Manusia menyimpan sejumlah kecil iodium dalam tiroid dan

kelebihannya diekskresikan melalui urin dan keringat (NHMRC, 2010).

Iodium merupakan unsur alami yang ditemukan dalam air laut dan

batuan sedimen tertentu. Iodium terdiri dari dua bentuk yaitu iodium

radioaktif dan iodium non radioaktif. Sebagian iodium radioaktif adalah

buatan manusia. Iodium nonradioaktif ditambahkan ke dalam garam meja

untuk memastikan bahwa seluruh penduduk memiliki cukup iodium untuk

menu mereka. Iodium juga terkandung dalam air dan bisa masuk ke dalam

tanah dan apabila ada tanaman yang tumbuh maka tanaman tersebut juga

akan mengandung iodium namun jumlahnya sangat sedikit. Iodium harus

dikonsumsi dalam jumlah yang cukup, karena apabila kekurangan maupun

kelebihan iodium tubuh akan mengalami gangguan yang berakibat fatal

(ATSDR, 2004).

Page 14: Proposal magang gaki

14

2. Manfaat Iodium

Iodium sebagai unsur penting dalam sintesa hormon tiroksin, yaitu

suatu hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid yang sangat dibutuhkan

untuk proses pertumbuhan, perkembangan, dan kecerdasan. Iodium juga

sebagai pembentukan hormon kalsitonin, yang juga dihasilkan oleh

kelenjar tiroid, berasal dari sel parafoli – kular (sel CO). hormon ini

berperan aktif dalam metabolisme kalsium, maka harus selalu tersedia

iodium yang cukup dan berkesinambungan (Djokomoeljanto, 2006).

Kekurangan iodium terjadi ketika asupan iodium lebih rendah

daripada jumlah yang direkomendasikan. Kekurangan iodium dapat terjadi

karena fenomena alam yang terjadi di dunia. Erosi tanah di daerah sungai

yang diakibatkan oleh hilangnya tanaman dari pembukaan lahan dapat

meningkatkan hilangnya iodium dalam tanah. Tanaman yang tumbuh di

tanah tanpa iodium tidak akan mengandung jumlah iodium yang cukup

untuk kebutuhan konsumsi. UNICEF, ICCIDD, dan WHO

merekomendasikan bahwa asupan harian iodium harus sebagai berikut :

a. 90 μg untuk anak-anak prasekolah (0-59 bulan)

b. 120 μg untuk anak sekolah (6 sampai 12 tahun)

c. 150 μg untuk remaja (di atas 12 tahun) dan orang dewasa

d. 250 μg untuk wanita hamil dan menyusui (WHO, 2007).

3. Sumber Iodium

Iodium yang dibutuhkan manusia dapat bersumber dari makanan dan

dari alam. Sumber iodium terbesar bagi manusia berasal dari makanan

Page 15: Proposal magang gaki

15

antara lain makanan laut, susu, daging, telur, air minum dan garam

beriodium. Bahan makanan nabati yang banyak mengandung iodium

adalah rumput laut. Selain iodium dari makanan, iodium juga berasal

berasal dari alam antara lain

a. Air tanah, tergantung sumber air berasal dari batuan tertentu (kadar

paling tinggi apabila air ini bersumber dari igneous rock 900 ug/kg

bahan).

b. Air laut, mengandung sedikit iodium, sehingga kandungan iodium

garam rendah.

c. Plankton, ganggang laut dan organisme laut lain berkadar iodium tinggi

sebab organisme ini mengkonsentrasikan iodium dari lingkungan

sekitarnya.

d. Sumber bahan organik yang dalam oksidan, desinfektan, iodophor, zat

warna makanan dan kosmetik, dan vitamin yang beredar dipasaran juga

menambah iodium.

e. Ikan laut, cumi-cumi yang dikeringkan banyak mengandung iodium

(Djokomoeljanto, 2006).

D. Determinan Kejadian GAKI

Terjadinya Gangguan Akibat Kekurangan Iodium dipengaruhi oleh

berbagai determinan baik berasal dari individu maupun dari lingkungan.

Terjadinya GAKI dapat dipengaruhi oleh faktor- faktor berikut :

Page 16: Proposal magang gaki

16

1. Konsumsi Goitrogenik

Zat goitrogenik adalah zat dapat mengadakan kompetisi dengan

iodium dalam proses sintesis hormon tiroid (trapping). Tiosianat adalah

zat goitrogenik yang paling potensial, oleh karena itu perlu dipikirkan

adanya peran tiosianat sebagai zat goitrogenik yang dikonsumsi populasi

setempat. GAKI juga dapat terjadi akibat zat goitrogenik antara lain

tiosianat yang dikonsumsi. Iodium dan tiosianat dideteksi menggunakan

pemeriksaan urin mengingat kedua unsur tersebut diekskresikan melalui

urin. Zat Goitrogenik adalah zat yang dapat menghambat pengambilan

iodium oleh kelenjar gondok sehingga konsentrasi iodium dalam kelenjar

menjadi rendah. Aktivitas bahan goitrogenik pada prinsipnya bekerja pada

tempat yang berlainan dalam rantai proses pembentukan hormon tiroid,

dapat dibagi atas dua macam yaitu

a. Menghambat pengambilan iodium oleh kelenjar thyroid, golongan ini

termasuk kelompok perchlorate.

b. Menghalangi pembentukan ikatan organik antara iodium dan thyroxin

untuk menjadi hormon thyroid, golongan ini adalah kelompok tiouracils

imidazoles (Sartini D. N dan Nyoman S. W, 2012).

Zat goitrogenik tiosianat dapat menyebabkan kejadian GAKI

menjadi lebih parah. Tiosianat terdapat di berbagai makanan, seperti

singkong, kubis/kol, lobak cina, rebung, labu siam, ketela, kulit dan daun

melinjo dan sebagainya. Tiosianat atau senyawa mirip tiosianat terutama

bekerja dengan menghambat mekanisme transpor aktif Iodium ke dalam

kelenjar tiroid. Konsumsi tiosianat lebih tinggi secara bermakna pada

Page 17: Proposal magang gaki

17

daerah endemik dan konsumsi tiosianat lebih tinggi pada kelompok kasus

dibanding kelompok kontrol, rata-rata konsumsi zat goitrogen pada daerah

endemik tiga kali sehari, hal ini menunjukan bahwa ada faktor risiko

konsumsi makanan yang mengandung tiosianat dengan kejadian GAKI

(Gatie, 2006). Laporan penelitian BPP GAKI (2012), dalam penelitiannya

tentang pola makan pada anak penderita gangguan akibat kekurangan

iodium di kabupaten Wonosobo menunjukkan hasil bahwa pola makan

anak penderita GAKI masih banyak mengandung zat-zat goitrogenik.

Djokomoeljanto (2002) mengatakan bahwa zat goitrogenik dalam

bahan makanan yang dimakan setiap hari akan menyebabkan zat iodium

dalam tubuh tidak berguna, karena zat goitrogenik tersebut merintangi

absorbsi dan metabolisme mineral iodium yang telah masuk ke dalam

tubuh. Penelitian Hariyanti dan Veni (2013) juga menujukkan bahwa

tingkatan gondok yang tinggi ternyata memiliki tingkat konsumsi zat

goitrogenik yang tinggi pula. Tingkat kebiasaan mengkonsumsi makanan

yang dapat menghambat masuknya iodium dalam tubuh di lapangan sangat

tinggi. Hal ini dikarenakan tingkat pendidikan yang rendah serta

pendapatan yang rendah pula (Hariyanti dan Veni, 2013).

2. Konsumsi Makanan Beriodium

Tingkat konsumsi zat goitrogenik yang tinggi ternyata tidak

diimbangi dengan konsumsi bahan makanan yang mengandung iodium

tinggi. Penelitian Hariyanti dan Veni (2013) menunjukkan bahwa orang

tua yang memiliki anak dengan tingkatan gondok berat ternyata

Page 18: Proposal magang gaki

18

mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung iodium dengan

intensitas yang rendah, sehingga hal ini menunjukkan hubungan yang

negatif. Makanan kaya iodium antara lain ikan air tawar, ikan laut, ikan

asin, ayam, udang, telur dan daging sapi (Hariyanti dan Veni, 2013).

Gatie (2006) menyatakan rata-rata konsumsi bahan makanan kaya

Iodium pada penduduk di desa-desa lereng gunung daerah endemis GAKI

di Pati dan Jepara 1-2 kali dalam seminggu, sedangkan pada daerah

dataran rendah konsumsi ikan laut 2-4 kali dalam seminggu. Hal ini

dipengaruhi oleh faktor kesediaan pangan, sosial ekonomi, dan kebiasaan

penduduk serta tingkat pengetahuan tentang GAKI yang rendah.

Kurangnya konsumsi makanan kaya iodium secara mandiri merupakan

faktor risiko kejadian kekurangan iodium. Kondisi ini disebabkan

kandungan iodium dalam makanan sangat kecil, diperberat dengan

penggunaan garam dengan kandungan < 30 ppm sehingga konsumsi

makanan mengandung iodium saja tidak mencukupi kebutuhan iodium

tubuh (Firdanisa Risa dan M. Sulchan, 2011).

3. Pengetahuan Orang Tua (Ibu)

Penelitian Hariyanti dan Veni (2013) menunjukkan bahwa responden

yang memiliki tingkatan gondok yang tinggi diikuti dengan pengetahuan

ibu yang rendah, sehingga hal ini menunjukkan suatu hubungan yang

negatif. Kebanyakan ibu memilih bahan makanan yang mengandung zat

yang dapat menghambat masuknya iodium dalam tubuh, sedangkan untuk

pemilihan jenis bahan makanan yang mengandung iodium sangatlah

Page 19: Proposal magang gaki

19

kurang. Hal ini dikarenakan ibu tidak mengetahui mana bahan makanan

yang dapat menghambat dan mengandung iodium, sehingga dapat

dikatakan bahwa semakin tinggi pendidikan akan mempengaruhi

pengetahuan seesorang (Hariyanti dan Veni, 2013).

Pengetahuan mengenai penggunaan garam juga menjadi fakor

penyebab terjadinya GAKI. Penelitian Hariyanti dan Veni (2013)

menunjukkan bahwa penggunaan garam berdasarkan jenis garam dalam

pengolahan makanan di lapangan juga mempengaruhi tingkatan gondok

pada responden. Semua responden yang memiliki tingkatan gondok yang

tinggi ternyata penggunaan garamnya termasuk dalam kategori rendah

yaitu tidak mengandung iodium. Ibu responden belum dapat membedakan

mana garam yang mengandung iodium dan tidak mengandung iodium.

Rata-rata orang tua responden juga tidak mengetahui ciri fisik dari garam

beriodium dan manfaat dari garam beriodium, mereka hanya memahami

bahwa garam memiliki manfaat memberikan rasa asin pada makanan.

Penelitian ini menunjukkan bahwa orang tua responden yang memiliki

anak yang mengalami grade gondok tinggi menggunakan garam yang

tidak beriodium. Hal ini mengakibatkan tingkat gondoknya lebih besar

dibanding responden lain (Hariyanti dan Veni, 2013).

4. Lokasi Tempat Tinggal

Angka kejadian GAKI lebih sering ditemukan di daerah

pegunungan, hal ini dikarenakan komponen tanahnya sedikit mengandung

iodium. Kandungan iodium yang rendah di daerah pegunungan

Page 20: Proposal magang gaki

20

dikarenakan terjadinya pengikisan iodium anah oleh air hujan, sehingga

kandungan iodium pada makanan juga sangat rendah. Secara teoritis

kejadian GAKI lebih banyak ditemukan di daerah pegunungan

dibandingkan di pantai. Akan tetapi dewasa ini kejadian GAKI tidak hanya

banyak ditemukan di pegunungan saja, tetapi di pesisir pantai juga mulai

berkembang kasus-kasus gondok. Penyebab timbulnya GAKI di pesisir

pantai dikarenakan warga memilih menggunakan garam rosok. Warga

menganggap garam rosok lebih baik dan lebih alami daripada garam yang

memakai obat (Kasriyatun, 2012)

Pergeseran endemik GAKI juga terjadi di daerah dataran rendah

terutama di daerah pertanian. Daerah dataran rendah seahrusnya

menyediakan sumber-sumber makanan kaya iodium, tetapi justru menjadi

penyebab kekurangan iodium. Kekurangan iodium pada makanan di

daerah pertanian dikarenakan paparan pestisida. Kandungan logam berat

pada pestisida menjadi blocking agent yang menghambat pemanfaatan

iodium oleh kelenjar tiroid, sehingga meskipun konsumsi iodium

mencukupi, namun apabila terjadi gangguan pemanfaatan iodium oleh

kelenjar tiroid maka GAKI akan terjadi (Samsudin, 2007).

E. Penanggulangan GAKI

Permasalahan GAKI akan berlanjut menjadi masalah nasional karena

berkaitan dengan sumber daya manusia yang akhirnya menghambat tujuan

pembangunan nasional. Upaya penanggulangan masalah GAKI yang

dilakukan adalah upaya jangka pendek dan jangka panjang.

Page 21: Proposal magang gaki

21

1. Upaya Jangka Pendek

Upaya jangka pendek yang dilakukan pemerintah untuk

menanggulangi masalah GAKI adalah penyuntikan larutan lipidol (1974 –

1991) dan pemberian kapsul minyak beriodium (1992 – sekarang).

Suplemen kapsul minyak beriodium diberikan kepada kelompok risiko

tinggi yaitu wanita usia subur (WUS), ibu hamil, ibu menyusui dan anak

sekolah yang bertempat tinggal di daerah endemik sedang dan endemik

berat. Kapsul minyak beriodium 200mg diberikan pada Wanita Usia Subur

(WUS) sebanya 2 kapsul/tahun, sedangkan untuk ibu hamil, ibu menyusui

dan anak SD kelas 1-6 sebanyak 1 kapsul/tahun. Upaya jangka pendek

adalah upaya yang mahal sehingga tidak dapat dilakukan secara terus

menerus. Oleh karena itu diperlukan upaya penanggulangan jangka

panjang (Halamah, 2006).

2. Upaya Jangka Panjang

Upaya jangka panjang yang dilakukan untuk menanggulangi

permasalahan GAKI adalah dengan fortifikasi garam konsumsi atau

iodisasi garam. Garam yang sudah difortifikasi dengan iodium disebut

dengan garam beriodium. Iodisasi garam merupakan kegiatan fortifikasi

garam dengan Kalium Iodat (KIO3). Tujuan program iodisasi garam adalah

menargetkan konsumsi garam iodium sesuai persyaratan yaitu sebesar 30 –

80 ppm di tatanan rumah tangga sebesar 90% (Halamah, 2006). Adapun

kegiatan yang dilakukan dalam rangka memasyarakatkan garam beriodium

adalah :

Page 22: Proposal magang gaki

22

a. Pemantauan status iodium di masyarakat

Pemantauan status iodium di masyarakat dilakukan dengan

surveilans sentinel untuk deteksi dini GAKI. Surveilans merupakan

kegiatan pemantauan yang dilakukan secara berkesinambungan

terhadap beberapa indikator untuk dapat melakukan deteksi dini adanya

masalah yang mungkin timbul agar dapat dilakukan tindakan/intervensi

sehingga keadaan lebih buruk dapat dicegah. Kegunaan surveilans yaitu

mengetahui luas dan beratnya masalah pada situasi terakhir, mengetahui

daerah yang harus mendapat prioritas, memperkirakan kebutuhan

sumber daya yang diperlukan untuk intervensi, mengetahui sasaran

yang paling tepat dan mengevaluasi keberhasilan program (Depkes RI,

2004).

b. KIE peningkatan konsumsi garam beriodium

Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) merupakan sebuah

strategi pemberdayakan masyarakat dan komponen terkait agar

mempunyai visi dan misi yang sama untuk menanggulangi GAKI

melalui kegiatan pemasyarakatan informasi, advokasi,

pendidikan/penyuluhan tentang ancaman GAKI bagi kualitas sumber

daya manusia. Juga terkait pentingnya mengkonsumsi garam

beriodium, law enforcement dan social enforcement, hak memperoleh

kapsul beriodium bagi daerah endemik dan penganekaragaman

konsumsi pangan (Depkes RI, 2004).

c. Peningkatan pasokan garam beriodium

Page 23: Proposal magang gaki

23

Mengingat keterbatasan yang dialami dalam program pemberian

kapsul minyak beryodium, pencegahan gondok endemik lebih

diarahkan dalam jangka panjang yaitu dengan peningkatan distribusi

garam beryodium. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan konsumsi

zat yodium melalui makanan. Produksi garam beryodium berpusat di

suatu tempat, maka untuk menjaga kesinambungan persediaan di daerah

perlu dikembangkan jaringan distribusi garam beryodium lintas daerah

baik provinsi maupun kabupaten atau kota. Distribusi atau pasokan juga

ditingkatkan sehingga tidak ada risiko masyarakat akan kekurangan

garam beriodium (Hernawati, 2008).

d. Penegakan norma sosial dan hukum

Penegakan norma sosial dan hukum dilakukan pemerintah dengan

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 1994

Tentang Pengadaan Garam Beriodium yang menyatakan bahwa dalam

rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dipandang perlu

melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan berbagai gangguan

terhadap kesehatan manusia akibat dari kekurangan iodium melalui

kegiatan iodisasi garam (Keppres No. 69/1994). Penegakan norma

sosial dilakukan dengan koordinasi bersama tokoh masyarakat dalam

peningkatan pengetahuan mengenai pentingnya garam beriodium

sehingga masyarakat akan sadar dan menggunakan garam beriodium di

rumah tangganya. Tokoh masyarakat berperan penting dalam

penegakan norma sosial karena masyarakat akan mengikuti hal baik

yang diajarkan tokoh masyarakat tersebut (Hernawati, 2008).

Page 24: Proposal magang gaki

24

e. Pemantapan koordinasi lintas sektoral, swasta dan penguatan

kelembagaan penanggulangan GAKI

Koordinasi lintas sektoral dilakukan pada berbagai sektor terkait

penanggulangan GAKI. Pemerintah pusat menjadi pemandu nasional

dan pemerintah daerah memimpin koordinasi di daerahnya masing-

masing. Instansi kesehatan menjadi sektor yang paling berpengaruh

terhadap penanggulangan GAKI. Akan tetapi instansi yaang lain juga

turut membantu dalam penanggulangannya seperti instansi pendidikan,

perdagangan penegak hukum dan lain-lain (Hernawati, 2008).

Page 25: Proposal magang gaki

25

BAB III

METODE PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Rencana Kegiatan

Rencana kegiatan magang magang mahasiswa bidang keilmuan Gizi

akan dilaksanakan di BPP GAKI

Tabel 3.1 Rencana Kegiatan

No KegiatanMinggu ke-

1 2 31. Mempelajari struktur organisasi di BPP GAKI

2.Mempelajari pelayanan klinis yang diberikan pada pasien

3.Mempelajari pelayanan fisioterapi yang diberikan pada pasien

4.Mempelajari pelayanan gizi yang diberikan pada pasien

5.Mempelajari pelayanan psikologi yang diberikan pada pasien

B. Lokasi Kegiatan

Lokasi kegiatan magang mahasiswa bidang keilmuan Gizi akan

dilaksanakan di

Nama Instansi : Balai Penelitian dan Pengembangan Gangguan Akibat

Kekurangan Iodium (BPP GAKI)

Alamat Instansi : Kapling Jayan, Borobudur, Magelang, Jawa Tengah

56553 Telp. 0293 7894335

Unit Kerja : Klinik GAKI

C. Waktu Kegiatan

Kegiatan magang mahasiswa di BPP GAKI dilaksanakan pada tanggal

4 Agustus – 31 Agustus 2014.

25

Page 26: Proposal magang gaki

26

DAFTAR PUSTAKA

Andersson M, Takkouche B, Egli I, Allen HE, de Benoist B. 2005. Global Iodine Status and Progress Over The Last Decade Towards The Elimination of Iodine Deficiency. Bulletin World Health Organization.

ATSDR. 2004. Iodine. US Departement of Health and Human Service. Public Health Service.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Kementerian Kesehatan RI.

BPP GAKI. 2012. Studi Antropologi Mengenai Pola Makan Anak Penderita Gangguan Akibat Kekurangan Iodium di Kabupaten Wonosobo. Balai Penelitian dan Pengembangan GAKI.

Departemen Kesehatan RI. 2004. Peningkatan Konsumsi Garam Beryodium. Direktorat Bina Gizi Masyarakat.

______________________. 2005. Pedoman Perbaikan Gizi Anak Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta.

______________________. 2008. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008. Jakarta.

______________________. 2010. Gangguan Akibat Kurang Yodium. Jakarta.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2004. Laporan Evaluasi Program Penanggulangan GAKI di Daerah Endemis Melalui Pendataan TGR, Proyek Perbaikan Gizi Masyarakat Provinsi Jawa Tengah. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.

Djokomoeljanto. 2002. Aspek Sosio-Kultural Pada Program Penaggulangan GAKY. http://www.idd-indonesia.net. Diakses tanggal 25 April 2014.

____________. 2006. Gangguan Akibat Kurang Yodium. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Firdanisa, R dan M. Sulchan. 2011. Hubungan Antara Konsumsi Siaida Makanan dengan Ekskresi Iodium Urin pada Anak SD di Daerah Endemik GAKI. Artikel Penelitian. Universitas Diponegoro.

26

Page 27: Proposal magang gaki

27

Gatie, Asih. 2006. Validasi TGR berdasar Palpasi terhadap USG Tiroid serta Kandungan Yodium Garam dan Air Di Kecamatan Sirampog Kabupaten Brebes. Thesis. Universitas Diponegoro. Semarang.

Halamah, Siti. 2006. Potret Konsumsi Garam Yodium Rumah Tangga di Kota Tegal Tahun 2005. Majalah lnformasi Kesehatan Volume l Nomor 12.

Hariyanti, W. dan Veni, I. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian GAKI Pada Anak Usia Sekolah Dasar di Kecamatan Kendal Kabupaten Ngawi. Ejournal Boga Volume 2 Nomor 1.

Hernawati, lna. 2008. Program penaggulangan GAKY di lndonesia. Makalah disajikan dalam seminar sehari peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui penaggulangan GAKY 19 Januari.

Kasriyatun. 2012. Daerah Garam Gudang Gondok. http://health.detik.com Diakses tanggal 24 April 2014.

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 1994 Tentang Pengadaan Garam Beriodium. 1994.

Mirdatillah. 2012. Hubungan Kontrasepsi Hormonal, Pola Konsumsi Iodium Dan Goitrogenik Dengan Nilai Thyroid Stimulating Hormone (TSH) (Studi Pada Wanita Usia Subur Di Klinik BPP GAKI Kabupaten Magelang). Jurnal Kesehatan Masyarakat Volume 1 Nomor 2.

NHMRC Public Statement. 2010. Iodine Supplementation for Pregnant and Breastfeeding Women.

Rusnelly. 2006. Determinan Kejadian GAKI pada Anak Sekolah Dasar Dataran Tinggi Kota Pagar Alam Propinsi Sumatera Selatan. Thesis. Semarang: Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang.

Samsudin. 2007. Hubungan Kadar Plumbum (Pb) dalam Darah dengan Fungi Tiroid (TSHFT4) pada WUS Risiko Terkena Paparan Pb di Daerah Perkotaan. Tesis S2 Sekolah 17. Thesis. Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada. Yogyakarta..

Sartini DN dan Nyoman SW. 2012. Hubungan Antara Ekskresi Iodium Urin dan Ekskresi Tiosianat Urin dengan Total Goiter Rate Studi pada Anak SD di Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes Jawa Tengah. Jurnal Media Medika Muda

Page 28: Proposal magang gaki

28

Semba DR, Saskia P, Sonja YH, Kai Sun, Mayang S, Martin WB. 2008. Child Malnutrition and Mortality Among Families Not Utilizing Adequately Iodized Salt in Indonesia. Am J Clin Nutr 87:438–44.

Suara Merdeka. 2007. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium, Penyakit Penyebab Retardasi Mental. Warta Terkini GAKY. Diakses tanggal 25 April 2014

WHO. 2007. Iodine Deficiency in Europe: A Continuing Public Health Problem. World Health Organization Geneva, Switzerland

WHO, UNICEF, dan ICCIDD. 2007. Assessment of Iodine Deficiency Disorders and Monitoring their Elimination : A Guide for Programme Managers, 3rd Ed. Geneva.