Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang...

95
1 Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya Ananta Toer: Sebuah Pendekatan Psikologi Sastra Djarot Haryadi C0299012 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam kehidupannya, maka ia tidak saja merupakan suatu media untuk menyampaikan ide, teori atau sistem berpikir tetapi juga merupakan media untuk menampung ide, teori serta sistem berpikir manusia. Sebagai karya kreatif, sastra harus mampu melahirkan suatu kreasi yang indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu sastra harus mampu menjadi wadah penyampaian ide-ide yang dipikirkan dan dirasakan oleh sastrawan tentang kehidupan umat manusia (Atar Semi, M., 1993:8). Setiap manusia merupakan individu yang berbeda dengan individu lainnya. Ia mempunyai watak, temperamen, pengalaman, pandangan dan perasaan sendiri yang berbeda dengan lainnya. Namun demikian, manusia hidup tidak lepas dari manusia lain. Pertemuan antarmanusia yang satu dengan manusia yang lain tidak jarang menimbulkan konflik, baik konflik antara individu, kelompok

Transcript of Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang...

Page 1: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

1

Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya Ananta Toer:

Sebuah Pendekatan Psikologi Sastra

Djarot Haryadi

C0299012

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya

adalah manusia dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai

mediumnya. Sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam

kehidupannya, maka ia tidak saja merupakan suatu media untuk menyampaikan

ide, teori atau sistem berpikir tetapi juga merupakan media untuk menampung ide,

teori serta sistem berpikir manusia. Sebagai karya kreatif, sastra harus mampu

melahirkan suatu kreasi yang indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan

keindahan manusia, di samping itu sastra harus mampu menjadi wadah

penyampaian ide-ide yang dipikirkan dan dirasakan oleh sastrawan tentang

kehidupan umat manusia (Atar Semi, M., 1993:8).

Setiap manusia merupakan individu yang berbeda dengan individu

lainnya. Ia mempunyai watak, temperamen, pengalaman, pandangan dan perasaan

sendiri yang berbeda dengan lainnya. Namun demikian, manusia hidup tidak lepas

dari manusia lain. Pertemuan antarmanusia yang satu dengan manusia yang lain

tidak jarang menimbulkan konflik, baik konflik antara individu, kelompok

Page 2: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

2

maupun anggota kelompok serta antara anggota kelompok yang satu dan anggota

kelompok lain. Karena sangat kompleksnya, manusia juga sering mengalami

konflik dalam dirinya atau konflik batin sebagai reaksi terhadap situasi sosial di

lingkungannya. Dengan kata lain, manusia selalu dihadapkan pada persoalan-

persoalan hidup. Manusia dalam menghadapi persoalan hidupnya tidak terlepas

dari jiwa manusia itu sendiri. Jiwa di sini meliputi pemikiran, pengetahuan,

tanggapan, khalayak dan jiwa itu sendiri (Bimo Walgito, 1997:7).

Kejadian atau peristiwa yang terdapat dalam karya sastra dihidupkan oleh

tokoh-tokoh sebagai pemegang peran atau pelaku alur. Melalui perilaku tokoh-

tokoh yang ditampilkan inilah seorang pengarang melukiskan kehidupan manusia

dengan problem-problem atau konflik-konflik yang dihadapinya, baik konflik

dengan orang lain, konflik dengan lingkungan, maupun konflik dengan dirinya

sendiri.

Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang

memiliki karakter sehingga karya sastra juga menggambarkan kejiwaan manusia,

walaupun pengarang hanya menampilkan tokoh itu secara fiksi. Dengan

kenyataan tersebut, karya sastra selalu terlibat dalam segala aspek hidup dan

kehidupan, tidak terkecuali ilmu jiwa atau psikologi. Hal ini tidak terlepas dari

pandangan dualisme yang menyatakan bahwa manusia pada dasarnya terdiri atas

jiwa dan raga. Maka penelitian yang meggunakan pendekatan psikologi terhadap

karya sastra merupakan bentuk pemahaman dan penafsiran karya sastra dari sisi

psikologi. Alasan ini didorong karena tokoh-tokoh dalam karya sastra

dimanusiakan, mereka semua diberi jiwa, mempunyai raga bahkan untuk manusia

yang disebut pengarang mungkin memiliki penjiwaan yang lebih bila

Page 3: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

3

dibandingkan dengan manusia lainnya terutama dalam hal penghayatan megenai

hidup dan kehidupan (Andre Hardjana, 1985:60).

Roman Larasati merupakan salah satu roman karya Pramoedya Ananta

Toer. Seorang penulis yang hampir separuh hidupnya dihabiskan dalam penjara, 3

tahun dalam penjara Kolonial Belanda, 1 tahun pada masa Orde Lama, dan 14

tahun pada masa Orde Baru. Beberapa karyanya lahir dari penjara-penjara

tersebut, di antaranya Tetralogi Pulau Buru (Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa,

Jejak Langkah, dan Rumah Kaca).

Dari tangannya telah lahir lebih dari 40 karya yang diterjemahkan ke

dalam beberapa bahasa asing. Hal ini pantas bila Pramoedya Ananta Toer

memperoleh pelbagai penghargaan, di antaranya: The PEN Freedom to Write

Award pada 1988 dan Ramon Magsasay Award pada 1995. Sampai kini, ia adalah

satu-satunya wakil Indonesia yang namanya berkali-kali masuk dalam daftar

kandidat pemenang Nobel Sastra.

Dalam roman Larasati diceritakan bahwa Ara atau Larasati adalah seorang

artis panggung yang cantik, penampilannya banyak ditunggu oleh para

penontonnya, bahkan ia juga punya banyak penggemar di luar dunia panggung.

Ketika masa revolusi, tahun 1940-an ia tumbuh dewasa sebagai seorang gadis.

Ketika pergolakan revolusi pecah, ia harus dihadapkan pada kenyataan

bahwa selama ini ia selalu berada di pihak musuh. Pada saat menyaksikan

penderitaan bangsanya, kesadaran dirinya sebagai anak bangsa mulai tumbuh. Ia

berjanji dalam hatinya tidak bakal main untuk propaganda Belanda, untuk

maksud-maksud yang memusuhi revolusi.

Page 4: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

4

Pada saat angkatan muda berjuang mati-matian, banyak angkatan tua

mendapatkan kedudukan enak. Banyak terjadi pengkhianatan, korupsi yang

dilakukan oleh para oportunis atau orang yang hanya mengambil keuntungan

pribadi. Dari kejadian-kejadian ini, timbul berbagai konflik yang terjadi dalam

dirinya yang harus diselesaikan. Untuk menghadapi konflik yang terjadi, ia harus

mengambil sikap serta penemuan dirinya pada situasi semacam ini.

Adapun yang menarik untuk diteliti dari roman Larasati ialah dikarenakan

roman ini memaparkan dan mendeskripsikan situasi sosial mempengaruhi dan

menjadi penyebab timbulnya berbagai sikap manusia dalam menghadapi situasi

tersebut. Dalam roman ini digambarkan situasi pergolakan revolusi Indonesia

pascaproklamasi yang tidak menentu akibat belum adanya kestabilan kekuasaan.

Di satu sisi, secara de jure Indonesia merupakan bangsa yang telah merdeka,

namun di sisi lain kekuasaan Belanda masih tetap bertahan. Bagi sebagian orang

situasi semacam ini justru digunakan untuk mencari keuntungan pribadi, namun

sebagian orang justru semakin terbakar semangat nasionalismenya.

Keadaan yang digambarkan di atas bagi Ara bukan berarti harus

mengambil sikap untuk mencari keuntungan sendiri. Sebagai seorang republieken,

ia rela terjun ke daerah pendudukan demi mengumpulkan informasi strategis, dan

supaya ia bisa menjadi kurir pembawa Oeang Republik Indonesia (ORI) bagi

kepentingan para pejuang Indonesia.

Dalam kisah perjalanannya tersebut, Ara dihadapkan pada persoalan-

persoalan yang menyebabkan konflik dalam dirinya. Sebagai seorang perempuan

dan juga artis, dengan caranya sendiri ia menunjukkan sikapnya sebagai seorang

Page 5: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

5

pejuang. Hal inilah yang menarik perhatian penulis untuk melakukan penelitian

terhadap tokoh Ara.

Dalam roman Larasati tokoh Ara tetap menunjukkan sikap hormat

terhadap perjuangan nasional. Di akhir kisahnya, digambarkan bahwa ia lebih

bersedia hidup bersama pejuang, daripada dengan seorang pengkhianat dan

oportunis, yang mengambil keuntungan dari situasi penjajahan.

Guna menyelesaikan persoalan yang dihadapi akan digunakan psikologi

kepribadian sebagai alat bantunya. Psikologi kepribadian adalah bidang psikologi

yang berusaha mempelajari manusia secara utuh menyangkut motivasi, emosi,

serta penggerak tingkah laku.

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini mengambil judul Analisis

Tokoh Ara dalam Roman “Larasati” Karya Pramoedya Ananta Toer: Sebuah

Pendekatan Psikologi Sastra.

B. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, agar penelitian tetap terfokus dan tidak melebar

melewati fokus permasalahan perlu adanya pembatasan masalah. Adapun masalah

yang dibahas dalam penelitian ini dibatasi pada deskripsi kepribadian tokoh Ara

dalam roman Larasati berdasarkan teori kepribadian psikoanalisis Sigmund

Freud, konflik psikologis yang dialami tokoh Ara, serta sikap tokoh Ara dalam

menghadapi konflik tersebut.

C. Perumusan Masalah

Page 6: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

6

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah, maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut.

1. Bagaimana deskripsi kepribadian tokoh Ara dalam roman Larasati

berdasarkan teori kepribadian psikoanalisis Sigmund Freud?

2. Bagaimana konflik psikologis yang dialami tokoh Ara dalam roman

Larasati?

3. Bagaimana sikap tokoh Ara dalam menghadapi konflik tersebut?

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah.

1. Mendeskripsikan kepribadian tokoh Ara dalam roman Larasati

berdasarkan teori kepribadian psikoanalisis Sigmund Freud.

2. Mendeskripsikan konflik psikologis yang dialami tokoh Ara dalam

roman Larasati.

3. Mendeskripsikan sikap tokoh Ara dalam menghadapi konflik.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, baik secara teoretis

maupun praktis, yaitu.

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan dan

memperkaya khazanah ilmu pengetahuan mengenai studi sastra

Indonesia khususnya dengan pendekatan psikologi sastra. Penelitian

Page 7: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

7

ini juga diharapkan mampu memberi sumbangan dalam teori sastra

dan teori psikologi dalam mengungkap roman Larasati.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis dengan penelitian ini diharapkan dapat membantu

pembaca untuk lebih memahami isi cerita dalam roman Larasati

terutama kondisi kejiwaan para tokoh dan konflik yang dihadapi

dengan pemanfaatan lintas disiplin ilmu yaitu psikologi dan sastra.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam sebuah penelitian berfungsi untuk

memberikan gambaran mengenai langkah-langkah suatu penelitian. Adapun

sistematika dalam penulisan ini adalah sebagai berikut.

Bab I pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan

masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta

sistematika penulisan.

Bab II landasan teori terdiri dari pengertian tokoh dan penokohan,

pendekatan psikologi sastra, dan teori kepribadian psikoanalisis Sigmund Freud.

Bab III metodologi penelitian terdiri dari metode penelitian, pendekatan,

sumber data, objek penelitian, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data,

dan teknik penarikan kesimpulan.

Bab IV analisis berisi analisis roman Larasati dengan pendekatan

psikologi sastra menggunakan teori psikologi. Analisis ini membahas tentang

kepribadian tokoh Ara, konflik yang dihadapi serta sikap yang diambil tokoh Ara

dalam menghadapi konflik tersebut.

Page 8: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

8

Bab V penutup berisi tentang kesimpulan dan saran-saran dari penelitian

ini.

BAB II

LANDASAN TEORI

Tokoh dan Penokohan

Struktur yang hendak dikaji dalam roman ini hanya akan dititikberatkan pada tokoh dan penokohan. Tokoh dalam suatu cerita rekaan merupakan unsur penting yang menghidupkan cerita. Kehadiran tokoh dalam cerita berkaitan dengan terciptanya konflik, dalam hal ini tokoh berperan membuat konflik dalam sebuah cerita rekaan (Burhan Nurgiyantoro, 1995:164).

Pembicaraan mengenai penokohan dalam cerita rekaan tidak dapat dilepaskan hubungannya dengan tokoh. Istilah ‘tokoh’ menunjuk pada pelaku dalam cerita sedangkan ‘penokohan’ menunjukkan pada sifat, watak atau karakter yang melingkupi diri tokoh yang ada. Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Jones dalam Burhan Nurgiyantoro, 1995:165).

Penokohan dapat juga dikatakan sebagai proses penampilan tokoh sebagai pembawa peran watak tokoh dalam suatu cerita. “Penokohan harus mampu menciptakan citra tokoh. Oleh karena itu, tokoh-tokoh harus dihidupkan” (Soediro Satoto, 1998:43).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penokohan adalah

cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan watak dan tokoh-tokoh

dalam sebuah cerita rekaan. Penciptaan citra atau karakter ini merupakan hasil

imajinasi pengarang untuk dimunculkan dalam cerita sesuai dengan keadaan yang

diinginkan.

Penokohan dalam cerita dapat disajikan melalui dua metode, yaitu metode langsung (analitik) dan metode tidak langsung (dramatik). Metode langsung (analitik) adalah teknik pelukisan tokoh cerita yang memberikan deskripsi, uraian atau penjelasan langsung. Pengarang memberikan komentar tentang kedirian tokoh cerita berupa lukisan sikap, sifat, watak, tingkah laku, bahkan ciri fisiknya. Metode tidak langsung (dramatik) adalah teknik pengarang mendeskripsikan tokoh dengan membiarkan tokoh-tokoh tersebut saling menunjukkan kediriannya masing-masing, melalui berbagai aktivitas yang dilakukan baik secara verbal maupun nonverbal, seperti tingkah laku, sikap dan peristiwa yang terjadi (Burhan Nurgiyantoro, 1995:166).

Page 9: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

9

Setiap tokoh mempunyai wataknya sendiri-sendiri. Tokoh adalah bahan

yang paling aktif menjadi penggerak jalan cerita karena tokoh ini berpribadi,

berwatak, dan memiliki sifat-sifat karakteristik tiga dimensional, yaitu :

1. Dimensi fisiologis ialah ciri-ciri badan, misalnya usia (tingkat kedewasaan),

jenis kelamin, keadaan tubuhnya, ciri-ciri muka dan ciri-ciri badani yang lain.

2. Dimensi sosiologis ialah ciri-ciri kehidupan masyarakat, misalnya status

sosial, pekerjaan, jabatan atau peran dalam masyarakat, tingkat pendidikan,

pandangan hidup, agama, aktifitas sosial, suku bangsa dan keturunan.

3. Dimensi psikologis ialah latar belakang kejiwaan, misalnya mentalitas, ukuran

moral, temperamen, keinginan, perasaan pribadi, IQ dan tingkat kecerdasan

keahlian khusus (Soediro Satoto, 1998:44 - 45).

Tokoh berkaitan dengan orang atau seseorang sehingga perlu penggambaran yang jelas tentang tokoh tersebut. Jenis-jenis tokoh dapat dibagi sebagai berikut.

1. Berdasarkan segi peranan atau tingkat pentingnya.

a. Tokoh utama, yaitu tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel

dan sangat menentukan perkembangan alur secara keseluruhan.

b. Tokoh tambahan, yaitu tokoh yang permunculannya lebih sedikit dan

kehadirannya jika hanya ada keterkaitannya dengan tokoh utama secara

langsung atau tidak langsung.

2. Berdasarkan segi fungsi penampilan tokoh.

a. Tokoh protagonis, yaitu tokoh utama yang merupakan pengejawantahan

nilai-nilai yang ideal bagi pembaca.

b. Tokoh antagonis, yaitu tokoh penyebab terjadinya konflik (Burhan

Nurgiyantoro, 1995:173 - 174).

Page 10: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

10

B. Pendekatan Psikologi Sastra

1. Pengertian Psikologi

Psikologi berasal dari perkataan Yunani ‘psyche’ yang artinya jiwa, dan

‘logos’ yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi secara etimologis (menurut arti kata)

psikologi artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-

macam gejalanya, prosesnya, maupun latar belakangnya (Abu Ahmadi, 1979:1).

Bimo Walgito mengatakan bahwa ‘psikologi’ adalah ilmu yang

membicarakan tentang jiwa. Ia merupakan suatu ilmu yang menyelidiki serta

mempelajari tingkah laku serta aktifitas itu sebagai manifestasi hidup kejiwaan

(1997:9).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa pengertian

‘psikologi’ adalah ilmu yang berkaitan dengan dengan proses-proses mental baik

normal maupun abnormal yang pengaruhnya pada perilaku atau ilmu pengetahuan

tentang gejala dan kegiatan-kegiatan jiwa (1995:792).

Dengan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa psikologi

adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia, baik mengenai gejala-gejalanya,

prosesnya maupun latar belakangnya yang tercermin dalam tingkah laku serta

aktivitas manusia atau individu sendiri.

Dalam penelitian ini, ada beberapa peristiwa kejiwaan yang perlu

dipahami antara lain.

a. Konflik

Konflik terjadi bila ada tujuan yang ingin dicapai sekaligus dalam waktu

yang bersamaan. Konflik terjadi akibat perbedaan yang tidak dapat diatasi antara

Page 11: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

11

kebutuhan individu dan kemampuan potensial. Konflik dapat diselesaikan melalui

keputusan hati. Konflik dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu:

1. Approach-approach conflict, yaitu konflik-konflik psikis yang dialami oleh

individu karena individu tersebut mengalami dua atau lebih motif yang positif

dan sama kuat. Misalnya, seorang mahasiswa pergi kuliah atau menemui

temannya karena sudah berjanji.

2. Approach avoidance conflict, yaitu konflik psikis yang dialami individu

karena dalam waktu yang bersamaan menghadapi situasi yang mengandung

motif positif dan motif negatif yang sama kuat. Misalnya, mahasiswa diangkat

menjadi pegawai negeri (positif) di daerah terpencil (negatif).

3. Avoidance-avoidance conflict, yaitu konflik psikis yang dialami individu

karena menghadapi dua motif yang sama-sama negatif dan sama-sama kuat.

Misalnya, seorang penjahat yang tertangkap dan harus membuka rahasia

kelompoknya dan apabila ia melakukan akan mendapat ancaman dari

kelompoknya.

4. Double approach avoidance conflict, yaitu konflik psikis yang dialami

individu karena menghadapi dua situasi yang masing-masing mengandung

motif negatif dan motif positif yang sama kuat. Misalnya, seorang mahasiswa

harus menikah dengan orang yang tidak disukai (negatif) atau melanjutkan

studi (positif) (Usman Effendi dan Juhaya S. Praja, 1993:73 - 75).

b. Sikap

Sikap merupakan masalah yang penting dan menarik dalam lapangan

psikologi. Sikap yang ada pada seseorang akan memberikan warna atau corak

pada perilaku atau perbuatan orang yang bersangkutan. Dengan mengetahui sikap

Page 12: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

12

seseorang, orang dapat menduga respon atau perilaku yang akan diambil oleh

orang yang bersangkutan, terhadap sesuatu masalah atau keadaan yang

dihadapkan kepadanya.

Gerungan (1991:149), “pengertian attitude itu dapat kita terjemahkan

dengan kata sikap terhadap objek tertentu, yang dapat merupakan sikap

pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap tersebut disertai oleh kecenderungan

untuk bertindak sesuai dengan sikap terhadap objek tadi. Jadi attitude itu lebih

tepat diterjemahkan sebagai sikap dan kesediaan beraksi terhadap sesuatu hal.”

Bimo Walgito menegaskan bahwa, “sikap itu merupakan organisasi

pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif ajeg, yang

disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar kepada orang tersebut

untuk membuat respons atau berperilaku dalam cara yang tertentu yang

dipilihnya” (1978:109).

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan

organisasi pendapat, pandangan, keyakinan seseorang mengenai objek tertentu

yang disertai adanya perasaan tertentu yang memberikan dasar kepada seseorang

untuk membuat respon atau bereaksi dengan cara tertentu yang dipilihnya.

2. Pengertian Psikologi Sastra

Psikologi sastra merupakan suatu pendekatan yang mempertimbangkan

segi-segi kejiwaan dan menyangkut batiniah manusia. Lewat tinjauan psikologi

akan nampak bahwa fungsi dan peran sastra adalah untuk menghidangkan citra

manusia yang seadil-adilnya dan sehidup-hidupnya atau paling sedikit untuk

memancarkan bahwa karya sastra pada hakikatnya bertujuan untuk melukiskan

kehidupan manusia (Andre Hardjana, 1985:66).

Page 13: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

13

Psikologi sastra sebagai cabang ilmu sastra yang mendekati sastra dari

sudut psikologi. Perhatiannya dapat diarahkan kepada pengarang, dan pembaca

(psikologi komunikasi sastra) atau kepada teks itu sendiri (Dick Hartoko dan B.

Rahmanto, 1986:126).

Istilah psikologi sastra mempunyai empat kemungkinan pengertian, yaitu

(1) Studi psikologi pengarang sebagai tipe atau pembeda, (2) Studi proses kreatif,

(3) Studi tipe dan hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra, dan

(4) Studi yang mempelajari dampak sastra pada pembaca atau psikologi pembaca

(Wellek, Rene dan Austin Warren, 1989:90).

Berdasarkan pendapat Wellek dan Warren di atas, penelitian pada roman

Larasati ini mengarah pada pengertian ketiga, yaitu pendekatan psikologi sebagai

studi tipe dan hukum-hukum yang diterapkan pada karya sastra. Secara spesifik

dapat dijelaskan, bahwa analisis yang akan dilakukan terutama diarahkan pada

kondisi kejiwaan tokoh utama yang berperan dalam cerita, untuk mengungkap

kepribadiannya secara menyeluruh.

C. Teori Kepribadian Psikoanalisis Sigmund Freud

Sigmund Freud lahir di Moravia, 6 Mei 1856. Freud adalah psikolog

pertama yang menyelidiki aspek ketidaksadaran dalam jiwa manusia. Freud

mengibaratkan kesadaran manusia sebagai gunung es, sedikit yang terlihat di

permukaan adalah menunjukkan kesadaran, sedangkan bagian tidak terlihat yang

lebih besar menunjukkan aspek ketidaksadaran. Dalam daerah ketidaksadaran

yang sangat luas ini ditemukan dorongan-dorongan, nafsu-nafsu, ide-ide dan

perasaan-perasan yang ditekan, suatu dunia dalam yang besar dan berisi kekuatan-

Page 14: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

14

kekuatan vital yang melaksanakan kontrol penting atas pikiran-pikiran dan

perbuatan sadar manusia (S. Calvin Hall dan Lindzey Gardner, 1993:60).

Penekanan Freud pada aspek ketidaksadaran yang letaknya lebih dalam dari pada

aspek kesadaran tersebut, membuat aliran psikologi yang disusun atas dasar

penyelidikannya itu disebut ‘psikologi dalam’ (Sujanto, 1980:62).

Ajaran-ajaran Freud di atas, dalam dunia psikologi lazim disebut sebagai

psikoanalisa, yang menekankan penyelidikannya pada proses kejiwaan dalam

ketidaksadaran manusia. Dalam ketidaksadaran inilah menurut Freud berkembang

insting hidup yang paling berperan dalam diri manusia yaitu insting seks, dan

selama tahun-tahun pertama perkembangan psikoanalisa, segala sesuatu yang

dilakukan manusia dianggap berasal dari dorongan ini. Seks dan insting-insting

hidup yang lain, mempunyai bentuk energi yang menopangnya yaitu libido (S.

Calvin Hall dan Lindzey Gardner, 1993:73).

Struktur kepribadian terdiri dari tiga sistem yaitu id, (das es), ego (das

ich), dan super ego (das ueber ich). Perilaku manusia pada hakikatnya merupakan

hasil interaksi substansi dalam kepribadian manusia id, ego, dan super ego yang

ketiganya selalu bekerja, jarang salah satu di antaranya terlepas atau bekerja

sendiri.

1. Id adalah aspek biologis yang merupakan sistem asli dalam kepribadian, dari

sini aspek kepribadian yang lain tumbuh. Id berisikan hal-hal yang dibawa

sejak lahir dan yang menjadi pedoman id dalam berfungsi adalah

menghindarkan diri dari ketidakenakan dan mengejar kenikmatan. Untuk

mengejar kenikmatan itu id mempunyai dua cara, yaitu: tindakan refleks dan

proses primer, tindakan refleks seperti bersin atau berkedip, sedangkan proses

Page 15: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

15

primer seperti saat orang lapar membayangkan makanan (Sumadi Suryabrata,

1993:145 - 146).

2. Ego adalah adalah aspek psikologis dari kepribadian yang timbul karena

kebutuhan individu untuk berhubungan baik dengan dunia nyata. Dalam

berfungsinya ego berpegang pada prinsip kenyataan atau realitas. Ego dapat

pula dipandang sebagai aspek eksekutif kepribadian, karena ego mengontrol

jalan yang ditempuh, memilih kebutuhan-kebutuhan yang dapat dipenuhi serta

cara-cara memenuhinya. Dalam berfungsinya sering kali ego harus

mempersatukan pertentangan-pertentangan antara id dan super ego. Peran ego

ialah menjadi perantara antara kebutuhan-kebutuhan instingtif dan keadaan

lingkungan (Sumadi Suryabrata, 1993:146 - 147).

3. Super ego adalah aspek sosiologi kepribadian, merupakan wakil dari nilai-

nilai tradisional serta cita-cita masyarakat sebagaimana yang ditafsirkan orang

tua kepada anaknya lewat perintah-perintah atau larangan-larangan. Super ego

dapat pula dianggap sebagai aspek moral kepribadian, fungsinya menentukan

apakah sesuatu itu baik atau buruk, benar atau salah, pantas atau tidak, sesuai

dengan moralitas yang berlaku di masyarakat. Fungsi pokok super ego adalah

merintangi dorongan id terutama dorongan seksual dan agresif yang ditentang

oleh masyarakat. Mendorong ego untuk lebih mengejar hal-hal yang moralistis

dari pada realistis, dan megejar kesempurnaan. Jadi super ego cenderung

untuk menentang id maupun ego dan membuat konsepsi yang ideal (Sumadi

Suryabrata, 1983:148 - 149).

Demikianlah struktur kepribadian menurut Freud, yang terdiri dari tiga

aspek yaitu id, ego dan super ego yang ketiganya tidak dapat dipisahkan. Secara

Page 16: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

16

umum, id bisa dipandang sebagai komponen biologis kepribadian, ego sebagai

komponen psikologisnya sedangkan super ego adalah komponen sosialnya.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah petunjuk yang memberi arah dan corak

penelitian, sehingga dengan metode yang tepat suatu penelitian akan memperoleh

hasil yang maksimal.

Metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Metode

penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan tentang sifat-sifat suatu individu,

keadaan atau gejala dari kelompok tertentu yang dapat diamati (Lexy J. Moleong,

2001:6).

Data deskriptif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah data yang

dikumpulkan berbentuk kata-kata, frase, klausa, kalimat atau paragraf dan bukan

angka-angka. Dengan demikian, hasil penelitian ini berisi analisis data yang

sifatnya menuturkan, memaparkan, memerikan, menganalisis dan menafsirkan

(Soediro Satoto, 1992:15).

B. Pendekatan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah pendekatan berarti proses,

perbuatan, cara mendekati usaha dalam rangka aktifitas penelitian untuk

Page 17: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

17

mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, metode-metode untuk

mencapai pengertian tertentu masalah penelitian (1995:218).

Pendekatan adalah cara untuk memandang terhadap suatu hal. Pendekatan

(ancangan) sastra pada dasarnya adalah teori-teori untuk memahami jenis sastra

tertentu sesuai dengan sifatnya (Soediro Satoto, 1992:9).

Pendekatan yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

psikologi sastra. Andre Hardjana (1985:60) mengatakan bahwa dalam sastra,

psikologi merupakan ilmu bantu dan memasuki sastra di dalam bahasan tentang

ajaran dan kaidah yang dapat ditimba dari karya sastra. Pendekatan psikologi

dilakukan untuk mengetahui psikologi tokoh Ara dalam roman Larasati yang

berkaitan dengan kepribadian, konflik yang dihadapi, serta sikap yang diambil

dalam menghadapi konflik tersebut.

C. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah aspek psikologis yang menitikberatkan

pada kepribadian tokoh Ara, konflik yang dihadapi serta sikap dalam menghadapi

konflik tersebut.

D. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah roman Larasati karya Pramoedya

Ananta Toer yang diterbitkan oleh Lentera Dipantara tahun 2003 cetakan I dengan

tebal 178 halaman.

Page 18: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

18

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik pustaka, yaitu

pengumpulan data yang menggunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh

data.

F. Teknik Pengolahan Data

Penelitian ini menggunakan beberapa tahap teknik pengolahan data.

Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut..

1. Tahap Deskriptif

Yaitu seluruh data yang diperoleh dihubungkan dengan permasalahan

kemudian dilakukan tahap pendeskripsian dan pengidentifisian.

2. Tahap Klasifikasi

Yaitu mengklasifikasikan data yang telah dideskripsikan sesuai dengan

permasalahan masing-masing.

3. Tahap Analisis

Yaitu mengadakan analisis terhadap data yang telah diklasifikasikan

menurut kelompoknya masing-masing berdasarkan teori yang relevan dengan

penelitian.

4. Tahap Interpretasi

Yaitu menafsirkan hasil analisis data untuk memperoleh pemahaman yang

sesuai dengan tujuan penelitian.

Page 19: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

19

5. Tahap Evaluasi

Yaitu tahap pengecekan terhadap hasil analisis data untuk meneliti

kebenarannya, sehingga dapat memberikan hasil yang baik dan dapat

dipertanggungjawabkan.

G. Teknik Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian ini diperoleh dari data-data yang telah di

olah dan dianalisis pada tahap sebelumnya. Dalam tahap ini digunakan teknik

penarikan kesimpulan induktif, yaitu teknik penarikan kesimpulan yang melihat

permasalahan dari data yang bersifat khusus untuk memperoleh kesimpulan yang

bersifat umum.

BAB IV

ANALISIS

Pada bagian ini akan dibahas tentang kepribadian, konflik yang dihadapi dan sikap yang

diambil tokoh Ara dalam roman Larasati dalam menghadapi konflik tersebut.

Analisis ini diawali dengan pembahasan tokoh dan penokohan untuk menjawab rumusan

permasalahan yang ditetapkan sebelumnya. Analisis ini berfungsi untuk mendeskripsikan salah

satu unsur pembentuk karya sastra yaitu tokoh dan penokohan, sehingga mampu menjembatani

analisis psikologi sastra selanjutnya.

Analisis selanjutnya adalah pembahasan dengan pendekatan psikologi sastra untuk

mendeskripsikan kepribadian, konflik yang dihadapi dan sikap yang diambil tokoh Ara dalam

menghadapi konflik. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan teori kepribadian psikoanalisis

yang dikemukakan oleh Sigmund Freud.

Page 20: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

20

Tokoh dan Penokohan

Dalam roman Larasati ditampilkan beberapa tokoh yang dapat

diklasifikasikan sebagai tokoh utama dan tokoh tambahan. Secara umum dalam

roman Larasati tokoh utama adalah Larasati atau Ara dan beberapa tokoh

tambahan yang ikut mempengaruhi jalan cerita.

Penggambaran tokoh dalam roman ini menggunakan metode dramatik,

yaitu teknik pengarang menggambarkan tokoh dengan membiarkan tokoh-tokoh

tersebut saling menunjukkan kediriannya masing-masing, melalui berbagai

aktivitas yang dilakukan baik secara verbal maupun nonverbal, seperti tingkah

laku, sikap dan peristiwa yang terjadi. Penggambaran tokoh ini akan dibagi dalam

tiga dimensi, yaitu fisiologis, sosiologis, dan psikologis.

1. Ara/ Larasati

Ara merupakan tokoh utama dalam roman Larasati. Keberadaannya

mendominasi seluruh jalinan cerita, baik sebagai pelaku kejadian maupun pelaku

yang dikenai kejadian.

a. Dimensi Fisiologis

Gambaran-gambaran fisik yang diperoleh mengenai Ara atau Larasati

merupakan hasil pencermatan mendalam pada cerita. Tokoh Ara adalah seorang

perempuan muda. Gambaran ini diperoleh dari pengertian kata ‘nona’ yang berarti

panggilan bagi seorang perempuan muda yang belum menikah, seperti yang

terlihat dalam kutipan berikut:

“Nona nampak bingung, merokok?” pemuda itu menyodorkan sebatang rokok. Ia tersenyum menolak. Nona, dia bilang. Berapa saja pria seperti kau yang sudah kubalikkan kepalanya? Nona, katanya. Dan kalau nyonya, nyonya siapa pula? Ia menggeleng.

Page 21: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

21

“Tidak, tidak. Terima kasih,” Larasati menjawab tak peduli (Pramoedya Ananta Toer, 2003:11). Gambaran fisik mengenai Ara yang lain adalah mengenai keindahan

tubuhnya. Hal ini tergambarkan dalam kutipan berikut.

“Cuma kenalan,” Larasati berdiri dihadapannya, memamerkan keindahan tubuhnya, tersenyum memutar badan, menghadapi tamunya kembali, mengulurkan tangan dan mengajak berkenalan, “Ara, larasati.” Ia sambut tangan opsir piket itu, terasa panas dan gemetar. Orang semuda itu, tanpa pengalaman macam ini, tidak menarik. Dan dibiarkannya tamunya mengagumi tubuhnya, sedang ia mengganti kain dan kebayanya dengan house coat (Pramoedya Ananta Toer, 2003:19 - 20).

b. Dimensi Sosiologis

Dalam roman Larasati ini tokoh Ara memiliki pekerjaan sebagai seorang

bintang film, hal ini didasarkan pada kutipan di bawah ini.

Terdengar mereka berhenti di depan pintu kamar Larasati. “Hai, bung pelayan, mana tamumu bintang film Ara?”

Terdengar langkah kaki telanjang pelayan berlarian menghampiri. Terdengar bisik-bisik tidak nyata. Kemudian langkah-langkah sepatu bot terdengar berhati-hati pergi menjauh, lenyap dalam malam kota kecil Cikampek.

Perwira piket itu menarik nafas dalam. Larasati terkejut. Begitu keras hembusan nafas itu. Baru kelihatan perwira itu tersenyum. Dan memandangnya dengan ramah – ramahnya seorang pria pada wanita yang dikehendakinya – Larasati membalas senyumnya. Kini bintang film itu mengerti: kedatangannya di Cikampek telah menjadi berita yang diketahui setiap orang… (Pramoedya Ananta Toer, 2003:18 - 19).

c. Dimensi Psikologis

Salah satu unsur dari dimensi psikologis dari tokoh dalam novel atau roman adalah

mentalitas tokoh. Tokoh Ara secara mentalitas adalah seorang idealis, ia memiliki pemikiran

bahwa perjuangan tidak selamanya dengan mengangkat senjata melainkan dapat menggunakan

cara-cara yang lain seperti seni. Sebagai seorang bintang film Ara ingin menggunakan keahliannya

untuk berjuang, idealisme Ara ini terlihat dalam kutipan berikut. “Kalau surat dari Kapten Oding

itu beres, pikirnya, nanti sore aku sudah di Cikampek, besok di Jakarta, Jakarta! Oi, Jakarta! Akan

terbukti nanti apakah aku, sebagai bintang film juga sanggup berjuang dengan seniku atau tidak.”

(Pramoedya Ananta Toer, 2003:9).

Data lain yang mendukung mengenai idealisme Ara terhadap perjuangan juga terlihat dari

kutipan di bawah ini.

… Ia diam saja. Justru karena itu Larasati makin merasa panas. Ia sendiri telah mainkan cerita-cerita perjuangan dan hiburan di tempat-tempat yang sama sekali tidak penting di masa damai, biarpun tidak ada di peta bumi tempat dia

Page 22: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

22

bermain! Tidak ada pengagum, tidak ada pemuja, tidak ada honorarium barang sepeser – cuma makan nasi keras dan ikan asin, dan transpor di atas truk yang berdesak membanting-banting! Kadang-kadang tepuk-tangan pun tidak – karena penduduk dusun belum biasa bertepuk-tangan, lebih biasa menerima segala diam-diam dengan hatinya. Kadang-kadang memang terasa olehnya bahwa heroisme dan patriotisme wanita di jaman Revolusi ini hanya terletak pada kepalang-merahan saja! Tapi ia takkan meninggalkan kejuruannya. Ia cintai kejuruannya. Dan ia yakin, melalui kejuruannya iapun dapat berbakti pada Revolusi. Ia merasa dirinya pejuang, berjuang dengan caranya sendiri (Pramoedya Ananta Toer, 2003:26).

Ara juga adalah seorang yang simpatik pada perjuangan, perasaan simpatik itu terlihat

ketika ia menangis melihat anak-anak muda yang rela mati demi kemerdekaan. Hal ini tampak

dalam kutipan di bawah ini.

“Waktu selendang merah itu ia singkirkan dari wajahnya, nampak olehnya anak-anak muda yang nanti, besok, atau lusa mungkin tewas, tanpa mengenal kesenangan-kesenangan yang banyak dikenyamnya selama ini. Dua butir air mata menitik pada wajahnya. Sekarang aku bukan pemain sandiwara, ia tersedan-sedan dalam renungannya – sekarang aku sebagian dari mereka.” (Pramoedya Ananta Toer, 2003:28).

2. Mardjohan

Tokoh Mardjohan dalam roman Larasati adalah sebagai tokoh tambahan

yang kehadirannya dalam cerita memiliki keterkaitan dengan tokoh utama.

Kehadiran tokoh Mardjohan dalam roman Larasati adalah sebagai pemicu

timbulnya konflik pada diri tokoh Ara.

a. Dimensi Fisiologis

Gambaran fisik mengenai tokoh Mardjohan dalam roman ini adalah bahwa ia adalah

seorang laki-laki. Hal ini didasarkan pada nama Mardjohan yang merupakan nama orang yang

beridentik laki-laki. Hal ini didasarkan pada kutipan berikut. “Larasati menyeka mukanya dengan

selendang tengik itu. Menajamkan pandang pada pendatang. Tapi ia pura-pura tak peduli. Dia juga

pengkhianat,bisik hatinya. Ia kenal dia: Mardjohan – di jaman Jepang seorang announcer…”

(Pramoedya Ananta Toer, 2003:34).

b. Dimensi Sosiologis

Tokoh Mardjohan adalah seorang announcer atau penyiar pada waktu penjajahan Jepang,

pada waktu itu pekerjaan seorang announcer adalah melakukan propaganda untuk kepentingan

Jepang.

Larasati menyeka mukanya dengan selendang tengik itu. Menajamkan pandang pada pendatang. Tapi ia pura-pura tak peduli. Dia juga pengkhianat, bisik hatinya. Ia kenal dia: Mardjohan – di jaman Jepang seorang announcer. Sebentar ia bakal banjir propaganda dari mulutnya yang jorok, ia memperingatkan dirinya sendiri. Kalau didiamkan, dia akan

Page 23: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

23

bertekuk lutut. Tapi merajalelea kalau dilayani. Siapa orang film yang tak kenal dia? (Pramoedya Ananta Toer, 2003:34).

Pada waktu pendudukan Belanda Mardjohan menjadi seorang produser dan juga

sutradara film. Ia membuat film dokumentasi untuk kepentingan propaganda Belanda, seperti

terlihat pada kutipan berikut.

“Kau sudah bikin film?” “Aku sekarang produser, sutradara – segala-galanya.” Waktu dia cerita kebesarannya Larasati tak tertarik.

Segera Mardjohan mengubah pokok, “Nanti aku perkenalkan kau dengan tuan kolonel Surjo Sentono. Dia yang kasih petunjuk bagaimana mendokumenkan pengungsi-pengungsi yang tidak tahan di daerah pedalaman ke daerah pendudukan kerajaan. Mereka berbahagia di bawah lindungan artileri… (Pramoedya Ananta Toer, 2003:35).

c. Dimensi Psikologis

Tokoh Mardjohan secara psikologis dalam roman ini digambarkan sebagai

seorang pribadi yang memiliki mental oportunis, seorang yang hanya mengambil

keuntungan dari situasi penjajahan. Pada waktu pendudukan Jepang ia menjadi

seorang announcer atau penyiar yang melakukan propaganda bagi kepentingan

Jepang. Ketika Sekutu datang mengusir Jepang ia berpihak kepada Nica dan

menjadi seorang sutradara dan juga produser film yang bertugas membuat film

dokumenter untuk kepentingan propaganda tentara Nica.

Ketika Jepang diusir oleh tentara Sekutu, Mardjohan dapat selamat dan

menjadi seorang sutradara berkat jasa seorang mayor besar. Pada masa

pendudukan Jepang Mardjohan pernah membantu menghubungkan seorang

mayor besar dengan anak perempuannya.

Mardjohan meremas-remas kedua belah tangannya untuk mendapatkan kekuatan. Tiba-tiba hati berkisar begitu sentimental, meneruskan kata-katanya: Waktu Revolusi pecah segera mayorbesar Surjo Sentono dibebaskan oleh Sekutu dari kamp Jepang, menggabungkan diri dengan Nica. Maria Magdalena Sentono lari, menggabungkan diri dengan korps mahasiswa – melakukan perlawanan terhadap Nica. Dua manusia dari satu darah berhadap-hadapan sebagai musuh. Ayah dan anak. Sang ibu tinggal menangis. “Aku lepaskan cintaku pada Maria. Aku berpihak pada ayahnya.” “Kau cerdik!” tiba-tiba Ara menuduh. “Cerdik.”

Page 24: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

24

“Setelah kau dapat kedudukan dari ayahnya kau bakal dapat wanita manapun juga kau suka, selain si nona, selain aku. Dan besok atau lusa kalau berpihak pada Revolusi, bukan karena kau telah sadar, tapi karena mau ikut mendapatkan kemenangan.” (Pramoedya Ananta Toer, 2003:55). Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa tokoh Mardjohan hanya

mencari keuntungan pribadi dari situasi penjajahan. Mardjohan menjadi seorang

announcer pada masa penjajahan Jepang, ketika Sekutu datang mengusir Jepang

Mardjohan berpihak kepada Sekutu dan menjadi seorang sutradara film untuk

kepentingan Nica. Bahkan Mardjohan rela melepaskan kekasihnya yang

tergabung dalam korps mahasiswa demi berpihak kepada Nica.

3. Pemimpin Pemuda

Tokoh Pemimpin Pemuda dalam roman ini adalah tokoh tambahan, tokoh

ini mempunyai peran dalam kisah perjalanan hidup Ara. Kehadiran Pemimpin

Pemuda ini hanya sebentar dalam cerita, namun kehadirannya sangat berarti bagi

tokoh Ara. Ia mengajarkan pada Ara tentang keberanian dan perjuangan.

a. Dimensi Fisiologis

Gambaran fisik mengenai Pemimpin Pemuda ini adalah seorang anak muda berusia tujuh

belasan, seperti terlihat dari kutipan berikut, “Beberapa orang pemuda berpakaian preman dengan

cepat menyeretnya ke beranda. Seorang anak muda, lebih cocok disebut kanak-kanak usia tujuh

belasan, yang nampak jadi pemimpin mereka…” (Pramoedya Ananta Toer, 2003:88 - 89).

Pemimpin Pemuda dalam roman ini juga digambarkan sebagai seorang pemuda yang

bertubuh kurus, seperti terlihat dari kutipan berikut. “Sampai di depan rumah ibunya, Martabat

datang menolong. Pemimpin itu, pemuda yang kurus berumur belasan tahun itu, diletakkan di atas

ambin Lasmidjah. Larasati menyeka pelipisnya dan menyuruh ibunya mengambilkan air bersih.”

(Pramoedya Ananta Toer: 2003:107).

b. Dimensi Sosiologis

Tokoh Pemimpin Pemuda adalah seorang pemuda yang tinggal di kampung ibu

Lasmidjah atau ibunda Ara, kampung tempat Ara tinggal selama ada di daerah pendudukan. Tokoh

Page 25: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

25

ini adalah seorang pemuda yang memimpin dan menggerakkan para pemuda untuk melakukan

perlawanan terhadap tentara Nica. Hal ini terlihat pada kutipan berikut, “Beberapa orang pemuda

berpakaian preman dengan cepat menyeretnya ke beranda. Seorang anak muda, lebih cocok

disebut kanak-kanak usia tujuh belasan, yang nampak jadi pemimpin mereka…” (Pramoedya

Ananta Toer, 2003:88 - 89).

c. Dimensi Psikologis

Tokoh Pemimpin Pemuda ini adalah seorang pemuda yang memiliki

mental pemberani. Meskipun bertubuh kurus ia berani memimpin para pemuda

dalam melakukan penyergapan terhadap patroli Nica. Ia merasa dendam terhadap

bangsa asing yang menjajah tanah air yang dicintainya.

“Jangan takut. Duduk biar tidak berbunyi. Kau tidak punya dendam pada mereka, karena itu takut. Kau mesti pikir, bagaimana orang-orang lain mereka bunuh. Kau harus bunuh mereka,” bisik pemimpin itu. “Jangan anggap mereka itu manusia berakal. Pandang saja sebagai ayam-ayam yang datang ke dapur. Beri sedikit jagung, mau? Dan mereka tewas. Cuma begitu saja. Lebih tidak. Kau takut Tabat?” “Aku pernah bertempur.”

“Suaramu gemetar. Kau tidak punya rasa dendam? Kalau orang cintai tanah airnya dia mesti dendam pada musuh tanah airnya. Dia takkan takut…” (Pramoedya Ananta Toer, 2003:97).

Keberanian Pemimpin Pemuda ini juga ditunjukkan dengan pernyataannya bahwa ia rela mati demi perjuangan,

demi anak-anak yang belum dilahirkan. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan berikut.

Dari kejauhan terdengar seorang bayi menangis ngilu. “Kau punya anak?” Pertanyaan itu mengagetkan Larasati untuk kesekian kalinya. Anak! Sebelum Ara sempat menjawab, pemimpin pemuda itu telah meneruskan: “Ingat, buat dialah kami semua rela mati. Kami semua tidak pernah tidur selama ini – satu demi satu kawan-kawan kami tewas,” tiba-tiba pemuda itu bertanya lagi, “Kau punya anak?”

“Belum.”

“Kalau kau punya anak kau akan mengerti lebih banyak apa kataku. Mengerti? Juga buat anakmu yang belum lahir kami lakukan perjuangan ini,” (Pramoedya Ananta Toer: 2003:99).

4. Pemuda Arab/ Jusman

Tokoh Pemuda Arab adalah tokoh tambahan yang berpengaruh terhadap

kehidupan Ara ketika di Jakarta, kehadiran tokoh ini berpengaruh besar bagi Ara.

Page 26: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

26

Jusman adalah orang yang menyekap Ara dan ibunya, sehingga Ara harus

merelakan keinginannya untuk terlibat dalam perjuangan.

a. Dimensi Fisiologis

Tokoh Pemuda Arab adalah seorang laki-laki keturunan bangsa Arab. Ia memiliki tubuh

tinggi besar, gagah, dan hidung mancung yang merupakan tipe fisiologis bangsa Arab. Gambaran

fisik tokoh Pemuda Arab ini didasarkan pada kutipan di bawah ini.

“Nenek bersiap hendak masuk ke dalam. Degupan jantung Larasati bertambah kencang. Tamu itu kini nampak jelas melela dihadapannya: tinggi besar, gagah, bercelana wol berkemeja putih rambutnya berombak hidungnya mancung – terlalu mancung, kulitnya kehitam-hitaman dan – matanya kuning. Waktu tamu itu pergi. Larasati terjatuh lemas di balik daun pintu.” (Pramoedya Ananta Toer, 2003:118 - 119). Ciri fisik yang paling menonjol dari tokoh Pemuda Arab ini adalah matanya yang

berwarna kuning. Dari ciri inilah Ara akan mengenal siapa sebenarnya Pemuda Arab ini.

Selama tamunya bicara, Ara mengawasi matanya yang kuning. Tamu itu sebentar-sebentar menunduk atau membuang muka. Mengapa matanya begitu kuning kalau dia tidak sakit kuning? Kena racun rokok? Waktu ia meneliti tangan pemuda itu nampak ujung telunjuk dan jari tengahnya kehitam-hitaman bercampur sedikit kuning (Pramoedya Ananta Toer, 2003:130). Tokoh Pemuda Arab ini ternyata bernama Jusman, ia memperkenalkan diri kepada Ara

ketika ingin meminta kepada Ara untuk menjadi penyanyi pada orkes gambusnya.

“Kami tiadalah jahat, nona. Kami mempunyai orkes gambus. Tentu nona mau menyanyi buat orkes kami.” ……… “Aku bukan penyanyi. Biarpun menyanyi juga bukan gambus.” “Kami juga baru mulai, nona. Tak perlu nona takut. Banyak orang ternama dalam orkes kami. Ada tuan Alayctrus, tuantanah Tanah Abang. Ada tuan Husain dari Krukut. Dan aku sendiri Jusman, nona. Aku memang orang Arab, tapi tak biasa pakai nama suku. Tidak senang, kaya orang kolot.” (Pramoedya Ananta Toer, 2003:131).

b. Dimensi Sosiologis

Tokoh Pemuda Arab atau Jusman adalah seorang mata-mata bagi tentara Nica, ia

bertugas menunjukkan siapa saja orang-orang yang terlibat dalam penyergapan-penyergapan

terhadap tentara Nica yang dilakukan oleh para pemuda. Pada waktu melakukan tugas ini ia

menggunakan penutup kepala berbentuk seperti sarung guling yang hanya dilubangi pada bagian

matanya. Meskipun menggunakan penutup kepala, ia dapat dikenali karena matanya yang

berwarna kekuning-kuningan, seperti terlihat dari kutipan di bawah ini.

Page 27: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

27

Mereka pergi ke ujung depan barisan orang dijemur itu. Setiap kali meneliti seseorang, orang dari balik sarung guling itu menggeleng. Pada waktu ia mengangguk seseorang dikeluarkan dari barisan. Orang itu adalah kakek Mo. Sampai di hadapan Larasati, opsir itu berjalan terus seakan tidak tahu atau tidak mau tahu. Tetapi mata dari dalam sarung guling itu mengawasinya dengan berapi-api. Dingin seluruh tubuh bintang film itu. Apa yang ada di balik mata yang kekuning-kuningan itu? Maut? Siksa? Dendam? Ancaman? Larasati menunduk ngilu (Pramoedya Ananta Toer, 2003:112).

c. Dimensi Psikologis

Dalam roman ini digambarkan bahwa Jusman adalah seorang oportunis, orang yang

hanya mengejar keuntungan dari sebuah situasi atau keadaan. Hal ini didasarkan pada kutipan di

bawah ini.

“… aku sendiri Jusman, nona. Aku memang orang Arab, tapi tak biasa memakai nama suku. Tidak senang, kaya orang kolot.” Larasati terus mengawasi tamunya. “Yang bertempur, bertempur, yang main gambus, main gambus. Kami tidak tak tahu urusan pertempuran. Itu urusan Belanda. Kami orang Arab, tidak mau turut campur. Kami takkan mendapat keuntungan apa-apa dari semua itu. Ngomong-ngomong, mengapa nona mengawasi aku saja?” (Pramoedya Ananta Toer, 2003:131).

5. Chaidir

Tokoh Chaidir dalam roman ini adalah tokoh tambahan, kehadirannya hanya sebentar

namun memiliki peran bagi keberadaan tokoh Ara. Kehadiran Chaidir dalam hidup Ara adalah

mengajarkan dan membangkitkan semangat revolusi bagi Ara.

a. Dimensi Fisiologis

Gambaran fisik yang didapat dari tokoh Chaidir adalah seorang pemuda yang berbadan

kerempeng dan matanya merah seperti terlihat pada kutipan di bawah ini.

Suara yang mengandung simpati dan teguran mau tak mau menarik perhatiannya. Ia tegakkan duduknya. Tiba-tiba merasa malu: mungkin sekali ini ia duduk merosot di tempat umum. Biasanya ia selalu tunjukkan harga dirinya, juga dalam gaya duduknya. Ia tatap pria yang duduk di sampingnya. Sepasang mata merah yang menyala-nyala. Ara segera meruntuhkan pandangnya. Siapa pria bermata merah ini? Apakah dia kalong yang tak bersayap yang tak pernah pejamkan matanya? Siapa dia? Dan sebelum pikirannya bekerja mengingat-ingat, pemuda bermata merah itu meneruskan, “Chaidir, kau tak pernah dengar nama Chaidir?” (Pramoedya Ananta Toer, 2003:136).

b. Dimensi Sosiologis

Tokoh Chaidir berdasarkan profesi ataupun perannya dalam masyarakat adalah seorang

penyair. Ara mengenal sosok Chaidir sebagai seorang penyair sewaktu berada di Yogya.

Page 28: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

28

“Chaidir. Masa kau tidak kenal? Aku penyair.” Bulu badan Ara meremang. Rupa-rupanya anak kecil dekil bermata merah ini yang banyak goncangkan pendapat-pendapat di dunia sandiwara di Yogya. Ha, ia sekarang ingat. Ia duduk di kejauhan. Chaidir duduk di samping kepala redaksi majalah Arena di depan perdana menteri yang juga setinggi Chaidir, hanya gemuk dan juga tidak bermata merah (Pramoedya Ananta Toer, 2003:136 - 137).

c. Dimensi Psikologis

Chaidir adalah seorang penyair yang memiliki idealisme bahwa seni dapat memberikan

sumbangan pada revolusi. Chaidir yakin bahwa sandiwara yang merupakan bagian dari seni dapat

mengobarkan semangat api revolusi.

… Chaidir duduk di samping kepala redaksi majalah Arena di depan perdana menteri yang juga setinggi Chaidir, hanya gemuk dan tidak dekil, dan tidak bermata merah. “Sandiwara?” kata perdana menteri, “apa yang bisa diperbuat sandiwara dalam masa orang tidak membutuhkan seni apapun juga sekarang ini?” Dan Chaidir dengan berapi-api membela seakan-akan sandiwara itu adalah dirinya sendiri, “dalam keadaan bagaimanapun setiap orang membutuhkan segala-galanya. Berikan apa yang mereka butuhkan. Tapi jangan padamkan api Revolusi. Berikan minyak pada api itu!” (Pramoedya Ananta Toer, 2003:137). Analisis mengenai tokoh dan penokohan dalam roman Larasati di atas diperoleh

deskripsi mengenai tokoh-tokoh yang memiliki karakteristik tiga dimensional. Dalam roman ini

tokoh Ara adalah tokoh utama yang kehadirannya sangat menentukan perkembangan alur secara

keseluruhan. Tokoh-tokoh lain yang hadir dalam roman ini merupakan tokoh tambahan yang

permunculannya lebih sedikit, kehadiran tokoh-tokoh tambahan ini mempengaruhi perkembangan

plot karena keberadaannya dibutuhkan untuk memunculkan keberadaan tokoh utama. Berdasarkan

perumusan masalah pada bab sebelumnya, kehadiran tokoh-tokoh tambahan ini juga memiliki

keterkaitan dengan tokoh utama dalam menciptakan konflik. Hasil dari analisis ini bertujuan untuk

mempermudah dan mensistematiskan pada analisis psikologis selanjutnya.

Page 29: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

29

Kepribadian Tokoh Ara Dilihat dari

Teori Kepribadian Psikoanalisis Sigmund Freud Pada bagian ini, untuk menggambarkan atau mendeskripsikan kepribadian

tokoh Ara akan digunakan teori kepribadian psikoanalisis Sigmund Freud tentang

struktur kepribadian. Menurut Freud struktur kepribadian terdiri atas tiga sistem

yaitu id, ego, dan super ego. Perilaku manusia pada dasarnya merupakan hasil

interaksi antara ketiga substansi tersebut.

Kisah dalam roman ini diawali ketika Ara, seorang aktris panggung dan

bintang film yang ingin pergi ke Jakarta pada masa pendudukan Nica untuk

bermain film. Ara bertekad untuk membantu revolusi dengan kemampuannya

sebagai seorang pemain film. Ia berjanji tidak akan main untuk propaganda

Belanda melainkan untuk kepentingan revolusi.

Larasati tersenyum dan disentuhnya pipi opsir itu dengan sambil lalu. Tapi dalam bayangannya terbentang hari depan yang gilang-gemilang di daerah pendudukan Nica. Ia akan terjun kembali di gelanggang film. Dan seluruh rakyat dari Sabang sampai Merauke, akan bertempik sorak untuknya. seluruh pria berotak dan berjantung dari Merauke sampai ke Sabang akan memujanya, akan berebutan memiliki tubuhnya. Kembali ia tersenyum. tapi ia berjanji dalam hatinya, tidak bakal aku main untuk propaganda Belanda, untuk maksud-maksud yang memusuhi Revolusi. Aku akan main film yang ikut menggempur penjajahan (Pramoedya Ananta Toer, 2003:8 - 9). Dalam perjalanannya menuju daerah pendudukan ia merenung tentang

kehidupannya di zaman Jepang. Pada zaman pendudukan Jepang Ara pernah

mengenyam kehidupan yang mewah, tidak seperti saat ini bersama para pejuang

revolusi. Id yang merupakan unsur biologis dan bekerja pada prinsip kesenangan

serta kenikmatan terlihat dalam kehidupan Ara pada waktu itu.

… Setidak-tidaknya opsir-opsir Jepang masih dapat memberinya duit. Saburo Sakai, itu Letnan Kolonel Laut Jepang, sahabat bekas perdana menteri dan memimpin partai Sosialis itu yang giat menentang kolaborasi

Page 30: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

30

dengan Jepang! Apa saja yang tak diterimanya dari dia: dari karung beras sampai gelang jamrud buatan Tiongkok dan cincin delima buatan Birma! Dan Sjimizu: dari kimono sutra komplet dengan bakiak dan kipasnya sampai pada rahasia penyerbuan Jepang ke Australia! (Pramoedya Ananta Toer, 2003:11 - 12) Dari kutipan di atas, id lebih mendominasi kehidupan Ara dari pada super

ego. Pada waktu pendudukan tentara Sekutu, Ara memutuskan untuk membantu

perjuangan revolusi dengan kemampuannya sebagai seorang bintang film karena

secara moral sebagai orang yang bertanah air Ara harus ikut berjuang untuk tanah

airnya. Hal ini merupakan bentuk dari kerja super ego dalam mendorong ego

untuk mengejar hal-hal yang bersifat moralitas dari pada realitas.

… Jakarta! Oi, Jakarta! Aku boleh seorang pelacur! Aku boleh seorang sampah masyarakat! Aku seorang bintang film gagal! Tapi beradat! Tidak. Aku juga punya tanah air. Aku Larasati, bintang Ara. Mengapa mesti dengan Miss? Sebutan itu akan membuat aku berkulit putih. Apakah sebutan itu cuma tantangan kaum pria, kalau aku milik siapa saja? (Pramoedya Ananta Toer, 2003:12). Dari kutipan di atas nampak bahwa super ego yang merupakan aspek

sosiologi kepribadian yang menentukan benar tidaknya suatu tindakan

berdasarkan moral masyarakat, mendorong ego untuk mengejar hal-hal yang

bersifat moralitas. Ara tidak mempedulikan bahwa ia dulu seorang pelacur,

seorang sampah masyarakat, ia tetap yakin bahwa ia akan berjuang demi revolusi

dan tidak akan berkhianat pada tanah airnya. Hal tersebut juga terlihat dalam

kutipan berikut. “… Nanti juga – di bumi penjajahan. Bekasi yang bakal

menentukan! Bekasi! Tapi biar bagaimanapun, aku tidak akan berkhianat. Aku

juga punya tanahair. Jelek-jelek tanahairku sendiri, bumi dan manusia yang

menghidupi aku selama ini. Cuma binatang ikut Belanda.” (Pramoedya Ananta

Toer, 2003:13).

Page 31: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

31

Dari kutipan di atas terlihat bahwa ego sebagai eksekutif kepribadian telah

mendorong pribadi Ara untuk menentukan dirinya sebagai seorang pejuang. Ara

merasa bahwa tanah airnya yang selama ini telah memberinya makan, dan ia tidak

pantas berkhianat pada tanah airnya.

Ketika kereta yang ditumpanginya sampai di Cikampek Ara langsung

menuju ke penginapan di desa Pucung. Di penginapan ini ia kedatangan tamu

seorang perwira piket yang ingin melakukan pemeriksaan.

… Sebelum ia dapat senyum, perwira piket itu telah duduk di atas kasur ranjang yang begitu dekil. Larasati mencoba membohongi ketakutannya dengan merayu, tetapi ketakutan lebih berkuasa atas seluruh kehadirannya. Cilampek ini, terkenal di Yogya sebagai tempat seram., di mana prajurit muda begitu garang dan berhati dingin. Ia lebih suka berhadapan dengan raksasa membawa belati telanjang di tangan, asal wajahnya merah segar, tidak pucat. Setidak-tidaknya si merah segar akan dapat dibalikkan kepalanya dalam satu atau dua sekon (Pramoedya Ananta Toer, 2003:16 - 17).

Dari kejadian tersebut terlihat bahwa rasa takut yang merupakan

representasi id menuntut untuk direduksi. Ara berusaha mereduksikan tegangan

tersebut dengan membentuk khayalan tentang objek yang ingin direduksikan.

Namun ketika proses ini tidak dapat menjawab kebutuhan untuk memenuhi

tuntutan ini maka berkembang proses baru yaitu ego mulai terbentuk. Ego yang

merupakan pelaksana kepribadian yang berhubungan dengan dunia luar bekerja

berdasarkan realitas dan berpikir logis, ego akan berusaha untuk mereduksi rasa

takut seperti terlihat pada kutipan berikut.

Perwira piket itu menjarah wajahnya dengan pandangnya. Larasati menggigil tak kentara. Dicurinya pandang pada kolt telanjang. Tapi opsir muda itu nampak tak ada niat untuk menggunakannya. “Tidak diperiksa, pak?” piket itu tak memperhatikan kopernya. “Surat keterangan,” perintahnya. Ia merasa lega sedikit. Setidak-tidaknya suaranya tak mengandung kekejaman. Buru-buru ia ambil surat keterangan dari tas tangannya. Opsir itu menerimanya, hanya menatap wajahnya tajam-tajam. Waktu ia dapat

Page 32: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

32

menangkap kobaran berahi pada mata si wajah pucat itu, ia mulai dapat menguasai dirinya. Ia tak berbeda dengan laki-laki lainnya. Larasati berusaha membujuk (Pramoedya, 2003:17). Setelah Ara mampu mengendalikan rasa takutnya, ia kemudian leluasa

bercakap-cakap dengan tamunya itu. Dari percakapan itu, akhirnya perwira piket

meminta Ara untuk membantunya mencarikan informasi mengenai ajudan serta

pembantunya yang hilang ketika sedang bertugas mencari perbekalan untuk seksi

yang dipimpinnya. Perwira piket itu bercerita tentang kesulitan-kesulitan yang

dialami seksinya, termasuk ketika harus mencari perbekalan sendiri untuk

seksinya.

“Mengapa perbekalan mesti cari sendiri?” tiba-tiba Ara bertanya. “Seluruh kedudukan yang enak diambil orang-orang tua. Mereka hanya pandai korupsi. Rencana-rencanaku kandas di laci-laci. Tapi kau tahu sendiri – itu semua di Yogya lebih banyak kukira. Angkatan tua itu sungguh-sungguh bobrok!” ia bangkit berdiri, menatap Ara dengan berahinya, dan meneruskan dengan suara menyesal: “Setiap replubikein mestinya republikein sejati. Satu kesalahan bisa membuat dia jadi khianat tanpa maunya sendiri. Kapan kau berangkat ke Jakarta?” (Pramoedya Ananta Toer, 2003:22).

Pernyataan perwira piket tersebut sangat berpengaruh bagi Ara. Super ego

yang merupakan aspek sosiologi kepribadian dan fungsinya menentukan benar

tidaknya suatu tindakan berdasarkan moral masyarakat, mendorong ego Ara

mengejar hal-hal yang bersifat moralitas dengan tetap konsisten untuk berjuang

demi revolusi. Dari pertemuannya dengan perwira piket inilah Ara belajar untuk

menjadi republikein, dan seorang republikein sejati tidak akan melakukan korupsi

dan berkhianat pada revolusi.

Ara akhirnya meninggalkan Cikampek tanpa mendapatkan kesulitan.

Dengan diantar oleh perwira piket itu, ia menuju ke stasiun untuk meneruskan

perjalanannya ke Jakarta.

Page 33: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

33

“Revolusi pasti menang!” Ara menjerit menjawab. Mata piket itu nampak bertanya-tanya menyelidiki: Apa akan kau kerjakan? Dan segera ia menjerit untuk kedua kalinya. “Aku juga berjuang dengan caraku sendiri.” Waktu kereta telah berangkat itulah ia berpikir orang seperti aku, bagaimana pun buruk namanya, dia tidak mungkin bakal berkhianat. Berkhianat pada Revolusi ini berarti juga berkhianat pada diri sendiri, pada publik yang membayarnya (Pramoedya Ananta Toer, 2003:25 - 26). Dari kutipan di atas terlihat bahwa keyakinan Ara untuk berjuang sangat

kuat. Ia akan berjuang dengan caranya sendiri sebagai seorang pemain film dan

tidak akan berkhianat pada revolusi. Di sini ego sebagai eksekutif dari kepribadian

telah mendorong pribadi Ara untuk menemukan dirinya sebagai seorang seniman

yang akan berjuang untuk revolusi.

Hal yang sama seperti sikap Ara di atas juga nampak ketika ia bertemu

dengan orang tua cacat di atas kereta ketika sedang meninggalkan Cikampek.

… Orang tua itu hanya berkaki sebelah. Dua orang pemuda beruniform, kedua-duanya berpangkat kapten memapah orang tua itu. Larasati tak sempat meminta maaf atas kekeliruannya. Waktu turun dari gerbong, orang tua cacat itu disambut oleh satu seksi barisan kehormatan… Dalam hati ia mengagumi si tua yang tak ketahuan nama, pekerjaan, dan pangkatnya. Mungkin seorang menteri. Mungkin seorang Inspektur Jenderal dalam pakaian preman. Secacat itu, tapi dia masih berjuang! Mestinya perjuanganku lebih dari dia. Aku tak cacat. Lebih – mesti! Lebih – mesti! (Pramoedya Ananta Toer, 2003:27).

Dari pertemuannya dengan orang tua cacat ini, super ego mendorong ego

untuk mengejar hal-hal yang bersifat moralitas serta melaksanakan ukuran

moralnya dengan memberikan rasa bersalah. Ara meyaksikan seorang tua yang

cacat namun masih tetap berjuang, hal ini semakin meyakinkan dirinya untuk

tetap berjuang melebihi orang tua cacat itu karena Ara akan merasa bersalah kalau

tidak membantu perjuangan.

Page 34: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

34

Sesampainya di Bekasi kereta berhenti untuk dilakukan pemeriksaan oleh

serdadu Nica. Para opsir melakukan pemeriksaan terhadap setiap penumpang

untuk menangkap para pengikut Soekarno. Dalam pemeriksaan ini akhirnya

sampai giliran Ara untuk diperiksa.

Waktu Larasati sampai di depan tenda, seorang inlander mendorong wanita di belakangnya. Dengan demikian ia masuk seorang diri. Untuk memberanikan dirinya ia remas-remas selendang merah pemberian pejuang sebentar sebentar tadi. Di hadapannya duduk seorang sersan inlander berkulit lebih hitam daripadanya sendiri, mengkilat, bermandi keringat … “Buka baju!” perintah sersan hitam mengkilat itu. “Buat apa?” Larasati memberontak. “Buat apa? Buka semua! Cepat! Anjing-anjing Soekarno suka berlagak goblok.” Garang benar kelihatannya, pikir Larasati. Dia Cuma pembunuh bayaran. Melihat aku sebagai anjing. Mungkin matanya bukan mata orang, mata anjing, maka manusia kelihatannya sebagai anjing, itulah dia tuannya. Kalau Cuma cari makan dan pakaian mengapa jadi pembunuh dan penghina orang? Kan aku juga cari makan dan pakaian? Orang-orang macam dia ini mungkin lebih bodoh daripada kerbau. Paling tidak kerbau tidak membunuh sesamanya. Waktu melihat Ara tak mengikuti perintahnya, ia bangkit. Matanya berapi-api. Ditariknya kain kurbannya. Tangan Ara menangkis. Selendang merahnya jatuh. “Binatang!” Ara memekik. (Pramoedya Ananta Toer, 2003:33 - 34). Dari peristiwa di atas terlihat id Ara menuntut untuk direduksi, ego

berusaha untuk mereduksinya dengan mencari objek pemuasan dengan meremas-

remas selendang. Namun usaha itu tidak begitu berhasil sampai akhirnya super

ego berperan untuk mendorong ego Ara untuk melakukan penolakan dengan cara

menangkis tangan sersan inlander tersebut. Di sini terlihat bahwa ego berperan

menjadi perantara antara kebutuhan instingtif dengan keadaan lingkungan.

Di stasiun Bekasi inilah Ara bertemu dengan Mardjohan. Seorang

announcer pada masa pendudukan Jepang, dan sekarang Mardjohan adalah

seorang sutradara dan juga produser film yang bertugas membuat film

Page 35: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

35

dokumenter untuk kepentingan Nica. Sebelumnya Mardjohan sudah mengenal

Ara sebagai seorang bintang film. Mardjohan selama ini berusaha mencari Ara

untuk diajak bermain film sampai akhirnya bertemu di stasiun Bekasi.

Segera Mardjohan mengubah pokok, “Nanti, aku perkenalkan kau dengan tuan kolonel Surjo Sentono. Dia yang kasih petunjuk bagaimana mendokumenkan pengungsi-pengungsi yang tidak tahan di pedalaman ke daerah pendudukan kerajaan. Mereka berbahagia di bawah lindungan artileri. Kolonel tulen dari kenil. Opsir artileri paling cakap di seluruh Asia. Ayoh, aku bawakan kopormu. Mari kuperkenalkan dengannya.” “Kau gila.” “Lebih baik kau pikirkan keselamatanmu.” Mardjohan mulai mengancam. “Lihat, semua orang mengawasi kau. Juga tuan kolonel – itu, di stasiun sana ia bawa tongkat.” Larasati menyadari benarnya ancaman. Ia menunduk. Lambat-lambat ia ikuti langkah Mardjohan – menghadap tuan kolonel (Pramoedya Ananta Toer, 2003:35). Pertemuan ini memaksa Ara untuk mengikuti kemauan Mardjohan. Di satu

sisi id mendapatkan tegangan ketika mendapatkan ancaman sedangkan super ego

mendorong Ara untuk tidak akan berkhianat terhadap perjuangan. Di sini

dorongan id lebih kuat dari pada super ego sehingga ego yang merupakan

pelaksana kepribadian mendorong Ara untuk mengikuti perintah Mardjohan untuk

bertemu dengan kolonel.

Pertemuan dengan kolonel akhirnya membawa Ara menuju ke penjara.

Kepergiannya ke penjara adalah atas perintah kolonel untuk melihat kondisi para

tawanan sehingga akan membuat Ara takut dan mau mengikuti kemauan tuan

kolonel untuk bermain film.

“Husy. Kau mengerti maksudku.” “Tidak, tuan kolonel.” “Tidak? Ara, penjara tidak cocok bagimu.” “Entahlah tuan kolonel. Belum pernah aku alami.” “Mau coba?” Larasati berdebar-debar. Tak ada guna bicara tentang pokok semacam ini. Aku datang ke bumi penjajahan bukan untuk masuk penjara. Aku datang

Page 36: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

36

untuk kembali memasuki dunia film. Ia takut. Penjara berarti kematian (Pramoedya Ananta Toer, 2003:40). Dari kutipan di atas terlihat bahwa id kembali mendominasi Ara. Id yang

berprinsip pada kesenangan dan kenikmatan akan melakukan penolakan terhadap

hal-hal yang tidak menyenangkan. Dorongan id yang kuat ini akhirnya

mendorong Ara untuk mengikuti Mardjohan pergi ke penjara.

Dalam perjalanannya ke penjara, Mardjohan berusaha mempengaruhi Ara

untuk tetap mau bermain film. Mardjohan tidak hanya membujuk secara halus

melainkan juga mengancam bahwa ia sanggup membunuh Ara, namun Ara

berusaha untuk tetap berani dan tidak terpengaruh terhadap ancaman tersebut. Ego

Ara berusaha mengendalikan rasa takut seperti terlihat pada kutipan berikut.

Mobil melambatkan jalannya untuk memberi jalan pada sebuah truk militer dari empat setengah ton, yang terengah-engah membawa muatan batangan-batangan besi. Udara mulai mengandung kadar air berat. Panas merajalela di dalam mobil besar dan megah itu. Tetapi Larasati mencoba tidak dipengaruhi oleh keadaan-keadaan di luar dirinya (Pramoedya Ananta Toer, 2003:43). Ara mendapatkan pengertian mengenai pribadi Mardjohan sebagai seorang

oportunis, orang yang hanya mencari keuntungan pribadi dari situasi penjajahan.

Tetapi sementara itu bintang film itu mendapat pengertian tentang bangun dari bumi penjajahan: hancur-menghancurkan! Sedang mereka yang tidak dihancurkan, mereka yang tidak menghancurkan, adalah yang jadi landasan hidup binatang ini. “Tak ada gunanya dibicarakan terus, Ara.” Mardjohan memutuskan. Ia geserkan duduknya. Mendekat. Kian mendekat. Berapatan. “Kita bisa jadi sekutu yang baik! Kau dan aku.” (Pramoedya Ananta Toer, 2003:43).

Setelah mengenal siapa sebenarnya sosok Mardjohan yang seorang

pengkhianat dan juga oportunis, hal tersebut tidak membuat Ara berhenti berjuang

dan berkhianat terhadap revolusi. Hal ini menunjukkan bahwa super ego

Page 37: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

37

mendorong ego Ara untuk mengejar hal-hal yang bersifat moralitas, seperti

terlihat pada kutipan di bawah ini.

Dan Larasati tidak membantah. Bumi penjajahan ini membuat aku kian detik kian berpikir. Tak pernah demikian sebelumnya. Tak pernah ia meneropong dirinya sendiri. Kini ia dapatkan gambaran tentang dirinya sendiri agak jelas, kadang samar: menolak seluruh bentuk penjajahan apapun. Ia tak membutuhkan kehancuran orang lain dan dirinya sendiri. Ia inginkan suatu kehidupan damai, di mana ia dapat membaktikan seluruh hidupnya dengan kecakapan satu-satunya yang dimilikinya: main film. Bagaimanapun juga kotornya namaku aku akan tetap dapat berguna. Kotor? Tiba-tiba ia memberontak terhadap dirinya sendiri. Biar aku kotor, perjuangan tidak aku kotori. Revolusi pun tidak! Negara pun tidak! Rakyat apalagi! Yang aku kotori hanya sendiri. Bukan orang lain. Orang lain takkan rugi karenanya (Pramoedya Ananta Toer, 2003:44). Dari kutipan di atas terlihat bahwa super ego mampu merintangi impuls-

impuls id dan mendorong ego untuk mengejar hal-hal yang bersifat moralitas.

Aktivitas super ego terlihat pada sikap Ara ketika melakukan observasi terhadap

dirinya sendiri. Ara menginginkan kehidupan damai tanpa penjajahan dan ia ingin

membaktikan diri pada perjuangan serta tidak akan mengotori perjuangan itu

sendiri.

Dorongan super ego untuk merintangi impuls-impuls id pada diri Ara dan

menciptakan dunia menurut gambarannya sendiri juga terlihat pada kutipan

berikut.

Larasati meneruskan renungannya: mengapa dunia ini begini penuh iga manusia busuk? Hanya karena mau hidup lebih sejahtera daripada yang lain? Apakah kesejahteraan hidup sama dengan kebusukan buat orang lain? Alangkah sia-sia pendidikan orangtua kalau demikian. Alangkah sia-sia pendidikan agama. Alangkah sia-sia guru dan sekolah-sekolah… (Pramoedya Ananta Toer, 2003:48). Di penjara ini Ara bertemu dengan para tawanan yang kondisinya sangat

memprihatinkan. Ketika Ara bertemu dengan tawanan yang sakit parah, ia

mendapatkan gambaran mengenai tidak adanya keadilan di bumi penjajahan ini.

Page 38: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

38

Dan sersan itu menghilang. Bintang film itu menghampiri tawanan itu. Meraba kakinya: panas di atas 41 derajat. Orang ini akan segera mati, pikir Larasati. Mati, berhadapan dengan pembunuhnya sendiri. Ada yang membunuh. Ada yang dibunuh. Ada peraturan. Ada undang-undang. Ada pembesar, polisi, dan militer. Hanya satu yang tidak ada: keadilan. Larasati ingin menghibur orang sakit itu. Orang telah jatuh di medan perjuangan – dia tidak bakal menyaksikan kemenangan. Mungkin beranak, mungkin beristeri. Mungkin juga tidak sama sekali. Namun ia berjuang…(Pramoedya Ananta Toer, 2003:60). Dari kutipan di atas terlihat bahwa super ego mendominasi pikiran Ara.

Super ego sebagai aspek sosiologi kepribadian dan merupakan wakil dari nilai-

nilai tradisional masyarakat mempengaruhi ego Ara dalam memahami situasi

yang sedang dialaminya sekarang, yaitu mengenai tidak adanya keadilan di negeri

yang sedang di jajah ini.

Setelah selesai menyaksikan keadaan penjara, akhirnya Ara minta untuk

pulang ke rumah ibunya. Ia diantarkan oleh seorang sersan sopir inlander. Di

dalam mobil ia kembali merenungi atas apa yang dialaminya selama satu hari

kemarin.

Larasati menjauhkan mukanya pada pangkuan. Dalam sehari kemarin ia hidup dalam suasana ketakutan yang baru sekali ini dialaminya: begitu panjang, serasa tiada kan habis-habisnya. Dan sehari ini, walaupun merangkak begitu lambat, penuh kengerian, kebencian, kebuasan, kebinatangan. Kalau aku tak memiliki tubuh indah dan wajah cantik mungkin aku jadi sebagian dari mereka yang dibunuh pelan-pelan dalam penjara itu. Atau justru karena kedua-duanya aku jadi begini? Ia menggeleng lemah. Mungkin ini akan terus dialami diriku sampai hilang keindahan dan kecantikanku (Pramoedya Ananta Toer, 2003:66 - 67).

Dari peristiwa-peristiwa yang telah dialaminya selama satu hari kemarin

tampak bahwa ego Ara mampu mereduksi impuls-impuls id dengan cara

menghubungkannya dengan dunia luar dan berpikir secara realistis. Ara berpikir

bahwa andai kata ia tidak memiliki kecantikan dan keindahan tubuh maka ia

Page 39: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

39

sudah mati seperti yang lain. Sampai saat ini ia masih hidup karena orang-orang

masih ingin memanfaatkan kecantikannya sebagai seorang bintang film.

Sebelum sampai di rumah ibunya, sersan sopir yang mengantarnya pulang

menghentikan mobil di sebuah rumah makan Tionghoa untuk mengatakan suatu

hal kepada Ara. Sersan sopir tersebut menyatakan akan mencari hubungan dan

bergabung dengan pejuang di daerah pedalaman Yogya. Ia bersama beberapa

kawannya akan melarikan sebuah mobil dan beberapa senjata serta amunisi.

“Nona curiga karena pakaianku, karena pekerjaanku. Aku baru seminggu turun dari Papua, dari Sorong. Tidak tahu tentang semua ini.” “Pergilah sendiri ke seberang.” “Seberang mana, nona.” “Seberang kali Bekasi. Kau akan tahu sendiri.” “Itulah nona, aku mencari hubungan. Aku yakin nona bisa menghubungkan. Kalau tidak sia-sia saja bakalnya. Aku mau larikan mobil, dan beberapa kawan ikut serta nanti.” (Pramoedya Ananta Toer, 2003:69).

Sesampainya di kampung yang dituju, Ara menjumpai rumah ibunya

dalam keadaan kosong. Ara hanya bertemu dengan seorang nenek dan kakek.

Mereka mengatakan bahwa Lasmidjah – ibunya Ara bekerja sebagai seorang babu

di rumah orang Arab.

Tiba-tiba kakek itu menjadi ramah. Sambil menyerahkan uangnya kembali ia menunjuk dengan tongkatnya ke arah jalan besar dan dengan ramah pula ia berkata, “Tentu tadi sudah kau lewati. Itu di rumah baru, rumah Arab.” Ibuku jadi babu Arab! Alhamdulillah. Biarpun karena kesalahanku. “Biar aku cari sendiri sekarang,” kata Larasati (Pramoedya Ananta Toer, 2003:78).

Setelah berusaha mencari alamat yang telah diberitahukan oleh si kakek,

akhirnya Ara dapat menemukan rumah yang dicari dan dapat bertemu dengan

ibunya.

Seorang wanita tua belum lagi beruban muncul. “Bu!” Larasati berseru pelan.

Page 40: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

40

Orang tua itu terburu-buru membuka pintu depan, menuruni jenjang rumahdan menubruk Ara. “Ara kebangetan kau. Tidak ada kabar tidak ada cerita.” Kasih sayang ibunya yang tidak pernah putus ini menyebabkan Larasati terus merasa tersiksa bila jauh darinya – biar hanya buat sehari pun! Dan ia telah tinggalkan orangtua itu lebih dari setahun. “Mari pulang, bu. Bilang dulu sama tuan. Aku tunggu di pinggir jalan.” (Pramoedya Ananta Toer, 2003:81). Pertemuan Ara dengan ibunya menunjukkan bahwa super ego yang

berfungsi menentukan benar tidaknya suatu tindakan dan melaksanakan ukuran

moralnya dengan rasa bersalah, membuat Ara merasa bersalah telah

meninggalkan orang tuanya selama satu tahun lebih.

Sesampainya di rumah, Ara baru sadar bahwa keadaan di daerah

pendudukan ternyata cukup susah. Ara tidak sempat untuk memikirkan apa yang

akan dimakan hari ini dan tidak mungkin Ara minta makan kepada ibunya yang

kondisinya sangat menderita.

Tiba-tiba Larasati menjadi bingung. Pertanyaan itu tak pernah dipikirkannya sebelumnya. Apa kau minta makan dari ibu yang sudah setengah kelaparan? Apa mungkin? Ia gelengkan kepalanya yang indah. Matanya runtuh di atas ujung selopnya. Tidak. Ini bukan kesulitan yang pertama-tama. Ini kesulitan biasa. Tidak, aku bilang. Aku tidak akan serahkan diri pada lelaki siapa saja. Itu biarlah dilupakan oleh masa lampau. Sedang dulu pun ia tidak pernah serahkan diri tanpa sesuka hatinya sendiri… (Pramoedya Ananta Toer, 2003:82 - 83). Dari keadaan yang digambarkan pada kutipan di atas tampak bahwa super

ego mampu merintangi impuls-impuls id dan mendorong ego Ara untuk tidak

menyerahkan tubuhnya hanya untuk mendapatkan makanan. Ara menyadari

bahwa kesulitan ini bukan yang pertama ia hadapi, ia sudah biasa menghadapi

kesulitan semacam ini.

Di daerah pendudukan sering terjadi pertempuran antara pemuda dan

tentara Nica. Setiap malam terdengar rentetan senjata otomatik dan ledakan

Page 41: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

41

granat. Keadaan semacam ini tidak biasa terjadi di Yogya. Malam itu para

pemuda di kampungnya melakukan penyergapan terhadap terntara Nica yang

sedang melakukan patroli.

Dan puluhan pasang sepatu itu berderap melewatinya. Akhirnya padam setelah yang kini pengkolan gang yang lain. Sunyi sepi. Tiada cahaya. Cuma ada satu suara terdengar. Dan suara itu suara hatinya sendiri: juga di sini, pemuda berjuang. Sekutu – Belanda, Inggris, setiap hari mendapat kemenangan selangkah demi selangkah. Tetapi pemuda tetap melawan. Mereka bertempur. Mereka tukarkan bambu runcingnya dengan senjata api di pertempuran-pertempuran. Sore-sore begini orang mengasoh sehabis kerja berat (Pramoedya Ananta Toer, 2003:85).

Kejadian ini sangat mempengaruhi batin Ara, terlihat bahwa super ego

mempengaruhi ego Ara untuk bersemangat berjuang. Ara sangat mengagumi

semangat para pemuda ini, meskipun tentara Sekutu selalu mendapatkan

kemenangan di setiap pertempuran namun para pemuda tetap berjuang melakukan

perlawanan.

Pada malam yang sama setelah terjadi pertempuran, Ara didatangi oleh

sersan sopir Nica yang telah mengantarkannya pulang. Sersan sopir itu akan

melarikan mobil dan beberapa pucuk senjata serta beberapa kawan untuk dibawa

ke pedalaman, namun sersan sopir itu ingin minta surat pada Ara sebagai bukti

perjuangan. Karena tidak ada kertas untuk menulis surat, Ara menjanjikan agar

sersan sopir itu besok kembali lagi.

Ketika sedang berpamitan tiba-tiba beberapa orang pemuda berpakaian

preman menyergap. Para pemuda mencurigai sersan yang bernama Martabat itu

sebagai mata-mata. Martabat berusaha menjelaskan maksudnya menemui Ara

kepada pemimpin pemuda, namun para pemuda tersebut tidak mau percaya.

Pemimpin pemuda itu tidak tahu apakah Ara dan Martabat adalah seorang

Page 42: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

42

pejuang atau mata-mata, sehingga pemimpin pemuda meminta jaminan agar dapat

percaya.

Ara tidak tahu jaminan apa yang diminta oleh pemimpin pemuda tersebut.

Kemudian Ara mendapat pikiran bahwa mereka berdua sendiri sebagai

jaminannya. Ara dan Martabat akan ikut bertempur di bawah komando pemimpin

pemuda itu. Akhirnya pemimpin pemuda menyanggupi jaminan yang diberikan

Ara dan Martabat.

Pada malam itu juga mereka melakukan penyergapan terhadap tentara

Nica yang sedang berpatroli melewati kampung itu. Ketika mereka sedang

melakukan penyergapan, Ara tidak sanggup menguasai rasa takutnya.

Mereka merangkak masuk ke bawah jembatan got yang panjangnya hanya dua meter. Larasati dengar jelas-jelas nafas kedua pemuda itu bersahut-sahutan. Panjang-panjang. Dan ia sendiri pun nafasnya tak kalah panjang-panjang. Gas got yang bercampur dengan gas kotoran manusia nitu membumbung tebal, mencekik nafas. Keringat-keringat dingin membasahi punggung Ara. Apa aku kerjakan kalau pertempuran terjadi? Menjerit? Apa gunanya jerit? Suara takkan takutkan mereka. Jantungnya terus berdegup kencang. Ia rasai betapa dadanya terasa hendak pecah (Pramoedya Ananta Toer, 2003:96 - 97). Dari kutipan di atas terlihat bahwa id mendominasi Ara ketika akan

melakukan penyergapan. Id yang bekerja pada prinsip kesenangan dan

kenikmatan ketika sedang mendapatkan tegangan akan menuntut untuk direduksi.

Ketika penyergapan dilakukan oleh para pemuda, dari kejauhan terdengar

suara seorang bayi menangis. Suara tangisan bayi itu terdengar ngilu. Tiba-tiba

pemimpin pemuda bertanya apakah Ara memiliki anak. Pertanyaan ini sangat

mengagetkan Ara. Sebelum Ara sempat menjawab pertanyaan itu, pemimpin

pemuda itu mengatakan kepada Ara bahwa dia dan kawan-kawannya rela

Page 43: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

43

berjuang demi anak itu, bahkan untuk anak-anak yang belum dilahirkan pun

mereka rela mati dalam perjuangan ini.

Kehadiran pemimpin pemuda sangat berarti sekali terhadap pribadi Ara.

Pemimpin pemuda itu mengajarkan kerelaan serta keberanian dalam berjuang.

Ketika pertempuran pecah, pemimpin pemuda itu terluka cukup parah akibat dari

pecahan granatnya sendiri. Sebelum ajalnya tiba, pemimpin pemuda itu sempat

mengatakan suatu hal kepada Ara.

Anak itu membuka matanya. Menatap wajah Larasati dalam keremangan lampu minyak tanah. Meliuk-liuk menahan sakit. Kemudian berkata perlahan-lahan, “Kau tidak takut bukan?” Larasati tak dapat menjawab. Ia tak tahu apa yang mesti dikerjakannya. “Tak perlu lagi tolong aku.” Suaranya kian perlahan. “Kau tidak takut lagi bukan? Jawablah.” Tak ada sesuatu apapun yang dapat dikatakan oleh Larasati selain menggeleng. “Tak perlu takut. Kau harus mendendam. Kita memerlukan dendam.” Dan ia tak bicara lagi. Nafasnya pun tak terdengar lagi (Pramoedya Ananta Toer, 2003:107 - 108).

Kata-kata terakhir pemimpin pemuda tersebut sangat mempengaruhi batin

Ara. Keberanian seperti yang dimiliki pemuda inilah yang dibutuhkan dalam

perjuangan. Kehadiran pemimpin pemuda tersebut bagi pribadi Ara merupakan

super ego yang menghalangi impuls-impuls id dan mendorong ego untuk

mengejar hal-hal yang bersifat moralitas. Rasa takut yang sebelumnya menguasai

diri Ara mampu dirintangi oleh super ego. Meskipun Ara masih merasa takut

namun super ego mendorong ego Ara untuk berpikir bahwa harus ada keberanian

dalam perjuangan. Pengalaman-pengalaman selama beberapa hari kemarin sangat

berpengaruh dalam mendorong ego untuk menentukan sikap Ara dalam

perjuangan.

Keesokan hari setelah terjadinya pertempuran antara patroli Nica dengan

pemuda, tentara Belanda mendatangi kampung tersebut untuk melakukan

Page 44: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

44

penggeledahan dan mencari orang-orang yang terlibat dalam penyergapan tadi

malam. Semua penduduk kampung dikumpulkan dan disuruh berbaris. Dalam

pemeriksaan itu seorang kakek dan anak kecil dikeluarkan dari barisan, siapa saja

yang dikeluarkan dari barisan tidak akan pulang untuk selamanya. Orang yang

bertugas untuk menentukan dan menunjuk siapa saja orang-orang yang terlibat ini

menggunakan penutup kepala yang hanya terlihat kedua matanya yang berwarna

kuning.

Seusai penggeledahan, Ara memeriksa tas miliknya yang berisi ORI

(Oeang Republik Indonesia) dan ternyata uang itu hilang. Orang yang mengambil

uang ORI tersebut sebenarnya mengetahui bahwa Ara seorang republikein. Ara

merasa bahwa ia dalam bahaya, orang yang mengambil uang ORI tersebut pasti

memiliki maksud tersembunyi. Ibunya meminta Ara untuk kembali ke pedalaman

karena daerah pendudukan bukan tempat yang aman untuknya. Kejadian ini

mengingatkan Ara pada pengalaman-pengalamannya dari Yogya sampai bertemu

dengan pemimpin pemuda yang gugur tadi malam.

… Yogya. Semua orang begitu ramah dan penolong kepadanya. Tetapi selesainya daerah Republik berarti pula selesainya orang-orang peramah dan penolong. Dan di bumi pendudukan semuanya saja maling yang bisa baris di tengah jalan di siang bolong. Yang peramah dan penolong hanya mereka yang masih setia pada Republik. Jangan takut! Jangan takut! Kau harus mendendam. Barang siapa kurang dendamnya akan lebih takutnya. Barang siapa banyak dendamnya akan kurang takutnya. Pemimpin pemuda itu melela remang-remang dalam ingatannya. Ia belum lagi sempat melihat wajahnya jelas-jelas. Mungkin ia takkan bertemu lagi dengannya untuk selama-lamanya. Namun ia telah mewariskan padanya pegangan: jangan takut, mendendamlah (Pramoedya Ananta Toer, 2003:115 - 116). Berdasarkan kutipan di atas tampak bahwa tiga aspek kepribadian yaitu id,

ego, dan super ego sangat berpengaruh bagi kepribadian Ara. Super ego berperan

merintangi impuls-impuls id, sedangkan ego melaksanakan perannya dengan

Page 45: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

45

menengahi antara dorongan id dan super ego. Di dalam ego berlaku realitas dan

berpikir logis, hal ini mendorong Ara untuk dapat memahami keadaan di

sekitarnya serta menentukan tindakan yang harus dilakukan. Ara semakin yakin

dalam perjuangan ini, dan ia merasa sudah menjadi bagian dari perjuangan.

“Biarlah, nek. Aku tinggal di sini.” “Kalau kau ditangkap jangan celakakan yang lain-lain.” “Insyaallah.” “Insyaallah? Akhirnya kau sendiri yang menentukan. Kau sendiri harus berusaha. Ingat kakek Mo dan anak itu. Mereka pun tidak akan seret yang lain-lain. Mereka sudah sedia untuk mati. Kami di sini belum kenal kau.” “Mereka akhirnya akan kenal aku. Aku sudah sebagian dari mereka.” (Pramoedya Ananta Toer, 2003:117). Setelah kejadian penggeledahan, rumah Ara didatangi oleh seorang laki-

laki dengan maksud untuk mencari Ara. Laki-laki tersebut adalah orang Arab

yang tinggal di rumah tempat ibunya bekerja sebagai babu. Ara bersembunyi di

belakang, dan akhirnya ditemui oleh nenek. Ara tidak dapat melihat wajah laki-

laki itu, ia hanya mendengar suaranya yang sepertinya pernah ia dengar. Sebelum

pergi laki-laki tersebut berpesan kepada nenek agar Ara datang ke rumahnya.

Setelah laki-laki itu pergi si nenek menjelaskan tentang keberadaan orang-orang

Arab di tempat ibu Ara bekerja. Nenek itu mengatakan kepada Ara bahwa orang-

orang Arab tersebut telah banyak membunuh penduduk di kampung ini.

Pada waktu itulah Larasati menyadari adanya bahaya yang mengancam

dirinya. Ara sepertinya telah mengenal tamu yang datang ke rumahnya, ia

mengenalinya sebagai kaki tangan Belanda yang tadi pagi memakai penutup

kepala untuk menunjuk orang-orang yang terlibat penyergapan. Ara menyadari

kedatangan tamu tersebut mencari dirinya, tamu itu menyandera ibunya agar Ara

mau datang ke rumahnya.

Page 46: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

46

“Bilang, ibunya tidak pulang sebelum dia datang,” ia pergi tanpa meminta diri seperti pada permulaan datang. “Kau sayang pada ibumu, nak?” Larasati mengangguk. “Kalau begitu kamu mestinya datang. Aku hanya bisa berdoa untuk keselamatanmu.” “Kalau aku ditahan di sana?” Nenek itu tak menjawab. Ia hanya menggeleng. Larasati bangkit dan berjalan perlahan-lahan pulang ke ibunya, menutup pintu, kemudian dengan penuh pikiran berjalan menuju keluar gang… (Pramoedya Ananta Toer, 2003:122 - 123). Dari kutipan di atas terlihat id lebih berkuasa dalam diri Ara, ia mengalami

pertentangan dalam batinnya. Ara harus memilih antara keselamatan dirinya atau

ibunya. Ketika ia sudah memiliki keyakinan pada perjuangan, ia harus dihadapkan

pada pilihan yang sangat berat. Ara tidak tahu apa yang harus dilakukan, ia harus

menyerah atau harus melawan. Di sini terjadi pertentangan antara id dan super

ego. Id Ara diwakili oleh keselamatannya sendiri sedangkan super ego diwakili

oleh keselamatan ibunya serta keyakinannya pada perjuangan.

Akhirnya Ara harus menyerah dan datang ke rumah orang Arab tersebut,

namun dalam perjalanan menuju ke rumah itu ia merasa ragu. Tiba-tiba

keberanian Ara muncul, ia tidak akan datang dan akan menunggu orang Arab itu

ke rumahnya. Impuls id yang sebelumnya berkuasa atas diri Ara dapat dirintangi

oleh super ego yang mendorong ego untuk bersikap berdasarkan pemikiran. Ara

tidak akan memutuskan untuk menyerah pada orang Arab itu. Hal ini merupakan

bentuk dorongan super ego yang fungsinya menentukan benar tidaknya suatu

tindakan. Super ego berpengaruh dalam membentuk ego Ara berdasarkan

pengalaman-pengalamannya selama ini, salah satunya ketika bertemu dengan

pemimpin pemuda yang telah gugur ketika terjadi pertempuran di kampungnya.

Revolusi ini tidak memberi sesuatu pun, dia minta dari setiap orang – segala-galanya. Mengapa si Arab itu meminta? Dia yang tidak punya sangkut-paut sedikit pun dengan Revolusi? Apakah aku dengan sukarela

Page 47: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

47

berjalan seorang diri menuju tiang gantungan? Mendadak ia tengadahkan kepalanya ke langit. Tidak! Tidak mungkin … Aku tunggu dia. Aku akan hadapi dia (Pramoedya Ananta Toer, 2003:123 - 124). Setelah kejadian itu Ara memutuskan menunggu di rumah, Ara merasa

lebih berani dari sebelumnya. Ia merasa persoalan yang dihadapinya hanya dia

sendiri yang bisa menyelesaikannya. Ketika malam datang, akhirnya Martabat

datang ke rumahnya untuk meminta surat kepada Ara sebagai tanda bukti

perjuangan. Ara mengutarakan maksudnya kepada Martabat untuk ikut pergi ke

pedalaman bersama ibunya.

“Maksudmu tidak ada tempat?” “Tentu saja tidak. Maksudku kami sedang melakukan terobosan maut. Itu tidak tepat bagi seorang wanita, walau kami ingin membawa.” Tak terkirakan kecil hati Larasati mendengar jawaban itu. Ia belum dimasukkan ke dalam kelas pejuang oleh si Martabat ini. Tapi ia menjaga agar tak membantah, tidak melukai rencana anak muda itu…” (Pramoedya Ananta Toer, 2003:125).

Dari kutipan di atas terlihat bahwa ego Ara mampu menjembatani antara

dorongan id dan juga super ego. Id mendorong Ara agar dia dan ibunya ikut pergi

ke pedalaman karena di sana lebih aman, namun dalam mobil sudah tidak ada

tempat lagi. Selain tidak ada tempat, rencana pelarian ini bukan untuk perempuan

karena sangat berbahaya. Anggapan tersebut membuat Ara merasa belum

dianggap sebagai seorang pejuang. Super ego Ara mendorong untuk menolak

pernyataan ini, sebagai seorang perempuan ia telah membuktikan diri sebagai

pejuang pada waktu ikut dalam penyergapan kemarin malam. Namun ego yang

berprinsip pada hubungan baik dengan lingkungan mendorong Ara untuk

memutuskan tidak ikut dalam pelarian itu. Ara tidak ingin merusak perjuangan

Page 48: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

48

dengan mengacaukan rencana Martabat untuk melarikan mobil dan senjata

menuju ke daerah pedalaman.

Keesokan harinya tamu orang Arab yang kemarin mencarinya akhirnya

datang. Tanpa dipersilakan tamu itu langsung masuk ke rumah. Tamu itu

memperkenalkan diri dengan nama Jusman, ia mengaku memiliki orkes gambus

dan bermaksud ingin mengajak Ara untuk bergabung sebagai penyanyi. Selama

percakapan itu berlangsung, Ara mengawasi tamu itu dan merasa semakin yakin

bahwa tamunya adalah orang yang memakai penutup kepala pada waktu

pemeriksaan oleh tentara Nica beberapa hari yang lalu. Ara mengenali tamu itu

dari warna matanya yang kuning.

Permintaan orang Arab agar Ara bergabung sebagai penyanyi dalam

orkesnya akhirnya ditolak Ara. Sebelum pergi orang Arab itu mengancam Ara

bahwa ibunya tidak akan selamat kalau Ara tidak memenuhi permintaan itu.

“Tapi nona, ibu nona juga di sana. Bagaimana pikir nona?” “Kau boleh ambil ibuku kalau suka. Dia boleh tidak pulang untuk selama-lamanya.” Pemuda Arab itu kini menatap nenek tapi tak berkata apa-apa. Akhirnya ia bangkit berdiri, bersiap hendak pulang, tetapi berhenti dan berpaling ke belakang, “Tapi ibu nona dalam bahaya.” “Aku tahu. Aku juga tahu mata siapa yang memandangi aku dari balik sarung guling kemarin dulu.” Pemuda Arab itu tiba-tiba menegakkan badan, menghadapi Ara, dengan mata tajam mengawasi. Dengan suara mengancam ia berbisik, “Jadi kau tahu, bagus.” (Pramoedya Ananta Toer, 2003:132). Dari peristiwa di atas terlihat bahwa keberanian dalam diri Ara semakin

terbangun ketika harus menghadapi bahaya. Keberanian Ara ini semakin

terbangun karena pengalaman-pengalamannya selama ini telah membentuk

keberanian dalam pribadi Ara. Pengalaman-pengalamannya tersebut merupakan

bentuk dari super ego yang ada dalam diri Ara. Dari peristiwa di atas super ego

Page 49: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

49

lebih mendominasi dan menekan dorongan id, ia tidak mempedulikan ancaman

orang Arab tersebut. Super ego dalam fungsinya cenderung merintangi id, tidak

rasional dan menciptakan gambaran dunianya sendiri. Ara lebih mementingkan

perjuangan dan kemenangan revolusi dibandingkan dengan keselamatan ibunya.

Beberapa bulan berlalu dan ibunya juga tak kunjung pulang. Pada suatu

hari Ara memutuskan untuk mendatangi kantor Republik untuk mencari

pekerjaan, namun tidak ada satu pun kantor yang ada lowongan. Belanda

melancarkan aksi militernya pertama, di mana-mana terjadi pertempuran antara

patroli Belanda dan pemuda. Ara tidak tahu banyak tentang keadaan politik pada

saat itu sampai akhirnya ia mendengar bahwa Yogya sudah jatuh ke tangan

Belanda.

… Ara tak banyak tahu tentang perkisaran politik. Tak banyak mengikuti diplomasi. Kota-kota jatuh ke tangan Belanda. Juga Yogya sendiri. dan berita runtuhnya Yogya disambut Ara dengan tangis tersedan-sedan. Dengan air mata yang mengucur sejadi-jadinya membasahi wajahnya yang kian menjadi kurus dan pucat. Tidak, keyakinanku tidak bisa digoncangkan dengan jatuhnya Yogya. Revolusi tidak pernah kalah. Setiap kekalahan yang dideritakannya tidak lain dari kemenangan kaum koruptor. Revolusi selalu menang (Pramodya Ananta Toer, 2003:134). Dari kutipan di atas terlihat bahwa semangat perjuangan Ara melemah

ketika kota Yogya jatuh ke tangan Belanda. Ara yakin bahwa kekalahan ini akibat

dari korupsi yang dilakukan orang-orang yang memiliki kedudukan di

pemerintahan. Pada peristiwa ini super ego sangat mendominasi Ara. Super ego

memiliki fungsi pokok menentukan benar tidaknya suatu tindakan dan

melaksanakan ukuran moralnya dengan jalan memberikan penghargaan berupa

perasaan bangga dan memberikan hukuman berupa perasaan bersalah. Ara merasa

tidak mampu berbuat apa-apa dalam perjuangan menjaga revolusi.

Page 50: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

50

… Pemimpin? Apa mereka itu berhak dinamakan pemimpin? Mereka tidak memimpin! Mereka menjerumuskan Revolusi. Pimpinan, apa yang sudah mereka berikan? Hanya omong besar mereka semburkan. Bah! Dan aku? Apa aku sendiri tidak ikut bersalah? Mengapa aku mesti menjadi begini konyol tersangkut di kampung celaka ini? Aku? Aku juga terkutuk! Tidak waspada menjaga Revolusi (Pramoedya Ananta Toer, 2003:135).

Setelah mendengar kabar mengenai jatuhnya Yogya, Ara hanya berjalan-

jalan tanpa tujuan. Di suatu taman Ara bertemu dengan seorang laki-laki yang

sepertinya pernah ia kenal. Ia berusaha untuk mengingat laki-laki itu dan akhirnya

ia tahu bahwa orang itu adalah Chaidir. Chaidir adalah seorang penyair yang dulu

pernah Ara temui di Yogya.

Pertemuannya dengan Chaidir ini sangat mempengaruhi pribadi Ara dalam

memandang dan memaknai Revolusi. Chaidir mengatakan kepada Ara bahwa

revolusi membutuhkan segala-galanya, apapun yang bisa diberikan oleh orang

kepada revolusi harus diterima dan bukan untuk ditolak. Chaidir adalah salah

seorang seniman yang memiliki semangat untuk berjuang membantu revolusi

dengan seni, namun banyak pemimpin yang meragukan dan mengecilkan peran

seni dalam revolusi. Chaidir memandang jatuhnya Yogya ke tangan Belanda

akibat para pemimpin yang angkuh dan gila hormat.

“Sandiwara?” kata perdana menteri, “apa yang bisa diperbuat sandiwara dalam masa orang tidak membutuhkan seni apapun juga sekarang ini?” Dan Chaidir dengan berapi-api membela seakan-akan sandiwara itu dirinya sendiri, “Dalam keadaan bagaimana pun setiap orang membutuhkan segala-galanya. Berikan apa yang mereka butuhkan. Tapi jangan padamkan api Revolusi. Berikan minyak pada api itu!” (Pramoedya Ananta Toer, 2003:137). Perjuangan Chaidir yang di remehkan oleh para pemimpin membuat

Chaidir seperti orang gila, matanya merah dan tubuhnya dekil. Ara sangat

Page 51: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

51

bersimpati kepada Chaidir, Ara berpikir bahwa seharusnya para pemimpin tidak

meremehkan peran seni dalam revolusi dan memadamkan semangat para seniman.

Ara tak dengar lagi kata Chaidir selanjutnya. Ia tatap pemuda itu kembali waktu pemuda itu bertanya. “kau ada uang, Ara? Aku lapar.” Mau rasanya Ara mengucurkan airmata untuk ke sekian kalinya dalam sehari ini. Api yang harus juga menanggung kelaparan! Api revolusi ini. Ara menggeleng. Dan baru sekarang Ara mulai bicara, “Apa guna makan hari ini? Yogya jatuh!” (Pramoedya Ananta Toer, 2003:137). Dari kutipan di atas terlihat bahwa super ego dalam diri Ara lebih

mendominasi. Super ego yang dalam fungsinya menekan atau merintangi

dorongan id mendorong Ara untuk tidak mempedulikan perutnya yang lapar,

karena revolusi yang selama ini diimpikannya harus kalah ketika Yogya harus

jatuh ke tangan Belanda akibat dari para pemimpin yang angkuh dan sombong.

Pertemuan antara Ara dan Chaidir akhirnya harus diakhiri, mereka berdua

berpisah di sebuah pertigaan jalan. Ara melanjutkan jalannya sampai kemudian

terdengar suara orang yang memanggil namanya. Orang yang memanggil

namanya tersebut ternyata Jusman, Ara mencoba mempercepat langkahnya namun

tangan Jusman telah mencengkeram tangannya. Ara tiba-tiba merasa tidak

memiliki kekuatan untuk melawan cengkeraman tangan Jusman dan hanya pasrah

mengikuti Jusman.

Jusman dan Ara naik sebuah becak menuju ke kampungnya sendiri,

namun di depan rumah orang Arab tersebut becak itu kemudian berbelok dan

masuk ke rumah. Sampai di rumah Jusman, Ara seperti kehilangan semangat yang

dulu pernah ia miliki. Ara tiba-tiba saja menuruti kemauan Jusman untuk tinggal

di rumahnya. Ara merasa sangat letih dan akhirnya tertidur di kamar yang telah

disediakan oleh Jusman.

Page 52: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

52

Ketika matahari telah tenggelam Ara terbangun dan teringat mengenai

kejatuhan Yogya dan juga Chaidir. Ara kaget dan hendak turun, namun kepalanya

terasa pening dan akhirnya ia tertidur lagi. Keesokan harinya ketika bangun, Ara

sudah ada di bawah kekuasaan Jusman. Ara harus menjadi tawanan dalam rumah

orang Arab tersebut dan tidak dapat berbuat apa-apa. Ara tidak diijinkan untuk

keluar rumah tanpa persetujuan Jusman.

Telah sebulan lebih Ara tinggal bersama Jusman, ia ingin sekali tahu apa

yang sedang terjadi di luar. Jusman tidak mungkin mengizinkan Ara untuk keluar,

akhirnya Jusman membelikan sebuah radio untuk memenuhi keinginan Ara. Pada

sebuah siaran radio Ara mendengar berita tentang kematian Chaidir. Ara teringat

kembali mengenai kejatuhan Yogya, tentang kekalahan, termasuk kekalahannya

sendiri. Keesokan harinya ia ingin mengetahui kelanjutan berita mengenai

Chaidir, seperti terlihat pada kutipan berikut. “Sudah sejak sepagi ia pasang radio,

tapi lanjutan berita tentang Chaidir ternyata tak ada. Revolusi yang mati di atas

bumi tanah air, dan bumi tanah air yang sedang dikepal musuh. Nasibnya seperti

aku. Tapi aku belum lagi mati. Aku baru menjalani lakon. Dan lakon ini,

bagaimanapun akan tamat” (Pramoedya Ananta Toer, 2003:148).

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Ara sudah kembali menemukan

kesadarannya. Selama dalam sekapan Jusman seolah-olah kesadarannya sebagai

seorang pejuang telah mati. Hal ini menunjukkan bahwa dalam diri Ara, super ego

kembali muncul mendorong ego untuk menemukan sosok dirinya sebagai bagian

dari perjuangan. Hal tersebut dibuktikannya dengan keinginannya menulis naskah

sandiwara yang berisi tentang kebesaran revolusi.

Sudah sejak di rumah ini ia ingin menulis, ia ingin mengarang. Tapi ia tidak mampu. Ia ingin menyusun sebuah repertoire sandiwara yang

Page 53: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

53

melukiskan kebesaran Revolusi, dan ia ingin tunjukkan dirinya sendiri di tengah-tengah situasi revolusioner, sebagai tokoh dan juga sebagai api revolusi itu sendiri. Ia akan tokohkan pikiran-pikirannya dan perasaan-perasaannya. Ia akan hukum pembesar-pembesar dan peguasa-peguasa jaman Revolusi itu, yang bercokol seperti feodal baru di atas pundaknya tubuh Revolusi, dan yang segera terbirit-birit apabila saatnya datang untuk menetukan sikap dan mengambil tindakan. Berkali-kali ia merancang bagan, tetapi selalu gagal (Pramoedya Ananta Toer, 2003:148 - 149). Keinginan Larasati untuk mengarang sebuah naskah sandiwara yang

melukiskan kebesaran revolusi seperti pada kutipan di atas merupakan bentuk

penemuan ego-nya yang selama dalam sekapan Jusman telah hilang. Ego Ara

untuk kembali menemukan keakuannya sebagai seorang seniman yang berjuang

demi revolusi merupakan hasil dorongan dari super ego. Berita mengenai

kematian Chaidir ini merupakan bentuk dari super ego karena kehadiran Chaidir

sangat berpengaruh dalam hidup Ara. Chaidir adalah seniman pejuang yang

pernah mengajarkan pada Ara bahwa seni adalah bagian dari perjuangan, dan Ara

akan merasa bersalah jika tidak meneruskan perjuangannya. Hal ini merupakan

bentuk kerja dari super ego yaitu melaksanakan ukuran moralnya dengan

memberikan hukuman dengan perasaan bersalah dan memberikan penghargaan

dengan perasaan bangga.

Ara tetap mencoba mencari berita tentang kematian Chaidir melalui radio,

namun tetap saja tidak ada. Ketika hari sudah mulai malam Jusman belum juga

pulang. Di tengah malam terdengar suara mobil berhenti di depan rumah. Mobil

tersebut dikendarai oleh seorang sersan Belanda yang memberitahukan bahwa

Jusman berada di rumah sakit. Ara keluar rumah dan mengambil bungkusan yang

terdapat lumuran darah, dan bungkusan tersebut berisi surat kabar pesanannya.

… segulungan koran dan majalah ada di dalamnya. Tiada sesuatu pun yang patut dicurigakan. Dan darah itu… Benda itu sekaligus memberitakan pada Ara, Jusman selalu ingat akan dirinya. sudah pasti ia

Page 54: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

54

meminta pada seseorang untuk menyampaikan padanya, apa yang dipesankannya pada Jusman. Ia terharu dan matanya berkaca-kaca. Dia cintai aku! Dia begitu jujur padaku. Tapi hatiku bukan buat dia. Hatiku buat sesuatu yang lain: Revolusi (Pramoedya Ananta Toer, 2003:151). Terlihat dari kutipan di atas bahwa terjadi pertentangan antara id dan super

ego, namun super ego mampu merintangi id dan mendorong ego untuk tetap

konsisten pada keakuannya yang telah terbangun dalam diri Ara. Ego sebagai

eksekutif atau pelaksana kepribadian mendorong Ara memilih berjuang demi

revolusi dari pada cinta yang diberikan oleh Jusman selama ini.

Kabar mengenai kondisi dan keberadaan Jusman tidak ada seorang pun

yang mengetahui. Ara tidak tahu harus berbuat dan bersikap mengenai berita yang

dibawa sersan Belanda itu.

… Buru-buru ia lari ke kamar dan meneliti segala penerbitan itu. Anehnya, mengapa aku sekarang tak dapat main sandiwara? Aku anak panggung ini? Ia tutup mukanya dengan kedua belah tangan untuk menyembunyikan wajahnya, untuk memperlihatkan pada mereka bahwa ia sedang bingung. Tetapi tambah ia mencoba bersandiwara, bertambah ia tak dapat menahan keinginan-keinginannya untuk segera meninggalkan panggung terkutuk sekarang ini dan mengikuti pengalaman-pengalaman Chaidir yang terakhir dalam penerbitan-penerbitan itu (Pramoedya Ananta Toer, 2003:154). Dari kutipan di atas terlihat keinginan Ara untuk kembali terlibat dalam

perjuangan. Ia ingin segera meninggalkan Jusman yang selama ini telah

menyekapnya sehingga membuat perjuangan Ara menjadi sia-sia. Hal ini

merupakan bentuk ego sebagai eksekutif kepribadian untuk menemukan kembali

pribadi Ara yaitu sebagai seorang seniman yang berjuang dalam revolusi.

Akhirnya ibunya datang menemui Ara dan mengajak Ara masuk ke kamar.

Mereka duduk berdua di ranjang berhadap-hadapan sebagai seorang ibu dan anak.

Terjadi percakapan antara mereka berdua. Ibunya dulu pernah berpesan kepada

Ara untuk pergi ke pedalaman dan jangan ke rumah orang Arab ini.

Page 55: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

55

“Ibu, kalau bisa ditempuh jalan itu, tentu sudah kutempuh.” “Mengapa pergi juga ke sarang ini?” “Kalau ada jalan keselamatan, tentu juga kutempuh jalan itu ibu.” “Sayang perjuanganmu jadi sia-sia, Ara.” Bulu badan Ara meremang. Sekaligus ia mengerti, bukan perjuangannya, tapi perjuangan ibunya yang telah dirusakkannya… (Pramoedya Ananta Toer, 2003:154 - 155). Dari percakapan antara Ara dan ibunya di atas tampak bahwa id Ara lebih

mendominasi ketika ia mau menuruti kemauan Jusman masuk ke rumahnya. Pada

waktu itu ego Ara benar-benar menjadi lemah ketika mendengar berita mengenai

jatuhnya Yogya ke tangan Belanda. Ego sebagai pelaksana kepribadian harus

mengikuti dorongan id karena super ego tidak mampu mendorong ego untuk

menentukan sikap Ara dalam melanjutkan perjuangan ketika Yogya jatuh.

Selama dalam sekapan Jusman ini Ara merasa dirinya telah kalah karena

tidak sanggup berbuat apapun untuk revolusi. Ara seharusnya mengikuti perintah

ibunya untuk kembali ke Yogya sehingga dapat membantu revolusi, namun ia

tetap tinggal di Jakarta dan memasuki sarang pembunuh, yaitu rumah Jusman.

Waktu itu Ara tidak dapat berbuat dan menentukan sikap setelah mendengar

jatuhnya Yogya. Akhirnya ia menuruti kemauan Jusman demi keselamatan

ibunya.

… “Ibu, kau pejuang yang gagah berani.” “Huss, diam.” “Tapi ibu, setiap pejuang harus selalu bersedia untuk kalah.” “Bersedia kalah?” “Dalam perjuangan, bukankah kekalahan harus selalu diterima sebagai sahabat?” “Ara, aku tidak mengerti. Tentu kau lebih tahu dari aku. Tapi aku sungguh menyesal kau datang kemari.” (Pramoedya Ananta Toer, 2003:155). Dari kutipan di atas terlihat bahwa Ara merasa dirinya telah kalah, namun

ia sanggup menerima kekalahan tersebut sebagai sahabat. Keputusan ini

merupakan bentuk ego Ara sebagai eksekutif kepribadian. Ego mampu

Page 56: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

56

menghubungkan antara dunia subjektif dan kenyataan, sehingga tidak terjadi

penyimpangan dalam diri Ara.

Keesokan harinya Ara didatangi seorang teman Jusman. Ara mencoba

mencari tahu siapa sebenarnya yang telah menembak Jusman tadi malam. Dari

informasi yang dia dapatkan, bahwa gerakan pemuda saat ini mulai meningkat

lagi. Ara mencoba untuk mengetahui kabar di luar lewat radio, berita-berita

mengabarkan pertempuran meletus di mana-mana, dan sekarang sedang mengarah

ke Jakarta.

Beberapa hari kemudian akhirnya Jusman pulang ke rumah dengan diantar

sebuah mobil militer Belanda. Jusman curiga bahwa Ara telah membawa masuk

laki-laki lain ke rumahnya selama ia ada di rumah sakit. Ia merasa cemburu,

namun Ara berani mengatakan bahwa selama ini dirinya bukan istri melainkan

tawanan dan Jusman tidak dapat berbuat apa-apa dengan jawaban Ara tersebut.

Pada suatu hari Ara berada di rumah sakit, sudah beberapa bulan ia

menjadi pasien spesialis penyakit dalam karena mengalami pendarahan-

pendarahan yang cukup serius selama beberapa minggu setelah kepulangan

Jusman. Di rumah sakit ini Ara mendapatkan kabar mengenai Republik yang

bersedia bekerja sama dengan Belanda.

… Lagi pula Republik sudah bersedia kerjasama dengan Belanda. Sebentar lagi pemimpin-pemimpin, yang ditawan di Prapat akan dikembalikan ke Yogya. Ara terlonjak bangun. Pemimpin? Masa pemimpin bisa diambil dan ditaruh kembali seperti bidak-bidak diatas papan catur? Tanpa diketahuinya darah menyembur dari pangkuannya, menjalar di lantai-lantai, merayap melingkar-lingkar. Ia terduduk kembali. Pemandangannya berkunang-kunang akhirnya pingsan (Pramoedya Ananta Toer, 2003:169). Dari kabar mengenai Republik yang bersedia bekerja sama dengan

Belanda serta para pemimpin yang akan dikembalikan ke Yogya membuat ego

Page 57: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

57

Ara yang semula telah menemukan keakuannya menjadi lemah kembali. Hal itu

tidak saja melemahkan ego Ara melainkan sampai menyerang kesehatan fisiknya.

Sembuh? Selama jusman terus-menerus menempel pada batang hidupnya, ia tidak mungkin sembuh dan pendarahan-pendarahan ini akan semakin hebat. Tiba-tiba ia menyadari keadaannya: alangkah busuknya, kalau aku mati karena pendarahan dan pendarahan yang disebabkan pemuda Arab, pengkhianat Revolusi ini…betapa konyolnya! Ah, konyolnya! (Pramoedya Ananta Toer, 2003:169 - 170). Ara menyadari keadaan dirinya selama ini tidak berguna bagi revolusi

karena keberadaan Jusman di sisinya. Hal ini merupakan bentuk dorongan dari

super ego yang melaksanakan ukuran moralnya dengan memberikan rasa bersalah

dalam diri Ara. Ia mengetahui bahwa selama ini Jusman adalah mata-mata yang

memberikan informasi kepada Belanda, sementara Ara sendiri adalah seorang

seniman republikein. Ara tidak sanggup berontak terhadap Jusman, hal ini

menyebabkan rasa bersalah timbul dalam dirinya.

Selama berada di rumah sakit Ara mencoba untuk mendapatkan kembali

kekuatan untuk menghadapi konflik batin yang dia alami. Ara mencoba untuk

memikirkan dan menyusun rencana agar dapat kembali diterima oleh masyarakat.

Dan dengan demikian lebih dari satu setengah bulan ia tergolek di ranjang rumah sakit. Di sini tak ada orang mengganggunya. Dengan tenang ia memikirkan bagaimana dapat menyusun diri kembali agar dapat diterima masyarakat setelah sembuh. Berita tentang kompromi antara Revolusi dan kontra-Revolusi yang akan melahirkan negara Indonesia Serikat, menyeretnya dari situasinya yang buruk ke situasi yang memberi harapan… (Pramoedya Ananta Toer, 2003:170). Keinginan Ara untuk menyusun rencana agar dapat diterima masyarakat

setelah sembuh merupakan bentuk dari kerja ego. Sebagai eksekutif kepribadian,

ego timbul karena kebutuhan organisme untuk berhubungan baik dengan dunia

luar. Ego merumuskan rencana-rencana untuk memenuhi keinginan yang selama

ini terhambat. Super ego yang merupakan aspek sosiologi dan moral kepribadian

Page 58: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

58

mendorong ego Ara untuk bekerja menyusun rencana agar dapat diterima

masyarakat.

Pada suatu hari Jusman datang mengunjungi Ara. Jusman terlihat tidak

seperti biasanya, ia seperti merasa tidak aman. Ara menduga bahwa bahwa

perkiraan politik telah membuat pemuda Arab ini menjadi panik. Jusman

bermaksud menikahi Ara agar tidak perlu lari ke Singapura atau Malaya karena

keadaan semakin memburuk. Ara tidak dapat memberikan jawaban dan akhirnya

Jusman harus lari ke Singapura.

Ara dan ibunya telah meninggalkan rumah Jusman dan kembali ke rumah

ibunya. Semangat revolusi semakin memudar di kampung-kampung karena

perundingan Meja Bundar tak kunjung memberikan hasil. Kampungnya telah

banyak ditinggali orang-orang, dan Ara sudah tidak merasakan lagi keramahan

yang dulu pernah mempengaruhinya. Orang-orang menjadi tidak peduli lagi

antara satu sama lain.

Pada suatu hari terdengar berita bahwa Tentara Nasional Indonesia akan

masuk ke Jakarta. Ini merupakan tanda bahwa revolusi telah menang, Belanda

akan segera meninggalkan bumi penjajahan. Orang-orang tidak peduli dengan

bentuk Serikat atau Kesatuan, yang penting bagi mereka adalah penjajahan

Belanda telah berakhir.

Presiden Soekarno memasuki Yogya menggantikan Gubernur Jenderal

Hindia Belanda sebagai Presiden Sementara Negara Republik Indonesia Serikat.

Orang berduyun-duyun membanjiri lapangan Merdeka Utara untuk mengikuti

upacara dan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Sewaktu upacara telah selesai,

Ara pulang menuju ke kampungnya, tiba-tiba ada sebuah jeep tentara yang hampir

Page 59: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

59

menyerempetnya. Jeep itu berhenti dan seorang laki-laki bertubuh tinggi keluar

dari mobil tersebut. ternyata laki-laki itu adalah Kapten Oding.

Pertemuan itu membuat keduanya sangat gembira, mereka saling

berpelukan untuk menyatakan kegembiraan. Ara kemudian mengikuti ajakan

Kapten Oding untuk naik mobil bersama, mobil tersebut menuju ke sebuah

gedung bekas tempat tinggal orang Belanda. Kapten Oding meminta Ara untuk

tinggal bersama di gedung itu, dan pada malam itu juga Ara dan ibunya pindah ke

gedung itu. Akhirnya mereka dapat merayakan kemenangan revolusi.

Berdasarkan uraian di atas, secara umum dapat diketahui bahwa di dalam

kepribadian Ara dipengaruhi oleh ketiga unsur dalam sistem kepribadian menurut

Sigmund Freud. Ketiga unsur tersebut yaitu id, ego dan super ego bekerja dan

saling mempengaruhi satu sama lain. Dalam tokoh Ara terlihat bahwa id dan

super ego selalu bertentangan, meskipun super ego lebih mendominasi namun ego

sebagai eksekutif kepribadian mampu menjadi jembatan antara keduanya. Ara

sebagai seorang seniman yang berjuang dalam revolusi harus mengalami

kekalahan ketika berada dalam sekapan Jusman, namun Ara mampu menerima

kekalahan tersebut sebagai sahabat. Hal ini karena ego Ara dapat bekerja dengan

baik untuk menyatukan antara dorongan id dan super ego, dan akhirnya Ara dapat

menikmati kemenangan revolusi.

Page 60: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

60

C. Sikap Tokoh Ara dalam Menghadapi Konflik

Pada bagian ini akan dibahas mengenai sikap yang diambil tokoh Ara

dalam menghadapi konflik.

Sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengeai objek atau situasi

yang relatif ajeg, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar kepada orang

tersebut untuk membuat respon atau berperilaku dalam cara yang tertentu yang dipilihnya (Bimo

Walgito, 1978:109).

Konflik timbul dalam situasi dimana terdapat dua atau lebih kebutuhan,

harapan keinginan dan tujuan yang tidak saling bersesuaian, saling bersaing dan

menyebabkan tarik menarik dan menimbulkan perasaan yang sangat tidak enak

(Davidoff, Linda L., 1991:178).

Dalam roman Larasati dikisahkan tokoh Ara adalah seorang aktris panggung dan juga

bintang film yang ingin pergi ke Jakarta. Ara akan kembali memasuki dunia film di daerah

pendudukan, kali ini ia akan bermain film untuk tujuan perjuangan melawan penjajahan.

… Jakarta! Oi, Jakarta! Aku boleh seorang pelacur! Aku boleh seorang sampah masyarakat! Aku seorang bintang film! Tapi beradat! Tidak. Aku juga punya tanah air. Aku, Larasati, bintang Ara. Sedang sebutan Miss pun aku tak pernah pakai. Ara! Cukup Ara. Mengapa mesti dengan Miss? Sebutan itu akan membuat aku berkulit putih. Apakah sebutan itu Cuma tantangan kaum pria, kalau aku milik siapa saja? (Pramoedya Ananta Toer, 2003:12). Dari kutipan di atas terlihat bahwa terjadi konflik dalam diri Ara. Pada masa pendudukan

Jepang, Ara sangat dekat sekali dengan perwira-perwira Jepang. Hal ini menciptakan pandangan

masyarakat bahwa dirinya adalah seorang pelacur dan sampah masyarakat. Ara tidak

mempedulikan pandangan masyarakat ini, Ara telah bertekad bahwa dirinya akan bermain film

untuk kepentingan perjuangan dan bukan untuk memusuhi perjuangan. Pandangan masyarakat atas

dirinya tidak membuat Ara mundur untuk berjuang, Ara tetap maju untuk berjuang dengan caranya

sendiri sebagai seorang seniwati.

Dalam perjalanan dari Cikampek ke Jakarta, Ara bertemu dengan seorang tua yang

kakinya cacat. Orang tua tersebut mengatakan kepada Ara bahwa tidak ada gunanya menghambat

perjuangan para pemuda. Ara merasa perannya dikecilkan oleh perkataan orang tua tersebut.

Page 61: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

61

Seorang berusia tua di sampingnya memulai percakapan dengannya, “Kalau sampai di Jakarta – nona ke Jakarta, bukan? – jangan lupakan pemuda-pemuda ini. Mereka sedang melahirkan sejarah. Tak ada guna menghambatnya. Lebih baik membantu mereka.” Larasati merasa dikecilkan oleh kata-kata orang tua itu, menukas, “Mengapa bapak sendiri tidak?” … … Kadang-kadang memang terasa olehnya bahwa heroisme dan patriotisme wanita di jaman Revolusi ini terletak pada kepalang-merahan saja! Tapi ia takkan meninggalkan kejuruannya. Ia cintai kejuruannya. Dan ia yakin, melalui kejuruannya ia pun dapat berbakti pada Revolusi. Ia merasa dirinya pejuang, berjuang dengan caranya sendiri (Pramoedya Ananta Toer, 2003:26). Dari kutipan di atas terlihat bahwa perkataan orang tua tersebut

membuat Ara merasa dikecilkan. Selama ini pandangan masyarakat

terhadap perempuan dalam perjuangan hanya terletak pada

kepalangmerahan. Namun pandangan masyarakat semacam ini tidak

membuat Ara mundur dalam berjuang membantu revolusi, ia tetap yakin

dapat berbakti terhadap perjuangan. Hal ini merupakan bentuk sikap Ara

dalam perjuangan, bahwa seni mampu berbakti dan memberikan

sumbangan dalam perjuangan.

Di atas kereta ketika dalam perjalanan tersebut Ara juga menemui

para pemuda yang rela untuk berjuang. Para pemuda ini tidak

menghiraukan nyawa mereka yang besok atau lusa mungkin hilang.

Peristiwa ini membuat konflik dalam diri Ara, ia merasa bersalah karena

selama ini tidak membantu dalam perjuangan. Ketika Ara mulai terlibat

dalam perjuangan ia harus menentukan sikap dalam perjuangan seperti

terlihat pada kutipan berikut, “Ara terhempas di tempatnya. Tidak, tidak

patut mereka dikhianati – mereka yang tidak mengharapkan apa-apa bagi

jiwanya yang besok atau lusa diberikan kepada maut. Ya, Allah, apa

sebenarnya yang sudah aku berikan kepada kemerdekaan ini? Mereka

sedang melahirkan sejarah. Apa aku lahirkan? Anak pun tidak” (Pramoedya

Ananta Toer, 2003:29).

Dari kutipan di atas terlihat bahwa untuk menyelesaikan konflik yang

dihadapinya, Ara tidak akan mengkhianati perjuangan para pemuda

tersebut. Hal ini merupakan bentuk sikap Ara dalam perjuangan, Ara

merasa dirinya belum memberikan sesuatu pun yang berarti dalam

Page 62: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

62

perjuangan sehingga tidak patut kalau ia harus mengkhianati perjuangan

para pemuda.

Sampai di Bekasi kereta yang ditumpangi Ara dihentikan oleh

serdadu-serdadu Nica, mereka bermaksud untuk melakukan penggeledahan

dan mencari para pengikut Soekarno. Semua penumpang mengalami

perlakuan yang kasar dan tidak menyenangkan dari serdadu-serdadu Nica.

Di stasiun Bekasi inilah Ara bertemu dengan Mardjohan, seorang announcer

di jaman Jepang dan sekarang menjadi sutradara sekaligus produser film.

Sebagai seorang announcer di zaman Jepang, Mardjohan melakukan

propaganda untuk kepentingan Jepang. Pada saat Sekutu datang untuk

mengusir Jepang, Mardjohan menjadi seorang sutradara dan juga produser

film. Mardjohan bertugas untuk membuat film-film dokumenter untuk

melemahkan semangat dan perlawanan para pejuang.

Sosok Mardjohan sebagai seorang pengkhianat dan oportunis

membuat Ara semakin menegaskan sikapnya sebagai seorang seniman yang

membaktikan hidupnya pada perjuangan. Meskipun Ara merasa dirinya

kotor, namun ia berusaha untuk tidak mengkhianati perjuangan seperti apa

yang dilakukan Mardjohan.

Dan Larasati tidak membantah. Bumi penjajahan ini membuat aku kian detik kian berpikir. Tak pernah demikian sebelumnya. Tak pernah ia meneropong dirinya sendiri. Kini ia dapatkan gambaran tentang dirinya sendiri agak jelas, kadang samar: menolak seluruh bentuk penjajahan apapun. Ia tak membutuhkan kehancuran orang lain dan dirinya sendiri. Ia inginkan suatu kehidupan damai, di mana ia dapat membaktikan seluruh hidupnya dengan kecakapan satu-satunya yang dimilikinya: main film. Bagaimanapun juga kotornya namaku aku akan tetap dapat berguna. Kotor? Tiba-tiba ia memberontak terhadap dirinya sendiri. Biar aku kotor, perjuangan tidak aku kotori. Revolusi pun tidak! Negara pun tidak! Rakyat apalagi! Yang aku kotori hanya sendiri. Bukan orang lain. Orang lain takkan rugi karenanya (Pramoedya Ananta Toer, 2003:44). Dari kutipan di atas terlihat bahwa Ara merasa dirinya kotor, pada masa

pendudukan Jepang Ara pernah dekat dengan perwira-perwira Jepang dan sempat

mengalami kehidupan yang penuh kemewahan. Kedekatan ini menciptakan

pandangan masyarakat bahwa dirinya adalah seorang pelacur. Pertemuannya

Page 63: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

63

dengan Mardjohan memberikan dasar bagi Ara untuk menentukan respon dan

sikap. Sekarang Ara telah mendapatkan gambaran mengenai dirinya, meskipun

namanya kotor ia tidak ingin mengotori dan mengkhianati perjuangan. Ara ingin

membaktikan dirinya untuk berjuang dengan kemampuannya sebagai seorang

pemain film.

Mardjohan berusaha membujuk Ara untuk mau bermain dalam film yang

akan dia buat, namun Ara menolak ajakan tersebut. Untuk membuat Ara mau

mengikuti ajakannya, Mardjohan membawa Ara ke sebuah penjara kolonial.

Dalam penjara ini Ara dihadapkan pada pilihan untuk mengikuti ajakan

Mardjohan atau bernasib seperti para tahanan. Di sini Ara bertemu dengan

beberapa tahanan yang kondisinya sangat menyedihkan, hal ini menyebabkan

konflik dalam diri Ara.

Dan sersan itu menghilang. Bintang film itu menghampiri tawanan itu. Meraba kakinya: panas di atas 41 derajat. Orang ini akan segera mati, pikir Larasati. Mati, berhadapan dengan pembunuhnya sendiri. Ada yang membunuh. Ada yang dibunuh. Ada peraturan. Ada undang-undang. Ada pembesar, polisi, dan militer. Hanya satu yang tidak ada: keadilan. Larasati ingin menghibur orang sakit itu. Orang telah jatuh di medan perjuangan – dia tidak bakal menyaksikan kemenangan. Mungkin beranak, mungkin beristeri. Mungkin juga tidak sama sekali. Namun ia berjuang…(Pramoedya Ananta Toer, 2003:60). Dari keadaan yang digambarkan di atas, terlihat bahwa Ara dihadapkan

pada situasi yang sangat ironis yang terjadi di negerinya. Seorang yang telah

berjuang untuk kebebasan dan kemerdekaan namun harus berakhir dalam penjara

dan kematian tanpa ada proses pengadilan. Dari kejadian ini Ara memandang

bahwa di negerinya ini sudah tidak ada lagi keadilan. Ara sangat ingin sekali

menolong tahanan itu namun ia sendiri tidak memiliki kekuatan serta kekuasaan

untuk menolong tahanan itu.

Page 64: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

64

Setelah melihat-lihat kondisi penjara, Mardjohan berharap agar Ara mau

menjadi bintang dalam film dokumenter yang telah ia siapkan rencananya. Ara

belum bisa memberikan jawaban atas ajakan Mardjohan tersebut dan meminta

untuk diantar pulang. Dalam perjalanan pulang, Ara merenungi kehidupannya

selama sehari kemarin.

Larasati menjauhkan mukanya pada pangkuan. Dalam sehari kemarin ia hidup dalam suasana ketakutan yang baru sekali ini dialaminya: begitu panjang, serasa tiada kan habis-habisnya. Dan sehari ini, walaupun merangkak begitu lambat, penuh kengerian, kebencian, kebuasan, kebinatangan. Kalau aku tak memiliki tubuh indah dan wajah cantik mungkin aku jadi sebagian dari mereka yang dibunuh pelan-pelan dalam penjara itu. Atau justru karena kedua-duanya aku jadi begini? Ia menggeleng lemah. Mungkin ini akan terus dialami diriku sampai hilang keindahan dan kecantikanku (Pramoedya Ananta Toer, 2003:66 - 67).

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Ara mengalami konflik dalam dirinya.

Ara berpikir bahwa selama ini kecantikan dan keindahan tubuhnya yang telah

membuat dirinya masih hidup. Seandainya Ara tidak memiliki kecantikan ini,

mungkin ia termasuk dari sebagian dari mereka yang dibunuh pelan-pelan dalam

penjara yang baru saja ia lihat. Dari kejadian yang telah dialaminya, Ara hanya

mampu memahami keadaannya namun ia tidak mampu untuk berbuat apa-apa atas

keadaan dirinya tersebut.

Setelah melihat keadaan penjara itu, akhirnya Ara pulang dengan diantar

oleh seorang sersan inlander. Dalam perjalanan pulang tersebut, sersan sopir

menyampaikan keinginannya untuk bergabung dengan pejuang di pedalaman. ia

bersama beberapa orang temannya akan melarikan sebuah mobil dan beberapa

senjata serta amunisi. Ara menyanggupi permintaan sersan sopir tersebut untuk

memberikan surat penghubung ke daerah pedalaman.

Page 65: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

65

Sesampainya di rumah ibunya, Ara menjumpai rumah tersebut dalam

keadaan kosong. Ara hanya bertemu dengan seorang kakek dan nenek yang

mengatakan bahwa ibunya bekerja menjadi babu di rumah orang Arab. Ia

berusaha mencari rumah orang Arab tersebut dan akhirnya berhasil bertemu

dengan ibunya.

Di rumah ibunya ini Ara sadar bahwa keadaan di daerah pendudukan sama

susahnya dengan di pedalaman. Ara tidak sempat memikirkan apa yang akan

dimakan hari ini, dan tidak mungkin ia minta makan kepada ibunya yang

kondisinya sangat menderita.

Tiba-tiba Larasati menjadi bingung. Pertanyaan itu tak pernah dipikirkannya sebelumnya. Apa kau minta makan dari ibu yang sudah setengah kelaparan? Apa mungkin? Ia gelengkan kepalanya yang indah. Matanya runtuh di atas ujung selopnya. Tidak. Ini bukan kesulitan yang pertama-tama. Ini kesulitan biasa. Tidak, aku bilang. Aku tidak akan serahkan diri pada lelaki siapa saja. Itu biarlah dilupakan oleh masa lampau. Sedang dulu pun ia tidak pernah serahkan diri tanpa sesuka hatinya sendiri… (Pramoedya Ananta Toer, 2003:82 - 83). Dari keadaan yang digambarkan di atas terlihat bahwa Ara mengalami

pertentangan dalam dirinya, ia tidak mungkin minta makan pada ibu yang

kondisinya sangat susah. Dalam kejadian ini Ara menyatakan sikapnya untuk

tidak menyerahkan tubuhnya hanya untuk sekedar mendapatkan makanan. Ara

menyadari bahwa kesulitan seperti ini bukan yang pertama kali ia hadapi, ia sudah

biasa menghadapi kesulitan semacam ini bersama para pejuang di daerah

pedalaman.

Di daerah pendudukan sering terjadi pertempuran antara pemuda dengan

tentara Nica. Setiap malam terdengar rentetan senjata otomatik dan ledakan

granat. Keadaan semacam ini tidak biasa terjadi di Yogya. Malam itu para

Page 66: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

66

pemuda di kampungnya melakukan penyergapan terhadap terntara Nica yang

sedang melakukan patroli.

Pada malam yang sama setelah terjadi pertempuran, Ara didatangi oleh

sersan sopir Nica yang telah mengantarkannya pulang. Sersan sopir itu akan

melarikan mobil dan beberapa pucuk senjata serta beberapa kawan untuk dibawa

ke pedalaman, namun sersan sopir itu ingin minta surat pada Ara sebagai bukti

perjuangan. Karena tidak ada kertas untuk menulis surat, Ara menjanjikan agar

sersan sopir itu besok kembali lagi.

Ketika sedang berpamitan tiba-tiba beberapa orang pemuda berpakaian

preman menyergap. Para pemuda mencurigai sersan yang bernama Martabat itu

sebagai mata-mata. Martabat berusaha menjelaskan maksudnya menemui Ara

kepada pemimpin pemuda, namun para pemuda tersebut tidak mau percaya.

Pemimpin pemuda itu tidak tahu apakah Ara dan Martabat adalah seorang

pejuang atau mata-mata, sehingga pemimpin pemuda meminta jaminan agar dapat

percaya.

Ara tidak tahu jaminan apa yang diminta oleh pemimpin pemuda tersebut.

Kemudian Ara mendapat pikiran bahwa mereka berdua sendiri sebagai

jaminannya. Ara dan Martabat akan ikut bertempur di bawah komando pemimpin

pemuda itu.

“Kau!” pemimpin itu menuding Ara. “Bintang film, kan?” Apa bisa diperbuat bintang film dalam pertempuran?” “Dram! Larasati membentak marah. “Tahu apa kau tentang perjuangan bintang film? Sedang para pemimpin bisa hargai perjuangank, mengapa kau tidak? Apa kau lebih besar dari mereka? Lepaskan ikatan dia. Kalau hanya bertempur, ayoh. Aku juga bisa bertempur di bawah komando yang baik. Kapan kau mau bertempur? Sekarang?” (Pramoedya Ananta Toer, 2003:93).

Page 67: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

67

Dari kejadian di atas terlihat bahwa Ara merasa direndahkan oleh sikap

pemimpin pemuda. Dalam kejadian ini Ara dihadapkan pada pendapat bahwa

bintang film tidak mampu memberikan sumbangan apapun pada perjuangan.

Sebagai bentuk sikap atas pernyataan pemimpin pemuda tersebut Ara menyatakan

untuk ikut bertempur pada malam itu juga.

Pasukan pemuda itu diam-diam mengawasi kedua orang itu, tak tahu apa yang mesti diperbuat. Melihat itu Ara segera menyerbu untuk menguasai suasana “Malam ini kami ikut bertempur. Mengapa diam semua?” “Ara!” seru ibunya. “Apa yang ditakuti, bu? Kita semua hidup terus-menerus dalam ketakutan. Apa kalian biasanya ketakutan? Tidak ada. Kalau revolusi menang, tidak seorang pun perlu takut lagi. Mari berangkat!” (Pramoedya Ananta Toer, 2003:93). Dari kutipan di atas terlihat sikap Ara dalam menghadapi pernyataan

pemimpin pemuda yang merendahkan peran bintang film dalam perjuangan. Ara

menyatakan keberaniannya untuk ikut bertempur malam itu juga. Pernyataan ini

merupakan bentuk sikap Ara atas pandangan yang merendahkan peran bintang

film dalam perjuangan.

Pada malam itu juga mereka bersiap untuk melakukan penyergapan

terhadap patroli Nica yang melewati kampung mereka. Dalam peristiwa

penyergapan ini Ara dihadapkan pada situasi yang belum pernah ia alami

sebelumnya, ia dihadapkan pada situasi saling bunuh-membunuh antara sesama

manusia bahkan sesama anak bangsa. Ketika petempuran telah pecah, Ara sangat

takut dan tidak dapat berbuat apa-apa. Dalam pertempuran itu pemimpin pemuda

terluka akibat pecahan granatnya sendiri dan akhirnya dibawa ke rumah sakit.

Keesokan hari setelah terjadinya pertempuran antara patroli Nica dengan

pemuda, tentara Belanda mendatangi kampung tersebut untuk melakukan

penggeledahan dan mencari orang-orang yang terlibat dalam penyergapan tadi

Page 68: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

68

malam. Semua penduduk kampung dikumpulkan dan disuruh berbaris. Dalam

pemeriksaan itu seorang kakek dan anak kecil dikeluarkan dari barisan, siapa saja

yang dikeluarkan dari barisan tidak akan pulang untuk selamanya. Orang yang

bertugas untuk menentukan dan menunjuk siapa saja orang-orang yang terlibat ini

menggunakan penutup kepala yang hanya terlihat kedua matanya yang berwarna

kuning.

Seusai penggeledahan, Ara memeriksa tas miliknya yang berisi ORI

(Oeang Republik Indonesia) dan ternyata uang itu hilang. Orang yang mengambil

uang ORI tersebut sebenarnya mengetahui bahwa Ara seorang republikein. Ara

merasa bahwa ia berada dalam bahaya, orang yang mengambil uang ORI tersebut

pasti memiliki maksud tersembunyi.

Ara akhirnya diminta oleh ibunya untuk kembali ke pedalaman karena

daerah pendudukan tidak aman untuknya, namun Ara bertekad untuk tetap tinggal

bersama ibunya. Keesokan harinya ketika ia bangun ibunya sudah tidak ada di

rumah, ia hanya bertemu dengan nenek yang juga menyarankannya untuk

meninggalkan daerah pendudukan.

“Mengapa aku mesti pergi?” “Ah kau, nak. Itu justru lebih berbahaya. Pergilah.” “Jadi si mata kuning itu kenal aku?” “Semua orang kenal siapa si mata kuning… Dengarkan kata kami, nak. Kau mesti pergi. Kau bisa celaka. Kau bisa mencelakakan semua orang di sini. Kau hanya seorang perempuan, tidak punya senjata pula. Kau juga tidak mungkin bisa pimpin nenek dan kakek-kakek ini bertempur.” “Biarlah, nek. Aku tinggal di sini.” “Kalau kau ditangkap jangan celakakan yang lain-lain.” “Insyaallah.” “Insyaallah? Akhirnya kau sendiri yang menentukan. Kau sendiri harus berusaha. Ingat kakek Mo dan anak itu. Mereka pun tidak akan seret yang lain-lain. Mereka sudah sedia untuk mati. Kami di sini belum kenal kau.” “Mereka akhirnya akan kenal aku. Aku sudah sebagian dari mereka.” (Pramoedya Ananta Toer, 2003:117).

Page 69: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

69

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Ara dihadapkan pada pilihan yang

sangat sulit, ia harus memilih antara tetap tinggal di daerah pendudukan atau

harus pergi meninggalkan daerah pendudukan. Jika tetap berada di daerah

pendudukan keselamatannya mungkin dalam bahaya, namun jika meninggalkan

daerah pendudukan mungkin keselamatnnya ibunya yang berada dalam bahaya.

Dari konflik yang dihadapinya ini Ara memutuskan untuk tetap tinggal di daerah

pendudukan, Ara mengambil keputusan ini karena ia menganggap dirinya sudah

menjadi seorang pejuang.

Setelah kejadian penggeledahan, rumah Ara didatangi oleh seorang laki-

laki dengan maksud untuk mencari Ara. Laki-laki tersebut adalah orang Arab

yang tinggal di rumah tempat ibunya bekerja sebagai babu. Ara bersembunyi di

belakang, dan akhirnya ditemui oleh nenek. Ara tidak dapat melihat wajah laki-

laki itu, ia hanya mendengar suaranya yang sepertinya pernah ia dengar. Sebelum

pergi laki-laki tersebut berpesan kepada nenek agar Ara datang ke rumahnya.

Setelah laki-laki itu pergi si nenek menjelaskan tentang keberadaan orang-orang

Arab di tempat ibu Ara bekerja. Nenek itu mengatakan kepada Ara bahwa orang-

orang Arab tersebut telah banyak membunuh penduduk di kampung ini.

Pada waktu itulah Larasati menyadari adanya bahaya yang mengancam

dirinya. Ara sepertinya telah mengenal tamu yang datang ke rumahnya, ia

mengenalinya sebagai kaki tangan Belanda yang tadi pagi memakai penutup

kepala untuk menunjuk orang-orang yang terlibat penyergapan. Ara menyadari

kedatangan tamu tersebut mencari dirinya, tamu itu menyandera ibunya agar Ara

mau datang ke rumahnya.

Tak pernah sebelumnya ia berlenggang begitu layu. Ayun tangannya begitu berat seperti batu gaib diikatkan pada pergelangannya. Ia tak tahu

Page 70: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

70

apakah waktu ini ia harus menangis atau menentang atau harus menyerah. Ah. Itu orang asing yang berkuasa atas hidup dan mati pewaris yang sah dari tanah air sendiri. Apa mungkin yang demikian terjadi? Kalau dia Belanda, masih dapat diterima. Tapi dia Arab, yang tak tahu-menahu tentang politik! – yang dia tahu cuma duit dan datang ke Indonesia hanya cari duit (Pramoedya Ananta Toer, 2003:123). Kedatangan orang Arab ke rumahnya tersebut menyebabkan konflik dalam

diri Ara, dia tidak tahu harus menentang atau menyerah untuk menghadapi orang

Arab tersebut.

Sampai di tengah-tengah perjalanan ia berhenti. Ia ragu. Apakah layak seorang wanita datang ke rumah seorang asing dalam house-coat? Ia berhenti berpegangan pada tiang listrik. Menarik nafas dalam. Lantas apa aku kenakan? Lantas apa mesti aku kenakan? Pakaian orang lain? Orang lain siapa? Revolusi ini tidak memberi sesuatu pun, dia minta dari setiap orang – segala-galanya. Mengapa si Arab itu meminta? Dia yang tidak punya sangkut-paut sedikit pun dengan Revolusi? Apakah aku dengan sukarela berjalan seorang diri menuju tiang gantungan? Mendadak ia tengadahkan kepalanya ke langit. Tidak! Tidak mungkin. Ia lepaskan pegangannya dari tiang listrik. Ia kepalkan tangannya dan digocohkannya tiang listrik itu sekali. Membalik dan bercepat-cepat pulang ke rumah. Ini bukan caranya. … Aku tunggu dia. Aku akan hadapi dia (Pramoedya Ananta Toer, 2003:123 - 124). Dari kutipan di atas terlihat sikap Ara yang tegas untuk tidak menyerah

terhadap ancaman yang ditujukan kepada dirinya, ia tidak akan mendatangi rumah

orang Arab tersebut. Ara bertekad untuk menunggu di rumah dan mencoba berani

untuk menghadapi orang Arab tersebut.

Setelah mengambil keputusan tersebut, Ara merasa lebih berani dari pada

sebelumnya. Ia merasa persoalan yang dihadapinya sekarang hanya dia sendiri

yang dapat menyelesaikannya. Pada malam harinya Martabat datang ke rumahnya

untuk meminta surat kepada Ara sebagai tanda bukti perjuangan untuk masuk ke

daerah pedalaman. Ara mengutarakan maksudnya kepada Martabat untuk ikut

pergi ke pedalaman bersama ibunya.

Page 71: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

71

“Maksudmu tidak ada tempat?” “Tentu saja tidak. Maksudku kami sedang melakukan terobosan maut. Itu tidak tepat bagi seorang wanita, walau kami ingin membawa.” Tak terkirakan kecil hati Larasati mendengar jawaban itu. Ia belum dimasukkan ke dalam kelas pejuang oleh si Martabat ini. Tapi ia menjaga agar tak membantah, tidak melukai rencana anak muda itu…” (Pramoedya Ananta Toer, 2003:125). Pernyataan Martabat kepada Ara tersebut membuat Ara merasa dikecilkan,

ia merasa belum dianggap sebagai seorang pejuang. Sebagai seorang perempuan

ia telah membuktikan dirinya sebagai seorang pejuang pada waktu ikut dalam

penyergapan kemarin malam. Dalam menghadapi keadaan ini Ara berusaha untuk

tetap bersikap baik terhadap Martabat, sebagai seorang pejuang ia tidak ingin

merusak rencana Martabat yang telah direncanakan dengan matang.

Keesokan harinya tamu orang Arab yang kemarin mencarinya akhirnya

datang. Tanpa dipersilakan tamu itu langsung masuk ke rumah. Tamu itu

memperkenalkan diri dengan nama Jusman, ia mengaku memiliki orkes gambus

dan bermaksud ingin mengajak Ara untuk bergabung sebagai penyanyi. Selama

percakapan itu berlangsung, Ara mengawasi tamu itu dan merasa semakin yakin

bahwa tamunya adalah orang yang memakai penutup kepala pada waktu

pemeriksaan oleh tentara Nica beberapa hari yang lalu. Ara mengenali tamu itu

dari warna matanya yang kuning.

Permintaan orang Arab agar Ara bergabung sebagai penyanyi dalam

orkesnya akhirnya ditolak Ara. Sebelum pergi orang Arab itu mengancam Ara

bahwa ibunya tidak akan selamat kalau Ara tidak memenuhi permintaan itu.

“Tapi nona, ibu nona juga di sana. Bagaimana pikir nona?” “Kau boleh ambil ibuku kalau suka. Dia boleh tidak pulang untuk selama-lamanya.” Pemuda Arab itu kini menatap nenek tapi tak berkata apa-apa. Akhirnya ia bangkit berdiri, bersiap hendak pulang, tetapi berhenti dan berpaling ke belakang, “Tapi ibu nona dalam bahaya.”

Page 72: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

72

“Aku tahu. Aku juga tahu mata siapa yang memandangi aku dari balik sarung guling kemarin dulu.” Pemuda Arab itu tiba-tiba menegakkan badan, menghadapi Ara, dengan mata tajam mengawasi. Dengan suara mengancam ia berbisik, “Jadi kau tahu, bagus.” (Pramoedya Ananta Toer, 2003:132). Dari peristiwa di atas terlihat bahwa Ara dihadapkan pada pilihan yang

sangat sulit, ia harus memilih antara keselamatannya sendiri atau keselamatan

ibunya. Namun terlihat bahwa dalam diri Ara telah terbangun sikap berani dalam

menghadapi ancaman tersebut. Keberanian Ara ini semakin terbangun karena

pengalaman-pengalamannya selama ini telah membentuk keberanian dalam diri

Ara.

Beberapa bulan berlalu dan ibunya juga tak kunjung pulang. Pada suatu

hari Ara memutuskan untuk mendatangi kantor Republik untuk mencari

pekerjaan, namun tidak ada satu pun kantor yang ada lowongan. Belanda

melancarkan aksi militernya pertama, di mana-mana terjadi pertempuran antara

patroli Belanda dengan pemuda. Ara tidak tahu banyak tentang keadaan politik

pada saat itu sampai akhirnya ia mendengar bahwa Yogya sudah jatuh ke tangan

Belanda.

… Ara tak banyak tahu tentang perkisaran politik. Tak banyak mengikuti diplomasi. Kota-kota jatuh ke tangan Belanda. Juga Yogya sendiri. dan berita runtuhnya Yogya disambut Ara dengan tangis tersedan-sedan. Dengan air mata yang mengucur sejadi-jadinya membasahi wajahnya yang kian menjadi kurus dan pucat. Tidak, keyakinanku tidak bisa digoncangkan dengan jatuhnya Yogya. Revolusi tidak pernah kalah. Setiap kekalahan yang dideritakannya tidak lain dari kemenangan kaum koruptor. Revolusi selalu menang (Pramodya Ananta Toer, 2003:134). Berita mengenai jatuhnya Yogya ke tangan Belanda membuat semangat

berjuang Ara menjadi lemah. Ara yakin bahwa jatuhnya Yogya ke tangan Belanda

akibat dari korupsi yang dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kedudukan di

pemerintahan. Dari kutipan yang ada di atas terlihat bahwa sikap Ara terhadap

Page 73: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

73

perjuangan tidak akan digoyahkan oleh jatuhnya Yogya, Ara yakin bahwa

revolusi tidak akan dapat dikalahkan oleh para koruptor.

Setelah mendengar kabar mengenai jatuhnya Yogya, Ara hanya berjalan-

jalan tanpa tujuan. Di suatu taman Ara bertemu dengan seorang laki-laki yang

sepertinya pernah ia kenal. Ia berusaha untuk mengingat laki-laki itu dan akhirnya

ia tahu bahwa orang itu adalah Chaidir. Chaidir adalah seorang penyair yang dulu

pernah Ara temui di Yogya.

Pertemuannya dengan Chaidir ini sangat mempengaruhi pribadi Ara dalam

memandang dan memaknai Revolusi. Chaidir mengatakan kepada Ara bahwa

revolusi membutuhkan segala-galanya, apapun yang bisa diberikan oleh orang

kepada revolusi harus diterima dan bukan untuk ditolak. Chaidir adalah salah

seorang seniman yang memiliki semangat untuk berjuang membantu revolusi

dengan seni, namun banyak pemimpin yang meragukan dan mengecilkan peran

seni dalam revolusi. Chaidir memandang jatuhnya Yogya ke tangan Belanda

akibat para pemimpin yang angkuh dan gila hormat.

Pertemuan antara Ara dan Chaidir akhirnya harus diakhiri, mereka berdua

berpisah di sebuah pertigaan jalan. Ara melanjutkan jalannya sampai kemudian

terdengar suara orang yang memanggil namanya. Orang yang memanggil

namanya tersebut ternyata Jusman, Ara mencoba mempercepat langkahnya namun

tangan Jusman telah mencengkam tangannya. Ara tiba-tiba merasa tidak memiliki

kekuatan untuk melawan cengkaman tangan Jusman dan hanya pasrah mengikuti

Jusman.

Mulai hari itu Ara telah berada di bawah kekuasaan Jusman, Ara harus

menjadi tawanan dalam rumah orang Arab tersebut tanpa dapat berbuat apapun

Page 74: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

74

untuk perjuangan. Telah sebulan lebih Ara tinggal bersama Jusman, ia tidak tahu

sama sekali mengenai keadaan yang terjadi di luar. Jusman tidak akan

mengizinkan Ara untuk keluar rumah, akhirnya Jusman membelikan sebuah radio

untuk memenuhi keinginan Ara. Pada sebuah siaran radio Ara mendengar berita

mengenai kematian Chaidir. Ara teringat kembali mengenai kejatuhan Yogya,

tentang kekalahan, termasuk kekalahannya sendiri.

Chaidir mati. Chaidir? Yogya telah jatuh. Para penguasa dan pembesar sudah kibarkan bendera kain kafan, menyerahkan diri dalam perlindungan Sri Ratu. Sekarang Chaidir pula. Dia meninggal! Dia – Revolusi itu sendiri! Dan aku – aku sendiri telah patah dua di sini. Aku – Revolusi itu sendiri juga, seperti kata Chaidir. Apa nasibnya Revolusi kemudian? Chaidir mati. Chaidir anak kerempeng bermata merah itu (Pramoedya Ananta Toer, 2003:147). Berita menegenai kematian Chaidir menyebabkan konflik dalam diri Ara,

ia merasa bahwa revolusi sudah kalah termasuk Ara sendiri. Ara merasa kalah

karena selama ini tidak dapat berbuat apapun untuk perjuangan selama di bawah

kekuasaan Jusman. Namun berita mengenai kematian Chaidir ini tidak selamanya

membuat padam semangat Ara dalam berjuang, ia mencoba untuk menemukan

kembali dirinya sebagai bagian dari perjuangan dengan keinginannya menulis

naskah sandiwara yang berisi tentang kebesaran revolusi.

Sudah sejak di rumah ini ia ingin menulis, ia ingin mengarang. Tapi ia tidak mampu. Ia ingin menyusun sebuah repertoire sandiwara yang melukiskan kebesaran Revolusi, dan ia ingin tunjukkan dirinya sendiri di tengah-tengah situasi revolusioner, sebagai tokoh dan juga sebagai api revolusi itu sendiri. Ia akan tokohkan pikiran-pikirannya dan perasaan-perasaannya. Ia akan hukum pembesar-pembesar dan peguasa-peguasa jaman Revolusi itu, yang bercokol seperti feodal baru di atas pundaknya tubuh Revolusi, dan yang segera terbirit-birit apabila saatnya datang untuk menetukan sikap dan mengambil tindakan. Berkali-kali ia merancang bagan, tetapi selalu gagal (Pramoedya Ananta Toer, 2003:148 - 149). Keinginan Larasati untuk mengarang sebuah naskah sandiwara yang

melukiskan kebesaran revolusi seperti pada kutipan di atas merupakan bentuk

Page 75: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

75

sikap Ara sebagai seorang seniman yang berjuang demi revolusi. Ia merasa

selama ini tidak mampu untuk berbuat apa-apa terhadap perjuangan, dan sekarang

ia ingin membuktikan dirinya sebagai bagian dari perjuangan.

Ara tetap mencoba mencari berita tentang kematian Chaidir melalui radio,

namun tetap saja tidak ada. Ketika hari sudah mulai malam Jusman belum juga

pulang. Di tengah malam terdengar suara mobil berhenti di depan rumah. Mobil

tersebut dikendarai oleh seorang sersan Belanda yang memberitahukan bahwa

Jusman berada di rumah sakit. Ara keluar rumah dan mengambil bungkusan yang

terdapat lumuran darah, dan bungkusan tersebut berisi surat kabar pesanannya.

… segulungan koran dan majalah ada di dalamnya. Tiada sesuatu pun yang patut dicurigakan. Dan darah itu… Benda itu sekaligus memberitakan pada Ara, Jusman selalu ingat akan dirinya. sudah pasti ia meminta pada seseorang untuk menyampaikan padanya, apa yang dipesankannya pada Jusman. Ia terharu dan matanya berkaca-kaca. Dia cintai aku! Dia begitu jujur padaku. Tapi hatiku bukan buat dia. Hatiku buat sesuatu yang lain: Revolusi (Pramoedya Ananta Toer, 2003:151). Dari kejadian yang digambarkan di atas, terlihat bahwa terjadi

pertentangan di dalam diri Ara. Ia harus memilih antara berjuang untuk revolusi

atau cinta kasih yang selama ini telah diberikan Jusman. Dalam menghadapi

pilihan ini Ara menunjukkan sikapnya yang tegas untuk tetap konsisten berjuang

demi revolusi.

Selama dalam sekapan Jusman ini Ara merasa dirinya telah kalah karena

tidak sanggup berbuat apapun untuk revolusi. Ara seharusnya mengikuti perintah

ibunya untuk kembali ke Yogya sehingga dapat membantu perjuangan, namun ia

tetap tinggal di Jakarta dan memasuki sarang pembunuh, yaitu rumah Jusman.

Waktu itu Ara tidak dapat berbuat dan menentukan sikap setelah mendengar

Page 76: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

76

jatuhnya Yogya. Akhirnya ia menuruti kemauan Jusman demi keselamatan

ibunya.

… “Ibu, kau pejuang yang gagah berani.” “Huss, diam.” “Tapi ibu, setiap pejuang harus selalu bersedia untuk kalah.” “Bersedia kalah?” “Dalam perjuangan, bukankah kekalahan harus selalu diterima sebagai sahabat?” “Ara, aku tidak mengerti. Tentu kau lebih tahu dari aku. Tapi aku sungguh menyesal kau datang kemari.” (Pramoedya Ananta Toer, 2003:155). Dari kutipan di atas terlihat bahwa Ara mampu menunjukkan sikap yang

tegar dalam menghadapi konflik yang sedang ia alami, sebagai pejuang Ara

sanggup menerima kekalahan tersebut sebagai sahabat. Meskipun Ara merasa

dirinya telah kalah selama berada di bawah kekuasaan Jusman, namun Ara

berusaha untuk tetap tidak mengkhianati perjuangan.

Pada suatu hari Ara berada di rumah sakit, sudah beberapa bulan ia

menjadi pasien spesialis penyakit dalam karena mengalami pendarahan-

pendarahan yang cukup serius selama beberapa minggu setelah kepulangan

Jusman. Di rumah sakit ini Ara mendapatkan kabar mengenai Republik yang

bersedia bekerja sama dengan Belanda.

… Lagi pula Republik sudah bersedia kerjasama dengan Belanda. Sebentar lagi pemimpin-pemimpin, yang ditawan di Prapat akan dikembalikan ke Yogya. Ara terlonjak bangun. Pemimpin? Masa pemimpin bisa diambil dan ditaruh kembali seperti bidak-bidak diatas papan catur? Tanpa diketahuinya darah menyembur dari pangkuannya, menjalar di lantai-lantai, merayap melingkar-lingkar. Ia terduduk kembali. Pemandangannya berkunang-kunang akhirnya pingsan (Pramoedya Ananta Toer, 2003:169). Dari kabar mengenai Republik yang bersedia bekerja sama dengan

Belanda serta para pemimpin yang akan di kembalikan ke Yogya meyebabkan

timbulnya konflik dalam diri Ara. Semuala Ara telah mendapatkan kembali

Page 77: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

77

semangatnya sebagai seorang pejuang, namun sekarang semangatnya telah

melemah dan bahkan sampai menyerang fisiknya.

Sembuh? Selama jusman terus-menerus menempel pada batang hidupnya, ia tidak mungkin sembuh dan pendarahan-pendarahan ini akan semakin hebat. Tiba-tiba ia menyadari keadaannya: alangkah busuknya, kalau aku mati karena pendarahan dan pendarahan yang disebabkan pemuda Arab, pengkhianat Revolusi ini…betapa konyolnya! Ah, konyolnya! (Pramoedya Ananta Toer, 2003:169 - 170). Ara menyadari keadaan dirinya selama ini tidak berguna bagi revolusi

karena keberadaan Jusman di sisinya. Ia mengetahui bahwa selama ini Jusman

adalah mata-mata yang memberikan informasi kepada Belanda, sementara Ara

sendiri adalah seorang seniman republikein. Ara tidak sanggup berontak terhadap

Jusman, hal ini menyebabkan rasa bersalah timbul dalam dirinya.

Pada suatu hari Jusman datang mengunjungi Ara. Jusman terlihat tidak

seperti biasanya, ia seperti merasa tidak aman. Ara menduga bahwa bahwa

perkiraan politik telah membuat pemuda Arab ini menjadi panik. Jusman

bermaksud menikahi Ara agar tidak perlu lari ke Singapura atau Malaya karena

keadaan semakin memburuk. Ara tidak dapat memberikan jawaban dan akhirnya

Jusman harus lari ke Singapura.

Ara dan ibunya telah meninggalkan rumah Jusman dan kembali ke rumah

ibunya. Semangat revolusi semakin memudar di kampung-kampung karena

perundingan Meja Bundar tak kunjung memberikan hasil. Pada suatu hari

terdengar berita bahwa Tentara Nasional Indonesia akan masuk ke Jakarta. Ini

merupakan tanda bahwa revolusi telah menang, Belanda akan segera

meninggalkan bumi penjajahan. Orang-orang tidak peduli dengan bentuk Serikat

atau Kesatuan, yang penting bagi mereka adalah penjajahan Belanda telah

berakhir.

Page 78: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

78

Meskipun Ara merasa dirinya kalah, ia sanggup menerima kekalahan

tersebut dengan besar hati. Ara menunjukkan sikap hormatnya terhadap

perjuangan dengan cara tidak mengkhianati perjuangan, dan akhirnya Ara dan

ibunya dapat menikmati kemenangan revolusi.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa Ara mengalami konflik

dalam dirinya. Konflik-konflik yang dialami Ara timbul karena pertentangan-

pertentangan antara dirinya dengan tokoh-tokoh lain serta situasi sosial yang

sedang dihadapinya. Kehadiran tokoh-tokoh lain dalam kehidupan Ara seperti

Mardjohan dan Jusman merupakan penyebab utama timbulnya konflik dalam diri

Ara. Kehadiran dua tokoh yang memiliki sifat oportunis dan juga pengkhianat ini

menghambat serta mempengaruhi keyakinan Ara terhadap perjuangan.

Dalam menghadapi konflik ini Ara dihadapkan pada situasi serta keadaan

yang melemahkan semangatnya dalam berjuang. Namun dalam menghadapi

konflik ini tokoh Ara menunjukkan sikapnya yang tegas untuk tetap berjuang

dengan caranya sendiri sebagai seorang seniwati dan berusaha untuk tidak

berkhianat terhadap perjuangan. Sikap tokoh Ara ini terbentuk dari pengalaman-

pengalaman serta pertemuannya dengan tokoh pemimpin pemuda dan Chaidir

yang membentuk pribadi Ara menjadi seorang pejuang.

BAB V

PENUTUP

Page 79: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

79

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis, maka dapat ditarik beberapa

kesimpulan dari keseluruhan analisis roman Larasati sebagai berikut.

Melalui teori kepribadian psikoanalisis Sigmund Freud diperoleh gambaran tentang struktur

kepribadian tokoh Ara yang dipengaruhi oleh id, ego dan super ego. Ketiga sistem dalam

struktur kepribadian ini saling bekerja dan mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Dalam

diri tokoh Ara, peran ego sebagai eksekutif kepribadian dapat bekerja dengan baik sehingga

mampu menjadi jembatan antara id dengan super ego. Namun dalam beberapa kejadian,

dorongan super ego lebih dominan dari pada id, hal inilah yang membentuk kepribadian Ara

menjadi seorang seniwati yang terlibat dalam perjuangan. Super ego yang merupakan aspek

moral kepribadian mendorong pribadi Ara untuk tetap konsisten pada perjuangan.

Konflik-konflik yang dialami Ara timbul karena pertentangan-pertentangan antara dirinya dan

tokoh-tokoh lain serta situasi sosial yang sedang dihadapinya. Kehadiran tokoh-tokoh lain

dalam kehidupan Ara seperti Mardjohan dan Jusman merupakan penyebab utama timbulnya

konflik dalam diri Ara. Kehadiran dua tokoh yang memiliki sifat oportunis dan juga

pengkhianat ini menghambat serta mempengaruhi keyakinan Ara terhadap perjuangan.

Dalam menghadapi konflik ini Ara dihadapkan pada situasi serta keadaan yang melemahkan

semangatnya dalam berjuang. Namun dalam menghadapi konflik ini tokoh Ara menunjukkan

sikapnya yang tegas untuk tetap berjuang dengan caranya sendiri sebagai seorang seniwati dan

berusaha untuk tidak berkhianat terhadap perjuangan. Sikap tokoh Ara ini terbentuk dari

pengalaman-pengalaman serta pertemuannya dengan tokoh pemimpin pemuda dan Chaidir

yang membentuk pribadi Ara menjadi seorang pejuang.

B. Saran

Saran yang peneliti sampaikan di sini berhubungan erat dengan hal-

hal yang bisa dikembangkan dalam penelitian ini.

1. Secara teoretis, peneliti mengharapkan penelitian ini dapat dikembangkan untuk memperluas

wacana tentang penelitian sastra, khususnya dalam kerangka psikologi sastra.

Page 80: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

80

2. Secara praktis, peneliti mengharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan

pengetahuan bagi siapa saja yang mencermati segala sesuatu tentang kepribadian, atau yang

berminat pada kondisi kejiwaan manusia secara umum.

3. Secara umum, penelitian ini diharapkan mampu menjadi penegas kehadiran ilmu sastra dalam

masyarakat, setidaknya menegaskan bahwa ilmu sastra tidak kehilangan makna dan manfaat

di tengah masyarakat.

4. Penelitian terhadap roman Larasati karya Pramoedya Ananta Toer diharapkan agar dapat

dilakukan dengan konsep dan teori lain yang makin bervariasi.

DAFTAR PUSTAKA Abu Ahmadi. 1979. Psikologi Sosial. Surabaya: Bina Ilmu. Andre Hardjana. 1985. Kritik Sastra: Sebuah Pengantar. Jakarta: Gramedia. Atar Semi, M. 1993. Anatomi Sastra. Bandung: Angkasa Raya. Bimo Walgito. 1978. Psikologi Sosial: Suatu Pengantar. Yogyakarta: Andi

Offset. ____________. 1997. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset. Burhan Nurgiyantoro. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press. Davidoff, Linda L. 1991. Psikologi Suatu Pengantar (diterjemahkan oleh Mari

Jumiati). Jakartta: Erlangga. Dick Hartoko dan B. Rahmanto. 1986. Pemandu di Dunia Sastra. Yoyakarta:

Kanisius. Fuad Hasan. 1984. Kamus Istilah Psikologi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan. Gerungan, W. A. 1991. Psikologi Sosial. Bandung: Ereco. Hall, S. Calvin dan Lindzey Gardner. 1993. Teori-teori Psikodinamik (klinis)

(edisi terjemahan oleh A. Supratikna). Yogyakarta: Kanisius. Kartini Kartono. 1996. Psikologi Umum. Bandung: Mandar Maju.

Page 81: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

81

Moleong, Lexy J. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Pemuda Rosda Karya.

Mursal Esten. 1984. Sastra Indonesia dan Tradisi Sub Kultur. Bandung: Angkasa. __________. 1990. Kesusatraan Pengantar Teori dan Sejarah. Bandung:

Angkasa. Pramoedya Ananta Toer. 2002. Korupsi. Jakarta: Hasta Mitra. ___________________. 2003. Larasati. Jakarta: Lentera Dipantara. Putu Arya Tirtawirya. 1995. Apresiasi Puisi dan Prosa. Jakarta: Ikrar Mandiri

Abadi. Saifuddin Azwar. 1988. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:

Liberty. Siswantoro. 2005. Metode Penelitian Sastra: Analisis Psikologi Sastra. Surakarta:

Muhammadyah University Press. Soediro Satoto. 1991. Metode Penelitian Sastra (Buku Pegangan Kuliah).

Surakarta: UNS Press. ____________. 1998. Telaah Drama Indonesia I (Buku Pegangan Kuliah).

Surakarta: UNS Press. Sumadi Suryabrata. 1993. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Tarigan, Henry Guntur. 1985. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. Jakarta:

Pustaka Jaya. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1995. Kamus

Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Usman Efffendi dan Juhaya S. Raja. 1993. Pengantar Psikologi. Bandung:

Angkasa Wellek, Rene dan Austin Warren. 1990. Teori Kesusastraan (edisi terjemahan

oleh Melanie Budianta). Jakarta: Gramedia. Zainuddin Fananie. 2000. Telaah sastra. Surakarta: Muhammadyah University

Press.

Page 82: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

82

LAMPIRAN I

SINOPSIS ROMAN LARASATI

KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER

Roman ini mengisahkan perjalanan seorang perempuan bernama Larasati

atau Ara dari daerah pedalaman (Yogyakarta) ke daerah pendudukan (Jakarta).

Ara adalah seorang aktris panggung dan bintang film yang ingin mulai lagi main

film untuk kepentingan revolusi. Dalam perjalanannya tersebut ia bertemu dengan

pejuang-pejuang yang rela mengorbankan nyawanya demi kemerdekaan. Dari

pertemuan tersebut ia berjanji tidak akan bermain film untuk propaganda Belanda

melainkan untuk kepentingan perjuangan.

Pada sebuah tempat pemberhentian yang dikuasai oleh penguasa

pendudukan, ia bertemu dengan Mardjohan yang mengabdikan diri pada penjajah

hanya untuk mendapatkan keuntungan serta kenikmatan hidup. Mardjohan adalah

seorang sutradara dan juga produser film yang bertugas untuk membuat film

propaganda untuk melemahkan perjuangan bangsa Indonesia. Ara kemudian

dibawa oleh Mardjohan untuk bertemu dengan pimpinannya.

Page 83: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

83

Agar maksud Mardjohan tercapai, ia membawa Ara ke sebuah penjara

agar menyaksikan penderitaan yang akan dialami jika Ara tidak mau bekerja

sama. Di dalam penjara tersebut ia menyaksikan penderitaan yang harus dialami

para tawanan, namun bukan berarti Ara akan mau bekerja sama setelah

menyaksikan penderitaan tersebut. Ara justru semakin menegaskan sikapnya

untuk tidak mau bekerja sama dengan para pengkhianat.

Dari penjara Ara dibawa dengan mobil untuk istirahat, dalam perjalanan

ini Ara dibawa oleh seorang sopir NICA yang ternyata ingin menggabungkan diri

dengan para pejuang, Ara menyetujui dan berjanji akan memberinya surat agar

diterima oleh para pejuang di daerah pedalaman. Kemudian Ara minta diantar

sampai ke sebuah kampung di mana ibunya tinggal dan berjanji kepada sopir

NICA tersebut untuk bertemu esok harinya.

Kampung tempat tinggal ibunya tersebut ternyata adalah kampung para

pejuang yang sering dilewati patroli NICA. Para pemuda di kampung tersebut

semuanya bergerilya dan hanya orang-orang yang sudah tua saja yang berani

keluar. Di tempat inilah Ara terlibat dan merasakan pertempuran berlangsung. Ara

menyaksikan langsung bagaimana para pemuda kehilangan nyawanya demi

sebuah kemerdekaan.

Keesokan harinya Belanda melakukan penggeledahan untuk mencari

orang-orang yang terlibat dalam penyergapan. Orang yang menjadi algojo tersebut

adalah orang Arab yang tinggal dirumah tempat ibunya bekerja. Ara sangat benci

sekali dengan orang ini dan ingin membawa ibunya untuk keluar dari tempat

tersebut, namun ternyata orang Arab tersebut menyekap ibunya. Orang Arab

tersebut hanya akan melepaskan ibunya jika Ara mau tinggal bersama dengannya.

Page 84: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

84

Ibunya menyuruh agar Ara pergi dari daerah pendudukan (Jakarta) dan

melupakan nasib ibunya. Untuk beberapa waktu Ara hidup di jalanan, selama di

jalanan tersebut ia bertemu dengan seorang kawan lamanya seorang penyair yang

bernama Chaidir. Pertemuan dengan kawannya ini sangat berkesan sekali

baginya, Ara akhirnya mengenal revolusi yang sesungguhnya, bukan revolusi

yang penuh dengan kebohongan dan pengkhianatan.

Pada suatu waktu akhirnya Ara harus jatuh ke pelukan orang Arab

(Jusman), karena Ara tidak sanggup meninggalkan ibunya. Ia merasakan betapa

rendah dirinya dalam keadaan kekalahan. Ara merasakan hatinya pedih selama di

bawah kekuasaan orang Arab yang selama ini dibencinya, orang yang selama ini

telah mengambil nyawa orang-orang yang memperjuangkan sebuah kemerdekaan.

Selama dalam kekuasaan Jusman, Ara tidak dapat melakukan sesuatu yang berarti

untuk perjuangan, sementara banyak anak muda yang rela kehilangan nyawa demi

kemerdekaan. Konflik batin serta moral yang harus ia tanggung semakin berat dan

akhirnya ia harus menanggung sakit.

Waktu terus berjalan sampai akhirnya terdengar sebuah berita bahwa

Tentara Nasional Indonesia akan masuk ke Jakarta. Presiden Soekarno memasuki

Jakarta sebagai presiden menggantikan Gubernur Jenderal Belanda. Ara dan

ibunya meninggalkan rumah orang Arab tersebut karena Jusman harus lari ke

Malaya atau Singapura. Akhirnya Ara bertemu dengan kapten Oding, teman

seperjuangan ketika berada di Yogya. Mereka akhirnya tinggal bersama di sebuah

rumah bekas orang Belanda dan menikmati kemerdekaan.

Page 85: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

85

LAMPIRAN II

A. RIWAYAT HIDUP PRAMOEDYA ANANTA TOER

Pramoedya Ananta Toer lahir di Blora, 6 Februari 1925. Blora

merupakan kota kecil yang sangat bersejarah bagi Pramoedya. Banyak dari

cerita-ceritanya berlatar belakang geografis kota tersebut, misalnya Cerita

dari Blora, roman Perburuan dan Bukan Pasarmalam. Karena di kota Blora

itu ia dilahirkan dan dibesarkan, maka Pramoedya sangat paham mengapa

dan bagaimana peristiwa-peristiwa yang menjadi inspirasi cerita-ceritanya

itu terjadi.

Pramoedya Ananta Toer adalah anak sulung dari sebuah keluarga

Islam nasionalis. Ayahnya, Pak Mastoer (nama ini kemudian hanya

disingkatnya menjadi “Toer” saja dengan pertimbangan bahwa kata “Mas”

dalam “Mastoer” sangat feodal), adalah seorang guru HBS (Holandsch

Islandsche School) sebelum kemudian pindah dan mengajar di sekolah

partikelir IBO (Institut Boedi Oetomo). Ketika krisis ekonomi melanda serta

datang tekanan pemerintah kolonial Belanda terhadap sekolah-sekolah liar,

membuat IBO banyak ditinggalkan murid-muridnya yang tidak sanggup lagi

Page 86: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

86

membayar atau merasa bahwa IBO tidak bisa menjanjikan masa depan

karena karena tidak diakui pemerintah. Pak Mastoer akhirnya kembali

menjadi guru HIS, walaupun yang terjadi kemudian hari tak lebih dari

sekedar berstatus sebagai guru pengganti. Tindakan sang ayah sangat

mengecewakan Pramoedya yang menganggap sang ayah telah berkapitulasi

atau berkompromi dengan kekuasaan kolonial Belanda, meskipun ia dapat

memahami hal tersebut mengingat kondisi yang ada.

Aktivitas Pak Mastoer sendiri sebagai tokoh pergerakan di masa itu

cukup dikenal oleh masyarakat sekitar Blora. Pak Mastoer antara lain aktif

berpolitik menjadi anggota Partai Nasionalis Indonesia (PNI) pimpinan

Soekarno. Beliau juga seorang aktivis pendidikan yang melalui IBO, banyak

mendirikan kursus-kursus kejuruan bagi pribumi serta menerbitkan buku-

buku perjuangan dan pelajaran. Aktivitasnya itu dapat diduga sangat

berpengaruh pada perwatakan Pramoedya kecil, terutama tumbuhnya jiwa

kerakyatan dan kebangsaan dalam dirinya, meskipun hal ini sangat terbatas

sejauh pemahamannya sebagai anak kecil.

Selain ayahnya orang yang sangat berpengaruh dalam kehidupan

masa kecil Pramoedya, sosok ibunya juga memberikan pengaruh yang tidak

sedikit. Ibunya adalah seorang aktivis perempuan bernama Oemi Saidah. Ia

adalah anak dari seorang selir penghulu Rembang yang telah melahirkan

Oemi Saidah yang diceraikan dan diusir dari kediaman penghulu. Kisah

hidup neneknya yang demikian menjadi inspirasi bagi Pramoedya untuk

menulis roman Gadis Pantai, sebuah unfinished novel, karena roman itu

sebenarnya adalah buku pertama dari sebuah trilogi. Sangat disayangkan

Page 87: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

87

bahwa dua naskah lainnya hilang dalam huru-hara 1965, saat ketika banyak

naskah Pramoedya dirampas dan dibakar sebelum sempat diterbitkan.

Ibu Pramoedya sendiri adalah seorang perempuan yang lembut dan

pada waktu tertentu bisa berubah menjadi keras dan tegas. Dalam ingatan

Pramoedya, ia adalah sosok perempuan satu-satunya di dunia yang ia cintai

dengan tulus. Di waktu-waktu kemudian ternyata sosok ibu ditempatkan

menjadi ukuran bagi Pramoedya dalam menilai setiap perempuan yang ia

kenal. Selain itu, sosok ini pulalah yang nampaknya menjadi figur yang

banyak ia citrakan sebagai sosok seorang ibu dalam beberapa ceritanya.

Misalnya dalam cerita pendek Yang Sudah Hilang ataupun Kemudian

Lahirlah Dia, seorang ibu yang tegas namun penuh kasih sayang.

Dengan latar belakang keluarga seperti itu, Pramoedya kemudian

masuk sekolah dasar yang dipimpin oleh ayahnya sendiri. Mengenai riwayat

pendidikannya ini, Pramoedya kecil bukanlah seorang siswa yang menonjol

secara prestasi. Tiga kali ia tidak naik kelas serta harus belajar langsung di

bawah pengawasan sang ayah. Dan ketika lulus dari kelas tujuh setelah

mengenyam sekolah dasar selama sepuluh tahun, ia justru diharuskan

kembali mengulang belajar di kelas tersebut oleh sang ayah yang masih

menganggap Pramoedya sebagai anak yang bodoh.

Pramoedya kemudian meneruskan pelajarannya di sebuah sekolah

kejuruan radio (Radio Vakschool) di Surabaya atas biaya ibunya, karena

sang ayah menolak menyekolahkan Pramoedya di MULO (setingkat SLTP).

Namun pecahnya Perang Dunia II membuat ijazah sekolah itu tak pernah

sampai di tangan Pramoedya. Hal ini erat kaitannya dengan wajib militer

Page 88: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

88

yang dikenakan kepada para pelajar oleh pemerintah Jepang yang tidak

disukai Pramoedya, sehingga ia memutuskan untuk meninggalkan kursus

tersebut sebelum memperoleh ijazah.

Di awal penjajahan Jepang, Pramoedya menemui kenyataan pahit

karena ibu yang sangat dicintainya meninggal pada 3 Juni 1942 akibat TBC.

Kepergian sang ibu sangat mengguncang hati Pramoedya. Setelah ibunya

meninggal, Pramoedya berusaha membantu mengurus keluarga, karena ia

adalah anak sulung yang masih mempunyai tujuh orang adik. Saat berumur

17 tahun, bersama adiknya Pramoedya diharuskan meninggalkan rumah

dan akhirnya memutuskan untuk pergi ke Jakarta, lalu tinggal di rumah

salah seorang pamannya.

Pertama kali datang ke Jakarta, Pramoedya bekerja sebagai juru

ketik di kantor berita Jepang, Domei. Di kantor ini Pramoedya mulai

mencoba menulis dan mengirimkannya ke koran Pemandangan, namun tak

ada satu karya pun dimuat. Selain itu Pramoedya juga pernah mendapat

kursus stenografi, ilmu ekonomi, sosiologi, sebelum akhirnya keluar dari

pekerjaannya, lalu melarikan diri dengan bersembunyi di sebuah desa

bernama Tanjung sampai masa kemerdekaan Indonesia.

Selain sebagai pengarang, Pramoedya juga sangat suka melakukan

riset sejarah. Tetralogi Karya Buru dan roman Arus balik bisa disebut

sebagai karya yang tak mungkin lahir tanpa dilakukan riset sejarah yang

mendalam. Riset sejarah kembali dilakukan Pramoedya untuk penulisan

buku Panggil Aku Kartini Saja, serta beberapa rangkaian karangan

mengenai Multatuli yang sangat dikaguminya. Karya Multatuli, Max

Page 89: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

89

Havelaar, pernah diterjemahkannya dan secara bersambung dirubrik

kebudayaan Lentera, namun pemuatannya tidak selesai.

Kemampuan bahasa Belanda Pramoedya memang cukup baik meski

di masa kecilnya Pramoedya tidak begitu serius mempelajarinya. Selain Max

Havelaar, ia menerjemahkan sebuah buku berbahasa Belanda berjudul

Moeder, Waarom Leven Wij? (Ibu, Mengapa Kita Hidup?) karangan Lode

Zielends, seorang yang bahasanya bagi orang Belanda sekarang pun tidak

mudah dipahami. Hal itu dilakukan Pramoedya di masa mudanya dan masih

banyak karya terjemahan Pramoedya yang lain. Semuanya semakin

memantapkan sosok Pramoedya bukan hanya sebagai sastrawan, tetapi juga

sebagai intelektual peneliti dan penterjemah.

Setelah merasa namanya sebagai pengarang sudah cukup dikenal,

akhirnya pada tanggal 13 Januari 1950. Pramoedya menikah dengan seorang

gadis yang telah dilamarnya sejak ia masih berada dalam penjara Belanda.

Banyak karya-karyanya yang ditulis di masa itu (sekitar tahun 1950-an).

Integritasnya pada kesusasteraan kemudian membuatnya mendapatkan

beasiswa dari Sticusa (Stichting Culturele Samunwerking, sebuah lembaga

kebudayaan Indonesia Belanda) untuk bekerja di Nederland. Beasiswa ini

hanya dijalaninya selama enam bulan dari rencana satu tahun.

Ternyata kondisi keluarga yang dibangunnya mulai memburuk di

tahun kelima perkawinan mereka, akhirnya Pramoedya bercerai dan tidak

berapa lama Pramoedya menikah lagi dengan gadis bernama Maimunah,

anak H.A. Thamrin, saudara kandung nasionalis terkemuka Mohammad

Husni Thamrin. Pramoedya menikah dalam situasi tanpa uang sedikitpun.

Page 90: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

90

Meskipun begitu, dukungan teman-temannya cukup berarti. Rivai Apin,

A.S. Dharta, Ajip Rosidi, adalah teman-temannya yang menghadiri

pernikahan itu. Bahkan A.S. Dharta kemudian memberinya proyek

penerjemahan novel Maxim Gorky berjudul Ibunda, untuk membantu

menyelesaikan persoalan ekonomi yang berlarut-larut menimpanya.

Sebelum itu, Pramoedya sempat menerbitkan novel Korupsi (1954) dan

Midah Si Manis Bergigi Emas (1954).

Pramoedya juga terlibat dalam penyusunan surat Kepercayaan

Gelanggang. Ia juga aktif dalam berpolitik. Ia juga diangkat sebagai anggota

Badan Musyawarah Golongan Fungsional Kementrian Putera (Pergerakan

Tenaga Rakyat). Selain itu menjadi ketua “Discusi Club Simpati Sembilan”,

sebuah kelompok diskusi yang antara lain mencetuskan “kembali ke UUD

1945”, pada tanggal 22-28 januari 1959. Pramoedya juga terpilih sebagai

anggota pimpinan pleno dalam Kongres Nasional Lekra yang diadakan di

Solo. Saat itulah secara resmi Pramoedya mulai dilibatkan dalam Lekra.

Karena Lekra memiliki kedekatan dengan PKI, maka para aktivis,

simpatisan dan siapapun yang diduga terlibat PKI banyak yang

dipenjarakan sebelum kemudian dibawa ke Pulau Buru, begitu juga dengan

Pramoedya.

Selama Pramoedya diasingkan di Pulau Buru, semangat menulisnya

tidak menjadi luntur. Bahkan dari Pulau Buru inilah lahir karya masterpiece

Pramoedya. Empat buah buku yang disusun sebagai tetralogi Karya Buru

berhasil ditulisnya, begitu juga dengan roman Arus Balik.

Page 91: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

91

Pada hari Minggu pagi 30 April 2006 di Utan Kayu, Jakarta Timur,

Pramoedya meninggal dunia karena penyakit infeksi paru-paru dan

komplikasi diabetes. Dua hal penting sepeninggal Pramoedya Ananta Toer

adalah warisannya untuk dunia dan perlakuan bangsa Indonesia terhadap

warisan itu. Warisan Pram terbesar adalah rasa cinta mendalam dari

berbagai bangsa pada sebuah negeri bernama Indonesia, sedangkan

perlakuan yang paling diharapkan adalah bagaimana warisan itu dapat

diterima dan dikembangkan dengan sebaik-baiknya.

B. HASIL KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER

1. Tulisan-tulisan semasa di SD, satu di antaranya pernah ditwarkan pada

penerbit Tan Koen Swie, Kediri, ditolak. Semua hilang.

2. Sepoeloeh Kepala Nica (1946), hilang di tangan Balingka, Pasar Baru, Jakarta.

3. Kranji – Bekasi Jatuh (1947), fragmen dari Di Tepi Kali Bekasi.

4. Perburuan (1950). Pemenang sayembara Balai Pustaka, Jakarta, (1949).

5. Keluarga Gerilya (1950).

6. Subuh (1951), kumpulan 3 cerpen.

7. Percikan Revolusi (1951), kumpulan cerpen.

8. Mereka yang Dilumpuhkan I dan II (1951).

9. Bukan Pasarmalam (1951).

10. Di Tepi Kali Bekasi (1951), sisa naskah yang dirampas Marinir Belanda pada

22 Juli 1947.

11. Dia yang Menyerah (1951), kemudian dicetak ulang dalam kumpulan cerpen.

12. Cerita dari Blora (1952), pemenang karya sastra terbaik dari Badan

Musyawarah Kebudayaan Nasional, Jakarta (1953).

Page 92: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

92

13. Gulat di Jakarta (1953).

14. Midah Si Manis Bergigi Emas (1954).

15. Korupsi (1954).

16. Cerita Calon Arang (1957).

17. Sekali Peristiwa di Banten Selatan (1958)

18. Panggil Aku Kartini Saja I dan II (1963), III dan IV dibakar Angkatan Darat,

13 Oktober 1965.

19. Kumpulan Karya Kartini, yang pernah diumumkan di berbagai media, dibakar

Angkatan Darat, 13 Oktober 1965.

20. Wanita Sebelum Kartini, dibakar angkatan Darat 13 Oktober 1965.

21. Gadis Pantai (1962-65) dalam bentuk cerita, bagian pertama trilogi tentang

keluarga penulis. Terbit sebagai buku (1987), dilarang Jaksa Agung. Jilid II

dan III dibakar Angkatan Darat, 13 Oktober 1965.

22. Sejarah Bahasa Indonesia. Satu Percobaan (1964). Dibakar Angkatan Darat

pada 13 Oktober 1965.

23. Mari Mengarang (1955), tidak jelas nasibnya di tangan penerbit Jalan Kramat

Raya, Jakarta.

24. Cerita dari Jakarta (1957).

25. Realisme Sosialis dan Sastra Indonesia (1963).

26. Lentera (1965), kumpulan tulisan yang pernah diumumkan oleh Lentera.

Tidak jelas nasibnya di tangan penerbit di Jalan Pecenongan, Jakarta.

Semua karyanya dilarang oleh Kementrian PPK/ PDK, 1966.

27. Bumi Manusia (1980), bagian pertama tetralogi Buru. Dilarang Jaksa Agung,

1981.

Page 93: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

93

28. Anak Semua Bangsa (1981), bagian kedua tetralogi Buru. Dilarang Jaksa

Agung 1981.

29. Sikap dan Peran Intelektual di Dunia Ketiga (1981).

30. Tempo Doeloe (1982), antologi sastra pra-Indonesia.

31. Jejak Langkah (1985), bagian ketiga tetralogi Buru. Dilarang Jaksa Agung,

1985.

32. Hikayat Siti Mariah, (ed.) Haji Mukti (1987). Dilarang Jaksa Agung, 1987.

33. Rumah Kaca (1988), bagian keempat tetralogi Buru. Dilarang Jaksa Agung,

1988.

34. Sang Pemula (1985). Dilarang Jaksa Agung, 1985.

35. Memoar Oei Tjoe Tat, (ed.) Oei Tjoe Tat (1995). Dilarang Jakasa Agung,

1995.

36. Nyanyi Sunyi Seorang Bisu I (1995). Dilarang Jaksa Agung, 1995.

37. Arus Balik (1995).

38. Nyanyi Sunyi Seorang Bisu II (1997).

39. Arok Dedes (1999).

40. Mangir (2000).

41. Larasati (Ara) (2000).

C. DAFTAR PENGHARGAAN

1988 Freedom to Write Award dari PEN American Center, Amerika Serikat.

1989 Anugerah dari The Fund for Free Expression, New York, Amerika Serikat.

Page 94: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

94

1995 Wertheim Award, “for his meritorious services to the struggle for

emancipation of Indonesian people” dari The Wertheim Foundation,

Leiden Belanda.

1995 Ramon Magsaysay Award, “for Journalism, Literature, and

Creative Arts, in recognition of his illuminating with brilliant stories the historical

awakening, and modern experience of the Indonesian people”, dari Ramon

Magsaysay Award Foundation, Manila, Filipina.

1996 UNESCO Madanjeet Singh Prize, “in recognition of his

outstanding contribution to the promotion of tolerance and non-violence” dari

UNESCO, Paris, Perancis.

1999 Doctor of Humane Letters, “in recognition of his remarkable

imagination and distinguished literary contributions, his example to all who

oppose tyranny, and his highly principled struggle for intellectual freedom”, dari

University of Michigan, Madison, Amerika Serikat.

1999 Chanceller’s Distinguished Honor Award, “for his outstanding

literary achievements and for his contributions to etnic tolerance and global

understanding”, dari University of California, Berkeley, Amerika Serikat.

1999 Chevalier de l’Ordre des Arts et des Letters, dari Le Ministre de la

Culture et de la Communication Republique Francaise, Paris, Perancis.

2000 New York Foundation for the Arts Award, New York, Amerika Serikat.

2000 Fukuoka Cultural Grand Prize, Jepang.

Lain-lain 1978 Anggota Nederland Center, ketika itu masih di Pulau Buru.

Page 95: Analisis tokoh ara dalam roman larasati karya Pramoedya .../Analisis... · Karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra

95

1982 Anggota kehormatan seumur hidup dari International P.E.N.

Australia Center, Australia.

1982 Anggota kehormatan P.E.N. Center, Swedia.

1987 Anggota kehormatan P.E.N. American Center, USA.

1988 Deutschsweizerches P.E.N. member, Zentrum, Switzerland.

1992 International P.E.N. English Center, Great Britain.

1999 International P.E.N. Award Association of Writers Zentrum, Deutchland.