PENENTUAN KETIDAKPASTIAN ANALISIS Ti,V, AI, Mn, CI, Ce, Cr ...
Analisis Pengaruh Ketidakpastian Permintaan Perusahaan dan .../Analisis...3 HALAMAN PENGESAHAN Telah...
Transcript of Analisis Pengaruh Ketidakpastian Permintaan Perusahaan dan .../Analisis...3 HALAMAN PENGESAHAN Telah...
1
Analisis Pengaruh Ketidakpastian Permintaan
Perusahaan dan Persaingan pada Pengawasan Dewan
Direktur dan Kepemilikan Institusional
pada Perusahaan yang Melakukan IPO
(studi pada perusahaan-perusahaan yang listing di
Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2002-2007)
Diajukan untuk memenuhi
Syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Disusun Oleh :
WISNU ISWAHYUDI
F 0206114
FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
2
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul :
Analisis Pengaruh Ketidakpastian Permintaan
Perusahaan dan Persaingan pada Pengawasan Dewan
Direktur dan Kepemilikan Institusional
pada Perusahaan yang Melakukan IPO
(studi pada perusahaan-perusahaan yang listing di
Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2002-2007)
Telah disetujui dan diterima oleh dosen pembimbing untuk diajukan kepada tim
penguji.
Surakarta, 26 Maret 2010
Mengetahui Dosen Pembimbing
Bambang Hadinugroho, SE, M.Si
NIP 195905081986011001
3
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh tim penguji skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta guna melengkapi tugas-tugas
memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan
Manajemen.
Surakarta, Mei 2010
Tim Penguji Skripsi
Tanda Tangan
1. Endang Suhari, Dra, M.Si NIP. 19610317 198601 2 002
2. Bambang Hadinugroho, SE, M.Si NIP. 19590508 198601 1 001
3. Deny Dwi Hartomo, SE, M.Sc NIP. 19831210 200812 1 002
4
MOTTO
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya........”
(Al-Baqarah 286)
Kegagalan bukan berarti anda gagal. Tetapi anda belum sukses. Kegagalan bukan berarti anda tidak mencapai apa-apa. Tetapi anda sudah mempelajari sesuatu. Kegagalan bukan berarti anda tidak akan sukses. Tetapi dibutuhkan kesabaran. Kegagalan bukan berarti anda sudah berakhir. Tetapi anda masih memiliki peluang untuk memulainya kembali, dan berusaha mencari sesuatu yang baru. Kegagalan bukan berarti Tuhan sudah meninggalkan anda. Tetapi Dia mempunyai rencana yang lebih baik.
( Robert Schuller)
5
HALAMAN PERSEMBAHAN
PERSEMBAHAN
Keikhlasan dan kesabaran untuk karya
kecil ini kupersembahkan untuk:
\ Ayah dan Ibu tercinta
\ Mbak dan Masku
\ Ika Kholistyana
\ Teman-teman dan Almamaterku
6
KATA PENGANTAR
Maha suci dan maha mulia Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
hidayah dan petunjuk kepada setiap insan serta selalu memberikan pelajaran bagi
hamba-Nya. Hanya dengan karunia dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Ketidakpastian Permintaan
Perusahaan dan Persaingan pada Pengawasan Dewan Direktur dan Kepemilikan
Institusional Perusahaan yang Melakukan IPO”
Skripsi ini merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana
ekonomi jurusan manajemen. Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis telah
berusaha dan berupaya dengan segala kemampuan yang ada, penulis menyadari
bahwa dalam penyelesaian sripsi ini banyak pihak yang telah membantu penulis,
oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Bambang Sutopo, Mcom, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Dra. Endang Suhari, M.Si, selaku ketua jurusan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bambang Hadinugroho, SE, M.Si, selaku pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan dan saran-saran dalam penulisan skripsi.
4. Ahmad Ichwan S., SE, MS, selaku dosen pembimbing akademik yang
telah membimbing dan memberi petunjuk selama perkuliahan.
5. Tim penguji skripsi
6. Ayah, ibu dan kakakku tersayang (my inspiration), terimakasih atas semua
curahan cinta, kasih sayang, dukungan dan do’a serta pengorbanan yang
7
telah diberikan. Adekku Anisa Ayudhita Chandra. “Terimakasih
dukunganya ya dek”.
7. Seseorang yang tak kan terlewatkan Ika Kholistyana. Terimakasih untuk
semua kasih sayang, dukungan dan semangat yang diberikan. Tanpamu
skripsi ini pasti belum selesai.
8. Pembimbing bayanganku Dhimas Hermawan SE. Terimakasih untuk
semuanya teman. Tanpamu semua ini sulit tercapai.
9. Teman-teman “Kost Ploes” Avit, Onggho, David, Jonar, Yusuf. Dan juga
Wastu, Bondet dan dini. Terimakasih untuk support, pelajaran hidup dan
pengalaman berharga selama ini. Kalian adalah keluarga keduaku.
10. Teman-teman FE angkatan 2006 Dedy (thanks buat inspirasinya), Sitey,
Panji, (Rusiawan, Riza, Noel sekaligus teman PSM), Nanda, Bambang,
Galih, (Tezar dan Budi sekaligus teman magang), Moncu, Gembul, Warih,
Citra, Lulu, Ery, Irma, Ayu, Hana terimakasih untuk semua petualangan
selama ini, aku pasti merindukan suasana kuliah bersama kalian.
11. Teman-teman PSM 2009 Dhimas, Ghea, Niken, David, Oka, Desi, Sri,
Sugi, Prast, mas Fajar. Terimakasih untuk sebuah pengalaman bernilai
selama PSM.
12. Special thanks to Swasti ‘chua’ Sabdastantri dan Kotak band serta teman-
teman KK07 Solo. Keep Rock guys.
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT memberikan rahmat dan jarunia kepada semua pihak
yang telaj memberikan bantuan selama penulisan skripsi ini. Penulis menyadari
8
bahwa skripsi ini masih banyak kekuranganya, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi semuanya.
Surakarta, Mei 2010
Penulis
WISNU ISWAHYUDI
9
DAFTAR ISI Halaman Judul .................................................................................................... i Halaman Persetujuan Pembimbing..................................................................... ii Halaman Pengesahan ......................................................................................... iii Halaman Motto .................................................................................................. iv Halaman Persembahan ....................................................................................... v Kata Pengantar ................................................................................................... vi Daftar Isi ............................................................................................................ ix Daftar Gambar ................................................................................................... xi Daftar Tabel ... ................................................................................................... xii Daftar Lampiran ................................................................................................ xiii Abstrak .............................................................................................................. xiv BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1 B. Perumusan Masalah …………………………………………… 4 C. Tujuan Penelitian ..……………………………....…………....... 5 D. Manfaat Penelitian………….....………………………………... 6
BAB II TELAAH PUSTAKA
A. Pasar Modal ........………….....……………………………….... 7 B. IPO (Initial Public offering )…….…………………………….. 9 C. Ketidakpastian Industri …….…………………………….......... 10 D. Ketidakpastian Permintaan…………………………………....... 11 E. Ketidakpastian Persaingan …………………………………... 12 F. Board Monitoring …………………………………................. 12 G. Institutional Ownership …………………………………........ 15 H. Ketidakpastian Industri dan pengawasan oleh outside director
dan pemilik institusional ...…………………………................ 16 I. Penelitian Terdahulu Terkait Hubungan Antar Variabelb ......... 17 J. Model Penelitian …………………………………....………… 18 K. Hipotesis Penelitian …………………………………....……... 19
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain dan Ruang Lingkup Penelitian ………………………… 23 B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ………….. 23 C. Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data ………………… 25 D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel .......................... 25
1. Variabel Dependen ………………………............................. 25 2. Variabel Independen ……………………………………........ 26 3. Variabel Kontrol…………………………………………....... 28
B. Metode Analisis Data …………………………………………. 30 1. Pengujian Normalitas …………………………................... 31 2. Uji Asumsi Klasik ……………………………………….... 31
C. Pengujian Hipotesis …………………………………………… 36
10
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN D. Analisis Data …………….......……………………………….. 42 E. Deskripsi Data ......…………………………………………….. 43 F. Pengujian Data dan Asumsi Klasik …………………………… 53
1. Pengujian Normalitas ………………………….................... 53 2. Uji Asumsi Klasik ………………………………………..... 53
G. Pengujian Hipotesis Penelitian …………………………............ 60 H. Pembahasan Hasil Penelitian ………………………….............. 71
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan ……………………………………………........... 75 B. Keterbatasan Penelitian ……………………………………… 76 C. Implikasi …………………………………………….............. 78
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
11
DAFTAR GAMBAR 1. Gambar II.1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 19
12
DAFTAR TABEL 1. Tabel III.1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 33 2. Tabel IV.1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 43 3. Tabel IV.2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 43 4. Tabel IV.3 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 46 5. Tabel IV.4 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 47 6. Tabel IV.5 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 49 7. Tabel IV.6 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 50 8. Tabel IV.7 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 52 9. Tabel IV.8 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 53 10. Tabel IV.9 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 54 11. Tabel IV.10 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 55 12. Tabel IV.11 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 55 13. Tabel IV.12 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 56 14. Tabel IV.13 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 57 15. Tabel IV.14 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 58 16. Tabel IV.15 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 61 17. Tabel IV.16 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 62 18. Tabel IV.17 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 64 19. Tabel IV.18 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 66 20. Tabel IV.19 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 68 21. Tabel IV.20 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 70
13
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 84 2. Lampiran 2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 85 3. Lampiran 3 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 86 4. Lampiran 4 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 88 5. Lampiran 5 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 91 6. Lampiran 6 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 94
14
Abstraksi
Analisis Pengaruh Ketidakpastian Permintaan Perusahaan dan Persaingan
pada Pengawasan Dewan Direktur dan Kepemilikan Institusional
Perusahaan yang Melakukan IPO
(studi pada perusahaan-perusahaan yang listing di
Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2002-2007) Wisnu Iswahyudi
F0206114
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara parsial ketidakpastian permintaan (demand uncertainty) dan ketidakpastian persaingan (competitive uncertainty) pada pengawasan dewan direktur yang diwakili dengan presentase pihak luar dalam jajaran manajemen perusahaan (board outsider) dan kepemilikan oleh institusional (institutional ownership), dengan menyertakan variabel kontrol yaitu management ownership, profitability, risk, firm size dan firm age.
Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang telah go public dan listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2002-2007. Sedangkan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang melakukan IPO pada tahun 2002-2007. Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling. Berdasarkan metode tersebut perusahaan yang terpilih adalah sebanyak 31 perusahaan.
Alat uji yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini adalah hierarchical regression analysis yaitu analisis regresi yang dilakukan dengan komposisi variabel yang berbeda yaitu ditambah setiap tingkat. Dari uji tersebut diperoleh kesimpulan bahwa variabel demand uncertainty dan variabel kontrol, secara parsial mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap board outsider dan institutional ownership pada tingkat kepercayaan 95%. Sedangkan variabel competitive uncertainty secara parsial hanya berpengaruh secara signifikan terhadap board outsider saja dan tidak berpengaruh terhadap institutional ownership. Kata kunci : initial public offering, institutional investors, board outsider, uncertainty
15
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pengawasan yang tidak konsisten oleh pengurus dan pemilik
perusahaan sebagian dapat disebabkan karena penerapan berbagai mekanisme
penguasaan yang tidak tepat pada kondisi industri tertentu, yang biasanya
ditandai oleh perbedaan jenis dan tingkat ketidakpastian. Dalam sejumlah
penelitian telah meneliti kemungkinan spesifikasi perusahaan yang menuntut
sebuah perusahaan untuk melakukan perubahan pada mekanisme pemilikan
perusahaan (Miller, 2002; Pearce dan Zahra 1992; Sundaramurthy, 1996).
Penelitian ini menunjukkan bahwa pilihan mekanisme pengelolaan berkaitan
dengan tingkat sumber daya perusahaan, berbagai faktor risiko bisnis, dan
kinerja ekonomi (Beatty dan Zajac 1994; Filatotchev et al 2002; Zajac dan
Westphal 1994).
Namun, sumber penelitian mengenai pengelolaan perusahaan
kebanyakan tidak membahas mengenai adanya kemungkinan keterlibatan
spesifikasi industri pada penggunaan mekanisme pengelolaan perusahaan.
Meskipun Demsetz dan Lehn (1985) mendapati peningkatan konsentrasi
kepemilikan saham dalam industri yang kurang teratur, dan Boyd (1990)
menemukan hubungan positif antara kinerja perusahaan terhadap industri
dengan pertumbuhan rendah dan / atau ketidakpastian persaingan yang tinggi,
belum ada penelitian empiris di Indonesia untuk membantu menjelaskan dan
16
memprediksi dampak dari ketidakpastian industri pada pemantauan yang
dilakukan oleh dewan dan lembaga kepemilikan.
Initial public offering (IPO) merupakan batu loncatan penting bagi
perusahaan-perusahaan tidak hanya berkaitan dengan finansial tetapi juga
berkaitan dengan dinamika penggunaan mekanisme penguasaan perusahaan.
Sebagai perusahaan yang go public untuk pertama kalinya, akan mendapat
tekanan baru seperti kondisi yang harus patuh dengan peraturan Securities and
Exchange Commission, termasuk pengungkapan informasi dalam prospektus
dan menerbitkan laporan keuangan secara teratur Fischer dan Pollock (2004).
Dengan melakukan IPO, perusahaan mulai menerima tekanan substansial
yang cermat dan kompetitif. Karena pengungkapan tentang keuangan dan
strategi perusahaan, perusahaan menjadi pusat perhatian di mata pesaing yang
sebelumnya mungkin tidak menyadari perusahaan tersebut Dodge (1994).
Perusahaan dan tim manajemen juga menjadi tunduk pada pengawasan
pasar saham, dalam kondisi ini prestasi dan kegagalan perusahaan langsung
berpengaruh terhadap harga saham. Tekanan-tekanan dari pasar keuangan dan
persaingan secara substansial dapat menguasai dan menyulitkan pekerjaan
manajer perusahaan yang melakukan IPO. Di tengah-tengah kompleksitas dan
tekanan untuk menjadi perusahaan publik, dewan direksi dan investor
institusional dapat berperan penting pada perusahaan yang melakukan IPO
dengan memungkinkan mereka untuk menghadapi tantangan dan
menyelesaikan transisi. Relevansi kepengawasan dan kelembagaan telah
diakui dalam penelitian mengenai IPO (Megginson dan Weiss 1991). Namun,
17
ada pemahaman yang bervariasi tentang badan pengawasan dan investor
institusional antar perusahaan IPO berdasarkan tingkat dan jenis
ketidakpastian pada lingkungan industri perusahaan IPO. Adanya
ketidakpastian dalam lingkungan bisnis perusahaan IPO menimbulkan
kerumitan keputusan manajer dan ambiguitas tentang penyebab buruknya
kinerja perusahaan, yang mengarah kepada lingkungan yang sangat
berhubungan erat dengan tantangan kepemilikan perusahaan.
Konsep ketidakpastian mengacu pada keberadaan fenomena, sebagai
contoh karena keterbatasan informasi mengenai kondisi lingkungan, manajer
mengalami kesulitan besar dalam mengambil keputusan. kondisi ini dapat
mempengaruhi efektivitas dari pilihan-pilihan strategis (Duncan 1972; Knight
1921). Dalam industri dengan tingkat ketidakpastian yang tinggi, tindakan
perusahaan dan kinerja ekonomi selanjutnya akan sulit untuk diprediksi.
Perusahaan menjadi lebih rentan terhadap masalah dengan agensi karena
ketidakpastian tentang kondisi perusahaan, dan sumber daya pada kinerja
ekonomi yang lemah memperkuat informasi asimetri antara pemegang saham
dan manajer. Dengan tingginya informasi asimetri di antara mereka serta
ketidakpastian mengenai praktek pengelolaan terbaik, mekanisme pengelolaan
perusahaan seperti pemantauan oleh pihak luar pada dewan direksi dan
kepemilikan institusional mungkin penting untuk mengurangi potensi
permasalahan dengan agensi (Eisenhardt 1989; Mahoney 2005).
Oleh karena itu, identifikasi ulang untuk mengembangkan dan menguji
secara empiris model pemantauan dewan direktur dan investor institusional
18
perusahaan yang melakukan IPO yang beroperasi dalam berbagai tingkat
ketidakpastian industri (dalam permintaan dan persaingan), dan
mengeksplorasi hubungan antara berbagai jenis ketidakpastian industri dan
penggunaan pemantauan masih perlu dilakukan. Adapun skripsi ini disusun
dengan judul “Analisis Pengaruh Ketidakpastian Permintaan Perusahaan
dan Persaingan pada Pengawasan Dewan Direktur dan Kepemilikan
Institusional pada Perusahaan yang Melakukan IPO”, dengan sampel
perusahaan dari berbagai aspek industri yang go public yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia pada tahun 2002-2007.
B. PERUMUSAN MASALAH
1. Apakah ketidakpastian permintaan pada suatu perusahaan berpengaruh
terhadap presentase pihak luar dalam jajaran manajemen pada perusahaan
yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2002-2007?
2. Apakah ketidakpastian permintaan pada suatu perusahaan berpengaruh
terhadap presentase kepemilikan institusional pada perusahaan yang
melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2002-2007?
3. Apakah ketidakpastian persaingan pada suatu industri berpengaruh
terhadap presentase pihak luar dalam jajaran manajemen pada perusahaan
yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2002-2007?
4. Apakah ketidakpastian persaingan pada suatu industri berpengaruh
terhadap presentase kepemilikan institusional pada perusahaan yang
melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2002-2007?
19
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Mengetahui pengaruh ketidakpastian permintaan pada suatu perusahaan
terhadap presentase jumlah pihak luar dalam jajaran manajemen pada
perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada tahun
2002-2007.
2. Mengetahui pengaruh ketidakpastian permintaan pada suatu perusahaan
terhadap presentase kepemilikan institusional pada perusahaan yang
melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2002-2007.
3. Mengetahui pengaruh ketidakpastian persaingan pada suatu industri
terhadap presentase jumlah pihak luar dalam jajaran manajemen pada
perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada tahun
2002-2007.
4. Mengetahui pengaruh ketidakpastian persaingan pada suatu industri
terhadap presentase kepemilikan institusional pada perusahaan yang
melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2002-2007.
D. MANFAAT PENELITIAN
Adapun hasil dari penelitian ini diharapakan dapat memberikan manfaat bagi :
1. Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa pengetahuan
praktis dan empiris dalam menerapkan teori-teori yang didapatkan semasa
perkuliahan, dan juga penerapan penggunaan metode berbasis jurnal
internasional dalam penelitian replikasi.
20
2. Praktisi
Bagi calon investor diharapkan penelitian ini dapat menambah referensi
dalam mempertimbangkan pemilihan saham untuk investasi di pasar modal
Indonesia terutama pada perusahaan yang baru akan go public dengan
mempertimbangkan ketidakpastian dalam permintaan, dan persaingan
industri.
Bagi perusahaan terutama yang melakukan IPO diharapkan penelitian ini
dapat menambah referensi pengetahuan dalam menyikapi ketidakpastian
permintaan dan pesaingan yang berpengaruh terhadap jumlah investor
potensial bagi perusahaan.
3. Akademisi
Hasil penelitian ini juga diharapkan mampu menambah referensi bagi
Lembaga Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Sebelas Maret
Surakarta dan diharapkan untuk tambahan bacaan dan referensi pihak-pihak
yang membutuhkan dan berminat mengembangkannya dalam taraf lebih
lanjut.
21
BAB II
TELAAH PUSTAKA
A. Pasar Modal
Pasar modal merupakan sarana pembentuk modal dan akumulasi dana
yang diarahkan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengerahan
dana guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional. Pengertian klasik
pasar modal adalah suatu bidang usaha perdagangan surat-surat berharga
seperti saham, obligasi, dan sekuritas efek. Sedangkan secara formal pasar
modal biasa didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan
(sekuritas) jangka panjang yang dapat diperjual belikan baik dalam bentuk
hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan pemerintah ataupun
perusahaan swasta. Pasar modal dijumpai pada banyak negara karena
fungsi ekonomi dan keuangan yang dijalankanya.
Dalam menjalankan fungsi ekonominya, pasar modal menyediakan
fasilitas untuk memindahkan dana dari lender ke borrower. Fungsi ini
sebenarnya juga dilakukan oleh lembaga intermediasi keuangan seperti
lembaga perbankan. Hanya bedanya dalam pasar modal diperdagangkan
dana jangka panjang. Fungsi keuangan dilakukan dengan menyediakan dana
tanpa harus terlibat langsung dalam kepemilikan aktiva riil yang diperlakukan
untuk investasi tersebut meskipun sebenarnya diantara kedua fungsi ini sering
tidak jelas.
22
Definisi pasar modal dapat dibedakan dalam tiga cara yaitu :
a. Definisi secara luas
Pasar modal adalah kebutuhan sistem keuangan yang terorganisasi
termasuk bank-bank komersial dan semua perantara di bidang keuangan
serta klaim jangka panjang dan pendek.
b. Definisi secara menengah
Pasar modal adalah semua pasar yang terorganisasi dan lembaga-
lembaga yang memperdagangkan warkat-warkat kredit (biasanya
berjangka waktu lebih dari satu tahun) termasuk obligasi, saham, pinjaman
berjangka, hipotek, dan tabungan serta deposito berjangka.
c. Definisi secara sempit
Pasar modal juga dapat didefinisikan sebagai tempat pasar
terorganisasi yang memperdagangkan saham-saham dan obligasi
dengan memakai jasa dari makelar, komisioner, dan para
underwriter.
Pasar modal mempunyai beberapa daya tarik diantaranya pasar modal
merupakan alternatif penghimpun dana selain sistem perbankan. Pasar modal
memungkinkan perusahaan menerbitkan sekuritas yang berupa surat tanda
hutang (obligasi) ataupun surat tanda kepemilikan (saham). Dengan demikian
perusahaan dapat menghindarkan diri dari kondisi debt to equity ratio yang
terlalu tinggi yang menyebabkan biaya modal perusahaan tidak lagi minimal.
Pasar modal juga memungkinkan para pemodal mempunyai beberapa pilihan
investasi yang sesuai denga preferensi risiko mereka.
23
B. IPO (Initial Public offering )
Perusahaan yang pertama kali menawarkan sahamnya ke publik
disebut melakukan penawaran perdana (IPO atau go public). Sebelum
perusahaan go public, awalnya saham-saham perusahaan tersebut dimiliki oleh
manajer-manajernya, sebagian lagi oleh pegawai-pegawai kunci dan hanya
sejumlah kecil yang dimiliki oleh investor (Jogiyanto, 2003). Tempat
penjualan saham baru tersebut disebut pasar primer. Pasar perdana terjadi pada
saat perusahaan emiten menjual sekuritasnya kepada investor umum untuk
pertama kalinya. Sebelum menawarkan saham di pasar perdana,
perusahaan emiten sebelumnya akan mengeluarkan informasi mengenai
perusahaan secara detail ( disebut juga prospektus ). Prospektus berfungsi
untuk memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan kepada para
calon investor, sehingga dengan adanya informasi tersebut maka investor akan
bisa mengetahui prospek perusahaan di masa datang, dan selanjutnya tertarik
untuk membeli sekuritas yang diterbitkan emiten.
Dalam menjual sekuritas, perusahaan umumnya menggunakan
jasa profesional dan lembaga pendukung pasar modal, untuk membantu
menyiapkan berbagai dokumen serta persyaratan yang diperlukan untuk go
public.
Proses penawaran umum di pasar perdana :
1. Profesional dan lembaga pendukung pasar modal membantu
emiten menyiapkan penawaran umum.
2. Emiten menyerahkan pernyataan pendaftaran kepada BAPEPAM
24
3. Pernyataan pendaftaran dinyatakan oleh BAPEPAM
4. Emiten beserta profesional dan lembaga pendukung melakukan
penawaran umum di pasar perdana.
C. Ketidakpastian industri
Ketidakpastian dapat didefinisikan sebagai kondisi yang kemungkinan
hasil yang akan diperoleh dari peristiwa-peristiwa yang akan terjadi tidak dapat
diketahui, akan tetapi risiko yang akan diperoleh dari kemungkinan peristiwa-
peristiwa yang terjadi dapat diketahui. Dengan kata lain, ketidakpastian
merupakan persepsi ketidakmampuan perusahaan untuk memprediksikan
sesuatu dengan tepat karena tidak mampu membedakan antara data yang
relevan dan yang tidak relevan (Milliken, 1987).
Ada beberapa elemen ketidakpastian industri spesifik yang dapat
menyulitkan untuk mengidentifikasi tingkat strategi perusahaan yang sesuai,
dan untuk memprediksi hasil kinerja ekonomis periode berikutnya.
Ketidakpastian sering berasal dari ketidakstabilan dan dinamisme pada kondisi
industri seperti permintaan, dan tindakan kompetitif. Dengan kondisi bisnis
yang tak terduga pada strategi potensial perusahaan, kesenjangan informasi
antara pemegang saham dan manajer melebar. Informasi asimetris antara
pemegang saham dan manajer merupakan hasil dari ketidakpastian dan
ketidakpastian tentang tindakan strategis yang tepat mengurangi kemampuan
pemegang saham untuk mengevaluasi keputusan manajerial (Arrow 1974;
Williamson 1985 dalam Y.Y.Kor 2008).
25
Lingkungan yang sangat tidak pasti, bisa lebih rentan berakibat
munculnya manajerial oportunisme, karena para manajer yang mungkin
memiliki fungsi yang berbeda dari pemegang saham, memiliki lebih banyak
kesempatan untuk mengejar kemakmuran ekonomis mereka sendiri dengan
mengorbankan kepentingan para pemegang saham (Jensen dan Meckling 1976;
Williamson 1975). Ketidakpastian yang tinggi dapat menjadikan
ketidakstabilan dalam penjualan dan atau kondisi persaingan yang tidak dapat
diramalkan Eisenhardt (1988).
D. Ketidakpastian permintaan
Ketidakpastian Permintaan melibatkan ketidakstabilan pada penjualan
industri secara keseluruhan, dan ketidakstabilan ini berakibat sulitnya
perusahaan dalam menentukan tingkat investasi yang harus dibuat. Tanpa
kemampuan untuk meramalkan penjualan di masa mendatang dengan pasti,
perusahaan akan rentan menghadapi situasi bisnis underinvestment maupun
overinvestment (Finkelstein dan Boyd 1998). Dengan demikian, pemegang
saham tidak dapat dengan mudah menilai tingkat hasil kinerja ekonomi
perusahaan dari “bad-luck” (misalnya, karena ketidakstabilan penjualan
industri) atau dari ketidakmampuan manajerial.
E. Ketidakpastian persaingan
Ketidakpastian persaingan melibatkan komitmen strategi dan tindakan
persaingan perusahaan pesaing yang tidak dapat diramalkan. Tanpa
pengetahuan yang baik mengenai kemampuan perusahaan saingan untuk
tindakan balas dendam atau peniruan, manajer sering mengalami kesulitan
26
dalam memilih rencana strategis yang sesuai. Bahkan ketika para manajer
memilih strategi yang cocok dengan sumber daya dan kemampuan perusahaan
mereka sendiri, muncul tindakan persaingan yang tak terduga (misalnya: iklan
dan strategi distribusi). Ketidakpastian persaingan mengacu pada kondisi
perusahaan dalam suatu industri tertentu mengalami kesulitan mengantisipasi
atau memprediksi tindakan pesaing.
Konsentrasi industri yang lebih tinggi sering membawa kekuatan pasar
yang lebih pada kekuasaan perusahaan yang ada dan berkurangnya tingkat
persaingan industry (Eckbo, 1992), karena hal ini secara tidak langsung
memfasilitasi permainan harga oleh perusahaan yang dominan dalam suatu
industri, yang akibatnya menurunkan ketidakpastian persaingan dalam industri
(Oster, 1999).
F. Board monitoring
Menurut teori agensi yang menyatakan bahwa pengendalian dan
pengawasan dalam sebuah perusahaan akan menjadi sangat eksis dan menjadi
aktif ketika manajemen tidak memaksimalkan kemakmuran pemegang saham
atau dewan direksi (Fama & Jensen, 1983). Board monitoring atau pengawasan
oleh pemegang saham ini akan muncul dan menjadi sangat aktif apabila hal
tersebut di atas.
Anthony (2004) mengatakan bahwa hubungan agensi terdapat kapan
saja, satu pihak sebagai prinsipal sepakat memakai pihak lain (agen) untuk
melaksanakan beberapa jasa dan dalam melakukannya prinsipal membuat
keputusan otoritas bagi agen. Di dalam perusahaan, pemegang saham adalah
27
prinsipal dan para manajer (CEO atau CFO) adalah agen mereka. Para
pemegang saham mempekerjakan dan mengharap mereka akan bertindak atas
kepentingan mereka selaku prinsipal.
Namun terdapat beberapa perbedaan antara prinsipal dan agen. Dalam
hubungan tersebut antara prinsipal dan agen mempunyai karasteristik
perbedaan atau preferensi atas tujuan kerja dan risiko. Perbedaan preferensi
tujuan kerja. Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak
atas kepentingan mereka sendiri. Pemegang saham sebagai prinsipal
diasumsikan hanya tertarik kepada hasil keuangan yang bertambah atau
investasi mereka di dalam perusahaan. Sedang para agen atau CEO
diasumsikan menerima kepuasan berupa kompensasi keuangan dan syarat-
syarat yang menyertai dalam hubungan tersebut.
Hubungan keagenan ini merupakan hubungan timbal balik dalam
mencapai tujuan dan kepentingan masing-masing pihak yang secara eksplisit
dan sadar memasukkan beberapa penekanan seperti:
a. Kebutuhan prinsipal akan memberikan kepercayaan kepada manajer
dengan imbalan atau kompensasi keuangan
b. Budaya organisasi yang berlaku dalam perusahaan
c. Faktor luar seperti karasteristik industri, pesaing, praktek kompensasi,
pasar tenaga kerja, manajerial dan isu-isu legal
d. Strategi yang dijalankan perusahaan dalam memenangkan kompetisi
global
28
Dengan hubungan tersebut, manajer benar-benar sebagai agen bagi para
pemegang saham. Sedangkan masalah utama dalam hubungan agensi antara
lain adalah :
a. Kontrol pemegang saham kepada manajer
b. Biaya yang menyertai hubungan agensi
c. Menghindari dan meminimalisasi biaya agensi
Dalam penelitian ini permasalahan yang lebih disoroti adalah masalah
kontrol atau pengendalian. Masalah kontrol meliputi beberapa masalah pokok,
yaitu tindakan agen yang tidak dapat diamati oleh prinsipal dan mekanisme
pengendalian itu sendiri.
Dalam kaitannya dengan kompensasi dan syarat-syarat yang timbul
dalam hubungan agensi, tidak menjadikan para prinsipal mudah untuk
memonitor tindakan para agen. Para pemegang saham tidak dalam posisi untuk
memonitor aktivitas sehari-hari CEO untuk memastikan bahwa dia bekerja
pada kepentingannya yang terbaik. Prinsipal tidak memiliki informasi yang
cukup tentang kinerja agen dan secara pasti tidak akan pernah dapat
mengetahui kontribusi agen terhadap hasil aktual perusahaan, kecuali agen
memberikan informasi tambahan yang berupa informasi pribadi. Tanpa
memonitornya, hanya agenlah yang mengetahui dia bekerja atas kepentingan
terbaik prinsipal atau atas kepentingan pribadi. Selain itu, jelas hanya agen
yang mengetahui lebih banyak tentang tugasnya dibandingkan prinsipal.
Adanya tindakan agen yang tidak diketahui secara pasti oleh prinsipal
tersebut memaksa prinsipal melakukan pengendalian dengan mekanisme
29
pengendalian agar kepentingan yang dapat berjalan sesuai dengan yang
diharapkan, yaitu melalui monitoring. Prinsipal dapat merancang sistem
pengendalian yang menambah kemakmuran agen atas biaya kepentingan
prinsipal. Sebagai contoh : audit pihak ketiga atas laporan keuangan
perusahaan sebelum diserahkan kepada pemegang saham.
Untuk dapat melakukan pengawasan dengan baik dan efektif, prinsipal
perlu mendefinisikan tugas-tugas agen sehingga menghasilkan informasi atau
sinyal dalam proses pengawasan yang akurat, terutama sekali terhadap
penggunaan arus kas bebas oleh para manajer.
G. Institutional ownership
Kepemilikan institusional berarti kepemilikan saham oleh pihak
institusi lain yaitu kepemilikan oleh perusahaan atau lembaga lain. Menurut
Wahidahwati dalam Damayanti (2006) kepemilikan institusional adalah
kepemilikan saham oleh pihak-pihak yang berbentuk institusi seperti bank,
perusahaan asuransi perusahaan investasi, dana pensiun dan lainya. Selain itu,
blockholder juga termasuk dalam kepemilikan oleh institusi lain. Blockholder
adalah kepemilikan saham oleh perseorangan dengan nilai diatas 5% dan
perseorangan tersebut tidak masuk di jajaran manajemen. Institusi biasanya
dapat menguasai mayoritas saham karena mereka memiliki sumber daya yang
lebih besar bila dibandingkan dengan pemegang saham lainya.
30
H. Ketidakpastian Industri dan pengawasan oleh outside director dan pemilik
institusional
Penelitian mengenai pengelolaan perusahaan mendukung pemantauan
manajerial oleh outside director ketika kondisi di dalam perusahaan dan
lingkungan mengisyaratkan ada risiko tinggi terjadi manajerial oportunisme
(Fama dan Jensen, 1983). Pemantauam dapat dilakukan dengan
mengikutsertakan anggota direktur dari luar dalam jajaran dewan direksi,
karena outside direktor cenderung lebih sering mempertanyakan hasil beberapa
keputusan yang dibuat oleh CEO dan tim manajemen eksekutif puncak lainya
(Webb, 2004).
Dalam perusahaan IPO, informasi asimetris dapat dikurangi jika outside
director membangun pengetahuan khusus mengenai perusahaan selama
berinteraksi dengan para manajer perusahaan IPO, yang memberi mereka
informasi umum perusahaan maupun informasi yang non-publik (Carpenter
dan Westphal, 2001).
I. Penelitian terdahulu terkait hubungan antar variabel
Penelitian terdahulu tentang ketidakpastian dalam industri dan
pengawasan manajemen dan kepemilikan institusional dalam perusahaan yang
melakukan IPO keseluruhan dilakukan pada area di luar Indonesia yaitu di
Amerika Serikat. Tindakan pengawasan manajer oleh dewan independen dan
pemilik institusional dilihat dalam beberapa penelitian sebagai mekanisme
pengelolaan perusahaan yang penting yang dapat membawa keefektifan dalam
manajemen perusahaan dan kinerja ekonomi perusahaan yang superior.
31
Akan tetapi, penelitian empiris yang baru dengan sampel besar dan
studi kasus terbaru yang menarik bukti dari perusahaan-perusahaan seperti
Enron, Tyco dan WorldCom menyatakan bahwa mekanisme pengelolaan tidak
selalu dapat mencegah tindakan manajer yang mementingkan kepentingan
sendiri dan mengabaikan kepentingan pemegang saham (Dalton, 2003).
Sedangkan menurut Dodge (1994) yang meneliti 645 perusahaan kecil di
Amerika, mengemukakan bahwa dengan melakukan IPO, perusahaan mulai
menerima tekanan substansial yang cermat dan kompetitif. Karena
pengungkapan tentang keuangan dan strategi perusahaan, perusahaan menjadi
pusat perhatian di mata pesaing yang sebelumnya mungkin tidak menyadari
perusahaan tersebut.
Penelitian yang dilakukan di Amerika menunjukan efek yang tidak
konsisten dari pemantauan oleh pengurus dan pemilik institusional sebagian
dapat disebabkan oleh penerapan mekanisme pengelolaan yang tidak tepat
dengan kondisi spesifik industri yang ditandai oleh perbedaan jenis dan tingkat
ketidakpastian ( Miller 2002; Pearce dan Zahra 1992; Sundaramurthy 1996).
Sedangkan Boyd (1990) melakukan penelitian pada 147 perusahaan dari
sembilan group industri di Amerika menemukan hubungan positif antara
kinerja perusahaan dalam industri dengan pertumbuhan rendah dan / atau
persaingan yang tidak sempurna.
J. Model Penelitian
Berdasar perumusan masalah dapat dijelaskan model penelitian ini,
model penelitian ini pada dasarnya mengikuti atau mereplikasi model
32
penelitian yang telah dikembangkan oleh (Yasemin Y. Kor, Joseph T.
Mahoney, Sharon Watson : 2008 ) dan dengan beberapa penyesuaian yang
pada intinya merupakan penelitian kausalitas pengaruh ketidakpastian
permintaan dan persaingan pada pengawasan dewan direktur dan kepemilikan
institusional perusahaan yang melakukan IPO yang listing di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2002-2007. Bila digambarkan dalam skema, berikut
adalah model dari penelitian ini :
Gambar II.1 Model penelitian
VAR. DEPENDEN
Ketidakpastian permintaan
Ketidakpastian persaingan
Presentase direktur dari luar manajemen puncak (board
outsider)
Presentase kepemilikan saham institusional (institutional
ownership)
VAR.KONTROL
Management ownership Number of risk factor Profitability Firm size Firm age
33
K. Hipotesis Penelitian
Hipotesis menurut Djarwanto PS (2000: 183) adalah pernyataan
mengenai suatu hal yang harus diuji kebenarannya. Sedangkan Wahyuni (1993:
20) mendefinisikan hipotesis sebagai pernyataan atau dugaan sementara yang
diungkapkan secara deklaratif. Pernyataan atau dugaan ini diformulasikan
dalam bentuk variabel agar bisa diuji secara empiris.
Dalam sebuah perusahaan, terutama perusahaan yang melakukan IPO.
Ketidakpastian permintaan akan mempengaruhi penjualan dan pendapatan
perusahaan, sedangkan sebagai perusahaan yang mulai go public kinerja
perusahaan sangat berpengaruh terhadap kepercayaan pemegang saham.
Sedangkan di lain sisi, terkadang muncul kondisi CEO yang bekerja demi
kesejahteraan pribadi dan mengesampingkan kepentingan dewan direktur atau
pemegang saham. Dalam hal ini perlu dilakukan pengawasan oleh dewan
direktur yang merupakan pihak luar selain CEO dalam perusahaan. Sehingga
muncul hipotesis yang pertama :
Hipotesis 1 : Ketidakpastian permintaan pada suatu perusahaan berpengaruh
terhadap presentase pihak luar dalam jajaran manajemen pada
perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada
tahun 2002-2007.
Pemantauan oleh investor institusional akan sangat bermakna dalam
lingkungan bisnis dengan ketidakpastian permintaan tinggi, kompetitif, dan
kondisi teknologi yang mampu menimbulkan manajerial oportunisme dan
masalah keagenan (eisenhardt, 1989). Karena investor institusional memiliki
34
andil yang lebih besar dan berpeluang mendapat gain / loss yang lebih besar,
dalam ketidakpastian permintaan yang lebih tinggi konsentrasi kepemilikan
institusional cenderung lebih besar (Kor dan Mahoney, 2005). Sehingga
muncul hipotesis yang kedua :
Hipotesis 2 : Ketidakpastian permintaan pada suatu perusahaan berpengaruh
terhadap presentase kepemilikan institusional pada perusahaan
yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2002-
2007.
Dalam tingkat permintaan dan persaingan yang sulit diprediksi pada
perusahaan yang melakukan IPO, keberadaan pihak luar pada jajaran
manajemen dalam jumlah yang lebih banyak berfungsi sebagai mekanisme
untuk mengatasi tingginya ketidakpastian dan untuk mengamankan sumber
daya yang penting untuk kelangsungan hidup dan keberhasilan perusahaan.
Sehingga muncul hipotesis yang ketiga:
Hipotesis 3 : Ketidakpastian persaingan pada suatu industri berpengaruh
terhadap presentase pihak luar dalam jajaran manajemen pada
perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada
tahun 2002-2007.
Dalam lingkungan yang tidak pasti, investor institusional cenderung
memiliki informasi lebih banyak dibandingkan dengan investor kecil yang
memungkinkan investor ini untuk berkomunikasi dengan para manajer dan
untuk memantau lebih dekat keputusan strategis perusahaan (Pedersen dan
Thomsen 2003; Shleifer dan Vishny 1997). Maka hipotesis keempat :
35
Hipotesis 4 : Ketidakpastian persaingan pada suatu industri berpengaruh
terhadap presentase kepemilikan institusional pada perusahaan
yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2002-
2007.
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain dan Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini didesain sebagai suatu studi empiris dibidang keuangan.
Penelitian ini termasuk dalam tipe penelitian penjelasan (explanatory
research) yang memfokuskan pada hubungan antar variabel penelitian dan
menguji hipotesis seperti yang telah dirumuskan pada bab sebelumnya.
B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi adalah gabungan dari seluruh elemen yang berbentuk
peristiwa, hal atau orang yang memiliki karakteristik yang serupa yang
menjadi pusat perhatian seorang peneliti, karena itu populasi dapat dipandang
sebagai sebuah semesta penelitian (Ferdinand, 2006).
Populasi pada rancangan penelitian manajemen keuangan ini adalah,
perusahaan-perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Sampel adalah subset dari populasi, yang terdiri dari beberapa anggota
populasi. Dengan meneliti sampel, seorang peneliti dapat menarik kesimpulan
yang dapat digeneralisasi untuk seluruh populasinya (Ferdinand, 2006)
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah perusahaan-
perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun
2002-2007.
37
Teknik sampling yang digunakan dalam rancangan penelitian
manajemen keuangan ini adalah purposive sampling, judgement sampling
yang merupakan bagian dari teknik sampling non-probability. Berdasar
Ferdinand (2006) metode judgement sampling yang merupakan bagian dari
purposive sampling dipilih atas dasar penggunaan pertimbangan tertentu yang
disesuaikan dengan tujuan penelitian atau masalah penelitian yang
dikembangkan.
Maksud purposive dan judgement diatas, ketika penulis tidak menemui
sumber data yang dihendaki pada suatu sampel di perusahaan tertentu, maka
penulis akan menghilangkan dan tidak mengikutkannya dalam sampel.
Adapun kategori data yang dapat digunakan sebagai sampel dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia tahun 2002-
2007.
2. Perusahaan IPO yang menyertakan laporan keuanganya per 31 Desember
tahun 2002-2007.
3. Perusahaan yang menyertakan prospektus perusahaan pada saat
melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia tahun 2002-2007.
C. Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data
Sumber data untuk sampel yang dimaksud akan didapat di berbagai
sumber terbitan BEI seperti Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dari
Pojok Bursa Efek Indonesia di Universitas ternama, Prospektus perusahaan
38
dari Pusat Data Bisnis dan Ekonomi (PDBE) Fakultas Ekonomi Universitas
Gajah Mada, dan juga dari soft file internet seperti www.idx.com yang memuat
informasi ratusan emiten pasar modal Indonesia.
Metode Pengumpulan data yang digunakan adalah :
1. Studi pustaka, dilakukan untuk memperoleh landasan teori sebagai
landasan pengembangan hipotesis, yang diperoleh dari literatur, jurnal
ilmiah yang relevan dengan penelitian ini.
2. Studi lapangan, dilakukan dengan mengunjungi website pasar modal
Indonesia dan dokumentasi data yang dibutuhkan dari pojok BEI yaitu
data ICMD dan Pusat Data Bisnis dan Ekonomi untuk data prospektus
perusahaan.
D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
1. Variabel Dependen
a. Board outsider
Dalam penelitian ini variabel dependen yang pertama adalah
presentase board outsider yang dihitung dari rasio outside director pada
jumlah total manajer yang ada di perusahaan (Beatty dan Zajac 1994;
Dalton 1998). Pengukuranya adalah sebagai berikut :
BOUT = director ofnumber total
director outsidex 100%
39
b. Institutional Ownership
Dalam penelitian ini variabel dependen yang kedua adalah
presentase kepemilikan saham oleh institusional yang diperoleh sebagai
berikut :
IOWN = beredar yang saham total
nalinstitusio sahamn kepemilikajumlah x 100%
2. Variabel independen
a. Ketidakpastian permintaan
Dalam penelitian ini variabel independen pertama yang akan
menjelaskan variabel dependen adalah variabel ketidakpastian
permintaan keseluruhan dari sampel perusahaan yang listing untuk
periode tahun 2002-2007. Pengukuran variabel bebas pertama ini sesuai
dengan penelitian Y. Kor et. al. (2008) yaitu sebagai berikut :
DEMUN = nKeseluruhalanIdustrirataPenjuaRata
erusahaanPenjualanPStdDev-
.
b. Ketidakpastian persaingan
Dalam penelitian Yasemin Y. Kor, penghitungan ketidakpastian
persaingan dihitung dengan menggunakan rasio konsentrasi. Rasio
konsentrasi n-perusahaan, biasanya dinyatakan CRn mengukur pangsa n
perusahaan terbesar dalam suatu industri. Biasanya dihitung dengan
total ukuran perusahaan (firm size). Yang paling sering digunakan untuk
40
menghitung ukuran (size) adalah berdasar penjualan, asset atau data
karyawan (Lipczynski et. al. 2005). Sedangkan dalam penelitian ini,
menghitung ukuran perusahaan berdasar pada total asset perusahaan.
Rumus untuk rasio konsentrasi n perusahaan adalah sebagai berikut :
CRn = å=
n
iis
1
Dengan si merupakan pangsa untuk perusahaan terbesar ke-i pada total
penjualan industri, asset atau karyawan (Lipczynski et. al. 2005).
Dalam ilmu ekonomi, rasio konsentrasi industri digunakan
sebagai indikator ukuran relatif perusahaan dalam hubungannya
dengan industri secara keseluruhan. Rasio konsentrasi dihitung sebagai
jumlah persen total asset n perusahaan puncak. Rasio konsentrasi juga
membantu dalam menentukan struktur pasar industri. Pada umumnya
digunakan rasio konsentrasi empat perusahaan, atau CR4 yang
menunjukan pangsa pasar sebagai persentase dari empat perusahaan
terbesar dalam industri (Lipczynski et. al. 2005). Semakin tinggi CR4,
semakin rendah ketidakpastian persainganya. Karena penguasaan pasar
didominasi oleh perusahaan terkuat dan sebaliknya.
Dalam penelitian ini variabel independen kedua yang akan
menjelaskan variabel dependen adalah variabel ketidakpastian
persaingan keseluruhan dari sampel perusahaan yang listing untuk
periode tahun 2002-2007. Pengukuran variabel bebas kedua ini yaitu
sebagai berikut :
41
CR4 = å=
4
1iis
COMPUN =4CR
PerusahaanTotalAssetx100%
3. Variabel Kontrol
Adalah variabel yang dipercaya seperti variabel independen dan
peneliti berusaha mencari hubungan antara variabel kontrol bersama
dengan variabel independen terhadap variabel dependen (Social Research
and Instructional Council, 2000). Variabel yang digunalan dalam
penelitian ini adalah :
a. Management ownership
Untuk mensejajarkan kepentingan manajer dengan pemilik
perusahaan terdapat mekanisme khusus yang dapat digunakan pemilik
perusahaan untuk memotivasi manajer agar bertindak sesuai dengan
kepentingan pemegang saham. Salah satunya yaitu dengan memberikan
atau meningkatkan kepemilikan saham terhadap manajer. Langkah ini
ditujukan untuk menarik dan mempertahankan manajer yang cakap
serta untuk mengarahkan tindakan manajer agar mendekati kepentingan
pemegang saham terutama untuk memaksimalkan harga saham.
Untuk mencari presentase kepemilikan saham oleh manajemen
adalah sebagai berikut:
MANOWN = %100xryangBeredaTotalSaham
jemenamOlehManamilikanSahJumlahKepe
42
b. Number of risk factor
Number of risk faktor disini adalah jumlah kemungkinan risiko
yang akan dihadapi perusahaan kedepanya setelah go public. Jumlah
kemungkinan risiko yang dihadapi ini juga dapat dilihat pada
prospektus perusahaan yang akan go public.
c. Profitabilitas
Perhitungan profitabilitas menggunakan rasio Basic Earning
Power (BEP), yaitu perbandingan antara laba sebelum pajak dan beban
bunga (EBIT) terhadap total aktiva perusahaan.
Profitabilitas = aTotalAktiv
dTaxoreInteresEarningBefEBIT )tan(
d. Firm size
Variabel size merupakan nilai total aktiva untuk masing-masing
perusahaan yang dijadikan sampel, untuk menghindari angka yang
relative besar, maka variabel ukuran perusahaan (firm size) diukur
dengan logaritma dari total aktiva. Alasan total aktiva dipilih sebagai
proxy dari size adalah pertimbangan bahwa nilai aktiva relatif lebih
stabil dibandingkan nilai market capitalization dan penjualan. Jadi
perhitungan size menggunakan :
Size = log (total aktiva)
e. Firm Age
Firm Age atau usia perusahaan disini adalah usia perusahaan
secara nyata yaitu usia perusahaan dari berdiri hingga waktu penelitian
ini. Untuk usia perusahaan dapat dilihat pada prospektus perusahaan.
43
E. Metode Analisis Data
Alat statistik utama yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan
menggunakan analisis regresi linier berganda seperti yang dilakukan oleh
Yasemin Y. Kor, Joseph T. Mahoney, Sharon Watson (2008), Alat bantu yang
digunakan pada metode analisis data ini adalah dengan menggunakan program
SPSS (Statistical Package for Social Sciences) for Windows versi 17.0.
1. Pengujian normalitas data
Uji normalitas bertujuan untuk menguji kenormalan data dalam
suatu model regresi, variabel pengganggu atau residual dari regresi tersebut
terdistribusi normal atau tidak. Jika asumsi ini dipenuhi, maka nilai residual
dari analisis akan berdistribusi normal. Pengujian ini dilakukan dengan
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan kriteria pengujiannya
adalah bila nilai signifikansi residual lebih besar dari alfa (0,05) maka data
berdistribusi normal, namun ketika nilai signifikansi residual lebih kecil
dari alfa (0,05) maka dapat dinyatakan data tidak berdistribusi normal.
Hal yang perlu ditekankan disini yaitu, seringkali uji normalitas
disalah artikan dengan penafsiran bahwa semua variabel harus memiliki
distribusi normal. Sebenarnya hal tersebut tidak keliru, namun lebih
tepatnya Uji asumi klasik normalitas yang dimaksud adalah nilai residual
dari regresi haruslah berdistribusi normal (Ghozali, 2006 : 134)
44
2. Pengujian asumsi klasik
a. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji ada tidaknya
korelasi antar variabel bebas (independen) pada suatu model regresi
tertentu. Model regresi berganda yang baik seharusnya tidak ditemui
korelasi antara variabel independen yang diujikan, dengan demikian
regresi sederhana tidak perlu dilakukan pengujian asumsi klasik ini, hal
ini sesuai dengan Gujarati (1999)
Akibat adanya multikolinearitas adalah estimasi akan terafiliasi
sehingga menimbulkan bias. Multikolinearitas dapat diukur dengan
menggunakan Variance Inflation Factor (VIF) tak melebihi 10 dan nilai
tolerance sekitar diatas angka 0,1. apabila nilai VIF diatas 10 dan nilai
tolerance dibawah 0,1 maka telah terjadi multikolinaritas. Adapun cara
penanganan multikolinieritas menurut Winarno (2009) dapat dilakukan
dengan 1) tetap membiarkan model mengandung Multikolinieritas
karena estimator masih tetap BLUE, 2) Penambahan data, 3) Eliminasi
variabe independen, 4) transformasi beberapa satu atau lebih variabel.
b. Autokorelasi
Pengujian autokorelasi ini bertujuan untuk menguji ada tidaknya
korelasi antara faktor eror pada periode t dengan kesalahan pengganggu
pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan
autokorelasi. Autokorelasi ini muncul karena observasi yang berurutan
sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya.
45
Salah satu uji yang paling mudah untuk mendeteksi ada tidaknya
autokorelasi adalah uji Durbin Watson (DW-test). Kriteria pengujian
autokorelasi adalah sebagai berikut:
Tabel III.1 Kriteria pengujian autokorelasi
Hipotesis Nol Keputusan Jika Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl Tidak ada autokorelasi positif No Decision dl ≤ d ≤ du Tidak ada autokorelasi negatif Tolak 4-dl < d < 4 Tidak ada autokorelasi negatif No decision 4-du ≤ d ≤ 4-dl Tidak ada autokorelasi positif dan negatif
Tidak ditolak Du < d < 4-du
Sumber : Ghozali (2006 : 96) Dengan cara D-W test ini maka penulis membandingkan hasil
output dari SPSS dengan DW tabel untuk menentukan ada tidaknya
autokorelasi yang terjadi pada suatu model regresi yang diujikan.
Namun apabila dalam pengujian terjadi auto korelasi maka perlu
mengatasi masalah tersebut. Menurut Gujarati (1999) untuk mengatasi
masalah autokorelasi pada suatu model, maka perlu dilakukan
transformasi model yang yang sering disebut dengan generalized least
square (GLS) atau generalized difference equation. Transformasi itu
ditujukan agar pads akhirnya estimasi akan bersifat BLUE. Berikut
adalah ilustrasi transformasinya :
Misalkan model awal dari regresi : Yt = B1 + B2Xt + ut
Maka model tranformasi berdasar Gujarati (1999) menjadi :
(Yt – ρYt-1) = B1(1 – ρ) + B2(Xt – ρXt-1) + υt
46
Dengan cara transformasinya yaitu pertama-tama membentuk
variabel lag pertama dari variabel semula, kemudian mengisi nilai
variabel yang kosong akibat lag dengan menggunakan rumus Prais-
Winstern Transformation (Gujarati, 1999) yaitu misal *1Y = ( )1
21 Yr- ,
selanjutnya mengitung nilai dari ρ, dengan berbagai pilihan cara, seperti
yang diungkapkan Gujarati (1999) yang meliputi : 1) First difference
Method, 2) dengan hasil dari D-W test, 3) The Cochrane-Orcutt
iteractive procedure, 4) The Cochrane-Orcutt two step method, 5) D-W
two step metod, 6) The Hildreth-Lu search Procedure, 7) Maximum
Likelihood method.
Pada penelitian ini cara yang digunakan adalah dengan estimasi
melalui hasil D-W test yang telah dilakukan, menurut gujarati (1999)
metode ini cukup mudah namun memberikan estimasi yang baik.
Berikut adalah rumusnya :
2
1ˆ d-»r
c. Heteroskedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui
adanya gejala data yang mempunyai varian dari residual yang konstan
atau sama pada model yang digunakan. Jika variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas
namun bila berbeda maka terjadi masalah heteroskedastisitas. Salah satu
metode untuk mengetahui ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah
47
dengan melakukan uji Glejser. Dengan langkahnya yaitu melakukan
regresi utama untuk mendapat residualnya, kemudian melakukan regresi
kembali dengan absolut dari residual sebagai variabel dependen pada
variabel independen lain yang diujikan.
Kriteria pengujiannya yaitu jika variabel independen signifikan
secara statistik (tingkat sig < 0,05) maka dapat dinyatakan terjadi
heteroskedastisitas dan sebaliknya jika variabel independen tidak ada
yang signifikan (sig > 0,05) maka dapat dinyatakan tidak terjadi
heteroskedastisitas.
Beberapa cara untuk menanggulangi masalah heteroskedasitisitas
menurut Gujarati (1999) adalah dengan 1) Bila varians diketahui maka
dapat menggunakan metode WLS dengan varians sebagai pembobot, 2)
dengan metode square root transformation yang pada intinya
menggunakan WLS juga namun dengan akar salah satu variabel
independen sebagai pembobot, 3) menggunakan WLS dengan salah satu
variabel independen sebagai pembobot, 4) respesifikasi model dengan
tranformasi pada bentuk ln. Berbagai pilihan itu disesuaikan dengan
bagaimana keadaan heteroskedastisitas pada suatu model.
Pada penelitian ini untuk mengatasi masalah heteroskedastisitas
yang terjadi penulis memilih metode square root transformation
dengan ilustrasi sebagai berikut :
Model awal : uXBBYi ++= 121 , kemudian ditransformasi menjadi
48
11
12
1
1
1
1 1
X
u
X
XB
XB
X
Y i++=
ii vXBX
B ++= 2
1
1
1
Berdasar transformasi dengan bantuan WLS diatas menurut
Gujarati (1999) selama iii Xuv = maka dapat disimpulkan model
setelah transformasi ini bersifat homoskedastisitas, dan layak
digunakan sebagai estimator. Sebagai tambahan bila
heteroskedastisitas terjadi bersamaan dengan autokorelasi maka
menurut Gujarati (1999) cara terbaik adalah dengan menyelesaikan
heteroskedastisitas terlebih dahulu.
F. Pengujian hipotesis
a. Hierarchical Regression Analysis
Metode analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian
ini adalah hierarchical regression analysis yaitu analisis regresi yang
dilakukan dengan komposisi variabel yang berbeda yaitu ditambah setiap
tingkat. Tujuanya adalah untuk melihat perbedaan tingkat pengaruh
pengujian. Analisis ini dimaksudkan untuk menguji pengaruh signifikan
variabel-variabel ketidakpastian permintaan dan ketidakpastian persaingan
terhadap board monitoring dan kepemilikan institusional, dengan
menyertakan variabel-variabel kontrol.
Menurut Alotaibi (2001), prosedur pengujianya adalah :
1. Variabel kontrol disertakan kedalam pengujian.
49
2. Variabel kontrol dan variabel utama disertakan dalam pengujian,
dilihat perubahan koefisien determinasi dan nilai signifikansi t – nya.
Dari prosedur pengujian di atas, jika ditulis dalam bentuk
persamaan adalah sebagai berikut :
1. Prosedur pertama diperoleh :
a. Persamaan model pertama, menghitung presentase direktur dari
luar (board outsider) sebagai variabel dependen
ebbbbba
++++++=
FAGEFSIZEPROFRISK
MANOWNBOUT
5432
1
b. Persamaan model kedua, menghitung presentase kepemilikan
institusional (institutional ownership ) sebagai variabel dependen
ebbbbba
++++++=
FAGEFSIZEPROFRISK
MANOWNIOWN
5432
1
2. Prosedur kedua diperoleh :
a. Persamaan model ketiga (hipotesis pertama), mengidentifikasi
pengaruh demund uncertainty pada board outsider.
ebbbbbba
+++++++=
FAGEFSIZEPROFRISK
MANOWNDEMUNBOUT
5543
21
b. Persamaan model keempat (hipotesis kedua), mengidentifikasi
pengaruh demund uncertainty pada institutional ownership
ebbbbbba
+++++++=
FAGEFSIZEPROFRISK
MANOWNDEMUNIOWN
5543
21
c. Persamaan model kelima (hipotesis ketiga), mengidentifikasi
pengaruh competitive uncertainty pada board outsider.
50
ebbbbbba
+++++++=
FAGEFSIZEPROFRISK
MANOWNCOMPUNBOUT
5543
21
d. Persamaan model keenam (hipotesis keempat), mengidentifikasi
pengaruh competitive uncertainty pada institutional ownership
ebbbbbba
+++++++=
FAGEFSIZEPROFRISK
MANOWNCOMPUNIOWN
5543
21
Keterangan :
BOUT : (board outsider) atau direktur dari luar (%) pada
perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2002-2007.
IOWN : (institutional ownership) atau kepemilikan
institusional (%) pada perusahaan yang melakukan IPO
di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2002-2007.
DEMUN : (demand uncertaity) atau ketidakpastian permintaan
pada perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2002-2007.
COMPUN : (competitive uncertainty) atau ketidakpastian
persaingan pada perusahaan yang melakukan IPO di
Bursa Efek Indonesia pada tahun 2002-2007.
MANOWN : (management ownership) atau presentase kepemilikan
saham perusahaan oleh manajemen pada perusahaan
yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada
tahun 2002-2007.
51
RISK : (number of risk) atau jumlah risiko yang mungkin
diderita oleh perusahaan yang terdaftar pada prospektus
perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2002-2007.
PROF : (profitability) atau profitabilitas pada perusahaan yang
melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada tahun
2002-2007.
FSIZE : (Firm size) atau ukuran perusahaan yang melakukan
IPO di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2002-2007.
FAGE : (Firm age) atau usia perusahaan yang melakukan IPO
di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2002-2007.
α : konstanta.
nbb -1 : Koefisien dari masing masing variabel independen.
e : Kondisi eror
Kemudian dilakukan pengujian untuk mengetahui pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen secara parsial (uji t), dan uji
koefisien determinasi (uji R2). Karena penelitian ini tidak mencari pengaruh
variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen, maka tidak
dilakukan uji F.
b. Koefisien determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui prosentase
variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen. Nilai
(R2) besarnya antara 0 dan 1. (R2) dikatakan baik jika makin mendaekati 1,
52
sedangkan jika (R2) 1 berarti variabel independen berpengaruh sempurna
pada variabel depemden. Jika (R2) bernilai 0, maka tidak ada pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen.
c. Pengujian koefisien regresi parsial (uji-t)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui variabel bebas secara
parsial atau individu mempunyai pengaruh terhadap variabel bebas lainya
atau tidak ( Gujarati, 2003). Pengujianya adalah sebagai berikut :
i) H0 diterima atau Ha ditolak apabila nilai signifikan t hitung > 0,05.
Ini menunjukan bahwa variabel independen secara parsial tidak
berpengaruh terhadap variabel independen.
ii) H0 ditolak atau Ha diterima apabila nilai signifikansi t hitung <
0,05. Ini menunjukan bahwa variabel independen secara parsial
berpengaruh terhadap variabel dependen.
Semua teknis analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan
bantuan program computer SPSS (Statistical Package for Social Science)
for windows.
53
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini disajikan analisis terhadap data penelitian dan pengujian
hipotesis yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya dengan menggunakan
teknik-teknik analisis data yang telah dikemukakan. Sesuai dengan perumusan
masalah dan tujuan dari penelitian yang telah dikemukakan bahwa tujuan dari
penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris pengaruh ketidak pastian
permintaan dan ketidakpastian persaingan terhadap jumlah jajaran manajemen
dari pihak luar (board outsider) dan kepemilikan saham oleh institusional
(institutional ownership) pada perusahaan yang melakukan IPO tahun 2002-2007
dengan menyertakan variabel-variabel kontrol. Variabel kontrol tersebut adalah
kepemilikan saham oleh manajemen (management ownership), profitabilitas
perusahaan (profitability), total risiko yang mungkin dihadapi perusahaan (risk),
usia perusahaan (firm age) dan ukuran perusahaan (firm age). Metode analisis
utama yang digunakan didasarkan pada model hierarchical regression analysis
dan diproses dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 16 for windows.
A. Analisis Data
Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder yang berupa data
keuangan dan informasi perusahaan yang melakukan IPO mulai tahun 2002
sampai tahun 2007. Berdasarkan kriteria pengambilan sampel yang telah
dikemukakan sebelumnya diperoleh :
54
Tabel IV.1 Jumlah Sampel Penelitian
No. Keterangan Jumlah Perusahaan 1. Perusahaan yang melakukan IPO mulai
tahun 2002 sampai 2007 60
2. Perusahaan yang tidak menyediakan prospektus saat IPO
28
Sub total 32 3 Perusahaan yang tidak menyertakan
laporan keuangan secara lengkap 1
Total Sampel 31
Berdasarkan pengklasifikasian kriteria di atas diperoleh sampel 31
perusahaan yang berasal dari berbagai sub industri mulai tahun 2002 sampai
tahun 2007 yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia. Selanjutnya 31
sampel tersebut yang akan dianalisis.
B. Deskripsi Data
1. Statistik Deskriptif persamaan model pertama Tabel IV.2
Statistik deskriptif Hierarchical Regression dengan variabel kontrol pada variabel Board Outsider (BOUT)
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
BOUT 31 .33 2.00 1.0059 .35612
MANOWN 31 .00 .18 .0146 .03952
RISK 31 5 21 11.68 4.833
FAGE 31 3 37 14.81 9.141
PROF 31 -.2585 .2929 .082793 .1043094
FSIZE 31 7.1269 15.6834 12.168543 2.0200366
Valid N (listwise) 31
Sumber : lampiran output
Pada tabel IV.2 diatas, sesuai dengan prosedur Alotaibi (2001),
Hierarchical Regression prosedur pertama adalah dengan menyertakan
seluruh variabel kontrol pada pengujian. Jadi dalam satu model persamaan
55
terdiri dari 2 variabel yaitu board outsider sebagai variabel dependen dan
managerial ownership, total risk, firm age, profitability dan firm size
sebagai variabel kontrol, dengan total data yang digunakan adalah
sebanyak 31 perusahaan. Perusahaan dengan rasio board outsider (BOUT)
terendah yaitu sebesar 0,33 adalah PT Aneka Kemasindo Utama Tbk
(AKKU) dan PT Excelcomindo Pratama Tbk. (EXCL), sedangkan
perusahaan dengan rasio board outsider tertinggi yaitu sebesar 2,00 adalah
PT Anta Express Tour & Travel Service Tbk (ANTA). Rata-rata board
outsider dari 31 perusahaan adalah sebesar 1,0059 dan standar deviasinya
0,35612.
Untuk variabel rasio management ownership (MANOWN) atau
kepemilikan saham oleh manajemen perusahaan dapat dinyatakan bahwa
perusahaan dengan rasio management ownership yang terendah yaitu
sebesar 0.00 adalah mayoritas perusahaan dikarenakan di indonesia sendiri
kepemilikan saham oleh manajemen belum sepenuhnya dilaksanakan.
Adapun beberapa perusahaan dengan rasio management ownership 0.00
adalah PT Anugrah Tambak Perkasindo Tbk (ATPK), PT Fishindo
Kusuma Sejahtera Tbk (FISH), PT Sugi Samapersada Tbk (SUGI), PT
Radian Utama Interinsco Tbk (RUIS), PT Bisi Internasional Tbk (BISI)
dan sebagainya dapat dilihat dilampiran. Sedangkan perusahaan dengan
rasio management ownership tertinggi yaitu sebesar 0.18 adalah PT Gema
Grahasarana Tbk (GEMA). Rata-rata management ownership dari 31
perusahaan adalah 0,0146 dengan standar deviasinya 0,03952.
56
Untuk variabel total risiko (RISK) dinyatakan bahwa perusahaan
dengan rasio total risk yang terendah yaitu sebesar 5 adalah PT Gema
Grahasarana Tbk (GEMA) dan PT Pelayaran Tempuran Emas Tbk
(TMAS). Sedangkan perusahaan dengan total risiko tertinggi yaitu sebesar
21 adalah PT Excelcomindo Pratama Tbk (EXCL). Rata-rata total risiko
dari 31 perusahaan adalah 11,68 dengan standar deviasinya 4,833.
Selanjutnya untuk variabel firm age (FAGE) atau usia perusahaan
dapat dilihat bahwa perusahaan dengan usia termuda yaitu 3 tahun adalah
PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) dan PT Aneka Kemasindo Utama Tbk
(AKKU). Sedangkan perusahaan dengan usia tertua yaitu 37 tahun adalah
PT Indonesia Air Transport (IATA). Rata-rata usia dari 31 perusahaan
adalah 14,81 dengan standar deviasinya 9,141.
Untuk variabel profitabilitas (PROF) perusahaan dapat diketahui
bahwa perusahaan dengan rasio profitabilitas terendah yaitu -0.2585
adalah PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk (BTEK). Dan rasio
profitabilitas tertinggi yaitu sebesar 0,2929 adalah PT Perusahaan Gas
Negara (persero) (PGAS). Rata-rata profitabilitas dari 31 perusahaan
adalah 0,08279 dengan standar deviasinya 0,10431.
Sedangkan untuk variabel firm size (FSIZE), perusahaan dengan
rasio firm size terendah yaitu sebesar 7,1269 adalah PT Mitra Adiperkasa
Tbk (MAPI) dan rasio firm size tertinggi yaitu 15,6834 adalah PT
Excelcomindo Pratama Tbk (EXCL). Rata-rata firm size dari 31
perusahaan adalah 12,1685 dengan standar deviasinya 2,0200.
57
2. Statistik Deskriptif persamaan model kedua
Statistik deskriptif untuk data institutional ownership (INOWN),
dengan variabel kontrol dapat dilihat pada tabel IV.3 Berikut adalah tabel
Statistik deskriptif Hierarchical Regression dengan variabel kontrol pada
variabel institutional ownership (INOWN).
Tabel IV.3 Statistik deskriptif Hierarchical Regression dengan variabel kontrol
pada variabel Institutional Ownership (INOWN)
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
INOWN 31 .5101 .9245 .738952 .1057867
MANOWN 31 .00 .18 .0146 .03952
RISK 31 5 21 11.68 4.833
FAGE 31 3 37 14.81 9.141
PROF 31 -.2585 .2929 .082793 .1043094
FSIZE 31 7.1269 15.6834 12.168543 2.0200366
Valid N (listwise) 31
Sumber : lampiran output
Masih sesuai dengan prosedur Alotaibi (2001), yang membedakan
dengan statistik deskriptif pertama adalah dalam statistik deskriptif kedua
ini variabel dependenya adalah institutional ownership (INOWN).
Perusahaan dengan rasio institutional ownership (INOWN) terendah yaitu
sebesar 0,5101 adalah PT Arona Binasejati Tbk (ARTI), sedangkan
perusahaan dengan rasio institutional ownership tertinggi yaitu sebesar
0,9245 adalah Excelcomindo Pratama Tbk (EXCL). Rata-rata institutional
ownership dari 31 perusahaan adalah sebesar 0,7389 dan standar
deviasinya 0,1058. Sedangkan keterangan untuk seluruh variabel kontrol
(managerial ownership, total risk, firm age, profitability dan firm size)
dapat dijabarkan seperti pembahasan variabel kontrol sebelumnya.
58
3. Statistik deskriptif persamaan model ketiga (hipotesis 1)
Pada tabel IV.4 di bawah, sesuai dengan prosedur Alotaibi (2001),
Hierarchical Regression prosedur kedua adalah dengan menyertakan
seluruh variabel kontrol dan variabel utama pada pengujian. Jadi dalam
satu model persamaan terdiri dari board outsider sebagai variabel
dependen, demand uncertainty sebagai variabel independen dan
managerial ownership, total risk, firm age, profitability dan firm size
sebagai variabel kontrol, dengan total data yang digunakan adalah
sebanyak 31 perusahaan.
Statistik deskriptif untuk data Demand Uncertainty (DEMUN), dan
Board Outsider (BOUT) untuk uji hipotesis 1 yaitu regresi dengan
variabel kontrol dapat dilihat pada tabel IV.4. Berikut adalah tabel statistik
deskriptif uji hipotesis 1 :
Tabel IV.4 Statistik deskriptif Uji Hipotesis 1
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
BOUT 31 .33 2.00 1.0059 .35612
DEMUN 31 .0125 2.7133 .407941 .6739238
MANOWN 31 .00 .18 .0146 .03952
RISK 31 5 21 11.68 4.833
FAGE 31 3 37 14.81 9.141
PROF 31 -.2585 .2929 .082793 .1043094
FSIZE 31 7.1269 15.6834 12.168543 2.0200366
Valid N (listwise) 31
Sumber : lampiran output
Pada tabel IV.4 di atas, uji hipotesis terdiri dari 7 variabel, dengan
total sampel 31 perusahaan. Yang membedakan dari statistik deskriptif
59
pertama dan kedua yaitu pada uji ini menyertakan variabel independen
(DEMUN).
Untuk variabel board outsider (BOUT), perusahaan dengan board
outsider terendah yaitu sebesar 0,33 adalah PT Aneka Kemasindo Utama
Tbk (AKKU) dan PT Excelcomindo Pratama Tbk. (EXCL), sedangkan
perusahaan dengan rasio board outsider tertinggi yaitu sebesar 2,00 adalah
PT Anta Express Tour & Travel Service Tbk (ANTA). Rata-rata board
outsider dari 31 perusahaan adalah sebesar 1,0059 dan standar deviasinya
0,35612.
Untuk variabel demand uncertainty (DEMUN) perusahaan dengan
demand uncertainty terendah yaitu sebesar 0,0125 adalah PT Sugi
Samapersada Tbk (SUGI), sedangkan perusahaan dengan rasio demand
uncertainty tertinggi yaitu sebesar 2,7133 adalah PT Arpeni Pratama
Ocean Line (APOL). Rata-rata demand uncertainty dari 31 perusahaan
adalah sebesar 0,4079 dan standar deviasinya 0,6739. Keterangan untuk
seluruh variabel kontrol (managerial ownership, total risk, firm age,
profitability dan firm size) dapat dijabarkan seperti pembahasan variabel
kontrol sebelumnya.
4. Statistik deskriptif persamaan model keempat (hipotesis 2)
Statistik deskriptif untuk data demand uncertainty (DEMUN), dan
institutional ownership (INOWN) untuk uji hipotesis 2 yaitu regresi
dengan variabel kontrol dapat dilihat pada tabel IV.5. yang membedakan
dengan statistik deskriptif uji hipotesis pertama adalah dalam uji hipotesis
60
kedua ini variabel dependenya adalah institutional ownership (INOWN)
Berikut adalah tabel statistik deskriptif uji hipotesis 2 :
Tabel IV.5 Statistik deskriptif Uji Hipotesis 2
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
INOWN 31 .5101 .9245 .738952 .1057867
DEMUN 31 .0125 2.7133 .407941 .6739238
MANOWN 31 .00 .18 .0146 .03952
RISK 31 5 21 11.68 4.833
FAGE 31 3 37 14.81 9.141
PROF 31 -.2585 .2929 .082793 .1043094
FSIZE 31 7.1269 15.6834 12.168543 2.0200366
Valid N (listwise) 31
Sumber : lampiran output
Untuk variabel Institutional ownership (INOWN), perusahaan
dengan Institutional ownership terendah yaitu sebesar 0,5101 adalah PT
Arona Binasejati Tbk (ARTI), sedangkan perusahaan dengan rasio
institutional Ownership tertinggi yaitu sebesar 0,9245 adalah
Excelcomindo Pratama Tbk (EXCL). Rata-rata institutional Ownership
dari 31 perusahaan adalah sebesar 0,7389 dan standar deviasinya 0,1058.
Sedangkan untuk variabel demand uncertainty (DEMUN)
perusahaan dengan demand uncertainty terendah yaitu sebesar 0,0125
adalah PT Sugi Samapersada Tbk (SUGI), sedangkan perusahaan dengan
rasio demand uncertainty tertinggi yaitu sebesar 2,7133 adalah PT Arpeni
Pratama Ocean Line (APOL). Rata-rata demand uncertainty dari 31
perusahaan adalah sebesar 0,4079 dan standar deviasinya 0,6739.
Keterangan untuk seluruh variabel kontrol (managerial ownership, total
61
risk, firm age, profitability dan firm size) dapat dijabarkan seperti
pembahasan variabel kontrol sebelumnya.
5. Statistik deskriptif persamaan kelima (hipotesis 3)
Statistik deskriptif untuk data competitive uncertainty (COMPUN),
dan bout outsider (BOUT) untuk uji hipotesis 3 yaitu regresi dengan
variabel kontrol dapat dilihat pada tabel IV.6. Yang membedakan dengan
statistik deskriptif uji hipotesis pertama dan kedua adalah dalam uji
hipotesis ketiga ini variabel dependenya adalah board outsider (BOUT)
dan variabel independenya competitive uncertainty (COMPUN) Berikut
adalah tabel statistik deskriptif uji hipotesis 3 :
Tabel IV.6 Statistik deskriptif Uji Hipotesis 3
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
BOUT 31 .33 2.00 1.0059 .35612
COMPUN 31 .0001 .9892 .125544 .2545868
MANOWN 31 .00 .18 .0146 .03952
RISK 31 5 21 11.68 4.833
FAGE 31 3 37 14.81 9.141
PROF 31 -.2585 .2929 .082793 .1043094
FSIZE 31 7.1269 15.6834 12.168543 2.0200366
Valid N (listwise) 31
Sumber : lampiran output
Untuk variabel board outsider (BOUT), perusahaan dengan board
outsider terendah yaitu sebesar 0,33 adalah PT Aneka Kemasindo Utama
Tbk (AKKU) dan PT Excelcomindo Pratama Tbk. (EXCL), sedangkan
perusahaan dengan rasio board outsider tertinggi yaitu sebesar 2,00 adalah
PT Anta Express Tour & Travel Service Tbk (ANTA). Rata-rata board
62
outsider dari 31 perusahaan adalah sebesar 1,0059 dan standar deviasinya
0,35612.
Sedangkan untuk variabel competitive uncertainty (COMPUN)
perusahaan dengan competitive uncertainty terendah yaitu sebesar 0,0001
adalah PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI), sedangkan perusahaan dengan
rasio competitive uncertainty tertinggi yaitu sebesar 0,9892 adalah PT
Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA). Rata-rata competitive
uncertainty dari 31 perusahaan adalah sebesar 0,1255 dan standar
deviasinya 0,2546. Keterangan untuk seluruh variabel kontrol (managerial
ownership, total risk, firm age, profitability dan firm size) dapat dijabarkan
seperti pembahasan variabel kontrol sebelumnya.
6. Statistik deskriptif persamaan model keenam (hipotesis 4)
Statistik deskriptif untuk data Competitive Uncertainty
(COMPUN), dan institutional ownership (INOWN) untuk uji hipotesis 3
yaitu regresi dengan variabel kontrol dapat dilihat pada tabel IV.7. Yang
membedakan dengan statistik deskriptif uji hipotesis sebelumnya adalah
dalam uji hipotesis ketiga ini variabel dependenya adalah institutional
ownership (INOWN) dan berikut adalah tabel statistik deskriptif uji
hipotesis 4 :
63
Tabel IV.7 Statistik deskriptif Uji Hipotesis 4
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
INOWN 31 .5101 .9245 .738952 .1057867
COMPUN 31 .0001 .9892 .125544 .2545868
MANOWN 31 .00 .18 .0146 .03952
RISK 31 5 21 11.68 4.833
FAGE 31 3 37 14.81 9.141
PROF 31 -.2585 .2929 .082793 .1043094
FSIZE 31 7.1269 15.6834 12.168543 2.0200366
Valid N (listwise) 31
Sumber : lampiran output
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa untuk variabel institutional
ownership (INOWN), perusahaan dengan Institutional ownership terendah
yaitu sebesar 0,5101 adalah PT Arona Binasejati Tbk (ARTI), sedangkan
perusahaan dengan rasio institutional ownership tertinggi yaitu sebesar
0,9245 adalah Excelcomindo Pratama Tbk (EXCL). Rata-rata institutional
ownership dari 31 perusahaan adalah sebesar 0,7389 dan standar
deviasinya 0,1058.
Sedangkan untuk variabel competitive uncertainty (COMPUN)
perusahaan dengan competitive uncertainty terendah yaitu sebesar 0,0001
adalah PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI), sedangkan perusahaan dengan
rasio competitive uncertainty tertinggi yaitu sebesar 0,9892 adalah PT
Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA). Rata-rata competitive
uncertainty dari 31 perusahaan adalah sebesar 0,1255 dan standar
deviasinya 0,2546. Keterangan untuk seluruh variabel kontrol (managerial
ownership, total risk, firm age, profitability dan firm size) dapat dijabarkan
seperti pembahasan variabel kontrol sebelumnya
64
C. Pegujian Data dan Asumsi Klasik
1. Pengujian Normalitas Data
Dalam penelitian ini uji yang digunakan untuk melihat normalitas
data adalah uji Kolmogorov-Smirnov. Jika signifikansi hitung (p-value)
lebih besar dari 0,05 maka dinyatakan data berdistribusi normal. Hasil
pengujian normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov
adalah sebagai berikut :
Tabel IV.8 Hasil Uji Normalitas Data dengan Uji Kolmogorov - Smirnov
Uji Residual Kolmogorov Smirnov test
Asymp. Sign (two tailed)
Keterangan
1 2 3 4 5 6
Residual regresi model 1 Residual regresi model 2 Residual regresi model 3 Residual regresi model 4 Residual regresi model 5 Residual regresi model 6
0,748 0,726 0,525 0,579 0,767 0,693
0,631 0,668 0,946 0,890 0,598 0,723
Normal Normal Normal Normal Normal Normal
Sumber : lampiran output
Dari hasil pengujian normalitas dengan menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov terhadap residual dari 6 regresi yang dilakukan,
diperoleh hasil bahwa semua model regresi berdistribusi secara normal
atau tidak terdapat terdapat masalah ketidaknormalan.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinieritas
Uji asumsi klasik pertama yang dilakukan adalah uji
multikolinieritas, yaitu untuk mengetahui ada tidaknya masalah
multikolinieritas pada suatu model persamaan. Cara yang dilakukan
dapat dengan melihat pada nilai tolerance atau nilai variance inflation
65
factor (VIF). Apabila nilai tolerance > 0,1 atau VIF < 10, dapat
dinyatakan tidak terjadi masalah multikolinieritas. Sebaliknya bila nilai
tolerance < 0,1 dan VIF > 10 maka terjadi masalah multikolinieritas.
1. Uji Multikolinieritas Persamaan Model Pertama
Model pertama persamaan regresi digunakan untuk menguji
variabel kontrol terhadap variabel dependen pertama. Pada model ini
diperoleh nilai tolerance dan VIF sebagai berikut :
Tabel IV.9 Hasil Uji Multikolinier Model Pertama
variabel Tolerance VIF Kesimpulan
MANOWN .933 1.072 Tidak terjadi multikolinieritas
RISK .666 1.502 Tidak terjadi multikolinieritas
FAGE .865 1.157 Tidak terjadi multikolinieritas
PROF .848 1.179 Tidak terjadi multikolinieritas
FSIZE .629 1.591 Tidak terjadi multikolinieritas
Dependent variable : BOUT
Nilai toleransi variabel kontrol (MANOWN, RISK, FAGE,
PROF dan FSIZE ) > 0,1 dan VIF < 10, maka dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat multikolinieritas.
2. Uji Multikolinieritas Persamaan Model Kedua
Model kedua persamaan regresi digunakan untuk menguji
variabel kontrol terhadap variabel dependen kedua. Pada model ini
diperoleh nilai tolerance dan VIF sebagai berikut :
66
Tabel IV.10
Hasil Uji Multikolinier Model Kedua
variabel Tolerance VIF Kesimpulan
MANOWN .849 1.177 Tidak terjadi multikolinieritas RISK .580 1.723 Tidak terjadi multikolinieritas FAGE .798 1.252 Tidak terjadi multikolinieritas PROF .859 1.164 Tidak terjadi multikolinieritas FSIZE .596 1.679 Tidak terjadi multikolinieritas
Dependent Variable: IOWN
Nilai toleransi variabel kontrol (MANOWN, RISK, FAGE,
PROF dan FSIZE ) > 0,1 dan VIF < 10, maka dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat multikolinieritas.
3. Uji Multikolinieritas Persamaan Model Ketiga (hipotesis 1)
Model ketiga persamaan regresi digunakan untuk menguji
variabel independen pertama DEMUN dan variabel kontrol terhadap
variabel dependen pertama yaitu BOUT. Pada model ini diperoleh
nilai tolerance dan VIF sebagai berikut :
Tabel IV.11 Hasil Uji Multikolinier Model Ketiga
variabel Tolerance VIF kesimpulan
DEMUN .860 1.162 Tidak terjadi multikolinieritas MANOWN .911 1.097 Tidak terjadi multikolinieritas RISK .630 1.588 Tidak terjadi multikolinieritas FAGE .807 1.239 Tidak terjadi multikolinieritas PROF .829 1.206 Tidak terjadi multikolinieritas FSIZE .612 1.635 Tidak terjadi multikolinieritas
Dependent Variable: BOUT
67
Nilai toleransi variabel independen DEMUN dan variabel
kontrol (MANOWN, RISK, FAGE, PROF dan FSIZE ) > 0,1 dan
VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
multikolinieritas.
4. Uji Multikolinieritas Persamaan Model Keempat (hipotesis 2)
Model keempat persamaan regresi digunakan untuk
menguji variabel independen pertama DEMUN dan variabel kontrol
terhadap variabel dependen kedua yaitu IOWN. Pada model ini
diperoleh nilai tolerance dan VIF sebagai berikut :
Tabel IV.12
Hasil Uji Multikolinier Model Keempat
variabel Tolerance VIF kesimpulan
DEMUN .808 1.237 Tidak terjadi multikolinieritas
MANOWN .825 1.212 Tidak terjadi multikolinieritas
RISK .493 1.027 Tidak terjadi multikolinieritas
FAGE .781 1.281 Tidak terjadi multikolinieritas
PROF .857 1.167 Tidak terjadi multikolinieritas
FSIZE .525 1.905 Tidak terjadi multikolinieritas
Dependent Variable: IOWN
Nilai toleransi variabel independen DEMUN dan variabel
kontrol (MANOWN, RISK, FAGE, PROF dan FSIZE ) > 0,1 dan
VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
multikolinieritas.
68
5. Uji Multikolinieritas Persamaan Model Kelima (hipotesis 3)
Model kelima persamaan regresi digunakan untuk menguji
variabel independen kedua COMPUN dan variabel kontrol terhadap
variabel dependen pertama yaitu BOUT. Pada model ini diperoleh
nilai tolerance dan VIF sebagai berikut :
Tabel IV.13
Hasil Uji Multikolinier Model Kelima
Variabel Tolerance VIF Kesimpulan
COMPUN .847 1.181 Tidak terjadi multikolinieritas MANOWN .943 1.061 Tidak terjadi multikolinieritas RISK .691 1.447 Tidak terjadi multikolinieritas FAGE .837 1.195 Tidak terjadi multikolinieritas PROF .875 1.143 Tidak terjadi multikolinieritas FSIZE .622 1.608 Tidak terjadi multikolinieritas
Dependent Variable: BOUT
Nilai toleransi variabel independen COMPUN dan variabel
kontrol (MANOWN, RISK, FAGE, PROF dan FSIZE ) > 0,1 dan
VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
multikolinieritas.
6. Uji Multikolinieritas Persamaan Model Keenam (hipotesis 4)
Model keenam persamaan regresi digunakan untuk menguji
variabel independen kedua COMPUN dan variabel kontrol terhadap
variabel dependen kedua yaitu IOWN. Pada model ini diperoleh nilai
tolerance dan VIF sebagai berikut :
69
Tabel IV.14
Hasil Uji Multikolinier Model Keenam
variabel Tolerance VIF kesimpulan
COMPUN .731 1.368 Tidak terjadi multikolinieritas MANOWN .840 1.190 Tidak terjadi multikolinieritas RISK .582 1.717 Tidak terjadi multikolinieritas FAGE .799 1.252 Tidak terjadi multikolinieritas PROF .771 1.297 Tidak terjadi multikolinieritas FSIZE .556 1.797 Tidak terjadi multikolinieritas
Dependent Variable: IOWN
Nilai toleransi variabel independen COMPUN dan variabel
kontrol (MANOWN, RISK, FAGE, PROF dan FSIZE ) > 0,1 dan
VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
multikolinieritas.
b. Uji Autokorelasi
Untuk mendeteksi ada tidaknya masalah autokorelasi dapat
dilihat dari nilai Durbin-Watson di tiap persamaan regresi tersebut.
Kemudian nilai dari Durbin-Watson test tersebut dibandingkan dengan
nilai pada tabel Durbin-Watson test, dengan jumlah variabel k = 5 dan
dengan 31 data untuk persamaan 1 dan 2, sedangkan untuk keempat uji
hipotesis dengan jumlah variabel k = 6 dan dengan 31 data. Hasil uji
autokorelasi untuk setiap regresi yang dilakukan dapat disimak dibagian
lampiran skripsi ini.
Dari 6 model regresi diujikan ditemui 4 gejala autokorelasi yang
terdeteksi yaitu keadaan no decision atau lebih spesifiknya berada
hanya pada keadaan tidak terdapat autokorelasi positif, sedangkan
70
keadaan negatifnya tidak dapat dijelaskan. Selanjutnya dilakukan
penanganan autokorelasi, penanganan dari tiap autokorelasi ini dengan
menggunakan metode GLS yang dikemukakan oleh Gujarati (1999 :
392) sehingga setelah transformasi data dengan lag dan menghitung rho
keempat model yang bermasalah tadi dapat terbebas dari masalah
autokorelasi.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas pada penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan pendekatan uji glejser. Apabila nilai sign > 0,05 maka
disebut homoskedastisitas namun kebalikannya bila nilai sign < 0,05
maka suatu model regresi dinyatakan terjadi masalah
heteroskedastisitas. Nilai signifikansi disini adalah nilai hasil regresi
antara absolut residual dengan variabel independen dari masing-
masing model. Hasil pengujian heteroskedastisitas dapat dilihat pada
bagian lampiran penelitian ini.
Hasil pengujian heteroskedastisitas dengan uji Glejser yang
melibatkan 6 model regresi menunjukkan bahwa tidak terdapat
persamaan mengalami masalah heteroskedastisitas dan keenam
model tadi kini telah bersifat homoskedastisitas.
71
D. Pengujian Hipotesis Penelitian
1. Pengujian persamaan model pertama
Setelah lolos pengujian asumsi klasik, selanjutnya dilakukan
pengujian seluruh model persamaan untuk menjawab permasalahan yang
dihipotesiskan, langkah pengujianya berdasarkan hierarchical regression
analysis. Pada tahap pertama dilakukan pengujian untuk mengetahui
pengaruh variabel kontrol terhadap variabel dependen pertama, karena
dalam penelitian ini terdapat dua variabel dependen. Pengujian ini
dilakukan dengan menggunakan model berikut :
ebbbbba ++++++= FAGEFSIZEPROFRISKMANOWNBOUT 54321
Model pertama yang akan diujikan adalah pengaruh variabel
kontrol yaitu MANOWN, RISK, FAGE, PROF dan FSIZE terhadap
BOUT. Pada tahap ini tidak terdapat hipotesis yang perlu diuji sebab
tujuan variabel kontrol adalah memperkuat pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen. Pada tahap ini akan diketahui besarnya
pengaruh variabel MANOWN, RISK, FAGE, PROF dan FSIZE terhadap
BOUT. Hasil analisis regresi untuk model pertama dapat dilihat dalam
tabel berikut :
72
Tabel IV. 15 Hasil analisis regresi untuk pengujian model pertama
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients Model
B Std. Error Beta
t Sig.
(Constant) .948 .469 2.021 .054
MANOWN
-.008 .019 -.084 -.414 .683
RISK .002 .019 .032 .132 .896
FAGE .006 .009 .153 .721 .478
PROF -.149 .765 -.042 -.194 .848
1
FSIZE -.009 .046 -.050 -.200 .843
a. Dependent Variable: BOUT
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Esimated
F
F (sig.)
Var. Dependen
: 0,028
: 0.167
: 0.402
: 0,142
: 0.019
: BOUT
Sumber : hasil pengolahan data (Lampiran)
Berdasarkan nilai R2 sebesar 0,028 atau 2,8%. Hal ini
menunjukan bahwa 2,8% variabel dependen yaitu BOUT dapat dijelaskan
oleh MANOWN, RISK, FAGE, PROF dan FSIZE. Sedangkan sisanya
dijelaskan oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam model analisis.
Pada persamaan regresi pertama ini tidak satupun variabel
kontrol yang signifikan terhadap BOUT pada taraf 5%. Disimpulkan
bahwa secara parsial tidak satupun variabel MANOWN, RISK, FAGE,
PROF dan FSIZE yang mempengaruhi BOUT.
73
2. Pengujian persamaan model kedua
Pada tahap kedua ini dilakukan pengujian untuk mengetahui
pengaruh variabel kontrol MANOWN, RISK, FAGE, PROF dan FSIZE
terhadap IOWN terhadap variabel dependen yang kedua IOWN.
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan model berikut :
ebbbbba ++++++= FAGEFSIZEPROFRISKMANOWNIOWN 54321
Sama seperti pada model pertama pada tahap ini tidak terdapat hipotesis
yang perlu diuji sebab tujuan variabel kontrol adalah memperkuat
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil analisis
regresi untuk model kedua dapat dilihat dalam tabel berikut :
TABEL IV. 16 Hasil Analisis Regresi untuk Pengujian Model Kedua
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Model
B Std.
Error Beta
t Sig.
(Constant) .937 .149 6.274 .000
MANOWN_1
-.007 .005 -.251 -1.325 .197
RISK_1 .007 .005 .319 1.390 .177
FAGE_1 .003 .002 .209 1.070 .295
PROF_1 .080 .161 .094 .498 .623
1
FSIZE_1 -.005 .011 -.092 -.408 .687
a. Dependent Variable: IOWN_1
R Square Adjusted R Square Std. Error of the Esimated F F (sig.) Var. Dependen
: 0,236 : 0,083 : 0.1126 : 1,542 : 0.213 : IOWN_1
Sumber : hasil pengolahan data (Lampiran)
74
Dari tabel IV. 8 Berdasarkan nilai R2 sebesar 0,236 atau 23,6%.
Hal ini menunjukan bahwa 23,6% variabel dependen yaitu IOWN dapat
dijelaskan oleh MANOWN, RISK, FAGE, PROF dan FSIZE. Sedangkan
sisanya dijelaskan oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam model
analisis.
Pada persamaan regresi kedua ini tidak satupun variabel kontrol
yang signifikan terhadap BOUT pada taraf 5%. Disimpulkan bahwa
secara parsial tidak satupun variabel MANOWN, RISK, FAGE, PROF dan
FSIZE yang mempengaruhi IOWN.
3. Pengujian persamaan model ketiga (Uji Hipotesis Pertama)
Pada tahap ketiga ini dilakukan pengujian hipotesis pertama
yaitu untuk mengetahui pengaruh variabel dependen pertama DEMUN dan
variabel kontrol terhadap variabel dependen yang pertama BOUT.
Berbeda dengan model pertama dan kedua pada tahap ini
terdapat hipotesis yang perlu diuji yaitu pengaruh variabel independen
pertama DEMUN dan variabel kontrol MANOWN, RISK, FAGE, PROF
dan FSIZE terhadap variabel dependen pertama BOUT. Hasil analisis
regresi untuk model ketiga dapat dilihat dalam tabel berikut :
75
TABEL IV. 17 Hasil Analisis Regresi Untuk Pengujian Model Ketiga
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients Model
B Std. Error Beta
t Sig.
(Constant) .779 .429 1.814 .082
DEMUN .274 .107 .492 2.560 .017
MANOWN
-.001 .018 -.013 -.067 .947
RISK -.008 .017 -.102 -.453 .654
FAGE .001 .008 .022 .108 .915
PROF .122 .700 .034 .174 .863
1
FSIZE .009 .042 .046 .202 .841
a. Dependent Variable: BOUT
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Esimated
F
F (sig.)
Var. Dependen
: 0,236
: 0,045
: 0.364
: 1,237
: 0.323
: BOUT
Sumber : hasil pengolahan data (Lampiran)
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa DEMUN pada BOUT
dengan variabel kontrol MANOWN, RISK, FAGE, PROF dan FSIZE
menunjukkan pengaruh yang positif (+) yang berarti hipotesis 1 tidak
ditolak, dengan nilai t hitung sebesar 2,560 signifikan pada tingkat
signifikansi 5%, yang berarti secara parsial variabel demand uncertainty
atau ketidakpastian permintaan pada suatu perusahaan berpengaruh pada
presentase pihak dari luar pada jajaran manjemen perusahaan yang
melakukan IPO, dengan persamaan regresi yang terbentuk yaitu :
76
BOUT = 0,779 + 0,247 DEMUN – 0,001 MANOWN – 0,008 RISK +
0,001 FAGE + 0,122 PROF + 0,009 FSIZE
Konstanta sebesar 0,779 berarti bila dalam suatu perusahaan
yang melakukan IPO tidak terdapat demand uncertainty, rasio board
outsider dalam perusahaan tersebut adalah 0,779. Setiap penambahan rasio
demand uncertainty sebanyak 1 satuan akan meningkatkan board outsider
pada perusahaan sebesar 0,247 yang berarti kedua variabel menunjukkan
hubungan yang searah.
Dari tabel di atas berdasarkan nilai R2 sebesar 0,236 atau 23,6%.
Hal ini menunjukan bahwa 23,6% variabel dependen yaitu BOUT dapat
dijelaskan oleh variabel independen DEMUN dan variabel kontrol
MANOWN, RISK, FAGE, PROF dan FSIZE. Sedangkan selebihnya
dijelaskan oleh faktor-faktor diluar model diatas.
4. Pengujian persamaan model keempat (Uji Hipotesis Kedua)
Uji hipotesis kedua bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh
variabel independen pertama DEMUN terhadap variabel dependen kedua
IOWN, dengan variabel kontrol MANOWN, RISK, FAGE, PROF dan
FSIZE, berikut adalah tabel ringkasan untuk uji regresinya :
77
Tabel IV.18 Hasil Regresi Variabel Demand Uncertainty pada Variabel
institutional ownership (dengan variabel kontrol)
Unstandardized
Coefficients Standardized Coefficients Model
B Std. Error Beta
t Sig.
(Constant) .833 .134 6.194 .000
DEMUN_1 .086 .028 .507 3.038 .006
MANOWN_1
-.005 .004 -.182 -1.102 .282
RISK_1 .002 .005 .110 .515 .611
FAGE_1 .002 .002 .138 .814 .424
PROF_1 .084 .134 .102 .630 .534
1
FSIZE_1 .005 .010 .108 .524 .605
a. Dependent Variable: IOWN_1
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Esimated
F
F (sig.)
Var. Dependen
: 0,460
: 0,325
: 0.096
: 3,408
: 0.014
: IOWN_1
Sumber : hasil pengolahan data (Lampiran)
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa DEMUN pada IOWN
dengan variabel kontrol MANOWN, RISK, FAGE, PROF dan FSIZE
menunjukkan pengaruh yang positif (+) yang berarti hipotesis 2 tidak
ditolak, dengan nilai t hitung sebesar 3,308 signifikan pada tingkat
signifikansi 5%, yang berarti secara parsial variabel demand uncertainty
atau ketidakpastian permintaan pada suatu perusahaan berpengaruh pada
presentase kepemilikan saham oleh institusional pada perusahaan yang
melakukan IPO, dengan persamaan regresi yang terbentuk yaitu
78
INOWN = 0,833 + 0,086 DEMUN – 0,005 MANOWN + 0,002 RISK +
0,002 FAGE + 0,084 PROF + 0,005 FSIZE
Konstanta sebesar 0,833 berarti bila dalam suatu perusahaan
yang melakukan IPO tidak terdapat demand uncertainty, rasio institutional
ownership dalam perusahaan tersebut adalah 0,833. Setiap penambahan
rasio demand uncertainty sebanyak 1 satuan akan meningkatkan
institutional ownership pada perusahaan sebesar 0,086 yang berarti kedua
variabel menunjukkan hubungan yang searah.
Dari tabel di atas berdasarkan nilai R2 sebesar 0,460 atau 46,0%.
Hal ini menunjukan bahwa 46,0% variabel dependen yaitu IOWN dapat
dijelaskan oleh variabel independen DEMUN dan variabel kontrol
MANOWN, RISK, FAGE, PROF dan FSIZE. Sedangkan selebihnya
dijelaskan oleh faktor-faktor diluar model diatas.
5. Pengujian persamaan model kelima (Uji Hipotesis Ketiga)
Uji hipotesis ketiga bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh
variabel independen kedua COMPUN terhadap variabel dependen pertama
BOUT, dengan variabel kontrol MANOWN, RISK, FAGE, PROF dan
FSIZE, berikut adalah tabel ringkasan untuk uji regresinya :
79
Tabel IV.19 Hasil Regresi Variabel competitive uncertainty pada Variabel board
outsider (dengan variabel kontrol)
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients Model
B Std. Error Beta
t Sig.
(Constant) .722 .395 1.831 .080
COMPUN_1 .536 .286 .369 1.871 .045
MANOWN_1 -.004 .018 -.004 -.023 .982
RISK_1 .003 .017 .004 .018 .986
FAGE_1 .006 .008 .147 .741 .466
PROF_1 -.956 .739 -.251 -1.294 .208
1
FSIZE_1 .001 .044 .006 .024 .981
a. Dependent Variable: BOUT_1
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Esimated
F
F (sig.)
Var. Dependen
: 0,208
: 0,011
: 0.380
: 1,054
: 0.417
: BOUT_1
Sumber : hasil pengolahan data (Lampiran)
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa COMPUN pada BOUT
dengan variabel kontrol MANOWN, RISK, FAGE, PROF dan FSIZE
menunjukkan pengaruh yang positif (+) yang berarti hipotesis 3 tidak
ditolak, dengan nilai t hitung sebesar 1,871 signifikan pada tingkat
signifikansi 5%, yang berarti secara parsial variabel competitive
uncertainty atau ketidakpastian persaingan pada suatu perusahaan
berpengaruh pada presentase pihak dari luar pada jajaran manjemen
80
perusahaan yang melakukan IPO, dengan persamaan regresi yang
terbentuk yaitu
BOUT = 0,722 + 0,536 COMPUN – 0,004 MANOWN + 0,003 RISK +
0,006 FAGE - 0,956 PROF + 0,001 FSIZE
Konstanta sebesar 0,722 berarti bila dalam suatu perusahaan
yang melakukan IPO tidak terdapat competitive uncertainty, rasio bout
outsider dalam perusahaan tersebut adalah 0,722. Setiap penambahan rasio
demand uncertainty sebanyak 1 satuan akan meningkatkan board outsider
pada perusahaan sebesar 0,536 yang berarti kedua variabel menunjukkan
hubungan yang searah.
Dari tabel di atas berdasarkan nilai R2 sebesar 0,208 atau 20,8%.
Hal ini menunjukan bahwa 20,8% variabel dependen yaitu BOUT dapat
dijelaskan oleh variabel independen COMPUN dan variabel kontrol
MANOWN, RISK, FAGE, PROF dan FSIZE. Sedangkan selebihnya
dijelaskan oleh faktor-faktor diluar model diatas.
6. Pengujian persamaan model keenam (Uji Hipotesis Keempat)
Uji hipotesis keempat bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh
variabel independen kedua COMPUN terhadap variabel dependen kedua
IOWN, dengan variabel kontrol MANOWN, RISK, FAGE, PROF dan
FSIZE. Berikut adalah tabel ringkasan untuk uji regresinya :
81
Tabel IV.20 Hasil Regresi Variabel competitive uncertainty pada Variabel
institutional (dengan variabel kontrol)
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) .961 .157 6.109 .000
COMPUN_1 .057 .089 .134 .646 .525
MANOWN_1 -.006 .005 -.237 -1.226 .232
RISK_1 .007 .005 .314 1.352 .189
FAGE_1 .003 .002 .206 1.039 .309
PROF_1 .042 .173 .049 .243 .810
1
FSIZE_1 -.007 .012 -.131 -.551 .587
a. Dependent Variable: IOWN_1
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Esimated
F
F (sig.)
Var. Dependen
: 0,247
: 0,059
: 0.114
: 1,316
: 0,288
: IOWN_1
Sumber : hasil pengolahan data (Lampiran)
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa variabel COMPUN dan
variabel kontrol MANOWN, RISK, FAGE, PROF dan FSIZE tidak
memiliki pengaruh yang signifikan pada IOWN, dengan demikian
hipotesis 3 ditolak, yang berarti secara parsial variabel competitive
uncertainty atau ketidakpastian persaingan pada suatu perusahaan tidak
berpengaruh secara signifikan pada kepemilikan saham institusional
perusahaan yang melakukan IPO.
E. Pembahasan Hasil Penelitian
82
Berdasar 6 analisis regresi yang telah dilakukan di atas, penelitian ini
menghasilkan temuan-temuan sebagai berikut :
1. Temuan Pertama
Hasil uji pengaruh antara DEMUN terhadap BOUT dengan
variabel kontrol pada uji hipotesis 1 menunjukkan bahwa DEMUN
berpengaruh positif terhadap BOUT, yang dibuktikan secara statistik yang
menunjukkan signifikansi < 0,05 yang berarti hipotesis 1 tidak ditolak,
yaitu terdapat pengaruh ketidakpastian permintaan terhadap board
outsider pada perusahaan yang melakukan IPO dengan variabel kontrol
MANOWN, RISK, FAGE, PROF dan FSIZE.
Hasil temuan pertama yang berasal dari hipotesis 1 ini konsisten
dengan penelitian Carpenter et. al. (2001), yang menyatakan bahwa secara
khusus, semakin besar demund uncertainty, yang menunjukan tingginya
tingkat ketidakstabilan pada penjualan dari tahun ke tahun merupakan
sebuah “undangan” atau penyebab meningkatnya presentase board
outsider yang menghendaki minimalnya agency problem. Karena dalam
ketidakpastian permintaan yang tinggi, outside director cenderung lebih
sering mempertanyakan informasi-informasi perusahaan. Dengan kata lain
ketidakpastian permintaan secara signifikan berpengaruh positif terhadap
jumlah pihak dari luar dalam jajaran manajemen.
Hal ini juga konsisten dengan penelitian Y. Kor et. al. (2008)
yang pada penelitianya menyatakan bahwa ketidakpastian permintaan
83
secara signifikan berpengaruh positif terhadap jumlah pihak dari luar
dalam jajaran manajemen perusahaan yang melakukan IPO.
2. Temuan kedua
Hasil uji pengaruh antara DEMUN terhadap IOWN dengan
variabel kontrol pada uji hipotesis 2 menunjukkan bahwa DEMUN
berpengaruh positif terhadap IOWN, yang dibuktikan secara statistik yang
menunjukkan signifikansi < 0,05 yang berarti hipotesis 2 tidak ditolak,
yaitu terdapat pengaruh ketidakpastian permintaan terhadap institutional
ownership pada perusahaan yang melakukan IPO dengan variabel kontrol
MANOWN, RISK, FAGE, PROF dan FSIZE. Hasil temuan kedua yang
berasal dari hipotesis 2 ini konsisten dengan penelitian Y. Kor et. al.
(2008) yang menyatakan bahwa presentase institutional ownership pada
perusahaan yang melakukan IPO meningkat sesuai dengan tingkat
ketidakpastian permintaan perusahaan.
Temuan ini juga sesuai dengan penelitian Tihanyi et. al. (2003)
Mengenai kepemilikan institusional, temuan secara keseluruhan
menunjukkan peningkatan kepemilikan institusional sebagai tingkat
ketidakpastian permintaan yang meningkat. Dengan kata lain
ketidakpastian permintaan secara signifikan berpengaruh positif terhadap
presentase kepemilikan saham institusional perusahaan yang melakukan
IPO.
84
3. Temuan ketiga
Hasil uji pengaruh antara COMPUN terhadap BOUT dengan
variabel kontrol pada uji hipotesis 3 menunjukkan bahwa COMPUN
berpengaruh positif terhadap BOUT, yang dibuktikan secara statistik yang
menunjukkan signifikansi < 0,05 yang berarti hipotesis 3 tidak ditolak,
yaitu terdapat pengaruh ketidakpastian persaingan terhadap board outsider
pada perusahaan yang melakukan IPO dengan variabel kontrol
MANOWN, RISK, FAGE, PROF dan FSIZE.
Hasil temuan ketiga sesuai dengan penelitian Y. Kor et. al. (2008)
yang menyatakan bahwa temuanya secara empiris menyatakan bahwa bila
ketidakpastian persaingan meningkat, rasio outside director meningkat.
Dengan kata lain ketidakpastian pesaingan secara signifikan berpengaruh
positif terhadap presentase board outsider perusahaan yang melakukan
IPO.
4. Temuan keempat
Hasil uji pengaruh antara COMPUN terhadap IOWN dengan
variabel kontrol pada uji hipotesis 4 tidak menunjukkan adanya pengaruh
yang signifikan antara COMPUN terhadap BOUT, yang dibuktikan secara
statistik yang menunjukkan tidak signifikansi pada tingkat kepercayaan
95% yang berarti hipotesis 4 ditolak, yaitu tidak terdapat pengaruh
ketidakpastian persaingan terhadap institutional ownership pada
perusahaan yang melakukan IPO dengan variabel kontrol MANOWN,
RISK, FAGE, PROF dan FSIZE.
85
Hasil ini bertentangan dengan penelitian Finkelstein dan Byod
(1998) yang menyatakan bahwa tindakan kopetitor yang unpredictability
mengakibatkan perusahaan lebih sulit dalam menentukan strategi
persaingan. Sehingga semakin besar ketidakpastian persaingan,
pengawasan pada perusahaan yang melakukan IPO akan semakin tinggi.
Namun temuan ini sesuai dengan Eisenhardt (1989) bahwa
institutional ownership sangat menyoroti masalah keagenan. Mereka lebih
fokus mengawasi kesesuaian tujuan antara agen dan pemegang saham,
sehingga tidak muncul manajerial oportunisme. Institutional ownership
cenderung lebih memperhatikan pengawasan terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan operasional perusahaan dan kurang memperhatikan
lingkungan perusahaan seperti persaingan perusahaan.
86
BAB V
KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI
Pada bab ini disajikan kesimpulan yang berkaitan dengan hasil penelitian
yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya. Dari kesimpulan yang ada,
kemudian diberikan saran sehubungan dengan permasalahan yang telah
dikemukakan, sehingga dapat disajikan sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak
yang berkaitan.
A. Kesimpulan
Berdasar hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang telah
dipaparkan pada bab sebelumnya, dapat dikemukakan beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1. Ketidakpastian permintaan (demand uncertainty) pada suatu perusahaan
berpengaruh positif terhadap presentase pihak luar dalam jajaran
manajemen (board outsider) pada perusahaan yang melakukan IPO di
Bursa Efek Indonesia pada tahun 2002-2007. Dengan variabel kontrol
(managerial ownership, total risk, firm age, profitability dan firm size).
2. Ketidakpastian permintaan (demand uncertainty) pada suatu perusahaan
berpengaruh positif terhadap presentase kepemilikan institusional
(institutional ownership) pada perusahaan yang melakukan IPO di
Bursa Efek Indonesia pada tahun 2002-2007. Dengan variabel kontrol
(managerial ownership, total risk, firm age, profitability dan firm size).
87
3. Ketidakpastian persaingan (competitive uncertainty) pada suatu industri
berpengaruh terhadap presentase pihak luar dalam jajaran manajemen
(board outsider) pada perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2002-2007. Dengan variabel kontrol (managerial
ownership, total risk, firm age, profitability dan firm size).
4. Ketidakpastian persaingan (competitive uncertainty) pada suatu industri
tidak memiliki pengaruh terhadap presentase kepemilikan institusional
(institutional ownership) pada perusahaan yang melakukan IPO di
Bursa Efek Indonesia pada tahun 2002-2007. Dengan variabel kontrol
(managerial ownership, total risk, firm age, profitability dan firm size).
Hal ini dikarenakan mereka lebih fokus mengawasi kesesuaian tujuan
antara agen dan pemegang saham, sehingga tidak muncul manajerial
oportunisme. Institutional ownership cenderung lebih memperhatikan
pengawasan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan operasional
perusahaan dan kurang memperhatikan lingkungan perusahaan seperti
persaingan perusahaan.
B. Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan penelitian, dari
keterbatasan yang ada selanjutnya peneliti berusaha menyertakan masukan
untuk penelitian selanjutnya terkait dengan penelitian ini, penjelasanya adalah
sebagai berikut :
1. Pada penelitian ini periode IPO yang digunakan adalah tahun 2002 sampai
2007. Sedangkan kinerja perusahaan sebelum IPO adalah 3 tahun
88
sebelumnya. Hal ini dikarenakan keterbatasan data yang didapat. Namun
pada penelitian selanjutnya periode yang digunakan dapat dilakukan
menggunakan periode 1 tahun saja, sebagai contoh tahun 2007 saja serta
menggunakan data kinerja perusahaan 5 tahun sebelum IPO sehingga
informasi yang didapat lebih mencerminkan kinerja perusahaan
sesungguhnya.
2. Pada penelitian ini digunakan sampel dengan kategori multi industri
karena di indonesia jumlah perusahaan yang melakukan IPO untuk tiap
tahunya hanya sedikit dan terbagi dalam berbagai industri. Penelitian
selanjutnya disarankan untuk memilih perusahaan dalam satu kategori
industri saja misalnya manufaktur saja, agar penelitian lebih fokus dan
diharapkan lebih memperkaya pengembangan penelitian.
3. Dalam penelitian ini variabel independen adalah lingkungan perusahaan
yang tidak pasti meliputi ketidakpastian permintaan dan ketidakpastian
persaingan. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah berbagai
faktor lain dalam lingkungan perusahaan yang juga mempengaruhi
pengawasan oleh dewan direksi dan pemilikan saham oleh institusional
dalam perusahaan yang melakukan IPO sebagai contoh adalah
ketidakpastian teknologi (technological uncertainty) seperti dalam
penelitian Y. Kor (2008).
89
C. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan penelitian yang telah
diungkapkan diatas, implikasi untuk pihak terkait serta untuk penelitian
selanjutnya dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Bagi investor
Sebagai seorang calon investor ataupun investor yang akan memilih
perusahaan emiten dalam menanamkan modalnya, terutama perusahaan
yang baru akan go public sebaiknya memperhatikan informasi dan kinerja
perusahaan serta lingkungan perusahaan sebelum IPO. Seperti kinerja
perusahaan berkaitan dengan ketidakpastian permintaan atau demand
uncertainty yang dihadapai perusahaan akibat gejolak yang ada di
lingkungan perusahaan serta ketidakpastian persaingan (competitive
uncertainty) industri yang dihadapi oleh perusahaan.
Investor perlu berhati-hati untuk menanggapi adanya ketidakpastian,
karena hasil penelitian membuktikan bahwa semakin besar ketidakpastian
permintaan (demand uncertainty) akan mengakibatkan meningkatnya
presentase pihak luar dalam jajaran manajemen serta presentase
pengawasan terhadap kinerja perusahaan oleh pemegang saham
institusional. Selain itu berdasar penelitian ini membuktikan pengaruh
ketidakpastian persaingan dalam perusahaan yang melakukan IPO.
Meskipun tidak berpengaruh pada presentase institutional ownership,
namun ketidakpastian persaingan berpengaruh pada board outsider yang
90
lebih sensitif terhadap kodisi persaingan yang dihadapi perusahaan karena
akan mempengaruhi kinerja perusahaan setelah go public.
2. Bagi emiten
Sesuai dengan kesimpulan yang telah disampaikan, saran untuk
perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI),
sebaiknya perusahaan secara keseluruhan perlu memperhatikan kinerja
perusahaan. Terutama pada ketidakpastian lingkungan perusahaan yaitu
ketidakpastian permintaan (demand uncertainty) dan keridakpastian
persaingan (competitive uncertainty). Karena dari kedua hal tersebut akan
berpengaruh pada pengawasan pada perusahaan dari board outsider dan
institutional ownership. Ketidakpastian permintaan akan mempengaruhi
penjualan dan pendapatan perusahaan, sedangkan sebagai perusahaan yang
mulai go public kinerja perusahaan sangat berpengaruh terhadap
kepercayaan pemegang saham. Untuk itu perusahaan perlu menanggulangi
hal tersebut. Terlebih lagi untuk perusahaan dengan demand uncertainty
dan competitive uncertainty yang tinggi. Disarankan bagi perusahaan
untuk meminimalisasi ketidakpastian tersebut.
91
DAFTAR PUSTAKA
Alotaibi, adam G. 2001. Antecedents of Organzational Citizenship Behaviour : Study of Public Personal in Kuwait. Public Person Management, Vol.30, No 3.
Anthony, Robert N., & Vinjay Govindarajan. (2004). Management Control
System. Edisi bahasa Indonesia. Buku 2. Salemba Empat. Jakarta. Baysinger, B. D., Kosnik, R. D., & Turk, T. A. (1991). Effects of board and
ownership structures on corporate R&D strategy. Academy of Management Journal, 34, 205–214.
Beatty, R. P., & Zajac, E. J. (1994). Managerial incentives, monitoring, and
risk bearing: A study ofexecutive compensation, ownership, and board structure in initial public offerings. Administrative Science Quarterly, 39, 313–335.
Boyd, B. (1990). Corporate linkages and organizational environment: A test of
the resource dependence model. Strategic Management Journal, 11, 419–430.
Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston. 2006. Fundamentals of Financial
Management. Singapore : Thompson south western publishing company.
Carleton, W. T., Nelson, J. M., & Weisbach, M. S. (1998). The influence of
institutions on corporate governance through private negotiations: Evidence from TIAA-CREF. Journal of Finance, 52(4), 1335–1362.
Carpenter, M. A., & Westphal, J. (2001). The strategic context of external
network ties: Examining the impact of director appointments on board involvement in strategic decision-making. Academy of Management Journal, 44, 639–660.
Damayanti, Isrina. (2006). Analisa Pengaruh Free Cash Flow Dan Struktur
Kepemilikan Saham Terhadap Kebijakan Utang Pada Perusahaan Manufaktur Di Indonesia. Dokumen skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta. Tidak dipublikasikan.
David, P., Hitt, M. A., & Gimeno, J. (2001). The influence of activism by
institutional investors on R&D. Academy of Management Journal, 44(1), 134–157.
92
Demsetz, H., & Lehn, K. (1985). The structure of corporate ownership: Causes and consequences. Journal of Political Economy, 93(6), 1155–1177.
Djarwanto, PS. 1996. Statistik Induktif, Edisi keempat. Yogyakarta: BPFE. Dodge, H. R., Fullerton, S., & Robbins, J. E. (1994). Stage of the
organizational life cycle and competition as mediators of problem perception for small business. Strategic Management Journal, 15, 121–134.
Duncan, R. B. (1972). Characteristics of organizational environments and
perceived environmental uncertainty. Administrative Science Quarterly, 17(3), 313–327.
Eckbo, B. E. (1992). Mergers and the value of antitrust deterrence. Journal of
Finance, 47, 1005–1029. Eisenhardt, K. (1989). Agency theory: An assessment and review. Academy of
Management Review, 14(1), 57–74. Fama, E., & Jensen, M. (1983). Separation of ownership and control. Journal
of Law and Economics, 26, 301–325. Ferdinand, Augusty. (2006). Metode Penelitian Manajemen : pedoman
penelitian untuk Penulisan Skripsi, tesis dan disertasi Ilmu Manajemen. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Filatotchev, I., & Bishop, K. (2002). Board composition, share ownership, and
underpricing of U.K. IPO Firms. Strategic Management Journal, 23(10), 941–955.
Fischer, H. M., & Pollock, T. G. (2004). Effects of social capital and power on
surviving transformational change: The case of initial public offerings. Academy of Management Journal, 47, 463–481.
Ghozali, Imam (2006). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). Theory of the firm: Managerial
behavior, agency costs and ownership structure. Journal of Financial Economics, 3, 305–360.
Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi ketiga. BPFE.
Yogyakarta.
93
Lipczynski, J., Wilson, J., dan Goddard, J. (2005). Industrial Organization : Competition, Strategy, Policy. Edisi kedua. Prentice Hall.
Mahoney, J. T. (2005). Economic foundations of strategy. Thousand Oaks,
CA: Sage. Mahoney, J. M., Sundaramurthy, C., & Mahoney, J. T. (1997). The effects of
corporate antitakeover provisions on long-term investment: Empirical evidence. Managerial and Decision Economics, 18(5), 349–365.
Megginson, W. L., & Weiss, K. A. (1991). Venture capitalist certification in
initial public offerings. Journal of Finance, 46, 879–903. Miliken, Frances J. (1987). Three Types of Perceived Uncertainty About the
Environment : State, Effect, and Response Uncerteinty. The Academy of Management Review, 12, 1. Pg 133.
Miller, J. S., Wiseman, R. M., & Gomez-Mejia, L. R. (2002). The fit between
CEO compensation design and firm risk. Academy of Management Journal, 45(4), 745–756.
Oster, S. M. (1999). Modern competitive analysis. NY: Oxford University
Press. Pearce, J. A. II, & Zahra, S. A. (1992). Board composition from a strategic
contingency perspective. Journal of Management Studies, 29(4), 411–438.
Pedersen, T., & Thomsen, S. (2003). Ownership structure and value of the
largest European firms: The importance of owner identity. Journal of Management and Governance, 7(1), 27–55
Sartono, Agus. 2001. Manajemen Keuangan : Teori dan Aplikasi. Edisi 4.
Yogyakarta : Badan Penerbitan Fakultas Ekonomi UGM. Sundaramurthy, C. (1996). Corporate governance within the context of
antitakeover provisions, Strategic Management Journal, 17(5), 377–394
Tihanyi, L., Johnson, R. A., Hoskisson, R. E., & Hitt, M. A. (2003).
Institutional ownership differences and international diversification: The effects of boards of directors and technological opportunity. Academy of Management Journal, 46(2), 195–211.
Wahyuni, Salamah. 1993. Metodologi Penelitian Bisnis. Surakarta: UNS Pers.
94
Webb, E. (2004). An examination of socially responsible firms’ board
structure. Journal of Management and Governance, 8(3), 255–277. Y.Kor, Yasemin, & Mahoney, J. T. (2005). How dynamics, management, and
governance of resource deployments influence firm-level performance. Strategic Management Journal, 26(5), 489–496.
Y.Kor, Yasemin, joseph T, Mahoney, Sharon Watson. 2008. The Effect of
Demand, Competitive, and Technological Uncertainty on Board Monitoring and Institutional Ownership of IPO Firms. Journal manage Governance Vol 12 pp 239-259, springer Science and Bussines Media.
Zajac, E. J., & Westphal, J. D. (1994). The costs and benefits of managerial
incentives and monitoring in large U.S. corporations: When is more not better? Strategic Management Journal, 15, 121–142.