ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING -...

171
ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING DALAM USAHA MENGEFISIENKAN BEBAN PAJAK PADA BADAN USAHA KOPERASI (Studi Kasus pada Primkoppolres Metro Jakarta Selatan) Oleh: Erick Darmawan NIM : 109082000114 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H / 2015 M

Transcript of ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING -...

Page 1: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING

DALAM USAHA MENGEFISIENKAN BEBAN PAJAK

PADA BADAN USAHA KOPERASI

(Studi Kasus pada Primkoppolres Metro Jakarta Selatan)

Oleh:

Erick Darmawan

NIM : 109082000114

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H / 2015 M

Page 2: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING

DALAM USAHA MENGEFISIENKAN BEBAN PAJAK

PADA BADAN USAHA KOPERASI

(Studi Kasus pada Primkoppolres Metro Jakarta Selatan)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih

Gelar Sarjana Ekonomi)

Oleh:

Erick Darmawan

NIM : 109082000114

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H / 2015 M

Page 3: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Page 4: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Page 5: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Page 6: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Page 7: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Identitas Diri

1. Nama Lengkap : Erick Darmawan

2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 04 Agustus 1991

3. Alamat : Jl. Karya Utama RT/RW 008/003

No. 12, Kel. Gandaria Utara, Kec.

Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, DKI

Jakarta

4. Telepon : 085716418797

5. Email : [email protected]

II. Pendidikan Formal

1. TK Arti Petogogan Tahun 1994 – 1996

2. SDN Pulo 05 Pagi Kebayoran Baru Tahun 1996 – 2003

3. SMP Negeri 13 Tirtayasa Tahun 2003 – 2006

4. SMA Negeri 97 Jagakarsa Tahun 2006 – 2009

5. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2009 – 2015

III. Pendidikan Non Formal

1. Peserta Workshop Software akuntansi Zahir “Zahir Accounting Edisi

Standar 5.1”

2. Peserta training IDEA data analysist software “IDEA Overview for

TOADS (Training of Accounting & Auditing Software)”.

Page 8: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

v

IV. Pengalaman Organisasi

1. Ketua Koordinator Divisi Kemahasiswaan Badan Eksekutif

Mahasiswa Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2012

2. Bendahara Depok Scorpio Family (DSF) periode 2013-2014

3. Divisi Peralatan Propesa 2011-2012

V. Latar Belakang Keluarga

Ayah : Junari

Ibu : Warsini

Adik : Tika Andiani Utami

Anak ke dari : 1 dari 2 bersaudara

Page 9: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

vi

ABSTRACT

This research aims to know whether there are significant differences between

the influence of before and after the application of tax planning to efficiently

cooperative tax expense on business entities. Methods used to research this is

descriptive method to a draft analysis case study. A kind of quantitative research

chosen is descriptive. Analyzing data obtained by means of cooperative financial

report in 2010, 2011 and 2012 and interviews to the competent parties of the related

to the calculation of income tax agency. An analysis of data obtained by the

reconciliation of fiscal and divert the cost of that cannot be deducted to the cost can

be deducted, then compare the expense of tax planning to do before and after tax

Research conclusions this has been proven that tax planned capable of

efficiently of tax charges and to be able to clarify the way the tax calculation in

accordance with the rules a tax whose effect. Tax Planning it turns out that impact

was positive and negative for these cooperatives, namely his positive impact

efficiency cooperatives can the tax charges in 2011 and 2012, the negative impact of

his cooperatives can have tax charges larger so it could give clarification on the size

of the tax is supposed to pay and paid off in 2010 by these cooperatives. Based on the

conclusion above, should be more cooperative carefully and thoroughly in counting

the size of tax, occurred less pay or not to pay more tax burden.

Keywords: Tax planning, income tax expense cooperative, efficiency

Page 10: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

vii

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang

signifikan antara pengaruh sebelum dan sesudah penerapan perencanaan pajak untuk

mengefisiensikan beban pajak terhadap badan usaha koperasi. Metode yang

digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dengan rancangan

penelitian studi kasus. Jenis penelitian yang dipilih adalah deskriptif kuantitatif. Data

diperoleh dengan cara menganalisis laporan keuangan koperasi tahun 2010, 2011 dan

2012 dan wawancara kepada pihak pihak yang berkompeten dari bagian yang terkait

dengan perhitungan PPh badan. Analisis data diperoleh dengan rekonsiliasi fiskal dan

mengalihkan biaya yang tidak bisa dikurangkan menjadi biaya yang dapat

dikurangkan, kemudian membandingkan beban pajak sebelum dan sesudah

melakukan perencanaan pajak.

Kesimpulan penelitian terbukti bahwa perencanaan pajak mampu

mengefisiensikan beban pajak tetapi dan memperjelas cara perhitungan pajak yang

sesuai dengan peraturan pajak yang berlaku. Perencanaan pajak ternyata berdampak

positif dan negatif pada koperasi tersebut, yaitu dampak positif nya koperasi dapat

mengefisiensikan beban pajak pada tahun 2011 dan 2012, dampak negatif nya

koperasi bisa memiliki beban pajak yang lebih besar sehingga mampu memberikan

kejelasan tentang besarnya pajak yang memang seharusnya dibayar dan dilunasi pada

tahun 2010 oleh koperasi tersebut. Berdasarkan kesimpulan diatas, sebaiknya

koperasi lebih cermat dan teliti dalam menghitung besarnya pajak, agar tidak terjadi

kurang bayar atau lebih bayar beban pajak.

Kata Kunci: tax planning, beban PPh koperasi, efisiensi

Page 11: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

viii

KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat

dan hidayahnya kepada kita semua. Sholawat serta salam tak lupa penulis curahkan

kepada Nabi Besar Muhammad SAW, beserta sahabatnya, serta para pengikutnya

yang selalu tetap istiqomah sampai akhir zaman. Dengan mengucap syukur

Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis

Penerapan Perencanaan Pajak dalam Usaha Mengefisiensikan Beban Pajak pada

Badan Usaha Koperasi (Studi Kasus pada Primkoppolres Metro Jakarta Selatan)”

telah peneliti selesaikan dengan baik. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu

syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Uiversitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selama proses penulisan dan penyusunan skripsi ini, peneliti mendapatkan

banyak doa, bimbingan, arahan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT. Yang Maha Esa, hanya kepada-Nya aku memohon ampun, hanya

kepada-Nya aku bersyukur atas semua nikmat yang telah Dia berikan. Dia-lah

pemilik hidup dan mati ku.

2. Bapak dan Ibu ku, ( Junari dan Warsini), yang telah memberikan semangat

dan dukungan baik material maupun non material serta doa yang tiada henti-

hentinya kepada penulis.

3. Adikku Tika Andiani Utami yang telah memberikan doa dan semangat selama

ini.

Page 12: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

ix

4. Bapak Dr. Amilin, SE, M.Si., Ak., CA., QIA., BKP selaku dosen pembimbing

1 yang telah rela meluangkan waktu untuk membimbing peneliti hingga

skripsi ini bisa terselesaikan.

5. Ibu Ismawati Haribowo, SE., M.Si selaku dosen pembimbing 2 yang telah

banyak meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, arahan dan ilmu

pengetahuannya kepada peneliti selama penyusunan skripsi ini hingga

akhirnya biasa terselesaikan. Terimakasih atas segala bimbingannya.

6. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak., CA selaku Kepala Jurusan

Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah memberikan ilmu pengetahuannya selama perkuliahan selama ini,

semoga ilmu tersebut menjadi bermanfaat dan berkah bagi kita semua hingga

sukses di dunia dan akhirat.

9. Bapak Haji Damanhuri SH. yang terus membimbing dan memberi semangat,

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada beliau.

10. Teman-teman seperjuangan Akuntansi kelas C angkatan 2009 alias ACID (

Accounting C’s Indescribable Democracy).

11. Teman-teman seperjuangan jurusan akuntansi angkatan 2009 yang tidak bisa

disebutkan satu persatu.

12. Pengurus Primkoppolres Metro Jakarta Selatan yang membantu dalam

penyediaan data penelitian.

13. Keluarga Besar Depok Scorpio Family (DSF) yang terus memberikan

motivasi dan semangat.

14. Berbagai pihak yang telah membantu peneliti dalam proses penyelesaian

skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan kepada

Page 13: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

x

peneliti selama ini. Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh

dari kata sempurna. Untuk itu peneliti mengharapkan kritik dan saran dari

pembaca. Akhirnya peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak yang membutuhkan.

Jakarta, 1 Maret 2015

Erick Darmawan

Page 14: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

xi

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan Skripsi ...................................................................... i

Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif .............................................. ii

Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah .......................................... iii

Daftar Riwayat Hidup ............................................................................... iv

Abstract ....................................................................................................... vi

Abstrak....................................................................................................... vii

Kata Pengantar ........................................................................................ viii

Daftar Isi ..................................................................................................... xi

Daftar Tabel ............................................................................................... xv

Daftar Gambar .......................................................................................... xvi

Daftar Lampiran ...................................................................................... xvii

BAB.I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. Latar Belakang................................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ........................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 6

BAB.II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 8

A. Teori .................................................................................................. 8

1. Teori Tentang Kemakmuran ......................................................... 8

2. Teori Tentang Efisiensi ................................................................ 10

Page 15: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

xii

3. Eisiensi Beban Pajak ................................................................. 12

B. Koreksi Fiskal .................................................................................. 13

1. Beda Tetap ................................................................................. 13

2. Beda Waktu ............................................................................... 14

C. Perencanaan Pajak ........................................................................... 14

1. Pengertian Perencanaan Pajak (Tax Planning) ......................... 14

2. Tujuan Perencanaan Pajak ......................................................... 15

3. Manfaat Perencanaan Pajak ....................................................... 17

4. Motivasi Perencanaan Pajak ...................................................... 17

5. Strategi dalam Perencanaan Pajak ............................................. 17

6. Aspek-Aspek dalam Perencanaan Pajak ................................... 22

7. Dasar Hukum Perencanaan Pajak ............................................. 22

8. Teknis Perencanaan Pajak ........................................................ 23

9. Perencanaan Pajak Berdasarkan Undang-undang Domestik ..... 24

10.Jenis-jenis Perencanaan Pajak ................................................... 25

11.Aspek Kebijakan Akuntansi dan Administrasi ......................... 26

12.Pajak Khusus Koperasi ............................................................. 26

D. Koperasi .......................................................................................... 27

1. Pengertian Koperasi ................................................................... 27

2. Prinsip-Prinsip Koperasi ............................................................ 28

3. Fungsi dan Peran Koperasi ........................................................ 29

4. Landasan, Asas dan Tujuan Koperasi ........................................ 29

Page 16: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

xiii

5. Bentuk dan Jenis Koperasi ........................................................ 32

6. Sumber Modal Koperasi ............................................................ 32

7. Perangkat Organisasi Koperasi .................................................. 33

E. Penelitian Terdahulu ........................................................................ 34

F. Skema Kerangka Pemikiran ............................................................. 38

G. Dampak Perencanaan Pajak Terhadap Primkoppolres Metro Jakarta

Selatan .............................................................................................. 38

BAB. III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................ 40

A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................. 40

B. Metode Penentuan Sampel ............................................................ 40

C. Metode Pengumpulan Data ........................................................... 41

D. Metode Analisis Data .................................................................... 41

E. Operasional Variabel Penelitian ................................................... 43

BAB.IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN ...................................... 46

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................ 46

1. Sejarah Singkat Koperasi ........................................................ 46

2. Visi dan Misi .......................................................................... 48

3. Struktur Organisasi ................................................................. 48

4. Kebijakan Akuntansi Koperasi ............................................... 49

B. Analisis dan Pembahasan Simulasi Tax Planning pada Primkoppolres

Metro Jakarta Selatan ...................................................................... 51

Page 17: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

xiv

1. Perhitungan Pajak Penghasilan Sebelum Perencanaan

Pajak ......................................................................................... 51

2. Perhitungan PPh Badan ............................................................ 64

BAB. V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 68

A. Kesimpulan ................................................................................... 68

B. Saran ............................................................................................. 70

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 71

Page 18: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

xv

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

Tabel 1.1. Perbedaan antara Koperasi dengan Badan Usaha Lain ............... 3

Tabel 2.2. Penelitian Terdahulu .................................................................. 35

Tabel 2.3. Penelitian Terdahulu .................................................................. 36

Tabel 2.4. Penelitian Terdahulu .................................................................. 37

Tabel 4.1. Masa Manfaat Aktiva Tetap ....................................................... 50

Tabel 4.2. Primer Koperasi Polres Metro Jaksel Rekonsiliasi Laba

Rugi Komersial dan Fiskal Per 31 Desember 2010 .................... 52

Tabel 4.3. Primer Koperasi Polres Metro Jaksel Rekonsiliasi Laba

Rugi Komersial dan Fiskal Per 31 Desember 2011 .................... 56

Tabel 4.4. Primer Koperasi Polres Metro Jaksel Rekonsiliasi Laba

Rugi Komersial dan Fiskal Per 31 Desember 2012 .................... 60

Tabel 4.5. Perhitungan PPh Badan Primkoppolres Metro Jakarta

Selatan 2010 ................................................................................ 64

Tabel 4.6. Perhitungan PPh Badan Primkoppolres Metro Jakarta

Selatan 2011 ................................................................................ 65

Tabel 4.7. Perhitungan PPh Badan Primkoppolres Metro Jakarta

Selatan 2012 ................................................................................. 66

Page 19: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

xvi

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

Gambar 2.1. Strategi-Strategi dalam Meminimalkan Jumlah Pajak yang

harus dibayar ........................................................................... 21

Gambar 2.2. Penerapan Perencanaan dalam Mengefisiensikan beban

Pajak Koperasi ...................................................................... 38

Gambar 4.1. Struktur Organisasi Primkoppolres Metro Jakarta Selatan ... 50

Page 20: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Halaman

1 PSAK Nomor 27 tentang Akuntansi Perkoperasian Revisi

(Revisi 1998) (Reformat 2007) ............................................... 75

2 Peraturan Pemerintah Keuangan Nomor 131 Tahun 2000

Tentang Pajak Penghasilan atas Bunga Deposito dan

Tabungan serta Diskonto Sertifikat Bank Indonesia ............... 88

3 Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia

Nomor 51/KMK.04/2001 Tentang Pemotongan Pajak

Penghasilan atas Bunga Deposito dan Tabungan serta

Diskonto Sertifikat Bank Indonesia .......................................... 96

4 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.03/2009

Tentang Jenis-jenis Harta yang Termasuk dalam Kelompok

Harta Berwujud bukan Bangunan untuk Keperluan

Penyusutan ............................................................................... 100

5 Undang - undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun

1992 Tentang Perkoperasian ................................................... 105

6 Undang - undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun

2008 Tentang Perubahan Keempat atas Undang - undang

Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan .................. 127

7 Undang - undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun

2012 Tentang Perkoperasian ................................................... 137

Page 21: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

xviii

8 Laporan Laba Rugi Primkoppolres Metro Jakarta Selatan

untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 ... 140

9 Laporan Laba Rugi Primkoppolres Metro Jakarta Selatan

untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 ... 141

10 Laporan Laba Rugi Primkoppolres Metro Jakarta Selatan

untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012 ... 142

11 Rincian Beban Primkoppolres Metro Jakarta Selatan tahun

2010 ......................................................................................... 143

12 Rincian Beban Primkoppolres Metro Jakarta Selatan tahun

2011 ......................................................................................... 144

13 Rincian Beban Primkoppolres Metro Jakarta Selatan tahun

2012 ......................................................................................... 145

Page 22: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu sumber penerimaan penting yang akan digunakan untuk

membiayai pengeluaran negara baik rutin maupun pembangunan adalah pajak.

Undang-Undang Dasar 1945 pasal 23 ayat (2) yang berbunyi sebagai berikut:

“Segala pajak dipungut berdasarkan undang undang demi kepentingan negara dan

ditunjukan kesejahteraan rakyat”. Di Indonesia sendiri, pemerintah menggunakan

sistem self assessment system. Sistem pemungutan pajak yang menuntut Wajib

Pajak untuk mematuhi kewajiban perpajakan (tax compliance) dengan secara pro

aktif mengelola administrasi perpajakannya. Self assesment system memberikan

wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak

terutang mulai dari menghitung, melapor dan menyetor jumlah pajak terutang,

sedangkan sistem pembayaran (payment) berlaku dapat dilakukan sendiri oleh

wajib pajak maupun melalui pemotongan pihak ketiga (witholder system).

Di Indonesia, pajak menjadi sumber penerimaan utama untuk kegiatan

pembiayaan negara. Bagi negara besarnya jumlah pajak yang diterima maka

kondisi keuangan negara akan semakin baik. Bagi wajib pajak, membayar pajak

malah dijadikan sebuah beban. Akibatnya semakin sedikit pajak yang dibayar

akan semakin menguntungkan. Bagi suatu badan usaha, pajak merupakan beban

yang akan mengurangi laba bersih. Kemudian, muncullah cara atau usaha untuk

meminimalisasi beban pajak yang ditanggung badan usaha tersebut. Hanya ada

dua cara untuk meminimalisasi beban pajak, secara legal yaitu masih dalam

Page 23: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

2

bingkai undang-undang perpajakan maupun dengan cara melanggar undang–

undang yang berlaku.

Menurut Noviandi Librata (2013) meminimalisasi beban pajak dengan baik

secara legal, dengan tidak melanggar peraturan perundang-undangan perpajakan

dikenal dengan perencanaan pajak (tax planning). Tujuan yang diharapkan dengan

adanya tax planning ini adalah mengefisiensikan pembayaran pajak terutang

sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

Perencanaan pajak merupakan langkah awal dalam manajemen pajak. Manajemen

pajak itu sendiri merupakan sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan

benar, tetapi jumlah pajak yang dibayarkan dapat ditekan seminimal mungkin

untuk memperolah laba dan likuiditas yang diharapkan. Selanjutnya tinggal

melaksanakan kewajiban perpajakan (tax implementation) dan pengendalian pajak

(tax control).

Sebelum perencanaan pajak, pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan

perpajakan harus dilakukan. Wajarnya, tax planning bertujuan untuk

meminimumkan kewajiban pajak yang berdasarkan harus memenuhi syarat-

syarat, diantaranya tidak melanggar ketentuan perpajakan, secara bisnis mampu

diterima dan bukti-bukti pendukungnya memadai.

Mencari keuntungan semaksimal mungkin dengan biaya seminimal mungkin

yang sesuai dengan prinsip ekonomi, maka untuk pelaksanaan perencanaan pajak

pada suatu badan usaha sangat dibutuhkan dalam mengurangi beban pajak yang

mengurangi laba bersih yang akan diperoleh. Koperasi adalah salah satu bentuk

badan usaha yang perlu menerapkan perencanaan pajak. Koperasi yang

Page 24: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

3

mempunyai asas kekeluargaan tidak semata-mata mencari keuntungan, tapi

sebagai badan usaha yang berbadan hukum, koperasi juga memerlukan

perencanaan pajak yang baik agar kegiatan yang dilaksanakan oleh koperasi bisa

berjalan lancar dan mampu mencapai tujuan yang menjadi cita-cita koperasi.

Tabel 1.1

Perbedaan antara Koperasi dengan Badan Usaha Lain

Indikator Perorangan Firma PT Koperasi

Pengguna

jasa

Bukan

pemilik

Umumnya

bukan

pemilik

Umumnya

bukan pemilik

Umum /

anggota

Pemilik usaha Individu Sekutu usaha Pemegang

saham

Anggota

Punya

hak suara

Tidak perlu Para sekutu Pemegang

saham

Anggota

Pelaksanaan

voting

Tidak perlu Biasanya

menurut

besarnya

modal

penyertaan

Menurut

besarnya

saham yang

dimiliki

melalui RUPS

Satu

anggota

satu suara

dan

tidak boleh

diwakilkan

Penentuan

kebijaksanaan

Orang yang

bersangkutan

Para sekutu Direksi Pengurus

Balas jasa

terhadap

modal

Tidak

terbatas

Tidak

terbatas

Tidak terbatas Terbatas

Penerima

keuntungan

Orang yang

bersangkutan

Para sekutu

secara

proporsional

Pemegang

saham

secara

proporsional

Anggota

sesuai

jasa/

partisipasi

Bertanggung

jawab

terhadap Rugi

Pemilik Para sekutu Pemegang

saham

sejumlah

saham

yang dimiliki

Anggota

sejumlah

modal

equity

Sumber : Ruly Destiyanningsih, 2013.

Koperasi adalah usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan

ekonomi berdasarkan tolong menolong. Selanjutnya dikemukakan bahwa gerakan

koperasi adalah perlambang harapan bagi kaum ekonomi lemah, berdasarkan self-

Page 25: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

4

help dan tolong menolong diantara anggota-anggotanya, sehingga dapat

melahirkan rasa saling percaya kepada diri sendiri dalam persaudaraan koperasi

yang merupakan semangat baru dan semangat menolong diri sendiri. Kemudian

didorong oleh keinginan memberi jasa kepada kawan, berdasarkan prinsip “satu

untuk semua dan semua untuk satu”.

Berarti, koperasi mempunyai beberapa peran yaitu sebagai gerakan ekonomi

dan badan usaha. Peran yang dimiliki koperasi diharapkan dapat menghadapi

distorsi pasar serta menciptakan keseimbangan sebagai akibat berlakunya prinsip

bisnis yang semata-semata bermotif ekonomi. Status hukum koperasi yaitu

tunduk pada peraturan-peraturan yang mengatur tentang kewajiban sebagai badan

usaha, seperti akta pendirian dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), badan

usaha lain pun mempunyai kewajiban yang sama. Pada umumnya, koperasi

mempunyai perbedaan dengan badan usaha lainnya, yang terletak pada tujuan,

pengambil keputusan, permodalan, kepemilikan, balas jasa, pengawasan dan asas.

Perbedaan yang muncul antara koperasi dan badan usaha bukan koperasi

menjelaskan bahwa perbedaan yang terjadi ada pada prinsip. Hal ini menunjukan,

koperasi sebagai bentuk badan usaha bagi perorangan yang umumnya berskala

mikro dan kecil akan lebih maksimal dalam mewujudkan demokrasi ekonomi.

Nita Fhikniati Hidayat (2012), melakukan penelitian mengenai pengaruh

penerapan pajak atas pajak penghasilan badan dalam upaya meningkatkan

efisiensi pembayaran beban pajak pada PT. Agricon Putra Citra Optima . Hasil

dari menggunakan perencanaan pajak, terjadi efisiensi pajak perusahaan sebesar

Rp 79.334.216 dan meningkatkan laba setelah pajak sebesar Rp 5.669.082.

Page 26: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

5

Suryanti (2008), melakukan penelitian mengenai perencanaan pajak untuk

meminimalkan pembayaran pajak pada PT. Arta Design. Penggunaan

perencanaan pajak menghasilkan efisiensi pajak sebesar 24,60%.

Berdasarkan hal tersebut tax planning bisa diartikan juga sebagai proses

pengambilan tax factor yang relevan dan non tax factor yang material untuk

melakukan menentukan apakah, kapan, bagaimana, dan dengan siapa (pihak

mana) untuk melakukan transaksi, operasi dan hubungan dagang yang

memungkinkan tercapainya beban pajak pada tax event yang se-efisien mungkin

dan sejalan dengan tujuan perusahaan.

Penulis memilih koperasi sebagai objek penelitian karena penelitian

mengenai tax planning yang pernah dilakukan sebelumnya lebih banyak

dilakukan pada badan usaha yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT). Selain itu,

koperasi merupakan badan usaha yang tidak mencari keuntungan semata, tetapi

juga mempunyai tujuan untuk menciptakan dan mengembangan perekonomian

nasional, yang sudah pasti berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi

ekonomi.

Studi Kasus dilakukan di Koperasi Primkoppolres karena koperasi tersebut

memiliki penghasilan bruto dan penghasilan kena pajak (PKP) yang tidak kecil

sehingga penulis berasumsi perlunya penerapan pajak pada koperasi. Penelitian

yang dilakukan sebelumnya hanya meneliti penerapan pajak dalam satu dan dua

tahun, sedangkan penelitian selanjutnya akan dilakukan dalam tiga tahun, yaitu

tahun pajak 2010, 2011 dan 2012. Berdasarkan uraian-uraian diatas penelitian ini

diberi judul “ Analisis penerapan Tax Planning dalam Usaha Mengefisiensikan

Page 27: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

6

Beban Pajak pada Badan Usaha Koperasi (Studi Kasus pada Koperasi

Primkoppolres Metro Jakarta Selatan) “.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan diatas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana dampak perencanaan pajak terhadap kewajiban perpajakan pada

Primkoppolres Metro Jakarta Selatan.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari perumusan masalah yang ada, maka tujuan dari penelitian

ini adalah:

1. Untuk memperoleh gambaran tentang perencanaan pajak pada Primkoppolres

Metro Jakarta Selatan.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran, masukan, dan pertimbangan dalam memperkaya

konsep penerapan tax planning dalam usaha mengesfisiensikan beban

pajak pada badan usaha koperasi dengan tidak melanggar Undang-undang

dan peraturan perpajakan yang berlaku.

b. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai penguat teori tentang tax planning

dalam usaha mengefisiensikan beban pajak pada beban usaha koperasi

Page 28: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

7

yang sesuai dengan Undang-undang dan peraturan perpajakan yang

berlaku.

c. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai pembanding penerapan tax

planning yang dilakukan pada koperasi dengan yang dilakukan pada

badan usaha lain dengan tujuan mengefisiensikan beban pajak.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat meningkatkan dan

memperbaiki keadaan koperasi Primkoppolres Metro Jakarta Selatan

melalui tax planning dalam usaha untuk mengefisiensikan beban pajak

yang sesuai dengan peraturan dan Undang-undang yang berlaku.

Karena pajak salah satu sumber pendapatan pemerintah.

b. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi acuan bagi penerapan tax

planning dalam usaha untuk mengefisiensikan beban pajak pada badan

usaha koperasi.

Page 29: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori

1. Teori tentang Kemakmuran

Pengertian welfare state, Welfarestate atau negara kesejahteraan adalah

negara yang pemerintahannya menjamin terselenggaranya kesejahteraan

rakyat. Dalam mewujudkan kesejahteraan rakyatnya harus didasarkan pada

lima pilar kenegaraan, yaitu : Demokrasi (Democracy). Penegakan Hukum

(Rule of Law), perlindungan Hak Asasi Manusia, Keadilan Sosial (Social

Juctice) dan anti diskriminasi.

Ide mengenai sistem kesejahteraan negara yang berkembang di Indonesia

biasanya lebih sering bernuansa negatif ketimbang positif. Misalnya, sering

kita dengar bahwa sistem kesejahteraan negara adalah pendekatan yang boros,

tidak kompatibel dengan pembangunan ekonomi, dan menimbulkan

ketergantungan pada penerimanya (beneficiaries). Akibatnya, tidak sedikit

yang beranggapan bahwa sistem ini telah menemui ajalnya, alias sudah tidak

dipraktekan lagi di negara manapun. Meskipun anggapan ini jarang disertai

argumen dan riset yang memadai. banyak orang menjadi kurang berminat

membicarakan, dan apalagi, memperhitungkan pendekatan ini.

Setiap orang haruslah membayar bagiannya (pajak) sesuai dengan

kemampuannya untuk membayar. Tiga ukuran yang biasanya dipakai untuk

mengukur kemakmuran seseorang (atau kemampuan seseorang membayar

pajak) atau sebuah perusahaan atau badan usaha adalah:

Page 30: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

9

1. Pendapatan

2. Pengeluaran konsumsi

3. Kekayaan

Didalam perencanaan pajak selain untuk mengefisiensikan beban pajak,

namun juga secara tidak langsung akan mencerminkan dan meningkatkan

tingkat kemakmuran koperasi pada umumnya dan anggota koperasi pada

khususnya. Masyarakat sekitar yang secara tidak langsung ikut meningkat

tingkat kemakmuran nya dengan cara berbelanja di koperasi tersebut tanpa

harus menjadi anggota koperasi. Semakin banyak koperasi, anggota koperasi

dan masyarakat yang secara tidak langsung menggunakan fasilitas koperasi

seperti warung toserba, foto kopi, simpan pinjam dan produk atau fasilitas

koperasi lainnya sehingga meningkat tingkat kemakmuran nya menyebabkan

negara mengalami peningkatan kemamkuran yang menjadi salah satu cita-cita

semua negara.

Ketika koperasi, anggota koperasi dan masyarakat makmur, maka mereka

akan mampu membayar pajak sesuai peraturan yang berlaku seperti di

Indonesia yang menggunakan sistem pajak self assessment dimana pemerintah

yang menerapkan untuk memberi tanggung jawab penuh kepada wajib pajak

yang mana untuk memenuhi kewajiban membayar pajak semua prosedur dan

tahapannya dilakukan sendiri oleh pihak yang wajib membayar pajak tersebut.

Tingkat kemakmuran di Primkoppolres Metro Jakarta Selatan baik koperasi itu

sendiri maupun anggota nya cukup baik, maka sudah mampu melaksanakan

kewajiban dalam membayar pajak.

Page 31: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

10

Namun, di masa modern ini dengan harga pokok yang semakin mahal,

tidak stabilnya harga bahan bakar minyak, dan beberapa masalah ekonomi

yang menyebabkan sebagian kalangan masyarakat dengan ekonomi menengah

kebawah kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup muncul lah berbagai

macam cara untuk menghindari dan mengurangi jumlah pajak. Berbagai

macam cara yang ilegal sampai legal dilakukan, salah satu cara legal dan tidak

melanggar peraturan undang-undang dan peraturan perpajakan yang berlaku

adalah perenacanaan pajak (tax planning), Perencanaan pajak lah yang

digunakan untuk mengurangi beban pajak pada Primkoppolres Metro Jakarta

Selatan.

2. Teori tentang Efisiensi

Menurut Setyono (2013) efisiensi merupakan suatu ukuran keberhasilan

dari segi besarnya sumber atau biaya untuk mencapai hasil dari kegiatan yang

dijalankan. Menurut pengertian ini, efisiensi terdiri atas dua unsur yaitu

kegiatan dan hasil dari kegiatan tersebut:

a. Unsur Kegiatan

Suatu kegiatan dianggap mewujudkan efisiensi jika suatu hasil tertentu

tercapai dengan kegiatan terkecil. Unsur kegiatan terdiri dari lima sub

unsur, yaitu pikiran, tenaga, bahan, waktu, dan ruang.

b. Unsur Hasil

Suatu hasil dianggap mewujudkan efisien jika dengan suatu kegiatan

tertentu mencapai hasil yang terbesar. Unsur hasil terdiri dari dua

subunsur, yaitu jumlah (kuantitas) dan mutu (kualitas).

Page 32: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

11

Teori nilai guna atau utility yaitu teori ekonomi yang mempelajarai

kepuasan atau kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dari

mengkonsumsi barang-barang. Kalau kepuasan itu semakin tinggi nilai guna

atau utility–nya. Sebaliknya semakin rendah kepuasan dari suatu barang maka

utilitynya semakin rendah pula.

Nilai guna dibedakan menjadi dua pengertian, yaitu:

i. Marginal utility (kepuasan marginal) adalah pertambahan/pengurangan

kepuasan sebagai akibat adanya pertamabahan/pengurangan

penggunaan satu unit barang tertentu.

ii. Total utility adalah keseluruhan kepuasan yang diperoleh dari

mengkonsumsi sejumlah barang-barang tertentu.

Tingkat efisiensi dapat diketahui dengan cara membandingkan antara

output yang dihasilkan dengan input yang digunakan. Jika hasilnya lebih besar

atau sama dengan 1 (satu), maka akan terjadi efisiensi. Namun sebaliknya, jika

hasilnya kurang dari 1 (satu) maka tidak terjadi efisiensi.

Efisiensi maupun produktivitas keduanya dapat digunakan sebagai bahan

untuk mengukur kinerja suatu unit kegiatan ekonomi, meskipun secara prinsip

kedua pengukuran tersebut berbeda. Konsep efisiensi lebih berkaitan dengan

seberapa jauh suatu proses mengkonsumsi masukan untuk menghasilkan

keluaran tertentu, sementara konsep produktivitas berkaitan dengan seberapa

jauh suatu proses menghasilkan keluaran dengan mengkonsumsi masukan

tertentu.

Efisiensi dan produktivitas merupakan suatu ukuran tentang seberapa

Page 33: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

12

efisien suatu proses mengkonsumsi masukan dan seberapa produktif suatu

proses menghasilkan keluaran. Efisiensi merupakan rasio antara keluaran

dengan masukan suatu proses, dengan fokus perhatian pada konsumsi

masukan. Produktivitas merupakan rasio antara masukan dengan keluaran,

dengan fokus perhatian pada keluaran yang dihasilkan oleh suatu proses.

Ada tiga kegunaan mengukur efisiensi. Pertama, sebagai tolak ukur untuk

memperoleh efisiensi relatif, mempermudah memperbandingkan antara unit

ekonomi satu dengan lainnya. Kedua, apabila terdapat variasi tingkat efisiensi

dari beberapa unit ekonomi yang ada maka dapat dilakukan penelitian untuk

menjawab faktor-faktor apa yang menentukan perbedaan tingkat efisiensi.

Ketiga, informasi mengenai efisiensi memiliki implikasi kebijakan karena

manajer dapat menentukan kebijakan perusahaan secara tepat.

3. Efisiensi Beban Pajak

Secara finansial, pajak dapat mengurangi laba yang dihasilkan oleh

seseorang atau suatu badan usaha. Pajak yang harus ditanggung oleh wajib

pajak merupakan beban yang dapat mempengaruhi besarnya laba bersih yang

diperoleh. Jika beban adalah suatu penurunan atau berkurangnya nilai modal

akibat penggunaan aset, maka hal tersebut seharusnya dapat ditekan seminimal

mungkin. Penurunan nilai modal karena penggunaan aset yang disebabkan oleh

penggunaan yang tidak perlu merupakan suatu pemborosan yang harus

diminimalkan ataupun dihindari karena dapat mempengaruhi besarnya laba

yang diperoleh.

Page 34: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

13

Upaya untuk menghindari pemborosan sumber daya yang dapat

mempengaruhi besarnya laba usaha adalah tujuan dari efisiensi. Penghindaran

pemborosan tersebut meupakan upaya optimalisasi alokasi sumber daya dengan

melakukan aktivitas dengan benar disamping melakukan aktivitas yang

seharusnya dilakukan. Salah satu cara efisiensi beban pajak yang dapat

dilakukan adalah dengan melakukan perencanaan pajak.

B. Koreksi Fiskal

Menurut Delima (2013) koreksi fiskal adalah proses penyesuaian atas laba

komersial yang berbeda dengan ketentuan fiskal untuk menghasilkan penghasilan

neto atau laba yang sesuai dengan ketentuan perpajakan. Koreksi fiskal terjadi

karena adanya perbedaan perlakuan atau pengakuan penghasilan maupun biaya

antara akuntansi komersial dengan akuntansi pajak. Perbedaan tersebut terdiri

dari dua macam yaitu:

1. Beda Tetap (Permanent Difference)

Beda tetap adalah penghasilan dan biaya yang diakui dalam penghitungan

laba bersih untuk akuntansi komersial tetapi tidak diakui dalam penghitungan

akuntansi pajak.

2. Beda Waktu (Time Difference)

Beda waktu adalah penghasilan dan biaya yang dapat diakui saat ini oleh

akuntansi pajak,biasanya karena perbedaan metode pengakuan. Menurut

Rumuy (2013), ada dua macam penyesuaian fiskal, yaitu:

Page 35: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

14

i. Penyesuaian Fiskal Positif adalah koreksi atau penyesuaian yang akan

mengakibatkan meningkatnya laba kena pajak yang pada akhirnya akan

membuat PPh Badan terutangnya juga akan meningkat.

ii. Penyesuaian Fiskal Negatif adalah penyesuaian yang akan mengakibatkan

menurunnya laba kena pajak yang membuat PPh Badan terutangnya juga

akan menurun.

Koreksi fiskal dilakukan karena adanya perbedaan antara laba atau rugi

menurut perhitungan akuntansi komersial dengan akuntansi fiskal, maka

sebelum menghitung Pajak Penghasilan yang terutang, terlebih dahulu

laba/rugi komersial tersebut harus dilakukankoreksi-koreksi fiskal sesuai

dengan Undang-undang yang berlaku. Untuk keperluan perpajakan wajib pajak

tidak perlu membuat pembukuan ganda, melainkan cukup membuat satu

pembukuan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Koreksi fiskal

dilakukan baik terhadap penghasilan maupun terhadap biaya-biaya atau

pengurangan penghasilan bruto.

C. Perencanaan Pajak

1. Pengertian Perencanaan Pajak (Tax Planning)

Menurut Resmi (2014:6) perencanaan pajak adalah langkah awal dalam

manajemen pajak. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan dan penelitian

terhadap peraturan perpajakan agar dapat diseleksi jenis tindakan penghematan

pajak yang akan dilakukan. Pada umumnya penekanan perencanaan pajak (tax

planning) adalah untuk meminimalkan kewajiban pajak.

Page 36: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

15

Menurut Zain (2008:67) mengungkapkan bahwa perencanaan pajak

merupakan tindakan penstrukturan yang terkait dengan konsekuensi potensi

pajaknya, yang tekanannya kepada pengendalian setiap transaksi yang ada

konsekuensi pajaknya. Tujuannya adalah bagaimana pengendalian tersebut

dapat mengefisiensikan jumlah pajak yang akan ditransfer ke pemerintah,

melalui apa yang disebut sebagai penghindaran pajak (tax avoidance) dan

bukan penyelundupan pajak (tax evasion).

Berdasarkan dua definisi yang telah dijelaskan dapat disimpulkan bahwa

perencanaan pajak adalah suatu proses organisasi usaha wajib pajak atau

kelompok wajib pajak sedemikian rupa, sehingga hutang pajaknya, baik pajak

penghasilan maupun pajak lainnya berada di posisi paling efisien, sepanjang

hal itu mungkin dilakukan baik oleh peraturan perundangan perpajakan

maupun secara komersil.

Jadi perencanaan pajak diajukan bukanlah untuk mengurangi atau

menghindari kewajiban pajak yang harus segera dibayar, melainkan sesuatu

yang dibuat oleh perusahaan untuk menghindari suatu kelebihan pajak yang

tidak diantisipasi atau direncanakan sebelumnya. Dengan merencanakan pajak

maka pengambilan keputusan keuangan dan manajerial dengan sepenuhnya

akan diambil yang dapat memperhatikan konsekuensi bagi perusahaan.

2. Tujuan Perencanaan Pajak

Tujuan Perencanaan Pajak adalah merekayasa agar beban pajak (tax

burden) serendah mungkin dengan memanfaatkan peraturan yang ada tetapi

berbeda dengan tujuan pembuatan undang-undang maka tax planning disini

Page 37: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

16

sama dengan tax avoidance karena secara hakikat ekonomis kedua-duanya

berusaha untuk memaksimalkan penghasilan setelah pajak (after tax return)

karena pajak merupakan unsur pengurang laba yang tersedia baik untuk

dibagikan kepada pemegang saham maupun diinvestasikan kembali.

Menurt Suandy (2011:7) tujuan perencanaan pajak adalah merekayasa

agar beban pajak (tax burden) dapat ditekan serendah mungkin dengan

memanfaatkan peraturan yang ada tetapi berbeda dengan tujuan pembuat

undang – undang, maka perencanaan pajak disini dengan tax avoidance karena

secara hakikat ekonomis keduanya berusaha untuk memaksimalkan

penghasilan setelah pajak (after tax return) karena pajak merupakan unsur

pengurang laba yang tersedia, baik untuk dibagikan kepada pemegang saham

maupun untuk diinvestasikan kembali.

Tujuan tax planning secara lebih khusus ditujukan untuk memenuhi hal-

hal sebagai berikut:

a. Menghilangkan atau menghapus pajak dalam tahun berjalan.

b. Memperluas bisnis atau melakukan ekspansi usaha dengan membentuk

badan usaha baru.

c. Menunda pengakuan penghasilan.

d. Menghilangkan atau menghapus pajak sama sekali.

e. Menghindari bentuk penghasilan yang bersifat rutin atau teratur atau

membentuk, memperbanyak, atau mempercepat pengurangan pajak.

f. Mengubah penghasilan rutin berbentuk capital gain.

g. Menghindari pengenaan pajak ganda.

Page 38: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

17

3. Manfaat Perencanaan Pajak

Menurut Wulansari (2013), manfaat perencanaan pajak pada prinsipnya

adalah sebagai berikut:

a. Mengatur alur kas, merupakan perencanaan yang dapat mengestimasi

kebutuhan kas untuk pajak dan menentukan saat pembayaran sehingga

perusahaan dapat menyusun anggaran kasnya dengan lebih akurat.

b. Penghematan kas keluar, adalah perencanaan pajak yang dapat menghemat

pajak yang merupakan biaya bagi perusahaan.

4. Motivasi Perencanaan Pajak

Menurut Suandy (2011:10) mengungkapkan, bahwa motivasi yang

mendasari dilakukannya suatu perencanaan pajak umumnya bersumber dari

tiga unsur perpajakan, yaitu:

a. Kebijakan perpajakan (tax policy).

b. Undang-undang perpajakan (tax law).

c. Administrasi perpajakan (tax administration).

5. Strategi dalam Perencanaan Pajak

Menurut Sumarsan (2011), strategi perencanaan pajak ada lima, atau yang

biasa di sebut model perencanaan pajak SAVANT, yaitu:

a. Strategi (Strategy)

Merupakan sebuah perusahaan tidak mengubah bentuk transaksi kegiatan

usahanya dengan alasan untuk melakukan manajemen pajak. Strategi yang

dapat digunakan untuk mengefisiensi beban PPh badan adalah sebagai

berikut:

Page 39: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

18

i. Pemilikan alternatif dasar pembukuan, basis kas, atau basis akrual.

ii. Pengolahan transaksi yang berkaitan dengan pemberian

kesejahteraan pada karyawan.

iii. Pemilihan metode penilaian persediaan.

iv. Pemilihan sumber dana dalam pengedaran asset.

v. Pemilihan metode penyusutan asset tetap dan amortisasi asset tidak

berwujud.

vi. Transaksi dengan pemungut pajak (Witholding Tax).

vii. Optimalisasi pengkreditan pajak yang telah dibayar.

viii. Permohonan penurunan pembayaran angsuran masa (PPh pasal 25

bulanan)

ix. Penyertaan modal pada perseroan terbatas dalam negeri

b. Antisipasi (Anticipation)

Merupakan wajib pajak berantisipasi terhadap penurunan tarif pajak

penghasilan yang akan dibayar menjadi lebih kecil. Jika perusahaan

mengalami kerugian bersih operasional, maka rugi bersih operasional

perusahaan dapat dikompensasikan selama 5 tahun berdasarkan Undang-

undang Pajak Penghasilan.

c. Bernilai Tambah (Value Adding)

Perusahaan mengukur apakah perencanaan pajak meningkatkan arus kas

bersih setelah pajak dapat meningkatkan nilai pemegang saham. Dengan

menggunakan metode arus kas bersih yang didiskontokan dapat mengukur

apakah metode manajemen pajak akan meningkatkan nilai perusahaan.

Page 40: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

19

d. Negosiasi (Negotiating)

Perusahaan dapat menggeser penghasilan atau biaya melalui negosiasi

harga beli produk atau harga jual produk. Penggeseran pajak dikenal

sebagai kemampuan perusahaan untuk membagikan beban pajak kepada

pihak lain. Pemerintah dapat meringankan beban pajak perusahaan dengan

tujuan untuk menciptakan lapangan kerja.

e. Transformasi (Transforming)

Perencanaan pajak termasuk melakukan transformasi biaya yang tidak

dapat dikurangkan menjadi biaya yang dapat dikurangkan (Deductible

Expense).

Selain model strategi perencanaan pajak diatas, terdapat metode lain untuk

melakukan perencanaan pajak, yaitu:

a. Metode Shifting

Wajib pajak dapat menggunakan metode ini untuk menggeser jumlah beban

pajak pada periode fiskal yang lebih menguntungkan.

b. Metode Splitting

Wajib pajak dapat menggunakan metode splitting untuk membedakan

penerapan tarif normal perhitungan neto yang lebih rendah dengan

membagi penghasilannya.

c. Metode Combination

Merupakan kebalikan dari metode splitting, yaitu dengan cara

menggabungkan penghasilan bruto wajib pajak maka wajib pajak dapat

menghemat pembayaran.

Page 41: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

20

Beberapa strategi yang dianggap ampuh dan sudah banyak digunakan

dalam tax planning.

a. Tax saving

Yaitu upaya wajib pajak mengelakkan hutang pajaknya dengan jalan

menahan diri untuk tidak membeli produk – produk yang ada pajak

pertambahan nilainya atau dengan sengaja mengurangi jam kerja atau

pekerjaan yang dapat dilakukannya sehingga penghasilannya menjadi kecil

dan dengan demikian terhindar dari pengenaan pajak penghasilan yang

besar, misalnya penghindaran atas pengenaan sanksi perpajakan yang

berlaku.

b. Tax avoidance

Merupakan upaya efisiensi untuk meminimkan atau menghilangkan beban

pajak dengan memerhatikan ada atau tidaknya akibat-akibat pajak yang

ditimbulkan dan tidak melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan.

c. Mengindari pelanggaran atas peraturan perpajakan

Dengan menguasai peraturan pajak yang berlaku, perusahaan dapat

menghindari timbulnya sanksi perpajakan yaitu:

1) Sanksi administrasi berupa denda, bunga atau kenaikan.

2) Sanksi denda pidana atau kurungan.

d. Menunda pembayaran kewajiban pajak

Menunda pembayaran kewajiban pajak tanpa melanggar peraturan berlaku

dapat dilakukan melalui penundaan pembayaran PPn. Penundaan ini

Page 42: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

21

dilakukan dengan menunda penerbitan faktur pajak keluaran hingga batas

waktu yang diperkenankan.

e. Mengoptimalkan kredit pajak yang diperkenankan

Wajib pajak sering kurang memperoleh informasi mengenai pembayaran

pajak yang dapat dikreditkan yang merupakan pajak dibayar dimuka.

Misalnya PPh Pasal 22 atau pembelian solar dan impor dan fiskal luar

negeri atas perjalanan dinas pegawai.

Gambar 2.1

Strategi-Strategi dalam Meminimalkan Jumlah Pajak yang Harus Dibayar

Pengelakan Pajak Dalam

Strategi penghematan Pajak

Merugikan Penerimaan

Negara

Yang Tidak Merugikan

Penerimaan Negara

Melalui

Proses

Produksi

Melalui

Transaksi

Cara Yang

Diperkenank

an oleh

Undang-

Undang

Cara Yang

Tidak

Diperkenank

an oleh

Undang-

Undang

Melalui

Undang-

Undang

Perjanjian

Pajak

Konvensi

Internasional Kapitalisasi Transformasi

Pergeseran Penyelundupan

(Evasion)

Pengelakan

(Avoidance)

Pengecualian

Page 43: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

22

Sumber: Mangonting, Yeni. “Tax Planning : Sebuah Pengantar Sebagai

Alternantif Meminimalkan Pajak”, Jurnal Akuntansi dan

Keuangan, Universitas Kristen Petra, Vol. 1, No. 1, Hal 43-

53,1999.

6. Aspek – Aspek dalam Perencanaan Pajak

Menurut Ibrahim (2010) aspek-aspek dalam perencanaan pajak terbagi

menjadi aspek formal dan administratif serta aspek material.

a. Aspek Formal dan Administratif

Aspek Formal dan Administratif yang harus dilaksanakan suatu badan

usaha untuk dapat melakukan perencanaan pajak antara lain:

1) Kewajiban mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib

Pajak (NPWP) dan Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

(NPPKP).

2) Menyelenggaraan pembukuan atau pencatatan.

3) Memotong dan atau memungut pajak.

4) Membayar pajak.

5) Menyampaikan Surat Pemberitahuan.

b. Aspek Material

Aspek material untuk perhitungan pajak adalah objek pajak. Dalam rangka

optimalisasi alokasi sumber dana manajemen akan merencanakan

pembayaran pajak yang tidak lebih dan tidak kurang. Untuk itu, objek pajak

harus dilaporkan secara benar dan lengkap.

7. Dasar Hukum Perencanaan Pajak

Perencanan pajak mempunyai dasar hukum yang jelas dan saling berkaitan

satu dengan yang lainnya yaitu:

Page 44: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

23

a. PSAK Nomor 27 tentang Akuntansi Perkoperasian Revisi (Revisi 1998)

(Reformat 2007).

b. Peraturan Pemerintah Keuangan Nomor 131 Tahun 2000 Tentang Pajak

Penghasilan atas Bunga Deposito dan Tabungan serta Diskonto Sertifikat

Bank Indonesia.

c. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

51/KMK.04/2001 Tentang Pemotongan Pajak Penghasilan atas Bunga

Deposito dan Tabungan serta Diskonto Sertifikat Bank Indonesia.

d. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.03/2009 Tentang Jenis-jenis

Harta yang Termasuk dalam Kelompok Harta Berwujud bukan Bangunan

untuk Keperluan Penyusutan.

e. Undang - undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 Tentang

Perkoperasian.

f. Undang - undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang

Perubahan Keempat atas Undang - undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang

Pajak Penghasilan.

g. Undang - undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2012 Tentang

Perkoperasian.

8. Teknis Perencanaan Pajak

Teknis dalam membuat perencanaan pajak antara lain sebagai berikut:

a. Menganalisis informasi (basis data) yang ada.

b. Membuat satu model atau lebih rencana kemungkinan besarnya pajak.

c. Mengevaluasi pelaksanaan perencanaan pajak.

Page 45: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

24

d. Mencari kelemahan dan kemudian memperbaiki kembali rencana pajak.

e. Memutakhirkan rencana pajak.

Perencanaan pajak (Tax Planning) mencakup pemahaman dan

implementasi dari berbagai strategi yang dapat meminimalisir jumlah beban

pajak dalam beberapa periode. dengan perencanaan pajak yang baik akan

menjadi sumber bagi penyediaan modal kerja koperasi. Pada dasarnya usaha

mengefisiensikan beban pajak berdasarkan the least dan latest rule yaitu wajib

pajak selalu berusaha menekan pajak sekecil mungkin dan menunda

pembayaran selambat mungkin sebatas masih diperkenankan Undang-undang

dan peraturan perpajakan. Perencaan pajak (Tax Planning) sebagai suatu

langkah yang tepat untuk koperasi, dalam melakukan efisiensi pajak sepanjang

tidak bertentangan dengan ketentuan, peraturan dan Udang-undang yang

berlaku.

9. Perencanaan Pajak Berdasarkan Undang-undang Domestik

Menurut Suandy (2011), perencanaan pajak yang baik memerlukan suatu

pemahaman terhadap Undang-undang dan peraturan pajak. Undang-undang

pajak dari waktu ke waktu selalu mengalami perkembangan. Dalam

perancangan ulang struktur tingkat pajak khususnya untuk orang pribadi,

pemerintah tampaknya ingin memberikan intensif dengan menurunkan tarif

pajak terendah karena pemerintah ingin memperluas jumlah wajib pajak yang

rata-rata berpendapatan menengah, sedangkan untuk wajib pajak yang

berpendapatannya tinggi, tarif pajaknya ditingkatkan juga sehingga tarif pajak

baru lebig progresif dan diharapkan bisa lebih memberikan keadilan.

Page 46: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

25

Sistem perpajakan mungkin akan berubah jika situasi sosial politik suatu

negara berubah. Peraturan perpajakan yang berlaku pada saat ini perlu

dicermati hanya untuk memahami bagaimana perpajakan mempengaruhi

keputusan bisnis. Berapa pun besarnya pajak penghasilan yang akan dikenakan

terhadap perusahaan. Dengan demikian, kita dapat memusatkan perhatian pada

beban perusahaan, beban apa saja yang dapat menjadi pengurang pajak, dan

bagaimana hal itu mempengaruhi pengambilan keputusan.

10. Jenis-jenis Perencanaan Pajak

Menurut Suandy (2011), perencanaan pajak dapat dibagi menjadi dua

sebagai berikut:

a. Perencanaan pajak nasional (national tax planning)

b. Perencanaan pajak internasional (international tax planning)

Dalam melakukan perencanaan pajak, baik nasional maupun internasional,

yang sering dilakukan adalah dengan melakukan hal berikut:

a. Penghindaran tarif pajak tertinggi, baik dengan memanfaatkan bunga,

investasi, maupun arbitrase kerugian (losses arbitage).

b. Percepatan pengakuan pendapatan.

c. Alokasi pajak ke beberapa wajib pajak.

d. Penangguhan pembayaran pajak.

e. Tax exclusive maximization.

f. Transformasi pendapatan yang terkena pajak ke pendapatanyang tidak

terkena.

Page 47: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

26

g. Transformasi beban yang tidak boleh dikurangi pajak ke beban-beban

yang boleh dikurangi pajak.

h. Penciptaan maupun percepatan beban-beban yang boleh dikurangi pajak.

11. Aspek Kebijakan Akuntansi dan Adminitrasi

Walaupun secara teknis proses penyajian laporan tidak diatur secara rinci

dalam ketentuan perpajakan, pengukuran dan penilaian atas suatu fakta sangat

dipengaruhi oleh ketentuan perpajakan merupakan produk lembaga legislatif

yang mengikat semua anggota masyarakat (termasuk profesi akuntansi).

Dengan demikian, apabila terjadi kekurang sesuaian antara ketentuan

perpajakan dan praktik atau standar akuntansi yang berlaku umum, Undang-

undang perpajakan mempunyai prioritas untuk dipatuhi diatas praktik dan

kelaziman akuntansi. Perbedaan kebijakan antara kebijakan akuntansi

komersial dengan akuntansi pajak untuk perhitungan laba kena pajak meliputi:

a. Sistem pengakuan penghasilan dan beban.

b. Sistem penilaian persediaan.

c. Metode penyusutan.

d. Penliaian kembali aset tetap.

e. Sewa guna usaha (leasing).

12. Pajak Khusus Koperasi

Koperasi yang omsetnya Rp 20.000.000,00 per tahun dan perusahaan yang

omsetnya Rp 40.000.000.000,00 miliar per tahun mempunyai hak dan

kewajiban sama di bidang perpajakan. Koperasi dan wajib pajak badan dalam

negeri lainnya berhak mendapatkan diskon 50% tarif pajak asal peredaran bruto

Page 48: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

27

setahun tidak lebih Rp 50.000.000.000,00. Tetapi, diskon 50% berlaku atas

keuntungan dari peredaran bruto sampai Rp 4.800.000.000,00 saja, sisanya

bayar tarif 100% ( Pasal 31E Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008). Jenis

pajak Pajak Pertambahan Nilai (PPN) tidak ada perlakuan istimewa pula pada

koperasi. Ketika omset setahun lebih dari Rp 600.000.000,00, maka wajib

pajak pula dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) lalu memungut

PPN dan menyetor ke kas negara. Jika selama dua tahun omset nya melebihi

Rp 600.000.000,00 setahun tetapi tidak memungut PPN maka pada tahun

ketiga akan dikenakan denda atau sanksi yang jumlahnya dapat melenyapkan

modal koperasi. Apalagi SHU telah dibagikan pada anggota, hampir dipastikan

koperasi dapat bangkrut akibat membayar denda pajak (PPh dan PPN).

D. Koperasi

1. Pengertian Koperasi

Menurut Undang-undang 25 Tahun 1992 Pasal 1 pengertian koperasi

adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum

koperasi berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi

rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.

Kemudian pengertian koperasi di sempurnakan menurut Undang-undang

Nomor 17 Tahun 2012 koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang

perseorangan atau badan hukum koperasi, untuk dengan pemisahan kekayaan

para anggotanya sebagai modal menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi

dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan

nilai dan prinsip koperasi.

Page 49: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

28

Berdasarkan dua pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa koperasi

adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum

koperasi yang memiliki identitas ganda, yaitu sebagai pemilik sekaligus

pengguna jasa koperasi yang melaksanakan kegiatannya berdasar atas asas

kekeluargaan. Sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas

kekeluargaan, koperasi memiliki tujuan untuk kepentingan anggotanya antara

lain meningkatkan kesejahteraan, menyediakan kebutuhan, membantu modal,

dan mengembangkan usaha.

2. Prinsip-Prinsip Koperasi

Prinsip Koperasi menurut Undang-undang Nomor 17 Tahun 2012 yang

terdapat pada Pasal 6 yaitu:

a. Keanggotaan koperasi bersifat sukarela dan terbuka.

b. Pengawasan oleh anggota diselenggarakan secara demokratis.

c. Anggota berpartisipasi aktif dalam kegiatan ekonomi koperasi.

d. Koperasi merupakan badan usaha swadaya yang otonom, dan independen.

e. Koperasi menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi anggota,

pengawas, pengurus, dan karyawannya, serta memberikan informasi kepada

masyarakat tentang jati diri, kegiatan, dan kemanfaatan koperasi.

f. Koperasi melayani anggotanya secara prima dan memperkuat gerakan

koperasi, dengan bekerja sama melalui jaringan kegiatan pada tingkat lokal,

nasional, regional, dan internasional.

g. Koperasi bekerja untuk pembangunan berkelanjutan bagi lingkungan dan

masyarakatnya melalui kebijakan yang disepakati oleh anggota.

Page 50: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

29

3. Fungsi dan Peran Koperasi

Menurut Undang-undang Nomor 25 tahun 1992 Pasal 4 dijelaskan bahwa

fungsi dan peran koperasi sebagai berikut:

a. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi

anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk

meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.

b. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan

manusia dan masyarakat.

c. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan

perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko-gurunya.

d. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional,

yang merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan

demokrasi ekonomi.

e. Mengembangkan kreativitas dan membangun jiwa berorganisasi bagi para

pelajar bangsa.

4. Landasan, Asas dan Tujuan Koperasi

Menurut Marcellina (2012) landasan ideal koperasi Indonesia adalah

Pancasila, didasarkan atas pertimbangan bahwa Pancasila adalah pandangan

falsafah, pandangan hidup, dan ideologi bangsa Indonesia. Pancasila akan

menjadi pedoman yang mengarahkan semua tindakan koperasi dan organisasi-

organisasi lainnya dalam mengemban fungsinya masing-masing di tengah-

tengah masyarakat.

Page 51: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

30

Landasan struktural koperasi Indonesia adalah Undang-Undang Dasar

1945 Pasal 33, dengan pertimbangan bahwa pasal tersebut pada dasarnya

mengatur perikehidupan ekonomi bangsa Indonesia yang di dalam gerak

pelaksanaannya dilandasi oleh prinsip-prinsip demokrasi ekonomi. Artinya,

usaha pemenuhan kebutuhan ekonomi warga negara Indonesia harus dilakukan

melalui usaha bersama di antara anggota masyarakat.

Dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (1) ditegaskan bahwa

perekonomian yang hendak disusun di Indonesia adalah suatu usaha bersama

berdasar atas asas kekeluargaan. Artinya, susunan perekonomian usaha

bersama berdasar atas asas kekeluargaan itu adalah koperasi. Hal ini terdapat

dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 dan berulang kali telah

ditegaskan oleh Muhammad Hatta bahwa yang dimaksud dengan usaha

bersama berdasar atas asas kekeluargaan itu ialah koperasi. Asas koperasi

Indonesia adalah kekeluargaan (Undang-undang Nomor 17 Tahun 2012 Pasal

3). Semangat kekeluargaan ini merupakan pembeda utama antara koperasi

dengan bentuk badan usaha lainnya. Semangat kekeluargaan mengandung tiga

unsur:

a. Kesadaran akan harga diri sebagai pribadi (individualitas)

Kesadaran bahwa setiap manusia tidak akan dapat berkembang dengan baik

bila tidak bekerja sama dengan orang lain. Kesadaran seperti itulah yang

kemudian mendorong tumbuhnya sikap mental yang mengarah pada

semangat kekeluargaan.

b. Rasa setia kawan (solidaritas)

Page 52: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

31

Rasa setia kawan ini sangat penting bagi perkembangan usaha koperasi,

karena rasa setia kawan akan mendorong setiap anggota koperasi untuk

merasa sebagai satu keluarga besar yang senasib dan sepenanggungan.

Bertolak dari rasa setia kawan ini akan tumbuh kehendak untuk bersatu,

bekerja sama, dan tolong-menolong dalam koperasi. Rasa setia kawan itu

antara lain terwujud dalam bentuk gotong royong yang telah lama ada

dalam masyarakat Indonesia.

c. Kepercayaan pada diri sendiri (self-help)

Sikap percaya pada diri sendiri yang tumbuh karena adanya saling tolong

menolong di antara sesama anggota koperasi akan mendukung kesadaran

berpribadi dan rasa setia kawan yang berguna bagi pengembangan koperasi.

Ketiga unsur tersebut diharapkan saling memperkuat setiap anggota

koperasi dalam melakukan usaha untuk meningkatkan kemakmuran

bersama. Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada

khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan

perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju,

adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Dengan demikian, dalam garis besarnya tujuan koperasi Indonesia meliputi

tiga hal:

1) Untuk memajukan kesejahteraan anggota.

2) Untuk memajukan kesejahteraan masyarakat.

3) Ikut serta membangun tatanan perekonomian nasional.

Page 53: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

32

5. Bentuk dan Jenis Koperasi

Menurut Undang-undang Nomor 17 Tahun 2012, bentuk koperasi terbagi

menjadi dua, yaitu:

a. Koperasi Primer adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan

orang perseorangan.

b. Koperasi Sekunder adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan

badan hukum koperasi.

Jenis koperasi menurut Undang-undang Nomor 17 Tahun 2012 yang

didasarkan pada kesamaan kegiatan usaha dan atau kepentingan ekonomi

anggota yaitu:

a. Koperasi konsumen menyelenggarakan kegiatan usaha pelayanan di bidang

penyediaan barang kebutuhan anggota dan non-anggota.

b. Koperasi produsen menyelenggarakan kegiatan usaha pelayanan di bidang

pengadaan sarana produksi dan pemasaran produksi yang dihasilkan

anggota kepada anggota dan non-anggota.

c. Koperasi jasa menyelenggarakan kegiatan usaha pelayanan jasa non-

simpan pinjam yang diperlukan oleh anggota dan non-anggota.

d. Koperasi simpan pinjam menjalankan usaha simpan pinjam sebagai satu-

satunya usaha yang melayani anggota.

6. Sumber Modal Koperasi

Menurut Undang-undang Nomor 17 Tahun 2012 modal koperasi terdiri

dari setoran pokok dan sertifikat modal koperasi sebagai modal awal. Selain

modal, modal koperasi dapat berasal dari:

Page 54: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

33

a. Hibah.

b. Modal Penyertaan.

c. Modal pinjaman yang berasal dari:

1) Anggota.

2) Koperasi lainnya dan/atau Anggotanya.

3) Bank dan lembaga keuangan lainnya.

4) Penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya.

5) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

7. Perangkat Organisasi Koperasi

Menurut Undang-undang Nomor 17 Tahun 2012, koperasi mempunyai

perangkat organisasi yang terdiri atas:

a. Rapat Anggota

Rapat Anggota adalah wadah inspirasi anggota dan pemegang kekuasaan

tertinggi, maka segala kebijakan yang berlaku dalam koperasi harus

melewati persetujuan rapat anggota terlebih dahulu, termasuk pemilihan,

pengangkatan dan pemberhentian personalia pengurus dan pengawas.

b. Pengawas

Pengawas adalah suatu badan yang dibentuk untuk melaksanakan

pengawasan terhadap kinerja pengurus. Anggota pengawas dipilih oleh

anggota koperasi di rapat angggota. Dalam pelaksanaannya, pengawas

berhak mendapatkan setiap laporan pengurus, tetapi merahasiakannya

kepada pihak ketiga. Pengawas bertanggung jawab kepada rapat anggota.

Page 55: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

34

c. Pengurus.

Pengurus adalah badan yang dibentuk oleh rapat angggota dan disertai dan

diserahi mandat untuk melaksanakan kepemimpinan koperasi. Anggota

pengurus dipilih dari dan pleh anggota koperasi dalam rapat anggota.

Dalam menjalankan tugasnya, pengurus bertanggung jawab terhadap rapat

anggota. Atas persetujuan rapat anggota pengurus dapat mengangkat

manajer untuk mengelola koperasi. Namun pengurus tetap bertanggung

jawab pada rapat anggota.

E. Penelitian Terdahulu

Penulis membendingkan penelitian yang dilakukan dengan penelitian

terdahulu dalam hal judul penelitian, jenis penelitian, variabel penelitian, tempat

penelitian, dan hasil penelitian. Perbandingan penilitian terdahulu dengan

penelitian yang dilakukan selanjutnya mengenai perencanaan pajak akan

dijelaskan dalam tabel berikut.

Page 56: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

35

n

No.

Peneliti

(Tahun)

Judul

Metode Penelitian

Hasil

Penelitian Perbedaan Persamaan

1. Suryanti

(2008)

Penerapan

Perencanaan

Pajak Untuk

Meminimalkan

Pembayaran

Pajak Pada PT.

Arta Design

1. Objek Penelitian

terdahulu

dilakukan pada

PT. Arta Design

yang bergerak

dibidang jasa

desain interior

sedangkan

penelitian

sekarang

dilakukan pada

koperasi.

2. Teknik analisis

penelitian

terdahulu

menggunakan

analisis

deskriptif

komparatif

sedangkan

penelitian

sekarang

menggunakan

analisis

deskriptif

dengan studi

kasus.

1. Data yang

digunakan

dalam

penelitian

terdahulu dan

sekarang sama

yaitu data

sekunder.

Tax planning

menyebabkan

perusahaan

memperoleh

penghematan

pajak sebesar Rp

28.233.243,25.

2.

Renita

Rumuy

Dan

Rizal

Effendi

(2013)

Penerapan

Perencanaan

Pajak

Penghasilan

Badan Sebagai

Upaya Efisiensi

Pembayaran

Pajak PT. Sinar

Sasongko

1. Objek penelitian

terdahulu

dilakukan pada

di PT. Sinar

Sasongko yang

bergerak

dibidang

perkebunan

kelapa sawit

sedangkan

peneltitian

sekarang pada

koperasi.

1. Sumber data

yang

digunakan

penelitian

terdahulu dan

penelitian

sekarang

sama, yaitu

data sekunder.

2. Menggunakan

variabel yang

sama yaitu

efisiensi.

Perencanaan

pajak

mengakibatkan

terjadi efisiensi

pajak

perusahaan

sebesar

Rp 60.000.000,-.

Tabel 2.2

Penelitian Terdahulu

Page 57: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

36

2. Metode analisis

penelitian

terdahulu

menggunakan

pendekatan

kualitatif

sedangkan

penelitian

sekarang

menggunakan

pendekatan

kuantitatif.

3.

Evi

Wulansari

(2013)

Implementasi

Tax Planning

Terhadap

Perhitungan PPh

Badan Pada PT.

Pelabuhan

Indonesia IV

1. Objek penelitian

terdahulu

dilakukan pada

PT. pelabuhan

Indonesia IV

yang bergerak

dibidang jasa

sedangkan

penelitian

sekarang pada

koperasi.

2. Metode analisis

penelitian

terdahulu

menggunakan

metode analisis

deskriptif

kuantitatif

sedangkan

penelitian

sekarang

menggunakan

metode

deskriptif

analisis dengan

studi kasus.

1. Sumber data

yang

digunakan

penelitian

terdahulu dan

penelitian

sekarang

sama, yaitu

data sekunder.

2. Mengambil

tema yang

sama yaitu tax

planning.

Perencanaan

pajak

mengakibatkan

terjadi

penghematan

pajak sebesar

Rp

2.080.269.889,-.

Peneliti Metode Penelitian

(Tahun) Perbedaan Persamaan

Hasil

Penelitian

Judul No.

Tabel 2.3

Penelitian Terdahulu

Page 58: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

37

4.

Noviandi

Librata

(2013)

Analisis

Penerapan Tax

Planning Dalam

Upaya

Meningkatkan

Efisiensi

Pembayaran

Beban Pajak

Penghasilan

Pada PT. Graha

Mitra Sukarami

1. Objek penelitian

terdahulu

dilakukan pada

di PT. Graha

Mitra Sukarami

yang bergerak

dibidang

properti

sedangkan

peneltitian

sekarang pada

koperasi.

2. Teknik analisis

data penelitian

terdahulu

menggunakan

pendekatan

kuantitatif dan

kualitatif

sedangkan

teknik analsis

data penelitian

sekarang hanya

menggunakan

pendekatan

kuantitatif.

1. Teknik

pengumpulan

data dalam

penelitian

terdahulu dan

penelitian

yang sekarang

sama, yaitu

studi pustaka

dan

wawancara.

2. Teknik

analisis data

yang

digunakan

dalam

penelitian

terdahulu dan

sekarang

sama, yaitu

pendekatan

kuantitatif.

3. Menggunakan

variabel yang

sama yaitu

efisiensi.

Perencanaan

pajak dapat

menghemat

pajak

penghasilan

sebesar

Rp 53.972.313,-

Peneliti Metode Penelitian

(Tahun) Perbedaan Persamaan

Judul No. Hasil

Peneitian

Tabel 2.4

Penelitian Terdahulu

Page 59: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

38

F. Skema Kerangka Pemikiran

Berdasarkan penjelasan diatas maka kerangka pemikiran yang dapat dibuat

sebagai berikut.

Gambar 2.2

G. Dampak Perencanaan Pajak Terhadap Primkoppolres Metro Jakarta

Selatan

Dampak yang ditimbulkan oleh adanya penerapan perencanaan pajak pada

Primkoppolres Metro Jakarta Selatan adalah sebagai berikut:

1. Penghasilan kena pajak sebelum perencanaan pajak menurun setelah

dilakukannya perencanaan pajak yang berarti ada item pajak yang belum

terhitung atau belum ikut terbayar.

2. Beban PPh badan yang ikut menurun. Menurunnya beban PPh badan

menyebabkan menurunnya pajak penghasilan juga. Perencanaan pajak dapat

Tax Saving

Tax

Avoidance

Ketaatan

Perpajakan

Efisiensi Beban

Pajak Penghasilan

Penerapan

Perencanaan Pajak

Penerapan Perencanaan Pajak dalam Mengefiseinsikan Beban Pajak Koperasi

Perencanaan Pajak

Sesuai Undang-

undang

Perpajakan yang

Berlaku

Page 60: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

39

digunakan sebagai sebuah sarana pengelolaan pajak yang bisa menunjang

efisiensi beban pajak koperasi.

3. Perencanaan pajak ternyata berdampak negatif pada koperasi pada tahun 2010,

yaitu koperasi bisa memiliki beban pajak yang lebih besar sehingga mampu

memberikan kejelasan tentang besarnya pajak yang memang seharusnya

dibayar oleh koperasi tersebut. Sebaliknya di tahun 2011 dan 2012, yaitu

koperasi bisa memiliki beban pajak yang lebih kecil sehingga mampu

mengefisiensikan besarnya pajak yang seharusnya dibayar oleh koperasi

tersebut.

Page 61: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

40

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mengambil objek Koperasi Primkoppolres Metro Jakarta

Selatan yang berada di kawasan Panglima Polim, Kebayoran Baru, Jakarta

Selatan. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui penerapan perencanaan pajak

dalam usaha mengefisiensikan beban pajak pada badan usaha koperasi khususnya

pada Koperasi Primkoppolres Metro Jakarta Selatan.

B. Metode Penentuan Sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Convenience Sampling atau pemilihan sampel yang berdasarkan kemudahan.

Menurut Abdul Hamid (2012) Convenience Sampling adalah istilah umum yang

mencakup variasi luasnya prosuder pemilihan responden. Convenience Sampling

berarti unit sampel yang ditarik mudah dihubungi, tidak menyusahkan, mudah

untuk mengukur, dan bersifat kooperatif. Peneliti mengumpulkan data tempat

untuk mengambil data untuk dijadikan sampel sesuai yang diinginkan peneliti dan

judul yang akan digunakan oleh peneliti. Peneliti memilih 1 dari 4 data dari 4

tempat yang berbeda untuk dijadikan sampel, kemudian peneliti memilih data

yang paling mudah untuk diambil, diolah, hemat waktu, hemat biaya, dan

mempunyai “orang dalam” yang mampu memberikan data secara cepat dan

terpercaya.

Page 62: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

41

Sampel juga ditentukan berdasarkan penentuan sampel di penelitian

terdahulu, yaitu pada penelitian yang dilakukan oleh Renita Rumuy dan Rizal

Effendy (2013) dengan judul Penerapan Perencanaan Pajak Penghasilan Badan

Sebagai Upaya Efisiensi Pembayaran Pajak PT. Sinar Sasongko dan Penelitian

yang dilakukakn oleh Noviandi Librata (2013) dengan judul Analisis Penerapan

Tax Planning dalam Upaya Meningkatkan Efisiensi Pembayaran Beban Pajak

Penghasilan pada PT. Graha Mitra Sukarami. Kedua penelitian tersebut

menentukan jumlah sampel berdasarkan kemudahan, contoh nya jika ada yang

mengambil jumlah sampel dalam satu tahun, maka peneliti lainnya akan mencoba

untuk mengambil jumlah sampel dua tahun atau tiga tahun atau lebih.

C. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah laporan keuangan

khususnya laporan laba rugi dan Surat Pemberitahuan (SPT) periode tahun 2010,

2011 dan 2012. Jenis data adalah data sekunder. Menurut Wulansari (2013) data

sekunder adalah data yang berupa catatan-catatan perusahaan dan lampiran-

lampiran serta literature yang berhubungan dengan penelitian ini. Selain itu,

didapatkan pula data yang berhubungan dengan sejarah, strukstur organisasi, dan

aktivitas utama Koperasi Primkoppolres Metro Jakarta Selatan.

D. Metode Analisis Data

Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah

metode deskriptif analisis dengan rancangan penelitian studi kasus. Pendekatan

keilmuan yang digunakan adalah pendekatan ilmu ekonomi positif. Menurut Joko

(2013), ilmu ekonomi positif adalah pendekatan ekonomi yang mempelajari

Page 63: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

42

berbagai pelaku dan proses bekerjanya aktivitas ekonomi, tanpa menggunakan

suatu pandangan subjektif untuk menyatakan bahwa sesuatu itu baik atau jelek

dari sudut pandang ekonomi. Salah satu studi kasus yang di gunakan oleh peneliti

adalah studi kasus pada perusahaan jasa angkutan di Malang dalam penerapan tax

planning terhadap PPh sebagai upaya efisiensi pembayaran pajak diteliti oleh

Nanik (2011).

Nanik (2011) melakukan studi kasus tersebut dengan maksud untuk

mengefisiensikan beban pajak yang harus dibayar kepada pemerintah melalui

penghindaran pajak dengan tidak melanggar Undang-undang perpajakan (tax

aoidance) bukan penghindaran pajak yang melanggar Undang-undang (tax

evasion). Dengan melakukan tax planning (perencanaan pajak), perusahaan dapat

memperoleh penghasilan yang lebih besar, karena beban pajak yang harus

dibayarkan lebih kecil dari sebelum perusahaan melakukan tax planning. Menurut

Santoso (2008) metode deskriptif analisis dengan rancangan studi kasus yaitu

suatu metode penelitian dengan cara mengumpulkan data yang ada kemudian

diolah, dianalisis, dan diteliti lebih lanjut dengan dasar - dasar yang diperoleh

untuk kemudian dianalisa dan diambil kesimpulan secara kuantitatif. Penelitian

kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan

fenomena serta hubungan-hubungannya.

Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan mengggunakan

teori - teori dan atau hipotesis yang berkaitan sentral dalam penelitian kuantitatif

karena hal ini memberikan hubungan yang fundamental antara pengamatan

empiris dan ekspresi matematis dari hubungan-hubungan kuantitatif. Penelitian ini

Page 64: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

43

menggunakan jenis kuantitatif dengan menggunakan format deskriptif bertujuan

untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau

berbagai variabel yang timbul di masyarakat, yang menjadi penelitian ini,

berdasarkan apa yang terjadi. Kemudian mengangkat ke permukaan karakter atau

gambaran tentang kondisi, situasi ataupun variabel tersebut. Dalam penelitian ini

penulis mengggunakan alat analisis, yaitu dengan melakukan rekonsiliasi fiskal

yang terdiri dari koreksi fiskal positif dan koreksi fiskal negatif pada biaya - biaya

terhadap penghasilan kena pajak dan laporan laba rugi perusahaan. Untuk

menghitung persentase efisiensi pajak setelah dilakukan perencanaan pajak

dengan menggunakan rumus:

T = P 0 – P 1 x 100%

Keterangan:

T = Besarnya % efisiensi pajak.

P 0 = Besarnya pajak penghasilan sebelum perencanaan pajak.

P 1 = Besarnya pajak penghasilan setelah perencanaan pajak.

Sumber: Berliyanti, Elen Setiyaning. “ Analisis Penerapan Perencanaan Pajak

dalam Usaha Mengefisiensikan Beban Pajak pada Badan Usaha

Koperasi ” Jurnal Akuntansi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Vol.1,

No.1, Hal.51, 2011.

E. Operasional Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah beban pajak

koperasi dan perencanaan pajak.

P 0

Page 65: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

44

1. Beban pajak koperasi

Beban pajak koperasi adalah jumlah pajak yang harus ditanggung oleh

pihak koperasi atas kegiatan usaha yang dilakukan oleh koperasi tersebut yang

dapat mengurangi laba usaha. Beban pajak ini diukur dengan cara:

a. Mengidentifikasi biaya-biaya yang diperbolehkan dalam pajak.

b. Penggunaan tarif pajak sesuai dengan undang-undang perpajakan yang

berlaku.

2. Perencanaan pajak (tax planning)

Perencanaan pajak adalah proses mengorganisasi usaha wajib pajak atau

kelompok wajib pajak sedemikian rupa sehingga utang pajaknya berada dalam

posisi paling minimal, sepanjang hal ini dimungkinkan oleh ketentuan

perundang-undangan perpajakan maupun secara komersial. Perencanaan pajak

ini dapat dilakukan dengan cara:

a. Memaksimalkan penghasilan yang bukan objek pajak atau telah dikenakan

PPh Final.

b. Pemilihan metode akuntansi.

3. Efisiensi beban pajak

Secara finansial, pajak dapat mengurangi laba yang dihasilkan oleh

seseorang atau suatu badan usaha. Pajak yang harus ditanggung oleh wajib

pajak merupakan beban yang dapat mempengaruhi besarnya laba bersih yang

diperoleh. Jika beban adalah suatu penurunan atau berkurangnya nilai modal

akibat penggunaan aset, maka hal tersebut seharusnya dapat ditekan

seminimal mungkin. Penurunan nilai modal karena penggunaan aset yang

Page 66: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

45

disebabkan oleh penggunaan yang tidak perlu merupakan suatu pemborosan

yang harus diminimalkan ataupun dihindari karena dapat mempengaruhi

besarnya laba yang diperoleh.

Upaya untuk menghindari pemborosan sumber daya yang dapat

mempengaruhi besarnya laba usaha adalah tujuan dari efisiensi. Penghindaran

pemborosan tersebut meupakan upaya optimalisasi alokasi sumber daya dengan

melakukan aktivitas dengan benar disamping melakukan aktivitas yang

seharusnya dilakukan. Salah satu cara efisiensi beban pajak yang dapat

dilakukan adalah dengan melakukan perencanaan pajak.

Page 67: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

46

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Singkat Koperasi

Menurut Buku Laporan Pertanggung Jawaban Pengurus Primkopplores

Metro Jakarta Selatan, Koperasi Primkoppolres Metro Jakarta Selatan

didirikan di Jakarta pada tahun 1979 yang kemudian di tahun 1981 dengan

akta pendirian yang disahkan Departemen Koperasi dan Pembinaan

Pengusaha Kecil Republik Indonesia kantor wilayah DKI Jakarta dengan

nomor 1409/BH/I/9.4/1981. Kedudukan Primkopplores Metro Jakarta

Selatan tanggal 5 Februari 1998 ditetapkan sebagai Koperasi Mandiri

berdasarkan Surat Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha

Kecil Republik Indonesia dengan nomor 58/KEP.M/II/1998.

Nama sesuai akta pendirian adalah Primkoppolres Metro Jakarta

Selatan. Pada tanggal 27 Juni 2009 telah mendapatkan akta pengesahan atau

berbadan hukum dengan akta Nomor 37, dan tanggal 8 September 2009

Koperasi Primkoppolres Metro Jakarta Selatan menyelenggarakan Rapat

Khusus Perubahan Anggaran Dasar dan telah mendapatkan pengesahan dari

Departemen Koperasi dan Pengusaha Kecil Republik Indonesia Daerah

Khusus Ibukota Jakarta Nomor : b0/PH/Y/IX/1994 tanggal 26 September

1994.

Primkopplores Metro Jakarta Selatan merupakan Koperasi Anggota

Polri dan Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Polres Metro Jakarta Selatan.

Page 68: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

47

Pada awal berdirinya koperasi berdiri, keanggotaan koperasi terbatas pada

Anggota Polri, namun sejalan dengan perkembangan usaha koperasi,

keanggotaan koperasi diperluas dengan memperbolehkannya Pegawai

Negeri Sipil yang bekerja di wilayah Polres Jakarta Selatan untuk bisa

menjadi anggota koperasi. Produk dan jasa yang diberikan koperasi

ditujukan untuk anggota dan bukan anggota.

Kegiatan usaha ekonomi yang ditujukan antara lain kegiatan unit

pertokoan, unit simpan pinjam dan unit fotokopi. Kegiatan unit pertokoan

menyediakan barang-barang kebutuhan sekunder antara lain barang-barang

elektronika. Kegiatan unit simpan pinjam melayani anggota Polri atau

Pegawai Negeri Sipil Polres Metro Jakarta Selatan yang memerlukan

bantuan pinjaman uang tunai, untuk memenuhi kebutuhan berobat, biaya

pendidikan, sewa kontrak rumah dan lain-lain. Kegiatan unit fotokopi

melayani kebutuhan fotokopi anggota dan non anggota koperasi.

Selain usaha ekonomi, koperasi juga melaksanakan usaha sosial antara

lain sumbangan anggota yang terkena musibah (meninggal dunia),

sumbangan paket lebaran dan natal, dan sumbangan musibah banjir dan lain-

lain. Peranan pengurus dalam menjalin kerjasama yang baik dengan anggota

sangat diperlukan guna kelangsungan usaha koperasi dan hal inilah yang

menjadi kunci sukses koperasi bisa bertahan sampai sekarang.

Page 69: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

48

2. Visi, dan Misi

a. Visi

Visi dari Koperasi Primkopplores Metro Jakarta Selatan adalah sebagai

pedoman dalam melaksanakan tugas koperasi dalam upaya mewujudkan

dan meningkatkan kesejahteraan anggota Polri dan Pegawai Negeri Sipil

beserta keluarganya. Kemudian secara umum meningkatkan

kesejahteraan dan taraf hidup anggota pada khususnya dan masyarakat

pada umumnya, serta menjadi gerakan ekonomi rakyat dan ikut

membangun tatanan perekonomian nasional.

b. Misi

Misi dari Koperasi Primkopplores Metro Jakarta Selatan adalah sebagai

acuan agar sesuai dengan keputusan yang sudah ditetapkan dalam

melaksanakan tugas dan untuk mensejahterakan anggota koperasi.

3. Struktur Organisasi

Struktur organisasi Koperasi Primkopplores Metro Jakarta Selatan

terdiri dari Penasehat, Pengurus, Badan Pengawas dan Anggota.

Page 70: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

49

Gambar 4.1

Struktur Organisasi Primkoppolres Metro Jakarta Selatan

Penasehat

Wahyu Hadiningrat

Jakub Prayogo

Pengurus

Sumber : Laporan Pertanggung Jawaban Pengurus Primkoppolres Metro

Jakarta Selatan

4. Kebijakan Akuntansi Koperasi

Laporan keuangan Koperasi disusun dengan mengacu pada Standar

Akuntansi Keuangan Nomor 27 Tahun 2007 tentang Akuntansi Perpajakan.

Laporan Keuangan disusun dengan menggunakan prinsip akuntansi yang

berlaku umum di Indonesia berdasarkan nilai historis. Laporan arus kas

disusun dengan menggunakan metode langsung (direct method) dengan

mengklasifikasikan arus kas dalam aktivitas operasi, investasi dan keuangan.

Untuk menilai persediaan menggunakan harga perolehan. Harga perolehan

yang digunakan berdasarkan metode pertama masuk pertama keluar (First In

First Out). Penyisihan persediaan uang ditentukan berdasarkan hasil

pemeriksaan terhadap keadaan persediaan pada tanggal neraca. Aktiva tetap

dinyatakan berdasarkan harga perolehan dikurangi akumulasi penyusutan.

Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus (Straight Line

Method) berdasarkan perkiraan masa manfaat berikut:

Ketua Sugiarto

Sekretaris A.M. Bangun

Bendahara Junhari

Badan Pengawas Ketua Suresmiati

Sekretaris M. Sembiring

Anggota

Page 71: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

50

Tabel 4.1

Masa Manfaat Aktiva Tetap

Aktiva Tetap Masa Manfaat

Gedung dan Bangunan 20 tahun

Kendaraan 8 tahun

Peralatan dan Mesin 4-8 tahun

Komputer 4 tahun

Sumber: Laporan Pertanggung Jawaban Pengurus Primkoppolres Metro

Jakarta Selatan

Pengakuan pendapatan dan beban dilakukan secara akrual. Pendapatan

diakui pada saat barang atau jasa diserahkan kepada pelanggan. Apabila jasa

diberikan dalam jangka waktu lebih dari satu periode, pendapatan diakui

berdasarkan presentase penyelesaian jasa selesai diberikan. Sementara

beban-beban koperasi diakui pada saat terjadinya.

Primkoppolres Metro Jakarta Selatan sebagai wajib pajak badan telah

memiliki NPWP dan berkewajiban menghitung, mengisi, menendatangani,

dan menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT). Surat Pemberitahuan (SPT)

diisi dengan informasi yang sesuai kaidah-kaidah tertentu menurut peraturan

perpajakan yang berlaku. Surat Pemberitahuan (SPT) juga harus diisi dengan

dasar laporan laba rugi fiskal.

Beban pajak saat ini ditetapkan berdasarkan taksiran laba kena pajak

tahun berjalan. Aktiva dan kewajiban pajak tangguhan diakui atas perbedaan

waktu antara aktiva dan kewajiban untuk tujuan komersial dan untuk tujuan

perpajakan disetiap tanggal pelaporan. Rekonsiliasi fiskal dilakukan untuk

mengetahui besarnya penghasilan kena pajak (PKP) suatu badan.

Penyesuaian yang dilakukan dalam rekonsiliasi fiskal ini dilakukan pada

Page 72: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

51

pos-pos penghasilan dan biaya yang menurut fiskal boleh dikurangkan atau

ditambahkan.

B. Analisis dan Pembahasan Simulasi Tax Planning pada Primkoppolres

Metro Jakarta Selatan

1. Perhitungan Pajak Penghasilan Sebelum Perencanaan Pajak

Page 73: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

52

Uraian Komersial Rekonsiliasi

Fiskal Positif Negatif

Pendapatan Toko

Penjualan Rp 1,284,045,035.00

Rp 1,284,045,035.00

Harga Pokok Penjualan

Persediaan Barang Awal Rp 163,853,682.71

Rp 163,853,682.71

Pembelian Rp 1,278,060,763.00

Rp 1,278,060,763.00

Barang Tersedia Untuk Dijual Rp 1,441,914,445.71

Rp 1,441,914,445.71

Persediaan Barang Akhir Rp (164,329,471.41)

Rp (164,329,471.41)

Harga Pokok Penjualan Rp 1,277,584,974.30

Rp 1,277,584,974.30

Pendapatan Kotor Rp 6,460,060.70

Rp 6,460,060.70

Pendapatan Jasa

Laundry Rp 2,841,800.00

Rp 2,841,800.00

Pendapatan ATK

Rp -

Foto Copy Rp 13,000,000.00

Rp 13,000,000.00

SHU Puskopol Rp 9,599,455.00

Rp 9,599,455.00 Rp -

Jumlah Pendapatan Jasa Rp 587,517,100.00

Rp 577,917,645.00

Jumlah Pendapatan Rp 593,977,160.70

Rp 584,377,705.70

Beban Operasional

Beban ATK & administrasi Rp 29,838,050.00

Rp 29,838,050.00

Beban PPh Pasal 29 Tahun 2009 Rp 1,126,500.00

Rp 1,126,500.00 Rp -

Perbaikan Alat kantor Rp 860,000.00

Rp 860,000.00

Biaya RAT Rp 26,075,300.00

Rp 26,075,300.00

Beban Telepon Rp 1,623,800.00

Rp 1,623,800.00

Beban Listrik Rp 3,221,100.00

Rp 3,221,100.00

Operasional Pengurus & Pangawas Rp 27,550,000.00

Rp 27,550,000.00

Media Cetak-cetakan Rp 4,600,000.00

Rp 4,600,000.00

Beban Konsumsi/makan Rp 5,800,000.00

Rp 5,800,000.00

Beban Penyusutan Rp 30,109,638.83

Rp 197,916.00 Rp 30,307,554.83

Beban Lain-lain Rp 12,019.00

Rp 12,019.00

Beban Air Minum Rp 523,650.00

Rp 523,650.00

Jasa Pinjaman Rp 95,000,000.00

Rp 95,000,000.00

Beban Gaji / Upah Rp 198,600,000.00

Rp 198,600,000.00

Jumlah Beban Rp 424,940,057.83

Rp 423,615,641.83

SHU sebelum Pajak Rp 169,037,102.87

Rp 160,762,063.87

Pajak Rp 21,129,625.00

Rp 20,095,250,00

SHU setelah Pajak Rp 147,907,375.00

Rp 140,666,750.00

Tabel 4.2

Primer Koperasi Polres Metro Jakarta Selatan

Rekonsiliasi Laba Rugi Komersial dan Fiskal

Per 31 Desember 2010

Page 74: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

53

Pajak terutang tahun 2010 menurut Primer Koperasi Polres Metro

Jakarta Selatan adalah sebesar Rp 20.129.625,00 didapat dari SHU sebelum

pajak (pendapatan yang menjadi objek pajak) setelah dilakukan koreksi

fiskal oleh koperasi sehingga penghasilan kena pajak menjadi lebih kecil

dibandingkan dengan penghasilan sebelum dilakukan koreksi fiskal, yaitu

sebesar Rp 169.037.102,87 setelah dilakukan koreksi fiskal menjadi Rp

160.762.063,87 Berikut ini rincian koreksi fiskal yang dilakukan oleh

koperasi untuk penghasilan kena pajak yang berakhir tanggal 31 Desember

2010.

Koreksi Negatif:

SHU Puskoppol Rp 9.599.455,00

SHU Puskoppol termasuk kategori koreksi negatif karena penghasilan

dan biaya yang diakui dalam penghitungan laba bersih untuk akuntansi

komersial tetapi tidak diakui dalam perhitungan akuntansi pajak. Dijelaskan

juga di PPh Pasal 4 ayat (2) yaitu penghasilan berupa bunga deposito dan

tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara, dan bunga

simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang

pribadi. Kemudian di Undang - undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 23 ayat

(1) atas penghasilan tersebut di bawah ini dengan nama dan dalam bentuk

apa pun yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh

tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak badan dalam

negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan

perusahaan luar negeri lainnya kepada wajib pajak dalam negeri atau bentuk

Page 75: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

54

usaha tetap, dipotong pajak oleh pihak yang wajib membayarkan dan dalam

pasal 4 ayat ayat (2) Penghasilan di bawah ini dapat dikenai pajak bersifat

final dan pasal 4 ayat (3) f yang dikecualikan dari obyek pajak adalah

dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas

sebagai wajib pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau

badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang

didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat dividen

berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan bagi perseroan terbatas, badan

usaha milik negara dan badan usaha milik daerah yang menerima dividen,

kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah

25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor; dan

pembagian sisa hasil usaha koperasi.

Beban PPh Pasal 29 tahun 2009 Rp 1.126.500,00

Beban PPh Pasal 29 tahun 2009 termasuk kategori koreksi negatif

karena adanya pajak terutang yang belum dibayar di tahun 2009, sehingga

pajak yang kurang tersebut baru bisa dibayarkan di tahun 2010. Tertuang

pada Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 pasal 17 ayat (1) tentang tarif

pajak yang diterapkan atas penghasilan kena pajak dan Pasal 9 ayat (1) h

untuk menentukan besarnya peghasilan kena pajak bagi wajib pajak dalam

negeri dan bentuk usaha tetap tidak boleh dikurangkan pajak penghasilan.

Beban Penyusutan Rp 197.916,00

Beban penyusutan termasuk kategori koreksi negatif karena terjadi

perbedaan perhitungan beban penyusutan, disebabkan koperasi mengukur

Page 76: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

55

nilai ekonomis masa manfaat 10 tahun, tetapi seharusnya koperasi

menghitung nilai ekonomis masa manfaat 8 tahun yang menyebabkan

terjadinya beda waktu, yaitu adanya penghasilan atau biaya yang dapat

diakui saat ini oleh akuntansi pajak, biasanya terjadi karena perbedaan

metode pengakuan . Seperti yang tertuang pada Undang-undang Nomor 36

Tahun 2008 pasal 11 ayat (6) yaitu tentang besarnya penghasilan kena pajak

bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, ditentukan

berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan,

menagih, dan memelihara penghasilan. Peraturan Menteri Keuangan Nomor

96/PMK.03/2009 tentang jenis-jenis harta yang termasuk dalam kelompok

harta berwujud bukan bangunan untuk keperluan penyusutan.

SHU sebelum pajak (komersial) Rp 169.037.102,87

Koreksi Negatif:

SHU Puskoppol Rp 9.599.455,00

Beban PPh Pasal 29 tahun 2009 Rp 1.126.500,00

Beban Penyusutan Rp 197.916,00

SHU sebelum pajak (fiskal) Rp 160.762.063,87

Pembulatan PKP: Rp 160.762.063,87 – Rp 063,87 = Rp 160.762.000,00

Perhitungan PPh Badan Tahun 2010:

(50% x 25%) x Rp 160.762.000,00 = Rp 20.095.250,00

SHU setelah pajak:

Rp 160.762.000,00 - Rp 20.095.250,00 = Rp 140.666.750,00

Page 77: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

56

Uraian Komersial Rekonsiliasi

Fiskal Positif Negatif

Pendapatan Toko

Penjualan Rp 1,453,932,590.00 Rp 1,453,932,590.00

Harga Pokok Penjualan

Persediaan Barang Awal Rp 164,329,471.00 Rp 164,329,471.00

Pembelian Rp 1,502,123,351.00 Rp 1,502,123,351.00

Barang Tersedia Untuk Dijual Rp 1,666,452,822.00 Rp 1,666,452,822.00

Persediaan Barang Akhir Rp (224,672,702.00) Rp (224,672,702.00)

Harga Pokok Penjualan Rp 1,441,780,120.00 Rp 1,441,780,120.00

Pendapatan Kotor Rp 12,152,470.00 Rp 12,152,470.00

Pendapatan Jasa

Jasa Simpan Pinjam Rp 543,573,714.75 Rp 543,573,714.75

Laundry Rp 3,445,825.00 Rp 3,445,825.00

SHU Puskopol Rp 7,047,403.00 Rp 7,047,403.00 Rp -

Jumlah Pendapatan Jasa Rp 559,066,942.75 Rp 552,019,539.75

Jumlah Pendapatan Rp 571,219,412.75 Rp 564,172,009.75

Beban Operasional

Beban ATK & Administrasi Rp 36,273,300.00 Rp 36,273,300.00

Beban PPh Pasal 29 Tahun 2010 Rp 1,250,000.00 Rp 1,250,000.00 Rp -

Operasional Mobil Rp 925,000.00 Rp 925,000.00

Pajak Kendaraan Rp 1,600,000.00 Rp 1,600,000.00

Perbaikan Alat kantor Rp 735,000.00 Rp 735,000.00

Pendidikan Pengurus & Pegawai Rp 2,250,000.00 Rp 2,250,000.00

Biaya RAT Rp 44,250,500.00 Rp 44,250,500.00

Beban Telepon Rp 2,193,000.00 Rp 2,193,000.00

Beban Listrik Rp 3,222,200.00 Rp 3,222,200.00

Operasional Pengurus & Pangawas Rp 14,650,000.00 Rp 14,650,000.00

Media Cetak-cetakan Rp 550,000.00 Rp 550,000.00

Beban Konsumsi/makan Rp 12,072,000.00 Rp 12,072,000.00

Beban Penyusutan Rp 37,280,471.50 Rp 2,375,000.00 Rp 39,655,471.50

Beban Lain-lain Rp 4,500,000.00 Rp 4,500,000.00

Beban Air Minum Rp 304,250.00 Rp 304,250.00

Jasa Pinjaman Rp 68,650,000.00 Rp 68,650,000.00

Beban Gaji / Upah Rp 201,850,000.00 Rp 201,850,000.00

Jumlah Beban Rp 432,555,721.50 Rp 428,930,721.50

SHU sebelum Pajak Rp 138,663,691.25 Rp 142,086,094.25

Pajak Rp 17,332,875.00 Rp 17,760,750.00

SHU setelah Pajak Rp 121,330,125.00 Rp 124,325,250.00

Tabel 4.3

Primer Koperasi Polres Metro Jakarta Selatan PRIMER KOPERASI POLRES METRO JAKSEL

Rekonsiliasi Laba Rugi Komersial dan Fiskal REKONSILIASI LABA RUGI KOMERSIAL DAN FISKAL

Per 31 Desember 2011 PER 31 DESEMBER 2011

Page 78: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

57

Pajak terutang tahun 2011 menurut Primer Koperasi Polres Metro

Jakarta Selatan adalah sebesar Rp 17.332.875,00 didapat dari SHU sebelum

pajak (pendapatan yang menjadi objek pajak) setelah dilakukan koreksi

fiskal oleh koperasi sehingga penghasilan kena pajak menjadi lebih kecil

dibandingkan dengan penghasilan sebelum dilakukan koreksi fiskal, yaitu

sebesar Rp 138.663.691,25 setelah dilakukan koreksi fiskal menjadi Rp

142.086.094,25. Berikut ini rincian loreksi fiskal yang dilakukan oleh

koperasi untuk penghasilan kena pajak yang berakhir tanggal 31 Desember

2011.

Koreksi Negatif:

SHU Puskoppol Rp 7.047.403,00

SHU Puskoppol masuk kategori koreksi negatif karena penghasilan dan

biaya yang diakui dalam penghitungan laba bersih untuk akuntansi

komersial tetapi tidak diakui dalam perhitungan akuntansi pajak. Dijelaskan

juga di PPh Pasal 4 ayat (2) yaitu penghasilan berupa bunga deposito dan

tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara, dan bunga

simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang

pribadi. Kemudian di Undang - undang Nomor 36 Tahun 2008 pasal 23 ayat

(1) a atas penghasilan tersebut di bawah ini dengan dan dalam bentuk

apapun yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh

tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak badan dalam

negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan

perusahaan luar negeri lainnya kepada wajib pajak dalam negeri atau bentuk

Page 79: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

58

usaha tetap, dipotong pajak oleh pihak yang wajib membayarkan, sebesar

15% (lima belas persen) dari jumlah bruto diatas dan dalam Undang-undang

Nomor 36 Tahun 2008 pasal 4 ayat (3) f yaitu yang dikecualikan dari objek

pajak adalah dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh

perseroan terbatas sebagai wajib pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha

milik negara, atau badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di

Indonesia dengan syarat dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan;

dan bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha

milik daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang

memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah

modal yang disetor.

Beban PPh Pasal 29 tahun 2010 Rp 1.250.000,00

Beban PPh Pasal 29 tahun 2010 masuk kategori koreksi negatif karena

adanya pajak terutang yang belum dibayar di tahun 2010, sehingga pajak

yang kurang tersebut baru bisa dibayarkan di tahun 2011. Tertuang pada

Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 pasal 17 ayat (1) yaitu tentang tarif

pajak yang diterapkan atas penghasilan kena pajak dan Undang-undang

No.36 tahun 2008 pasal 9 ayat (1) h yaitu untuk menentukan besarnya

penghasilan kena pajak bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha

tetap tidak boleh dikurangkan pajak penghasilan.

Beban Penyusutan Rp 2.375.000,00

Beban penyusutan termasuk kategori koreksi negatif karena terjadi

perbedaan perhitungan beban penyusutan, disebabkan koperasi mengukur

Page 80: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

59

nilai ekonomis masa manfaat 10 tahun, tetapi seharusnya koperasi

menghitung nilai ekonomis masa manfaat 8 tahun yang menyebabkan

terjadinya beda waktu, yaitu adanya penghasilan atau biaya yang dapat

diakui saat ini oleh akuntansi pajak, biasanya terjadi karena perbedaan

metode pengakuan. Seperti yang tertuang pada Undang-undang Nomor 36

Tahun 2008 pasal 11 ayat (6) yaitu tentang besarnya penghasilan kena pajak

bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, ditentukan

berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan,

menagih, dan memelihara penghasilan. Peraturan Menteri Keuangan Nomor

96/PMK.03/2009 tentang jenis-jenis harta yang termasuk dalam kelompok

harta berwujud bukan bangunan untuk keperluan penyusutan.

SHU sebelum pajak (komersial) Rp 138.663.691,25

Koreksi Negatif:

SHU Puskoppol Rp 7.047.403,00

Beban PPh Pasal 29 tahun 2010 Rp 1.250.000,00

Beban Penyusutan Rp 2.375.000,00

SHU sebelum pajak (fiskal) Rp 142.086.094,25

Pembulatan PKP: Rp 142.086.094,25 – Rp 094,25 = Rp 142.086.000,00

Perhitungan PPh Badan Tahun 2011:

(50% x 25%) x Rp 142.086.000,00 = Rp 17.760.750,00

SHU setelah pajak:

Rp 142.086.000,00 - Rp 17.760.750,00 = Rp 124.325.250,00

Page 81: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

60

Uraian Komersial Rekonsiliasi

Fiskal Positif Negatif

Pendapatan Toko

Penjualan Rp 1,676,738,500.00 Rp 1,676,738,500.00

Harga Pokok Penjualan

Persediaan Barang Awal Rp 224,672,702.00 Rp 224,672,702.00

Pembelian Rp 1,797,974,276.00 Rp 1,797,974,276.00

Barang Tersedia Untuk Dijual Rp 2,022,646,978.00 Rp 2,022,646,978.00

Persediaan Barang Akhir Rp (333,690,615.00) Rp (333,690,615.00)

Haraga Pokok Penjualan Rp 1,688,956,363.00 Rp 1,688,956,363.00

Pendapatan Kotor Rp (12,217,863.00) Rp (12,217,863.00)

Pendapatan Jasa

Jasa Simpan Pinjam Rp 676,874,920.60 Rp 676,874,920.60

Laundry Rp 4,837,600.00 Rp 4,837,600.00

SHU Puskopol Rp 10,027,800.00 Rp 10,027,800.00 Rp -

Jumlah Pendapatan Jasa Rp 698,740,320.60 Rp 688,712,520.60

Jumlah Pendapatan Rp 686,522,457.60 Rp 676,494,657.60

Beban Operasional

Beban ATK & administrasi Rp 38,181,400.00 Rp 38,181,400.00

Beban PPh Pasal 29 Tahun 2011 Rp 1,937,475.00 Rp 1,937,475.00 Rp -

Perbaikan Alat kantor Rp 665,000.00 Rp 665,000.00

Biaya RAT Rp 57,925,000.00 Rp 57,925,000.00

Beban Telepon Rp 1,593,300.00 Rp 1,593,300.00

Beban Listrik Rp 3,679,400.00 Rp 3,679,400.00

Operasional Pengurus & Pangawas Rp 24,490,000.00 Rp 24,490,000.00

Media Cetak-cetakan Rp 656,000.00 Rp 656,000.00

Beban Konsumsi/makan Rp 12,651,500.00 Rp 12,651,500.00

Beban Penyusutan Rp 35,789,222.00 Rp 2,375,000.00 Rp 38,164,222.00

Beban Lain-lain Rp 12,000,000.00 Rp 12,000,000.00

Beban Air Minum Rp 1,739,500.00 Rp 1,739,500.00

Jasa Pinjaman Rp 92,500,000.00 Rp 92,500,000.00

Beban Gaji / Upah Rp 253,800,000.00 Rp 253,800,000.00

Jumlah Beban Rp 537,607,797.00 Rp 538,045,322.00

SHU sebelum Pajak Rp 148,914,660.60 Rp 154,629,995.60

Pajak Rp 18.614.250,00 Rp 19,328,625.00

SHU setelah Pajak Rp 130,299,750.60 Rp 135,300,375.00

Tabel 4.4

Primer Koperasi Polres Metro Jakarta Selatan

Rekonsiliasi Laba Rugi Komersial dan Fiskal

Per 31 Desember 2012

Page 82: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

61

Pajak terutang tahun 2012 menurut Primer Koperasi Polres Metro

Jakarta Selatan adalah sebesar Rp 18.614.250,00 didapat dari SHU sebelum

pajak (pendapatan yang menjadi objek pajak) setelah dilakukan koreksi

fiskal oleh koperasi sehingga penghasilan kena pajak menjadi lebih kecil

dibandingkan dengan penghasilan sebelum dilakukan koreksi fiskal, yaitu

sebesar Rp 148.914.660,60 setelah dilakukan koreksi fiskal menjadi Rp

154.629.995,60. Berikut ini rincian koreksi fiskal yang dilakukan oleh

koperasi untuk penghasilan kena pajak yang berakhir tanggal 31 Desember

2012.

Koreksi Negatif:

SHU Puskoppol Rp 10.027.800,00

SHU Puskoppol termasuk kategori koreksi negatif karena penghasilan

dan biaya yang diakui dalam penghitungan laba bersih untuk akuntansi

komersial tetapi tidak diakui dalam perhitungan akuntansi pajak. Dijelaskan

juga di PPh Pasal 4 ayat (2) yaitu penghasilan berupa bunga deposito dan

tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara, dan bunga

simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang

pribadi. Kemudian di Undang - undang Nomor 36 Tahun 2008 pasal 23 ayat

(1) a atas penghasilan tersebut di bawah ini dengan dan dalam bentuk

apapun yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh

tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak badan dalam

negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan

perusahaan luar negeri lainnya kepada wajib pajak dalam negeri atau bentuk

Page 83: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

62

usaha tetap, dipotong pajak oleh pihak yang wajib membayarkan, sebesar

15% (lima belas persen) dari jumlah bruto diatas dan dalam Undang-undang

Nomor 36 Tahun 2008 pasal 4 ayat (3) f yaitu yang dikecualikan dari objek

pajak adalah dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh

perseroan terbatas sebagai wajib pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha

milik negara, atau badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di

Indonesia dengan syarat dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan;

dan bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha

milik daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang

memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah

modal yang disetor.

Beban PPh Pasal 29 tahun 2011 Rp 1.937.475,00

Beban PPh Pasal 29 tahun 2011 termasuk kategori koreksi negatif

adanya pajak terutang yang belum dibayar di tahun 2010, sehingga pajak

yang kurang tersebut baru bisa dibayarkan di tahun 2011. Tertuang pada

Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 pasal 17 ayat (1) yaitu tentang tarif

pajak yang diterapkan atas penghasilan kena pajak dan Undang-undang

Nomor 36 Tahun 2008 pasal 9 ayat (1) h yaitu untuk menentukan besarnya

penghasilan kena pajak bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha

tetap tidak boleh dikurangkan pajak penghasilan.

Beban Penyusutan Rp 2.375.000,00

Beban penyusutan termasuk kategori koreksi negatif karena terjadi

perbedaan perhitungan beban penyusutan, disebabkan koperasi mengukur

Page 84: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

63

nilai ekonomis masa manfaat 10 tahun, tetapi seharusnya koperasi

menghitung nilai ekonomis masa manfaat 8 tahun yang menyebabkan

terjadinya beda waktu, yaitu adanya penghasilan atau biaya yang dapat

diakui saat ini oleh akuntansi pajak, biasanya terjadi karena perbedaan

metode pengakuan. Seperti yang tertuang pada Undang-undang Nomor 36

Tahun 2008 pasal 11 ayat (6) yaitu tentang besarnya penghasilan kena pajak

bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, ditentukan

berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan,

menagih, dan memelihara penghasilan. Peraturan Menteri Keuangan Nomor

96/PMK.03/2009 tentang jenis-jenis harta yang termasuk dalam kelompok

harta berwujud bukan bangunan untuk keperluan penyusutan.

SHU sebelum pajak (komersial) Rp 148.914.660,60

Koreksi Negatif:

SHU Puskoppol Rp 10.027.800,00

Beban PPh Pasal 29 tahun 2011 Rp 1.937.475,00

Beban Penyusutan Rp 2.375.000,00 +

SHU sebelum pajak (fiskal) Rp 154.629.995,60

Pembulatan PKP: Rp 154.629.995,60 – Rp 995,60 = Rp 154.629.000,00

Perhitungan PPh Badan Tahun 2012:

(50% x 25%) x Rp 154.629.000,00 = Rp 19.328.625,00

SHU setelah pajak:

Rp 154.629.000,00 - Rp 19.328.625,00 = Rp 135.300.375,00

Page 85: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

64

2. Perhitungan PPh Badan

Tabel 4.5

a. Perhitungan PPh Badan Primkoppolres Metro Jakarta Selatan 2010

Keterangan Sebelum

Perencanaan

Setelah

Perencanaan

Penghasilan Kena Pajak Rp 169.037.102,87 Rp 160.762.063,87

PPh Badan :

(50% x 25%) x Rp 169.037.000,00 Rp 21.129.625,00

(50% x 25%) x Rp 160.762.000,00 Rp 20.095.250,00

Total PPh Badan Terutang Rp 147.907.375,00 Rp 140.666.750,00

Hasil dari tax planning yang dilakukan pada Primkoppolres Metro

Jakarta Selatan adalah penghasilan kena pajak sebelum perencanaan pajak

pada tahun 2010 sebesar Rp 169.037.102,87 menurun setelah dilakukannya

perencanaan pajak menjadi sebesar Rp 160.762.063,87 berarti ada item

pajak yang belum terhitung atau belum ikut terbayar. Beban PPh Pasal 29

tahun 2009 termasuk kategori koreksi negatif karena adanya item pajak

terutang yang belum dibayar di tahun 2009, sehingga pajak yang kurang

tersebut baru bisa dibayarkan di tahun 2010. Tertuang pada Undang-undang

Nomor 36 Tahun 2008 pasal 17 ayat (1) tentang tarif pajak yang diterapkan

atas penghasilan kena pajak dan Pasal 9 ayat (1) h untuk menentukan

besarnya peghasilan kena pajak bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk

usaha tetap tidak boleh dikurangkan pajak penghasilan. Sebelum

perencanaan beban PPh badan tahun 2010 sebesar Rp 21.129.625,00

menurun menjadi sebesar Rp 20.095.250,00.

Menurunnya beban PPh badan pada tahun 2010 menyebabkan

menurunnya pajak penghasilan juga, yang terjadi pada tahun 2010 sebesar

Page 86: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

65

Rp 147.907.375,00 menurun menjadi sebesar Rp 140.666.750,00. Penerapan

perencanaan pajak yang dilakukan pada koperasi Primkoppolres Metro

Jakarta Selatan tidak terbukti dapat mengefisiensikan beban pajak pada

tahun 2010 karena beban pajak koperasi tidak berkurang meskipun sudah

menerapkan perencanaan pajak yang baik dan benar. Penerapan tax planning

pada Primkoppolres Metro Jakarta Selatan tidak berhasil pada tahun 2010,

karena pada tahun 2010 dari segi perpajakan tidak terjadi efisiensi pajak dan

dari segi akuntansi tidak terjadi peningkatan laba.

Tabel 4.6

b. Perhitungan PPh Badan Primkoppolres Metro Jakarta Selatan 2011

Keterangan Sebelum

Perencanaan

Setelah

Perencanaan %

Penghasilan Kena Pajak Rp 138.663.691,00 Rp 142.086.094,25 2,408 %

PPh Badan :

(50% x 25%) x Rp 138.663.000,00 Rp 17.332.875,00

(50% x 25%) x Rp 142.086.000,00 Rp 17.760.750,00 2,409 %

Total PPh Badan Terutang Rp 121.330.125,00 Rp 124.325.250,00 2,409 %

Hasil dari tax planning yang dilakukan pada Primkoppolres Metro

Jakarta Selatan adalah penghasilan kena pajak sebelum perencanaan pajak

pada tahun 2011 terjadi peningkatan, meningkat dari Rp 138.663.691,25

menjadi Rp 142.086.094,25. Sebelum perencanaan beban PPh badan tahun

2011 sebesar Rp 17.332.875,00 meningkat menjadi Rp 17.760.750,00.

Meningkatnya beban PPh badan pada tahun 2011 menyebabkan

meningkatnya pajak penghasilan juga, yang terjadi pada tahun 2011 sebesar

Rp 121.330.125,00 meningkat menjadi sebesar Rp 124.325.250,00.

Page 87: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

66

Pada tahun 2011 terbukti dapat mengefisiensikan beban pajak karena

beban pajak koperasi berkurang. Penerapan tax planning pada

Primkoppolres Metro Jakarta Selatan berhasil pada tahun 2011, karena pada

tahun 2011 dari segi perpajakan terjadi efisiensi pajak dan dari segi

akuntansi terjadi peningkatan laba.

Tabel 4.7

c. Perhitungan PPh Badan Primkoppolres Metro Jakarta Selatan 2012

Keterangan Sebelum

Perencanaan

Setelah

Perencanaan %

Penghasilan Kena Pajak Rp 148.914,660,00 Rp 154.629.995,00 3,696 %

PPh Badan :

(50% x 25%) x Rp 148.914.000,00 Rp 18.614.250,00

(50% x 25%) x Rp 154.629.000,00 Rp 19.328.625,00 3,695 %

Total PPh Badan Terutang Rp 130.299.750,60 Rp 135.300.375,00 3,695 %

Hasil dari tax planning yang dilakukan pada Primkoppolres Metro

Jakarta Selatan adalah penghasilan kena pajak sebelum perencanaan pajak

pada tahun 2012 meningkat juga dari sebesar Rp 148.914.660,60 menjadi

sebesar Rp 154.629.995,00. Sebelum perencanaan beban PPh badan tahun

2012 sebesar Rp 18.614.250,00 meningkat menjadi sebesar Rp

19.328.625,00. Meningkatnya beban PPh badan pada tahun 2012

menyebabkan meningkatnya pajak penghasilan juga, yang terjadi pada tahun

2012 sebesar Rp 130.299.750,00 meningkat menjadi sebesar Rp

135.300.375,00.

Pada tahun 2012 terbukti dapat mengefisiensikan beban pajak karena

beban pajak koperasi berkurang. Penerapan tax planning pada

Primkoppolres Metro Jakarta Selatan berhasil pada tahun 2012, karena pada

Page 88: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

67

tahun 2012 dari segi perpajakan terjadi efisiensi pajak dan dari segi

akuntansi terjadi peningkatan laba.

Dari hasil analisis rekonsiliasi berdasarkan perhitungan diatas bisa

ditarik kesimpulan bahwa adanya tax planning itu sangat berguna bagi

koperasi untuk mengefisiensikan dan mengetahui beban pajak PPh badan.

Penghematan pajak diperoleh karena biaya-biaya komersial dapat

meminimalkan untuk dikoreksi fiskal sehingga jumlah SHU setelah pajak

penghasilan dan SHU sebelum pajak penghasilan bisa meningkat, menurun

dan juga mampu memperjelas pajak koperasi yang semestinya di bayar.

Perencanaan pajak yang telah dilakukan di koperasi Primkoppolres Metro

Jakarta Selatan sudah sesuai dengan undang-undang perpajakan yang

berlaku, seperti yang terjadi saat koreksi fiskal negatif dengan menyesuaikan

akun SHU Puskoppol dengan Undang-undang PPh Pasal 4 ayat (2) dan

Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 23 ayat (1).

Dampak dari tax planning yang diterapkan pada Primkoppolres Metro

Jakarta Selatan yaitu dengan menerapkan tax planning maka pengambilan

keputusan keuangan dan manajerial dengan sepenuhnya yang diambil dapat

mempertimbangkan konsekuensi bagi koperasi. Pada Primkoppolres Metro

Jakarta Selatan dampak tax planning juga muncul yaitu menghindari

pelanggaran atas peraturan yang berlaku, baik yang berupa sanksi

admnistrasi maupun sanksi denda. Secara tidak langsung tax planning

mampu mengoptimalkan kredit pajak yang diperkenankan.

Page 89: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

68

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah di jelaskan, maka peneliti

bisa memberi kesimpulan bahwa penerapan tax planning yang dilakukan di

Primkopplores Metro Jakarta Selatan pada tahun 2010 tidak mampu

mengefisiensikan beban pajak namun pada tahun 2011 dan tahun 2012 mampu

mengefisiensikan beban pajak dan memperjelas perhitungan pajak agar sesuai

dengan Undang-undang Perpajakan yang berlaku. Hasil dari tax planning yang

dilakukan pada Primkoppolres Metro Jakarta Selatan adalah sebagai berikut:

1. Penghasilan kena pajak sebelum perencanaan pajak menurun setelah

dilakukannya perencanaan pajak yang berarti ada item pajak yang belum

terhitung atau belum ikut terbayar.

2. Beban PPh badan yang ikut menurun. Menurunnya beban PPh badan

menyebabkan menurunnya pajak penghasilan juga. Perencanaan pajak

dapat digunakan sebagai sebuah sarana pengelolaan pajak yang bisa

menunjang efisiensi beban pajak koperasi.

3. Perencanaan pajak ternyata berdampak negatif pada koperasi pada tahun

2010, yaitu koperasi bisa memiliki beban pajak yang lebih besar sehingga

mampu memberikan kejelasan tentang besarnya pajak yang memang

seharusnya dibayar oleh koperasi tersebut. Sebaliknya di tahun 2011 dan

2012, yaitu koperasi bisa memiliki beban pajak yang lebih kecil sehingga

Page 90: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

69

mampu mengefisiensikan besarnya pajak yang seharusnya dibayar oleh

koperasi tersebut.

Dampak dari tax planning yang diterapkan oleh peneliti pada

Primkoppolres Metro Jakarta Selatan yaitu dengan menerapkan tax planning

maka koperasi mampu mengesfisiensikan beban pajak nya, pengambilan

keputusan keuangan dan manajerial dengan sepenuhnya akan diambil yang

dapat memperhatikan konsekuensi bagi koperasi. Pada Primkoppolres Metro

Jakarta Selatan dampak tax planning juga muncul yaitu menghindari

pelanggaran atas peraturan yang berlaku, baik yang berupa sanksi admnistrasi

maupun sanksi denda. Secara tidak langsung tax planning mampu

mengoptimalkan kredit pajak yang diperkenankan. Penerapan tax planning

pada Primkoppolres Metro Jakarta Selatan tidak berhasil pada tahun 2010m

dan berhasil pada tahun 2011 dan 2012 karena dari segi perpajakan di tahun

2010 tidak terjadi efisiensi pajak kemudian di tahun 2011 dan 2012 terjadi

efisiensi pajak dan dari segi akuntansi tidak terjadi peningkatan SHU pada

tahun 2010 dan terjadi peningkatan SHU di tahun 2011 dan 2012.

Dengan demikian, peneliti menyatakan bahwa penerapan perencanaan

pajak yang dilakukan pada Primkoppolres Metro Jakarta Selatan terbukti tidak

dapat mengefisiensikan beban pajak pada tahun 2010 dan terbukti dapat

mengefisiensikan beban pajak pada tahun 2011 dan tahun 2012. Perencanaan

pajak yang dilakukan di Primkoppolres Metro Jakarta Selatan sudah sesuai

dengan Undang – undang perpajakan yang berlaku.

Page 91: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

70

Penelitian tentang perencanaan pajak ini mampu menambah pengetahuan

bagi penulis dan pembaca tentang tata cara yang bisa dilaksanakan dalam usaha

menerapkan perencanaan pajak pada koperasi sehingga bisa meminimalkan

beban pajak pada koperasi tersebut.

B. Saran

Berdasarkan pengamatan, penelitian dan evaluasi yang telah dilaksanakan

pada bab per bab sebelumnya dan digabungkan dengan kesimpulan yang

dijabarkan, maka bisa diajukan saran-saran yang dapat bermanfaat bagi

koperasi dan bisa menjadi pertimbangan dan sebagai masukan bagi penelitian

selanjutnya. Saran-saran yang bisa diajukan oleh penulis antara lain, penulis

memberikan saran kepada koperasi untuk melakukan tax planning dengan

melalui penganalisaan informasi yang ada secara teliti dan cermat, seperti

mengikuti dan mengetahui perkembangan peraturan perpajakan terbaru yang

berlaku, menambah variabel-variabel agar ada pengembangan dari penelitian

sebelumnya dan penambahan periode penelitian yang semula hanya dua atau

tiga tahun menjadi lima tahun atau lebih. Melalui surat edaran yang

dikeluarkan oleh Dirjen Pajak, berita pajak dan majalah atau koran yang

berhubungan dengan perpajakan dalam rangka meminimalisasi PPh terutang.

Page 92: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

71

DAFTAR PUSTAKA

Adawiah, Diyah. “ Analisis Penerapan Pajak atas Biaya Kesejahteraan

keryawan pada Yayasan Al-Mujahirin Kota Depok “, Jurnal

Akuntansi, Vol.11, No.2, 2011.

Anonim. “ Perbedaan Koperasi dengan Badan Usaha Lain “, artikel diakses

tanggal 14 September 2013, dari http://rulidestyaningsih.blogspot.com

/2013/03/manajemen-koperasi-perbedaan-koperasi_20.html.

Brotodihardjo, Santoso. “ Pengantar Ilmu Hukum Pajak “, Edisi 4, Refika

Aditama, Bandung, 2003.

Chandra, Ryan Setyono. “ Pengaruh Efficiency, System Availability, Fulfillment,

dan Privacy Terhadap Loyalty Melalui Perceveid Value pada Online

Ticketing Garuda Indonesia di Surabaya “, Jurnal Akuntansi, Vol.3, No.1,

2013.

Cendiman. “Definisi Efisiensi”, artikel diakses tanggal 19 September 2013,

dari http://cendiman.blogspot.com/2009/11/definisiefisiensi.html.

Chrisdianto dan Ardianto. “ Penerapan Tax Planning dalam Pengambilan

Keputusan terhadap Pilihan Alternatif Pembelian Truk secara Tunai,

Kredit Bank, dan Leasing dengan Hak Opsi pada PT. Rajawali Dwi

Putra”, Jurnal Bisnis Perspektif, Vol.2, No.5, 2009.

Chrisdianto, Bernadinus dan Yunus Yohanes Biu Katik. “ Evaluasi

Perencanaan Pajak Melalui Revaluasi Aset Tetap Untuk Meminimalkan

Beban Pajak Perusahaan Studi Kasus pada PT “X” “, Jurnal Akuntansi

dan Perpajakan, Vol.4, No.2, 2012.

Danfar. “ Definisi atau Pengertian Efisiensi ”, artikel diakses tanggal 20

Juli 2013, dari http://dansite.wordpress.com/2009/03/28/pengertian-

efisiensi/.

Darmayasa, Nyoman dan Nyoman Sentosa Hardika. “ Perencanaan Pajak

dari Aspek Rasio Total Benchmarking, Kebijakan Akuntansi, dan

Administrasi sebagai Strategi Penghematan Pajak “, Jurnal Bisnis dan

Kewirausahaan, Vol.7 No.3, 2011.

Destyaningsih, Ruli. “ Manajemen Koperasi – Perbedaan Koperasi dan Badan

Usaha “, 2013, artikel diakses tanggal 3 Juli 2013, dari

http://rulidestyaningsih.blogspot.com/search?q=perbedaan+koperasi.

Page 93: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

72

Givner, Bruce and Owen Kaye. “Once in a Generation Opportunity to Engage

in Estate Tax Planning”, Journal Of Financial Service Professionals,

2009.

Gloritho. “ Pengaruh Penerapan Perencanaan Pajak Biaya pegawai pada

PT. XYZ untuk Meminimalkan Beban Pajak dan Hubungannya dengan

Kinerja Perusahaan “, Jurnal Akuntansi dan Pajak, Vol.3, No.1, 2010.

Hidayat, Nita Fhikniati. “ Penerapan Tax Planning atas Pajak Penghasilan

Badan dalam Upaya Meningkatkan Efisiensi Pembayaran Beban Pajak

pada PT. Agricon Putra Citra Optima “, Jurnal Perpajakan, Vol.6, No.1,

2012.

Hamid, Abdul. “ Pedoman Penulisan Skripsi “, FEB UIN Syarif Hidayatullah,

Jakarta, 2012.

IAI, PSAK, Nomor 27 tentang Akuntansi Perkoperasian (Revisi

1998)(Reformat 2007), 2007.

Ilyas, Wirawan B dan Richard Burton. “ Hukum Pajak “, Edisi 3, Salemba

Empat, Jakarta,2007.

Laporan Keuangan Primkoppolres Metro Jakarta Selatan, 2010.

Laporan Keuangan Primkoppolres Metro Jakarta Selatan, 2011.

Laporan Keuangan Primkoppolres Metro Jakarta Selatan, 2012.

Librata, Noviandi. “ Analisis Penerapan Tax Planning dalam Upaya

Meningkatkan Efisiensi Pembayaran Beban Pajak Penghasilan pada PT.

Graha Mitra Sukarami “, Jurnal Akuntansi dan Pajak, Vol.3, No.1, 2013.

Mangonting Yeni. “ Tax Planning : Sebuah Pengantar Sebagai Alternatif

Meminimalkan Pajak ”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol.1, No.2,

1999.

Marcellina. Ayu Linda. “ Analisis Dampak Kredit Mikro terhadap Perkembangan

Usaha Mikro Di Kota Semarang (Studi Kasus : Nasabah Koperasi

Enka Mulia)”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol.2, No.1, 2012.

Mardiasmo. “ Perpajakan “, Revisi 2011, Andi Publisher, Yogyakarta, 2011.

Peraturan Pemerintah Keuangan Nomor 131 Tahun 2000 Tentang Pajak

Penghasilan atas Bunga Deposito dan Tabungan serta Diskonto

Sertifikat Bank Indonesia, 2000.

Page 94: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

73

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

51/KMK.04/2001Tentang Pemotongan Pajak Penghasilan atas Bunga

Deposito dan Tabungan serta Diskonto Sertifikat Bank Indonesia, 2001.

Nur, Iim Ibrahim. “ Implementasi Manajemen Pajak pada PT. Mega Visual

Elektronik dan Dampaknya terhadap Laporan Keuangan “, Jurnal

Akuntansi dan Manajemen, Vol.12, No.3, 2010.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.03/2009 Tentang Jenis - jenis

Harta yang Termasuk dalam Kelompok Harta Berwujud bukan

Bangunan untuk Keperluan Penyusutan, 2009.

Pratiwi, Eva Indira Desak. “ Perencanaan Pajak sebagai Upaya Legal untuk

Meminimalkan Pajak Penghasilan Studi Kasus pada KSU Griya Anyar

Sari Boga “, Jurnal Akuntansi dan Pajak, Vol.23, No.2, 2013.

Putra, Eka. “ Pengertian Koperasi dan Fungsinya “,artikel diakses tanggal 2

Juli 2013, dari http://ekapputra.blogspot.com/2012/10/pengertian-

koperasi-dan fungsinya.html.

Radianto, Wirawan ED. “ Memahami Pajak Penghasilan dalam Sehari:Konsep

dan Aplikasi Praktis “, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2010.

Reardon, Dennis C. “ Defined Value Clause Offers Gift Planning Certainty”,

Journal Of Financial Service Professionals, 2012 .

Resmi, Siti. “ Perpajakan : Teori dan Kasus “, Jilid 1, Edisi 8, Salemba Empat,

Jakarta, 2014.

Rori, Handri. “ Analisis Penerapan Tax Planning atas Pajak Penghasilan Badan

“, Jurnal EMBA Vol.1 No.3 Hal 410-418, 2013.

Rumuy, Renita dan Rizal Effendi. “ Penerapan Perencanaan Pajak

Penghasilan Badan sebagai Upaya Efisiensi Pembayaran Pajak PT.

Sinar Sasongko “, Jurnal Akuntansi dan Pajak, Vol.6, No.3, 2013.

Sari, Elisa Delima. “ Analisis Koreksi Fiskal dalam Rangka Perhitungan PPh

Badan pada PT. Asuransi Bumiputera Cabang Sekip Palembang “. Jurnal

Akuntansi dan Perpajakan, Vol.15, No.1, 2013.

Santoso, Slamet. “ Format Penelitian Kuantitatif ( Materi III ) ”, artikel diakses

tanggal 14 September 2013, dari http://ssantoso.blogspot.com/2008/08/

format-penelitian-kuantitatif-materi.html.

Suandy, Erly. “ Perencanaan Pajak “, Edisi 5, Salemba Empat, Jakarta, 2011.

Page 95: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

74

Sumarsan, Thomas. “ Tax Review dan Strategi Perencanaan Pajak “, Edisi 2,

Indeks, Jakarta, 2011.

Suryanti. “ Perencanaan Pajak untuk Meminimalkan Pembayaran Pajak pada

PT. Arta Design “, Jurnal Akuntansi, Vol.1, No.3, 2008.

Tri Cahyono, Aris dan Erdania Eka Putri .“ Penerapan Zakat sebagai

Perencanaan Pajak untuk Efisiensi PPh Badan pada PT. Alwan Zahira

Samarinda “, Jurnal Eksis, Vol.8, No. 1, 2012.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 Tentang

Perkoperasian.1992.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan

Keempat atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak

Penghasilan. 2010.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2012 Tentang

Perkoperasian.2012.

Wahyudi, Joko. “ Pengantar Ilmu Ekonomi, Definisi dan Metode Ekonomi “,

2013, artikel diakses tanggal 2 Juni 2015, dari http://djokowahyu.blogspot.

com/2013/08/pengantar-ilmu-ekonomi-definisi-dan.html#

Wahyuni, Nanik. “ Penerapan Tax Planning terhadap PPh sebagai Upaya

Efisiensi Pembayaran Pajak Studi Kasus pada perusahaan Jasa

Angkutan Di Malang “, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol.2, No.3, 2011.

Waluyo. “ Perpajakan Indonesia “, Jilid 1, Edisi 11, Salemba Empat, Jakarta,

2011.

Wulansari, Evi. “ Implementasi Tax Planning terhadap Perhitungan PPh Badan

pada PT. Pelabuhan Indonesia IV “, Jurusan Akuntansi, Vol.2, No.3,

2013.

Zain, Mohammad. “ Manajemen Perpajakan “, Salemba Empat, Jakarta, 2008.

Page 96: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

75

DAFTAR LAMPIRAN

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN

NO. 27 (REVISI 1998)

AKUTANSI PERKOPERASIAN

Paragraf-paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf

standar yang harus dibaca dalam konteks dengan paragraf-paragraf

penjelasan dan panduan implementasi yang dicetak dalam huruf biasa.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Akuntansi Perkoperasian (Pernyataan)

ini tidak wajib diterapkan untuk unsur-unsur yang tidak material.

PENDAHULUAN

Karakteristik Koperasi

01 Koperasi adalah badan usaha yang mengorganisir pemanfaatan

dan pendayagunaan sumber daya ekonomi para anggotanya atas dasar prinsip-

prinsip Koperasi dan kaidah usaha ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup

anggota pada khususnya dan masyarakat daerah kerja pada umumnya, dengan

demikian koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat dan sokoguru

perekonomian nasional.

02 Prinsip-prinsip koperasi merupakan landasan pokok koperasi dalam

menjalankan usahanya sebagai badan usaha dan gerakan ekonomi rakyat. Prinsip-

prinsip tersebut terdiri dari: kemandirian, keanggotaan bersifat terbuka,

pengelolaan dilakukan secara demokratis pembagian sisa hasil usaha dilakukan

secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota,

pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal, pendidikan perkoperasian dan

kerjasama antar koperasi.

03 Karakteristik utama koperasi yang membedakannya dengan badan usaha

lain adalah bahwa anggota koperasi memiliki identitas ganda (the dual identity of

the member), yaitu anggota sebagai pemilik dan sekaligus pengguna jasa koperasi

(user own oriented firm). Oleh karena itu:

a. Koperasi dimiliki oleh anggota yang bergabung atas dasar sedikitnya

ada satu kepentingan ekonomi yang sama.

b. Koperasi didirikan dan dikembangkan berlandaskan nilai-nilai percaya diri

untuk menolong dan bertanggung jawab kepada diri sendiri,

kesetiakawanan, keadilan, persamaan dan demokrasi. Selain itu anggota-

anggota koperasi percaya pada nilai-nilai etika kejujuran, keterbukaan,

tanggung jawab sosial, dan kepedulian terhadap orang lain.

c. Koperasi didirikan, dimodali, dibiayai, diatur dan diawasi serta

dimanfaatkan sendiri oleh anggotanya.

d. Tugas pokok badan usaha koperasi adalah menunjang kepentingan

ekonomi anggotanya dalam rangka memajukan kesejahteraan

Page 97: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

76

anggota (promotion of the members’ welfare).

e. Jika terdapat kelebihan kemampuan pelayanan koperasi kepada

anggotanya maka kelebihan kemampuan pelayanan tersebut dapat

digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang nonanggota

koperasi.

04 Dalam meningkatkan kesejahteraan anggotanya, koperasi tidak hanya

dituntut mempromosikan usaha-usaha ekonomi anggota, tetapi juga

mengembangkan sumber daya anggota melalui pendidikan dan pelatihan yang

dilakukan secara terus-menerus dan berkelanjutan sehingga anggota semakin

profesional dan mampu mengikuti perkembangan bidang usahanya.

05 Sebagai penggerak ekonomi rakyat dan sokoguru perekonomian

nasional, pemerintah sangat berkepentingan terhadap keberhasilan koperasi. Oleh

karena itu pemerintah berperan dalam memberikan pembinaan, perlindungan dan

peluang usaha pada koperasi. Dalam pelaksanaan pembinaan, perlindungan dan

peluang usaha tersebut koperasi perlu berpedoman pada ketentuan-ketentuan yang

ditetapkan pemerintah. Ketentuan-ketentuan tersebut juga berpengaruh terhadap

perlakuan akuntansi pada koperasi.

Struktur Pengorganisasian Koperasi

06 Koperasi terbagi ke dalam Koperasi Primer dan Koperasi Sekunder.

Koperasi Primer adalah koperasi yang beranggotakan orang seseorang. Koperasi

Sekunder adalah koperasi yang beranggotakan badan-badan hukum koperasi.

07 Jumlah pemilikan anggota pada koperasi, baik pada Koperasi Primer

maupun Koperasi Sekunder pada prinsipnya adalah sama, dengan demikian tidak

terdapat pemilikan mayoritas dan minoritas dalam koperasi. Oleh karena itu

laporan keuangan Koperasi Primer dan Sekunder tidak dikonsolidasikan.

Usaha dan Jenis Koperasi

08 Koperasi dapat melakukan usaha-usaha sebagaimana badan usaha lain,

seperti di sektor perdagangan, industri manufaktur, jasa keuangan dan

pembiayaan, jasa asuransi, jasa transportasi, jasa profesi dan jasa lainnya.

Perlakuan akuntansi koperasi ini mengacu pada Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan yang mengatur perlakuan akuntansi dalam setiap sektor industri

tersebut.

09 Koperasi dapat digolongkan dalam beberapa jenis, namun berdasarkan

kepentingan anggota dan usaha utama koperasi, koperasi digolongkan ke dalam

empat jenis, yakni Koperasi Konsumen, Koperasi Produsen, Koperasi Simpan

Pinjam, dan Koperasi Pemasaran.

Page 98: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

77

Tujuan

10 Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi

yang timbul dari hubungan transaksi antara koperasi dengan anggotanya

dan transaksi lain yang spesifik pada koperasi. Pernyataan ini mencakup

pengaturan mengenai pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan

dalam laporan keuangan.

Ruang Lingkup

11 Pernyataan ini mengatur akuntansi bagi badan usaha koperasi atas

transaksi yang timbul dari hubungan koperasi bagi anggotanya, yaitu meliputi

transaksi setoran anggota koperasi dan transaksi usaha koperasi dengan

anggotanya; dan transaksi yang spesifik pada badan usaha koperasi, di antaranya

cadangan, modal penyertaan, modal sumbangan, beban-beban perkoperasian;

serta penyajian dan pengungkapannya dalam laporan keuangan.

12 Pernyataan ini tidak mengatur akuntansi transaksi yang timbul dari

hubungan koperasi dengan non-anggota. Transaksi tersebut diperlakukan sama

dengan transaksi yang terjadi pada badan usaha lainnya.

13 Hal-hal yang bersifat umum atau yang tidak secara khusus diatur dalam

Pernyataan ini, termasuk akuntansi untuk transaksi unit usaha otonom koperasi,

harus diperlakukan dengan mengacu pada Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan yang lain.

14 Pernyataan ini berlaku bagi laporan keuangan untuk disajikan kepada

pihak eksternal yaitu anggota koperasi, pemerintah, kreditur dan pihak lain yang

berkepentingan.

15 Pemerintah sebagai salah satu pihak pemakai laporan keuangan koperasi,

mungkin memerlukan informasi khusus untuk tujuan tertentu. Pernyataan ini

bukan merupakan pengaturan penyajian laporan untuk kepentingan pemerintah

tersebut. Penyajian informasi khusus ini diatur dalam pedoman akuntansi

tersendiri yang mengacu pada pernyataan ini.

16 Bermacam-macam jenis koperasi, misalnya Koperasi Konsumen, dan

Koperasi Produsen, Koperasi Simpan Pinjam dan Koperasi Pemasaran dalam

penyajian laporan keuangannya dapat menampakkan kekhususan masing-masing,

dan untuk itu dapat diatur dalam pedoman akuntansi tersendiri dengan mengacu

pada Pernyataan ini.

Definisi

Berikut ini adalah pengertian istilah yang digunakan dalam pernyataan ini.

Page 99: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

78

17 Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orangseorang

atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip

Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas

kekeluargaan.

18 Anggota Koperasi adalah pemilik dan sekaligus pengguna jasa koperasi,

dan telah membayar penuh simpanan pokok yang ditetapkan.

19 Koperasi Konsumen adalah koperasi yang anggotanya para konsumen

akhir atau pemakai barang atau jasa, dan kegiatan atau jasa utama melakukan

pembelian bersama. Contoh Koperasi Konsumen adalah koperasi yang kegiatan

utamanya mengelola warung serba ada atau supermarket.

20 Koperasi Produsen adalah koperasi yang anggotanya tidak memiliki

rumah tangga usaha atau perusahaan sendiri-sendiri tetapi bekerja sama dalam

wadah koperasi untuk menghasilkan dan memasarkan barang atau jasa, dan

kegiatan utamanya menyediakan, mengoperasikan, atau mengelola sarana

produksi bersama. Contoh Koperasi Produsen adalah Koperasi Jasa Konsultasi.

21 Koperasi Simpan Pinjam adalah koperasi yang kegiatan atau jasa

utamanya menyediakan jasa penyimpanan dan peminjaman untuk anggotanya.

22 Koperasi Pemasaran adalah koperasi yang anggotanya para produsen

atau pemilik barang atau penyedia jasa dan kegiatan atau jasa utamanya

melakukan pemasaran bersama.

23 Simpanan Pokok adalah sejumlah uang yang sama banyaknya dan atau

sama nilainya yang wajib dibayarkan oleh anggota kepada koperasi pada saat

masuk menjadi anggota. Simpanan pokok tidak dapat diambil kembali selama

yang bersangkutan menjadi anggota.

24 Simpanan Wajib adalah sejumlah simpanan tertentu yang tidak harus

sama yang wajib dibayar oleh anggota kepada koperasi dalam waktu dan

kesempatan tertentu. Simpanan wajib tidak dapat diambil kembali selama yang

bersangkutan menjadi anggota.

25 Modal Anggota adalah simpanan pokok dan simpanan wajib yang harus

dibayar anggota kepada koperasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada

koperasi. Tiap anggota memiliki hak suara yang sama, tidak tergantung pada

besarnya modal anggota pada koperasi.

26 Modal Sumbangan adalah sejumlah uang atau barang modal yang dapat

dinilai dengan uang yang diterima dari pihak lain yang bersifat hibah dan tidak

mengikat. Modal sumbangan tidak dapat dibagikan kepada anggota selama

koperasi belum dibubarkan.

Page 100: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

79

27 Modal Penyertaan adalah sejumlah uang atau barang modal yang dapat

dinilai dengan uang yang ditanamkan oleh pemodal untuk menambah dan

memperkuat struktur permodalan dalam meningkatkan usaha koperasi.

28 Cadangan adalah bagian dari sisa hasil usaha yang disisihkan sesuai

dengan ketentuan anggaran dasar atau ketetapan rapat anggota.

29 Partisipasi Bruto adalah kontribusi anggota kepada koperasi sebagai

imbalan penyerahan barang dan jasa kepada anggota, yang mencakup harga pokok

dan partisipasi neto.

30 Partisipasi Neto adalah kontribusi anggota terhadap hasil usaha koperasi

yang merupakan selisih antara partisipasi bruto dengan beban pokok.

31 Pendapatan dari non-anggota adalah penjualan barang/jasa kepada non-

anggota.

32 Beban Perkoperasian adalah beban sehubungan dengan gerakan

perkoperasian dan tidak berhubungan dengan kegiatan usaha.

33 Sisa Hasil Usaha (SHU) adalah gabungan dari hasil partisipasi neto dan

laba atau rugi kotor dengan non-anggota, ditambah atau dikurangi dengan

pendapatan dan beban lain serta beban perkoperasian dan pajak penghasilan badan

koperasi.

34 Promosi Ekonomi Anggota adalah peningkatan pelayanan koperasi

kepada anggotanya dalam bentuk manfaat ekonomi yang diperoleh sebagai

anggota koperasi.

35 Unit Usaha Otonom adalah bagian organisasi yang mandiri berkegiatan

dan beranggota khusus dalam sebuah koperasi, sehingga unit usaha otonom

tersebut setara dengan sebuah entitas akuntansi. Contoh: sebuah KUD memiliki

unit usaha otonom simpan pinjam, unit usaha otonom konsumen dan unit usaha

otonom distribusi.

PENJELASAN

EKUITAS

36 Ekuitas koperasi terdiri dari modal anggota berbentuk simpanan pokok,

simpanan wajib, simpanan lain yang memiliki karakteristik yang sama dengan

simpanan pokok atau simpanan wajib, modal penyertaan, modal sumbangan,

cadangan dan sisa hasil usaha belum dibagi.

Modal Anggota

Page 101: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

80

37 Simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan lain yang memiliki

karakteristik yang sama dengan simpanan pokok atau simpanan wajib

diakui sebagai ekuitas koperasi dan dicatat sebesar nilai nominalnya.

38 Secara formal, anggota dapat diakui sebagai anggota koperasi jika ia telah

menyetor uang sejumlah tertentu sebagai simpanan pokok pada saat pertama

menjadi anggota. Di samping itu ia juga harus menyetor uang sejumlah tertentu

secara berkala sebagai simpanan wajib.

39 Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang sama banyaknya yang wajib

dibayarkan oleh anggota kepada koperasi pada saat menjadi anggota. Simpanan

wajib adalah jumlah simpanan tertentu yang yang tidak harus sama yang wajib

dibayar oleh anggota kepada koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu.

40 Simpanan pokok dan simpanan wajib berfungsi sebagai penutup risiko dan

karena itu tidak dapat diambil selama yang bersangkutan masih menjadi anggota.

Simpanan wajib yang terkait dengan pinjaman anggota dan jenis simpanan wajib

lain yang dalam prakteknya justru dapat diambil setelah pinjaman yang

bersangkutan lunas atau pada waktu-waktu tertentu, tidak dapat diakui sebagai

ekuitas.

41 Walaupun simpanan pokok dan simpanan wajib dapat diambil kembali

jika yang bersangkutan keluar dari anggota koperasi, namun diasumsikan bahwa

anggota koperasi akan tetap menjadi anggota dalam waktu yang tidak terbatas.

Dengan demikian simpanan pokok dan simpanan wajib tersebut bersifat

permanen.

42 Simpanan pokok dan simpanan wajib yang belum diterima disajikan

sebagai piutang simpanan pokok dan simpanan wajib.

43 Pembayaran simpanan pokok dan simpanan wajib dapat dilakukan dengan

cara angsuran yang jumlah dan lamanya ditetapkan dalam anggaran dasar atau

ketentuan lain. Penyajian nilai simpanan pokok dan simpanan wajib di neraca

adalah dengan menyajikan nilai nominal simpanan pokok dan simpanan wajib.

Jumlah simpanan pokok dan simpanan wajib yang belum diterima dari anggota

disajikan sebagai piutang simpanan pokok dan simpanan wajib.

44 Kelebihan setoran simpanan pokok dan simpanan wajib anggota baru

di atas nilai nominal simpanan pokok dan simpanan wajib anggota pendiri

diakui sebagai Modal Penyetaraan Partisipasi Anggota.

45 Rapat anggota dapat menetapkan jumlah setoran simpanan pokok dan

simpanan wajib bagi anggota baru yang masuk kemudian yang jumlahnya setara

dengan jumlah simpanan pokok dan simpanan wajib anggota pendiri. Jika terdapat

kelebihan nilai setoran simpanan tersebut di atas nilai nominal simpanan pokok

dan simpanan wajib anggota pendiri, maka kelebihan tersebut diakui sebagai

Page 102: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

81

modal penyetaraan partisipasi anggota. Modal ini bukan milik anggota penyetor,

karena itu tidak dapat diambil kembali pada saat anggota keluar dari keanggotaan

koperasi.

46 Apabila koperasi juga menetapkan simpanan lain selain simpanan pokok

dan simpanan wajib sebagai ekuitas, maka bila terdapat penyetoran lebih dari nilai

nominal simpanan oleh anggota baru, maka kelebihan tersebut juga diakui sebagai

modal penyetaraan partisipasi anggota.

Modal Penyertaan

47 Modal penyertaan diakui sebagai ekuitas dan dicatat sebesar jumlah

nominal setoran. Dalam hal modal penyertaan yang diterima selain uang

tunai, maka modal penyertaan tersebut dinilai sebesar harga pasar yang

berlaku pada saat diterima.

48 Modal penyertaan ikut menutup risiko kerugian dan memiliki sifat relatif

permanen, dan imbalan atas pemodal didasarkan atas hasil usaha yang diperoleh.

Oleh karena itu modal pernyertaan tersebut diakui sebagai ekuitas.

49 Modal penyertaan dicatat dengan nilai nominal, dan dalam hal modal

penyertaan diterima dalam bentuk selain uang tunai, maka modal penyertaan

tersebut dicatat sebesar nilai pasar yang berlaku pada saat diterima. Apabila nilai

pasar tidak tersedia dapat digunakan nilai taksiran. Penjelasan yang cukup harus

diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan atas penilaian yang dilakukan.

50 Ketentuan mengenai perjanjian dengan pemodal yang menyangkut

pembagian keuntungan atau hasil usaha, tanggungan kerugian, jangka

waktu dan hak-hak pemodal harus dijelaskan dalam catatan atas laporan

keuangan.

Modal Sumbangan

51 Modal sumbangan yang diterima oleh koperasi yang dapat menutup

risiko kerugian diakui sebagai ekuitas, sedangkan modal sumbangan yang

substansinya merupakan pinjaman diakui sebagai kewajiban jangka

panjang dan dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan.

52 Oleh karena koperasi mengemban misi nasional untuk menggerakkan

ekonomi rakyat dan menjadi soko guru perekonomian nasional, maka

dimungkinkan koperasi memperoleh sumbangan dari pemerintah dan pihak lain.

Sumbangan tersebut dapat diakui sebagai ekuitas jika ia dapat menanggung risiko

atas kerugian.

53 Kadangkala sumbangan diterima oleh koperasi dengan persyaratan tertentu

yang mengikat, sehingga hakekat sumbangan tersebutadalah pinjaman.

Page 103: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

82

Sumbangan ini tidak dapat diakui sebagai ekuitas, tetapi harus diakui sebagai

kewajiban lain-lain jangka panjang dan dijelaskan dalam catatan atas laporan

keuangan.

Cadangan

54 Cadangan dan tujuan penggunaannya dijelaskan dalam catatan atas

laporan keuangan.

55 Pembentukan cadangan dapat ditujukan antara lain untuk pengembangan

usaha koperasi, menutup risiko kerugian, dan pembagian kepada anggota yang

keluar dari keanggotaan koperasi. Cadangan yang dibentuk dari sisa hasil usaha

dicatat dalam akun Cadangan. Tujuan penggunaan cadangan tersebut harus

dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan.

56 Pembayaran tambahan kepada anggota yang keluar dari

keanggotaan koperasi di atas jumlah simpanan pokok, simpanan wajib dan

simpanan lain-lain dibebankan pada cadangan.

57 Cadangan yang dibentuk dari sisa hasil usaha yang diperoleh setiap tahun

buku yang dimaksudkan untuk pemupukan modal untuk pengembangan usaha dan

untuk menutup risiko kerugian merupakan bagian dari ekuitas. Sebagai bagian

dari ekuitas, cadangan berpengaruh terhadap total nilai kekayaan bersih koperasi

yang mencerminkan nilai pemilikan anggota dalam koperasi. Oleh karena itu

anggota yang keluar dalam tahun berjalan, selain menerima pengembalian

simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan lain sebesar nilai nominalnya,

koperasi dapat menetapkan pembayaran tambahan dalam jumlah yang

proporsional dengan nilai kekayaan bersih koperasi atau jumlah tertentu yang

ditetapkan rapat anggota. Pembayaran tambahan tersebut dibebankan pada

cadangan koperasi.

Sisa Hasil Usaha

58 Sisa hasil usaha tahun berjalan dibagi sesuai dengan ketentuan yang

berlaku pada koperasi. Dalam hal jenis dan jumlah pembagian sisa hasil

telah diatur secara jelas maka bagian yang tidak menjadi hak koperasi

diakui sebagai kewajiban. Apabila jenis dan jumlah pembagiannya belum

diatur secara jelas, maka sisa hasil usaha tersebut dicatat sebagai sisa hasil

usaha belum dibagi dan harus dijelaskan dalam catatan atas laporan

keuangan.

59 Suatu kebiasaan dalam koperasi, bahwa sisa hasil usaha yang diperoleh

dalam tahun berjalan dibagi sesuai dengan ketentuan anggaran dasar atau

anggaran rumah tangga. Keharusan pembagian sisa hasil usaha tersebut juga

dinyatakan dalam undang-undang perkoperasian. Penggunaan sisa hasil usaha

yang dibagikan tersebut diantaranya adalah untuk anggota, dana pendidikan dan

Page 104: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

83

untuk koperasi sendiri. Jumlah yang merupakan hak Koperasi diakui sebagai

cadangan.

60 Pembagian sisa usaha tersebut harus dilakukan pada akhir periode

pembukuan. Jumlah yang dialokasikan selain untuk koperasi diakui sebagai

kewajiban. Dalam hal pembagian tidak dapat dilakukan karena jenis dan jumlah

pembagiannya belum diatur secara jelas dalam anggaran dasar atau anggaran

rumah tangga, tetapi harus menunggu rapat anggota, maka sisa hasil usaha

tersebut dicacat sebagai sisa hasil usaha belum dibagi dan harus dijelaskan dalam

catatan atas laporan keuangan.

KEWA J I BAN

61 Simpanan anggota yang tidak berkarakteristik sebagai ekuitas diakui

sebagai kewajiban jangka pendek atau jangka panjang sesuai dengan

tanggal jatuh temponya dan dicatat sebesar nilai nominalnya.

62 Simpanan anggota yang berkarakteristik sebagai ekuita adalah sejumlah

tertentu dalam nilai uang yang diserahkan oleh anggota pada koperasi atas

kehendak sendiri sebagai simpanan dan dapat diambil sewaktu-waktu sesuai

perjanjian. Simpanan ini tidak menanggung risiko kerugian dan sifatnya

sementara karenanya diakui sebagai kewajiban.

A K T I VA

63 Aktiva yang diperoleh dari sumbangan yang terikat penggunaannya

dan tidak dapat dijual untuk menutup kerugian koperasi diakui sebagai

aktiva lain-lain. Sifat keterikatan penggunaan tersebut dijelaskan dalam

catatan atas laporan keuangan.

64 Sebagai penggerak ekonomi rakyat dan sebagai soko guru perekonomian

nasional, koperasi sering mendapat dukungan dari berbagai pihak dalam bentuk

bantuan atau sumbangan barang modal untuk menjalankan usahanya. Barang

modal tersebut dapat diakui sebagai aktiva tetap milik koperasi walaupun aktiva

tetap tersebut tidak dapat dijual untuk menutup risiko kerugian. Dalam hal aktiva

tetap tersebut tidak dapat menutup risiko kerugian sebagaimana disyaratkan oleh

penyumbangnya atau ditetapkan dalam perjanjian (akta penerimaan) sumbangan,

maka aktiva tetap tersebut dikelompokkan dalam aktiva lain-lain. Sifat

pembatasan aktiva tetap dijelaskan dalam catatan laporan keuangan.

65 Aktiva-aktiva yang dikelola oleh koperasi, tetapi bukan milik

koperasi, tidak diakui sebagai aktiva dan harus dijelaskan dalam catatan

atas laporan keuangan.

66 Rapat anggota koperasi dapat menetapkan pengumpulan dana tertentu dari

anggota yang digunakan untuk tujuan khusus sesuai kepentingan anggota. Dana

Page 105: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

84

tersebut merupakan milik anggota yang pengelolaannya dikuasakan kepada

koperasi, misalnya dana pemeliharaan jalan dan peremajaan kebun pada koperasi

perkebunan kelapa sawit. Dana tersebut tidak diakui sebagai aktiva koperasi.

Namun sebagai pengelola koperasi harus membuat pertanggung-jawaban

tersendiri dan keberadaan dana tersebut harus dijelaskan dalam catatan atas

laporan keuangan.

PENDAPATAN DAN BEBAN

Transaksi Usaha Koperasi Dengan Anggota

67 Pendapatan koperasi yang timbul dari transaksi dengan anggota

diakui sebesar partisipasi bruto.

68 Partisipasi bruto pada dasarnya adalah penjualan barang/jasa kepada

anggota. Dalam kegiatan pengadaan barang dan jasa untuk anggota, partisipasi

bruto dihitung dari harga pelayanan yang diterima atau dibayar oleh anggota yang

mencakup beban pokok dan partisipasi neto. Dalam kegiatan pemasaran hasil

produksi anggota, partisipasi bruto dihitung dari beban jual hasil produksi anggota

baik kepada non-anggota maupun kepada anggota.

69 Pendapatan koperasi yang berasal dari transaksi dengan non-

anggota diakui sebagai pendapatan (penjualan) dan dilaporkan terpisah dari

partisipasi anggota dalam laporan perhitungan hasil usaha sebesar nilai

transaksi. Selisih antara pendapatan dan beban pokok transaksi dengan non-

anggota diakui sebagai laba atau rugi kotor dengan non-anggota.

70 Dalam hal koperasi memiliki kelebihan kapasitas setelah pelayanan

kepada anggota, koperasi dapat memanfaatkan kelebihan kapasitas tersebut

kepada non-anggota. Dalam hal ini, berarti koperasi memasuki pasar bebas dan

kedudukan koperasi adalah sama seperti badan usaha lain. Koperasi boleh

menggunakan motivasi mencari laba sebesar-besarnya sejauh pelanggan adalah

pasar bebas.

71 Oleh karena laporan keuangan koperasi harus dapat mencerminkan tujuan

koperasi, maka perhitungan hasil usaha harus menonjolkan secara jelas kegiatan

usaha koperasi dengan anggotanya, karena itu pendapatan dari anggota disajikan

terpisah dari pendapatan yang berasal dari transaksi non-anggota. Penyajian ini

lebih mencerminkan bahwa usaha koperasi lebih mementingkan transaksi atau

pelayanan kepada anggotanya daripada non-anggota.

72 Beban usaha dan beban-beban perkoperasian harus disajikan

terpisah dalam laporan perhitungan hasil usaha.

73 Dalam meningkatkan kesejahteraan anggota, koperasi tidak hanya

berfungsi menjalankan usaha-usaha bisnis yang memberikan manfaatkan atau

Page 106: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

85

keuntungan ekonomi kepada anggota, tetapi juga harus menjalankan fungsi lain

untuk meningkatkan kemampuan sumber daya anggota, baik secara khusus

maupun sumber daya koperasi secara nasional. Kegiatan ini tidak dilakukan oleh

badan usaha lain. Beban-beban yang dikeluarkan untuk kegiatan ini disebut

dengan beban perkoperasian. Termasuk dalam beban ini antara lain adalah beban

pelatihan anggota, beban pengembangan usaha anggota, dan beban iuran untuk

gerakan koperasi (Dewan Koperasi Indonesia).

LAPORAN KEUANGAN KOPERASI

74 Laporan keuangan koperasi meliputi Neraca, Perhitungan Hasil

Usaha, Laporan Arus Kas, Laporan Promosi Ekonomi Anggota, dan Catatan

atas Laporan Keuangan.

N e r a c a

75 Neraca menyajikan informasi mengenai aktiva, kewajiban, dan ekuitas

koperasi pada waktu tertentu.

Perhitungan Hasil Usaha (PHU)

76 Perhitungan hasil usaha harus memuat hasil usaha dengan anggota

dan laba atau rugi kotor dengan non-anggota.

77 Perhitungan hasil usaha menyajikan informasi mengenai pendapatan dan

beban-beban usaha dan beban perkoperasian selama periode tertentu. Perhitungan

hasil usaha menyajikan hasil akhir yang disebut sisa hasil usaha. Sisa hasil usaha

yang diperoleh mencakup hasil usaha dengan anggota dan laba atau rugi kotor

dengan non-anggota. Istilah perhitungan hasil usaha digunakan mengingat

manfaat dari usaha koperasi tidak semata-mata diukur dari sisa hasil usaha atau

laba tetapi lebih ditentukan pada manfaat bagi anggota.

Laporan Arus Kas

78 Laporan arus kas menyajikan informasi mengenai perubahan kas yang

meliputi saldo awal kas, sumber penerimaan kas, pengeluaran kas dan saldo akhir

kas pada periode tertentu.

Laporan Promosi Ekonomi Anggota

79 Dalam hal sisa hasil usaha tahun berjalan belum dibagi, maka

manfaat ekonomi yang diperoleh anggota dari pembagian sisa hasil usaha

pada akhir tahun buku dapat dicatat sebesar taksiran jumlah sisa hasil

usaha yang akan dibagi untuk anggota.

Page 107: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

86

80 Laporan promosi ekonomi anggota adalah laporan yang memperlihatkan

manfaat ekonomi yang diperoleh anggota koperasi selama satu tahun tertentu.

Laporan tersebut mencakup empat unsur, yaitu:

a. Manfaat ekonomi dari pembelian barang atau pengadaan jasa bersama.

b. Manfaat ekonomi dari pemasaran dan pengolahan bersama.

c. Manfaat ekonomi dari simpan pinjam lewat koperasi.

d. Manfaat ekonomi dalam bentuk pembagian sisa hasil usaha.

81 Manfaat tersebut mencakup manfaat yang diperoleh selama tahun berjalan

dari transaksi pelayanan yang dilakukan koperasi untuk anggota dan manfaat yang

diperoleh pada akhir tahun buku dari pembagian sisa hasil usaha tahun berjalan.

Laporan promosi ekonomi anggota ini disesuaikan dengan jenis koperasi dan

usaha yang dijalankannya.

82 Sisa hasil usaha tahun berjalan harus dibagi sesuai dengan ketentuan

anggaran dan anggaran rumah tangga koperasi. Bagian sisa hasil usaha untuk

anggota merupakan manfaat ekonomi yang diterima anggota pada akhir tahun

buku. Dalam hal pembagian sisa hasil usaha tahun berjalan belum dibagi karena

tidak diatur secara tegas pembagiannya dalam anggaran dasar atau anggaran

rumah tangga dan harus menunggu keputusan rapat anggota, maka manfaat

ekonomi yang diterima dari pembagian sisa hasil usaha dapat dicatat atas dasar

taksiran jumlah bagian sisa hasil usaha yang akan diterima oleh anggota.

Catatan atas Laporan Keuangan

83 Catatan atas laporan keuangan menyajikan pengungkapan (disclosures)

yang memuat:

a. Perlakuan akuntansi antara lain mengenai:

1) Pengakuan pendapatan dan beban sehubungan dengan transaksi koperasi

dengan anggota dan non-anggota

2) Kebijakan akuntansi tentang aktiva tetap, penilaian persediaan, piutang

dan sebagainya.

3) Dasar penetapan harga pelayanan kepada anggota dan nonanggota

b. Pengungkapan informasi lain antara lain:

1) Kegiatan atau pelayanan utama koperasi kepada anggota baik yang

tercantum dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga maupun

dalam praktek, atau yang telah dicapai oleh koperasi.

2) Aktivitas koperasi dalam pengembangan sumber daya dan

mempromosikan usaha ekonomi anggota, pendidikan dan pelatihan

perkoperasian, usaha, manajemen yang diselenggarakan untuk anggota dan

penciptaan lapangan usaha baru untuk anggota.

3) Ikatan atau kewajiban bersyarat yang timbul dan transaksi koperasi dengan

anggota dan non-anggota.

4) Pengklasifikasian piutang dan hutang yang timbul dari transaksi koperasi

dengan anggota dan non-anggota.

Page 108: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

87

5) Pembatasan penggunaan dan risiko atas aktiva tetap yang diperoleh atas

dasar hibah atau sumbangan.

6) Aktiva yang dioperasikan oleh koperasi tetapi bukan milik koperasi.

7) Aktiva yang diperoleh secara hibah dalam bentuk pengalihan saham dari

perusahaan swasta.

8) Pembagian sisa hasil usaha dan penggunaan cadangan.

9) Hak dan tanggungan pemodal modal penyertaan.

10) Penyelenggaraan rapat anggota, dan keputusan-keputusan penting yang

berpengaruh terhadap perlakuan akuntansi dan penyajian laporan

keuangan.

Page 109: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

88

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 131 TAHUN 2000

TENTANG

PAJAK PENGHASILAN ATAS BUNGA DEPOSITO DAN TABUNGAN

SERTA DISKONTO SERTIFIKAT BANK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang :

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 ayat (2) Undang-undang Nomor 7

Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah

terakhir dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000, perlu menetapkan

Peraturan Pemerintah tentang Pajak Penghasilan atas Bunga Deposito dan

Tabungan serta Diskonto Sertifikat Bank Indonesia;

Mengingat :

1. Pasal 5 ayat (2) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 sebagaimana telah diubah dengan Perubahan Kedua Undang-undang

Dasar Tahun 1945;

2. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata

CaraPerpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor

49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3262), sebagaimana telah beberapa

kali diubah terakhir dengan Undang -undang Nomor 16 Tahun 2000

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 126, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 3984);

3. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 50, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 3263), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan

Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2000 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Nomor

3985);

4. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara

Nomor 3472) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10

Tahun 1998 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182,

Tambahan Lembaran Negara Nomor 3790);

5. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 66, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 3844);

Page 110: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

89

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS

BUNGA DEPOSITO DAN TABUNGAN SERTA DISKONTO SERTIFIKAT

BANK INDONESIA.

Pasal 1

(1) Atas penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan serta diskonto Sertifikat

BankIndonesia dipotong Pajak Penghasilan yang bersifat final.

(2) Termasuk bunga yang harus dipotong Pajak Penghasilan sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1), adalah bunga yang diterima atau diperoleh dari

deposito dan tabungan yang ditempatkan di luar negeri melalui bank yang

didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia atau cabang bank luar negeri

di Indonesia.

(3) Dengan memperhatikan perkembangan moneter, Menteri Keuangan dapat

menetapkan pengenaan Pajak Penghasilan atas diskonto Sertifikat Bank

Indonesia selain sebagaimana ditentukan dalam ayat (1).

(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku terhadap orang

pribadi Subjek Pajak dalam negeri yang seluruh penghasilannya dalam 1

(satu) tahun pajak termasuk bunga dan diskonto tidak melebihi Penghasilan

Tidak Kena Pajak.

(5) Orang pribadi sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dapat mengajukan

permohonan restitusi atas pajak yang telah dipotong sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1).

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai permohonan restitusi diatur dengan

Keputusan Direktur Jenderal Pajak.

Pasal 2

Pengenaan Pajak Penghasilan atas bunga dari deposito dan tabungan serta

diskonto Sertifikat

Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 adalah sebagai berikut :

a. dikenakan pajak final sebesar 20%(dua puluh persen) dari jumlah bruto,

terhadap Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap.

b. dikenakan pajak final sebesar 20% (dua puluh persen) dari jumlah bruto atau

dengan tarif berdasarkan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda yang

berlaku, terhadap Wajib Pajak luar negeri.

Pasal 3

(1) Pemotongan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 tidak dilakukan

terhadap :

a. bunga dari deposito dan tabungan serta diskonto Sertifikat Bank Indonesia

sepanjang jumlah deposito dan tabungan serta Sertifikat Bank Indonesia

tersebut tidak melebihi Rp 7.500.000,00 (tujuh juta lima ratus ribu rupiah)

dan bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah;

b. bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh bank yang didirikan di

Indonesiaatau cabang bank luar negeri di Indonesia;

Page 111: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

90

c. bunga deposito dan tabungan serta diskonto Sertifikat Bank Indonesia

yang diterima atau diperoleh Dana Pensiun yang pendiriannya telah

disahkan oleh Menteri Keuangan sepanjang dananya diperoleh dari

sumber pendapatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 Undang-

undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun;

d. bunga tabungan pada bank yang ditunjuk Pemerintah dalam rangka

pemilikan rumah sederhana dan sangat sederhana, kaveling siap bangun

untuk rumah sederhana dan sangat sederhana, atau rumah susun sederhana

sesuai dengan ketentuan yang berlaku, untuk dihuni sendiri.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c dan d

ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri Keuangan, Menteri Pemukiman dan

Prasarana Wilayah dan atau Gubernur Bank Indonesia, baik secara

bersama-sama maupun sendiri-sendiri sesuai dengan bidang tugasnya

masing-masing.

Pasal 4

(1) Bank sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2) dan Bank Indonesia wajib

memotong Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2.

(2) Dana Pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan dan bank

yang menjual kembali Sertifikat Bank Indonesia kepada pihak lain yang bukan

Dana Pensiun yang pendiriannya belum disahkan oleh Menteri Keuangan dan

bukan bank wajib memotong Pajak Penghasilan atas diskonto Sertifikat Bank

Indonesia tersebut.

Pasal 5

Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi pelaksanaan Peraturan Pemerintah ini

diaturdengan Keputusan Menteri Keuangan.

Pasal 6

Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, Peraturan Pemerintah Nomor

51 Tahun 1994 tentang Pajak Penghasilan atas Bunga Deposito dan Tabungan

serta Diskonto Sertifikat Bank Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1994 Nomor 80, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3582) dinyatakan

tidak berlaku.

Pasal 7

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2001. Agar setiap

orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini

dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 15 Desember 2000

a.n. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ttd

Page 112: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

91

MEGAWATI SOEKARNOPUTRI

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 15 Desember 2000.

SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

ttd

DJOHAN EFFENDI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2000 NOMOR 236

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 131 TAHUN 2000

TENTANG

PAJAK PENGHASILAN ATAS BUNGA DEPOSITO DAN TABUNGAN

SERTA DISKONTO SERTIFIKAT BANK INDONESIA

I. UMUM

Dalam rangka pembiayaan negara guna pelaksanaan pembangunan yang semakin

meningkat, peran serta seluruh lapisan masyarakat dalam ikut memikul

pembiayaan pembangunan perlu terus ditingkatkan melalui pelaksanaan undang-

undang perpajakan yang makin mantap. Disamping itu, dengan meningkatnya

pendapatan masyarakat, dana yang dihimpun oleh bank melalui piranti

pengerahan dana dalam bentuk deposito, tabungan dan Sertifikat Bank Indonesia

telah semakin berkembang, sehingga pengenaan pajak atas bunga dan diskonto

perlu diamankan dan disesuaikan. Walaupun demikian terhadap deposito dan

tabungan kecil tetap perlu dikecualikan pengenaannya guna melindungi para

penabung kecil yang pada umumnya masih berpenghasilan rendah.

Sejalan dengan pemikiran di atas, berdasarkan Pasal 4 (2) Undang-undang Nomor

7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah

terakhir dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000, perlu mengatur kembali

ketentuan tentang pengenaan pajak atas bunga deposito dan tabungan serta

diskonto Sertifikat Bank Indonesia.

Penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi, badan, lembaga, atau

organisasi berupa bunga yang berasal dari deposito dan tabungan serta diskonto

Sertifikat Bank Indonesia dikenakan pemotongan Pajak Penghasilan sebagai

berikut:

a. Dibebaskan dari pemotongan PPh sepanjang jumlah deposito dan tabungan

serta Sertifikat Bank Indonesia tersebut tidak melebihi Rp 7.500.000,00 (tujuh

juta lima ratus ribu rupiah) dan bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah;

Page 113: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

92

b. Dikenakan PPh final sebesar 20% (dua puluh persen) dari jumlah bruto, dalam

hal jumlah deposito dan tabungan serta Sertifikat Bank Indonesia tersebut

lebih dari Rp 7.500.000,00 (tujuh juta lima ratus ribu rupiah).

Atas penghasilan bunga yang diterima atau diperoleh dari deposito dan tabungan

yang ditempatkan di luar negeri melalui bank yang didirikan di Indonesia atau

cabang bank luar negeri di Indonesia wajib dipotong Pajak Penghasilan sebesar

20% (dua puluh persen).

Perlu ditegaskan bahwa setoran pelunasan Ongkos Naik Haji adalah bukan

merupakandeposito atau tabungan.

Untuk Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri yang seluruh penghasilannya

ditambahdengan bunga dan atau diskonto tersebut tidak melebihi Penghasilan

Tidak Kena Pajak, atas pajak yang telah dipotong dapat diajukan permohonan

pengembalian (restitusi).

Walaupun bank dan dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri

Keuangan pada saat membeli Sertifikat Bank Indonesia dari Bank Indonesia atau

dari bank yang ditunjuk dikecualikan dari pemotongan Pajak Penghasilan, namun

apabila bank atau dana pensiun tersebut menjual kembali Sertifikat Bank

Indonesia kepada pihak lain, atas diskonto yang berupa selisih nominal dengan

harga jualnya harus dipotong Pajak Penghasilan oleh bank atau dana pensiun

tersebut.

Dalam hal yang menerima atau memperoleh penghasilan berupa bunga atau

diskonto tersebut adalah Wajib Pajak luar negeri, diberlakukan pemotongan Pajak

Penghasilan yang bersifat final sebesar 20% (dua puluh persen) atau tarif lain

sesuai dengan ketentuan dalam Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda yang

berlaku.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Yang dimaksud dengan deposito adalah deposito dengan nama dan dalam bentuk

apapun, termasuk deposito berjangka, sertifikat deposito dan "deposit on call"

baik dalam rupiah maupun dalam valuta asing yang ditempatkan pada atau

diterbitkan oleh bank.

Sedangkan yang dimaksud dengan tabungan adalah simpanan pada bank dengan

nama apapun, termasuk giro, yang penarikannya dilakukan menurut syarat-syarat

tertentu yang ditetapkan oleh masing-masing bank.

Termasuk dalam pengertian deposito dan tabungan seperti tersebut di atas adalah

deposito dan tabungan dalam rupiah maupun valuta asing yang ditempatkan di

luar negeri melalui bank yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar negeri

di Indonesia.

Page 114: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

93

Ayat (1) dan Ayat (2)

Pemotongan Pajak Penghasilan yang diatur dalam ayat (1) dan ayat (2) bersifat

final. Oleh karena itu, apabila Wajib Pajak menerima atau memperoleh

penghasilan berupa bunga yang berasal dari deposito dan tabungan termasuk jasa

giro serta diskonto Sertifikat Bank Indonesia, penghasilan tersebut tidak perlu

digabung dengan penghasilan lainnya dalam penghitungan Pajak Penghasilan

yang terutang dalam pengisian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan.

Demikian pula Pajak Penghasilan yang telah dipotong tersebut tidak dapat

dikreditkan dengan Pajak Penghasilan yang terutang menurut Surat

Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan.

Ayat (3)

Sertifikat Bank Indonesia dapat digunakan sebagai alat kebijaksanaan moneter,

oleh karena itu selaras dengan perkembangan moneter, pengenaan pajak atas

diskonto Sertifikat Bank Indonesia dapat ditetapkan lain dengan Keputusan

Menteri Keuangan.

Ayat (4), ayat (5) dan ayat (6)

Dalam hal seluruh penghasilan Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri termasuk

bunga dan diskonto sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak melebihi

Penghasilan Tidak Kena Pajak, Pajak Penghasilan yang telah dipotong dapat

diminta kembali dengan mengajukan permohonan pengembalian (restitusi).

Pengembalian pajak yang telah dipotong tersebut dilakukan melalui prosedur

restitusi sederhana yang ketentuannya ditetapkan dengan keputusan Direktur

Jenderal Pajak.

Pasal 2

Atas penghasilan berupa bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh orang

pribadi atau badan dalam negeri serta bentuk usaha tetap dikenakan pemotongan

Pajak Penghasilan final sebesar 20% (dua puluh persen) dari jumlah bruto, dalam

hal jumlah deposito dan tabungan serta Sertifikat Bank Indonesia tersebut lebih

dari Rp 7.500.000,00 (tujuh juta lima ratus ribu rupiah), dan bukan merupakan

jumlah yang dipecah-pecah.

Pada prinsipnya, Wajib Pajak luar negeri dikenakan pemotongan Pajak

Penghasilan atas penghasilan berupa bunga atau diskonto yang diterima atau

diperoleh di Indonesia sebesar 20% (dua puluh persen) atau sesuai dengan

ketentuan dalam Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda yang berlaku dan

bersifat final. Wajib Pajak luar negeri yang melakukan usaha atau kegiatan

melalui bentuk usaha tetap di Indonesia, atas penghasilannya dipotong Pajak

Penghasilan sesuai dengan ketentuan dalam huruf a pasal ini dan bersifat final.

Pasal 3

Ayat (1)

Walaupun penghasilan berupa bunga atau diskonto yang diterima atau diperoleh

bank di Indonesia dan cabang bank luar negeri di Indonesia tidak dipotong Pajak

Penghasilan berdasarkan Peraturan Pemerintah ini, tetapi penghasilan tersebut

Page 115: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

94

wajib dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan sesuai

dengan tarif Pasal 17 Undangundang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah

beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000.

Untuk melindungi para deposan dan penabung kecil, atas bunga tabungan yang

diterima atau diperoleh para penabung kecil tersebut tidak dilakukan pemotongan

Pajak Penghasilan, sepanjang jumlah deposito dan tabungan serta Sertifikat Bank

Indonesia tersebut tidak melebihi Rp 7.500.000,00 (tujuh juta lima ratus ribu

rupiah) dan bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah.

Demikian pula atas bunga atau diskonto yang diterima atau diperoleh dana

pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan serta bunga

tabungan pada bank yang ditunjuk pemerintah dalam rangka pemilikan rumah

sederhana dan sangat sederhana, kaveling siap bangun untuk rumah sederhana dan

sangat sederhana, atau rumah susun sederhana sesuai dengan ketentuan yang

berlaku, tidak dilakukan pemotongan Pajak Penghasilan.

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 4

Ayat (1)

Dengan ketentuan ini, bank termasuk Bank Indonesia wajib memotong Pajak

Penghasilan atas bunga dan diskonto sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1. Selain

wajib memotong Pajak Penghasilan atas bunga dan diskonto yang dibayarkan atau

terutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (1), bank-bank tersebut juga

wajib memotong Pajak Penghasilan atas bunga dari deposito dan tabungan yang

ditempatkan di luar negeri melalui bank yang didirikan di Indonesia atau cabang

bank luar negeri yang beroperasi di Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal

1 ayat (2).

Ayat (2)

Dalam hal bank atau dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri

Keuangan menjual kembali Sertifikat Bank Indonesia kepada pihak lain yang

bukan bank atau kepada dana pensiun yang pendiriannya belum disahkan oleh

Menteri Keuangan, atas diskonto Sertifikat Bank Indonesia dimaksud, yaitu

berupa selisih antara nilai nominal Sertifikat Bank Indonesia dengan harga

jualnya, wajib dipotong Pajak Penghasilan oleh bank atau dana pensiun penjual.

Sedangkan pihak lain tersebut apabila kemudian menjual kembali Sertifikat Bank

Indonesia, maka selisih antara nilai nominal dengan harga jualnya merupakan

keuntungan karena pengalihan harta yang tidak perlu dipotong Pajak Penghasilan

berdasarkan Peraturan

Pemerintah ini, namun demikian keuntungan tersebut wajib dilaporkan dalam

Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan dari Wajib Pajak yang menerima

atau memperoleh keuntungan tersebut.

Pasal 5

Cukup jelas

Page 116: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

95

Pasal 6

Cukup jelas

Pasal 7

Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR

4039

PSAK 27 Akuntansi Perkoperasian (Revisi 1998) (Reformat 2007)

Koperasi adalah badan usaha yang mengorganisir pemanfaatan dan

pendayagunaan sumber daya ekonomi para anggotanya atas dasar prinsip-prinsip

koperasi dan kaidah usaha ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup anggota pada

khususnya dan masyarakat daerah kerja pada umumnya, dengan demikian

koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat dan sokoguru perekonomian

nasional.

Prinsip-prinsip koperasi merupakan landasan pokok koperasi dalam menjalankan

usahanya sebagai badan usaha dan gerakan ekonomi rakyat. Prinsip-prinsip

tersebut terdiri atas: kemandirian, keanggotaan bersifat terbuka, pengelolaan

dilakukan secara demokratis pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil

sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota, pemberian balas

jasa yang terbatas terhadap modal, pendidikan perkoperasian dan kerja sama

antarkoperasi.

Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi yang timbul dari

hubungan transaksi antara koperasi dengan anggotanya dan transaksi lain yang

spesifik pada koperasi. Pernyataan ini mencakup pengaturan mengenai

pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan dalam laporan keuangan.

Ruang Lingkup Pernyataan ini mengatur akuntansi bagi badan usaha koperasi atas

transaksi yang timbul dari hubungan koperasi bagi anggotanya, yaitu meliputi

transaksi setoran anggota koperasi dan transaksi usaha koperasi dengan

anggotanya; dan transaksi yang spesifik pada badan usaha koperasi, di antaranya

cadangan, modal penyertaan, modal sumbangan, beban-beban perkoperasian;

serta penyajian dan pengungkapannya dalam laporan keuangan.

Laporan keuangan koperasi meliputi neraca, perhitungan hasil usaha, laporan arus

kas, laporan promosi ekonomi anggota, dan catatan atas laporan keuangan.

Page 117: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

96

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONSIA

NOMOR 51/KMK.04/2001

TENTANG

PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN

ATAS BUNGA DEPOSITO DAN TABUNGAN

SERTA DISKONTO SERTIFIKAT BANK INDONESIA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 131

Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan atas Bunga deposito dan

Tabungan serta Diskonto Sertifikat bank Indonesia, perlu

menetapkan Keputusan Menteri Keuangan tentang Pemotongan

Pajak Penghasilan atas Bunga deposito dan Tabungan serta

Diskonto Sertifikat bank Indonesia;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan

Umum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahn 1983 Nomor 49, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262),

sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang

Nomor 16 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahn 2000 Nomor 126, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3984);

2. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak

Penghasilan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahn

1983 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3263), sebagaimana telah diubah terakhir

dengan Undang-undang Nomor 17 tahun 2000 (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahn 2000 Nomor 127,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

3985);

3. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahn 1992 Nomor

31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

3472) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang

Nomor 10 Tahun 1998 (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahn 1998 Nomor 182, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3790);

4. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank

Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahn 1999

Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 3844);

Page 118: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

97

5. Peraturan Pemerintah Nomor 131 Tahun 2000 tentang Pajak

Penghasilan atas Bunga deposito dan Tabungan serta

Diskonto Sertifikat bank Indonesia (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahn 2000 Nomor 236, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4039);

6. Keputusan Presiden Nomor 234/M Tahun 2000;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN TENTANG

PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN ATAS BUNGA

DEPOSITO DAN TABUNGAN SERTA DISKONTO

SERTIFIKAT BANK INDONESIA.

Pasal 1

Dalam Keputusan Menteri Keuangan ini, yang dimaksud dengan

:

(1) Deposito adalah deposito dengan nama dan dalam bentuk

apapun, termasuk deposito berjangka, sertifikat deposito dan

"depositi on call" baik dalam mata uang rupiah maupun

dalam mata uang asing (valuta asing) yang ditempatkan pada

atau diterbitkan oleh bank.

(2) Tabungan adalah simpanan pada bank dengan nama apapun,

termasuk giro, yang penarikannya menurut syarat-syarat

tertentu yang ditetapkan oleh masing-masing bank.

Pasal 2

(1) Atas penghasilan berupa bunga dengan nama dan dalam

bentuk apabun yang diterima atau diperoleh dari deposito

dan tabungan serta diskonto Sertifikat Bank Indonesia

dipotong Pajak Penghasilan yang bersifat final.

(2) Termasuk bunga yang harus dipotong Pajak Penghasilan

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah bunga yang

diterima atau diperoleh dari deposito dan tabungan yang

ditempatkan di luar negeri melalui bank yang didirikan atau

bertempat kedudukan di Indonesia atau cabang bank luar

negeri di Indonesia.

(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak

berlaku terhadap orang pribadi subyek pajak dalam negeri

yang seluruh penghasilannya dalam 1 (satu) tahun pajak,

termasuk bunga dan diskonto, tidak melebihi Penghasilan

Tidak Kena Pajak (PTKP).

(4) Orang pribadi sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dapat

mengajukan permohonan restitusi atas pajak yang telah

dipotong sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

Page 119: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

98

Pasal 3

Pengenaan Pajak Penghasilan atas bunga deposito dan tabungan

serta diskonto Sertifikat bank Indonesia sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 2 adalah sebagai berikut :

a. dikenakan PPh final sebesar 20% (dua puluh persen) dari

jumlah bruto, terhadap Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk

usaha tetap;

b. dikenakan PPh final sebesar 20% (dua puluh persen) dari

jumlah bruto atau dengan tarif berdasarkan Perjanjian

Penghindaran Pajak Berganda yang berlaku, terhadap Wjaib

Pajak luar negeri.

Pasal 4

Pemotongan PPh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 tidak

dilakukan terhadap :

a. bunga deposito dan tabungan serta diskonto Sertifikat Bank

Indonesia, sepanjang jumlah deposito dan tabungan serta

Sertifikat Bank Indonesia tersebut tidak melebihi Rp

7.500.000,00 (tujuh juta lima ratus ribu rupiah);

b. bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh bank yang

didirikan di Indonesia di Indonesia atau cabang bank luar

negeri di Indonesia;

c. bunga deposito dan tabungan serta diskonto Sertifikat Bank

Indonsia yang diterima atau diperoleh Dana Pensiun yang

pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan

sepanjang dananya diperoleh dari sumber pendapartan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 Undang-undang

Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun;

d. bunga tabungan pada bank yang ditunjuk Pemerintah dalam

rangka pemilikan rumah sederhana dan sangat sederhana,

kaveling siap bangun untuk rumah sederhana dan sangat

sederhana, atau rumah susun sederhana sesuai dengan

ketentuan yang berlaku, untuk dihuni sendiri.

Pasal 5

(1) Pengecualian dari pemotongan Pajak Penghasilan

sebagaimana dimaksud Pasal 4 huruf c dapat diberikan

berdasarkan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemotongan

Pajak Penghasilan atas bunga deposito dan tabungan serta

diskonto Sertifikat Bank Indonesia, yang diterbitkan oleh

Kantor Pelayanan Pajak tempat Dana Pensiun yang

bersangkutan terdaftar.

(2) Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemotongan Pajak

Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan

Page 120: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

99

terhadap :

a. tabungan;

b. deposito Sertifikat Bank Indonesia yang penempatan dan

atau perpanjangannya (rollover) dilakukan pada tanggal

1 Januari 2001 dan sesudahnya.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengnai tata cara penerbitan Surat

Keterangan Bebas (SKB) sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak.

Pasal 6

(1) Bank sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) dan

Bank Indonesia wajib memotong Pajak Penghasilan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3.

(2) Dana Pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri

Keuangan dan bank yang menjual kembali Sertifikat Bank

Indonesia kepada pihak lain yang bukan bank atau kepada

Dana Pensiun yang pendiriannya belum disahkan oleh

Menteri Keuangan, wajib memotong Pajak Penghasilan atas

diskonto Sertifikat Bank Indonesia tersebut.

Pasal 8

Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi pelaksanaan

Keputusan Menteri Keuangan ini diatur dengan Keputusan

Direktur Janderal Pajak.

Pasal 9

Dengan berlakunya Keputusan Menteri Keuangan ini maka

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 652/KMK.04/1994

dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 10

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2001.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

pengundangan Keputusan ini dengan penempatannya dalam

Lembaran Negara Republik Indonesia.

ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 1 Februari 2001

MENTERI KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

PRIJADI PRAPTOSUHARDJO

Page 121: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

100

Page 122: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

101

Page 123: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

102

Page 124: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

103

Page 125: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

104

Page 126: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

105

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 25 TAHUN 1992

TENTANG

PERKOPERASIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang:

a. bahwa Koperasi, baik sebagai gerakan ekonomi rakyat maupun

sebagai badan usaha berperan serta untuk mewujudkan masyarakat yang

maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

1945 dalam tata perekonomian nasional yang disusun sebagai usaha

bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi;

b. bahwa Koperasi perlu lebih membangun dirinya dan dibangun

menjadi kuat dan mandiri berdasarkan prinsip Koperasi sehingga mampu

berperan sebagai sokoguru perekonomian nasional;

c. bahwa pembangunan Koperasi merupakan tugas dan tanggung jawab

Pemerintah dan seluruh rakyat;

d. bahwa untuk mewujudkan hal-hal tersebut dan menyelaraskan

dengan perkembangan keadaan, perlu mengatur kembali ketentuan tentang

perkoperasian dalam suatu Undang-undang sebagai pengganti Undang-

undang Nomor 12 Tahun 1967 tentang Pokok-pokok Perkoperasian.

Mengingat:

Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), dan Pasal Undang-Undang Dasar 1945.

Dengan Persetujuan:

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

MEMUTUSKAN:

Menetapkan:

Page 127: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

106

UNDANG-UNDANG TENTANG PERKOPERASIAN

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan:

1. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau

badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan

prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar

atas asas kekeluargaan.

2. Perkoperasian adalah segala sesuatu yang menyangkut kehidupan

Koperasi.

3. Koperasi Primer adalah Koperasi yang didirikan oleh dan

beranggotakan orang-seorang.

4. Koperasi Sekunder adalah Koperasi yang didirikan oleh dan

beranggotakan Koperasi.

5. Gerakan Koperasi adalah keseluruhan organisasi Koperasi dan

kegiatan perkoperasian yang bersifat terpadu menuju tercapainya cita-cita

bersama Koperasi.

BAB II

LANDASAN, ASAS, DAN TUJUAN

Bagian Pertama

Landasan dan Asas

Pasal 2

Koperasi berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta berdasar

atas asas kekeluargaan.

Page 128: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

107

Bagian Kedua

Tujuan

Pasal 3

Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan

masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional

dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur

berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

BAB III

FUNGSI, PERAN, DAN PRINSIP KOPERASI

Bagian Pertama

Fungsi dan Peran

Pasal 4

Fungsi dan peran Koperasi adalah:

a. membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi

anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk

meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya;

b. berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas

kehidupan manusia dan masyarakat;

c. memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan

ketahanan perekonomian nasional dengan Koperasi sebagai sokogurunya;

d. berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian

nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan

dan demokrasi ekonomi.

Bagian Kedua

Prinsip Koperasi

Pasal 5

(1) Koperasi melaksanakan prinsip Koperasi sebagai berikut:

Page 129: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

108

a. keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka;

b. pengelolaan dilakukan secara demokratis;

c. pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding

dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota;

d. pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal;

e. kemandirian.

(2) Dalam mengembangkan Koperasi, maka Koperasi melaksanakan

pula prinsip Koperasi sebagai berikut:

a. pendidikan perkoperasian;

b. kerja sama antarkoperasi.

BAB IV

PEMBENTUKAN

Bagian Pertama

Syarat Pembentukan

Pasal 6

(1) Koperasi Primer dibentuk oleh sekurang-kurangnya 20 (dua puluh)

orang.

(2) Koperasi Sekunder dibentuk oleh sekurang-kurangnya 3 (tiga)

Koperasi.

Pasal 7

(1) Pembentukan Koperasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6

dilakukan dengan akta pendirian yang memuat Anggaran Dasar.

(2) Koperasi mempunyai tempat kedudukan dalam wilayah negara

Republik Indonesia.

Page 130: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

109

Pasal 8

Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) memuat sekurang-

kurangnya:

a. daftar nama pendiri;

b. nama dan tempat kedudukan;

c. maksud dan tujuan serta bidang usaha;

d. ketentuan mengenai keanggotaan;

e. ketentuan mengenai Rapat Anggota;

f. ketentuan� mengenai pengelolaan;

g. ketentuan mengenai permodalan;

h. ketentuan mengenai jangka waktu berdirinya;

i. ketentuan mengenai pembagian sisa hasil usaha;

j. ketentuan mengenai sanksi.

Bagian Kedua

Status Badan Hukum

Pasal 9

Koperasi memperoleh status badan hukum setelah akta pendiriannya disahkan

oleh Pemerintah.

Pasal 10

(1) Untuk mendapatkan pengesahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

9, para pendiri mengajukan permintaan tertulis disertai akta pendirian

Koperasi.

(2) Pengesahan akta pendirian diberikan dalam jangka waktu paling

lama 3 (tiga) bulan setelah diterimanya permintaan pengesahan.

(3) Pengesahan akta pendirian diumumkan dalam Berita Negara

Republik Indonesia.

Page 131: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

110

Pasal 11

(1) Dalam hal permintaan pengesahan akta pendirian ditolak, alasan

penolakan diberitahukan kepada para pendiri secara tertulis dalam. waktu

paling lambat 3 (tiga) bulan setelah diterimanya permintaan.

(2) Terhadap penolakan pengesahan akta pendirian para pendiri dapat

mengajukan permintaan ulang dalam waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak

diterimanya penolakan.

(3) Keputusan terhadap pengajuan permintaan ulang diberikan dalam

jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak diterimanya pengajuan

permintaan ulang.

Pasal 12

(1) Perubahan Anggaran Dasar dilakukan oleh Rapat Anggota.

(2) Terhadap perubahan Anggaran Dasar yang menyangkut

penggabungan, pembagian, dan perubahan bidang usaha Koperasi

dimintakan pengesahan kepada Pemerintah.

Pasal 13

Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara pengesahan atau penolakan

pengesahan akta pendirian, dan perubahan Anggaran Dasar sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, dan Pasal 12 diatur lebih lanjut

dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 14

(1) Untuk keperluan pengembangan dan/atau efisiensi usaha, satu

Koperasi atau lebih dapat:

a. menggabungkan diri menjadi satu dengan Koperasi lain, atau

b. bersama Koperasi lain meleburkan diri dengan membentuk

Koperasi baru.

(2) Penggabungan atau peleburan dilakukan dengan persetujuan Rapat

Anggota masing-masing Koperasi.

Page 132: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

111

Bagian Ketiga

Bentuk dan Jenis

Pasal 15

Koperasi dapat berbentuk Koperasi Primer atau Koperasi Sekunder.

Pasal 16

Jenis Koperasi didasarkan pada kesamaan kegiatan dan kepentingan ekonomi

anggotanya.

BAB V

KEANGGOTAAN

Pasal 17

(1) Anggota Koperasi adalah pemilik dan sekaligus pengguna jasa

Koperasi.

(2) Keanggotaan Koperasi dicatat dalam buku daftar anggota.

Pasal 18

(1) Yang dapat menjadi anggota Koperasi ialah setiap warga negara

Indonesia yang mampu melakukan tindakan hukum atau Koperasi yang

memenuhi persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam Anggaran Dasar.

(2) Koperasi dapat memiliki anggota luar biasa yang persyaratan, hak,

dan kewajiban keanggotaannya ditetapkan dalam Anggaran Dasar.

Pasal 19

(1) Keanggotaan Koperasi didasarkan pada kesamaan kepentingan

ekonomi dalam lingkup usaha Koperasi.

(2) Keanggotaan Koperasi dapat diperoleh atau diakhiri setelah syarat

sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar dipenuhi.

(3) Keanggotaan Koperasi tidak dapat dipindahtangankan.

(4) Setiap anggota mempunyai kewajiban dan hak yang sama terhadap

Koperasi sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar.

Page 133: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

112

Pasal 20

(1) Setiap anggota mempunyai kewajiban:

a. mematuhi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta

keputusan yang telah disepakati dalam Rapat Anggota;

b. berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan oleh

Koperasi;

c. mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasar atas

asas kekeluargaan.

(2) Setiap anggota mempunyai hak:

a. menghadiri, menyatakan pendapat, dan memberikan suara

dalam Rapat Anggota;

b. memilih dan/atau dipilih menjadi anggota Pengurus atau

Pengawas;

c. meminta diadakan Rapat Anggota menurut ketentuan dalam

Anggaran Dasar;

d. mengemukakan pendapat atau saran kepada Pengurus diluar

Rapat Anggota baik diminta maupun tidak diminta;

e. memanfaatkan Koperasi dan mendapat pelayanan yang sama

antara sesama anggota;

f. mendapatkan keterangan mengenai perkembangan Koperasi

menurut ketentuan dalam Anggaran Dasar.

BAB VI

PERANGKAT ORGANISASI

Bagian Pertama

Umum

Pasal 21

Perangkat organisasi Koperasi terdiri dari:

a. Rapat Anggota

Page 134: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

113

b. Pengurus

c. Pengawas

Bagian Kedua

Rapat Anggota

Pasal 22

(1) Rapat Anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam

Koperasi.

(2) Rapat Anggota dihadiri oleh anggota yang pelaksanaannya diatur

dalam Anggaran Dasar.

Pasal 23

Rapat Anggota menetapkan:

a. Anggaran Dasar;

b. kebijaksanaan umum dibidang organisasi manajemen, dan usaha

Koperasi;

c. pemilihan, pengangkatan, pemberhentian Pengurus dan Pengawas;

d. rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja Koperasi,

serta pengesahan laporan keuangan;

e. pengesahan pertanggungjawaban Pengurus dalam pelaksanaan

tugasnya;

f. pembagian sisa hasil usaha;

g. penggabungan, peleburan, pembagian, dan pembubaran Koperasi.

Pasal 24

(1) Keputusan Rapat Anggota diambil berdasarkan musyawarah untuk

mencapai mufakat.

(2) Apabila tidak diperoleh keputusan dengan cara musyawarah, maka

pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan suara terbanyak.

Page 135: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

114

(3) Dalam hal dilakukan pemungutan suara, setiap anggota mempunyai

hak satu suara.

(4) Hak suara dalam Koperasi Sekunder dapat diatur dalam Anggaran

Dasar dengan mempertimbangkan jumlah anggota dan jasa usaha Koperasi-

anggota secara berimbang.

Pasal 25

Rapat Anggota berhak meminta keterangan dan pertanggungjawaban Pengurus

dan Pengawas mengenai pengelolaan Koperasi.

Pasal 26

(1) Rapat Anggota dilakukan paling sedikit sekali dalam 1 (satu) tahun.

(2) Rapat Anggota untuk mengesahkan pertanggungjawaban Pengurus

diselenggarakan paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun buku lampau.

Pasal 27

(1) Selain Rapat Anggota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26,

Koperasi dapat melakukan Rapat Anggota Luar Biasa apabila keadaan

mengharuskan adanya keputusan segera yang wewenangnya ada pada Rapat

Anggota.

(2) Rapat Anggota Luar Biasa dapat diadakan atas permintaan sejumlah

anggota Koperasi atau atas keputusan Pengurus yang pelaksanaannya diatur

dalam Anggaran Dasar.

(3) Rapat Anggota Luar Biasa mempunyai wewenang yang sama dengan

wewenang Rapat Anggota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23.

Pasal 28

Persyaratan, tata cara, dan tempat penyelenggaraan Rapat Anggota dan Rapat

Anggota Luar Biasa diatur dalam Anggaran Dasar.

Bagian Ketiga

Pengurus

Pasal 29

(1) Pengurus dipilih dari dan oleh anggota Koperasi dalam Rapat

Anggota.

Page 136: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

115

(2) Pengurus merupakan pemegang kuasa Rapat Anggota.

(3) Untuk pertama kali, susunan dan nama anggota Pengurus

dicantumkan dalam akta pendirian.

(4) Masa jabatan Pengurus paling lama 5 (lima) tahun.

(5) Persyaratan untuk dapat dipilih dan diangkat menjadi anggota

Pengurus ditetapkan dalam Anggaran Dasar.

Pasal 30

(1) Pengurus bertugas:

a. mengelola Koperasi dan usahanya;

b. mengajukan rancangan rencana kerja serta rancangan rencana

anggaran pendapatan dan belanja Koperasi;

c. menyelenggarakan Rapat Anggota;

d. mengajukan laporan keuangan dan pertanggungjawaban

pelaksanaan tugas;

e. menyelenggarakan pembukuan keuangan dan inventaris secara

tertib;

f. memelihara daftar buku anggota dan pengurus.

(2) Pengurus berwenang:

a. mewakili Koperasi di dalam dan di luar pengadilan;

b. memutuskan penerimaan dan penolakan anggota baru serta

pemberhentian anggota sesuai dengan ketentuan dalam Anggaran

Dasar;

c. melakukan tindakan dan upaya bagi kepentingan dan

kemanfaatan Koperasi sesuai dengan tanggung jawabnya dan

keputusan Rapat Anggota.

Pasal 31

Pengurus bertanggung jawab mengenai segala kegiatan pengelolaan Koperasi dan

usahanya kepada Rapat Anggota atau Rapat Anggota Luar Biasa.

Page 137: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

116

Pasal 32

(1) Pengurus Koperasi dapat mengangkat Pengelola yang diberi

wewenang dan kuasa untuk mengelola usaha.

(2) Dalam hal Pengurus Koperasi bermaksud untuk mengangkat

Pengelola, maka rencana pengangkatan tersebut diajukan kepada Rapat

Anggota untuk mendapat persetujuan.

(3) Pengelola bertanggung jawab kepada Pengurus.

(4) Pengelolaan usaha oleh Pengelola tidak mengurangi tanggung jawab

Pengurus sebagaimana ditentukan dalam Pasal 31.

Pasal 33

Hubungan antara Pengelola usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 dengan

Pengurus Koperasi merupakan hubungan kerja aas dasar perikatan.

Pasal 34

(1) Pengurus, baik bersama-sama, maupun sendiri-sendiri, menanggung

kerugian yang diderita Koperasi, karena tindakan yang dilakukan dengan

kesengajaan atau kelalaiannya.

(2) Di samping penggantian karugian tersebut, apabila tindakan yang

dilakukan dengan kesengajaan, tidak menutup kemungkinan bagi penuntut

umum untuk melakukan penuntutan.

Pasal 35

Setelah tahun buku Koperasi ditutup, paling lambat 1 (satu) bulan sebelum

diselenggarakan rapat anggota tahunan, Pengurus menyusun laporan tahunan yang

memuat sekurang-kurangnya:

a. perhitungan tahunan yang terdiri dari neraca akhir tahun buku yang

baru lampau dan perhitungan hasil usaha dari tahun yang bersangkutan serta

penjelasan atas dokumen tersebut;

b. keadaan dan usaha Koperasi serta hasil usaha yang dapat dicapai.

Pasal 36

(1) Laporan tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35

ditandatangani oleh semua anggota Pengurus.

Page 138: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

117

(2) Apabila salah seorang anggota Pengurus tidak menandatangani

laporan tahunan tersebut, anggota yang bersangkutan menjelaskan alasannya

secara tertulis.

Pasal 37

Persetujuan terhadap laporan tahunan, termasuk pengesahan perhitungan tahunan,

merupakan penerimaan pertanggungjawaban Pengurus oleh Rapat Anggota.

Bagian Keempat

Pengawas

Pasal 38

(1) Pengawas dipilih dari dan oleh anggota Koperasi dalam Rapat

Anggota.

(2) Pengawas bertanggung jawab kepada Rapat Anggota.

(3) Persyaratan untuk dapat dipilih dan diangkat sebagai anggota

Pengawas ditetapkan dalam Anggaran Dasar.

Pasal 39

(1) Pengawas bertugas:

a. melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan

dan pengelolaan Koperasi;

b. membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasannya.

(2) Pengawas berwenang:

a. meneliti catatan yang ada pada Koperasi;

b. mendapatkan segala keterangan yang diperlukan.

(3) Pengawas harus merahasiakan hasil pengawasannya terhadap pihak

ketiga.

Pasal 40

Koperasi dapat meminta jasa audit kepada akuntan publik

Page 139: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

118

BAB VII

MODAL

Pasal 41

(1) Modal Koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman.

(2) Modal sendiri dapat berasal dari:

a. simpanan pokok;

b. simpanan wajib;

c. dana cadangan;

d. hibah.

(3) Modal pinjaman dapat berasal dari:

a. anggota;

b. Koperasi lainnya dan/atau anggotanya;

c. bank dan lembaga keuangan lainnya;

d. penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya;

e. sumber lain yang sah.

Pasal 42

(1) Selain modal sebagai dimaksud dalam Pasal 41, Koperasi dapat pula

melakukan pemupukan modal yang berasal dari modal penyertaan.

(2) Ketentuan mengenai pemupukan modal yang berasal dari modal

penyertaan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

BAB VIII

LAPANGAN USAHA

Pasal 43

(1) Usaha Koperasi adalah usaha yang berkaitan langsung dengan

kepentingan anggota untuk meningkatkan usaha dan kesejahteraan anggota.

Page 140: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

119

(2) Kelebihan kemampuan pelayanan Koperasi dapat digunakan untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat yang bukan anggota Koperasi.

(3) Koperasi menjalankan kegiatan usaha dan berperan utama di segala

bidang kehidupan ekonomi rakyat.

Pasal 44

(1) Koperasi dapat menghimpun dana dan menyalurkannya melalui

kegiatan usaha simpan pinjam dari dan untuk:

a. anggota Koperasi yang bersangkutan;

b. Koperasi lain dan/atau anggotanya.

(2) Kegiatan usaha simpan pinjam dapat dilaksanakan sebagai salah satu

atau satu-satunya kegiatan usaha Koperasi.

(3) Pelaksanaan kegiatan usaha simpan pinjam oleh Koperasi diatur

lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

BAB IX

SISA HASIL USAHA

Pasal 45

(1) Sisa Hasil Usaha Koperasi merupakan pendapatan Koperasi yang

diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan, dan

kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan.

(2) Sisa Hasil Usaha setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada

anggota standing dengan jasa usaha yang dilakukan oleh, masing-masing

anggota dengan Koperasi, serta digunakan untuk keperluan pendidikan

perkoperasian dan keperluan lain dari Koperasi, sesuai dengan keputusan

Rapat Anggota.

(3) Besarnya pemupukan dana cadangan ditetapkan dalam Rapat

Anggota.

BAB X

PEMBUBARAN KOPERASI

Bagian Pertama

Page 141: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

120

Cara Pembubaran Koperasi

Pasal 46

Pembubaran Koperasi dapat dilakukan berdasarkan:

a. keputusan Rapat Anggota, atau

b. keputusan Pemerintah.

Pasal 47

(1) Keputusan pembubaran oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 46 huruf b dilakukan apabila:

a. terdapat bukti bahwa Koperasi yang bersangkutan tidak

memenuhi ketentuan Undang-undang ini;

b. kegiatannya bertentangan dengan ketertiban umum dan/atau

kesusilaan;

c. kelangsungan hidupnya tidak dapat lagi diharapkan.

(2) Keputusan pembubaran Koperasi oleh Pemerintah dikeluarkan dalam

waktu paling lambat 4 (empat) bulan terhitung sejak tanggal diterimanya

surat pemberitahuan rencana pembubaran tersebut oleh Koperasi yang

bersangkutan.

(3) Dalam jangka waktu paling lambat 2 (dua) bulan sejak tanggal

penerimaan pemberitahuan, Koperasi yang bersangkutan berhak

mengajukan keberatan.

(4) Keputusan Pemerintah mengenai diterima atau ditolaknya keberatan

atas rencana pembubaran diberikan paling lambat 1 (satu) bulan sejak

tanggal diterimanya penyataan keberatan tersebut.

Pasal 48

Ketentuan mengenai pembubaran Koperasi oleh Pemerintah dan tata cara

pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47, diatur lebih lanjut

dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 49

(1) Keputusan pembubaran Koperasi oleh Rapat Anggota diberitahukan

secara tertulis oleh Kuasa Rapat Anggota kepada:

Page 142: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

121

a. semua kreditor;

b. Pemerintah.

(2) Pemberitahuan kepada semua kreditor dilakukan oleh Pemerintah,

dalam hal pembubaran tersebut berlangsung berdasarkan keputusan

Pemerintah.

(3) Selama pemberitahuan pembubaran Koperasi belum diterima oleh

kreditor, maka pembubaran Koperasi belum berlaku baginya.

Pasal 50

Dalam pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 disebutkan:

a. nama dan alamat Penyelesai, dan

b. ketentuan bahwa semua kreditor dapat mengajukan tagihan dalam

jangka waktu 3 (tiga) bulan sesudah tanggal diterimanya surat

pemberitahuan pembubaran.

Bagian Kedua

Penyelesaian

Pasal 51

Untuk kepentingan kreditor dan para anggota Koperasi, terhadap pembubaran

Koperasi dilakukan penyelesaian pembubaran yang selanjutnya disebut

penyelesaian.

Pasal 52

(1) Penyelesaian dilakukan oleh penyelesai pembubaran yang

selanjutnya disebut Penyelesai.

(2) Untuk penyelesaian berdasarkan keputusan Rapat Anggota,

Penyelesai ditunjuk oleh Rapat Anggota.

(3) Untuk penyelesaian berdasarkan keputusan Pemerintah, Penyelesai

ditunjuk oleh Pemerintah.

(4) Selama dalam proses penyelesaian, Koperasi tersebut tetap ada

dengan sebutan "Koperasi dalam penyelesaian".

Page 143: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

122

Pasal 53

(1) Penyelesaian segera dilaksanakan setelah dikeluarkan keputusan

pembubaran Koperasi.

(2) Penyelesai bertanggung jawab kepada Kuasa Rapat Anggota dalam

hal Penyelesai ditunjuk oleh Rapat Anggota dan kepada Pemerintah dalam

hal Penyelesai ditunjuk oleh Pemerintah.

Pasal 54

Penyelesai mempunyai hak, wewenang, dan kewajiban sebagai berikut:

a. melakukan segala perbuatan hukum untuk dan atas nama "Koperasi

dalam penyelesaian";

b. mengumpulkan segala keterangan yang diperlukan;

c. memanggil Pengurus, anggota dan bekas anggota tertentu yang

diperlukan, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama;

d. memperoleh, memeriksa, dan menggunakan segala catatan dan arsip

Koperasi;

e. menetapkan dan melaksanakan segala kewajiban pembayaran yang

didahulukan dari pembayaran hutang lainnya;

f. menggunakan sisa kekayaan Koperasi untuk menyelesaikan sisa

kewajiban Koperasi;

g. membagikan sisa hasil penyelesaian kepada anggota;

h. membuat berita acara penyelesaian.

Pasal 55

Dalam hal terjadi pembubaran Koperasi, anggota hanya menanggung kerugian

sebatas simpanan pokok, simpanan wajib dan modal penyertaan yang dimilikinya.

Bagian Ketiga

Hapusnya Status Badan Hukum

Pasal 56

Page 144: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

123

(1) Pemerintah mengumumkan pembubaran Koperasi dalam Berita

Negara Republik Indonesia.

(2) Status badan hukum Koperasi hapus sejak tanggal pengumuman

pembubaran Koperasi tersebut dalam Berita Negara Republik Indonesia.

BAB XI

LEMBAGA GERAKAN KOPERASI

Pasal 57

(1) Koperasi secara bersama-sama mendirikan satu organisasi tunggal

yang berfungsi sebagai wadah untuk memperjuangkan kepentingan dan

bertindak sebagai pembawa aspirasi Koperasi.

(2) Organisasi ini berasaskan Pancasila.

(3) Nama, tujuan, susunan, dan tata kerja organisasi diatur dalam

Anggaran Dasar organisasi yang bersangkutan

Pasal 58

(1) Organisasi tersebut melakukan kegiatan:

a. memperjuangkan dan menyalurkan aspirasi Koperasi;

b. meningkatkan kesadaran berkoperasi di kalangan masyarakat;

c. melakukan pendidikan perkoperasian bagi anggota dan

masyarakat;

d. mengembangkan kerja sama antarkoperasi dan antara Koperasi

dengan badan usaha lain, baik pada tingkat nasional maupun

internasional.

(2) Untuk melaksanakan kegiatan tersebut, Koperasi secara bersama-

sama, menghimpun dana Koperasi.

Pasal 59

Organisasi yang dibentuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (1)disahkan

oleh Pemerintah.

Page 145: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

124

BAB XII

PEMBINAAN

Pasal 60

(1) Pemerintah menciptakan dan mengembangkan iklim dan kondisi

yang mendorong pertumbuhan serta permasyarakatan Koperasi.

(2) Pemerintah memberikan bimbingan, kemudahan, dan perlindungan

kepada Koperasi.

Pasal 61

Dalam upaya menciptakan dan mengembangkan iklim dan kondisi yang

mendorong pertumbuhan dan pemasyarakatan Koperasi, Pemerintah:

a. memberikan kesempatan usaha yang seluas-luasnya kepada

Koperasi;

b. meningkatkan dan memantapkan kemampuan Koperasi agar menjadi

Koperasi yang sehat, tangguh, dan mandiri;

c. mengupayakan tata hubungan usaha yang saling menguntungkan

antara Koperasi dengan badan usaha lainnya;

d. membudayakan Koperasi dalam masyarakat.

Pasal 62

Dalam rangka memberikan bimbingan dan kemudahan kepada Koperasi,

Pemerintah:

a. membimbing usaha Koperasi yang sesuai dengan kepentingan

ekonomi anggotanya;

b. mendorong, mengembangkan, dan membantu pelaksanaan

pendidikan, pelatihan, penyuluhan, dan penelitian perkoperasian;

c. memberikan kemudahan untuk memperkokoh permodalan Koperasi

serta mengembangkan lembaga keuangan Koperasi;

d. membantu pengembangan jaringan usaha Koperasi dan kerja sama

yang saling menguntungkan antarkoperasi;

Page 146: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

125

e. memberikan bantuan konsultasi guna memecahkan permasalahan

yang dihadapi oleh Koperasi dengan tetap memperhatikan Anggaran Dasar

dan prinsip Koperasi.

Pasal 63

(1) Dalam rangka pemberian perlindungan kepada Koperasi, Pemerintah

dapat:

a. menetapkan bidang kegiatan ekonomi yang hanya boleh di-

usahakan oleh Koperasi;

b. menetapkan bidang kegiatan ekonomi di suatu wilayah yang

telah berhasil diusahakan oleh Koperasi untuk tidak diusahakan oleh

badan usaha lainnya.

(2) Persyaratan dan tata cara pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 64

Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60, Pasal 61, Pasal 62, dan Pasal

63 dilakukan dengan memperhatikan keadaan dan kepentingan ekonomi nasional,

serta pemerataan kesempatan berusaha dan kesempatan kerja.

BAB XIII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 65

Koperasi yang telah memiliki status badan hukum pada saat Undang-undang ini

berlaku, dinyatakan telah memperoleh status badan hukum berdasarkan Undang-

undang ini.

BAB XIV

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 66

(1) Dengan berlakunya Undang-undang ini, maka Undang-undang

Nomor 12 Tahun 1967 tentang Pokok-pokok Perkoperasian (Lembaran

Negara Tahun 1967 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Tahun 1967

Nomor 2832) dinyatakan tidak berlaku lagi.

Page 147: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

126

(2) Peraturan pelaksanaan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1967

tentang Pokok-pokok Perkoperasian (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor

23, Tambahan Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 2832) dinyatakan

masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan atau belum diganti

berdasarkan Undang-undang ini.

Pasal 67

Undang-undang ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang

ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan Di Jakarta,

Pada Tanggal 21 Oktober 1992

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Ttd.

SOEHARTO

Diundangkan Di Jakarta,

Pada Tanggal 21 Oktober 1992

MENTERI/SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

Ttd.

MOERDIONO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1992 NOMOR 116

Page 148: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

127

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 36 TAHUN 2008

TENTANG

PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG

NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang :

a. bahwa dalam upaya mengamankan penerimaan negara yang semakin

meningkat, mewujudkan sistem perpajakan yang netral, sederhana, stabil,

lebih memberikan keadilan, dan lebih dapat menciptakan kepastian hukum

serta transparansi perlu dilakukan perubahan terhadap Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa

kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang

Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak

Penghasilan;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,

perlu membentuk Undang-Undang tentang Perubahan Keempat atas Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan;

Mengingat :

1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, dan Pasal 23A Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata

Cara Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor

49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262)

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 85, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4740);

3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 50, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 3263) sebagaimana telah beberapa kali

diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang

Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak

Penghasilan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 127,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3985);

Page 149: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

128

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan:

UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS

UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK

PENGHASILAN.

Pasal 2

(1) Yang menjadi subjek pajak adalah:

a. 1. orang pribadi;

2. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan

menggantikan yang berhak;

b. badan; dan

c. bentuk usaha tetap.

(1a) Bentuk usaha tetap merupakan subjek pajak yang perlakuan

perpajakannya dipersamakan dengan subjek pajak badan.

(2) Subjek pajak dibedakan menjadi subjek pajak dalam negeri dan subjek

pajak luar negeri.

(3) Subjek pajak dalam negeri adalah:

b. orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang

berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam

jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu

tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat

tinggal di Indonesia;

c. badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit

tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria:

1. pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-

undangan;

2. pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

3. penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau

Pemerintah Daerah; dan

4. pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara;

dan

d. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang

berhak.

(4) Subjek pajak luar negeri adalah:

Page 150: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

129

a. orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi

yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga)

hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak

didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan

usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia;

dan

b. orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi

yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga)

hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak

didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang dapat

menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak dari

menjalankan usaha atau melakukan kegiatan

melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

(5) Bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang

pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang

berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari

dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak

didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk

menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia, yang dapat

berupa:

a. tempat kedudukan manajemen;

b. cabang perusahaan;

c. kantor perwakilan;

d. gedung kantor;

e. pabrik;

f. bengkel;

g. gudang;

h. ruang untuk promosi dan penjualan;

i. pertambangan dan penggalian sumber alam;

j. wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi;

k. perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan;

l. proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan;

m. pemberian jasa dalam bentuk apa pun oleh pegawai atau orang lain,

sepanjang dilakukan lebih dari 60 (enam puluh) hari dalam jangka

waktu 12 (dua belas) bulan;

n. orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya

tidak bebas;

o. agen atau pegawai dari perusahan asuransi yang tidak didirikan dan

tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima premi

asuransi atau menanggung risiko di Indonesia; dan

p. komputer, agen elektronik, atau peralatan otomatis yang dimiliki,

disewa, atau digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk

menjalankan kegiatan usaha melalui internet.

Page 151: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

130

(6) Tempat tinggal orang pribadi atau tempat kedudukan badan ditetapkan

oleh Direktur Jenderal Pajak menurut keadaan yang sebenarnya.

Pasal 3

(1) Yang tidak termasuk subjek pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2

adalah:

a. kantor perwakilan negara asing;

b. pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-pejabat

lain dari negara asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka

yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersamasama mereka dengan

syarat bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima

atau memperoleh penghasilan di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut

serta negara bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik;

c. organisasi-organisasi internasional dengan syarat:

1. Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut;

2. tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh

penghasilan dari Indonesia selain memberikan pinjaman kepada

pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota;

d. pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional sebagaimana dimaksud

pada huruf c, dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan tidak

menjalankan usaha, kegiatan, atau pekerjaan lain untuk memperoleh

penghasilan dari Indonesia.(2) Organisasi internasional yang tidak

termasuk subjek pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c

ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.

Pasal 4

(1) Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan

kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik

yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat

dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak

yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk:

a. penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang

diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium,

komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk

lainnya,

kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang ini;

b. hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan;

c. laba usaha;

d. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:

1. keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan,

dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;

2. keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu,

atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya;

Page 152: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

131

3. keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,

pemecahan,pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan

dalam bentuk apa pun;

4. keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau

sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam

garis keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan, badan

pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi

yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur

lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada

hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di

antara pihakpihak yang bersangkutan; dan

5. keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak

penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan

dalam perusahaan pertambangan;

e. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai

biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak;

f. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan

pengembalian utang;

g. dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen

dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa

hasil usaha koperasi;

h. royalti atau imbalan atas penggunaan hak;

i. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;

j. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;

k.keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah

tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;

l. keuntungan selisih kurs mata uang asing;

m.selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;

n. premi asuransi;

o. iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang

terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan

bebas;

p. tambahan kekayaan neto yang berasal daripenghasilan yang belum

dikenakan pajak;

q. penghasilan dari usaha berbasis syariah;

r. imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang

mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan; dan

s. surplus Bank Indonesia.

(2) Penghasilan di bawah ini dapat dikenai pajak bersifat final:

a. penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi

dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh

koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi;

b. penghasilan berupa hadiah undian;

c. penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif

yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau

Page 153: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

132

pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima

oleh perusahaan modal ventura;

d. penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau

bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah

dan/atau bangunan; dan

e. penghasilan tertentu lainnya, yang diatur dengan atau berdasarkan

Peraturan Pemerintah.

(3) Yang dikecualikan dari objek pajak adalah:

a. 1. bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh

badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan

oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak

atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama

yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang

dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh

penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan

atau berdasarkan Peraturan Pemerintah; dan

2. harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis

keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan,

badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang

menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan

atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada

hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di

antarapihak- pihak yang bersangkutan;

b. warisan;

c. harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham

atau sebagai pengganti penyertaan modal;

d. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa

yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau

kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali yang diberikan

oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara

final atau Wajib Pajak yang menggunakan norma penghitungan

khusus (deemed profit) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15;

e. pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi

sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi

jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa;

f. dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan

terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha

milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal

pada badan usaha

yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:

1. dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan

2. bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha

milik daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan

Page 154: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

133

yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen)

dari jumlah modal yang disetor;

g. iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya

telah disahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi

kerja maupun pegawai;

h. penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun

sebagaimana dimaksud pada huruf g, dalam bidang-bidang tertentu

yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;

i. bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan

komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham,

persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang

unit penyertaan kontrak investasi kolektif;

j. dihapus;

k. penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura

berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan

menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan

pasangan usaha tersebut:

1. merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan

kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur dengan atau

berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan

2. sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia;

l. beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya

diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri

Keuangan;

m.sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba

yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian

dan pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang

membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan

prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan

pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun

sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur lebih

lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan

n. bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya

diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri

Keuangan.

Pasal 6

(1) Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan

bentuk usaha tetap, ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi

biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan,

termasuk:

a. biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan

Page 155: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

134

kegiatan usaha, antara lain:

1. biaya pembelian bahan;

2. biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji,

honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam

bentuk uang;

3. bunga, sewa, dan royalti;

4. biaya perjalanan;

5. biaya pengolahan limbah;

6. premi asuransi;

7. biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan

Peraturan MenteriKeuangan;

8. biaya administrasi; dan

9. pajak kecuali Pajak Penghasilan;

b. penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan

amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya

lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 11A;

c. iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh

Menteri Keuangan;

d. kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan

digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan,

menagih, dan memelihara penghasilan;

e. kerugian selisih kurs mata uang asing;

f. biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di

Indonesia;

g. biaya beasiswa, magang, dan pelatihan;

h. piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat:

1. telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;

2. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat

ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak; dan

3. telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau

instansi pemerintah yang menangani piutang negara; atau adanya

perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang

antara kreditur dan debitur yang bersangkutan; atau telah

dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; atau adanya

pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah

utang tertentu;

4. syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk

penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 4 ayat (1) huruf k; yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut

dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;

i. sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang

ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;

j. sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang

dilakukan di Indonesia yang ketentuannya diatur dengan Peraturan

Pemerintah;

Page 156: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

135

k. biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur

dengan Peraturan Pemerintah;

l. sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan

Peraturan Pemerintah; dan

m. sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya

diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 8

(1) Seluruh penghasilan atau kerugian bagi wanita yang telah kawin pada

awal tahun pajak atau pada awal bagian tahun pajak, begitu pula

kerugiannya yang berasal dari tahun-tahun sebelumnya yang belum

dikompensasikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2)

dianggap sebagai penghasilan atau kerugian suaminya, kecuali

penghasilan tersebut semata-mata diterima atau diperoleh dari 1 (satu)

pemberi kerja yang telah dipotong pajak berdasarkan ketentuan Pasal 21

dan pekerjaan tersebut tidak ada hubungannya dengan usaha atau

pekerjaan bebas suami atau anggota keluarga lainnya.

(2) Penghasilan suami-isteri dikenai pajak secara terpisah apabila:

a. suami-isteri telah hidup berpisah berdasarkanputusan hakim;

b. dikehendaki secara tertulis oleh suami-isteri berdasarkan perjanjian

pemisahan harta danpenghasilan; atau

c. dikehendaki oleh isteri yang memilih untuk menjalankan hak dan

kewajiban perpajakannyasendiri.

(3) Penghasilan neto suami-isteri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf

b dan huruf c dikenai pajak berdasarkan penggabungan penghasilan neto

suami-istri dan besarnya pajak yang harus dilunasi oleh masing-masing

suami-istri dihitung sesuai dengan perbandingan penghasilan neto

mereka.

(4) Penghasilan anak yang belum dewasa digabung dengan penghasilan

orang tuanya.

Pasal 9

(1) Untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak

dalam negeri dan bentuk usaha tetap tidak boleh dikurangkan:

a. pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen,

termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada

pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;

b. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi

pemegang saham, sekutu, atau anggota;

c. pembentukan atau pemupukan dana cadangan,

kecuali:

Page 157: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

136

1. cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain

yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi,

perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang;

2. cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang

dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;

3. cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan;

4. cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;

5. cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan

6. cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan

limbah industri untuk usaha pengolahan limbah industri, yang

ketentuan dan syarat-syaratnya diatur dengan atau berdasarkan

Peraturan Menteri Keuangan;

d. premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi

dwiguna, dan asuransi bea siswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang

pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut

dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak yang bersangkutan;

e. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang

diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan

makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau

imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang

berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang diatur dengan atau

berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;

f. jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang

saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai

imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan;

g. harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, kecuali sumbangan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf i sampai dengan huruf

m serta zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat

yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah atau sumbangan keagamaan

yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang

diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh

pemerintah, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan

Pemerintah;

h. Pajak Penghasilan;

i. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib

Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya;

j. gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan

komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham;

k. sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana

berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundangundangan

di bidang perpajakan.

Page 158: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

137

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012

TENTANG PERKOPERASIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang: a. bahwa pembangunan perekonomian nasional bertujuan untuk mewujudkan kedaulatan politik dan ekonomi Indonesia melalui pengelolaan sumber daya ekonomi dalam suatu iklim pengembangan dan pemberdayaan Koperasi yang memiliki peran strategis dalam tata ekonomi nasional berdasarkan asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi dalam rangka menciptakan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. bahwa pengembangan dan pemberdayaan Koperasi dalam suatu kebijakan Perkoperasian harus mencerminkan nilai dan prinsip Koperasi sebagai wadah usaha bersama untuk memenuhi aspirasi dan kebutuhan ekonomi Anggota sehingga tumbuh menjadi kuat, sehat, mandiri, dan tangguh dalam menghadapi perkembangan ekonomi nasional dan global yang semakin dinamis dan penuh tantangan; c. bahwa kebijakan Perkoperasian selayaknya selalu berdasarkan ekonomi kerakyatan yang melibatkan, menguatkan, dan mengembangkan Koperasi sebagaimana amanat Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XVI/MPR/1998 tentang Politik Ekonomi Dalam Rangka Demokrasi Ekonomi; d. bahwa Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian perlu diganti karena sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan hukum dan perkembangan Perkoperasian; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang Perkoperasian. Mengingat: Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, dan Pasal 33 ayat (1) dan ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Dengan Persetujuan Bersama: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

www.hukumonline.com

Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG PERKOPERASIAN.

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

Page 159: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

138

1. Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum Koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip Koperasi.

2. Perkoperasian adalah segala sesuatu yang menyangkut kehidupan Koperasi. 3. Koperasi Primer adalah Koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang

perseorangan. 4. Koperasi Sekunder adalah Koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan

badan hukum Koperasi. 5. Rapat Anggota adalah perangkat organisasi Koperasi yang memegang

kekuasaan tertinggi dalam Koperasi. 6. Pengawas adalah perangkat organisasi Koperasi yang bertugas mengawasi dan

memberikan nasihat kepada Pengurus. 7. Pengurus adalah perangkat organisasi Koperasi yang bertanggung jawab penuh

atas kepengurusan Koperasi untuk kepentingan dan tujuan Koperasi, serta mewakili Koperasi baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar.

8. Setoran Pokok adalah sejumlah uang, yang wajib dibayar oleh seseorang atau badan hukum Koperasi pada saat yang bersangkutan mengajukan permohonan keanggotaan pada suatu Koperasi.

9. Sertifikat Modal Koperasi adalah bukti penyertaan Anggota Koperasi dalam modal Koperasi.

10. Hibah adalah pemberian uang dan/atau barang kepada Koperasi dengan sukarela tanpa imbalan jasa, sebagai modal usaha.

11. Modal Penyertaan adalah penyetoran modal pada Koperasi berupa uang dan/atau barang yang dapat dinilai dengan uang yang disetorkan oleh perorangan dan/atau badan hukum untuk menambah dan memperkuat permodalan Koperasi guna meningkatkan kegiatan usahanya.

12. Selisih Hasil Usaha adalah Surplus Hasil Usaha atau Defisit Hasil Usaha yang diperoleh dari hasil usaha atau pendapatan Koperasi dalam satu tahun buku setelah dikurangi dengan pengeluaran atas berbagai beban usaha.

13. Simpanan adalah sejumlah uang yang disimpan oleh Anggota kepada Koperasi Simpan Pinjam, dengan memperoleh jasa dari Koperasi Simpan Pinjam sesuai perjanjian.

14. Pinjaman adalah penyediaan uang oleh Koperasi Simpan Pinjam kepada Anggota sebagai peminjam berdasarkan perjanjian, yang mewajibkan peminjam untuk melunasi dalam jangka waktu tertentu dan membayar jasa.

15. Koperasi Simpan Pinjam adalah Koperasi yang menjalankan usaha simpan pinjam sebagai satu-satunya usaha.

16. Unit Simpan Pinjam adalah salah satu unit usaha Koperasi non-Koperasi Simpan Pinjam yang dilaksanakan secara konvensional atau syariah.

17. Gerakan Koperasi adalah keseluruhan organisasi Koperasi dan kegiatan Perkoperasian yang bersifat terpadu menuju tercapainya cita-cita dan tujuan Koperasi.

18. Dewan Koperasi Indonesia adalah organisasi yang didirikan dari dan oleh Gerakan Koperasi untuk memperjuangkan kepentingan dan menyalurkan aspirasi Koperasi.

19. Hari adalah hari kalender. 20. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang

Koperasi.

Page 160: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

139

BAB II LANDASAN, ASAS, DAN TUJUAN

Pasal 2

Koperasi berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Pasal 3 Koperasi berdasar atas asas kekeluargaan.

Pasal 4 Koperasi bertujuan meningkatkan kesejahteraan Anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, sekaligus sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari tatanan perekonomian nasional yang demokratis dan berkeadilan.

BAB III NILAI DAN PRINSIP

Pasal 5

(1) Nilai yang mendasari kegiatan Koperasi yaitu: b. kekeluargaan; c. menolong diri sendiri; d. bertanggung jawab; e. demokrasi; f. persamaan; g. berkeadilan; dan h. kemandirian.

(2) Nilai yang diyakini Anggota Koperasi yaitu: a. kejujuran;www.hukumonline.com b. keterbukaan; c. tanggung jawab; dan d. kepedulian terhadap orang lain.

Pasal 6 (1) Koperasi melaksanakan Prinsip Koperasi yang meliputi:

a. Keanggotaan Koperasi bersifat sukarela dan terbuka; b. Pengawasan oleh Anggota diselenggarakan secara demokratis; c. Anggota berpartisipasi aktif dalam kegiatan ekonomi Koperasi; d. Koperasi merupakan badan usaha swadaya yang otonom, dan independen; e. Koperasi menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi Anggota, Pengawas,

Pengurus, dan karyawannya, serta memberikan informasi kepada masyarakat tentang jati diri, kegiatan, dan kemanfaatan Koperasi;

f. Koperasi melayani anggotanya secara prima dan memperkuat Gerakan Koperasi, dengan bekerja sama melalui jaringan kegiatan pada tingkat lokal, nasional, regional, dan internasional; dan

g. Koperasi bekerja untuk pembangunan berkelanjutan bagi lingkungan dan masyarakatnya melalui kebijakan yang disepakati oleh Anggota.

(2) Prinsip Koperasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi sumber inspirasi dan menjiwai secar keseluruhan organisasi dan kegiatan usaha Koperasi sesuai dengan maksud dan tujuan pendiriannya.

Page 161: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

140

KOPERASI PRIMKOPPOLRES METRO JAKARTA SELATAN

LAPORAN LABA RUGI

Untuk Tahun yang berakhir pada Tanggal 31 Desember 2010

PENDAPATAN

Pendapatan Usaha Rp. 1.825.212.055

Harga Pokok Penjualan Rp. (1.277.584.974)

LABA KOTOR USAHA Rp. 547.627.081

BIAYA USAHA Rp. 423.999.455

LABA USAHA Rp . 123.627.626

PENDAPATAN DAN (BEBAN) LAIN-LAIN

Pendapatan Lain-lain Rp. 46.350.000

Beban Lain-lain Rp. (12.019)

Jumlah Pendapatan (Beban) Lain-lain Bersih Rp. 46.337.981

SHU BERSIH SEBELUM PAJAK Rp. 169.965.678

PAJAK PENGHASILAN Rp. (17.306.185)

SISA HASIL USAHA SETELAH PAJAK Rp. 152.659.502

Page 162: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

141

KOPERASI PRIMKOPPOLRES METRO JAKARTA SELATAN

LAPORAN LABA RUGI

Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011

PENDAPATAN

Pendapatan Usaha Rp. 1.997.506.305

Harga Pokok Penjualan Rp. (1.441.780.120)

LABA KOTOR USAHA Rp. 555.726.185

BIAYA USAHA Rp. 433.680.722

LABA USAHA Rp . 122.045.463

PENDAPATAN DAN (BEBAN) LAIN-LAIN

Pendapatan Lain-lain Rp. 15.493.228

Jumlah Pendapatan (Beban) Lain-lain Bersih Rp. 15.493.228

SHU BERSIH SEBELUM PAJAK Rp. 137.538.691

PAJAK PENGHASILAN Rp. (58.754.481)

SISA HASIL USAHA SETELAH PAJAK Rp. 78.784.210

Page 163: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

142

KOPERASI PRIMKOPPOLRES METRO JAKARTA SELATAN

LAPORAN LABA RUGI

Untuk Tahun yang berakhir pada Tanggal 31 Desember 2012

PENDAPATAN

Pendapatan Usaha Rp. 2.353.613.421

Harga Pokok Penjualan Rp. (1.693.328.364)

LABA KOTOR USAHA Rp. 660.285.057

BIAYA USAHA Rp. 538.045.322

LABA USAHA Rp . 122.239.735

PENDAPATAN DAN (BEBAN) LAIN-LAIN

Pendapatan Lain-lain Rp. 21.865.400

Jumlah Pendapatan (Beban) Lain-lain Bersih Rp. 21.865.400

SHU BERSIH SEBELUM PAJAK Rp. 144.105.135

PAJAK PENGHASILAN Rp. (16.759.667)

SISA HASIL USAHA SETELAH PAJAK Rp. 127.345.468

Page 164: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

143

KOPERASI PRIMKOPPOLRES METRO JAKARTA SEATAN

RINCIAN BEBAN TAHUN 2010

Beban Honor Pengurus Rp. 81.600.000

Beban Honor Karyawan Rp. 117.000.000

Beban Pinjaman Rp. 95.000.000

Beban Entertainment Rp. 11.450.000

Beban Sumbangan Rp. 6.500.000

Beban Alat Tulis Kantor Rp. 24.273.050

Beban Lain-lain Rp. 1.813.650

Beban Operasional Rp. 49.743.550

Beban Penyusutan Rp. 95.000.000

Beban RAT Rp. 26.075.300

Pajak Bunga Rp. 1.753.541

Beban Pajak PPh Rp. 197.250

Jumlah Rp. 445.713.896

Page 165: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

144

KOPERASI PRIMKOPPOLRES METRO JAKARTA SEATAN

RINCIAN BEBAN TAHUN 2011

Beban Gaji Unit S/P Rp. 16.800.000

Jasa Simpan Pinjam Rp. 68.650.000

Beban Gaji Karyawan Rp. 105.550.000

Beban Uang Jasa Pengurus & Pengawas Rp. 79.500.000

Beban Kantor Rp. 6.735.000

Beban Telepon Rp. 2.193.000

Beban Entertainment Rp. ` 16.350.000

Beban Sumbangan Rp. 4.700.000

Beban Alat Tulis Kantor Rp. 38.181.400

Beban Sewa Tanah Rp. 12.000.000

Beban Audit Rp. 5.000.000

Beban Kesejahteraan Karyawan (Makan) Rp. 7.651.500

Beban Lain-lain Rp. 7.200.000

Beban Operasional Pengurus Rp. 24.290.000

Beban Penyusutan Peralatan Kantor Rp. 3.320.165

Beban Penyusutan Kendaraan Rp. 11.875.000

Beban Penyusutan Bangunan Rp. 23.059.057

Beban Listrik Rp. 3.679.400

Beban Air Mineral Rp. 1.739.500

Beban RAT Rp. 57.925.000

Pajak Bunga Rp. 2.007.201

Beban Pajak PPh Rp. 1.200.000

Jumlah Rp. 465.137.923

Page 166: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

145

KOPERASI PRIMKOPPOLRES METRO JAKARTA SEATAN

RINCIAN BEBAN TAHUN 2012

Beban Gaji Unit S/P Rp. 21.600.000

Jasa Simpan Pinjam Rp. 92.500.000

Beban Gaji Karyawan Rp. 139.200.000

Beban Uang Jasa Pengurus & Pengawas Rp. 93.000.000

Beban Kantor Rp. 1.521.000

Beban Telepon Rp. 1.593.300

Beban Entertainment Rp. 20.345.000

Beban Sumbangan Rp. 5.500.000

Beban Alat Tulis Kantor Rp. 38.181.400

Beban Sewa Tanah Rp. 12.000.000

Beban Audit Rp. 5.000.000

Beban Kesejahteraan Karyawan (Makan) Rp. 7.651.500

Beban Lain-lain Rp. 5.340.115

Beban Operasional Pengurus Rp. 24.290.000

Beban Penyusutan Peralatan Kantor Rp. 3.230.165

Beban Penyusutan Kendaraan Rp. 11.875.000

Beban Penyusutan Bangunan Rp. 23.059.057

Beban Listrik Rp. 3.679.400

Beban Air Mineral Rp. 1.739.500

Beban RAT Rp. 57.925.000

Pajak Bunga Rp. 2.335.505

Beban Pajak PPh Rp. 950.000

Jumlah Rp. 572.515.942

Page 167: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Page 168: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Page 169: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Page 170: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Page 171: ANALISIS PENERAPAN TAX PLANNING - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30232/1/ERICK... · Skripsi . Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis