Analisis kasus Presbo

4
BAB IV ANALISIS KASUS Seorang wanita usia 25 tahun dengan G 2 P 1 A 0 datang ke IGD RSMH Palembang untuk melahirkan dengan letak sungsang, dimana satu kaki janin telah menonjol keluardari vulva. Pasien disarankan datang ke RSMH oleh bidan tanpa disertai surat rujukan. Tindakan bidan merujuk dalam kasus ini tepat, karena kehamilan dengan letak sungsang termasuk kategori kehamilan beresiko, terlebih satu kaki janin telah menonjol keluar, ini menandakan presentasi janin adalah bokong kaki. Dalam Standar Kompetensi Bidan Kemenkes 2007, persalinan dengan malpresentasi termasuk dalam pengetahuan tambahan, yang berarti bukan kompetensi bidan untuk melakukan asuhan persalinan. Pada proses perujukan sebaiknya bukan hanya ada transfer of patient, namun juga transfer of knowledge dan transfer of data, sehingga perujukan pasien sebaiknya disertai dengan surat rujukan. Penyebab presentasi bokong sendiri tidak diketahui secara pasti.Terdapat beberapa faktor risiko presentasi bokong pada pasien, seperti multiparitas dan polihidramnion. Diagnosis polihidramnion sesungguhnya belum dapat ditegakkan secara pasti karena data yang didapatkan hanya berdasarkan anamnesis terhadap pasien, yaitu ukuran kandungan dirasa lebih besar dan keluarnya air dalam jumlah banyak hingga membasahi separuh kasur berukuran double. Polihidramnion seharusnya ditegakkan melalui pemeriksaan USG namun hal ini tidak dilakukan oleh pasien meskipun pasien

description

analisis kasus presentasi bokong

Transcript of Analisis kasus Presbo

Page 1: Analisis kasus Presbo

BAB IV

ANALISIS KASUS

Seorang wanita usia 25 tahun dengan G2P1A0 datang ke IGD RSMH Palembang untuk

melahirkan dengan letak sungsang, dimana satu kaki janin telah menonjol keluardari vulva.

Pasien disarankan datang ke RSMH oleh bidan tanpa disertai surat rujukan. Tindakan bidan

merujuk dalam kasus ini tepat, karena kehamilan dengan letak sungsang termasuk kategori

kehamilan beresiko, terlebih satu kaki janin telah menonjol keluar, ini menandakan presentasi

janin adalah bokong kaki. Dalam Standar Kompetensi Bidan Kemenkes 2007, persalinan dengan

malpresentasi termasuk dalam pengetahuan tambahan, yang berarti bukan kompetensi bidan

untuk melakukan asuhan persalinan. Pada proses perujukan sebaiknya bukan hanya ada transfer

of patient, namun juga transfer of knowledge dan transfer of data, sehingga perujukan pasien

sebaiknya disertai dengan surat rujukan.

Penyebab presentasi bokong sendiri tidak diketahui secara pasti.Terdapat beberapa

faktor risiko presentasi bokong pada pasien, seperti multiparitas dan polihidramnion. Diagnosis

polihidramnion sesungguhnya belum dapat ditegakkan secara pasti karena data yang didapatkan

hanya berdasarkan anamnesis terhadap pasien, yaitu ukuran kandungan dirasa lebih besar dan

keluarnya air dalam jumlah banyak hingga membasahi separuh kasur berukuran double.

Polihidramnion seharusnya ditegakkan melalui pemeriksaan USG namun hal ini tidak dilakukan

oleh pasien meskipun pasien telah dianjurkan oleh bidan, karena terkendala waktu dan biaya.

Pada kasus ini tampak pasien belum sepenuhnya memahami pentingnya pemeriksaan penunjang

USG pada kehamilannya. Merupakan tugas seorang petugas kesehatan ANC untuk memberikan

informasi tersebut, yang dalam kasus ini belum dilakukan dengan baik oleh bidan ANC pasien

ini.

Pada usia kehamilan 24 minggu pasien telah diduga mengandung janin letak sungsang

oleh bidan saat dilakukan Antenatal Care rutin. Presentasi bokong dapat diketahui melalui

pemeriksaan palpasi abdomen. Untuk memastikan dilakukan pemeriksaan USG. Pasien ini

melakukan pemeriksaan dengan bidan, dilakukan pemeriksaan leopold dan disarankan USG,

namun pasien menolak dengan alasan yang sama.

Page 2: Analisis kasus Presbo

Sejak saat itu pada pasien sering dilakukan versi luar di setiap kunjungan ke bidan dan

dianjurkan melakukan posisi dada-lutut ketika di rumah. Manuver kepala perlu dilakukan setiap

kunjungan perawatan antenatal bila umur kehamilan 38minggu. Cara ini sebenarnya tidak

efektif karena berdasarkan teori, versi luar yang dilakukan pada usia kehamilan < 34 minggu

memiliki kemungkinan cukup besar untuk kembali menjadi presentasi bokong, sehingga versi

luar yang dilakukan pada usia kehamilan 24 minggu ini kurang efektif, selain itu perubahan

spontan menjadi presentasi kepala sebagian besar akan terjadi pada kehamilan 34 minggu,

sehingga pertimbangan tindakan versi luar lebih tepat dilakukan bila ditemukan presentasi

bokong pada usia kehamilan 34 minggu. Prosedur versi luar sendiri sesungguhnya cukup aman

dan efektif.

Komplikasi yang mungkin terjadi pada tindakan versi luar adalah bradikardi pada janin

yang bersifat sementara, solusio plasenta, komplikasi pada tali pusat, perdarahan feto-maternal

dengan kemungkinan sensitisasi dan ketuban pecah dini. Pada pasien ini karena tidak ada

komplikasi dan perubahan letak janin, dari jumlah yang berhasil dilakukan versi luar 40% akan

melakukan per vaginam. Perlu diketahui bahwa terdapat kontraindikasi melakukan versi luar

yang sifatnya relatif, yaitu ketuban pecah dini, oligohidramnion, peradangan uterus, dan lain-

lain, namun pada pasien ini tidak terdapat kontraindikasi.

Pasien masuk IGD RSMH pada pukul 8.15 dengan pembukaan 9 cm. Apabila dirunut

kembali, pasien mengaku telah pecah ketuban pada pukul 03.00 dini hari, yaitu 5 jam SMRS,

sehingga dapat disimpulkan pasien masuk dalam keadaan Kala I fase aktif. Pada multipara, kala I

fase aktif pembukaan 1,2cm/ jam, maka dapat diperkirakan fase aktif kala I telah terjadi ±6 jam

lalu, dan pecah ketuban terjadi ±5 jam yang lalu sehingga dapat disimpulkan pada pasien ini

tidak terdapat Ketuban Pecah Dini.

Cara persalinan pada kasus ini dipilih pervaginam, hal ini sesuai dengan perhitungan skor

Zatuchni-Andros bernilai 7. Pimpinan persalinan didahului dengan tindakan episiotomi

mediolateral untuk mempercepat kala II, mengingat kondisi pasien satu kaki telah keluar dari

vulva dan terlihat membengkak. Tindakan ini juga diindikasikan mengingat bokong merupakan

pembuka jalan lahir yang kurang baik.

Persalinan direncanakan normal pervaginam, dengan teknik Bracht. Pada tahap pertama,

yaitu fase lambat, janin telah berhasil keluar sampai umbilikus dengan tenaga ibu sendiri. namun

saat memasuki tahap kedua, yaitu fase cepat, setelah pimpinan mengedan 3x skapula inferior

Page 3: Analisis kasus Presbo

belum tampak di vulva. Fase cepat, yaitu lahirnya umbilikus sampai mulut seharusnya sudah

berakhir dalam waktu <8 menit (1-2 kali kontraksi). Lamanya fase ini dapat menyebabkan

asfiksia janin. Dengan mempertimbangkan keselamatan janin, maka diputuskan melakukan

manual aid ekstraksi pangkal lengan dengan teknik Lovset, dan dilanjutkan tahap ketiga

melahirkan kepala dengan teknik Mauriceae. Hal ini telah sesuai dengan indikasi melaksanakan

manual aid, yaitu bila pertolongan cara Bracht gagal.

Teknik Lovset dipilih sebagai cara melahirkan bahu karena mengurangi bahaya infeksi

dengan tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan lahir. Selain tidak terdapat kontraindikasi

melakukan Lovset mengingat pasien merupakan multigravida, janin berukuran normal dan

panggul tidak sempit. Teknik Mauriceau dipilih sebagai teknik melahirkan kepala karena paling

sesuai dalam kasus ini. Teknik Naujoks tidak dianjurkan lagi karena menimbulkan trauma yang

berat, sedangkan teknik Prague Terbalik dipakai bila oksiput dengan ubun-ubun kecil berada di

belakang dekat sacrum dan muka janin menghadap simpisis.