Analisis Kasus Asrori

29
1 BAB I FAKTA-FAKTA FAKTA 1 Para Terpidana Terpidana I - Nama : IMAM CHAMBALI alias KEMAT - Tempat, Tanggal Lahir : Jombang, 6 Oktober 1972 - Umur : 35 Tahun - Kebangsaan : Indonesia - Tempat Tinggal : Dusun Kalangan, Desa Kalangsemanding, Kecamatan Perak, Kabupaten Jombang - Agama : Islam - Pekerjaan : Swasta Terpidana II - Nama : DEVID EKO PRIYANTO - Tempat, Tanggal Lahir : Jombang, 13 Desember 1988 - Umur : 19 Tahun - Kebangsaan : Indonesia - Tempat Tinggal : Dusun Ngemplak, Desa Pagerwojo, Kecamatan Perak, Kabupaten Jombang - Agama : Islam - Pekerjaan : Swasta FAKTA 2 Bahwa ia Terdakwa IMAM CHAMBALI alias KEMAT sebagai orang yang melakukan, yang menyuruh lakukan atau turut melakukan perbuatan itu bersama dengan Devid Eko Priyanto (dalam perkara

description

Analisis kasus Asrori setelah pada pengadilan divonis bersalah dan kemudian ditemukan novum bahwa pembunuh asrori adalah Ryan jagal dari jombang

Transcript of Analisis Kasus Asrori

Page 1: Analisis Kasus Asrori

1

BAB I FAKTA-FAKTA

FAKTA 1

Para Terpidana

Terpidana I

- Nama : IMAM CHAMBALI alias KEMAT

- Tempat, Tanggal Lahir: Jombang, 6 Oktober 1972

- Umur : 35 Tahun

- Kebangsaan : Indonesia

- Tempat Tinggal : Dusun Kalangan, Desa Kalangsemanding,

Kecamatan Perak, Kabupaten Jombang

- Agama : Islam

- Pekerjaan : Swasta

Terpidana II

- Nama : DEVID EKO PRIYANTO

- Tempat, Tanggal Lahir: Jombang, 13 Desember 1988

- Umur : 19 Tahun

- Kebangsaan : Indonesia

- Tempat Tinggal : Dusun Ngemplak, Desa Pagerwojo,

Kecamatan Perak, Kabupaten Jombang

- Agama : Islam

- Pekerjaan : Swasta

FAKTA 2

Bahwa ia Terdakwa IMAM CHAMBALI alias KEMAT sebagai orang yang melakukan, yang

menyuruh lakukan atau turut melakukan perbuatan itu bersama dengan Devid Eko Priyanto

(dalam perkara lain / displitz) baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama pada

hari Sabtu tanggal 22 September 2007 sekira jam 22.30 WIB atau setidak-tidaknya pada

waktu-waktu lain dalam bulan September 2007 atau setidak-tidaknya dalam tahun 2007

bertempat di rumah kosong (yang belum selesai dibangun) di Dsn. Kalangan, Ds.

Page 2: Analisis Kasus Asrori

1

Kalangsemanding, Kec. Perak, Kab. Jombang atau setidak-tidaknya pada suatu tempat lain

yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Jombang, dengan sengaja dan

dengan direncanakan lebih dahulu menghilangkan jiwa orang lain yaitu korban Moch.

Asrori, perbuatan tersebut

dilakukan dengan cara sebagai berikut :

o Mula-mula Terdakwa mengetahui saksi korban Moch. Asrori mempunyai pacar

seorang laki-laki yang menurut Terdakwa lebih tampan dari pada pacar / cowok

Terdakwa dan Terdakwa juga menyukai laki-laki pacar saksi korban tersebut,

sehingga Terdakwa merasa sakit hati dan cemburu terhadap saksi korban,

selanjutnya pada hari dan tanggal yang tidak dapat diingat lagi dengan pasti kira-kira

3 hari sebelum kejadian ketika Devid Eko Priyanto berada di Salon Ayu Terdakwa

menyampaikan niatnya untuk menghabisi korban Moch. Asrori karena Terdakwa

merasa sakit hati /cemburu dengan korban yang mempunyai cowok lebih ganteng,

niat Terdakwa tersebut disetujui oleh Devid Eko Priyanto kemudian mereka berdua

menentukan hari pelaksanaannya yaitu hari Sabtu malam Minggu tanggal 22

September 2007 ;

o Pada hari dan tanggal yang telah ditentukan sekitar pukul 21.30 WIB Terdakwa

bersama-sama dengan Devid Eko Priyanto mencari korban dengan mengendarai

mobil Carry warna biru No. Pol. LP 1057 KD milik Terdakwa, Devid duduk dibangku

depan kiri sedangkan Terdakwa yang mengemudikan kendaraan, akhirnya mereka

bertemu dengan korban di depan Mitra Swalayan Jalan Wachid Hasyim depan

Kebonrojo Jombang setelah bertemu korban diajak Terdakwa pulang kemudian

korban pulang dengan mengendarai sepeda motor Yamaha Yupiter No. Pol S 4088

WJ yang diikuti Terdakwa dan Devid Eko Priyanto dari belakang dengan mengendarai

mobil Carry menuju Salon Ayu ;

o Sesampai di Salon Ayu Devid Eko Priyanto memasukkan sepeda motor milik korban

ke dalam Salon Ayu setelah itu korban masuk ke dalam mobil Carry duduk dibangku

tengah, Devid Eko Priyanto duduk dibangku depan danTerdakwa yang

mengemudikan kendaraan Carry menuju rumah kosong yang telah ditentukan yaitu

di Dusun Kalangan, Ds. Kalangsemanding, Kec. Perak, Jombang, sesampai di tempat

tujuan sekitar pukul 22.30 WIB Terdakwa menghentikan mobilnya lalu memaksa

Page 3: Analisis Kasus Asrori

1

korban untuk turun mobil lalu disuruh masuk ke rumah kosong kemudian Terdakwa

bersama Devid Eko Priyanto juga masuk ke dalam rumah kosong, setelah berada di

dalam dengan menggunakan penerangan sinar bulan yang masuk melalu jendela

Devid Eko Priyanto mendekap tubuh dan menyumbat mulut saksi korban dengan

menggunakan tangan supaya korban tidak berteriak kemudian Terdakwa dari

samping kiri memukul korban dengan menggunakan kayu balok bekas bangunan

kebagian belakang leher korban dengan keras sebanyak satu kali mengakibatkan

korban jatuh ke tanah dan tidak berdaya / tidak sadarkan diri setelah itu Terdakwa

bersama Devid Eko Priyanto mengangkat tubuh korban ke luar rumah lalu

dimasukkan ke dalam mobil Carry dibangku tengah lalu dibawa menuju ke Desa

Bandar Kedungmulyo, sesampai di Dusun Braan Terdakwa menemukan tempat yang

dianggap aman yaitu di tengah sawah bekas tanaman tebu yang telah ditebang,

kemudian Terdakwa dan Devid Eko Priyanto menurunkan korban yang dalam

keadaan tidak berdaya ke tempat bekas tebangan tebu lalu Terdakwa melepas

celana dan celana dalam yang dipakai korban setelah itu Terdakwa mengambil pisau

yang ada di dalam mobil lalu Terdakwa menusuk dan merobek perut korban hingga

ususnya ke luar dan untuk memastikan korban sudah meninggar dunia Devid

mengambil oli bekas yang ada di dalam mobil kemudian oli tersebut oleh Terdakwa

disiramkan ke muka korban dengan tujuan untuk menghilangkan identitas korban,

setelah itu Terdakwa melepas jaket switer yang dipakainya dan Devid Eko Priyanto

melepas jaket parasite warna biru yang dipakainya kemudian diletakkan disamping

korban sedangkan celana dalam, 2 HP, dompet yang berisi uang dibawa Terdakwa

untuk disimpan setelah itu Terdakwa dan Devid Eko Priyanto menutupi tubuh korban

dengan daun tebu kering hingga tidak kelihatan. Akibat perbuatan Terdakwa korban

Moch. Asrori meninggal dunia sebagaimana Visum Et Repertum Jenazah No.

371/04/415.39/X/2007 tanggal 25 Oktober 2007 yang dibuat dan ditandatangani

oleh dr. Rudy Prayudiya Ariyanto dokter pada Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten

Jombang.

o 1 (satu) hari setelah perbuatan pembunuhan Terdakwa membawa sepeda motor

Yamaha Yupiter No. Pol. S 4088 WJ milik korban dan dititipkan ditempat penitipan

sepeda motor Rumah Sakit Islam (RSI) Jombang, pada tanggal 29 September 2007

Terdakwa dan Devid Eko Priyanto mendengar jasad korban ditemukan warga

Page 4: Analisis Kasus Asrori

1

setempat, untuk menghilangkan jejak barang- barang yang masih disimpan oleh

Terdakwa dibuang ke sungai yang airnya mengalir di Dusun Barong, Ds.

Barongsawahan, Kec. Bandarkedungmulyo namun sebelumnya HP milik korban

sempat digunakan oleh Terdakwa untuk membalas SMS kepada keluarga korban

pada hari Sabtu tanggal 29 September 2007 jam 04.57 WIB dengan menggunakan

bahasa Jawa yang isinya “ Aku nok Magetan aku gak onok sing nekan nek aku ora iso

goleh duet minggu iki sepedahe tak dol aku gak mulih sepeda tak gawe sangu lungo

golek kerjo sing adoh “ (saya berada di Magetan saya tidak ada yang menekan kalau

saya tidak bisa mencari uang minggu ini sepedanya saya jual saya tidak pulang

sepedanya saya pakai biaya mencari pekerjaan yang jauh).

FAKTA 3

Bahwa ia Terdakwa Devid Eko Priyanto sebagai orang yang melakukan, yang menyuruh

melakukan atau turut melakukan perbuatan itu bersama dengan Imam Chambali als. Kemat

(dalam berkas tersendiri) baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama pada

hari Sabtu tanggal 22 September 2007 sekira jam 22.30 WIB atau setidak-tidaknya pada

waktu-waktu lain dalam bulan September 2007 atau setidak-tidaknya dalam tahun 2007

bertempat di rumah kosong (baru) / belum ditempati pemiliknya di Dusun Kalangan, Desa

Kalangsemanding, Kecamatan Perak, Kabupaten Jombang atau setidak- tidaknya pada suatu

tempat lain yang masih termasuk dalam daerah hokum Pengadilan Negeri Jombang, dengan

sengaja dan dengan direncanakan lebih dahulu menghilangkan jiwa orang lain yaitu korban

Moch. Asrori dilakukan dengan cara sebagai berikut :

o Pada awalnya Terdakwa mempunyai hubungan khusus (homo) dengan Sdr. Imam

Chambali als. Kemat, yang sebelumnya Sdr. Imam Chambali als. Kemat sudah

mempunyai hubungan khusus (homo) bersama korban Moch. Asrori dan

hubungannya putus karena korban mempunyai cowok lagi yang lebih tampan dari

Sdr. Imam Chambali als. Kemat, selanjutnya pada hari dan tanggal tidak dapat

diingat 3 hari sebelum kejadian di Salon Ayu Sdr. Imam Chambali als. Kemat

menyampaikan niatnya kepada Terdakwa untuk menghabisi korban Moch. Asrori,

karena Sdr. Imam Chambali als. Kemat sakit hati / cemburu dengan korban yang

telah mempunyai cowok lebih ganteng, dan niat tersebut disetujui oleh Terdakwa

Page 5: Analisis Kasus Asrori

1

(pasangan homo Sdr. Imam chambali als. Kemat yang baru dan telah berjalan selama

3 bulan) kemudian ditentukannya hari pelaksanaannya yaitu hari Sabtu malam

Minggu tanggal 22 September 2007 ;

o Pada hari dan tanggal yang telah ditentukan sekitar pukul 21.30 WIB Terdakwa

bersama-sama Sdr. Imam Chambali als. Kemat mencari korban dengan mengendarai

mobil Carry warna biru No. Pol. LP 1057 KD milik Sdr. Imam Chambali als. Kemat,

Terdakwa duduk dibangku depan kiri sedang Sdr. Imam Chambali als. Kemat yang

mengemudikan kendaraan, akhirnya bertemu korban di depan Mitra Swalayan dekat

Kebun Rojo Jombang selanjutnya korban diajak Sdr. Imam Chambali als. Kemat

pulang dan kemudian Terdakwa, Sdr. Imam Chambali als. Kemat, korban pulang

membawa sepeda motor Yamaha Yupiter No. Pol. S 4088 WJ yang diikuti Terdakwa

dengan Sdr. Imam chambali als. Kemat dari belakang dengan membawa mobil Carry

menuju Salon Ayu

o Sesampainya di Salon Terdakwa memasukkan sepeda motor milik korban ke dalam

Salon Ayu selanjutnya korban masuk / naik mobil Carry duduk dibangku tengah,

Terdakwa duduk dibangku depan dan Sdr. Imam Chambali als. Kemat memegang stir

menuju rumah kosong yang telah ditentukan yaitu di Dusun Kalangan, Desa

Kalangsemanding, Keceamatan Perak, Kabupaten Jombang, sesampainya di tempat

tujuan sekitar pukul 22.30 WIB Sdr. Imam chambali als. Kemat menghentikan

mobilnya dan memaksa korban untuk turun dari mobil masuk ke rumah kosong yang

akhirnya Terdakwa bersama Sdr. Imam Chambali als. Kemat dan korban masuk ke

rumah kosong setelah sampai di dalam dengan penerangan sinar bulan yang masuk

melalu fentilasi / jendela selanjutnya Terdakwa mendekap tubuh korban dan

menyumbat mulutnya dengan tangan supaya korban tidak berteriak kemudian Sdr.

Imam Chambali als. Kemat dari samping kiri memukul korban dengan menggunakan

kayu balok bekas bangunan kearah bagian belakang leher korban dengan keras

sebanyak satu kali mengakibatkan korban jatuh ke tanah tidak berdaya / tidak

sadarkan diri selanjutnya Terdakwa mengangkat tubuh korban bersama Sdr. Imam

Chambali als. Kemat ke luar rumah lalu dimasukkan ke mobil Carry dibangku tengah

lalu dibawa menuju ke Desa Bandar Kedung Mulyo sesampainya di Dusun Braan

terdapatsawah bekas tanaman tebu ditebang cocok untuk membuang korban,

selanjutnya Terdakwa bersama Sdr. Imam Chambali als. Kemat menurunkan korban

Page 6: Analisis Kasus Asrori

1

yang dalam keadaan tidak sadar ke tempat bekas tebangan tebu dan Sdr. Imam

Chambali als. Kemat melepas celana dan celana dalam milik korban (korban dalam

keadaan telanjang) selanjutnya Sdr. Imam Chambali als. Kemat mengambil pisau

yang berada di dalam mobil selanjutnya Sdr. Imam Chambali als. Kemat menusuk

dan merobek perut korban hingga ususnya ke luar terburai dengan pisau untuk

memastikan korban telah meninggal dunia kemudian Terdakwa mengambil oli bekas

yang berada di mobil kemudian oli tersebut disiramkan oleh Sdr. Imam Chambali als.

Kematke muka korban untuk menghilangkan identitas korban, dengan luka

sebagaimana Visum Et Repertum Jenazah No. 371/04/415.39/X/2007 25 Oktober

2007 yang dibuat dan ditandatangani oleh dr. Rudy Prayudiya Ariyanto, dokter

Rumah Sakit Daerah Kab. Jombang

o Selanjutnya Terdakwa melepas jaket parasit warna biru miliknya serta Sdr. Imam

Chambali als. Kemat melepas jaket switer hitam miliknya dijadikan satu dengan

celana jin warna biru milik korban kemudian diletakkan disamping korban sedangkan

celana dalam, 2 (dua) HP, dompet dan uangnya dibawa Sdr. Imam Chambali als.

Kemat untuk disimpan selanjutnya Terdakwa bersama Sdr. Imam Chambali als.

Kemat menutupi tubuh korbandengan daun tebu kering hingga tidak kelihatan ;

o 1 (satu) hari setelah kejadian pembunuhan Sdr. Imam Chambali als. Kemat

membawa sepeda motor Yamaha Yupiter No. Pol. S 4088 WJ milik korban dan

dititipkan di tempat penitipan sepeda motor Rumah Sakit Islam (RSI) Jombang, pada

tanggal 29 September 2007 Terdakwa dan Sdr. Imam Chambali als. kemat

mendengar jasad korban ditemukan warga setempat selanjutnya untuk

menghilangkan jejak barang-barang yang masih disimpan oleh Sdr. Imam Chambali

als. Kemat dibuang ke dalam sungai yang airnya mengalir di Dusun Barong, Desa

Barong Sawahan, Kecamatan Bandar Kedung Mulyo namun sebelumnya HP milik

korban sempat digunakan oleh Sdr. Imam Chambali als. Kemat untuk membalas SMS

kepada keluarga korban pada hari Sabtu tanggal 29 September 2007 jam 04.57 WIB

dengan menggunakan bahasa jawa yang isinya “ Aku nok Magetan aku gak onok sing

nekan nek aku ora iso goleh duet minggu iki sepedahe tak dol aku gak moleh

sepedahe tak gawe sangu lungo golek kerjo sing adoh “ (saya berada di Magetan

saya tidak ada yang menekan kalau saya tidak bisa mencari uang minggu ini

Page 7: Analisis Kasus Asrori

1

sepedanya saya jual saya tidak pulang sepedanya saya pakai biaya mencari pekerjaan

yang jauh).

FAKTA 4

Terdapat keadaan baru yang menimbulkan dugaan kuat, bahwa jika keadaan itu sudah

diketahui pada waktu sidang masih berlangsung, hasilnya akan berupa putusan bebas atau

putusan lepas dari tuntutan

hukum ; Bahwa maksud keadaan baru dalam ketentuan Pasal 263 ayat (2) huruf a KUHAP

tersebut sesungguhnya bukan keadaannya yang baru, akan tetapi diketahuinya yang baru

atau baru diketahui. Keadaan yang dimaksudkan itu sesungguhnya sudah ada pada saat

perkara pokoknya diperiksa di Pengadilan ; Bahwa dari ketentuan Pasal 263 ayat (2) huruf a

KUHAP, pengertian keadaan baru dapat disimpulkan, ialah : suatu keadaan yang

sesungguhnya (secara materiil) sudah ada, namun ketika perkara sedang diperiksa belumlah

dibuktikan / diketahui tentang keberadaannya itu. Untuk membuktikan adanya keadaan itu

haruslah dengan alat bukti, yang jika alat bukti itu diperiksa di muka persidangan maka

terbuktilah tentang keadaan tersebut. Dengan telah terbuktinya adanya keadaan yang

demikian, maka putusan terhadap perkara itu akan berbeda dengan putusan yang

sekarang ;

Novum 1 : Pengakuan dari Very ldham Heryansyah alias Ryan yang mengaku telah

membunuh Moh. Asrori ;

Bahwa keadaan baru yang pertama yang dijadikan dasar permohonan peninjauan kembali

ini adalah pengakuan Very ldham Heryansyah alias Ryan pada tanggal 17 Agustus 2008 yang

menyatakan bahwa mayat / korban ke 11 (sebelas) (yang saat itu belum diketahui

identitasnya (disebut Mr. X) yang dikubur di pekarangan belakang rumah orang tuanya di

Dusun Maijo, Desa Jatiwates, Kecamatan Tembeleng, Kabupaten Jombang adalah bernama

Asrori dan dibunuh sekitar bulan Oktober 2007 atau setidak- tidaknya dalam tahun 2007.

Jadi Novum I yang dimaksud adalah Pengakuan dari Very ldham Heryansyah alias Ryan yang

mengaku telah membunuh Asrori ;

Page 8: Analisis Kasus Asrori

1

Novum 2 : DNA Mr..X yang dikubur di belakang rumah orang tua Very ldham Heryansyah

alias Ryan identik dengan dengan DNA M. Jalal (ayah kandung Moh. Asrori) dan Dewi

Muntari (ibu kandung Moh. Asrori) ;

Bahwa setelah munculnya pengakuan Very ldham Heryansyah, pada tanggal 21 Agustus

2008 pihak Kepolisian langsung bertindak mengambilnya sample /contoh darah dari orang

tua Asrori (M. Jalal dan Dewi Muntari) yang dilakukan oleh Kedokteran dlan Kesehatan

Polda Jatim yang kemudian dikirim tanggal 22 Agustus 2008 ke Mabes Polri untuk digunakan

dalam Uji DNA atau tes atas asal-usul seseorang secara genetika dan hasilnya dicocokkan

dengan DNA Mr. X yang diketemukan di halaman belakang rumah Ryan ;

Berdasarkan surat hasil test Laboratorium DNA No. Pol. :

R/08012.D/DNA/VIII/2008/Biddokpol tanggal 27 Agustus 2008 oleh tim yang diketuai Drs.

Putut T. Wibowo, DFM, Msi., perihal hasil pemeriksaan DNA salah satu korban pembunuhan

yang dilakukan oleh Very Idham Heryansyah alias Ryan yang dikenal dengan Mr. X,

disimpulkan bahwa dengan nilai kebenaran pemeriksaan DNA lebih dari 99,999 % bahwa

Mr. X yang dibunuh oleh Ryan teridentifikasi sebagai Moh. Asrori alias Aldo ;

Bahwa dengan demikian terbukti mayat yang ditemukan di kebun tebu di Desa Braan,

Desa / Kec. Bandar Kedungmulyo, Kab. Jombang pada tanggal 29 September 2007 bukanlah

Moh. Asrori alias Aldo, dan oleh pihak Kepolisian mayat ini diberi nama Mr. XX (belakangan

baru diketahui bahwa mayat yang ditemukan di kebun tebu Desa Braan adalah Fauzin

Suyanto alias Antonius) ;

Bahwa Pemohon Peninjauan Kembali telah mengajukan surat permohonan untuk

mendapatkan copy hasil pemeriksaan DNA dari pihak Mabes POLRI atas nama jenazah Moh.

Asrori dan Mr. XX (yang belakangan diketahui bernama Fauzin Suyanto alias Antonius) dan

telah ditindak lanjuti oleh pihak Mabes POLRI melalui surat kepada Pusdokkes POLRI (Bukti

PK-5), akan tetapi karena sampai dengan memori Peninjauan Kembali ini Pemohon

Peninjauan Kembali daftarkan copy hasil DNA tersebut belum Pemohon Peninjauan Kembali

dapatkan, maka Pemohon Peninjauan Kembali mengacu pada keterangan Kasatpidum Polda

Jatim AKBP Susanto yang dimuat dalam media massa yaitu Koran Harian Pagi JAWA POS

terbit tanggal 28 Agustus 2008 dengan judul "Asrori Korban ke-11 Ryan " (foto copy Kliping

Koran Bukti PK-6) dan Koran Harian Pagi SURYA terbit Kamis tanggal 28 Agustus 2008

Page 9: Analisis Kasus Asrori

1

dengan Judul " Tragedi Sengkon Karla Terulang “ (foto copy Kliping Koran Bukti PK-7) dan

Koran Harian Pagi SURYA terbit Kamis tanggal 28 Agustus 2008 dengan Judul " 3 Orang Tak

Bersalah Dibui" (foto copy Kliping Koran Bukti PK-8), yang pada intinya menegaskan bahwa

berdasarkan hasil pemeriksaan DNA terhadap Mr. X menunjukkan bahwa Mr. X adalah Moh.

Asrori ;

Dengan demikian, jelas bahwa Pemohon Peninjauan Kembali telah dibebani

pertanggungjawaban hukum atas perbuatan yang tidak pernah dilakukannya, oleh karena

itu sudah sepantasnya apabila Pemohon PK dibebaskan dari segala bentuk pemidanaan

terhadap dirinya ;

Novum 3 : DNA Mr. XX yang ditemukan di Kebun tebu Desa Braan, Kabupaten Jombang

identik dengan Ny. Suyati selaku ibu kandung Fauzin Suyanto alias Antonius ;

Bahwa setelah hasil test Laboratorium DNA No. Pol. : R/08012.D/DNA/VIII/2008/Biddokpol

tanggal 27 Agustus 2008 menyimpulkan dengan nilai kebenaran pemeriksaan DNA lebih dari

99,999 % bahwa Mr. X yang dibunuh oleh Ryan teridentifikasi sebagai Moh. Asrori alias

Aldo, maka pihak Kepolisian menindaklanjuti dengan melakukan pembongkaran makam Mr.

XX yang sebelumnya diyakini sebagai mayat Moh. Asrori di Dusun Kalangan, Desa Kalang

Semanding, Kec. Perak, Kab. Jombang yang dilakukan pada tanggal 28 Agustus 2008 ;

Bahwa kemudian terhadap mayat Mr. XX yang semula diyakini sebagai Moh. Asrori tersebut

telah dilakukan tes DNA dengan pembanding DNA keluarga / orang tua Fauzin Suyanto yang

mengakui telah kehilangan anak laki-laki yang bernama Fauzin Suyanto sejak tahun 2007.

Hasilnya padas tanggal 17 September 2008 Mabes POLRI melalui Kadiv Humas Polda Brigjen

Pol. R. Abubakar Nataprawira, Direktur I Keamanan dan Trans Nasional Bareskrim Polda

Brigjen Pol. Badrodin Haiti, dan Kabid Dokpol Pusdokkes Polri Kombes Pol Mussadeq Ishaq

di Mabes Polda berdasarkan Surat Pemeriksaan DNA No.

R/08012.E/DNA/-IX/2008/Biddokpol, tanggal 16 September 2008 menyatakan bahwa hasil

tes DNA mayat di kebun tebu (Mr. XX) di Desa Braan, Kecamatan Bandar Kedungmulyo, Kab.

Jombang adalah identik dengan keluarga Fauzin Suyanto alias Antonius artinya Mr. XX

adalah anak Biologis Ny. Suyati orang tua Fauzin Suyanto alias Antonius ;

Page 10: Analisis Kasus Asrori

1

Bahwa terhadap hasil tes DNA yang menyatakan DNA Mr. XX (mayat di kebun tebu) identik

dengan DNA keluarga /orang tua Fauzin Suyanto yang dilakukan oleh Mabes Polri tersebut

di atas Kuasa Hukum Pemohon PeninjauanKembali sudah melayangkan surat kepada Mabes

POLRI pada tanggal 9 September 2008, untuk mendapatkan salinan resmi hasil pemeriksaan

DNA Mr. XX / Fauzin Suyanto dari Mabes POLRI dan telah ditindaklanjuti oleh Mabes POLRI

(Vide bukti PK-5) akan tetapi sampai dengan memori PK ini Pemohon Peninjauan Kembali

daftarkan surat tersebut belum Pemohon Peninjauan Kembali terima ;

Bukti lain yang menguatkan fakta bahwa Mr. XX adalah Fauzin Suyanto, adalah bukti baru /

Novum berupa :

1. Berita Acara Penyerahan / Pengembalian Mayat (Jenazah) Fauzin Suyanto als.

Antonius tertanggal 19 September 2008 (Bukti PK-9) dengan uraian singkat jalannya

penyerahan / pengembalian (mayat) sebagai berikut : " Pada hari Kamis tanggal 28

Agustus 2008 Penyidik Ditreskrim Polda Jatim telah melakukan penggalian di makam

Islam Desa Kalang Semanding, Kecamatan Perak, Kabupaten Jombang yang

sebelumnya ditemukan di TKP Kebun Tebu DusunBraan, Desa / Kecamatan Bandar

Kedungmulyo, Kabupaten Jombang pada tanggal 29 September 2007 yang diduga

merupakan korban pembunuhan. Kemudian setelah dilakukan identifikasi, otopsi

atau pemeriksaan forensik guna kepentingan penyidikan oleh Penyidik Polda Jatim,

maka diketahui identitas atau jati diri jenazah tersebut dan selanjutnya dimasukkan

ke dalam peti dan diserahkan / dikembalikan kepada pihak keluarga " ;

2. Berita Acara Pemakaman Mayat (Jenazah) a.n. Fauzin Suyanto als. Antonius

tertanggal 19 September 2008 (IFRS 08.030) (Bukti PK-10) ;

3. Surat Keterangan Pemeriksaan Kematian (Form. B) atas nama Jenazah Fauzin

Suyanto tertanggal 19 September 2008 (Bukti PK-11) ;

4. Surat Keterangan Pemeriksaan Kematian (Form. A) atas nama Jenazah Fauzin

Suyanto tertanggal 19 September 2008 (Bukti PK-12) ;

Bahwa sehari sebelumnya, Kadiv Humas POLRI R. Abubakar Nataprawira bersama-sama

dengan Direktur I Keamanan dan Trans Nasional Bareskrim POLRI Brigjen Pol. Badrodin

Haiti, dan Kabid Dokpol Pusdokkes POLRI Kombes Pol. Mussadeq Ishaq di Mabes POLRI

melalui media massa juga mengumumkan bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan forensik

Page 11: Analisis Kasus Asrori

1

terhadap Mr. XX diketahui bahwa Mr. XX adalah Fauzin Suyanto, yang antara lain dikutip

oleh Koran Harian Pagi JAWA POS terbit Kamis tanggal 18 September 2008 dengan judul "

Tes DNA Pastikan Mr. XX Fauzin " (foto copy Kliping Koran Bukti PK-13) dan Koran Harian

Pagi SURYA, terbit Kamis tanggal 18 September 2008 dengan Judul " Mayat Kebun Tebu 100

% Fauzin " (foto copy Kliping Koran Bukti PK-14) ;

Bahwa dengan demikian jelas bahwa mayat yang diketemukan di Desa Braan, Desa /

Kecamatan Bandar Kedungmulyo, Kabupaten Jombang bukanlah mayat Moh. Asrori

melainkan mayat Fauzin Suyanto, sehingga dengan adanya Novum ini sudah sewajarnya

Pemohon PK dapat dibebaskan dari penjara, karena selama ini Pemohon PK telah dizalimi

melalui suatu perangkap sistem peradilan yang sesat, tidak fair dan tidak berdasarkan

hukum.

FAKTA 5

ADANYA KEKHILAFAN HAKIM ATAU SUATU KEKELIRUAN YANG NYATA

Putusan Pengadilan Negeri Jombang No. 48/Pid.B/2008/PN.JMB. tanggal 8 Mei 2008

mengandung suatu kekhilafan Hakim atau suatu kekeliruan yang nyata ;

Pemohon Peninjauan Kembali berpendapat bahwa dalam memutus perkara No.

48/Pid.B/2008/PN.JMB., Judex Facti telah melakukan kekhilafan dan kekeliruan yang nyata

dalam memberikan pertimbangan hukumnya, sehingga putusan tersebut dalam

pertimbangannya tidak sempurna (Onvoldoende Gemotiveerd), dan terdapat kekeliruan

yang nyata dalam amar putusannya yang sangat merugikan Pemohon Peninjauan Kembali ;

Akan tetapi, sebelum Pemohon Peninjauan Kembali mengemukakan alasan kekhilafan

Hakim atau kekeliruan yang nyata dalam pertimbangan hukum Judex Facti Pengadilan

Negeri Jombang yang mengakibatkan amar putusannya keliru pula, Pemohon Peninjauan

Kembali terlebih dahulu mengemukakan pengertian kekhilafan Hakim atau kekeliruan yang

nyata sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 263 ayat (2) huruf c KUHAP ; Penjelasan ini

perlu disampaikan dengan maksud agar kita tidak ke luar dari koridor kewenangan upaya

hukum peninjauan kembali. Oleh karena itu, perlu kiranya ditarik batas-batas di mana letak

penerapan kekhilafan atau kekeliruan yang nyata sesuai dengan maksud dari ketentuan

Pasal 263 ayat (2) huruf c KUHAP ; Pasal 263 ayat (2) huruf c KUHAP tidak mengatur

pengertian istilah kekhilafan Hakim atau kekeliruan yang nyata. Pasal 263 ayat (2) huruf c

Page 12: Analisis Kasus Asrori

1

KUHAP hanya mengatur mengenai rumusan umum dari salah satu dasar atau alasan

pengajuan permohonan peninjauan kembali ;

Pengertian umum menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia yang disusun oleh W.J.S.

Poerwadarminta pada halaman 504, " khilaf “ mempunyai pengertian " keliru / salah ",

sedangkan " kekhilafan " mempunyai pengertian " kekeliruan / kesalahan ". Dan selanjutnya

" kekhilafan " yang nyata diartikan dengan " kekeliruan / kesalahan " yang menyolok dan

serius ; Pengertian tersebut kemudian diintrodusir ke dalam pengertian kekhilafan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 263 ayat (2) huruf c KUHAP, di mana pengertian "

kekhilafan yang nyata " dalam praktek hukum dimaksudkan sebagai salah atau cacat dalam

pertimbangan atau perbuatan (an error or defect of judgment or conduct). Atau, dengan

kata lain, tidak sempurna pertimbangan putusan yang diambil (incomplete judgment). Atau

juga diartikan bahwa putusan atau tindakan yang diambil atau diartikan atau dilakukan,

menyimpang dari ketentuan yang semestinya (any deviation). Bahkan pertimbangan yang

ringkas (shortcoming) yang tidak cermat dan menyeluruh, dikualifikasikan sebagai putusan

yang mengandung kekhilafan. Oleh karena itu, kurang cermat dan kurang hati-hati

mempertimbangkan semua faktor dan aspek yang relevan dan urgen dikualifikasikan

sebagai kekhilafan yang mengabaikan fungsi mengadili (under general liability principle of

judiciary), kekhilafan adalah pelanggaran atas implementasi hukum yang mesti

dipertimbangkan dan diterapkan dalam memberikan putusan dalam suatu perkara ;

Berkaitan dengan kekhilafan yang dilakukan oleh Judex Facti dalam perkara a quo, hukum

acara pidana yang merupakan undang-undang adalah bersifat imperative atau memaksa,

sehingga tidak dapat ditafsirkan lain. Putusan Mahkamah Agung adalah merupakan suatu

panutan untuk kepentingan peradilan di bawahnya. Apabila keputusan Judex Facti tersebut

menyimpang, maka kepastian hukum yang ada akan menjadi rancu. Bahwa kekhilafan yang

dilakukan oleh Judex Facti dalam perkara a quo adalah sebagai berikut :

Tidak dipenuhinya batas minimal pembuktian sebagaimana diatur dalam Pasal 183 KUHAP ;

A. Tidak ada saksi fakta dalam perkara a quo, saksi yang diajukan adalah saksi De Auditu,

saksi Verbalisen (saksi Polisi Pemeriksa Perkara / Penyidik) dan saksi mahkota yang

bertentangan dengan hukum pembuktian ;

Bahwa saksi-saksi yang dihadirkan di muka persidangan pada tingkat pertama yang

terdiri dari H. Ishak Hidayat, Suyoto, Jalal, Agung Wibowo, Kasyono, Bambang

Hermanto, Supandi, Bambang Sucipto, Alex Hadi Saputro, H. Djaimudin, Abdul Wahid,

Page 13: Analisis Kasus Asrori

1

Imam Chambali adalah untuk memberikan keterangan terkait dengan berkas perkara

tindak pidana pembunuhan berencana terhadap korban Moh. Asrori (yang ditemukan di

kebun tebu Desa Braan, Kabupaten Jombang). Bahwa apabila Judex Facti mencermati

catatan sidang mengenai keterangan paras saksi tersebut di atas, jelas bahwa

pengetahuan atas pernyataan yang mereka sampaikan di atas tidak diperoleh dari

pengetahuannya sendiri (de auditu), tidak ada saksi fakta yang mampu menjelaskan cara

kejahatan, waktu kejahatan dan tempat kejahatan yang tepat dilakukan oleh Pemohon

PK. Pengajuan saksi Verbalisen adalah dagelan gaya kampung yang dilakukan sekedar

untuk memenuhi syarat formil jumlah saksi, apalagi dalam perkara ini terungkap bahwa

baik Pemohon Peninjauan Kembali maupun Imam Chambali alias Kemat dalam perkara

ini mengalami penyiksaan untuk mengaku sebagai pelaku pembunuhan sampai muncul

pemeriksaan saksi mahkota dengan memanfaatkan kebingungan dan ketidaktahuan

hukum dari masing-masing pelaku ;

Bahwa dengan demikian jelas bahwa Judex Facti telah melanggar ketentuan Pasal 1 ayat

(26) tentang Klasifikasi Seorang Saksi sebagai orang yang dapat memberikan keterangan

guna kepentingan penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana

yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri ; Bahwa keterangan saksi-saksi

tersebut di atas juga tidak bersesuaian antara satu dengan lainnya sehingga apabila

Judex Facti mengikuti sidang dengan cermat, maka Judex Facti tidak akan sampai pada

kesimpulan bahwa Pemohon Peninjauan Kembali bersalah dan akhirnya dihukum

dengan pidana penjara selama 12 tahun ;

Bahwa dalam menjatuhkan putusan Majelis Hakim Perkara No. 48/Pid.B/2008/PN.JMB.,

Judex Facti hanya mendasarkan pada keterangan Terdakwa yang diberikan karena di

intimidasi dan disiksa dan hasil Visum Et Repertum Jenazah atas nama Moh. Asrori No.

371/04/415.39/X/2007 tertanggal 25 Oktober 2007 oleh Dr. Rudy Prayudiya Ariyanto

Dokter Bedah pada Rumah Sakit Umum Jombang dengan hasil pemeriksaan tanggal 1

Oktober 2007 jam 10.00

Bahwa terhadap hasil Visum Et Repertum tersebut terdapat beberapa ketidaksesuaian

antara lain :

Keterangan yang diberikan oleh kakak kandung Moh. Asrori yang bernama Agung

Wibowo yang mengatakan Moh. Asrori memiliki gigi tulang sebelah kiri agak keluar

(gingsul) tetapi berdasarkan hasil Visum Et Repertum No. 371/04/415.39/X/2007

Page 14: Analisis Kasus Asrori

1

tertanggal 25 Oktober 2007 oleh Dr. Rudy Prayudiya Ariyanto menyatakan hasil

pemeriksaan luar terhadap Kepala : gigi tonggos, adalah suatu pengetahun yang

bersifat umum (notoir feiten) bahwa keadaan antara gigi tulang sebelah kiri agak

keluar (gingsul) dan gigi tonggos adalah berbeda, tonggos adalah bentuk gigi yang

cenderung maju ke depan, sedangkan gingsul adalah gigi tulang yang lebih menonjol

dari gigi lainnya pada barisan depan gigi manusia ;

Terhadap hasil pemeriksaan dipersidangan Pemohon Peninjauan Kembali

mengatakan Maman Sugianto memukul kepala korban bagian belakang dari arah

samping korban yang mengakibatkan korban jatuh kelantai tidak sadarkan diri tetapi

berdasarkan hasil Visum Et Repertum No. 371/04/415.39/X/2007 tertanggal 25

Oktober 2007 oleh Dr. Rudy Prayudiya Ariyanto menyatakan hasil pemeriksaan luar

leher : tidak ada kelainan, terdapat pertentangan terhadap hasil Visum yang

menyatakan tidak ada kelainan dan fakta dipersidangan leher dipukul dengan balok

kayu yang seharusnya akan timbul luka atau patah tulang terhadap leher tersebut

sebagai akibat di pukul dengan balok kayu ;

Bahwa terhadap hasil VER pemeriksaan luar dinyatakan " pada bagian perut ada

robekan 5 Cm di atas pusar, 1 Cm dari garis tengah tubuh berbentuk ellips dengan

sudut tajam di kedua sudutnya dengan ukuran 2 Cm x 4 Cm .... dst ", apabila

dikaitkan dengan barang bukti berupa pisau dapur yang disita dari rumah Imam

Chambali alias Kemat maka luka berbentuk ellips tersebut pada VER adalah bukan

karena ditusuk dengan pisau dapur yang memiliki satu sudut tajam, lebih-lebih

terhadap pisau dapur yang dijadikan barang bukti tersebut tidak pernah diperiksa

forensik apakah terdapat bekas-bekas darah yang identik dengan darah korban ;

Dari fakta-fakta tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil Visum Et Repertum No.

371/04/415.39/X/2007 tertanggal 25 Oktober 2007 oleh Dr. Rudy Prayudiya Ariyanto

bertentangan dengan keterangan-keterangan yang disampaikan oleh saksi Agung Wibowo

dan saksi Imam Chambali alias Kemat, yang seharusnya dicermati oleh Majelis Hakim yang

memeriksa perkara No. 49/Pid.B/2008/PN.JMB. sehingga dapat dipastikan apakah :

1. Mayat yang telah menjalani Visum tersebut mayat Moh. Asrori atau mayat orang lain ?,

2. Apakah ada persesuaian antara keterangan saksi dan barang bukti dengan hasil Visum Et

Repertum No. 371/04/415.39/X/2007 tertanggal 25 Oktober 2007 oleh Dr. Rudy

Prayudiya Ariyanto ;

Page 15: Analisis Kasus Asrori

1

Jawabannya adalah tidak, tidak satupun alat bukti yang diajukan dalam persidangan ini

memiliki persesuaian satu sama lain, sehingga kesimpulan Majelis Hakim yang memeriksa

perkara No. 49/Pid.B/2008/PN.JMB. yang telah menghukum Pemohon Peninjauan Kembali

adalah keliru. Perkara No. 49/Pid.B/2008/PN.JMB. telah diputus dengan tidak memenuhi

batas minimum pembuktian sebagaimana diatur dalam Pasal 183 KUHAP ;

Mengenai alasan peninjauan kembali ad. 1 :

Bahwa alasan peninjauan kembali tersebut dapat dibenarkan, oleh karena Judex Facti

(Pengadilan Negeri) salah menerapkan hukum, dengan pertimbangan sebagai berikut :

a. Adanya bukti-bukti PK.4, PK.13 dan PK.14, yang menjelaskan bahwa korban mati yang

digali dari kebun rumah Riyan ternyata dari hasil sample darah adalah anak pasangan

Dwi Mentari dan Djalal yang bernama Asrori ;

b. Korban yang di kebun tebu adalah anak dari pasangan Suyati yang bernama Suyanto ;

c. Terdakwa didakwa telah melakukan pembunuhan terhadap Asrori sedangkan dalam

kasus perkara itu kemudian ditemukan tersangka yang mengakui bernama Riyan adalah

pelakunya, sebagaimana terangkum dalam bukti-bukti (PK.6, PK.7 dan PK.8) ;

d. Sesuai bukti-bukti PK.9, PK.10, PK11 dan PK.12 ternyata mayat yang ditemukan oleh

masyarakat teridentifikasi bernama “ Moch. Asrori sebagai korban pembunuhan Riyan,

sedangkan kemudian ternyata korban mati yang di kebun tebu adalah Fauzin Suyanto

als. Antonius “ ;

Dengan demikian jika Terpidana Devid Eko Priyanto telah diperiksa dan dihukum pidana

serta berkekuatan hukum tetap sebagai “ telah membunuh Asrori “ padahal ternyata yang

diketemukan di kebun tebu tersebut adalah mayat “ Fauzin Suyanto als. Antonius “ ;

Dapat disimpulkan bahwa dalam kasus a quo telah terjadi error in subyektif kesalahan

Terdakwanya dan terjadi kesalahan menangkap ;

Dengan adanya Novum tersebut maka Terpidana harus dinyatakan tidak terbukti dan

karenanya harus dibebaskan. Oleh karena alasan peninjauan kembali yang mendasarkan

atas adanya Novum dapat dibenarkan maka pertimbangan tentang alasan peninjauan

kembali selebihnya dipandang tidak relevan lagi ;

Alasan peninjauan kembali karena kekeliruan nyata dari Judex Facti (Pengadilan Negeri)

adalah sebagai akibat dari alat-alat bukti yang ada dan diyakini cukup dapat dijadikan dasar

pemidanaan maka harus dipandang alas an tersebut tidak dapat dibenarkan. Walaupun

Page 16: Analisis Kasus Asrori

1

seolah-olah dengan adanya Novum tersebut, Judex Facti (Pengadilan Negeri) telah salah

menerapkan hukum pembuktian, karena Judex Facti (Pengadilan Negeri) telah memeriksa

dan mengadili perkara tersebut sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan khususnya

hukum pembuktian

Page 17: Analisis Kasus Asrori

1

BAB II ANALISIS

Asas praduga tak bersalah dan akusator menempatkan tersangka/terdakwa sebagai

subjek yang harus diperlakukan secara manusiawi. Penyidik sering melalaikan asas tersebut

sampai mengakibatkan salah tangkap, seperti yang terjadi pada penyidikan terhadap Imam

Chambali, Devid Eko Priyanto, dan Maman Sugianto. Data hasil penelitian memperlihatkan

bahwa penyidik menangkap Imam Chambali, Devid Eko Priyanto, dan Maman Sugianto

tanpa bukti permulaan yang cukup sampai mengakibatkan salah tangkap. Penyidik juga

melakukan tindakan kekerasan selama penyidikan supaya mereka mengakui perbuatan yang

dituduhkan. Kenyataan yang terjadi menunjukkan masih seringnya penyidik melakukan

pelanggaran terhadap aturan dalam proses penyidikan, dan kurang tegasnya sanksi yang

diberikan kepada penyidik.

Salah tangkap yang menimpa terpidana Imam Chambali tersebut menimbulkan

konsekuensi hukum bagi para terpidana, selain dia dapat mengajukan Peninjauan kembali

dan menuntut pembebasannya karena terpaksa menjalani hukuman atas tuduhan

kesalahan yang tidak pernah mereka lakukan. Para terpidana ini juga dapat menuntut Ganti

kerugian Rehabilitasi. Dalam pasal 95 ayat (1) KUHAP dijelaskan tentang Ganti kerugian

sebagai berikut :

“Tersangka, terdakwa, atau terpidana berhak menuntut ganti kerugian karena ditangkap, ditahan, dituntut dan diadili atau dikenakan tindakan lain, tanpa alasan yang berdasarkan Undang-undang atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang diterapkan.”

Selanjutnya tentang Rehabilitasi dijelaskan dalan pasal 97 ayat (1) sebagai berikut :

“seorang berhak memperoleh Rehabilitasi apabila oleh pengadilan diputus bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum yang putusannya telah mempunyai kekuatan hukum tetap.”

Konsekuensi hukum dalam kasus salah tangkap tersebut seharusnya tidak hanya bagi

pihak korban yang menjadi korban salah salah tangkapnya saja namum seharusnya demi

memenuhi rasa keadilan dalam masyarakat semestinya juga ada tanggung jawab dari polisi

penyidiknya sendiri. Tanggung jawab hukum dari penegak hukum dalam hal ini yaitu

Kepolisian Negara Republik Indonesia mengacu kepada ketentuan dalam peraturan tentang

Kepolisian yaitu dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik

Page 18: Analisis Kasus Asrori

1

Indonesia. Isi dari Undang undang ini mengatur tentang fungsi, tugas dan wewenang dari

anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai penegak hukum.

Berdasarkan pada kasus yang telah diuraikan sebelumnya jelas terlihat adanya unsur

kelalaian dari polisi penyidik yang tidak profesional menangani suatu kasus pidana. Terbukti

dengan adanya kesalahan dalam proses identifikasi mayat korban Fauzin sebagai mayat

Asrori. Namun Polisi dengan tergesa-gesa melakukan penangkapan terhadap tersangka

sebelum memastikan bahwa permulaan bukti yang didapat tersebut sudah benar-benar

cukup kuat atau tidak. Sebab untuk melakukan penangkapan penyidik harus benar-benar

memperhatikan ketentuan atau aturan hukumnya. Ada syarat-syarat yang harus dipenuhi

penyidik ketika hendak melakukan penangkapan berdasarkan pasal 17 KUHAP yaitu :

1. Seorang tersangka yang diduga keras melakukan tindak pidana.

2. Dugaan yang kuat itu harus didasarkan pada permulaan bukti yang cukup.

Yang dimaksud bukti permulaan yang cukup menurut penjelasan pasal 17 adalah

bukti permulaan untuk menduga adanya tindak pidana. Selanjutnya dalam penjelasan pasal

17 juga menunjukan bahwa penangkapan tidak bisa dilakukan sewenang-wenang tetapi

hanya ditujukan bagi mereka yang betul-betul melakukan tindak pidana.

Terdakwa Maman S yang saat itu masih menjalani proses pengadilan juga memohon

pembebasan atas dirinya. Dengan dasar kebijakan para hakim tersebut yang mengacu pada

Putusan Mahkamah Agung yang mengabulkan PK terhadap Imam Chambali dan Devid Eko

Priyanto maka pengadilan atas Maman Sugianto tidak bisa dilanjutkan. Putusan PK

menunjukkan adanya error in persona pada persidangan yang telah memidanakan Imam

dan Devid. Demikian Pula halnya dengan Maman Sugianto yang saat itu masih dalam proses

pengadilan juga dibebaskan.

Page 19: Analisis Kasus Asrori

1

BAB III KESIMPULAN

Dari uraian pada bab sebelumnya terdapat bebrapa hal yang dapat kita ambil

sebagai kesimpulan, dimana telah terjadi suatu mekanisme penegakan hukum yang

seharusnya dapat memberikan suatu keadilan akan tetapi disalah gunakan oleh beberapa

oknum penegak hukum sehingga tidak mencerminkan suatu keadilan yang seharusnya.

Hukum adalah suatu sistem dimana dalam sistem tersebut terdiri dari sub sistem-

sub sistem yang mana jika salah satu atau beberapa dari sub sistem tersebut tidak berjalan

sebagaimana mestinya maka akan mempengaruhi tidak berjalannya sistem itu sendiri. Salah

satu sub sistem tersebut adalah aparatur penegak hukum itu sendiri, yang jika tidak berjalan

sebagaimana mestinya maka hukum itu sendiri tidak akan dapat berjalan sehingga keadilan

yang seharusnya menjadi output dari sistem tersebut tidak akan ada.

Hal inilah yang terjadi pada kasus penangkapan tindak pidana pembunuhan yang

dialami oleh Imam Chambali alias Kemat CS yang sejak dalam masa penyidikan hingga di

vonis oleh hakim ‘dipaksa’ dengan segala macam cara hingga pada akhirnya mereka

terpaksa mengaku perbuatan yang tidak pernah dia perbuat setelah mengalami berbagai

macam sisksaan secara fisik untuk mengakui bahwa merekalah yang telah membunuh

Asrori.

Sudah seharusnyalah bahwa perlindungana hukum bagi yang diduga kuat melakukan

tindak pidana harus sudah dimulai dari proses penyelidikan. Proses penyelidikan sangatlah

penting guna menghindari adanya pelanggaran HAM. Korban salah tangkap banyak berasal

dari masyarakat kurang mampu yang awam atas hak-hak yang diberikan hukum.