ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA KONTRASEPSI · PDF fileProsiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah...
Transcript of ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA KONTRASEPSI · PDF fileProsiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah...
Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia 2016 e-ISSN : 2541-0474
191
ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA KONTRASEPSI IMPLAN DAN
SUNTIK PADA AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA (KB) DI
PUSKESMAS BOROBUDUR KABUPATEN MAGELANG
Ajeng Inggit Anindita*, Diesty Anita Nugraheni, dan Yosi Febrianti
Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta 55584, Indonesia
*Corresponding author email: [email protected]
Abstrak
Latar belakang: Dalam penerapan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang telah dimulai pada tahun 2014, di
dalamnya mencakup Jaminan Kesehatan Nasional. Mengingat terbatasnya anggaran yang tersedia, maka aspek
pengendalian biaya sekaligus efektivitas obat yang dipilih, menjadi salah satu pertimbangan utama. Jenis kontrasepsi
hormonal implan dan suntik termasuk katagori obat program pemerintah dibawah pengawasan Badan Kependudukan
dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang digunakan secara klinis untuk mengatur kelahiran tanpa mengakhiri
kesuburan.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode kontrasepsi yang paling cost effective diantara implan dan
suntik untuk akseptor KB di Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang dilihat dari perspektif Puskesmas
Borobudur.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian Analitik Deskriptif dengan rancangan cross-sectional. Analisis data
dilakukan dengan Analisis Average Cost Effectiveness Ratio (ACER), analisis Incremental Cost Effective Ratio (ICER), dan Uji
Sensitivitas.
Hasil penelitian: Nilai ACER implan = 17.668 dan ACER suntik 39.056,49. Nilai ICER Implan-suntik sebesar
1.728.264,46 dan dari uji sensitivitas didapatkan hasil bahwa ACER implan lebih rendah dibanding ACER suntik.
Kesimpulan: Sehingga diperoleh kesimpulan bahwa implan merupakan metode kontrasepsi yang paling cost effective.
Kata kunci : analisis efektivitas biaya, kontrasepsi, implan, suntik
1. PENDAHULUAN
Indonesia harus memperhatikan adanya
pertumbuhan jumlah penduduk. Jumlah
penduduk sangat menentukan kualitas kehidupan
warga disegala bidang kehidupan termasuk di
bidang kesehatan. Proyeksi Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional menunjukkan jumlah penduduk
Indonesia 25 tahun mendatang akan terus
meningkat dari 238,5 juta pada tahun 2010
menjadi 305,6 juta pada 2035(1).
Memperhitungkan biaya obat dalam
upaya mengendalikan biaya kesehatan
merupakan hal penting dalam pembangunan
kesehatan. Penerapan Jaminan Kesehatan
Nasional yang dimulai pada tahun 2014 selalu
menyisakan masalah mengenai pembengkakan
klaim. Dengan terbatasnya anggaran yang
tersedia, aspek pengendalian mutu sekaligus
biaya, menjadi salah satu perhatian penting.
Sehingga penerapan hasil kajian
farmakoekonomi dalam pemilihan dan
penggunaan obat secara efektif dan efisien
sangat dibutuhkan, bukan hanya oleh
Pemerintah, namun juga bagi industri,
pendidikan, dan lain-lain(2) .
2. METODE
Penelitian ini merupakan penelitian
Analitik-deskriptif observasional dengan
rancangan cross-sectional, dilakukan dengan
studi komparatif metode kontrasepsi implan dan
suntik dengan mengumpulkan data dari akseptor
KB yang ditemui selama rentang waktu
penelitian (1 April 2016 – 31 Juni 2016) di
Puskesmas Borobudur Kabupaten Magelang.
Perhitungan biaya dari perspektif Puskesmas
Borobudur diperoleh dari jumlah klaim Biaya
Medik Langsung (meliputi biaya konsultasi,
biaya tindakan, biaya pemeriksaan penunjang
dan biaya obat tambahan) disesuaikan dengan
kepesertaan jaminan kesehatan yang dimiliki.
Karakteristik Responden tersaji dalam tabel 1.
Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia 2016 e-ISSN : 2541-0474
192
Tabel 1. Karakteristik responden
Indikator N (orang) Persentase (%) p-value
Usia Responden 0,069
<20 Tahun 3 2,68
21-30 Tahun 35 31,25
31-40 Tahun 45 40,18
41-50 Tahun 29 25,89
Pekerjaan Responden 0,027
Ibu Rumah Tangga 57 50,89
PNS 5 4,46
Pegawai Swasta 19 16,96
Wiraswasta 31 27,68
Penghasilan Suami-Istri dalam 1 bulan 0,001
< Rp.500.000 42 37,50
Rp. 500.000 - Rp.2.500.000 28 25,00
Rp. 2.600.000 - Rp.5.000.000 18 16,07
> Rp. 5.000.000 24 21,43
Tingkat Pendidikan Responden 0,039
SD 17 15,18
SMP 36 32,14
SMA 52 46,43
DIPLOMA 3 2,68
S 1 3 2,68
S 2 1 0,89
Jumlah anak yang dimiliki responden 0,433
1 anak 23 20,54
2 anak 61 54,46
3 anak 25 22,32
4 anak 3 2,68
Jenis Jaminan yang dimiliki responden 0,149
JKN 58 51,79
JAMKESDA 24 21,43
UMUM 30 26,79
Alasan mengikuti Program KB
Menunda memiliki anak 37 33,04 0,000
Mengatur Jarak Kelahiran 49 43,75
Tidak ingin anak lagi 26 23,21
Lama Penggunaan Kontrasepsi saat ini oleh responden -
1-2 Tahun 36 32,14
2-3 Tahun 37 33,04
>3 Tahun 39 34,82
Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia 2016 e-ISSN : 2541-0474
193
2.1. Kriteria Inklusi dan ekslusi Populasi penelitian adalah akseptor
implan dan suntik di wilayah Kecamatan
Borobudur Kabupaten Magelang yang datang ke
Puskesmas Borobudur dipilih dengan metode
Insidental sampling dengan kriteria inklusi
antara lain : Perempuan yang Minimal 1 tahun
menggunakan kontrasepsi Implan atau suntik
terhitung sejak tahun 2012 yang memiliki Rekam
penggunaan kontrasepsi di Puskesmas
Borobudur dan bersedia menjadi subyek
penelitian.
Ekslusi : Responden menggunakan kombinasi
model kontrasepsi hormonal-non hormonal
selain implan dan suntik.
3. HASIL
3.1. Responden Penelitian
Responden berjumlah 115 responden
dan 3 responden diekslusi karena 2 orang
menggunakan kombinasi kontrasepsi hormonal-
non hormonal dan 1 orang tidak memiliki catatan
rekam KB di puskesmas Borobudur sebelumnya.
Karakteristik responden dapat dilihat pada Tabel
1.
3.2. Biaya Implan
Total pembiayaan implan mula-mula
dihitung selama 3 tahun sesuai dengan siklus
implan yaitu 3 tahun, kemudian dibagi 3
sehingga diperoleh biaya rata-rata tahunan.
Pembiayaan meliputi biaya jasa dokter spesialis
Rp. 7.500/jasa. Biaya pemeriksaan penunjang
sebesar Rp. 60.000/USG. Biaya
pemasangan/pelepasan implan Rp.74.000 pada
peserta umum dan JAMKESDA, serta
Rp.100.000 pada JKN. Biaya obat tambahan
Amoksisilin 500 mg (E-catalog Jawa Tengah Rp.
2.320,- /strip) dan Asam Mefenamat 500 mg (E-
catalog Jawa Tengah Rp.1.060,-/strip)(3). Total
biaya klaim peggunaan implan Rp. 1.766.800,-
dengan rincian biaya tersaji pada tabel 2.
Tabel 2. Analisis biaya implan
Jenis Biaya Medik Langsung Biaya
Biaya Konsultasi Rp 15.000
Biaya Pemeriksaan Penunjang Rp 120.000
Biaya Tindakan Rp 5.064.000
Biaya Obat tambahan Rp 101.400
Total biaya 3 Tahun Rp 5.300.400
Total biaya per tahun Rp 1.766.800
3.3. Biaya Suntik Biaya tahunan dihitung dari jumlah pembiayaan seputar KB selama 1 tahun terakhir meliputi
biaya jasa dokter spesialis Rp. 7.500/jasa. Biaya pemeriksaan penunjang sebesar Rp. 60.000/USG. Tarif
tindakan Rp.7.000,-/ tindakan pada peserta umum dan JAMKESDA, serta Rp.15.000,- pada JKN. Total
klaim Rp.3.858.000,-. Rincian biaya suntik tersaji pada tabel 3.
Tabel 3. Analisis biaya suntik
Jenis Biaya Medik Langsung Biaya
Biaya Konsultasi Rp 30.000
Biaya Pemeriksaan Penunjang Rp 60.000
Biaya Tindakan Rp 3.768.000
Biaya Obat tambahan Rp 0
Total biaya 1 Tahun Rp3.858.000
3.4. Efektivitas Implan
Tidak terdapat kehamilan yang tidak
direncanakan pada 30 responden implan,.
Sehingga diperoleh efektifitas implan:
Efektivitas
Efektivitas Implan
Efektivitas Implan
Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia 2016 e-ISSN : 2541-0474
194
3.5. Efektivitas Suntik Terdapat seorang responden melaporkan
kehamilan yang tidak direncanakan dari 82
responden suntik. Sehingga diperoleh efektifitas
suntik sebagai berikut :
Efektivitas
Efektivitas Suntik
Efektivitas Suntik
3.6. Average Cost Effectiveness Ratio
ACER merupakan rasio biaya dan
efektivitas. Pembilang ratio menunjukkan biaya
dan penyebut menggambarkan efektivitas(4).
3.7. Incremental Cost Effectiveness Ratio
Perhitungan ini untuk mengetahui
perbandingan metode implan dengan metode
suntik dalam hal biaya dan efektivitas.
3.8. Uji Sensitivitas Uji sensitivitas dilakukan dengan simulasi
untuk mengetahui pengaruh perbedaan besar
biaya dengan parameter efektivitas yang tetap
dan hasilnya tersaji pada Tabel 4 dan Gambar 1.
Tabel 4. Uji sensitifitas
Jenis Kontrasepsi Simulasi Biaya
1. Biaya-SD 2. Biaya 3. Biaya+SD
Implan -676,48 17.668,00 36.012,48
Suntik 11.438,93 39.052,54 66.666,14
Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia 2016 e-ISSN : 2541-0474
195
Gambar 1. Grafik Uji Sensitivitas
4. PEMBAHASAN
4.1. Profil Karakteristik Responden
Terdapat 3 responden dibawah 20 tahun.
Hal ini relevan karena saat ini, berdasarkan Pasal
7 ayat 1 UU. No. 1 tahun 1974 tentang
Perkawinan, batas usia menikah adalah 16 tahun
bagi perempuan dan pria 19 tahun(5). Nilai p-
value (0,069>0,05) menunjukkan tidak terdapat
hubungan signifikan antara usia dengan
pemilihan kontrasepsi dikarenakan responden
memilih kontrasepsi bukan hanya karena usia,
namun juga berdasarkan kenyamanan
kontrasepsi tersebut. Walaupun responden
tersebut berusia produktif dan ingin
menjarangkan kelahiran, namun jika responden
merasa tidak aman dengan alat kontrasepsi
jangka panjang, maka responden tersebut tidak
akan memilih metode tersebut. Terdapat
hubungan signifikan antara pekerjaan dengan
pemilihan kontrasepsi (p-value 0,027>0,05).
50% responden berprofesi sebagai ibu rumah
tangga memiliki cukup waktu berkontrasepsi
dibanding ibu yang cenderung bekerja formal
dan tidak memiliki akses ke sektor pelayanan
pemerintah seiring dengan jam kerja. Pemilihan
kontrasepsi berhubungan dengan penghasilan
responden (p-value 0,001>0,05) karena termasuk
paket jaminan kesehatan yang bergantung juga
pada besarnya premi yang dibayarkan oleh
responden terlebih pada akseptor yang tidak
memiliki jaminan kesehatan, akseptor harus
membayar secara mandiri. Namun jenis jaminan
responden tidak berhubungan dengan pemilihan
kontrasepsi (p value 0,149>0,05). Pada sistem
JKN sebagai asuransi yang paling banyak
digunakan oleh responden memiliki tarif premi
yang berkisar antara 1% hingga 5% Gaji serta
Rp. 25.500,- hingga Rp. 80.000,- tiap orang tiap
bulan(6). Mayoritas responden memiliki
penghasilan kurang dari Rp.500.000/ bulan.
Mayoritas responden berasal dari tamatan
SMA (46,43%). Pendidikan responden tidak
berhubungan dengan pilihan kontrasepsi (p
value: 0,039<0,05). KB diperkirakan sudah
merupakan kebutuhan masyarakat sehingga
mudah diterima semua golongan pendidikan(7).
Terdapat pengaruh signifikan antara alasan
mengikuti program KB dengan kontrasepsi yang
dipilih (Nilai p-value 0,001<0,05). 43,75%
responden menggunakan kontrasepsi untuk
mengatur jarak kelahiran antar anak.
4.2. Analisis Biaya
Kontrasepsi termasuk Obat Program
yang digratiskan obatnya oleh pemerintah dan
dikontrol oleh BKKBN. Biaya yang diterapkan
kepada masyarakat pada JKN telah sesuai
dengan PMK No. 59 Tahun 2014 tentang
Standar Tarif Pelayanan Kesehatan dalam
penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan(8)
klaim dibayar oleh Badan Penyelenggara
Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia 2016 e-ISSN : 2541-0474
196
Jaminan Sosial Kesehatan. Tarif kepesertaan
Jaminan Kesehatan Daerah (JAMKESDA) dan
secara mandiri juga telah sesuai dengan
Peraturan Daerah Kabupaten Magelang No. 3
tahun 2012 tentang retribusi jasa umum di
wilayah Kabupaten Magelang(9) yang klaim-nya
dibayarkan oleh Pemerintah Kabupaten
Magelang.
4.3. Analisis Efektivitas Implan yang digunakan adalah 2 batang
dengan efektifitas pemakaian 3 (tiga) tahun,
berupa silastik panjang 3,4 cm dengan diameter
2,4 mm mengandung levonorgestrel 75 mg
berfungsi menghentikan suplai hormon estrogen
untuk mendorong pembentukan lapisan dinding
lemak dan menyebabkan terjadinya menstruasi.
Implan bekerja dengan mengganggu serviks
menjadi kental, mengganggu pembentukan
proses endometrium sehingga sulit terjadi
implantasi dan menekan ovulasi(10). Dipasang
subdermal di lengan dalam menggunakan insisi
dan anestesi lokal dengan bantuan trokar. Pada
penelitian ini diperoleh bahwa efektivitas implan
dapat mencapai 100% dengan tidak terjadinya
kehamilan yang tidak direncanakan oleh
akseptor sesuai dengan kehandalan implan yang
mencapai 0,05% pada pearl index(11). Permenkes
RI No. 2406/MENKES/PER/XII/201.1 tentang
Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik
merekomendasikan pemberian antibiotik
profilaksis pada penyisipan perangkat prostetik
atau implan - di mana tidak ada bukti khusus
yang tersedia secara umum dengan nilai
rekomendasi D (recommended)(12). Terdapat
sebuah RCT yang membandingkan agen anti-
inflamasi non-steroid asam mefenamat dengan
plasebo dan menemukan efek menguntungkan
dari asam mefenamat, etinilestradiol (Sendiri
atau sebagai OC) atau mifepristone pada
perdarahan akibat Norplant(13).
Suntik KB termasuk Long Acting
Contraceptive System (LACS) yaitu
kontrasepsiyang penggunaannya tidak setiap hari
seperti pil atau tidak setiap melakukan coitus
seperti kondom KB suntikan tertinggi digunakan
wanita Indonesia, yakni mencapai 32%(14).
Sebagian besar Pelayanan KB dilakukan oleh
bidan praktik mandiri (52,5%). Hanya 12%
dilakukan di Puskesmas dan 4,1% di
Poskesdes(14). Suntikan ini mengandung suspensi
steril Medroxy-progesterone Acetate 150 mg/3ml
secara intramuskular di daerah bokong. Dalam
penelitian ini diperoleh bahwa terjadi 1 kejadian
kehamilan tidak direncanakan akibat kelalaian
melakukan penyuntikan ulang ke Puskesmas.
Dibanding implan, suntik memang memiliki nilai
pearl index lebih besar ( nilai pearl index =0,3).
4.4. Analisis Efektivitas Biaya
Analisis Efektifitas Biaya dilakukan
dengan cara membandingkan ACER implan dan
ACER suntik dimana ACER terendah merupakan
alternatif kontrasepsi yang lebih efektif dan
efisien(3). Nilai Average Cost Effectiveness Ratio
(ACER) implan = kemudian ACER
suntik = . Perhitungan Incremental
Cost Effectiveness Ratio (ICER) diperoleh hasil
nilai ICER Suntik-implan = 1.728.264,46
5. KESIMPULAN
Total Biaya Medik Langsung tahunan
untuk akseptor KB di wilayah Kecamatan
Borobudur Kabupaten Magelang berdasarkan
perspektif puskesmas Borobudur Kabupaten
Magelang untuk penggunaan implan sebesar Rp.
1.766.800,- dengan efektivitas 100% dari 30
responden ; untuk dan suntik sebesar Rp.
3.858.000,- dengan efektivitas 98,79% dari 82
responden sehingga implan (ACER =17,668) merupakan kontrasepsi yang paling cost effective
berdasar perspektif Puskesmas untuk akseptor
KB di Kecamatan Borobudur Kabupaten
Magelang.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih peneliti sampaikan
kepada Program Studi Farmasi Fakultas MIPA
Universitas Islam Indonesia yang telah menaungi
perizinan dan penelitian ini serta kepada
Puskesmas Borobudur Kabupaten Magelang
yang telah memberikan izin lokasi penelitian
sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan
lancar demi kepentingan ilmu pengetahuan pada
umumnya dan kajian farmakoekonomi pada
khususnya.
DAFTAR PUSTAKA 1. Badan Pusat Statistik, 2013, Proyeksi Penduduk
Indonesia 2010-2035, Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional, Badan Pusat Statistik
Jakarta, 28-35
2. Kementerian Kesehatan RI, Pedoman Penerapan
Kajian Farmakoekonomi, Kementerian
Kesehatan, Jakarta, 2013 ; p. 15-20
3. http://www.e-katalog.lkpp.go.id
4. Andayani, T. M., 2013, Farmakoekonomi Prinsip dan Metodologi, Bursa Ilmu,
Yogyakarta, 73-76, 95,
5. UU. No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan
Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia 2016 e-ISSN : 2541-0474
197
6. BPJS Kesehatan, 2014, Iuran. available at
http://www.bpjs-
kesehatan.go.id/bpjs/index.php/pages/detail/2014
/13 diakses 23 Juli 2016
7. Sigit K, Pengaruh jumlah anak dan keinginan
punya anak terhadap penggunaan kontrasepsi di
Propinsi Jawa Tengah. Berita Kedokteran
Masyarakat, 2000; XVI (2):83-95.
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 59 Tahun
2014 tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan
dalam Penyelenggaraan Program Jaminan
Kesehatan.
9. Peraturan Daerah Kabupaten Magelang Nomor 3
tahun 2012 tentang Retribusi Jasa Umum di
lingkungan Kabupaten Magelang
10. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu
dan Anak, 2013, Rencana Aksi Nasional Pelayanan Keluarga Berencana 2014-2015,
Jakarta, Direktorat Jenderal Bina Gizi dan
Kesehatan Ibu dan Anak, 31
11. Trussel, J., 2011, Contraceptive Failure in the
United States, Contraception. 2011 May ; 83(5):
397–404
12. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
2406/MENKES/PER/XII/2011 Tentang
Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik.
13. National Collaborating Center for women’s
and children’s health and commissioned by the
National Institute for Health and clinical
Excellence, 2013, Long Acting Reversible
Contraception: The effective and appropriate use
of long acting reversible contraception, Royal College of Obstetricians and Gynaecologists.
p.100
14. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan kesehatan ibu
anak, 2013, Rencana Aksi Nasional pelayanan
Keluarga Berencana, p.36-38