ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA KONTRASEPSI · PDF fileProsiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah...

7
Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia 2016 e-ISSN : 2541-0474 191 ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA KONTRASEPSI IMPLAN DAN SUNTIK PADA AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA (KB) DI PUSKESMAS BOROBUDUR KABUPATEN MAGELANG Ajeng Inggit Anindita*, Diesty Anita Nugraheni, dan Yosi Febrianti Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta 55584, Indonesia *Corresponding author email: [email protected] Abstrak Latar belakang: Dalam penerapan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang telah dimulai pada tahun 2014, di dalamnya mencakup Jaminan Kesehatan Nasional. Mengingat terbatasnya anggaran yang tersedia, maka aspek pengendalian biaya sekaligus efektivitas obat yang dipilih, menjadi salah satu pertimbangan utama. Jenis kontrasepsi hormonal implan dan suntik termasuk katagori obat program pemerintah dibawah pengawasan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang digunakan secara klinis untuk mengatur kelahiran tanpa mengakhiri kesuburan. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode kontrasepsi yang paling cost effective diantara implan dan suntik untuk akseptor KB di Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang dilihat dari perspektif Puskesmas Borobudur. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian Analitik Deskriptif dengan rancangan cross-sectional. Analisis data dilakukan dengan Analisis Average Cost Effectiveness Ratio (ACER), analisis Incremental Cost Effective Ratio (ICER), dan Uji Sensitivitas. Hasil penelitian: Nilai ACER implan = 17.668 dan ACER suntik 39.056,49. Nilai ICER Implan-suntik sebesar 1.728.264,46 dan dari uji sensitivitas didapatkan hasil bahwa ACER implan lebih rendah dibanding ACER suntik. Kesimpulan: Sehingga diperoleh kesimpulan bahwa implan merupakan metode kontrasepsi yang paling cost effective. Kata kunci : analisis efektivitas biaya, kontrasepsi, implan, suntik 1. PENDAHULUAN Indonesia harus memperhatikan adanya pertumbuhan jumlah penduduk. Jumlah penduduk sangat menentukan kualitas kehidupan warga disegala bidang kehidupan termasuk di bidang kesehatan. Proyeksi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional menunjukkan jumlah penduduk Indonesia 25 tahun mendatang akan terus meningkat dari 238,5 juta pada tahun 2010 menjadi 305,6 juta pada 2035 (1) . Memperhitungkan biaya obat dalam upaya mengendalikan biaya kesehatan merupakan hal penting dalam pembangunan kesehatan. Penerapan Jaminan Kesehatan Nasional yang dimulai pada tahun 2014 selalu menyisakan masalah mengenai pembengkakan klaim. Dengan terbatasnya anggaran yang tersedia, aspek pengendalian mutu sekaligus biaya, menjadi salah satu perhatian penting. Sehingga penerapan hasil kajian farmakoekonomi dalam pemilihan dan penggunaan obat secara efektif dan efisien sangat dibutuhkan, bukan hanya oleh Pemerintah, namun juga bagi industri, pendidikan, dan lain-lain (2) . 2. METODE Penelitian ini merupakan penelitian Analitik-deskriptif observasional dengan rancangan cross-sectional, dilakukan dengan studi komparatif metode kontrasepsi implan dan suntik dengan mengumpulkan data dari akseptor KB yang ditemui selama rentang waktu penelitian (1 April 2016 31 Juni 2016) di Puskesmas Borobudur Kabupaten Magelang. Perhitungan biaya dari perspektif Puskesmas Borobudur diperoleh dari jumlah klaim Biaya Medik Langsung (meliputi biaya konsultasi, biaya tindakan, biaya pemeriksaan penunjang dan biaya obat tambahan) disesuaikan dengan kepesertaan jaminan kesehatan yang dimiliki. Karakteristik Responden tersaji dalam tabel 1.

Transcript of ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA KONTRASEPSI · PDF fileProsiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah...

Page 1: ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA KONTRASEPSI · PDF fileProsiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia 2016 e-ISSN : 2541-0474 191 ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA KONTRASEPSI

Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia 2016 e-ISSN : 2541-0474

191

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA KONTRASEPSI IMPLAN DAN

SUNTIK PADA AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA (KB) DI

PUSKESMAS BOROBUDUR KABUPATEN MAGELANG

Ajeng Inggit Anindita*, Diesty Anita Nugraheni, dan Yosi Febrianti

Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta 55584, Indonesia

*Corresponding author email: [email protected]

Abstrak

Latar belakang: Dalam penerapan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang telah dimulai pada tahun 2014, di

dalamnya mencakup Jaminan Kesehatan Nasional. Mengingat terbatasnya anggaran yang tersedia, maka aspek

pengendalian biaya sekaligus efektivitas obat yang dipilih, menjadi salah satu pertimbangan utama. Jenis kontrasepsi

hormonal implan dan suntik termasuk katagori obat program pemerintah dibawah pengawasan Badan Kependudukan

dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang digunakan secara klinis untuk mengatur kelahiran tanpa mengakhiri

kesuburan.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode kontrasepsi yang paling cost effective diantara implan dan

suntik untuk akseptor KB di Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang dilihat dari perspektif Puskesmas

Borobudur.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian Analitik Deskriptif dengan rancangan cross-sectional. Analisis data

dilakukan dengan Analisis Average Cost Effectiveness Ratio (ACER), analisis Incremental Cost Effective Ratio (ICER), dan Uji

Sensitivitas.

Hasil penelitian: Nilai ACER implan = 17.668 dan ACER suntik 39.056,49. Nilai ICER Implan-suntik sebesar

1.728.264,46 dan dari uji sensitivitas didapatkan hasil bahwa ACER implan lebih rendah dibanding ACER suntik.

Kesimpulan: Sehingga diperoleh kesimpulan bahwa implan merupakan metode kontrasepsi yang paling cost effective.

Kata kunci : analisis efektivitas biaya, kontrasepsi, implan, suntik

1. PENDAHULUAN

Indonesia harus memperhatikan adanya

pertumbuhan jumlah penduduk. Jumlah

penduduk sangat menentukan kualitas kehidupan

warga disegala bidang kehidupan termasuk di

bidang kesehatan. Proyeksi Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana

Nasional menunjukkan jumlah penduduk

Indonesia 25 tahun mendatang akan terus

meningkat dari 238,5 juta pada tahun 2010

menjadi 305,6 juta pada 2035(1).

Memperhitungkan biaya obat dalam

upaya mengendalikan biaya kesehatan

merupakan hal penting dalam pembangunan

kesehatan. Penerapan Jaminan Kesehatan

Nasional yang dimulai pada tahun 2014 selalu

menyisakan masalah mengenai pembengkakan

klaim. Dengan terbatasnya anggaran yang

tersedia, aspek pengendalian mutu sekaligus

biaya, menjadi salah satu perhatian penting.

Sehingga penerapan hasil kajian

farmakoekonomi dalam pemilihan dan

penggunaan obat secara efektif dan efisien

sangat dibutuhkan, bukan hanya oleh

Pemerintah, namun juga bagi industri,

pendidikan, dan lain-lain(2) .

2. METODE

Penelitian ini merupakan penelitian

Analitik-deskriptif observasional dengan

rancangan cross-sectional, dilakukan dengan

studi komparatif metode kontrasepsi implan dan

suntik dengan mengumpulkan data dari akseptor

KB yang ditemui selama rentang waktu

penelitian (1 April 2016 – 31 Juni 2016) di

Puskesmas Borobudur Kabupaten Magelang.

Perhitungan biaya dari perspektif Puskesmas

Borobudur diperoleh dari jumlah klaim Biaya

Medik Langsung (meliputi biaya konsultasi,

biaya tindakan, biaya pemeriksaan penunjang

dan biaya obat tambahan) disesuaikan dengan

kepesertaan jaminan kesehatan yang dimiliki.

Karakteristik Responden tersaji dalam tabel 1.

Page 2: ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA KONTRASEPSI · PDF fileProsiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia 2016 e-ISSN : 2541-0474 191 ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA KONTRASEPSI

Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia 2016 e-ISSN : 2541-0474

192

Tabel 1. Karakteristik responden

Indikator N (orang) Persentase (%) p-value

Usia Responden 0,069

<20 Tahun 3 2,68

21-30 Tahun 35 31,25

31-40 Tahun 45 40,18

41-50 Tahun 29 25,89

Pekerjaan Responden 0,027

Ibu Rumah Tangga 57 50,89

PNS 5 4,46

Pegawai Swasta 19 16,96

Wiraswasta 31 27,68

Penghasilan Suami-Istri dalam 1 bulan 0,001

< Rp.500.000 42 37,50

Rp. 500.000 - Rp.2.500.000 28 25,00

Rp. 2.600.000 - Rp.5.000.000 18 16,07

> Rp. 5.000.000 24 21,43

Tingkat Pendidikan Responden 0,039

SD 17 15,18

SMP 36 32,14

SMA 52 46,43

DIPLOMA 3 2,68

S 1 3 2,68

S 2 1 0,89

Jumlah anak yang dimiliki responden 0,433

1 anak 23 20,54

2 anak 61 54,46

3 anak 25 22,32

4 anak 3 2,68

Jenis Jaminan yang dimiliki responden 0,149

JKN 58 51,79

JAMKESDA 24 21,43

UMUM 30 26,79

Alasan mengikuti Program KB

Menunda memiliki anak 37 33,04 0,000

Mengatur Jarak Kelahiran 49 43,75

Tidak ingin anak lagi 26 23,21

Lama Penggunaan Kontrasepsi saat ini oleh responden -

1-2 Tahun 36 32,14

2-3 Tahun 37 33,04

>3 Tahun 39 34,82

Page 3: ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA KONTRASEPSI · PDF fileProsiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia 2016 e-ISSN : 2541-0474 191 ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA KONTRASEPSI

Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia 2016 e-ISSN : 2541-0474

193

2.1. Kriteria Inklusi dan ekslusi Populasi penelitian adalah akseptor

implan dan suntik di wilayah Kecamatan

Borobudur Kabupaten Magelang yang datang ke

Puskesmas Borobudur dipilih dengan metode

Insidental sampling dengan kriteria inklusi

antara lain : Perempuan yang Minimal 1 tahun

menggunakan kontrasepsi Implan atau suntik

terhitung sejak tahun 2012 yang memiliki Rekam

penggunaan kontrasepsi di Puskesmas

Borobudur dan bersedia menjadi subyek

penelitian.

Ekslusi : Responden menggunakan kombinasi

model kontrasepsi hormonal-non hormonal

selain implan dan suntik.

3. HASIL

3.1. Responden Penelitian

Responden berjumlah 115 responden

dan 3 responden diekslusi karena 2 orang

menggunakan kombinasi kontrasepsi hormonal-

non hormonal dan 1 orang tidak memiliki catatan

rekam KB di puskesmas Borobudur sebelumnya.

Karakteristik responden dapat dilihat pada Tabel

1.

3.2. Biaya Implan

Total pembiayaan implan mula-mula

dihitung selama 3 tahun sesuai dengan siklus

implan yaitu 3 tahun, kemudian dibagi 3

sehingga diperoleh biaya rata-rata tahunan.

Pembiayaan meliputi biaya jasa dokter spesialis

Rp. 7.500/jasa. Biaya pemeriksaan penunjang

sebesar Rp. 60.000/USG. Biaya

pemasangan/pelepasan implan Rp.74.000 pada

peserta umum dan JAMKESDA, serta

Rp.100.000 pada JKN. Biaya obat tambahan

Amoksisilin 500 mg (E-catalog Jawa Tengah Rp.

2.320,- /strip) dan Asam Mefenamat 500 mg (E-

catalog Jawa Tengah Rp.1.060,-/strip)(3). Total

biaya klaim peggunaan implan Rp. 1.766.800,-

dengan rincian biaya tersaji pada tabel 2.

Tabel 2. Analisis biaya implan

Jenis Biaya Medik Langsung Biaya

Biaya Konsultasi Rp 15.000

Biaya Pemeriksaan Penunjang Rp 120.000

Biaya Tindakan Rp 5.064.000

Biaya Obat tambahan Rp 101.400

Total biaya 3 Tahun Rp 5.300.400

Total biaya per tahun Rp 1.766.800

3.3. Biaya Suntik Biaya tahunan dihitung dari jumlah pembiayaan seputar KB selama 1 tahun terakhir meliputi

biaya jasa dokter spesialis Rp. 7.500/jasa. Biaya pemeriksaan penunjang sebesar Rp. 60.000/USG. Tarif

tindakan Rp.7.000,-/ tindakan pada peserta umum dan JAMKESDA, serta Rp.15.000,- pada JKN. Total

klaim Rp.3.858.000,-. Rincian biaya suntik tersaji pada tabel 3.

Tabel 3. Analisis biaya suntik

Jenis Biaya Medik Langsung Biaya

Biaya Konsultasi Rp 30.000

Biaya Pemeriksaan Penunjang Rp 60.000

Biaya Tindakan Rp 3.768.000

Biaya Obat tambahan Rp 0

Total biaya 1 Tahun Rp3.858.000

3.4. Efektivitas Implan

Tidak terdapat kehamilan yang tidak

direncanakan pada 30 responden implan,.

Sehingga diperoleh efektifitas implan:

Efektivitas

Efektivitas Implan

Efektivitas Implan

Page 4: ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA KONTRASEPSI · PDF fileProsiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia 2016 e-ISSN : 2541-0474 191 ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA KONTRASEPSI

Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia 2016 e-ISSN : 2541-0474

194

3.5. Efektivitas Suntik Terdapat seorang responden melaporkan

kehamilan yang tidak direncanakan dari 82

responden suntik. Sehingga diperoleh efektifitas

suntik sebagai berikut :

Efektivitas

Efektivitas Suntik

Efektivitas Suntik

3.6. Average Cost Effectiveness Ratio

ACER merupakan rasio biaya dan

efektivitas. Pembilang ratio menunjukkan biaya

dan penyebut menggambarkan efektivitas(4).

3.7. Incremental Cost Effectiveness Ratio

Perhitungan ini untuk mengetahui

perbandingan metode implan dengan metode

suntik dalam hal biaya dan efektivitas.

3.8. Uji Sensitivitas Uji sensitivitas dilakukan dengan simulasi

untuk mengetahui pengaruh perbedaan besar

biaya dengan parameter efektivitas yang tetap

dan hasilnya tersaji pada Tabel 4 dan Gambar 1.

Tabel 4. Uji sensitifitas

Jenis Kontrasepsi Simulasi Biaya

1. Biaya-SD 2. Biaya 3. Biaya+SD

Implan -676,48 17.668,00 36.012,48

Suntik 11.438,93 39.052,54 66.666,14

Page 5: ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA KONTRASEPSI · PDF fileProsiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia 2016 e-ISSN : 2541-0474 191 ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA KONTRASEPSI

Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia 2016 e-ISSN : 2541-0474

195

Gambar 1. Grafik Uji Sensitivitas

4. PEMBAHASAN

4.1. Profil Karakteristik Responden

Terdapat 3 responden dibawah 20 tahun.

Hal ini relevan karena saat ini, berdasarkan Pasal

7 ayat 1 UU. No. 1 tahun 1974 tentang

Perkawinan, batas usia menikah adalah 16 tahun

bagi perempuan dan pria 19 tahun(5). Nilai p-

value (0,069>0,05) menunjukkan tidak terdapat

hubungan signifikan antara usia dengan

pemilihan kontrasepsi dikarenakan responden

memilih kontrasepsi bukan hanya karena usia,

namun juga berdasarkan kenyamanan

kontrasepsi tersebut. Walaupun responden

tersebut berusia produktif dan ingin

menjarangkan kelahiran, namun jika responden

merasa tidak aman dengan alat kontrasepsi

jangka panjang, maka responden tersebut tidak

akan memilih metode tersebut. Terdapat

hubungan signifikan antara pekerjaan dengan

pemilihan kontrasepsi (p-value 0,027>0,05).

50% responden berprofesi sebagai ibu rumah

tangga memiliki cukup waktu berkontrasepsi

dibanding ibu yang cenderung bekerja formal

dan tidak memiliki akses ke sektor pelayanan

pemerintah seiring dengan jam kerja. Pemilihan

kontrasepsi berhubungan dengan penghasilan

responden (p-value 0,001>0,05) karena termasuk

paket jaminan kesehatan yang bergantung juga

pada besarnya premi yang dibayarkan oleh

responden terlebih pada akseptor yang tidak

memiliki jaminan kesehatan, akseptor harus

membayar secara mandiri. Namun jenis jaminan

responden tidak berhubungan dengan pemilihan

kontrasepsi (p value 0,149>0,05). Pada sistem

JKN sebagai asuransi yang paling banyak

digunakan oleh responden memiliki tarif premi

yang berkisar antara 1% hingga 5% Gaji serta

Rp. 25.500,- hingga Rp. 80.000,- tiap orang tiap

bulan(6). Mayoritas responden memiliki

penghasilan kurang dari Rp.500.000/ bulan.

Mayoritas responden berasal dari tamatan

SMA (46,43%). Pendidikan responden tidak

berhubungan dengan pilihan kontrasepsi (p

value: 0,039<0,05). KB diperkirakan sudah

merupakan kebutuhan masyarakat sehingga

mudah diterima semua golongan pendidikan(7).

Terdapat pengaruh signifikan antara alasan

mengikuti program KB dengan kontrasepsi yang

dipilih (Nilai p-value 0,001<0,05). 43,75%

responden menggunakan kontrasepsi untuk

mengatur jarak kelahiran antar anak.

4.2. Analisis Biaya

Kontrasepsi termasuk Obat Program

yang digratiskan obatnya oleh pemerintah dan

dikontrol oleh BKKBN. Biaya yang diterapkan

kepada masyarakat pada JKN telah sesuai

dengan PMK No. 59 Tahun 2014 tentang

Standar Tarif Pelayanan Kesehatan dalam

penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan(8)

klaim dibayar oleh Badan Penyelenggara

Page 6: ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA KONTRASEPSI · PDF fileProsiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia 2016 e-ISSN : 2541-0474 191 ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA KONTRASEPSI

Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia 2016 e-ISSN : 2541-0474

196

Jaminan Sosial Kesehatan. Tarif kepesertaan

Jaminan Kesehatan Daerah (JAMKESDA) dan

secara mandiri juga telah sesuai dengan

Peraturan Daerah Kabupaten Magelang No. 3

tahun 2012 tentang retribusi jasa umum di

wilayah Kabupaten Magelang(9) yang klaim-nya

dibayarkan oleh Pemerintah Kabupaten

Magelang.

4.3. Analisis Efektivitas Implan yang digunakan adalah 2 batang

dengan efektifitas pemakaian 3 (tiga) tahun,

berupa silastik panjang 3,4 cm dengan diameter

2,4 mm mengandung levonorgestrel 75 mg

berfungsi menghentikan suplai hormon estrogen

untuk mendorong pembentukan lapisan dinding

lemak dan menyebabkan terjadinya menstruasi.

Implan bekerja dengan mengganggu serviks

menjadi kental, mengganggu pembentukan

proses endometrium sehingga sulit terjadi

implantasi dan menekan ovulasi(10). Dipasang

subdermal di lengan dalam menggunakan insisi

dan anestesi lokal dengan bantuan trokar. Pada

penelitian ini diperoleh bahwa efektivitas implan

dapat mencapai 100% dengan tidak terjadinya

kehamilan yang tidak direncanakan oleh

akseptor sesuai dengan kehandalan implan yang

mencapai 0,05% pada pearl index(11). Permenkes

RI No. 2406/MENKES/PER/XII/201.1 tentang

Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik

merekomendasikan pemberian antibiotik

profilaksis pada penyisipan perangkat prostetik

atau implan - di mana tidak ada bukti khusus

yang tersedia secara umum dengan nilai

rekomendasi D (recommended)(12). Terdapat

sebuah RCT yang membandingkan agen anti-

inflamasi non-steroid asam mefenamat dengan

plasebo dan menemukan efek menguntungkan

dari asam mefenamat, etinilestradiol (Sendiri

atau sebagai OC) atau mifepristone pada

perdarahan akibat Norplant(13).

Suntik KB termasuk Long Acting

Contraceptive System (LACS) yaitu

kontrasepsiyang penggunaannya tidak setiap hari

seperti pil atau tidak setiap melakukan coitus

seperti kondom KB suntikan tertinggi digunakan

wanita Indonesia, yakni mencapai 32%(14).

Sebagian besar Pelayanan KB dilakukan oleh

bidan praktik mandiri (52,5%). Hanya 12%

dilakukan di Puskesmas dan 4,1% di

Poskesdes(14). Suntikan ini mengandung suspensi

steril Medroxy-progesterone Acetate 150 mg/3ml

secara intramuskular di daerah bokong. Dalam

penelitian ini diperoleh bahwa terjadi 1 kejadian

kehamilan tidak direncanakan akibat kelalaian

melakukan penyuntikan ulang ke Puskesmas.

Dibanding implan, suntik memang memiliki nilai

pearl index lebih besar ( nilai pearl index =0,3).

4.4. Analisis Efektivitas Biaya

Analisis Efektifitas Biaya dilakukan

dengan cara membandingkan ACER implan dan

ACER suntik dimana ACER terendah merupakan

alternatif kontrasepsi yang lebih efektif dan

efisien(3). Nilai Average Cost Effectiveness Ratio

(ACER) implan = kemudian ACER

suntik = . Perhitungan Incremental

Cost Effectiveness Ratio (ICER) diperoleh hasil

nilai ICER Suntik-implan = 1.728.264,46

5. KESIMPULAN

Total Biaya Medik Langsung tahunan

untuk akseptor KB di wilayah Kecamatan

Borobudur Kabupaten Magelang berdasarkan

perspektif puskesmas Borobudur Kabupaten

Magelang untuk penggunaan implan sebesar Rp.

1.766.800,- dengan efektivitas 100% dari 30

responden ; untuk dan suntik sebesar Rp.

3.858.000,- dengan efektivitas 98,79% dari 82

responden sehingga implan (ACER =17,668) merupakan kontrasepsi yang paling cost effective

berdasar perspektif Puskesmas untuk akseptor

KB di Kecamatan Borobudur Kabupaten

Magelang.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih peneliti sampaikan

kepada Program Studi Farmasi Fakultas MIPA

Universitas Islam Indonesia yang telah menaungi

perizinan dan penelitian ini serta kepada

Puskesmas Borobudur Kabupaten Magelang

yang telah memberikan izin lokasi penelitian

sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan

lancar demi kepentingan ilmu pengetahuan pada

umumnya dan kajian farmakoekonomi pada

khususnya.

DAFTAR PUSTAKA 1. Badan Pusat Statistik, 2013, Proyeksi Penduduk

Indonesia 2010-2035, Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional, Badan Pusat Statistik

Jakarta, 28-35

2. Kementerian Kesehatan RI, Pedoman Penerapan

Kajian Farmakoekonomi, Kementerian

Kesehatan, Jakarta, 2013 ; p. 15-20

3. http://www.e-katalog.lkpp.go.id

4. Andayani, T. M., 2013, Farmakoekonomi Prinsip dan Metodologi, Bursa Ilmu,

Yogyakarta, 73-76, 95,

5. UU. No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan

Page 7: ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA KONTRASEPSI · PDF fileProsiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia 2016 e-ISSN : 2541-0474 191 ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA KONTRASEPSI

Prosiding Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia 2016 e-ISSN : 2541-0474

197

6. BPJS Kesehatan, 2014, Iuran. available at

http://www.bpjs-

kesehatan.go.id/bpjs/index.php/pages/detail/2014

/13 diakses 23 Juli 2016

7. Sigit K, Pengaruh jumlah anak dan keinginan

punya anak terhadap penggunaan kontrasepsi di

Propinsi Jawa Tengah. Berita Kedokteran

Masyarakat, 2000; XVI (2):83-95.

8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 59 Tahun

2014 tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan

dalam Penyelenggaraan Program Jaminan

Kesehatan.

9. Peraturan Daerah Kabupaten Magelang Nomor 3

tahun 2012 tentang Retribusi Jasa Umum di

lingkungan Kabupaten Magelang

10. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu

dan Anak, 2013, Rencana Aksi Nasional Pelayanan Keluarga Berencana 2014-2015,

Jakarta, Direktorat Jenderal Bina Gizi dan

Kesehatan Ibu dan Anak, 31

11. Trussel, J., 2011, Contraceptive Failure in the

United States, Contraception. 2011 May ; 83(5):

397–404

12. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

2406/MENKES/PER/XII/2011 Tentang

Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik.

13. National Collaborating Center for women’s

and children’s health and commissioned by the

National Institute for Health and clinical

Excellence, 2013, Long Acting Reversible

Contraception: The effective and appropriate use

of long acting reversible contraception, Royal College of Obstetricians and Gynaecologists.

p.100

14. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan kesehatan ibu

anak, 2013, Rencana Aksi Nasional pelayanan

Keluarga Berencana, p.36-38