kontrasepsi 1

34
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Program Keluarga Berencana 1. Pengertian Keluarga Berencana Keluarga Berencana menurut WHO (World Health Organisation) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk : a. Mendapatkan objektif - objektif tertentu. b. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan. c. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan. d. Mengatur interval di antara kelahiran. e. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami isteri. f. Menentukan jumlah anak dalam keluarga. Sasaran utama dari pelayanan KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS). Pelayanan KB diberikan di berbagai unit pelayanan baik oleh pemerintah maupun swasta dari tingkat desa hingga tingkat kota dengan kompetensi yang sangat bervariasi. Pemberi layanan KB antara lain adalah Rumah Sakit, Puskesmas, dokter praktek swasta, bidan praktek swasta dan bidan desa. Jenis alat / obat kontrasepsi antara lain kondom, pil KB, suntik KB, IUD, implant, vasektomi, dan tubektomi. Untuk jenis pelayanan KB jenis kondom dapat diperoleh langsung dari apotek atau toko obat, pos layanan KB dan kader desa.

description

keluarga berencana

Transcript of kontrasepsi 1

Page 1: kontrasepsi 1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Program Keluarga Berencana

1. Pengertian Keluarga Berencana

Keluarga Berencana menurut WHO (World Health Organisation) adalah

tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk :

a. Mendapatkan objektif - objektif tertentu.

b. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan.

c. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan.

d. Mengatur interval di antara kelahiran.

e. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami

isteri.

f. Menentukan jumlah anak dalam keluarga.

Sasaran utama dari pelayanan KB adalah Pasangan Usia Subur

(PUS). Pelayanan KB diberikan di berbagai unit pelayanan baik oleh

pemerintah maupun swasta dari tingkat desa hingga tingkat kota dengan

kompetensi yang sangat bervariasi. Pemberi layanan KB antara lain

adalah Rumah Sakit, Puskesmas, dokter praktek swasta, bidan praktek

swasta dan bidan desa. Jenis alat / obat kontrasepsi antara lain kondom,

pil KB, suntik KB, IUD, implant, vasektomi, dan tubektomi. Untuk jenis

pelayanan KB jenis kondom dapat diperoleh langsung dari apotek atau

toko obat, pos layanan KB dan kader desa.

2. Tujuan Keluarga Berencana (KB)

Kebijakan Keluarga Berencana (KB) bertujuan untuk

mengendalikan pertumbuhan penduduk melalui usaha penurunan

tingkat kelahiran. Kebijakan KB ini bersama-sama dengan usaha-usaha

pembangunan yang lain selanjutnya akan meningkatkan

kesejahteraan keluarga. Upaya menurunkan tingkat kelahiran dilakukan

dengan mengajak pasangan usia

subur (PUS) untuk berkeluarga berencana. Sementara itu penduduk yang

8

Page 2: kontrasepsi 1

9

belum memasuki usia subur (Pra-PUS) diberikan pemahaman dan

pengertian mengenai keluarga berencana. Untuk menunjang dan

mempercepat pencapaian tujuan pembangunan KB telah ditetapkan

beberapa kebijakan, yaitu perluasan jangkauan, pembinaan terhadap

peserta KB agar secara terus menerus memakai alat kontrasepsi,

pelembagaan dan pembudayaan NKKBS serta peningkatan

keterpaduan pelaksanaan keluarga berencana.

Hartanto (2004) menyatakan bahwa untuk mencapai tujuan KB yaitu

mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS)

penggarapan KB diarahkan pada dua bentuk sasaran, yaitu : 1)

sasaran langsung, yakni Pasangan Usia Subur (PUS) usia 15 – 49 tahun,

dengan jalan mereka secara bertahap menjadi peserta KB yang aktif

lestari, sehingga memberi efek langsung penurunan fertilitas dan 2)

sasaran tidak langsung, yaitu organisasi-organisasi, lembaga-lembaga

kemasyarakatan, instansi-instansi pemerintah maupun swasta, tokoh-

tokoh masyarakat (alim ulama, wanita dan pemuda) yang diharapkan

dapat memberikan dukungannya dalam pelembagaan NKKBS.

3. Visi dan Misi Keluarga Berencana (KB)

Visi KB berdasarkan paradigma baru program Keluarga

Berencana Nasional adalah untuk mewujudkan ”Keluarga berkualitas

tahun 2015”. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sehat,

maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal,

berwawasan kedepan, bertanggungjawab, harmonis

dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Visi “Keluarga

berkualitas 2015″ dijabarkan dalam salah satu misinya kedalam

peningkatan kualitas pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan

Reproduksi (BKKBN, 2007).

B. Kontrasepsi

Kontrasepsi berasal dari kata Kontra berarti mencegah atau melawan.

Sedangkan Konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang

Page 3: kontrasepsi 1

10

matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan.

Jadi kontrasepsi adalah menghindari / mencegah terjadinya kehamilan

sebagai akibat pertemuan sel telur yang matang dengan sel sperma

tersebut. Dalam menggunakan kontrasepsi, keluarga pada umumnya

mempunyai perencanaan atau tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut

diklasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu menunda / mencegah

kehamilan, menjarangkan kehamilan, serta menghentikan / mengakhiri

kehamilan atau kesuburan.

Menurut Imbarwati (2009) cara kerja kontrasepsi bermacam macam tetapi

pada umumnya yaitu :

a. Mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi.

b. Melumpuhkan sperma.

c. Menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma.

1. Macam-macam Alat Kontrasepsi

a. Kontrasepsi Suntik

Everett (2007) menyatakan bahwa kontrasepsi suntik menyebabkan

lendir servik mengental sehingga menghentikan daya tembus sperma,

mengubah endometium menjadi tidak cocok untuk implantasi dan

mengurangi fungsi tuba falopii. Namun fungsi utama kontrasepsi

suntik dalam mencegah kehamilan adalah menekan ovulasi.

Terdapat beberapa indikasi dari pemakaian kontrasepsi suntik, yakni :

usia reproduksi, telah memiliki anak ataupun belum memiliki

anak, ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektifitas tinggi,

menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai, setelah

melahirkan dan tidak menyusui, setelah abortus atau keguguran,

telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi,

perokok, tekanan darah

<180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan darah

atau anemia bulan sabit, menggunakan obat untuk epilepsi

(fenitoin dan barbiturat) atau obat tuberkulosis (rifampisin), tidak

dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen, sering lupa

mengunakan pil kontrasepsi, anemia defisiensi besi dan mendekati

menopause yang

Page 4: kontrasepsi 1

11

tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil kontrasepsi kombinasi

(Sarwono, 2003).

Kotraindikasi dari penggunaan alat kontrasepsi suntik antara lain :

hamil atau diduga hamil, perdarahan pervaginam yang belum jelas

penyebabnya, tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid

terutama amenorea, diabetes mellitus disertai komplikasi dan

menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara

(Sarwono,

2003).

Mekanisme KB suntik secara umum dapat dibagi menjadi 2 (dua),

yaitu :

a) Primer : mencegah ovulasi

Kadar Folikel Stimulating Hormon (FSH) dan Lutheinizing

Hormon (LH) menurun dan tidak terjadi sentakan LH (LH surge).

Respons kelenjar hypophyse terhadap gonadotropin -

releasing hormone eksogenus tidak berubah, sehingga member

kesan proses terjadi di hipotalamus dari pada di kelenjar

hypophyse. Ini berbeda dengan POK yang tampaknya

menghambat ovulasi melalui efek langsung pada kelenjar

hypophyse. Penggunaan kontrasepsi suntikan tidak

menyebabkan keadaan hipo-estrogenik.

Pada pemakaian DMPA, endometrium menjadi dangkal

dan artofis dengan kelenjar-kelenjar yang tidak katif. Sering

stroma menjadioedematous. Dengan pemakaian

jangka lama, endometrium dapat

sedemikian sedikitnya, sehingga tidak

didapatkan atau hanya didapat sedikit sekali jaringan bila

dilakukan biopsy. Tetapi perubahan-perubahan tersebut akan

kembali menjadi normal dalam waktu 90 hari setelah

suntikan DMPA yang terakhir.

Page 5: kontrasepsi 1

12

b) Sekunder

a. Lendir serviks menjadi lebih kental dan sedikit, sehingga

merupakan barier terhadap spermatozoa

b. Membuat endometrium menjadi kurang baik/layak untuk

implantasi dari ovum yang telah dibuahi

c. Mungkin mempengaruhi kecepatan transport ovum di dalam

tuba fallopii (Hanafi, 2004).

Keuntungan yang di dapat pengguna dari pemakaian alat kontrasepsi

suntik adalah : sangat efektif, pencegahan kehamilan jangka panjang,

tidak berpengaruh pada hubungan suami istri, tidak mengandung

estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung,

dan gangguan pembekuan darah, tidak memiliki pengaruh

terhadap ASI, sedikit efek samping, klien tidak perlu menyimpan

obat suntik, dapat digunakan oleh perempuan usia > 35

tahun sampai perimenopause, membantu mencegah

kanker endometrium dan kehamilan ektopik, menurunkan

kejadian penyakit jinak payudara, mencegah beberapa

penyebab penyakit radang panggul dan

menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell) (Sarwono, 2003).

Kerugian dari penggunaan alat kontrasepsi ini adalah : terjadinya

perubahan pada pola haid, klien sangat bergantung pada tempat sarana

pelayanan kesehatan, tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu

sebelum suntikan berikutnya, permasalahan berat badan

merupakan efek samping tersering, tidak menjamin perlindungan

terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis B virus, atau

infeksi virus HIV, terlambatnya kembali kesuburan bukan karena

terjadinya kerusakan atau kelainan pada organ genetalia,

melainkan belum habisnya pelepasan obat suntikan dari

deponya (tempat suntikan), terjadi perubahan pada lipid serum

pada penggunaan jangka panjang, pada penggunaan jangka

panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan tulang

(densitas), pada penggunaan jangka panjang dapat

Page 6: kontrasepsi 1

13

menimbulkan kekeringan vagina, menurunkan libido, gangguan emosi

(jarang), sakit kepala, nervosas, jerawat (Sarwono, 2003).

b. Kontrasepsi Kondom

Macam-macam kondom menurut Hartono (2003) yaitu : 1)

kondom kulit, cirinya : terbuat dari membran usus biri-biri, tidak

meregang atau mengkerut, menjalankan panas tubuh sehingga

dianggap tidak mengurangi sensitivitas selama senggama. Harga

lebih mahal dari jenis lain dan hanya sedikit beredar dipasaran,

kondom lateks, paling banyak dipakai, murah dan elastis, dan 3)

kondom plastik, paling tipis, juga mengantarkan panas tubuh, lebih

mahal dari kondom lateks.

Kegagalan alat kontrasepsi kondom biasanya disebabkan oleh kondom

yang bocor atau robek karena pemakaian yang kurang teliti dan tidak

mematuhi petunjuk pemakaian. Angka kegagalan adalah

berkisar antara 15% - 36%. Sedangkan keuntungan yang dapat

diperoleh dari penggunaan alat kontrasepsi kondom adalah

melindungi pengguna dari penularan penyakit AIDS dan penyakit

kelamin menular lainnya yang ditularkan melalui hubungan seksual,

selain itu kondom dapat dibeli bebas di apotik dan toko obat

serta mudah penggunaannya. (Sarwono, 2003)

Efek samping yang dapat pengguna alat kontrasepsi kondom

adalah dapat tertinggalnya kondom di dalam vagina, terjadinya infeksi

ringan dan sejumlah kecil pengguna mengaku alergi

terhadap karet (Sarwono, 2003)

c. Kontrasepsi Pil

Jenis pil kontrasepsi yang beredar di Indonesia sebagian besar adalah

jenis pil kombinasi. Secara teoritis dari penggunaan alat

kontrasepsi pil pada 100 orang ditermukan angka resiko kegagalan

sebesar 0,1 sampai dengan 1,7. Menurut Everett (2007) keuntungan

yang didapat dari penggunaan pil kontrasepsi adalah :

Page 7: kontrasepsi 1

14

1. Efektivitasnya tinggi, dapat dipercaya jika dikonsusmsi sesuai

aturannya.

2. Pemakai pil dapat hamil lagi, bilamana dikehendaki kesuburan

dapat kembali dengan cepat.

3. Tidak mengganggu kegiatan seksualitas suami istri.

4. Siklus haid teratur.

5. dapat menghilangkan keluhan nyeri haid.

6. Untuk pengobatan kemandulan, kadang-kadang dapat dipakai

untuk memancing kesuburan.

7. Untuk mengobati wanita dengan perdarahan yang tidak teratur.

8. Untuk mengobati perdarahan haid pada wanita usia muda

Kontra indikasi penggunaan pil kontrasepsi adalah tidak

dianjurkan bagi wanita hamil, menyusui eksklusif, hepatitis,

perdarahan, jantung, stroke, kencing manis, kanker payudara dan

wanita yang tidak menggunakan pil setiap hari (Saefudin, 1996).

Efek samping ringan yang kemungkinan bisa di derita oleh

pengguna adalah berupa mual muntah, pertambahan berat badan,

perdarahan tidak teratur, retensi cairan, edema, mastalgia, sakit

kepala, timbulnya jerawat, alopesia, dan keluhan ringan lainnya.

Keluhan ini berlangsung pada bulan-bulan pertama pemakaian pil.

Efek samping berat bagi pengguna pil kontrasepsi adalah dapat

terjadi trombo embolisme mungkin karena terjadinya peningkatan

aktivitas faktor-faktor pembekuan atau karena pengaruh vaskuler

secara langsung. Memungkinkan timbulnhya karsinoma servik

uteri.

d. Kontrasepsi Implan

Menurut Saefudin (1996) penggunaan alat kontrasepsi

implan memiliki resiko kehamilan antara 0,2 – 1 pada

pemakaian 100 pengguna. Keuntungan yang di dapat dari

penggunaan implan adalah dapat dipasang dalam jangka waktu 5

(lima) tahun, kontrol medis ringan, dapat dilayani di daerah pedesaan

dan biaya murah, sedangkan

Page 8: kontrasepsi 1

15

efek samping yang kemungkinan akan diderita pengguna adalah

terjadinya gangguan menstruasi terutama selama 3 – 6 bulan pertama

dari pemakaian, pengguna akan mengalami masa haid yang lebih

panjang, lebih sering atau amenorea (Sarwono, 2003).

e. Kontrasepsi IUD atau Spiral

Berdasarkan bentuknya IUD dapat dibedakan menjadi bentuk terbuka

(open device, misalnya : lippes loop, CU-T, Cu-T, marguies,

spring cooil, multiload, nova-T, dll) dan bentuk tertutup (closed

device, misalnya : ota ring, antigon, grafenberg ring, hall stone,

dll). Pada bentuk tertutup bila terjadi dislokasi kedalam rongga perut

maka harus dikeluarkan, karena dapat menyebabkan masuknya

usus ke dalam lubang atau cincin dan kemudian terjadilah ileus

(Sarwono, 2003).

Tingkat efektivitas IUD sangat tinggi untuk mencegah dalam jangka

waktu yang lama. Angka kehamilan pengguna IUD berkisar antara 1,5

– 3 per 100 wanita pengguna pada tahun-tahun pertama dan angka ini

menjadi lebih rendah lagi untuk tahun-tahun berikutnya (Everett,

2007). Keuntungan yang di dapat pengguna alat kontrasepsi IUD

adalah dapat meningkatkan kenyamanan hubungan suami istri karena

rasa aman terhadap resiko kehamilan, dapat dipasang segera

setelah melahirkan atau keguguran, kesuburan cepat kembali

setelah IUD di cabut/dibuka, cocok untuk mencegah kehamilan

atu menjarangkan kehamilan dalam jangka panjang, tidak

mengganggu hubungan pasutri, tidak terpengaruh dengan “faktor

lupa” dari pemakai, tidak ada efek samping hormonal, tidak

mengganggu laktasi dan tidak berinteraksi dengan obat-obatan.

Menurut Krisnadi (2002) bahwa kontra indikasi penggunaan alat

kontrasepsi IUD adalah pada wanita yang mempunyai enfeksi pelvis,

wanita yang sedang menderita penyakit hubungan seksual

(PHS, AIDS, Genore, Klamidia) atau selama 3 bulan terakhir, wanita

dengan

Page 9: kontrasepsi 1

16

banyak patner, wanita dengan kanker mulut rahim atau kanker

alat reproduksi lainnya (ovarium, endometrium) dan wanita

dengan penyakit trofoblast (mola, kariokasinoma) dan TBC

kandungan. Efek samping yang kemungkinan dapat diderita oleh

pengguna IUD adalah terjadinya infeksi panggul apabila

pemasangan tidak tepat dan dapat terjadi rasa sakit berupa kram

perut setelah pemasangan (Hartanto,

2004).

f. Kontrasepsi Medis Operatif Wanita (MOW)

Tingkat keefektifan alat kontrasepsi MOW sangat tinggi dan dapat

segera efektif post operatif (Hartanto, 2004), dengan keuntungan yang

bisa di dapat antara lain vasektomi tuba akan menghadapi

dan mencapai klimakterium dalam suasana alami (Manuaba,

1998). Kontra indikasi vasektomi antara lain adalah :

1. Peradangan dalam rongga panggul

2. Peradangan liang senggama akut (vaginatis sevisitis akut)

3. Penyakit kardiovaskuler berat, penyakit paru berat atau

penyakit paru lain yang tidak memungkinkan akseptor berada

dalam posisi genupektorial.

4. Obesitas berlebihan

5. Bekas laparotomi

Efek samping yang kemungkinan di derita oleh pengguna

vasektomi adalah terjadinya resiko internal sedikit lebih tinggi,

kemungkinan infeksi serius sedikit lebih tinggi dan sedikit sekali

kematian yang berhubungan dengan anestesi. (Hartanto, 2004)

g. Kontrasepsi Medis Operatif Pria (MOP)

Alat kontrasepsi MOP memiliki tingkat efektivitas yang tinggi dengan

masa efektif 6 – 10 minggu setelah operasi, seangkan keuntungan

yang bisa didapat oleh pengguna adalaht : eknik operasi kecil

yang sederhana dapat dikerjakan kapan saja dan dimana saja,

komplikasi

Page 10: kontrasepsi 1

17

yang dijumpai sedikit dan ringan, hasil yang diperoleh

(efektivitas) hampir 100%, biaya murah dan terjangkau oleh

masyarakat, dan bila pasangan suami, istri karena suatu sebab ingin

mendapatkan keturunan lagi kedua ujung vas deferens dapat

disambung kembali (operasi rekanalisasi) (Sarwono, 2003).

C. Kendala yang dialami pasangan suami istri dalam pelaksanaan Keluarga

Berencana (KB).

Terdapat beberapa kendala yang dialami oleh masyarakat pada

waktu pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB) yang dapat

dilihat dari beberapa sudut pandang, antara lain :

1) Dari sudut budaya

Suami beranggapan seolah kesehatan reproduksi bukan urusan mereka,

melainkan urusan istri saja sehingga mereka enggan mencari

informasi mengenai Keluarga Berencana. Sebagai perwujudan

partisipasi aktif suami dalam kesehatan reproduksi dan Keluarga

Berencana, maka didorong untuk memperhatikan kesehatan seluruh

anggota keluarga dan memberi dukungan pada istrinya dalam

urusan Keluarga Berencana dengan melalui penyebaran informasi.

2) Dalam segi control pengambilan keputusan didominasi kaum pria.

Padahal dalam pengambilan keputusan untuk mengikuti program

Keluarga Berencana harus merupakan hasil kesepakatan antara suami istri.

Diupayakan melalui seruan mengenai komunikasi antar pribadi suami istri

dalam pengambilan keputusan kesehatan reproduksi dan Keluarga

Berencana dalam rumah tangga.

3) Pengaruhnya dalam konteks hubungan suami istri.

4) Minimnya komunikasi dua pribadi yang berbeda.

Bila disatukan tanpa perekat yang kuat berupa komunikasi yang kuat pula,

maka akan menimbulkan berbagai masalah. Namun apabila suami

istri bersedia meluangkan waktu untuk berkomunikasi membahas

kesehatan

Page 11: kontrasepsi 1

18

reproduksi dan keluarga berencana mereka dengan mengutamakan

kesetaraan peran dan tanggung jawab, maka akan timbul kesepakatan.

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Alat Kontrasepsi KB

Suntik

Pemilihan alat kontrasepsi KB suntik dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor di antaranya, yaitu : Umur, pendidikan, pekerjaan,

pendapatan, dukungan suami dan pengetahuan (Hartanto, 2004)

1. Umur

Umur adalah usia ibu yang secara garis besar menjadi indikator

dalam kedewasaan dalam setiap pengambilan keputusan yang mengacu

pada setiap pengalamannya. Usia yang cukup dalam mengawali atau

memasuki masa perkawinan dan kehamilan akan membantu

seseorang dalam kematangan dalam menghadapi persoalan atau

masalah, dalam hal ini keputusan untuk menggunakan alat

kontrasepsi setelah melahirkan. Demikian sebaliknya dengan usia

kurang dari 16 tahun maka kemungkinan

kematangan pikiran dan perilaku juga kurang terlebih menghadapi

perubahan dan adaptasi setelah melahirkan.

2. Pendidikan

Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang

menyerap dan memahami pengetahuan tentang persiapan menghadapi

persalinan yang mereka peroleh (Kodyat, 1999). Dari kepentingan

keluarga pendidikan itu sendiri amat diperlukan seseorang lebih

tanggap terhadap pemilihan alat kontrasepsi yang cocok dan aman.

Tingkat pendidikan turut menentukan rendah tidaknya seseorang

menyerap dan memakai pengetahuan (Notoatmodjo, 2007), demikian

halnya dengan pemilihan alat kontrasepsi KB suntik.

3. Pekerjaan

Banyak ibu-ibu bekerja mencari nafkah, baik untuk kepentingan

sendiri maupun keluarga. Faktor bekerja saja nampak belum berperan

sebagai timbulnya suatu masalah pada pemilihan alat kontrasepsi yang

cocok bagi

Page 12: kontrasepsi 1

19

mereka. Pada ibu-ibu yang bekerja di luar rumah sudah

membuat cenderung untuk memilih alat kontrasepsi yang relatif aman,

praktis, cepat dan dapat dilayani di tempat-tempat pelayanan kesehatan

yang terdekat dari rumah.

4. Pendapatan (Ekonomi)

Pendapatan biasanya berupa uang yang mempengaruhi kesiapan keluarga

dalam mempersiapakan semua kebutuhan keluarga. Pendapatan

berpengaruh pada daya beli seseorang untuk membeli sesuatu. Pendapatan

merupakan salah satu faktor yang paling menentukan kuantitas

maupun kualitas kehidupan seseorang. Tingkatan seseorang untuk

memenuhi kebutuhan hidup disesuaikan dengan penghasilan yang ada.

Pemilihan alat kontrasepsi KB suntik juga menjadi pertimbangan bagi

ibu yang bekerja maupun ibu rumah tangga, karena bagi seorang ibu

yang bekerja di luar rumah juga memiliki kebutuhan yang lebih dari ibu

rumah tangga biasa.

5. Dukungan Suami

Dukungan suami merupakan dorongan terhadap ibu baik secara moral

maupun material, dimana dukungan suami sangat mempengaruhi

ibu dalam pemilihan alat kontrasepsi yang cocok, adapun dukungan

suami perhatian, dimana perhatian yang diberikan sangat

membantu ibu menentukan penggunaan alat kontrasepsi yang cocok

untuk mereka dan memberikan rasa nyaman dan percaya diri dalam

mengambil keputusan tersebut. Informasi, dimana suami yang

mendukung akan memberikan informasi tentang mempemilihan alat

kontrasepsi, baik informasi yang didapat dari TV maupun majalah dan

koran.

6. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui pancaindra manusia yakni melalui indra

penglihatan, penciuman, pendengaran, perasa dan peraba. Pengetahuan

atau kognitif merupakan domain sangat penting dalam membentuk

tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan mencakup ingatan

yang dipelajari dan

Page 13: kontrasepsi 1

20

disimpan dalam ingatan, hal tersebut meliputi fakta, kaidah, dan

prinsip serta metode yang diketahui. Pengetahuan yang disimpan

dalam ingatan akan digali pada saat yang dibutuhkan melalui bentuk

mengingat atau mengenal kembali (Notoatmodjo, 2007).

Notoatmodjo (2007), yang mengutip dari Bloom menyatakan bahwa

tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif, meliputi :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya, termasuk kedalam pengetahuan dalam tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall). Kata kerja untuk mengukur

bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain mampu

menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan sebagainya.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang obyek yang diketahui materi tersebut secara

benar. Orang yang telah paham terhadap suatu objek materi harus

dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan

terhadap obyek yang telah dipelajari.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata sebelumnya.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu

struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Syntesis)

Menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru.

Page 14: kontrasepsi 1

21

f. Evaluasi (Evaluation)

Ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilain terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini

berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau berdasarkan

kriteria yang sudah ada.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmodjo

(2007), yaitu :

a. Tingkat Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka dia akan lebih

mudah dalam menerima hal-hal baru sehingga akan lebih mudah pula

untuk menyelesaikan hal-hal baru tersebut.

b. Informasi

Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan

memberikan pengetahuan yang jelas.

c. Budaya

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan

seseorang, karena informasi-informasi baru akan di saring kira-kira

sesuai dengan kebudayaan yang ada dan agama yang dianut.

d. Pengalaman

Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan individu,

maksudnya pendidikan yang tinggi pengalaman akan luas sedang umur

semakin banyak (bertambah tua).

e. Sosial Ekonomi

Tingkatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup disesuaikan

dengan penghasilan yang ada, sehingga menuntut pengetahuan yang di

miliki harus dipergunakan semaksimal mungkin. begitupun dalam

mencari bantuan ke sarana kesehatan yang ada, mereka sesuaikan

dengan pendapatan keluarga

Page 15: kontrasepsi 1

22

Ada berbagai macam cara untuk mencari atau memperoleh kebenaran

pengetahuan sepanjang sejarah, yaitu : (Notoatmodjo, 2007)

a. Cara tradisional

Untuk memperoleh pengetahuan, cara kuno atau tradisional dipakai

orang memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya

metode ilmiah untuk metode penemuan secara sistematik dan logis.

b. Cara coba-salah (Trial and error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan

mungkin sebelum adanya peradaban. Pada waktu itu seseorang apabila

menghadapi persoalan untuk masalah, upaya pemecahannya dilakukan

dengan cara coba-coba saja. Dimana metode ini telah digunakan orang

dalam waktu yang cukup lama untuk memecahkan berbagai masalah.

Bahkan sekarang ini metode coba-coba masih sering dipergunakan

terutama oleh mereka yang belum atau tidak mengetahui cara

memecahkan masalah (Notoatmodjo, 2007).

c. Kekuasaan atau otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan dan

tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melakukan

penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan

ini biasanya diwariskan turun temurun dari

generasi berikutnya. Dimana pengetahuan,

diperoleh berdasarkan otoritas atau kekuasaan, baik tradisi,

otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, otoritas ilmu

pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).

d. Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik, dimana pengalaman itu merupakan

sumber pengetahuan, atau pengetahuan itu merupakan suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan. Pengalaman pribadipun dapat

digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Perlu diperhatikan

bahwa tidak semua pengalaman pribadi dapat menuntun seseorang

untuk menarik kesimpulan dengan benar, maka perlu berfikir kritis dan

logis (Notoatmodjo, 2007).

Page 16: kontrasepsi 1

23

e. Melalui jalan pikir

Sejalan dengan perkembangan kebudayaaan umat manusia, cara

berfikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu

menggunakan penalarannya dalam memperoleh

pengetahuannya. Dengan kata lain dalam memperoleh kebenaran

pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya baik

melalui induksi dan deduksi (Notoatmodjo, 2007).

f. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau metodologi

penelitian, dimana cara ini mula-mula mengadakan

pengamatan langsung terhadap gejala-gejala alam atau

kemasyarakatan kemudian hasil pengamatannya

tersebut dikumpulkan dan diklasifikasikan dan

akhirnya diambil kesimpulan umum (Notoatmodjo, 2007).

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang bertujuan untuk mengetahui atau menanyakan tentang isi materi yang

ingin diukur dari subyek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2007).

Tingkat pengetahuan yang akan ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita

sesuaikan dengan tingkat pengetahuan yang akan kita ketahui, dalam

hal ini tentang persiapan menghadapi persalinan.

E. Kerangka Teori

Umur Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Dukungan Suami Pengetahuan

FasilitasKesehatan

Gambar 2.1 Kerangka teori

Pemilihan Alat kontrasepsi KB

Suntik

1. Pengambilan keputusan

2. Hubungan suamiistri

3. Komunikasi4. Informasi

Sumber : Modifikasi Notoatmodjo (2003)

Page 17: kontrasepsi 1

24

F. Kerangka Konsep

Variabel bebas Variabel terikat

Pendidikan

Dukungan Suami PenggunaanKB suntik

Pengetahuan

Gambar 2.2 Kerangka konsep

G. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas (independent variable) dalam penelitian ini adalah

pendidikan, dukungan suami dan pengetahuan akseptor KB suntik

Pasangan Usia Subur (PUS) di Puskesmas Kedungmundu Semarang.

2. Variabel terikat (dependent variable) dalam penelitian ini adalah

penggunaan KB suntik Pasangan Usia Subur (PUS) di Puskesmas

Kedungmundu Semarang.

H. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah :

Ada hubungan antara pendidikan dengan penggunaan KB suntik Pasangan

Usia Subur (PUS) di Puskesmas Kedungmundu Semarang.

Ada hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan KB suntik

Pasangan Usia Subur (PUS) di Puskesmas Kedungmundu Semarang.

Ada hubungan antara dukungan suami dengan penggunaan KB suntik

Pasangan Usia Subur (PUS) di Puskesmas Kedungmundu Semarang.