Analisa Skenario

4
Analisa Skenario Anamnesis Nama : Tn. A Usia : 35 tahun KU : kejang RPS : Kejang pada seluruh tubuh sejak pagi sebelum SMRS selain itu juga mengeluh kaku pada tubuh sejak 2 hari yang lalu yang diawali didaerah rahang, pasien tidak bisa makan. Terdapat riwayat tertusuk paku pada telapak kaki kanan saat memasang sepatu kuda 2 minggu yang lalu dan luka hanya dicuci menggunakan air RPK : - RPD : - Riwayat sosial : pasien berprofesi sebagai kusir cidomo Riwayat pengobatan : riwayat imunisasi tidak diketahui Pemeriksaan Fisik TD : 140/90 mmHg Nadi : 98x/menit RR : 22x/menit Suhu aksila : 38,50C Pada daerah wajah didapatkan trismus, mulut hanya bisa dibuka sekitar 1 cm, dan terdapat kaku pada leher. selain itu juga didapatkan perut keras seperti papan.

description

ANALISA SKENARIO ATONIA DAN PPP LAINNYA

Transcript of Analisa Skenario

Page 1: Analisa Skenario

Analisa Skenario

Anamnesis

Nama : Tn. A

Usia : 35 tahun

KU : kejang

RPS : Kejang pada seluruh tubuh sejak pagi sebelum SMRS selain itu juga mengeluh kaku pada tubuh sejak 2 hari yang lalu yang diawali didaerah rahang, pasien tidak bisa makan. Terdapat riwayat tertusuk paku pada telapak kaki kanan saat memasang sepatu kuda 2 minggu yang lalu dan luka hanya dicuci menggunakan air

RPK : -

RPD : -

Riwayat sosial : pasien berprofesi sebagai kusir cidomo

Riwayat pengobatan : riwayat imunisasi tidak diketahui

Pemeriksaan Fisik

TD : 140/90 mmHg

Nadi : 98x/menit

RR : 22x/menit

Suhu aksila : 38,50C

Pada daerah wajah didapatkan trismus, mulut hanya bisa dibuka sekitar 1 cm, dan terdapat kaku pada leher. selain itu juga didapatkan perut keras seperti papan.

Pemeriksaan Penunjang

Pada pemeriksaan darah rutin didapatkan peningkatan jumlah leukosit

Page 2: Analisa Skenario

Analisis Kasus

- Gejala yang paling sering ditemukan adalah kekakuan rahang dan sulit dibuka (trismus) karena yang pertama terserang adalah otot rahang karena akson pada daerah tersebut pendek sehingga lebih cepat tereksitasi.

- Selanjutnya muncul gejala lain berupa gelisah, gangguan menelan, sakit kepala, demam, nyeri tenggorokan, menggigil, kejang otot dan kaku kuduk, lengan serta tungkai.

- Kejang pada otot-otot wajah menyebabkan ekspresi penderita seperti menyeringai (risus sardonikus) dengan kedua alis yang terangkat.

- Kekakuan atau kejang otot-otot perut, leher dan punggung bisa menyebabkan kepala dan tumit penderita tertarik ke belakang sedangkan badannya melengkung ke depan yang disebut epistotonus.

- Kejang pada otot sfingterperut bagian bawah bisa menyebabkan retensi urin dan konstipasi.

- Gangguan-gangguan yang ringan, seperti suara berisik, aliran angin atau goncangan, bisa memicu kekejangan otot yang disertai nyeri dan keringat yang berlebihan.

- Selama kejang penderita tidak dapat berbicara karena otot dadanya kaku atau terjadi kejang tenggorokan sehingga terjadi kekurangan oksigen yang menyebabkan gangguan pernafasan. Biasanya tidak terjadi demam. Laju pernafasan dan denyut jantung serta refleks-refleks biasanya meningkat.

- Tetanus juga bisa terbatas pada sekelompok otot di sekitar luka. Kejang di sekitar luka ini bisa menetap selama beberapa minggu.

Tatalaksana

− Pertahankan jalan napas, pasang ET jika dibutuhkan, berikan oksigen dan jaga keseimbangan cairan dengan memberikan resusitasi cairan yang adekuat

− Segera berikan human tetanus immunoglobulin 500 unit i.m atau iv untuk menawarkan racun yang belum bersenyawa dengan otot. Kemudian tambahkan vaksin TT 0.5 cc i.m, suntikkan pada sisi yang berbeda. Pasien tanpa riwayat imunisasi dapat diberikan dosis kedua 1-2 bulan kemudian dan dosis ketiga 6-12 bulan kemudian.

− Bila yang ada hanya ATS suntikkan i.m atau i.v 20.000 – 40.000 IU/hari selama 3 hari atau 20.000 IU/hari untuk anak-anak selama 2 hari.

− Berikan metronidazol 500 mg setiap 6 jam, iv atau peroral, penisilin G 100,000–200,000 IU/kg/hari secara intravena dibagi 2-4 dosis, untuk eradikasi kuman.

− Berikan diazepam untuk mengendalikan kejang dengan titrasi dosis:untuk anak 0.1–0.2 mg/kg setiap 2-6 jam dan 40 – 120 mg/hari untuk dewasa. Ditambah dengan MgSO4 untuk mengontrol spasme dan disfungsi autonom, dengan dosis 5 gm (atau 75mg/kg) secara intravena loading dose kemudian 2–3 gram per jam sampai spasme otot hilang.

Page 3: Analisa Skenario

− Cegah penyebaran racun lebih lanjut dengan eksplorasi luka dan membersihkannya dengan H2023%. Port d’entrelain seperti OMSK atau gangren gigi juga harus dibersihkan dahulu.

− Untuk menetralisir racun diberikan immunoglobulin tetanus. Antibiotik tetrasiklin dan penisilin diberikan untuk mencegah pembentukan racun lebih lanjut. Obat lainnya bisa diberikan untuk menenangkan penderita, mengendalikan kejang dan mengendurkan otot-otot. Penderita biasanya dirawat di rumah sakit dan ditempatkan dalam ruangan yang tenang.

Sumber : WHO 2011 dan puskesmas 2007