Analisa kasus

5
BAB III ANALISA KASUS Pada pasien ini didapatkan kadar kalium dari hasil laboratorium rujukan yaitu 2,7nmol/l lakukan pemeriksaan 1 hari setelah MRS yaitu tanggal 24-11-2015 dudapatkan kadar kalium 1,7nmol/l hal ini berarti kadar kalium rendah dari yang seharusnya yaitu 3,6-5,5nmol/l. kadar kalium yang rendah ini akan menimbulkan manifestasi klinis yang beragam .Derajat manifestasi cenderung seimbang dengan keberatan dan lama hipokalemia. Gejala biasanya tidak timbul sampai kadar kalium berada di bawah 3,0 mEq/L, kecuali kadar kalium turun secara cepat atau pasien tersebut mempunyai faktor-faktor yang memperberat seperti kecenderungan aritmia karena penggunaan digitalis. Gejala biasanya membaik dengan koreksi hipokalemia. Gejala yang dapat muncul yaitu Kelemahan otot berat atau paralisis, kelemahan otot biasanya tidak timbul pada kadar kalium di atas 2,5 mEq/L apabila hipokalemia

description

analisa

Transcript of Analisa kasus

Page 1: Analisa kasus

BAB III

ANALISA KASUS

Pada pasien ini didapatkan kadar kalium dari hasil laboratorium rujukan yaitu

2,7nmol/l lakukan pemeriksaan 1 hari setelah MRS yaitu tanggal 24-11-2015

dudapatkan kadar kalium 1,7nmol/l hal ini berarti kadar kalium rendah dari yang

seharusnya yaitu 3,6-5,5nmol/l. kadar kalium yang rendah ini akan menimbulkan

manifestasi klinis yang beragam .Derajat manifestasi cenderung seimbang dengan

keberatan dan lama hipokalemia. Gejala biasanya tidak timbul sampai kadar

kalium berada di bawah 3,0 mEq/L, kecuali kadar kalium turun secara cepat atau

pasien tersebut mempunyai faktor-faktor yang memperberat seperti

kecenderungan aritmia karena penggunaan digitalis. Gejala biasanya membaik

dengan koreksi hipokalemia.

Gejala yang dapat muncul yaitu Kelemahan otot berat atau paralisis, kelemahan

otot biasanya tidak timbul pada kadar kalium di atas 2,5 mEq/L apabila

hipokalemia terjadi perlahan. Namun, kelemahan yang signifikan dapat terjadi

dengan penurunan tiba-tiba, seperti pada paralisis hipokalemik periodik, meskipun

penyebab kelemahan pada keadaan ini mungkin lebih kompleks. Pola kelemahan

kurang lebih mirip dengan yang diamati pada hiperkalemia, biasanya dimulai

dengan ekstremitas bawa, meningkat sampai ke batang tubuh dan ekstremitas atas

serta dapat memburuk sampai pada titik paralisis.

Page 2: Analisa kasus

Hipokalemia juga dapat menyebabkan kelemahan otot pernapasan yang dapat

begitu berat sampai menyebabkan kegagalan pernapasan dan kematian.

Keterlibatan otot-otot pencernaan, menyebabkan ileus dan gejala-gejala yang

diakibatkannya seperti distensi, anoreksia, nausea dan vomitus.

Manifestasi lain yang termasuk berat yaitu aritmia kardiak dan kelainan EKG,

beberapa tipe aritmia dapat dilihat pada pasien dengan hipokalemia. kelainan ini

termasuk denyut atrial dan ventrikel prematur, bradikardia sinus, takikardia atrial

atau junctional paroksismal, blok atrioventrikular sampai kepada takikardi atau

fibrilasi ventrikel. Hipokalemia menghasilkan perubahan-perubahan karakteristik

pada EKG. Biasanya dapat ditemukan depresi segmen ST, penurunan amplitudo

gelombang T dan peningkatan amplitudo gelombang U yang timbul setelah akhir

gelombang T. Terdapat variabilitas yang besar dalam konsentrasi kalium aktual

terkait dengan progresivitas perubahan EKG. Pada suatu penelitian terkontrol

terapi tiazid (hidroklorotiazid 50mg/hari) terdapat peningkatan sampai dua kali

lipat dalam kejadian aritmia ventrikular pada pasien-pasien dengan konsentrasi

kalium di bawah 3,0 mEq/L.

Kelainan ginjal, hipokalemia dapat menginduksi beberapa kelainan ginjal yang

kebanyakan dapat dipulihkan dengan perbaikan kadar kalium. keadaan-keadaan

ini termasuk gangguan kemampuan konsentrasi urin (dapat timbul sebagai

nokturia, poliuria dan polidipsia), peningkatan produksi amonia renal oleh karena

asidosis intraselular, peningkatan reabsorpsi bikarbonat renal dan juga nefropati

Page 3: Analisa kasus

hipokalemik. Hipokalemia dapat menyebabkan polidipsia yang berkontribusi

terhadap poliuria.

Pada pasien juga ditemukan kadar albumin yang rendah yaitu 1,4g/dl dari kadar

seharusnya yaitu 3,5-5,0 g/dl. Kadar albumin yang rendah ini seharusnya

dikonfirmasi dengan pemeriksaan urin lengkap (UL) untuk mengetahui adanya

proteinuria yang ada pada urin serta mengetahui keparahan kebocoran protein

pada urin. Kadar ini berguna untuk mengetahui massif atau tidaknya protein urin.

Kadar albumin yang rendah berhubungan dengan penurunan tekanan onkotik

intravascular. Keadaan ini berhubungan dengan timbulnya edem pada pasien

akibat turunnya kadar albumin. Underfilled theory merupakan teori klasik tentang

pembentukan edema. Teori ini berisi bahwa adanya edema disebabkan oleh

menurunnya tekanan onkotik intravaskuler dan menyebabkan cairan merembes ke

ruang interstisial. Adanya peningkatan permeabilitas kapiler glomerulus

menyebabkan albumin keluar sehingga terjadi albuminuria dan hipoalbuminemia.

Sebagaimana diketahui bahwa salah satu fungsi vital dari albumin adalah sebagai

penentu tekanan onkotik. Maka kondisi hipoalbuminemia ini menyebabkan

tekanan onkotik koloid plasma intravaskular menurun. Sebagai akibatnya, cairan

transudat melewati dinding kapiler dari ruang intravaskular ke ruang interstisial

kemudian timbul edema.

Manifestasi ini menunjukkan bahwa bisa saja sudah terjadi proteiunuria yang

bahkan masif sehingga mengarah pada salah satu kegawatan SLE yang

Page 4: Analisa kasus

menyerang organ ginjal yaitu adanya nefritis proliferatif atau membranosa. Untuk

mengetahui maka harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan urin lengkap.