Analisa Kasus Pi
-
Upload
uphie-luthfia-rahmy -
Category
Documents
-
view
103 -
download
0
Transcript of Analisa Kasus Pi
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia tidak pernah luput dari masalah kehidupan. Seringkali kita
menjumpai banyak masalah yang harus di hadapi, dan masalah tersebut biasanya
berasal dari faktor internal maupun ekternal. Tidak semua individu yang terpapar
dengan masalah-masalah ini mempunyai mekanisme koping yang baik, tetapi
setiap individu mempunyai cara sendiri dalam menghadapi masalah. Ada individu
yang apabila di hadapkan pada suatu masalah dan tidak memiliki koping yang
baik maka dapat mengakibatkan gangguan jiwa. Para pakar kesehatan jiwa
menyatakan bahwa semakin modern dan industrial suatu masyarakat, semakin
besar pula stresor psikososialnya,yang pada gilirannya menyebabkan orang jatuh
sakit karena tidak mampu mengatasinya.
Di era globalisasi ini timbul berbagai penyakit kejiwaan yang disebabkan
oleh stress dan tingginya tuntutan hidup. Dari sekian banyak penyakit kejiwaan
dikenal penyakit skizofrenia. Skizofrenia merupakan penyakit yang timbul akibat
ketidakseimbangan pada dopamin, yaitu salah satu sel kimia dalam otak. Ia adalah
gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau
respon emosional dan menarik diri dari hubungan antar pribadi normal. Sering
kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa
ada rangsang panca indera).
Data American Psychiatric Association (APA) tahun 1995 menyebutkan
1% populasi penduduk dunia menderita skizofrenia. 75% Penderita skizofrenia
mulai mengidapnya pada usia 16-25 tahun. Usia remaja dan dewasa muda
memang berisiko tinggi karena tahap kehidupan ini penuh stresor. Kondisi
penderita sering terlambat disadari keluarga dan lingkungannya karena dianggap
sebagai bagian dari tahap penyesuaian diri. Pengenalan dan intervensi dini berupa
obat dan psikososial sangat penting karena semakin lama ia tidak diobati,
kemungkinan kambuh semakin sering dan resistensi terhadap upaya terapi
semakin kuat. Seseorang yang mengalami gejala skizofrenia sebaiknya segera
dibawa ke psikiater dan psikolog.
2
Riset dasar kesehatan nasional tahun 2007 menyebutkan sekitar satu juta
orang di Indonesia mengalami gangguan jiwa berat, sedang 19 juta orang lainnya
menderita gangguan jiwa ringan hingga sedang. Belum ada angka yang lebih
mutakhir dari riset ini, namun menurut tren global seperti ramalan WHO, jumlah
penderita sakit mental akan terus meningkat hingga mencapai 450 juta orang di
seluruh dunia pada tahun 2013. Di Indonesia, peningkatan jumlah penderita tidak
terasa mengalami lonjakan drastis karena hingga kini masih lebih banyak orang
yang buta tentang penyakit ini ketimbang mereka yang paham.
Gangguan jiwa skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang berat dan
gawat yang dapat dialami manusia sejak muda dan dapat berlanjut menjadi kronis
dan lebih gawat ketika muncul pada lanjut usia (lansia) karena menyangkut
perubahan pada segi fisik, psikologis dan sosial-budaya. Skizofrenia pada lansia
angka prevalensinya sekitar 1% dari kelompok lanjut usia (lansia)
(Dep.Kes.1992).Banyak pembahasan yang telah dikeluarkan para ahli sehubungan
dengan timbulnya skizofrenia pada lanjut usia (lansia). Hal itu bersumber dari
kenyataan yang terjadi pada lansia bahwa terdapat hubungan yang erat antara
gangguan parafrenia, paranoid dan skizofrenia. Parafrenia lambat (late
paraphrenia) digunakan oleh para ahli di Eropa untuk pasien-pasien yang
memiliki gejala paranoid tanpa gejala demensia atau delirium serta terdapat gejala
waham dan halusinasi yang berbeda dari gangguan afektif.
Hal ini tergambar jelas dalam analisis penulis terhadap tokoh utama dalam
film “Pi”. Di mana dalam film ini tokoh utama yang bernama Maximillian Cohen
mengidap penyakit kejiwaan Skizofrenia. Max adalah seorang Atheis yang jenius
di bidang matematika. Dia bisa menghitung perkalian dan pembagian tiga digit
dalam waktu dua detik tanpa menghitungnya di kalkulator maupun kertas. Ia
meyakini bahwa di balik semua fenomena alam semesta ini, pastilah bersembunyi
pola yang mengaturnya, pola yang bisa dicari melalui angka.
Namun kehidupan Max tidaklah sempurna. Max adalah pengidap paranoid
dan sering berhalusinasi mengenai hal-hal aneh. Dia sering mengalami serangan
sakit kepala hebat yang mengantarkannya pada halusinasinya tersebut. Max juga
bukan orang yang suka bersosialisasi. Dia hanya betah mengutak-atik angka-
3
angka lewat super komputer yang dia rakit sendiri di kamarnya, Euclid. Dan tanpa
disadari ia telah mengalami skizofrenia.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam hal ini penulis akan menganalisis penyakit kejiwaan skizofrenia
yang diderita oleh Maximillian Cohen dalam Film “Pi”.
1.3 Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari analisis ini adalah untuk menjelaskan adanya gejala penyakit
skizofrenia pada tokoh utama Maximillian Cohen dalam film “Pi”. Manfaat
dilakukannya analisis ini adalah untuk memberi pengetahuan kepada pembaca
akan penyakit kejiwaan skizofrenia yang salah satu faktor penyebabnya adalah
stress yang berkepanjangan.
4
BAB II
ISI
2.1 Deskripsi Kasus (Sinopsis Film π “Pi”)
Film ini bercerita tentang seorang matematikawan bernama Maximillian
Cohen. Max adalah seorang Atheis yang jenius di bidang matematika. Dia bisa
menghitung perkalian dan pembagian tiga digit dalam waktu dua detik tanpa
menghitungnya di kalkulator maupun kertas. Ia meyakini bahwa di balik semua
fenomena alam semesta ini, pastilah bersembunyi pola yang mengaturnya, pola
yang bisa dicari melalui angka.
Namun kehidupan Max tidaklah sempurna. Max adalah pengidap paranoid
dan sering berhalusinasi mengenai hal-hal aneh. Dia sering mengalami serangan
sakit kepala hebat yang mengantarkannya pada halusinasinya tersebut. Max juga
bukan orang yang suka bersosialisasi. Dia hanya betah mengutak-atik angka-
angka lewat super komputer yang dia rakit sendiri di kamarnya, Euclid.
Film ini diawali dengan Max menceritakan masa saat ia masih kecil yang
seringkali mencoba untuk menatap langsung ke matahari, meskipun ibunya
berulang kali melarangnya. Matanya sangat rusak dan dokter tidak yakin bisa
sembuh. Tak disangka setelah melalui pengobatan, matanya bisa sembuh dan
melihat kembali. Namun, kesembuhan tersebut diiringi oleh munculnya rasa sakit
kepala yang kian waktu kian parah. Dia juga menderita paranoia ekstrim,
diwujudkan dalam halusinasi mengancam, dan beberapa bentuk gangguan
kecemasan sosial. Sepanjang film, ia semakin sulit untuk memisahkan apa yang
nyata dan apa yang merupakan produk halusinasinya.
Max yang yakin bahwa alam semesta memiliki pola dan keteraturan
berusaha menemukan pola pasar dalam saham dengan menggunakan miliaran
variabel sebagai datanya di komputernya. Sampai suatu ketika, komputer Max
justru memunculkan angka dengan jumlah 216 digit yang tidak beraturan. Max
kecewa dan melempar cetakan angka tersebut keluar. Keesokan paginya, Max
yang awalnya mengira itu adalah akibat kerusakan komputernya terkejut saat
mengetahui angka-angka itu sama dengan hasil pasar saham yang keluar esok
5
harinya. Dia berusaha mencari cetakan angka yang telah dia buang namun tidak
dapat menemukannya.
Max hanya berinteraksi sosial dengan Sol Robeson, seorang pria tua
pensiunan sekaligus mentor lamanya di bidang matematika. Sol telah menjadi
tokoh terkemuka dalam penelitian sifat π alias Π, 22/7 atau 3,14 dalam lingkaran.
Namun dengan alasan yang belum jelas, ia berhenti. Sol bersimpati pada Max
mengenai crashnya Euclid tetapi menjadi terkesima ketika Max menyebutkan
string angka yang dihasilkan Euclid, kemudian menanyakan apakah string
tersebut berjumlah 216 digit. Max heran, kemudian Sol menunjukkan bahwa ia
menemukan digit dengan jumlah yang sama bertahun-tahun yang lalu. Rasa
penasaran Max berujung pada pertanyaan praktis: jika alam semesta memiliki
pola, bisa jadi pasar saham pun memiliki pola. Mungkin berpola rumus
Pythagoras, Archimedes, deret Fibonacci, golden ratio, atau malah pola
temuannya sendiri.
Di tengah kebingungannya, Max bertemu dengan Lenny Meyer, seorang
Yahudi Hasid yang melakukan penelitian matematika pada Taurat. Lenny
menunjukkan beberapa Gematria sederhana pada Max dan meyakinkannya bahwa
Taurat adalah string angka yang membentuk kode yang dikirim oleh Tuhan. Max
menyadari bahwa beberapa konsep Lenny mirip dengan teori matematika nyata,
seperti urutan Fibonacci. Lenny juga menyebutkan bahwa ia dan rekan-rekannya
sedang mencari nomor 216 digit yang diulang seluruh teks dari Taurat.
Dalam perjalanannya, Max mulai menyadari betapa pola-pola itu bisa
berarti banyak bagi beberapa pihak.. Pertama, oleh sekumpulan pelaku saham di
Wall Street. Ia dikejar oleh agen dari sebuah perusahaan Wall Street, yang tertarik
dengan karya matematikanya. Salah satu agen, Marcy Dawson, meminta bantuan
Max supaya bisa mengontrol arah saham dan sebagai timbal baliknya ia
menawarkan Max chip komputer baru. Namun Max menegaskan bahwa ia tidak
tertarik pada keuntungan, tetapi ia mengambil chip itu untuk membantu penelitian
baru ke dalam Taurat. Kedua, oleh Lenny Meyer dan rekan-rekannya yang
meyakini bahwa 216 digit angka tersebut jika diterjemahkan pada bahasa Ibrani
akan mengungkapkan nama dan kode dari Tuhan mereka dan menjadi kunci yang
akan membawa mereka pada zaman Mesianik.
6
Dengan memanfaatkan chip canggih, kemudian Max menggunakan Euclid
untuk menganalisis pola matematis dalam Taurat. Namun lagi-lagi Euclid crash
dan sekali lagi ia mengeluarkan nomor 216 digit. Setelah itu, Max tampaknya
menjadi agak waspada dan mulai mampu memvisualisasikan pola pasar saham
yang ia cari. Namun, semakin ia berusaha memecahkan pola tersebut, intensitas
sakit kepalanya semakin meningkat, dan tiba-tiba ada tonjolan urat-aneh di pelipis
kanannya.
Selama kunjungannya dengan Sol, Sol memperingatkan Max bahwa 216
digit angka misterius lebih itu memiliki kekuatan melebihi dari yang Max sadari.
Sol menegaskan bahwa stroke yang ia alami pun karena usahanya memecahkan
pola tersebut di tahun-tahun sebelumnya. Max marah dan menolak mentah-
mentah saran dari Sol.
Lama menunggu hasil pemecahan pola dari Max, akhirnya Marcy Dawson
dan anteknya mencegat Max di jalan dan mengancamnya dengan pistol.
Sebelumnya mereka telah mencoba menggunakan beberapa rumus Max untuk
membuat prediksi mereka sendiri, tetapi karena pemahaman mereka yang terbatas,
tanpa disadari malah menyebabkan pasar saham crash. Ditengah usaha
pengancaman tersebut, Lenny menyelamatkan Max. Tapi segera setelah itu, ia dan
rekan-rekannya membuat tuntutan serupa pada Max untuk memberikan mereka
216 digit nomor misterius tersebut. Max menolak, malah ia bersikeras
menyatakan nomor tersebut telah diwahyukan kepadanya sendiri, bukan pada
Lenny dan rekannya sebab walaupun mereka berusaha sedemikian keras dengan
statusnya sebagai Rahib Yahudi, mereka tetap tak dapat menemukan jawaban.
Setelah kejadian perebutan itu, Max mengalami sakit kepala yang lain dan
menolak untuk meminum obat penghilang rasa sakitnya. Ia percaya bahwa ada
keterkaitan antara pola digit tersebut dengan sakit kepalanya, sehingga Max
mencoba untuk berkonsentrasi pada nomor walaupun sakit tak terkira dan pada
akhirnya pingsan.
Max koma dan di tengah alam bawah sadarnya ia mendengar suara wanita
tetangganya yang memanggilnya, kemudian tersadar. Pada akhirnya Max
menyerah untuk memecahkan pola angka tersebut. Ia berhalusinasi berada di
depan wastafel kamar mandinya, ia menghadap kaca dan nekat mengebor
7
kepalanya di bagian pelipis kanan kemudian terjatuh. Semua menjadi kabur dan
putih.
Pada adegan terakhir, Max digambarkan sedang duduk di bangku taman.
Seorang anak tetangga yang biasa mengetes kejeniusan Max dalam perhitungan
kompleks kembali bertanya. Namun kali ini ia tak mampu menjawabnya dan
berkata tak bisa. Max menatap nanar pada pohon yang tertiup angin, damai.
NB : Selama ini, kita mengenal pi hanya dengan 3,14 saja. Tetapi,
sebetulnya 3,14 hanyalah pembulatan. Sampai sekarang pun, belum ada yang
berhasil memecahkan berapa jumlah pasti angka dibelakang komanya. Hingga
saat ini, rekor perhitungan nilai pi 'hanyalah' 5 triliun angka di belakang koma.
Setelah itu? Tak ada yang tahu, bahkan mungkin saja pi ini memanglah tak
berujung.
2.2 Kajian Pustaka
1. Definisi
a. Skizofrenia berasal dari dua kata, yaitu “Skizo” yang artinya retak atau
pecah (split), dan : frenia: yang artinya jiwa. Dengan demikian
seseorang yang menderita skizofrenia adalah seseorang yang mengalami
keretakan jiwa atau keretakan kepribadian. Pada skizofrenia terjadi suatu
perpecahan pikiran, perilaku, dan kekerasan.
b. Skizofrenia sindrome yang dikenal paling dekat dengan istilah gila yang
selama ini dikenal oleh banyak orang. Skizofrenia adalah bentuk
kegilaan dengan disintegrasi pribadi, tingkah laku emosional dan
intelektual yang ambigious ( majemuk) dan terganggu secara serius,
mengalami regresi atau dementiasi total pasien banyak melarikan diri
dari kenyataan hidup dan berdiam dalam dunia fantasi.
c. Skizofrenia adalah penyakit gangguan fungsi otak yang diakibatkan oleh
ketidakseimbangan neurotransmitter. Akibat dari penyakit skizofrenia
adalah terganggunya kemampuan seseorang untuk berpikir jernih,
berinteraksi dengan orang lain dan berperan secara produktif di
masyarakat.
8
2. Insidensi
Berdasarkan data di Amerika serikat ;
- Setiap tahun terdapat 300.000 pasien skizofrenia mengalami episode akut
- 20%-50% pasien skizofrenia melakukan percobaan bunuh diri, 10%
diantaranya berhasil (mati bunuh diri)
- Angka kematian pasien skizofrenia 8 kali lebih tinggi dari angka
kematian penduduk pada umumnya
- Harapan hidup pasien dengan skizofrenia 10 tahun lebih pendek dari
pada penduduk pada umumnya
- Skizofrenia terjadi lebih awal pada laki-laki dibanding wanita, pada laki-
laki terjadi pada usia 15-25 dan wanita terjadi pada usia 25-35.
3. Kriteria Penyakit
Mengalami gangguan selama 6 bulandan termasuk miniml 1 bulan fase
aktif yang bisa terjadi gejala positif seperti, waham, halusinasi, bicara
tidak teratur, perilaku yang kacau, dan gejalan negative, seperti : afek
datar, alogika, atau avolisi.
Tergangguya fungsi sosial dan okupasi
Gangguan Mood
Gangguan ini tidak disebabkan oleh efek fisiologis.
4. Faktor-Faktor
Faktor Resiko
1. Riwayat skizofrenia dalam keluarga
2. Perilaku premorbid yang ditandai dengan kecurigaan, eksentrik,
penarikan diri, dan/atau impulsivitas.
3. Stress lingkungan
4. Kelahiran pada musim dingin. Faktor ini hanya memiliki nilai prediktif
yang sangat kecil.
5. Status sosial ekonomi yang rendah sekurang-kurangnya sebagian adalah
karena dideritanya gangguan ini
9
Faktor Presipitasi
1. Sosial budaya, hormonal, hipotesa virus, model biological lingkungan
sosial, psikologis Perilaku.
2. Curiga : tidak mampu mempercayai orang lain, bermusuhan, mengisolasi
diri, paranoid
3. Manipulasi : kurang asertif, mengisolasi diri, HDR, sangat tergantung.
4. Menarik diri/isolasi sosial : kurang spontan, apatis, ekspresi sedih, afek
tumpul, menghindar dari orang lain.
5. Etiologi
Penyebab pasti dari skizofrenia masih belum jelas. Konsensus umum
saat ini adalah bahwa gangguan ini disebabkan oleh interaksi yang kompleks
antara berbagai faktor. Faktor-faktor yang telah dipelajari dan diimplikasikan
meliputi predisposisi genetika, abnormalitas perkembangan saraf,
abnormalitas struktur otak, ketidakseimbangan neurokimia, dan proses
psikososial dan lingkungan.
Model Diatesis Stress, menurut teori ini skizofrenia timbul karena
adanya integrasi antara faktor biologis, faktor psikososial dan lingkungan.
Model ini berpendapat bahwa seseorang yang memiliki kerentanan (diatesis)
jika dikenai stressor (baik biologis, genetik, psikososial, dan lingkungan)
akan lebih mudah menjadi skizofrenia.
1. Predisposisi genetika : Meskipun genetika merupakan faktor resiko yang
signifikan, belum ada penanda gentika tunggal yang diidentifikasi.
Kemungkinan melibatkan berbagai gen. Penelitian telah berfokus pada
kromosom 6, 13, 18, dan 22. Ada pula penelitian yang mtelah menemukan
bahwa pertanda kromosom yang berhubungan dengan skizofrenia adalah
kromosom 5,11 dan 18 pada bagian lengan panjang dan kromosom 19
pada bagian lengan pendek, dan yang paling sering dilaporkan adalah
terjadi pada kromosom X. Pada skizofrenia kromososm-kromosom ini
mengalami kelainan yaitu saat mengkode dapat terjadi kekacauan seprti
translokasi.
Resiko terjangkit skizofrenia bila gangguan ini ada dalam keluarga adalah
sebagai berikut :
10
Satu atau orang tua yang terkena : risiko 12% - 15%
Kedua orang tua terkena penyakit ini : risiko 35% - 39%
Saudara sekandung yang terkena : risiko 8%-10%
Kembar dizigotik yang terkena : risiko 15%
Kembar monozigotik yang terkena : risiko 50%
2. Abnormalitas perkembangan saraf : Perkembangan saraf awal selama
masa kehamilan ditentukan oleh asupan gizi selama hamil ( wanita hamil
yang kurang gizi mempunyai risiko anaknya berkembang menjadi
skizofrenia) dan trauma psikologis selama masa kehamilan. Penelitian
menunjukkan bahwa malformasi janin minor yang terjadi pada awal
gestasi berperan dalam manifestasi akhir dari skizofrenia. Faktor-faktor
yang dapat memengaruhi perkembangan saraf dan diidentifikasi sebagai
risiko yang terus bertambah meliputi :
a. Individu yang ibunya terserang influenza pada trisemester kedua.
b. Individu yang mengalami trauma atau cedera pada waktu dilahirkan.
c. Penganiayaan atau trauma di masa bayi atau masa kanak-kanak awal.
d. Perubahan anatomi pada susunan syaraf pusat akibat infeksi virus
pernah dilaporkan pada orang orang dengan skizofrenia. Penelitian
mengatakan bahwa terpapar infeksi virus pada trimester kedua
kehamilan akan meningkatkan seseorang menjadi skizofrenia.
3. Abnormalitas struktur otak
Area otak utama yang terlibat dalam skizofrenia adalah sistem limbik,
ganglia basalis, lobus frontalis. Sistem limbik berfungsi mengendalikan
emosi. Pada skizofrenia terjadi penurunan daerah amigdala, hipokampus dan
girus parahipokampus. Jika fungsi ini terganggu maka akan menimbulkan
gejala skizofrenia yaitu terjadi gangguan emosi.
11
Penelitian saat ini melihat adanya perbedaan struktur dan fungsi otak
pada penderita skizofrenia. Dengan Positron Emission Tomography (PET)
dapat terlihat kurangnya aktivitas di daerah lobus frontal, dimana lobus
frontal itu sendiri berfungsi sebgai memori kerja, penuruan dari aktivitas
metabolic forntal dihubungkan dengan perjalanan penyakit yang lama dan
gejala negative yang lebih berat.
Abnormalitas struktur dan fungsi otak yang sering ditemukan pada
penderita skizofrenia ini di antaranya:
a. Penderita skizofrenia memiliki kadar fosfomonoester (PME) yang lebih
rendah dan kadar fosfodiester (PDE) yang lebih tinggi dibandingkan nilai
normal. Konsentrasi fosfat inorganic menurun dan konsentrasi ATP
meningkat. Hal ini disebabkan karena terjadinya hipofungsi di daerah
korteks frontal dorsolateral.
b. Ganglia basalis berkaitan dengan pengendali pergerakan. Pada pasien
dengan gejala skizofrenia memperlihatkan pergerakan yang aneh, seperti
gaya berjalan yang kaku, menyeringaikan wajah dan stereotipik. Selain itu
ganglia basalis berhubungan timbal balik dengan lobus frontalis sehingga
jika terjadi kelainan pada area lobus frontalis maka akan mempengaruhi
fungsi ganglia basalis.
c. Pemeriksaan dengan menggunakan PET menunjukkan gejala negative
abnormalitas metabolic yang lebih besar di daerah sirkuit frontal,
12
tempolar, dan serebral dibandingkan dengan penderita skizofrenia dengan
gejala positif. Menurunnya atensi pada penderita skizofrenia berhubungan
dengan hipoaktivitas di daerah korteks singulat anterior. Retardasi
motorik berhubungan dengan hipoaktivitas di daaerah basal ganglia.
d. Gangguan bicara dan mengekspresikan emosi berhubungan dengan
rendahnya metabolisme glukosa di area Brodman 22 (korteks bahasa
asosaiatif sensoris), area Brodman 43 (transkortikal), area Brodman 45
dan 44 (premotorik), area Brodman 4 dan 6 (motorik).
e. Gejala positif berhubungan dengan peningkatan aliran darah di daerah
temporomedial, sedangkan gejala disorganisasi berhubungan dengan
peningkatan aliran darah di daerah korteks singulat dan striatum.
Disorganisasi verbal pada penderita skizofrenia berhubungan dengan
menurunnya aktivitas di daerah korteks frontal, singulat, dan temporal
superior kiri.
f. Halusinasi sering berhubungan dengan perubahan aliran darah di region
hipokampus, para hipokampus,dan amigdala. Halusinasi yang kronik
berhubungan dengan peningkatan aliran darah di lobus tempral kiri.
g. Waham sering dihubungkan dengan peningkatan aliran darah di daerah
lobus temporal medial kiri dan penurunan aliran darah di daerah korteks
singulat posterior dan lobus temporal lateral kiri.
h. Gangguan penilaian realita pada penderita skizofrenia berhubungan
dengan aliran darah di daerah korteks prefrontal lateral kiri, striatum
ventral, girus temporalis superior, dan region parahipokampus.
i. Pada penderita skizofrenia didapati adanya penurunan fungsi kognitif.
Salah satu penurunan kognitif yang sering ditemukan adalah ganggaun
memori dan fungsi eksekutif lainnya. Fungsi eksekutif yang terganggu
adalah kemampuan berbahasa, memecahkan masalah, mengambil
keputusan, atensi dan perencanaan. Sedangkan gangguan memori yang
sering dialami adalah gangguan memori segera dan memori jangka
pendek yang dikenal sebagai memori kerja.
j. Dengan Magnetic Resonance Imaging (MRI) terlihat pelebaran di daerah
ventricular tiga dan lateral terutama bila yang menonjol adalah gejala
13
negatifnya. Ini merupakan implikasi dari perubahan di daerah
periventrikular limbic-striata, mengecilnya ukuran dari lobus frontal dan
temporal. Daerah otak yang terlibat adalah system limbic, lobus frontalis,
ganglia basalis, batang otak dan thalamus. Hal ini berhubungan dengan
menurunnya fungsi neurokognitif seperti memori, atensi, pemecahan
masalah, fungsi eksekutif dan social cognition. Gambaran EEG dari
penderita skizofrenia terlihat hilangnya aktivitasi gamma band, yang
menandakan melemahnya integrasi jaringan syaraf di otak.
4. Ketidakseimbangan neurokimia (neurotransmitter).
Dopamin merupakan neurotransmiter pertama yang berkontribusi
terhadap gejala skizofrenia. Hampir semua obat antipsikotik baik tipikal
maupun antipikal menyekat reseptor dopamin D2. Aktivitas dopamine yang
berlebihan di bagian kortikal otak, berkaitan dengan gejala positif dari
skizofrenia. Neurotrasnmiiter lain yang juga berperan adalah serotonin,
norepineprin, glutamate,dan GABA. Homeostasis atau hubungan
antarneurotransmitter mungkin lebih penting disbanding jumlah relative
neurotransmitter tertentu. Tempat reseptor untuk neurotransmitter tetrtentu
juga penting. Perubahan jumlah dan jenis reseptor dapat memengaruhi tingkat
neurotransmitter. Obat psikotopik dapat memengaruhi tempat reseptor
neurotransmitter dan juga neurotransmitter itu sendiri.
5. Proses Psikososial dan Lingkungan
1. Teori perkembangan
Ahli teori seperti Freud, Sullivan, dan Erikson mengemukakan
bahwa kurangnya perhatian yang hangat dan penuh kasih sayang di tahun-
tahun awal kehidupan berperan dalam menyebabkan kurangnya identitas
diri, salah interpretasi terhadap realitas, dan menarik diri dari hubungan
pada penderita skizofrenia.
2. Teori Keluarga.
Teori-teori yang berkaitan dengan peran keluarga dalam
munculnya skizofrenia belum divalidasi dengan penelitian. Bagian fungsi
keluarga yang telah diimplikasikan dalam peningkatan angka kekambuhan
individu dengan skizofrenia adalah sangat mengekpresikan emosi (high
14
expressed emotion [HEE]) . Keluarga dengan ciri ini dianggap terlalu ikut
campur secara emosional, kasar, dan kritis.
3. Status Sosial Ekonomi.
Hasil penelitian yang konsisten adalah hubungan yang kuat antara
skizofrenia dan status sosial ekonomi yang rendah.
6. Tanda dan Gejala
Pada umumnya gejala skizofrenia tak mudah dikenali. Tanda awal
yang bisa dilihat antara lain: mudah curiga, depresi, cemas, tegang, gampang
tersinggung, dan marah. Penderita juga mengalami gangguan tidur, nafsu
makan menurun, kehilangan energi dan motivasi, sulit mengingat dan
berkonsentrasi, penderita merasa asing di lingkungannya, sehingga menarik
diri dari kehidupan sosial.
Berdasarkan tanda dan gejalanya, Skizofrenia diklasifikasikan atas 2
gejala, yaitu gejala positif dan Negatif.
1. Gejala Positif, yaitu : Gejala yang mendasar terjadi pada skizofrenia
a. Waham
Menurut Gail W. Stuart, Waham adalah keyakinan yang salah dan
kuat dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan
bertentangan dengan realitas sosial.
Waham adalah Keyakinan tentang suatu isi pikiran yang tidak
sesuai dengan kenyataan atau tidak sesuai dengan intelegensi dan latar
belakang kebudayaan. Waham sering ditemukan pada gangguan jiwa
berat, dan lebih spesifik pada skizofrenia.
Ciri-ciri : Tidak realistik, Tidak logis, Menetap, Egosentris,
Diyakini kebenarannya oleh penderita, Tidak dapat dikoreksi, Dihayati
oleh penderita sebagai hal yang nyata.
Faktor predisposisi
Genetis : diturunkan, adanya abnormalitas perkembangan sistem saraf
yang berhubungan dengan respon biologis yang maladaptif.
Neurobiologis; Adanya gangguan pada korteks pre frontal dan korteks
limbic
15
Neurotransmitter ; abnormalitas pada dopamine, serotonin dan
glutamat.
Virus paparan virus influensa pada trimester III
Psikologis; ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tidak peduli.
Faktor Presipitasi
Proses pengolahan informasi yang berlebihan
Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal.
Adanya gejala pemicu
Macam-macam waham :
Waham somatik : keyakinan seseorang bahwa tubuh atau bagian
tubuhnya sakit atau terganggu.
Waham kebesaran : keyakinan yang salah bahwa ia memiliki kekuatan,
pengetahuan, atau bakat yang besar, atau ia merupakan orang yang
terkenal dan kuat, misalnya : ia yakin bahwa ia seorang pahlawan atau
seseorang yang merasa dirinnya ganteng dan disukai banyak wanita.
Waham paranoid : kecurigaan seseorang yang berlebihan atau tidak
rasional dan tidak mempercayai orang lain.
Waham kendali pikir : Percaya bahwa perasan, pikiran, dan tingkah
lakunya dikendalikan oleh suatu kekuatan dari luar.
Waham tersangkut : Penderita percaya bahwa setiap kejadian di
sekelilingnya diarahkan pada dirinya. Penderita percaya bahwa orang
asing di sekitarnya memperhatikan dirinya, penyiar televisi dan radio
mengirimkan pesan dengan bahasa sandi.
Waham bizarre, merupakan waham yang aneh. Termasuk dalam waham
bizarre, antara lain : Waham sisip pikir (percaya bahwa seseorang telah
menyisipkan pikirannya ke kepala penderita), waham siar pikir (percaya
bahwa pikiran penderita dapat diketahui orang lain, orang lain seakan-
akan dapat membaca pikiran penderita), waham sedot pikir (percaya
bahwa seseorang telah mengambil keluar pikirannya)
Waham hipokondri : Penderita percaya bahwa di dalam dirinya ada
benda yang harus dikeluarkan sebab dapat membahayakan dirinya.
16
Waham diancam : Kepercayaan atau keyakinan bahwa dirinya selalu
diikuti, diancam, diganggu atau ada sekelompok orang yang
memenuhinya.
Waham kejar :Percaya bahwa dirinya selalu dikejar-kejar orang
Waham bersalah : Percaya bahwa dirinya adalah orang yang bersalah
Waham berdosa : Percaya bahwa dirinya berdosa sehingga selalu
murung
Waham tak berguna : Percaya bahwa dirinya tak berguna lagi sehingga
sering berpikir lebih baik mati (bunuh diri)
Waham miskin : Percaya bahwa dirinya adalah orang yang miskin.
Waham super-power yaitu keyakinan bahwa pemegang kekuasaan
tertinggi dilihat dari senioritas. Waham ini akan membuat orang selalu
haus penghormatan dan kekuasaan, menganggap dirinya adalah
pemegang peraturan dan juga bisa jadi menjadi hukum itu sendiri demi
menjaga perasaan berkuasa yang terus ada dalam pikirannya.
Waham superior vs inferior (hukum rimba), yaitu keyakinan berlebihan
bahwa dirinya harus kuat agar dapat bertahan.
b. Halusinasi
Halusinasi adalah gangguan persepsi panca indera tanpa adanya
rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan
dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh / baik (Stuart &
Sundenn, 1998).
Halusinasi adalah gejala dimana orang melihat atau merasakan
sesuatu yang sebenarnya tidak ada.
Pencetus terjadinya halusinasi
1. Sakit dengan panas tinggi sehingga mengganggu keseimbangan tubuh.
2. Gangguan jiwa Skizofrenia
3. Pengkonsumsian narkoba atau narkotika tertentu seperti : ganja,
morphin, kokain, dan ltd
4. Mengkonsumsi alkohol berkadar diatas 35% : seperti vodka, gin diatas
batas kewajaran
5. Trauma yang berlebihan.
17
Macam-macam Halusinasi :
a) Halusinasi akustik (pendengaran)
Halusinasi ini sering berbentuk : Akoasma, yaitu suara-suara yang
kacau balau yang tidak dapat dibedakan secara tegas Phonema, yaitu
suara-suara yang berbentuk suara jelas seperti yang berasal dari
manusia, sehingga penderita mendengar kata-kata atau kalimat
kalimat tertentu
b) Halusinasi visual (penglihatan)
Penderita melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Halusinasi
visual sering menimbulkan ketakutan yang hebat pada penderita.
c) Halusinasi olfaktorik (pembauan)
Penderita membau sesuatu yang tidak dia sukai. Halusinasi ini
merupakan gambaran dari perasaan bersalah penderita.
d) Halusinasi taktil (perabaan)
Halusinasi ini sering dijumpai pada pencandu narkotika dan obat
terlarang.
e) Halusinasi haptik
Halusinasi ini merupakan suatu persepsi, di mana seolah-olah tubuh
penderita bersentuhan secara fisik dengan manusia lain atau benda
lain. Seringkali halusinasi haptik ini bercorak seksual, dan sangat
sering dijumpai pada pencandu narkoba.
f) Halusinasi kinestetik
Penderita merasa bahwa anggota tubuhnya terlepas dari tubuhnya,
mengalami perubahan bentuk, dan bergerak sendiri. Hal ini sering
terjadi pada penderita Schizophrenia dan pencandu narkoba.
Fase Halusinasi
Fase halusinasi terbagi empat:
1.Fase Pertama
Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stress, perasaan
gelisah, kesepian. Klien mungkin melamun atau memfokukan pikiran
pada hal yang menyenangkan untuk menghilangkan kecemasan dan
18
stress. Klien masih mampu mengotrol kesadarnnya dan mengenal
pikirannya, namun intensitas persepsi meningkat.
2.Fase Kedua
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman
internal dan eksternal, klien berada pada tingkat “listening” pada
halusinasi. Pemikiran internal menjadi menonjol, gambaran suara dan
sensasi halusinasi dapat berupa bisikan yang tidak jelas klien takut
apabila orang lain mendengar dan klien merasa tak mampu
mengontrolnya. Klien membuat jarak antara dirinya dan halusinasi
dengan memproyeksikan seolah-olah halusinasi datang dari orang lain.
3.Fase Ketiga
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol klien
menjadi terbiasa dan tak berdaya pada halusinasinya. Halusinasi memberi
kesenangan dan rasa aman sementara.
4.Fase Keempat.
Klien merasa terpaku dan tak berdaya melepaskan diri dari
kontrol halusinasinya. Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan
berubah menjadi mengancam, memerintah dan memarahi klien tidak
dapat berhubungan dengan orang lain karena terlalu sibuk dengan
halusinasinya klien berada dalam dunia yang menakutkan dalam waktu
singkat, beberapa jam atau selamanya. Proses ini menjadi kronik jika
tidak dilakukan intervensi.
c. Disorganisasi Perilaku
Tingkah laku pada pasien skizofrenia sering mengarah atau
membuat orang menjadi takut pada mereka. misalnya, tiba-tiba berteriak,
masturbasi didepan umum, berpakaian tidak rapi atau jorok, atau tidak
mengenakan baju.
d. Disorganisasi Pikiran dan Pembicaraan
Biasanya disebut sebagai gangguan berpikir normal. biasanya
kecenderungan untuk melompat dari topic yang satu ke topic yang lain
yang nampak jelas tidak berhunbungan (kehilangan asosiasi/asosiasi
longgar). Jika menjawab pertanyaaan tidak sesuai jawaban dengan
19
pertanyaan yang diajukan. pada suatu waktu bisa berbicara tidak masuk
akal (inkoheren), dan pasien menciptakan kata-kata baru, yang mungkin
bagi mereka mengandung arti simbolik (neologism).
2. Gejala Negatif, yaitu : Gejala tambahan
a) Alogika : Keterbatasan pembicaraan dan pikiran, dalam kelancaran
dan produktivitas
b) Avolution : Keterbatasan perilaku dalam menentukan tujuan
c) Anhedonia : Berkurangnya minat dan menarik diri dari seluruh
aktifitas yang menyenangkan dan biasannya dilakukan oleh penderita
d) Gangguan Atensi : Suatu gejala dapat dikatakan gejala negative
apabila ditemukan adanya penurunan fungsi normal pada penderita
skizofrenia, seperti afek tumpul (emosi pasien sangat sedikit
diekspresikan), penarikan emosi dalam berkomunikasi, hubungan
yang buruk dengan lingkungan sekitar, dan menarik diri dari
hubungan sosial.
e) Kesulitan dalam berpikir abstrak, pikiran yang strereotipik, kurangny
spontannitas, perawatan diri dan fungsi sosial yang menurun.
7. Proses Perjalanan Penyakit
Gejala mulai timbul biasanya pada masa remaja atau dewasa awal
sampai dengan umur pertengahan dengan melalui beberapa fase, antara lain :
1) Fase Prodmoral
- Berlangsung antara 6 bulan sampai 1 tahun
- Gangguan dapat berupa self care, gangguan akademik, gangguan
dalam pekerjaan gangguan fungsi sosial pikiran dan persepsi.
- Biasanya muncul gejala negatif
2) Fase Aktif
- Berlangsung kurang lebih 1 bulan
- Gangguan dapat berupa gejala positif berupa, Halusinasi,
waham/delusi, disorganisasi proses pikir, gangguan bicara, gangguan
perilaku, dan disertai kelainan neurokimiawi.
3) Fase Residual
20
- Klien mengalami minimal 2 gejala, gangguan afek dan gangguan
peran, dan serangan biasanya berulang.
8. Jenis-Jenis Skizofrenia
Menurut PPDGJ :
1. Skizofrenia Paranoid
Merupakan jenis skizofrenia yang paling sering ditemukan. gambaran
klinisnya berupa Waham, disertai halusinasi dan gangguan persepsi.
Kriteria jenis ini Waham dan halusinasinya harus menonjol, terdapat
gangguan afektif, gejala katatonik yang tidak nyata.
2. Skizofrenia Hebefrenik
Menegakkan diagnosis jenis ini perlu dilakukan observasi selama 2-3
bulan untuk melihat gejala bertahan atau tidak.
Biasanya terjadi pada remaja, dan terdapat perilaku tanpa tujuan dan
tanpa maksud, gangguan afektif, dan gangguan proses pikir yang
menonjol.
3. Skizofrenia Katatonik
Skizofrenia jenis ini jarang ditemukan. Kriteria utamanya berupa
gangguan psikomotor yang melibatkan imobilitas dan aktivitas yang
berlebihan.
Dapat disertai ekolalia (meniru kata-kata yang diucapkan orang lain)
dan ekofrasia (meniru gerakan orang lain).
Gejala lain berupa, gelisah, negativisme.
4. Skizofrenia Tak Terinci
Kriteria diagnosis ini ditegakkan apabila kriteria jenis lain tidak
dipenuhi, tapi memenuhi kriteria diagnosis skizofrenia. cirri utamanya:
waham, halusinasi, percakapan yang tidak koheren, dan perilaku yang
kacau.
5. Skizofrenia Residual
Jenis ini merupakan stadium kronis skizofrenia. kriterianya berupa
Gejala negative yang menonjol, paling sedikit selama 1 tahun. timbul
beberapa kali setelah serangan skizofrenia.
21
6. Skizofrenia Simpleks
Terdapat gejala negative yang bersifat perlahan tetapi progresif dan
sudah berlangsung minimal 1 tahun, penurun yang nyata dalam
pekerjaan dan akademik, isolasi sosial, tidak terdapat waham dan
halusinasi. timbul di usia pubertas.
7. Depresi Paska Skizofrenia
Skizofrenia sudah berlangsung selama 1 tahun, gejalanya masih tetap
ada, yang menonjol adalah gejala depresif berlangsung minimal 2
minggu.
8. Terapi Farmakologi
Obat-obat antipsikotik (disebut juga neuroleptika, antiskizofren, atau
tranquilizer mayor) terutama digunakan untuk mengobati skizofrenia.
Antipsikotik tipikal yang lebih dulu digunakan adalah antagonis dopamine
dan digunakan untuk mengatasi tanda-tanda positif skizofrenia seperti
waham, halusinasi, ganggguan pikiran, dan gejala psikotik lain, tetapi tidak
memiliki efek yang tampak pada tanda-tanda negative. Antipsikotik terbaru
adalah antipsikotik atipikal yang merupakan antagonis dopamine dan
serotonin. Antipsikotik atipikal tidak hanya mengurangi gejala psikotik, tetapi
pada banyak klien, juga mengurangi tanda-tanda negative seperti tidak
memiliki kemauan dan motivasi, menarik diri dari masyarakat, dan
anhedonia. Obat antipsikotika bukan untuk pengobatan kuratif dan tidak
menghilangkan gangguan pemikiran yang fundamental, tetapi sering
memungkinkan klien psikotik berfungsi dalam lingkungannya yang suportif.
Obat-obat antipsikotik dibagi atas 5 kelompok utama berdasarkan struktur
obat :
22
Perbedaan rantai samping pada tiap grup kimiawi mempunyai efek penting pada potensi obat.
a. Haloperidol Nama klinis : haloperidol Nama dagang : haldol, haldol decanoat, halperon Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi haloperidol yang utama adalah sebagai antipsikotik
untuk pengobatan skizofrenia. Haloperidol juga bias digunakan pada
berbagai situasi klinis lain. Contohnya, dalam dosis rendah efektif untuk
menghilangkan mual dan muntah dikarenakan blockade reseptor
dopamine pada chemoreceptor trigger zone (CTZ). Haloperidol juga
digunakan untuk mengobati sindrom perilaku yang terjadi bersamaan
dengan gangguan-gangguan motorik.
Kontraindikasi penggunaan haloperidol adalah pada pasien
dengan karsinoma mammae, wanita menyusui, wanita hamil, penyakit
jantung, anak-anak, depresi SSP, koma, glaucoma, dan penyakit
Parkinson.
Mekanisme kerja
Mekanisme kerja antipsikotik yang sebenarnya belum diketahui.
Efek terapeutik primer dari antipsikotik tipikal diperkirakan muncul pada
sistem limbic, termasuk striatum ventral, sedangkan efek samping
obat-obat neuroleptika
Fenotiazin
Klorpromazin
Flufenazin
Proklorperazin
Prometazin
Tioridazin
Benzisoksazol
Risperidon
Dibenzodiapezin
Klozapin
Butirofenon
Haloperidol
Tioxantin
Tiotiksen
23
diperkirakan berhubungan dengan blockade dopamine pada striatum
dorsal. Haloperidol menghambat reseptor dopamine dalam otak
(terutama ganglia basalis dan sistem limbic pada otak depan) dan perifer,
sehingga menghambat keerja dopamine sebagai neurotransmitter pada
area-area tersebut. Lima jenis reseptor dopamine : Reseptor D1 dan D5
mengaktifkan adenil siklase, sedangkan reseptor D2, D3, dan D4
mennghambatnya. Obat antipsikotika terikat pada reseptor-reseptor
tersebut dalam berbagai tingkat, dan efikasi obat antipsikotik tipikal
berkolerasi dengan kemampuannya menghambat reseptor D2dalam
sistem mesolimbik otak. Penghambatan ini mengurangi halusinasi dan
agitasi, juga bersifat menenangkan dan mengurangi gerakan fisik
spontan. Haloperidol mempunyai selektivitas yang relative tinggi
sebagai antagonis pada reseptor dopamine D2 dan D3, dengan afinitas
D4 yang bervariasi. Efek antipsikotik biasanya terlihat setelah beberapa
minggu, menunjukkan bahwa efek terapi berkaitan dengan perubahan
sekunder dalam jalur nigostriata.
Farmakokinetik
Haloperidol tersedia dalam bentuk tablet atau cairan oral, rapid
acting IM lactate, atau long lasting IM decanoate. Injeksi regular atau
long acting ini semakin banyak digunakan untuk pasien rawat jalan,
orang-orang yang tidak patuh terhadap pengobatan, kasus-kasus yang
dicurigai berat, dan kegagalan dalam pengobatan oral.
Setelah pemberian per oral, haloperidol diabsorpsi dengan baik
dari GIT dan konsentrasi puncak dicapai dalam 2-6 jam. Jika diberikan
dalam injeksi IM laktat, konsentrasi puncak dalam plasma dicapai setelah
10-20 menit dan menimbulkan efek dalam 30-45 menit. Jika diberikan
dalam injeksi IM dekanoat, konsentrasi puncak dalam plasma dicapai
setelah tujuh hari.
Obat ini mudah masuk otak karena relative lipofilik, mempunyai
volume distribusi yang besar, sanngat mudah terikat pada protein plasma
dan membrane, dan dimetabolismemenjadi berbagai zat oleh sistem P-
450 (mekanisme oksidatif) dalam hati dan proses konjugasi.
24
Efek samping
Efek samping antipsikotik terjadi karena interaksi obat tersebut
dengan reseptor dopamine di tempat lain dan neurotransmitter lain. Efek
samping antipsikotik signifikan dan dapat berkisar dari ketidaknyamanan
ringan sampai gangguan gerakan yang permanen. Karena banyak efek
samping ini menakutkan dan mengesalkan bagi klien, efek samping
tersebut seringkali menjadi alasan utama klien mengurangi dosis obat
atau menghentikan pengobatan.
a) Efek samping neurologis
Efek samping neurologis yang serius meliputi efek samping
ekstrapiramidal, yaitu gangguan gerakan reversible yang dicetuskan oleh
obat antipsikotik, meliputi reaksi distonia, parkinsonisme, dan akatisia.
Reaksi distonia terhadap antipsikotik muncul pada awal proses terapi dan
ditandai oleh spasme pada kelompok otot diskret seperti otot-otot leher
(tortikolis) atau otot-otot mata (krisis okulogirik). Reaksi distonia sangat
menakutkan dan menyakitkan bagi klien. Terapi akut terdiri atas
difenhidramin (Benadryl) yang diberikan melalui intramuskular dan
intravena, atau benzotropin (cogentin) yang diberikan melalui
intramuskular.
Parkinsonisme dan parkinsonisme yang diinduksikan antipsikotik
meliputi berjalan dengan kaki terseret, wajah seperti topeng, kaku otot,
dan pengeluaran air liur (drooling). Terapi parkinsonisme dan
efek samping neurologis
efek samping ekstrapiramidal
reaksi distonia
akatisia
parkinsonismediskinesia tardif
kejang
sindrom maligna neuroleptik
25
pencegahan reaksi distonia lebih lanjut dilakukan dengan menggunakan
obat-obatan :
Nama Dagang Generik Akatisia Distonia Rigiditas Tremor
Benztropin (Cogentin) 2 2 3 2
Triheksifenidil (Artane) 2 3 3 3
Biperiden (Akineton) 1 3 3 3
Prosiklidin (Kemadrin) 1 3 3 3
Amantadin (Symmetrel)
3 2 3 2
Difenhidramin (Benadryl)
2 2-3 1 2
Diazepam (Valium) 2 1-2 1-2 0-1
Lorazepam (Ativan) 2 1-2 1-2 0-1
Propranolol (Inderal) 3 0 0 1-2
0, tidak ada efek; 1, beberapa efek (respon 20%); 2, efek sedang
(respon 20-40%); 3, efek baik (respon 40%) .
Akatisia ditandai oleh gerakan yang gelisah, berjalan mondar-
mandir, ketidakmampuan untuk tetap tenang, dan klien menyatakan
kegelisahannya. Klien merasa sangat tidak nyaman dengan sensasi ini
dan mungkin berhenti meminum antipsikotik untuk menghindari efek
samping tersebut. Penyekat beta seperti propranolol terbukti paling
efektif dalam mengobati akatisia, dan benzodiapezin juga terbukti
berhasil dalam mengobati penyakit ini.
Diskinesia Tardif, suatu efek samping antipsikotik yang muncul
dengan lambat ditandai oleh gerakan invollunter abnormal seperti bibir
yang mengerut, menjulurkan lidah, mengunyah, mata yang berkedip-
kedip, dan menyeringai. Gerakan involunter ini memalukan bagi klien
dan dapat membuat mereka lebih terisolasi secara sosial. Diskinesia
26
Tardif bersifat irreversible setelah terjadi, tetapi perkembangannya dapat
dihentikan dengan mengurangi atau menghentikan pemberian obat.
Klozapin, suatu antipsikotik atipikal, belum terbukti menyebabkan efek
samping ini sehingga obat ini sering direkomendasikan untuk klien yang
mengalami diskinesia Tardif ketika menggunakan antipsikotik tipikal.
Penting untuk menskrining klien guna mengetahui adanya gangguan
gerakan yang muncul dengan lambat seperti diskinesia Tardif. Skala
Gerakan Involunter Abnormal ( Abnormal Involuntary Movement Scale),
AIMS digunakan untuk menskrining gejala gangguan gerakan. Klien
diobservasi dalam beberapa posisi dan keparahan gejala dinilai 0 sampai
4. Pemeriksaan AIMS dapat dilakukan setiap 3-6 bulan. Apabila perawat
mendeteksi peningkatan nilai pada AIMS, yang menunjukkan
peningkatan gejala diskinesia Tardif, dokter harus diberi tahu sehingga
dosis obat klien dapat diganti untuk mencegah perkembangannya.
Kejang adalah efek samping yang jarang muncul terkait dengan
antipsikotik. Kejang dapat dikaitkan dengan pemberian obat dosis tinggi.
Penanganannya dengan mengurangi dosis obat atau membeerikan
antipsikotik lain.
Sindrom Maligna Neuroleptik (SMN) adalah kondisi serius dan
seringkali fatal yang terlihat pada individu yang diobati dengan
antipsikotik. Sindrom ini ditandai dengan kekakuan otot, demam tinggi,
peningkatan enzim otot, dan peningkatan leukosit. Setiap antipsikotik
dapat menyebabkan SMN, yang diatasi dengan menghentikna obat
tersebut. Kemampuan klien untuk menoleransi antipsikotik lain setelah
SMN bervariasi.
b) Efek samping non-neurologis
Efek samping non-neurologis mencakup sedasi, fotosensitivitas,
dan gejala antikolinergik seperti mulut kering, pandangan kabur,
konstipasi, retensi urin, dan hipotensi otostatik.
Toksisitas dengan overdose
Overdose akut dengan antipsikotik jarang menghasilkan
simptomatologi yang serius. Intoksikasi ringan bermanifestasi dengan
27
sedasi, hipotensi, dan miosis sedangkan intoksikasi berat dengan agitasi
dan delirium, yang mungkin akan berkembangn menjadi
retardasimotorik, kejang, aritmia kardiak,henti napas, dan koma. Gejala
distonia dan psiudoparkinsonism juga bias muncul. Pengobatan yang di
rekommendasikaan meliputi tindakan-tindakan suportif, gastric lavage,
dan activated charcoal. Induksi emesis mungkin sulit karena efek pada
CTZ (chemoreceptor trigger zone) dan dialisis tidak evektif karena
tingkat ikatan obat dengan protein.
Penggunaan sebagai antipsikotik
Antipsikotik merupakan satu-satunya pengobatan efektif untuk
pengobatan skizofrenia. Agen antispikotik tipikal efektif pada 70%pasien
yang mengalami episode pertama psikosis. Tidak semua pasien
responsive dan normalisasi tingkah laku yang komplit jarang dicapai.
Antipsikotik tipikal, salah satunya adalah haloperidol, paling efektif
dalam pengobatan gejala skizofren yang positif (delusi, halusinasi, dan
gangguan pemikiran). Pengobatan psikosis akut biasanya melibatkan
dosos harian sampai ekuivalen denagn 10 sampai 20 mg haloperidol
(dengan konsentrasi resum sekitar 5 sampai 20 ng/ml).
Dosis yang lebih tinggi biasanya tidak lebih efektif tapi
meningkatkan resiko efek samping. Dosis pengobatan yang eksstrim bias
berkisar antara 1 sampai 100 mg/hari. Peningkatan dosis ini harus
dilakukan dengan sangat hati-hati dan hanya dilakukan bila tindakan-
tindakan yang lain gagal. Preparat lepas lambat haloperidol dekanoat
diberikan secara intramuscular. Dosis untuk haloperidol dekanoat adalah
25-250 mg setiap 2 sampai 4 minggu. Dosis haloperidol dekanooat
diturunkan 25% pada bulan kedua dan ketiga. Haloperidol mempunyai
kurva. Dosis-respon yang relatif flat sehingga bias digunakan dengan
rentang dosis yang cukup luas. Haloperidol (secara oral) telah digunakan
juga secara luas pada pasien anak-anak.
Haropelidol direkomendasikan untuk digunakan dengan dosis 2-
16 mg/ hari pada anak-anak yang berusia lebih dari 12 tahun. Haloperidol
28
hanya menimbulkan sedikit efek samping antikolinergik. Efek sedasi nya
pun sangat lemah.
Tidak ada satu obat atau kombinasi obat-obat yang mempunyai
efek selektif terhaadap kompleks gejala tertentu pada pasien-pasien
psikosis; walaupun pasien-pasien individual tampak lebih baik dengan 1
agen daripada agen lain, hal ini hanya bias ditentukan dengan trial and
error. Umumnya, gejala-gejala positif dan gejala-gejala negative
cenderung untuk berespon bersama-sama atau tidak berespon sama sekali
terhadap pengobatan. Seleksi obat sering tergantung pada efek-efek
samping atau respon sebelumnya yang bagus terhadap suatu jenis obat.
9. Terapi Non FarmakologiHal yang penting dilakukan adalah intervensi psikososial. Hal ini
dilakukan dengan menurunkan stressor lingkungan atau mempertinggi
kemampuan penderita untuk mengatasinya, dan adanya dukungan sosial.
Intervensi psikososial diyakini berdampak baik pada angka relaps dan
kualitas hidup penderita. Intervensi berpusat pada keluarga hendaknya tidak
diupayakan untuk mendorong eksplorasi atau ekspresi perasaan-perasaan,
atau mempertinggi kewaspadaan impuls-impuls atau motivasi bawah sadar.
Tujuannya adalah :
1. Pendidikan pasien dan keluarga tentang sifat-sifat gangguan skizofrenia.
2. Mengurangi rasa bersalah penderita atas timbulnya penyakit ini. Bantu
penderita memandang bahwa skizofrenia adalah gangguan otak.
3. Mempertinggi toleransi keluarga akan perilaku disfungsional yang tidak
berbahaya. Kecaman dari keluarga dapat berkaitan erat dengan relaps.
4. Mengurangi keterlibatan orang tua dalam kehidupan emosional penderita.
Keterlibatan yang berlebihan juga dapat meningkatkan resiko relaps.
5. Mengidentifikasi perilaku problematik pada penderita dan anggota
keluarga lainnya dan memperjelas pedoman bagi penderita dan keluarga.
Langkah-langkah Mengatasi Skizofrenia
Langkah-langkah yang dilakukan dalam mengatasi gejala Skizofrenia:
Belajar menanggulangi stress, depresi, pikiran negative, belajar rileks dan
29
tidak menggunakan alcohol ataupun abat-oabatan tanpa pengetahuan
dokter. Yang terpenting segera konsultasi ke fasilitas psikiatri bila tampil
gejala-gejala skizofrenia termasuk kemungkinan bila melakukan tindakan
kekerasan.
Perlu bantuan orang-orang terdekat, pada skizofrenia akut penderita rentan
terhadap stress ringan sekalipun. Harus dikurangi pemberian tanggung
jawab agar tidak membebani penderita dan mengurangi jangka pendek.
Namun jangan mengambil semua tangguang jawabnya sebab akan
menimbulkan ketergantungan dan problem lain di kemudian hari.
Jangan membicarakan penderita jika tidak ada. Umunya penderita sangat
sensitif dengan lingkungan sekitarnya. Agar lebih memahaminya cobalah
berkomunikasi dengan cara lain, dengan mengajak aktivitas secara
bersama seperti mendengarkan musik, melukis atau dengan menunjukan
perhatian tanpa harus bercakap-cakap.
Pemberian obat antipsikotik yang dikombinasikan dengan terapi
pendukung. Obat antipsikotik yang banyak peredar dipasaran dan
diresepkan dokter. Antipsikotik generasi terbaru bekerja mengurangi dan
menagtasi gejala-gejala skizofrenia yang positif, negative dan
memperbaiki kognitif dengan efek samping yang dapat ditoleransi lebih
baik disbanding antipsikotik sebelumnya.
Terapi obat-obatan biasanya dikombinasi dengan terapi pendukung guna
membantu menurunkan dan mengatsai gejala skizofrenia, mencegah
kekambuhan, membantu pasien tetap berobat dan membantu penderita
kembali ke kehidupan normal.
2.3 Analisis Film
Pada film “PI”, Max Cohen digambarkan sebagai seorang
matematikawan yang berkebangsaan Yahudi. Max sangat tertarik dengan
angka-angka dan ia meyakini bahwa segala sesuatu di alam semesta ini dapat
dihubungkan dengan angka-angka. Hal tersebut menyebabkan Max menjadi
sangat terobsesi untuk menemukan pola angka dari π. Dalam Pencariannya
terhadap pola itu, Max sering mengalami sakit kepala hebat, melihat sesuatu
30
yang tidak nyata, dan mendengar suara-suara yang hanya ada dalam
pikirannya. Biasanya Max mengonsumsi obat-obatan untuk mengatasi gejala-
gejala yang ia alami.
Dari gejala-gejala yang dialami oleh Max, kami menarik kesimpulan
bahwa Max merupakan pasien schizofrenia. Jika dilihat dari prolog film
tersebut, penyakitnya disebabkan oleh peristiwa masa lalunya tepatnya ketika
dia berusia 6 tahun, ia dilarang oleh ibunya untuk menatap matahari secara
langsung, namun Max merasa penasaran sehingga dia mengabaikan perintah
ibunya. Max menatap matahari secara langsung dalam waktu yang lama yang
menyebabkan matanya menjadi rusak, namun ada keajaiban matanya kembali
berfungsi secara normal. Semenjak itu, Max mendapatkan serangan sakit
kepala yang hebat dan berulang. Selain itu, penyakit yang ia alami juga
disebabkan oleh pola pikirnya yang terlalu ambisius terhadap angka-angka.
Berdasarkan konsep, tanda dan gejala schizofrenia dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu gejala positif dan gejala negatif. Dari film gejala positif
yang ada ialah:
Waham, waham paranoid dan waham kendali fikir. Waham paranoid
digambarkan Max tidak mempercayai orang lain dan meyakini bahwa
perasaan, pikiran dan ambisinya itulah yang benar.
Halusinasi: penglihatan dan pendengaran. Max berhalusinasi melihat
otak manusia, melihat seorang laki-laki yang mengikutinya, dan
mendengar suara. Menurut gejala yang ada, Max sudah mengalami
halusinasi fase keempat.
Disorganisasi perilaku. Max tidak lagi memikirkan kepentingan lain.
Max tidak tertarik pada wanita dan tidak peduli dengan penampilannya.
Disorganisasi pikiran dan pembicaraan. Max selalu menyangkutkan
segala sesuatu dengan angka 216.
Dari gejala negatif atau gejala tambahan, gejala yang muncul ialah:
Alogika (keterbatasan pembicaraan dan pikiran dalam kelancaran dan
produktivitas).
31
Gangguan attensi, Max tidak mempunyai hubungan yang baik dengan
tengan tetangganya, terlihat ketika tetangga Max masuk, namun Max
mengusirnya dan selalu mengunci pintu kamarnya.
Dilihat dari proses perjalanan penyakit, schizofrenia Max telah berada
pada fase residual dan termasuk jenis schizofrenia paranoid.
2.4 Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Biodata Klien
Nama : Maximillian Cohen
Agama : Atheis
Pekerjaan : Matematikawan
Bangsa : Yahudi
Alamat : Israel
Diagnosa Medis: Schizofrenia
Keluhan Utama : Sakit kepala hebat yang didahului dengan
tremor, sering mendengar suara desahan perempuan (Devi), sering merasa
diikuti oleh orang lain.
Riwayat Kesehatan Dahulu : Waktu kecil (6 tahun) Max pernah
mengalami kerusakan pada mata karena menatap matahari secara langsung
dengan lama.
Riwayat Kesehatan Sekarang : Sakit kepala hebat, serangan dirasakan
pertama kali sejak matanya bisa berfungsi normal kembali. Setelah sakit
kepalanya timbul, max sering mengalami halusinasi yang menyebabkan
dia menjadi paranoid dan Max juga sering mendengarkan suara-suara
desahan teman perempuannya, Devi. Selain itu, Max bukan orang yang
suka dan pandai bersosialisasi.
Riwayat Pengobatan :
80 mg Promozine HCl
6 mg Somattrapan Lisan
1 mg Dihyronic-Atamine-Mezilayte (Injeksi subkutan)
Suntik Adrenalin
32
Ibuprofen dosis tinggi
Steroid
Faktor Predisposisi:
Perilaku menarik diri
Stress karena terlalu ambisius dengan ambisinya menemukan pola
angka dari “PI”
Max meyakini bahwa segala sesuatu di alam semesta ini dapat
dihubungkan dengan angka-angka.
Faktor Presipitasi:
Curiga: Paranoid
Manipulasi
Menarik diri / isolasi sosial
Analisa Data
1. Masalah Keperawatan: Nyeri
DS: Max mengeluh sakit kepala hebat sejak matanya bisa berfungsi
dengan normal kembali.
DO: Riwayat penggunaan Ibuprofen dosis tinggi.
2. Masalah Keperawatan: Halusinasi: penglihatan dan pendengaran
DS: -
DO: Max terlihat sering mendengarkan suara desahan perempuan dan
suara berdenging. Selain itu, Max juga sering melihat sesuatu yang tidak
nyata seperti otak manusia, melihat orang asing yang sedang mengikutinya
sehingga ia menjadi paranoid.
3. Masalah Keperawatan: Isolasi sosial
DS: Ketika ada yang ingin berkunjung kerumahnya, Max berkata,
“tinggalkan saja didepan pintu rumah saya, saya tidak ingin bertemu dan
berbicara dengan siapapun.”
DO: Max tidak pernah bersosialisasi. Setiap mau keluar rumah, Max selalu
mengecek dengan mengintip lubang dari pintunya untuk memastikan
bahwa tidak ada orang diluar. Max selalu menghindar ketika tetangganya
mencoba berkomunikasi dengannya.
33
4. Masalah Keperawatan: Waham
DS: Max mengatakan bahwa ia adalah orang yang terpilih oleh Tuhan
untuk menerima pesan dari-Nya melalui deretan angka.
DO: Max tidak mau menyerahkan deretan angka yang ia temukan pada
orang-orang yang menginginkannya. Dia tidak mau mendengar dan
mendapatkan masukan dari orang lain. Dia merasa percaya diri bahwa ia
dapat memecahkan segala sesuatu yang ada di alam dengan kemampuan
matematiknya.
2.5 Simpulan
Skizofrenia merupakan penyakit yang timbul akibat ketidakseimbangan
pada dopamin, yaitu salah satu sel kimia dalam otak. Ia adalah gangguan jiwa
psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respon
emosional dan menarik diri dari hubungan antar pribadi normal. Sering kali
diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa ada
rangsang panca indera).
Skizofrenia paranoid yaitu gejala dominan berupa waham atau delusi dan
halusinasi pendengaran. Waham biasanya berjenis waham kejar (misalnya yakin
bahwa orang –orang di sekitarnya mau menjahati dirinya) .Halusinasi berupa
suara orang yang menyuruh-nyuruh, berkomentar, atau bercakap-cakap sendiri.
Ditandai dengan waham kejar(rasa menjadi korban atau dimata-matai) atau
waham kebesaran, halusinasi, dan kadang-kadang keagamaan yang berlebihan
(fokus waham agama), atau prilaku agresif dan bermusuhan. Seperti yang terjadi
pada kasus yang ada dalam film “Pi”, di mana dalam film ini tokoh utama yang
bernama Maximillian Cohen mengidap penyakit kejiwaan Skizofrenia karena
mengalami stress berkepanjangan akibat ambisinya yang terlalu besar untuk
memecahkan pola dari π.
Penyebabnya terdiri dari Faktor predisposisi dan faktor presipitasi.Faktor
predisposisi yaitu Biologis Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang
berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif, Psikologis,
Sosiobudaya. Faktor presipitasi terdiri dari Biologis,Lingkungan,Pemicu gejala.
34
DAFTAR PUSTAKA
Ganong, William F.2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Guyton, Arthur c.1997.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Jakarta: EGC.
Hawari, Dadang.-.Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta:
FKUI.
http://staff.ui.ac.id/internal/139903001/material/SistemSarafPusat_faal.ppt.
http://www.uic.edu/classes/pcol/pcol331/dentalpharmhandouts2006/lecture49.pdf
Johnson Marion, dkk. 2000. Nursing Outcome Classification (NOC), Mosby.
Kaplan & Sadock. 1997. Sinopsis Psikiatri, Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri
Klinis Edisi 7 Jilid 2. Jakarta: Binarupa Aksara.
Keliat, B, Herawati. 1999. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Nanda. 2005. Diagnosis Keperawatan Nanda Definisi dan Klasifikasi, Nursing
Intervention.
Rudyanto Sinaga, Benhard. 2007. Skizofrenia & Diagnosis Banding. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI
Stuart & Sudeen, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta: EGC.
Videback, Sheila L.2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Jakarta: EGC
Wiramiharja, Sutardjo. Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung: Refika
Aditama.
Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama
35
LAMPIRAN
36
37
38
39
40
41
42