Analisa Kasus Pi

62
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia tidak pernah luput dari masalah kehidupan. Seringkali kita menjumpai banyak masalah yang harus di hadapi, dan masalah tersebut biasanya berasal dari faktor internal maupun ekternal. Tidak semua individu yang terpapar dengan masalah-masalah ini mempunyai mekanisme koping yang baik, tetapi setiap individu mempunyai cara sendiri dalam menghadapi masalah. Ada individu yang apabila di hadapkan pada suatu masalah dan tidak memiliki koping yang baik maka dapat mengakibatkan gangguan jiwa. Para pakar kesehatan jiwa menyatakan bahwa semakin modern dan industrial suatu masyarakat, semakin besar pula stresor psikososialnya,yang pada gilirannya menyebabkan orang jatuh sakit karena tidak mampu mengatasinya. Di era globalisasi ini timbul berbagai penyakit kejiwaan yang disebabkan oleh stress dan tingginya tuntutan hidup. Dari sekian banyak penyakit kejiwaan dikenal penyakit skizofrenia. Skizofrenia merupakan penyakit yang timbul akibat ketidakseimbangan pada dopamin, yaitu salah satu sel kimia dalam otak. Ia adalah gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respon emosional dan menarik diri dari hubungan antar pribadi normal. Sering

Transcript of Analisa Kasus Pi

Page 1: Analisa Kasus Pi

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia tidak pernah luput dari masalah kehidupan. Seringkali kita

menjumpai banyak masalah yang harus di hadapi, dan masalah tersebut biasanya

berasal dari faktor internal maupun ekternal. Tidak semua individu yang terpapar

dengan masalah-masalah ini mempunyai mekanisme koping yang baik, tetapi

setiap individu mempunyai cara sendiri dalam menghadapi masalah. Ada individu

yang apabila di hadapkan pada suatu masalah dan tidak memiliki koping yang

baik maka dapat mengakibatkan gangguan jiwa. Para pakar kesehatan jiwa

menyatakan bahwa semakin modern dan industrial suatu masyarakat, semakin

besar pula stresor psikososialnya,yang pada gilirannya menyebabkan orang jatuh

sakit karena tidak mampu mengatasinya.

Di era globalisasi ini timbul berbagai penyakit kejiwaan yang disebabkan

oleh stress dan tingginya tuntutan hidup. Dari sekian banyak penyakit kejiwaan

dikenal penyakit skizofrenia. Skizofrenia merupakan penyakit yang timbul akibat

ketidakseimbangan pada dopamin, yaitu salah satu sel kimia dalam otak. Ia adalah

gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau

respon emosional dan menarik diri dari hubungan antar pribadi normal. Sering

kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa

ada rangsang panca indera).

Data American Psychiatric Association (APA) tahun 1995 menyebutkan

1% populasi penduduk dunia menderita skizofrenia. 75% Penderita skizofrenia

mulai mengidapnya pada usia 16-25 tahun. Usia remaja dan dewasa muda

memang berisiko tinggi karena tahap kehidupan ini penuh stresor. Kondisi

penderita sering terlambat disadari keluarga dan lingkungannya karena dianggap

sebagai bagian dari tahap penyesuaian diri. Pengenalan dan intervensi dini berupa

obat dan psikososial sangat penting karena semakin lama ia tidak diobati,

kemungkinan kambuh semakin sering dan resistensi terhadap upaya terapi

semakin kuat. Seseorang yang mengalami gejala skizofrenia sebaiknya segera

dibawa ke psikiater dan psikolog.

Page 2: Analisa Kasus Pi

2

Riset dasar kesehatan nasional tahun 2007 menyebutkan sekitar satu juta

orang di Indonesia mengalami gangguan jiwa berat, sedang 19 juta orang lainnya

menderita gangguan jiwa ringan hingga sedang. Belum ada angka yang lebih

mutakhir dari riset ini, namun menurut tren global seperti ramalan WHO, jumlah

penderita sakit mental akan terus meningkat hingga mencapai 450 juta orang di

seluruh dunia pada tahun 2013. Di Indonesia, peningkatan jumlah penderita tidak

terasa mengalami lonjakan drastis karena hingga kini masih lebih banyak orang

yang buta tentang penyakit ini ketimbang mereka yang paham.

Gangguan jiwa skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang berat dan

gawat yang dapat dialami manusia sejak muda dan dapat berlanjut menjadi kronis

dan lebih gawat ketika muncul pada lanjut usia (lansia) karena menyangkut

perubahan pada segi fisik, psikologis dan sosial-budaya. Skizofrenia pada lansia

angka prevalensinya sekitar 1% dari kelompok lanjut usia (lansia)

(Dep.Kes.1992).Banyak pembahasan yang telah dikeluarkan para ahli sehubungan

dengan timbulnya skizofrenia pada lanjut usia (lansia). Hal itu bersumber dari

kenyataan yang terjadi pada lansia bahwa terdapat hubungan yang erat antara

gangguan parafrenia, paranoid dan skizofrenia. Parafrenia lambat (late

paraphrenia) digunakan oleh para ahli di Eropa untuk pasien-pasien yang

memiliki gejala paranoid tanpa gejala demensia atau delirium serta terdapat gejala

waham dan halusinasi yang berbeda dari gangguan afektif.

Hal ini tergambar jelas dalam analisis penulis terhadap tokoh utama dalam

film “Pi”. Di mana dalam film ini tokoh utama yang bernama Maximillian Cohen

mengidap penyakit kejiwaan Skizofrenia. Max adalah seorang Atheis yang jenius

di bidang matematika. Dia bisa menghitung perkalian dan pembagian tiga digit

dalam waktu dua detik tanpa menghitungnya di kalkulator maupun kertas. Ia

meyakini bahwa di balik semua fenomena alam semesta ini, pastilah bersembunyi

pola yang mengaturnya, pola yang bisa dicari melalui angka.

Namun kehidupan Max tidaklah sempurna. Max adalah pengidap paranoid

dan sering berhalusinasi mengenai hal-hal aneh. Dia sering mengalami serangan

sakit kepala hebat yang mengantarkannya pada halusinasinya tersebut. Max juga

bukan orang yang suka bersosialisasi. Dia hanya betah mengutak-atik angka-

Page 3: Analisa Kasus Pi

3

angka lewat super komputer yang dia rakit sendiri di kamarnya, Euclid. Dan tanpa

disadari ia telah mengalami skizofrenia.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam hal ini penulis akan menganalisis penyakit kejiwaan skizofrenia

yang diderita oleh Maximillian Cohen dalam Film “Pi”.

1.3 Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari analisis ini adalah untuk menjelaskan adanya gejala penyakit

skizofrenia pada tokoh utama Maximillian Cohen dalam film “Pi”. Manfaat

dilakukannya analisis ini adalah untuk memberi pengetahuan kepada pembaca

akan penyakit kejiwaan skizofrenia yang salah satu faktor penyebabnya adalah

stress yang berkepanjangan.

Page 4: Analisa Kasus Pi

4

BAB II

ISI

2.1 Deskripsi Kasus (Sinopsis Film π “Pi”)

Film ini bercerita tentang seorang matematikawan bernama Maximillian

Cohen. Max adalah seorang Atheis yang jenius di bidang matematika. Dia bisa

menghitung perkalian dan pembagian tiga digit dalam waktu dua detik tanpa

menghitungnya di kalkulator maupun kertas. Ia meyakini bahwa di balik semua

fenomena alam semesta ini, pastilah bersembunyi pola yang mengaturnya, pola

yang bisa dicari melalui angka.

Namun kehidupan Max tidaklah sempurna. Max adalah pengidap paranoid

dan sering berhalusinasi mengenai hal-hal aneh. Dia sering mengalami serangan

sakit kepala hebat yang mengantarkannya pada halusinasinya tersebut. Max juga

bukan orang yang suka bersosialisasi. Dia hanya betah mengutak-atik angka-

angka lewat super komputer yang dia rakit sendiri di kamarnya, Euclid.

Film ini diawali dengan Max menceritakan masa saat ia masih kecil yang

seringkali mencoba untuk menatap langsung ke matahari, meskipun ibunya

berulang kali melarangnya. Matanya sangat rusak dan dokter tidak yakin bisa

sembuh. Tak disangka setelah melalui pengobatan, matanya bisa sembuh dan

melihat kembali. Namun, kesembuhan tersebut diiringi oleh munculnya rasa sakit

kepala yang kian waktu kian parah. Dia juga menderita paranoia ekstrim,

diwujudkan dalam halusinasi mengancam, dan beberapa bentuk gangguan

kecemasan sosial. Sepanjang film, ia semakin sulit untuk memisahkan apa yang

nyata dan apa yang merupakan produk halusinasinya.

Max yang yakin bahwa alam semesta memiliki pola dan keteraturan

berusaha menemukan pola pasar dalam saham dengan menggunakan miliaran

variabel sebagai datanya di komputernya. Sampai suatu ketika, komputer Max

justru memunculkan angka dengan jumlah 216 digit yang tidak beraturan. Max

kecewa dan melempar cetakan angka tersebut keluar. Keesokan paginya, Max

yang awalnya mengira itu adalah akibat kerusakan komputernya terkejut saat

mengetahui angka-angka itu sama dengan hasil pasar saham yang keluar esok

Page 5: Analisa Kasus Pi

5

harinya. Dia berusaha mencari cetakan angka yang telah dia buang namun tidak

dapat menemukannya.

Max hanya berinteraksi sosial dengan Sol Robeson, seorang pria tua

pensiunan sekaligus mentor lamanya di bidang matematika. Sol telah menjadi

tokoh terkemuka dalam penelitian sifat π alias Π, 22/7 atau 3,14 dalam lingkaran.

Namun dengan alasan yang belum jelas, ia berhenti. Sol bersimpati pada Max

mengenai crashnya Euclid tetapi menjadi terkesima ketika Max menyebutkan

string angka yang dihasilkan Euclid, kemudian menanyakan apakah string

tersebut berjumlah 216 digit. Max heran, kemudian Sol menunjukkan bahwa ia

menemukan digit dengan jumlah yang sama bertahun-tahun yang lalu. Rasa

penasaran Max berujung pada pertanyaan praktis: jika alam semesta memiliki

pola, bisa jadi pasar saham pun memiliki pola. Mungkin berpola rumus

Pythagoras, Archimedes, deret Fibonacci, golden ratio, atau malah pola

temuannya sendiri.

Di tengah kebingungannya, Max bertemu dengan Lenny Meyer, seorang

Yahudi Hasid yang melakukan penelitian matematika pada Taurat. Lenny

menunjukkan beberapa Gematria sederhana pada Max dan meyakinkannya bahwa

Taurat adalah string angka yang membentuk kode yang dikirim oleh Tuhan. Max

menyadari bahwa beberapa konsep Lenny mirip dengan teori matematika nyata,

seperti urutan Fibonacci. Lenny juga menyebutkan bahwa ia dan rekan-rekannya

sedang mencari nomor 216 digit yang diulang seluruh teks dari Taurat.

Dalam perjalanannya, Max mulai menyadari betapa pola-pola itu bisa

berarti banyak bagi beberapa pihak.. Pertama, oleh sekumpulan pelaku saham di

Wall Street. Ia dikejar oleh agen dari sebuah perusahaan Wall Street, yang tertarik

dengan karya matematikanya. Salah satu agen, Marcy Dawson, meminta bantuan

Max supaya bisa mengontrol arah saham dan sebagai timbal baliknya ia

menawarkan Max chip komputer baru. Namun Max menegaskan bahwa ia tidak

tertarik pada keuntungan, tetapi ia mengambil chip itu untuk membantu penelitian

baru ke dalam Taurat. Kedua, oleh Lenny Meyer dan rekan-rekannya yang

meyakini bahwa 216 digit angka tersebut jika diterjemahkan pada bahasa Ibrani

akan mengungkapkan nama dan kode dari Tuhan mereka dan menjadi kunci yang

akan membawa mereka pada zaman Mesianik.

Page 6: Analisa Kasus Pi

6

Dengan memanfaatkan chip canggih, kemudian Max menggunakan Euclid

untuk menganalisis pola matematis dalam Taurat. Namun lagi-lagi Euclid crash

dan sekali lagi ia mengeluarkan nomor 216 digit. Setelah itu, Max tampaknya

menjadi agak waspada dan mulai mampu memvisualisasikan pola pasar saham

yang ia cari. Namun, semakin ia berusaha memecahkan pola tersebut, intensitas

sakit kepalanya semakin meningkat, dan tiba-tiba ada tonjolan urat-aneh di pelipis

kanannya.

Selama kunjungannya dengan Sol, Sol memperingatkan Max bahwa 216

digit angka misterius lebih itu memiliki kekuatan melebihi dari yang Max sadari.

Sol menegaskan bahwa stroke yang ia alami pun karena usahanya memecahkan

pola tersebut di tahun-tahun sebelumnya. Max marah dan menolak mentah-

mentah saran dari Sol.

Lama menunggu hasil pemecahan pola dari Max, akhirnya Marcy Dawson

dan anteknya mencegat Max di jalan dan mengancamnya dengan pistol.

Sebelumnya mereka telah mencoba menggunakan beberapa rumus Max untuk

membuat prediksi mereka sendiri, tetapi karena pemahaman mereka yang terbatas,

tanpa disadari malah menyebabkan pasar saham crash. Ditengah usaha

pengancaman tersebut, Lenny menyelamatkan Max. Tapi segera setelah itu, ia dan

rekan-rekannya membuat tuntutan serupa pada Max untuk memberikan mereka

216 digit nomor misterius tersebut. Max menolak, malah ia bersikeras

menyatakan nomor tersebut telah diwahyukan kepadanya sendiri, bukan pada

Lenny dan rekannya sebab walaupun mereka berusaha sedemikian keras dengan

statusnya sebagai Rahib Yahudi, mereka tetap tak dapat menemukan jawaban.

Setelah kejadian perebutan itu, Max mengalami sakit kepala yang lain dan

menolak untuk meminum obat penghilang rasa sakitnya. Ia percaya bahwa ada

keterkaitan antara pola digit tersebut dengan sakit kepalanya, sehingga Max

mencoba untuk berkonsentrasi pada nomor walaupun sakit tak terkira dan pada

akhirnya pingsan.

Max koma dan di tengah alam bawah sadarnya ia mendengar suara wanita

tetangganya yang memanggilnya, kemudian tersadar. Pada akhirnya Max

menyerah untuk memecahkan pola angka tersebut. Ia berhalusinasi berada di

depan wastafel kamar mandinya, ia menghadap kaca dan nekat mengebor

Page 7: Analisa Kasus Pi

7

kepalanya di bagian pelipis kanan kemudian terjatuh. Semua menjadi kabur dan

putih.

Pada adegan terakhir, Max digambarkan sedang duduk di bangku taman.

Seorang anak tetangga yang biasa mengetes kejeniusan Max dalam perhitungan

kompleks kembali bertanya. Namun kali ini ia tak mampu menjawabnya dan

berkata tak bisa. Max menatap nanar pada pohon yang tertiup angin, damai.

NB : Selama ini, kita mengenal pi hanya dengan 3,14 saja. Tetapi,

sebetulnya 3,14 hanyalah pembulatan. Sampai sekarang pun, belum ada yang

berhasil memecahkan berapa jumlah pasti angka dibelakang komanya. Hingga

saat ini, rekor perhitungan nilai pi 'hanyalah' 5 triliun angka di belakang koma.

Setelah itu? Tak ada yang tahu, bahkan mungkin saja pi ini memanglah tak

berujung. 

2.2 Kajian Pustaka

1. Definisi

a. Skizofrenia berasal dari dua kata, yaitu “Skizo” yang artinya retak atau

pecah (split), dan : frenia: yang artinya jiwa. Dengan demikian

seseorang yang menderita skizofrenia adalah seseorang yang mengalami

keretakan jiwa atau keretakan kepribadian. Pada skizofrenia terjadi suatu

perpecahan pikiran, perilaku, dan kekerasan.

b. Skizofrenia sindrome yang dikenal paling dekat dengan istilah gila yang

selama ini dikenal oleh banyak orang. Skizofrenia adalah bentuk

kegilaan dengan disintegrasi pribadi, tingkah laku emosional dan

intelektual yang ambigious ( majemuk) dan terganggu secara serius,

mengalami regresi atau dementiasi total pasien banyak melarikan diri

dari kenyataan hidup dan berdiam dalam dunia fantasi.

c. Skizofrenia adalah penyakit gangguan fungsi otak yang diakibatkan oleh

ketidakseimbangan neurotransmitter. Akibat dari penyakit skizofrenia

adalah terganggunya kemampuan seseorang untuk berpikir jernih,

berinteraksi dengan orang lain dan berperan secara produktif di

masyarakat.

Page 8: Analisa Kasus Pi

8

2. Insidensi

Berdasarkan data di Amerika serikat ;

- Setiap tahun terdapat 300.000 pasien skizofrenia mengalami episode akut

- 20%-50% pasien skizofrenia melakukan percobaan bunuh diri, 10%

diantaranya berhasil (mati bunuh diri)

- Angka kematian pasien skizofrenia 8 kali lebih tinggi dari angka

kematian penduduk pada umumnya

- Harapan hidup pasien dengan skizofrenia 10 tahun lebih pendek dari

pada penduduk pada umumnya

- Skizofrenia terjadi lebih awal pada laki-laki dibanding wanita, pada laki-

laki terjadi pada usia 15-25 dan wanita terjadi pada usia 25-35.

3. Kriteria Penyakit

Mengalami gangguan selama 6 bulandan termasuk miniml 1 bulan fase

aktif yang bisa terjadi gejala positif seperti, waham, halusinasi, bicara

tidak teratur, perilaku yang kacau, dan gejalan negative, seperti : afek

datar, alogika, atau avolisi.

Tergangguya fungsi sosial dan okupasi

Gangguan Mood

Gangguan ini tidak disebabkan oleh efek fisiologis.

4. Faktor-Faktor

Faktor Resiko

1. Riwayat skizofrenia dalam keluarga

2. Perilaku premorbid yang ditandai dengan kecurigaan, eksentrik,

penarikan diri, dan/atau impulsivitas.

3. Stress lingkungan

4. Kelahiran pada musim dingin. Faktor ini hanya memiliki nilai prediktif

yang sangat kecil.

5. Status sosial ekonomi yang rendah sekurang-kurangnya sebagian adalah

karena dideritanya gangguan ini

Page 9: Analisa Kasus Pi

9

Faktor Presipitasi

1. Sosial budaya, hormonal, hipotesa virus, model biological lingkungan

sosial, psikologis Perilaku.

2. Curiga : tidak mampu mempercayai orang lain, bermusuhan, mengisolasi

diri, paranoid

3. Manipulasi : kurang asertif, mengisolasi diri, HDR, sangat tergantung.

4. Menarik diri/isolasi sosial : kurang spontan, apatis, ekspresi sedih, afek

tumpul, menghindar dari orang lain.

5. Etiologi

Penyebab pasti dari skizofrenia masih belum jelas. Konsensus umum

saat ini adalah bahwa gangguan ini disebabkan oleh interaksi yang kompleks

antara berbagai faktor. Faktor-faktor yang telah dipelajari dan diimplikasikan

meliputi predisposisi genetika, abnormalitas perkembangan saraf,

abnormalitas struktur otak, ketidakseimbangan neurokimia, dan proses

psikososial dan lingkungan.

Model Diatesis Stress, menurut teori ini skizofrenia timbul karena

adanya integrasi antara faktor biologis, faktor psikososial dan lingkungan.

Model ini berpendapat bahwa seseorang yang memiliki kerentanan (diatesis)

jika dikenai stressor (baik biologis, genetik, psikososial, dan lingkungan)

akan lebih mudah menjadi skizofrenia.

1. Predisposisi genetika : Meskipun genetika merupakan faktor resiko yang

signifikan, belum ada penanda gentika tunggal yang diidentifikasi.

Kemungkinan melibatkan berbagai gen. Penelitian telah berfokus pada

kromosom 6, 13, 18, dan 22. Ada pula penelitian yang mtelah menemukan

bahwa pertanda kromosom yang berhubungan dengan skizofrenia adalah

kromosom 5,11 dan 18 pada bagian lengan panjang dan kromosom 19

pada bagian lengan pendek, dan yang paling sering dilaporkan adalah

terjadi pada kromosom X. Pada skizofrenia kromososm-kromosom ini

mengalami kelainan yaitu saat mengkode dapat terjadi kekacauan seprti

translokasi.

Resiko terjangkit skizofrenia bila gangguan ini ada dalam keluarga adalah

sebagai berikut :

Page 10: Analisa Kasus Pi

10

Satu atau orang tua yang terkena : risiko 12% - 15%

Kedua orang tua terkena penyakit ini : risiko 35% - 39%

Saudara sekandung yang terkena : risiko 8%-10%

Kembar dizigotik yang terkena : risiko 15%

Kembar monozigotik yang terkena : risiko 50%

2. Abnormalitas perkembangan saraf : Perkembangan saraf awal selama

masa kehamilan ditentukan oleh asupan gizi selama hamil ( wanita hamil

yang kurang gizi mempunyai risiko anaknya berkembang menjadi

skizofrenia) dan trauma psikologis selama masa kehamilan. Penelitian

menunjukkan bahwa malformasi janin minor yang terjadi pada awal

gestasi berperan dalam manifestasi akhir dari skizofrenia. Faktor-faktor

yang dapat memengaruhi perkembangan saraf dan diidentifikasi sebagai

risiko yang terus bertambah meliputi :

a. Individu yang ibunya terserang influenza pada trisemester kedua.

b. Individu yang mengalami trauma atau cedera pada waktu dilahirkan.

c. Penganiayaan atau trauma di masa bayi atau masa kanak-kanak awal.

d. Perubahan anatomi pada susunan syaraf pusat akibat infeksi virus

pernah dilaporkan pada orang orang dengan skizofrenia. Penelitian

mengatakan bahwa terpapar infeksi virus pada trimester kedua

kehamilan akan meningkatkan seseorang menjadi skizofrenia.

3. Abnormalitas struktur otak

Area otak utama yang terlibat dalam skizofrenia adalah sistem limbik,

ganglia basalis, lobus frontalis. Sistem limbik berfungsi mengendalikan

emosi. Pada skizofrenia terjadi penurunan daerah amigdala, hipokampus dan

girus parahipokampus. Jika fungsi ini terganggu maka akan menimbulkan

gejala skizofrenia yaitu terjadi gangguan emosi.

Page 11: Analisa Kasus Pi

11

Penelitian saat ini melihat adanya perbedaan struktur dan fungsi otak

pada penderita skizofrenia. Dengan Positron Emission Tomography (PET)

dapat terlihat kurangnya aktivitas di daerah lobus frontal, dimana lobus

frontal itu sendiri berfungsi sebgai memori kerja, penuruan dari aktivitas

metabolic forntal dihubungkan dengan perjalanan penyakit yang lama dan

gejala negative yang lebih berat.

Abnormalitas struktur dan fungsi otak yang sering ditemukan pada

penderita skizofrenia ini di antaranya:

a. Penderita skizofrenia memiliki kadar fosfomonoester (PME) yang lebih

rendah dan kadar fosfodiester (PDE) yang lebih tinggi dibandingkan nilai

normal. Konsentrasi fosfat inorganic menurun dan konsentrasi ATP

meningkat. Hal ini disebabkan karena terjadinya hipofungsi di daerah

korteks frontal dorsolateral.

b. Ganglia basalis berkaitan dengan pengendali pergerakan. Pada pasien

dengan gejala skizofrenia memperlihatkan pergerakan yang aneh, seperti

gaya berjalan yang kaku, menyeringaikan wajah dan stereotipik. Selain itu

ganglia basalis berhubungan timbal balik dengan lobus frontalis sehingga

jika terjadi kelainan pada area lobus frontalis maka akan mempengaruhi

fungsi ganglia basalis.

c. Pemeriksaan dengan menggunakan PET menunjukkan gejala negative

abnormalitas metabolic yang lebih besar di daerah sirkuit frontal,

Page 12: Analisa Kasus Pi

12

tempolar, dan serebral dibandingkan dengan penderita skizofrenia dengan

gejala positif. Menurunnya atensi pada penderita skizofrenia berhubungan

dengan hipoaktivitas di daerah korteks singulat anterior. Retardasi

motorik berhubungan dengan hipoaktivitas di daaerah basal ganglia.

d. Gangguan bicara dan mengekspresikan emosi berhubungan dengan

rendahnya metabolisme glukosa di area Brodman 22 (korteks bahasa

asosaiatif sensoris), area Brodman 43 (transkortikal), area Brodman 45

dan 44 (premotorik), area Brodman 4 dan 6 (motorik).

e. Gejala positif berhubungan dengan peningkatan aliran darah di daerah

temporomedial, sedangkan gejala disorganisasi berhubungan dengan

peningkatan aliran darah di daerah korteks singulat dan striatum.

Disorganisasi verbal pada penderita skizofrenia berhubungan dengan

menurunnya aktivitas di daerah korteks frontal, singulat, dan temporal

superior kiri.

f. Halusinasi sering berhubungan dengan perubahan aliran darah di region

hipokampus, para hipokampus,dan amigdala. Halusinasi yang kronik

berhubungan dengan peningkatan aliran darah di lobus tempral kiri.

g. Waham sering dihubungkan dengan peningkatan aliran darah di daerah

lobus temporal medial kiri dan penurunan aliran darah di daerah korteks

singulat posterior dan lobus temporal lateral kiri.

h. Gangguan penilaian realita pada penderita skizofrenia berhubungan

dengan aliran darah di daerah korteks prefrontal lateral kiri, striatum

ventral, girus temporalis superior, dan region parahipokampus.

i. Pada penderita skizofrenia didapati adanya penurunan fungsi kognitif.

Salah satu penurunan kognitif yang sering ditemukan adalah ganggaun

memori dan fungsi eksekutif lainnya. Fungsi eksekutif yang terganggu

adalah kemampuan berbahasa, memecahkan masalah, mengambil

keputusan, atensi dan perencanaan. Sedangkan gangguan memori yang

sering dialami adalah gangguan memori segera dan memori jangka

pendek yang dikenal sebagai memori kerja.

j. Dengan Magnetic Resonance Imaging (MRI) terlihat pelebaran di daerah

ventricular tiga dan lateral terutama bila yang menonjol adalah gejala

Page 13: Analisa Kasus Pi

13

negatifnya. Ini merupakan implikasi dari perubahan di daerah

periventrikular limbic-striata, mengecilnya ukuran dari lobus frontal dan

temporal. Daerah otak yang terlibat adalah system limbic, lobus frontalis,

ganglia basalis, batang otak dan thalamus. Hal ini berhubungan dengan

menurunnya fungsi neurokognitif seperti memori, atensi, pemecahan

masalah, fungsi eksekutif dan social cognition. Gambaran EEG dari

penderita skizofrenia terlihat hilangnya aktivitasi gamma band, yang

menandakan melemahnya integrasi jaringan syaraf di otak.

4. Ketidakseimbangan neurokimia (neurotransmitter).

Dopamin merupakan neurotransmiter pertama yang berkontribusi

terhadap gejala skizofrenia. Hampir semua obat antipsikotik baik tipikal

maupun antipikal menyekat reseptor dopamin D2. Aktivitas dopamine yang

berlebihan di bagian kortikal otak, berkaitan dengan gejala positif dari

skizofrenia. Neurotrasnmiiter lain yang juga berperan adalah serotonin,

norepineprin, glutamate,dan GABA. Homeostasis atau hubungan

antarneurotransmitter mungkin lebih penting disbanding jumlah relative

neurotransmitter tertentu. Tempat reseptor untuk neurotransmitter tetrtentu

juga penting. Perubahan jumlah dan jenis reseptor dapat memengaruhi tingkat

neurotransmitter. Obat psikotopik dapat memengaruhi tempat reseptor

neurotransmitter dan juga neurotransmitter itu sendiri.

5. Proses Psikososial dan Lingkungan

1. Teori perkembangan

Ahli teori seperti Freud, Sullivan, dan Erikson mengemukakan

bahwa kurangnya perhatian yang hangat dan penuh kasih sayang di tahun-

tahun awal kehidupan berperan dalam menyebabkan kurangnya identitas

diri, salah interpretasi terhadap realitas, dan menarik diri dari hubungan

pada penderita skizofrenia.

2. Teori Keluarga.

Teori-teori yang berkaitan dengan peran keluarga dalam

munculnya skizofrenia belum divalidasi dengan penelitian. Bagian fungsi

keluarga yang telah diimplikasikan dalam peningkatan angka kekambuhan

individu dengan skizofrenia adalah sangat mengekpresikan emosi (high

Page 14: Analisa Kasus Pi

14

expressed emotion [HEE]) . Keluarga dengan ciri ini dianggap terlalu ikut

campur secara emosional, kasar, dan kritis.

3. Status Sosial Ekonomi.

Hasil penelitian yang konsisten adalah hubungan yang kuat antara

skizofrenia dan status sosial ekonomi yang rendah.

6. Tanda dan Gejala

Pada umumnya gejala skizofrenia tak mudah dikenali. Tanda awal

yang bisa dilihat antara lain: mudah curiga, depresi, cemas, tegang, gampang

tersinggung, dan marah. Penderita juga mengalami gangguan tidur, nafsu

makan menurun, kehilangan energi dan motivasi, sulit mengingat dan

berkonsentrasi, penderita merasa asing di lingkungannya, sehingga menarik

diri dari kehidupan sosial.

Berdasarkan tanda dan gejalanya, Skizofrenia diklasifikasikan atas 2

gejala, yaitu gejala positif dan Negatif.

1. Gejala Positif, yaitu : Gejala yang mendasar terjadi pada skizofrenia

a. Waham

Menurut Gail W. Stuart, Waham adalah keyakinan yang salah dan

kuat dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan

bertentangan dengan realitas sosial.

Waham adalah Keyakinan tentang suatu isi pikiran yang tidak

sesuai dengan kenyataan atau tidak sesuai dengan intelegensi dan latar

belakang kebudayaan. Waham sering ditemukan pada gangguan jiwa

berat, dan lebih spesifik pada skizofrenia.

Ciri-ciri : Tidak realistik, Tidak logis, Menetap, Egosentris,

Diyakini kebenarannya oleh penderita, Tidak dapat dikoreksi, Dihayati

oleh penderita sebagai hal yang nyata.

Faktor predisposisi

Genetis : diturunkan, adanya abnormalitas perkembangan sistem saraf

yang berhubungan dengan respon biologis yang maladaptif.

Neurobiologis; Adanya gangguan pada korteks pre frontal dan korteks

limbic

Page 15: Analisa Kasus Pi

15

Neurotransmitter ; abnormalitas pada dopamine, serotonin dan

glutamat.

Virus paparan virus influensa pada trimester III

Psikologis; ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tidak peduli.

Faktor Presipitasi

Proses pengolahan informasi yang berlebihan

Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal.

Adanya gejala pemicu

Macam-macam waham :

Waham somatik : keyakinan seseorang bahwa tubuh atau bagian

tubuhnya sakit atau terganggu.

Waham kebesaran : keyakinan yang salah bahwa ia memiliki kekuatan,

pengetahuan, atau bakat yang besar, atau ia merupakan orang yang

terkenal dan kuat, misalnya : ia yakin bahwa ia seorang pahlawan atau

seseorang yang merasa dirinnya ganteng dan disukai banyak wanita.

Waham paranoid : kecurigaan seseorang yang berlebihan atau tidak

rasional dan tidak mempercayai orang lain.

Waham kendali pikir : Percaya bahwa perasan, pikiran, dan tingkah

lakunya dikendalikan oleh suatu kekuatan dari luar.

Waham tersangkut : Penderita percaya bahwa setiap kejadian di

sekelilingnya diarahkan pada dirinya. Penderita percaya bahwa orang

asing di sekitarnya memperhatikan dirinya, penyiar televisi dan radio

mengirimkan pesan dengan bahasa sandi.

Waham bizarre, merupakan waham yang aneh. Termasuk dalam waham

bizarre, antara lain : Waham sisip pikir (percaya bahwa seseorang telah

menyisipkan pikirannya ke kepala penderita), waham siar pikir (percaya

bahwa pikiran penderita dapat diketahui orang lain, orang lain seakan-

akan dapat membaca pikiran penderita), waham sedot pikir (percaya

bahwa seseorang telah mengambil keluar pikirannya)

Waham hipokondri : Penderita percaya bahwa di dalam dirinya ada

benda yang harus dikeluarkan sebab dapat membahayakan dirinya.

Page 16: Analisa Kasus Pi

16

Waham diancam : Kepercayaan atau keyakinan bahwa dirinya selalu

diikuti, diancam, diganggu atau ada sekelompok orang yang

memenuhinya.

Waham kejar :Percaya bahwa dirinya selalu dikejar-kejar orang

Waham bersalah : Percaya bahwa dirinya adalah orang yang bersalah

Waham berdosa : Percaya bahwa dirinya berdosa sehingga selalu

murung

Waham tak berguna : Percaya bahwa dirinya tak berguna lagi sehingga

sering berpikir lebih baik mati (bunuh diri)

Waham miskin : Percaya bahwa dirinya adalah orang yang miskin.

Waham super-power yaitu keyakinan bahwa pemegang kekuasaan

tertinggi dilihat dari senioritas. Waham ini akan membuat orang selalu

haus penghormatan dan kekuasaan, menganggap dirinya adalah

pemegang peraturan dan juga bisa jadi menjadi hukum itu sendiri demi

menjaga perasaan berkuasa yang terus ada dalam pikirannya.

Waham superior vs inferior (hukum rimba), yaitu keyakinan berlebihan

bahwa dirinya harus kuat agar dapat bertahan.

b. Halusinasi

Halusinasi adalah gangguan persepsi panca indera tanpa adanya

rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan

dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh / baik (Stuart &

Sundenn, 1998).

Halusinasi adalah gejala dimana orang melihat atau merasakan

sesuatu yang sebenarnya tidak ada.

Pencetus terjadinya halusinasi

1. Sakit dengan panas tinggi sehingga mengganggu keseimbangan tubuh.

2. Gangguan jiwa Skizofrenia

3. Pengkonsumsian narkoba atau narkotika tertentu seperti : ganja,

morphin, kokain, dan ltd

4. Mengkonsumsi alkohol berkadar diatas 35% : seperti vodka, gin diatas

batas kewajaran

5. Trauma yang berlebihan.

Page 17: Analisa Kasus Pi

17

Macam-macam Halusinasi :

a) Halusinasi akustik (pendengaran)

Halusinasi ini sering berbentuk : Akoasma, yaitu suara-suara yang

kacau balau yang tidak dapat dibedakan secara tegas Phonema, yaitu

suara-suara yang berbentuk suara jelas seperti yang berasal dari

manusia, sehingga penderita mendengar kata-kata atau kalimat

kalimat tertentu

b) Halusinasi visual (penglihatan)

Penderita melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Halusinasi

visual sering menimbulkan ketakutan yang hebat pada penderita.

c) Halusinasi olfaktorik (pembauan)

Penderita membau sesuatu yang tidak dia sukai. Halusinasi ini

merupakan gambaran dari perasaan bersalah penderita.

d) Halusinasi taktil (perabaan)

Halusinasi ini sering dijumpai pada pencandu narkotika dan obat

terlarang.

e) Halusinasi haptik

Halusinasi ini merupakan suatu persepsi, di mana seolah-olah tubuh

penderita bersentuhan secara fisik dengan manusia lain atau benda

lain. Seringkali halusinasi haptik ini bercorak seksual, dan sangat

sering dijumpai pada pencandu narkoba.

f) Halusinasi kinestetik

Penderita merasa bahwa anggota tubuhnya terlepas dari tubuhnya,

mengalami perubahan bentuk, dan bergerak sendiri. Hal ini sering

terjadi pada penderita Schizophrenia dan pencandu narkoba.

Fase Halusinasi

Fase halusinasi terbagi empat:

1.Fase Pertama

Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stress, perasaan

gelisah, kesepian. Klien mungkin melamun atau memfokukan pikiran

pada hal yang menyenangkan untuk menghilangkan kecemasan dan

Page 18: Analisa Kasus Pi

18

stress. Klien masih mampu mengotrol kesadarnnya dan mengenal

pikirannya, namun intensitas persepsi meningkat.

2.Fase Kedua

Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman

internal dan eksternal, klien berada pada tingkat “listening” pada

halusinasi. Pemikiran internal menjadi menonjol, gambaran suara dan

sensasi halusinasi dapat berupa bisikan yang tidak jelas klien takut

apabila orang lain mendengar dan klien merasa tak mampu

mengontrolnya. Klien membuat jarak antara dirinya dan halusinasi

dengan memproyeksikan seolah-olah halusinasi datang dari orang lain.

3.Fase Ketiga

Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol klien

menjadi terbiasa dan tak berdaya pada halusinasinya. Halusinasi memberi

kesenangan dan rasa aman sementara.

4.Fase Keempat.

Klien merasa terpaku dan tak berdaya melepaskan diri dari

kontrol halusinasinya. Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan

berubah menjadi mengancam, memerintah dan memarahi klien tidak

dapat berhubungan dengan orang lain karena terlalu sibuk dengan

halusinasinya klien berada dalam dunia yang menakutkan dalam waktu

singkat, beberapa jam atau selamanya. Proses ini menjadi kronik jika

tidak dilakukan intervensi.

c. Disorganisasi Perilaku

Tingkah laku pada pasien skizofrenia sering mengarah atau

membuat orang menjadi takut pada mereka. misalnya, tiba-tiba berteriak,

masturbasi didepan umum, berpakaian tidak rapi atau jorok, atau tidak

mengenakan baju.

d. Disorganisasi Pikiran dan Pembicaraan

Biasanya disebut sebagai gangguan berpikir normal. biasanya

kecenderungan untuk melompat dari topic yang satu ke topic yang lain

yang nampak jelas tidak berhunbungan (kehilangan asosiasi/asosiasi

longgar). Jika menjawab pertanyaaan tidak sesuai jawaban dengan

Page 19: Analisa Kasus Pi

19

pertanyaan yang diajukan. pada suatu waktu bisa berbicara tidak masuk

akal (inkoheren), dan pasien menciptakan kata-kata baru, yang mungkin

bagi mereka mengandung arti simbolik (neologism).

2. Gejala Negatif, yaitu : Gejala tambahan

a) Alogika : Keterbatasan pembicaraan dan pikiran, dalam kelancaran

dan produktivitas

b) Avolution : Keterbatasan perilaku dalam menentukan tujuan

c) Anhedonia : Berkurangnya minat dan menarik diri dari seluruh

aktifitas yang menyenangkan dan biasannya dilakukan oleh penderita

d) Gangguan Atensi : Suatu gejala dapat dikatakan gejala negative

apabila ditemukan adanya penurunan fungsi normal pada penderita

skizofrenia, seperti afek tumpul (emosi pasien sangat sedikit

diekspresikan), penarikan emosi dalam berkomunikasi, hubungan

yang buruk dengan lingkungan sekitar, dan menarik diri dari

hubungan sosial.

e) Kesulitan dalam berpikir abstrak, pikiran yang strereotipik, kurangny

spontannitas, perawatan diri dan fungsi sosial yang menurun.

7. Proses Perjalanan Penyakit

Gejala mulai timbul biasanya pada masa remaja atau dewasa awal

sampai dengan umur pertengahan dengan melalui beberapa fase, antara lain :

1) Fase Prodmoral

- Berlangsung antara 6 bulan sampai 1 tahun

- Gangguan dapat berupa self care, gangguan akademik, gangguan

dalam pekerjaan gangguan fungsi sosial pikiran dan persepsi.

- Biasanya muncul gejala negatif

2) Fase Aktif

- Berlangsung kurang lebih 1 bulan

- Gangguan dapat berupa gejala positif berupa, Halusinasi,

waham/delusi, disorganisasi proses pikir, gangguan bicara, gangguan

perilaku, dan disertai kelainan neurokimiawi.

3) Fase Residual

Page 20: Analisa Kasus Pi

20

- Klien mengalami minimal 2 gejala, gangguan afek dan gangguan

peran, dan serangan biasanya berulang.

8. Jenis-Jenis Skizofrenia

Menurut PPDGJ :

1. Skizofrenia Paranoid

Merupakan jenis skizofrenia yang paling sering ditemukan. gambaran

klinisnya berupa Waham, disertai halusinasi dan gangguan persepsi.

Kriteria jenis ini Waham dan halusinasinya harus menonjol, terdapat

gangguan afektif, gejala katatonik yang tidak nyata.

2. Skizofrenia Hebefrenik

Menegakkan diagnosis jenis ini perlu dilakukan observasi selama 2-3

bulan untuk melihat gejala bertahan atau tidak.

Biasanya terjadi pada remaja, dan terdapat perilaku tanpa tujuan dan

tanpa maksud, gangguan afektif, dan gangguan proses pikir yang

menonjol.

3. Skizofrenia Katatonik

Skizofrenia jenis ini jarang ditemukan. Kriteria utamanya berupa

gangguan psikomotor yang melibatkan imobilitas dan aktivitas yang

berlebihan.

Dapat disertai ekolalia (meniru kata-kata yang diucapkan orang lain)

dan ekofrasia (meniru gerakan orang lain).

Gejala lain berupa, gelisah, negativisme.

4. Skizofrenia Tak Terinci

Kriteria diagnosis ini ditegakkan apabila kriteria jenis lain tidak

dipenuhi, tapi memenuhi kriteria diagnosis skizofrenia. cirri utamanya:

waham, halusinasi, percakapan yang tidak koheren, dan perilaku yang

kacau.

5. Skizofrenia Residual

Jenis ini merupakan stadium kronis skizofrenia. kriterianya berupa

Gejala negative yang menonjol, paling sedikit selama 1 tahun. timbul

beberapa kali setelah serangan skizofrenia.

Page 21: Analisa Kasus Pi

21

6. Skizofrenia Simpleks

Terdapat gejala negative yang bersifat perlahan tetapi progresif dan

sudah berlangsung minimal 1 tahun, penurun yang nyata dalam

pekerjaan dan akademik, isolasi sosial, tidak terdapat waham dan

halusinasi. timbul di usia pubertas.

7. Depresi Paska Skizofrenia

Skizofrenia sudah berlangsung selama 1 tahun, gejalanya masih tetap

ada, yang menonjol adalah gejala depresif berlangsung minimal 2

minggu.

8. Terapi Farmakologi

Obat-obat antipsikotik (disebut juga neuroleptika, antiskizofren, atau

tranquilizer mayor) terutama digunakan untuk mengobati skizofrenia.

Antipsikotik tipikal yang lebih dulu digunakan adalah antagonis dopamine

dan digunakan untuk mengatasi tanda-tanda positif skizofrenia seperti

waham, halusinasi, ganggguan pikiran, dan gejala psikotik lain, tetapi tidak

memiliki efek yang tampak pada tanda-tanda negative. Antipsikotik terbaru

adalah antipsikotik atipikal yang merupakan antagonis dopamine dan

serotonin. Antipsikotik atipikal tidak hanya mengurangi gejala psikotik, tetapi

pada banyak klien, juga mengurangi tanda-tanda negative seperti tidak

memiliki kemauan dan motivasi, menarik diri dari masyarakat, dan

anhedonia. Obat antipsikotika bukan untuk pengobatan kuratif dan tidak

menghilangkan gangguan pemikiran yang fundamental, tetapi sering

memungkinkan klien psikotik berfungsi dalam lingkungannya yang suportif.

Obat-obat antipsikotik dibagi atas 5 kelompok utama berdasarkan struktur

obat :

Page 22: Analisa Kasus Pi

22

Perbedaan rantai samping pada tiap grup kimiawi mempunyai efek penting pada potensi obat.

a. Haloperidol Nama klinis : haloperidol Nama dagang : haldol, haldol decanoat, halperon Indikasi dan Kontraindikasi

Indikasi haloperidol yang utama adalah sebagai antipsikotik

untuk pengobatan skizofrenia. Haloperidol juga bias digunakan pada

berbagai situasi klinis lain. Contohnya, dalam dosis rendah efektif untuk

menghilangkan mual dan muntah dikarenakan blockade reseptor

dopamine pada chemoreceptor trigger zone (CTZ). Haloperidol juga

digunakan untuk mengobati sindrom perilaku yang terjadi bersamaan

dengan gangguan-gangguan motorik.

Kontraindikasi penggunaan haloperidol adalah pada pasien

dengan karsinoma mammae, wanita menyusui, wanita hamil, penyakit

jantung, anak-anak, depresi SSP, koma, glaucoma, dan penyakit

Parkinson.

Mekanisme kerja

Mekanisme kerja antipsikotik yang sebenarnya belum diketahui.

Efek terapeutik primer dari antipsikotik tipikal diperkirakan muncul pada

sistem limbic, termasuk striatum ventral, sedangkan efek samping

obat-obat neuroleptika

Fenotiazin

Klorpromazin

Flufenazin

Proklorperazin

Prometazin

Tioridazin

Benzisoksazol

Risperidon

Dibenzodiapezin

Klozapin

Butirofenon

Haloperidol

Tioxantin

Tiotiksen

Page 23: Analisa Kasus Pi

23

diperkirakan berhubungan dengan blockade dopamine pada striatum

dorsal. Haloperidol menghambat reseptor dopamine dalam otak

(terutama ganglia basalis dan sistem limbic pada otak depan) dan perifer,

sehingga menghambat keerja dopamine sebagai neurotransmitter pada

area-area tersebut. Lima jenis reseptor dopamine : Reseptor D1 dan D5

mengaktifkan adenil siklase, sedangkan reseptor D2, D3, dan D4

mennghambatnya. Obat antipsikotika terikat pada reseptor-reseptor

tersebut dalam berbagai tingkat, dan efikasi obat antipsikotik tipikal

berkolerasi dengan kemampuannya menghambat reseptor D2dalam

sistem mesolimbik otak. Penghambatan ini mengurangi halusinasi dan

agitasi, juga bersifat menenangkan dan mengurangi gerakan fisik

spontan. Haloperidol mempunyai selektivitas yang relative tinggi

sebagai antagonis pada reseptor dopamine D2 dan D3, dengan afinitas

D4 yang bervariasi. Efek antipsikotik biasanya terlihat setelah beberapa

minggu, menunjukkan bahwa efek terapi berkaitan dengan perubahan

sekunder dalam jalur nigostriata.

Farmakokinetik

Haloperidol tersedia dalam bentuk tablet atau cairan oral, rapid

acting IM lactate, atau long lasting IM decanoate. Injeksi regular atau

long acting ini semakin banyak digunakan untuk pasien rawat jalan,

orang-orang yang tidak patuh terhadap pengobatan, kasus-kasus yang

dicurigai berat, dan kegagalan dalam pengobatan oral.

Setelah pemberian per oral, haloperidol diabsorpsi dengan baik

dari GIT dan konsentrasi puncak dicapai dalam 2-6 jam. Jika diberikan

dalam injeksi IM laktat, konsentrasi puncak dalam plasma dicapai setelah

10-20 menit dan menimbulkan efek dalam 30-45 menit. Jika diberikan

dalam injeksi IM dekanoat, konsentrasi puncak dalam plasma dicapai

setelah tujuh hari.

Obat ini mudah masuk otak karena relative lipofilik, mempunyai

volume distribusi yang besar, sanngat mudah terikat pada protein plasma

dan membrane, dan dimetabolismemenjadi berbagai zat oleh sistem P-

450 (mekanisme oksidatif) dalam hati dan proses konjugasi.

Page 24: Analisa Kasus Pi

24

Efek samping

Efek samping antipsikotik terjadi karena interaksi obat tersebut

dengan reseptor dopamine di tempat lain dan neurotransmitter lain. Efek

samping antipsikotik signifikan dan dapat berkisar dari ketidaknyamanan

ringan sampai gangguan gerakan yang permanen. Karena banyak efek

samping ini menakutkan dan mengesalkan bagi klien, efek samping

tersebut seringkali menjadi alasan utama klien mengurangi dosis obat

atau menghentikan pengobatan.

a) Efek samping neurologis

Efek samping neurologis yang serius meliputi efek samping

ekstrapiramidal, yaitu gangguan gerakan reversible yang dicetuskan oleh

obat antipsikotik, meliputi reaksi distonia, parkinsonisme, dan akatisia.

Reaksi distonia terhadap antipsikotik muncul pada awal proses terapi dan

ditandai oleh spasme pada kelompok otot diskret seperti otot-otot leher

(tortikolis) atau otot-otot mata (krisis okulogirik). Reaksi distonia sangat

menakutkan dan menyakitkan bagi klien. Terapi akut terdiri atas

difenhidramin (Benadryl) yang diberikan melalui intramuskular dan

intravena, atau benzotropin (cogentin) yang diberikan melalui

intramuskular.

Parkinsonisme dan parkinsonisme yang diinduksikan antipsikotik

meliputi berjalan dengan kaki terseret, wajah seperti topeng, kaku otot,

dan pengeluaran air liur (drooling). Terapi parkinsonisme dan

efek samping neurologis

efek samping ekstrapiramidal

reaksi distonia

akatisia

parkinsonismediskinesia tardif

kejang

sindrom maligna neuroleptik

Page 25: Analisa Kasus Pi

25

pencegahan reaksi distonia lebih lanjut dilakukan dengan menggunakan

obat-obatan :

Nama Dagang Generik Akatisia Distonia Rigiditas Tremor

Benztropin (Cogentin) 2 2 3 2

Triheksifenidil (Artane) 2 3 3 3

Biperiden (Akineton) 1 3 3 3

Prosiklidin (Kemadrin) 1 3 3 3

Amantadin (Symmetrel)

3 2 3 2

Difenhidramin (Benadryl)

2 2-3 1 2

Diazepam (Valium) 2 1-2 1-2 0-1

Lorazepam (Ativan) 2 1-2 1-2 0-1

Propranolol (Inderal) 3 0 0 1-2

0, tidak ada efek; 1, beberapa efek (respon 20%); 2, efek sedang

(respon 20-40%); 3, efek baik (respon 40%) .

Akatisia ditandai oleh gerakan yang gelisah, berjalan mondar-

mandir, ketidakmampuan untuk tetap tenang, dan klien menyatakan

kegelisahannya. Klien merasa sangat tidak nyaman dengan sensasi ini

dan mungkin berhenti meminum antipsikotik untuk menghindari efek

samping tersebut. Penyekat beta seperti propranolol terbukti paling

efektif dalam mengobati akatisia, dan benzodiapezin juga terbukti

berhasil dalam mengobati penyakit ini.

Diskinesia Tardif, suatu efek samping antipsikotik yang muncul

dengan lambat ditandai oleh gerakan invollunter abnormal seperti bibir

yang mengerut, menjulurkan lidah, mengunyah, mata yang berkedip-

kedip, dan menyeringai. Gerakan involunter ini memalukan bagi klien

dan dapat membuat mereka lebih terisolasi secara sosial. Diskinesia

Page 26: Analisa Kasus Pi

26

Tardif bersifat irreversible setelah terjadi, tetapi perkembangannya dapat

dihentikan dengan mengurangi atau menghentikan pemberian obat.

Klozapin, suatu antipsikotik atipikal, belum terbukti menyebabkan efek

samping ini sehingga obat ini sering direkomendasikan untuk klien yang

mengalami diskinesia Tardif ketika menggunakan antipsikotik tipikal.

Penting untuk menskrining klien guna mengetahui adanya gangguan

gerakan yang muncul dengan lambat seperti diskinesia Tardif. Skala

Gerakan Involunter Abnormal ( Abnormal Involuntary Movement Scale),

AIMS digunakan untuk menskrining gejala gangguan gerakan. Klien

diobservasi dalam beberapa posisi dan keparahan gejala dinilai 0 sampai

4. Pemeriksaan AIMS dapat dilakukan setiap 3-6 bulan. Apabila perawat

mendeteksi peningkatan nilai pada AIMS, yang menunjukkan

peningkatan gejala diskinesia Tardif, dokter harus diberi tahu sehingga

dosis obat klien dapat diganti untuk mencegah perkembangannya.

Kejang adalah efek samping yang jarang muncul terkait dengan

antipsikotik. Kejang dapat dikaitkan dengan pemberian obat dosis tinggi.

Penanganannya dengan mengurangi dosis obat atau membeerikan

antipsikotik lain.

Sindrom Maligna Neuroleptik (SMN) adalah kondisi serius dan

seringkali fatal yang terlihat pada individu yang diobati dengan

antipsikotik. Sindrom ini ditandai dengan kekakuan otot, demam tinggi,

peningkatan enzim otot, dan peningkatan leukosit. Setiap antipsikotik

dapat menyebabkan SMN, yang diatasi dengan menghentikna obat

tersebut. Kemampuan klien untuk menoleransi antipsikotik lain setelah

SMN bervariasi.

b) Efek samping non-neurologis

Efek samping non-neurologis mencakup sedasi, fotosensitivitas,

dan gejala antikolinergik seperti mulut kering, pandangan kabur,

konstipasi, retensi urin, dan hipotensi otostatik.

Toksisitas dengan overdose

Overdose akut dengan antipsikotik jarang menghasilkan

simptomatologi yang serius. Intoksikasi ringan bermanifestasi dengan

Page 27: Analisa Kasus Pi

27

sedasi, hipotensi, dan miosis sedangkan intoksikasi berat dengan agitasi

dan delirium, yang mungkin akan berkembangn menjadi

retardasimotorik, kejang, aritmia kardiak,henti napas, dan koma. Gejala

distonia dan psiudoparkinsonism juga bias muncul. Pengobatan yang di

rekommendasikaan meliputi tindakan-tindakan suportif, gastric lavage,

dan activated charcoal. Induksi emesis mungkin sulit karena efek pada

CTZ (chemoreceptor trigger zone) dan dialisis tidak evektif karena

tingkat ikatan obat dengan protein.

Penggunaan sebagai antipsikotik

Antipsikotik merupakan satu-satunya pengobatan efektif untuk

pengobatan skizofrenia. Agen antispikotik tipikal efektif pada 70%pasien

yang mengalami episode pertama psikosis. Tidak semua pasien

responsive dan normalisasi tingkah laku yang komplit jarang dicapai.

Antipsikotik tipikal, salah satunya adalah haloperidol, paling efektif

dalam pengobatan gejala skizofren yang positif (delusi, halusinasi, dan

gangguan pemikiran). Pengobatan psikosis akut biasanya melibatkan

dosos harian sampai ekuivalen denagn 10 sampai 20 mg haloperidol

(dengan konsentrasi resum sekitar 5 sampai 20 ng/ml).

Dosis yang lebih tinggi biasanya tidak lebih efektif tapi

meningkatkan resiko efek samping. Dosis pengobatan yang eksstrim bias

berkisar antara 1 sampai 100 mg/hari. Peningkatan dosis ini harus

dilakukan dengan sangat hati-hati dan hanya dilakukan bila tindakan-

tindakan yang lain gagal. Preparat lepas lambat haloperidol dekanoat

diberikan secara intramuscular. Dosis untuk haloperidol dekanoat adalah

25-250 mg setiap 2 sampai 4 minggu. Dosis haloperidol dekanooat

diturunkan 25% pada bulan kedua dan ketiga. Haloperidol mempunyai

kurva. Dosis-respon yang relatif flat sehingga bias digunakan dengan

rentang dosis yang cukup luas. Haloperidol (secara oral) telah digunakan

juga secara luas pada pasien anak-anak.

Haropelidol direkomendasikan untuk digunakan dengan dosis 2-

16 mg/ hari pada anak-anak yang berusia lebih dari 12 tahun. Haloperidol

Page 28: Analisa Kasus Pi

28

hanya menimbulkan sedikit efek samping antikolinergik. Efek sedasi nya

pun sangat lemah.

Tidak ada satu obat atau kombinasi obat-obat yang mempunyai

efek selektif terhaadap kompleks gejala tertentu pada pasien-pasien

psikosis; walaupun pasien-pasien individual tampak lebih baik dengan 1

agen daripada agen lain, hal ini hanya bias ditentukan dengan trial and

error. Umumnya, gejala-gejala positif dan gejala-gejala negative

cenderung untuk berespon bersama-sama atau tidak berespon sama sekali

terhadap pengobatan. Seleksi obat sering tergantung pada efek-efek

samping atau respon sebelumnya yang bagus terhadap suatu jenis obat.

9. Terapi Non FarmakologiHal yang penting dilakukan adalah intervensi psikososial. Hal ini

dilakukan dengan menurunkan stressor lingkungan atau mempertinggi

kemampuan penderita untuk mengatasinya, dan adanya dukungan sosial.

Intervensi psikososial diyakini berdampak baik pada angka relaps dan

kualitas hidup penderita. Intervensi berpusat pada keluarga hendaknya tidak

diupayakan untuk mendorong eksplorasi atau ekspresi perasaan-perasaan,

atau mempertinggi kewaspadaan impuls-impuls atau motivasi bawah sadar.

Tujuannya adalah :

1. Pendidikan pasien dan keluarga tentang sifat-sifat gangguan skizofrenia.

2. Mengurangi rasa bersalah penderita atas timbulnya penyakit ini. Bantu

penderita memandang bahwa skizofrenia adalah gangguan otak.

3. Mempertinggi toleransi keluarga akan perilaku disfungsional yang tidak

berbahaya. Kecaman dari keluarga dapat berkaitan erat dengan relaps.

4. Mengurangi keterlibatan orang tua dalam kehidupan emosional penderita.

Keterlibatan yang berlebihan juga dapat meningkatkan resiko relaps.

5. Mengidentifikasi perilaku problematik pada penderita dan anggota

keluarga lainnya dan memperjelas pedoman bagi penderita dan keluarga.

Langkah-langkah Mengatasi Skizofrenia

Langkah-langkah yang dilakukan dalam mengatasi gejala Skizofrenia:

Belajar menanggulangi stress, depresi, pikiran negative, belajar rileks dan

Page 29: Analisa Kasus Pi

29

tidak menggunakan alcohol ataupun abat-oabatan tanpa pengetahuan

dokter. Yang terpenting segera konsultasi ke fasilitas psikiatri bila tampil

gejala-gejala skizofrenia termasuk kemungkinan bila melakukan tindakan

kekerasan.

Perlu bantuan orang-orang terdekat, pada skizofrenia akut penderita rentan

terhadap stress ringan sekalipun. Harus dikurangi pemberian tanggung

jawab agar tidak membebani penderita dan mengurangi jangka pendek.

Namun jangan mengambil semua tangguang jawabnya sebab akan

menimbulkan ketergantungan dan problem lain di kemudian hari.

Jangan membicarakan penderita jika tidak ada. Umunya penderita sangat

sensitif dengan lingkungan sekitarnya. Agar lebih memahaminya cobalah

berkomunikasi dengan cara lain, dengan mengajak aktivitas secara

bersama seperti mendengarkan musik, melukis atau dengan menunjukan

perhatian tanpa harus bercakap-cakap.

Pemberian obat antipsikotik yang dikombinasikan dengan terapi

pendukung. Obat antipsikotik yang banyak peredar dipasaran dan

diresepkan dokter. Antipsikotik generasi terbaru bekerja mengurangi dan

menagtasi gejala-gejala skizofrenia yang positif, negative dan

memperbaiki kognitif dengan efek samping yang dapat ditoleransi lebih

baik disbanding antipsikotik sebelumnya.

Terapi obat-obatan biasanya dikombinasi dengan terapi pendukung guna

membantu menurunkan dan mengatsai gejala skizofrenia, mencegah

kekambuhan, membantu pasien tetap berobat dan membantu penderita

kembali ke kehidupan normal.

2.3 Analisis Film

Pada film “PI”, Max Cohen digambarkan sebagai seorang

matematikawan yang berkebangsaan Yahudi. Max sangat tertarik dengan

angka-angka dan ia meyakini bahwa segala sesuatu di alam semesta ini dapat

dihubungkan dengan angka-angka. Hal tersebut menyebabkan Max menjadi

sangat terobsesi untuk menemukan pola angka dari π. Dalam Pencariannya

terhadap pola itu, Max sering mengalami sakit kepala hebat, melihat sesuatu

Page 30: Analisa Kasus Pi

30

yang tidak nyata, dan mendengar suara-suara yang hanya ada dalam

pikirannya. Biasanya Max mengonsumsi obat-obatan untuk mengatasi gejala-

gejala yang ia alami.

Dari gejala-gejala yang dialami oleh Max, kami menarik kesimpulan

bahwa Max merupakan pasien schizofrenia. Jika dilihat dari prolog film

tersebut, penyakitnya disebabkan oleh peristiwa masa lalunya tepatnya ketika

dia berusia 6 tahun, ia dilarang oleh ibunya untuk menatap matahari secara

langsung, namun Max merasa penasaran sehingga dia mengabaikan perintah

ibunya. Max menatap matahari secara langsung dalam waktu yang lama yang

menyebabkan matanya menjadi rusak, namun ada keajaiban matanya kembali

berfungsi secara normal. Semenjak itu, Max mendapatkan serangan sakit

kepala yang hebat dan berulang. Selain itu, penyakit yang ia alami juga

disebabkan oleh pola pikirnya yang terlalu ambisius terhadap angka-angka.

Berdasarkan konsep, tanda dan gejala schizofrenia dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu gejala positif dan gejala negatif. Dari film gejala positif

yang ada ialah:

Waham, waham paranoid dan waham kendali fikir. Waham paranoid

digambarkan Max tidak mempercayai orang lain dan meyakini bahwa

perasaan, pikiran dan ambisinya itulah yang benar.

Halusinasi: penglihatan dan pendengaran. Max berhalusinasi melihat

otak manusia, melihat seorang laki-laki yang mengikutinya, dan

mendengar suara. Menurut gejala yang ada, Max sudah mengalami

halusinasi fase keempat.

Disorganisasi perilaku. Max tidak lagi memikirkan kepentingan lain.

Max tidak tertarik pada wanita dan tidak peduli dengan penampilannya.

Disorganisasi pikiran dan pembicaraan. Max selalu menyangkutkan

segala sesuatu dengan angka 216.

Dari gejala negatif atau gejala tambahan, gejala yang muncul ialah:

Alogika (keterbatasan pembicaraan dan pikiran dalam kelancaran dan

produktivitas).

Page 31: Analisa Kasus Pi

31

Gangguan attensi, Max tidak mempunyai hubungan yang baik dengan

tengan tetangganya, terlihat ketika tetangga Max masuk, namun Max

mengusirnya dan selalu mengunci pintu kamarnya.

Dilihat dari proses perjalanan penyakit, schizofrenia Max telah berada

pada fase residual dan termasuk jenis schizofrenia paranoid.

2.4 Asuhan Keperawatan

Pengkajian

Biodata Klien

Nama : Maximillian Cohen

Agama : Atheis

Pekerjaan : Matematikawan

Bangsa : Yahudi

Alamat : Israel

Diagnosa Medis: Schizofrenia

Keluhan Utama : Sakit kepala hebat yang didahului dengan

tremor, sering mendengar suara desahan perempuan (Devi), sering merasa

diikuti oleh orang lain.

Riwayat Kesehatan Dahulu : Waktu kecil (6 tahun) Max pernah

mengalami kerusakan pada mata karena menatap matahari secara langsung

dengan lama.

Riwayat Kesehatan Sekarang : Sakit kepala hebat, serangan dirasakan

pertama kali sejak matanya bisa berfungsi normal kembali. Setelah sakit

kepalanya timbul, max sering mengalami halusinasi yang menyebabkan

dia menjadi paranoid dan Max juga sering mendengarkan suara-suara

desahan teman perempuannya, Devi. Selain itu, Max bukan orang yang

suka dan pandai bersosialisasi.

Riwayat Pengobatan :

80 mg Promozine HCl

6 mg Somattrapan Lisan

1 mg Dihyronic-Atamine-Mezilayte (Injeksi subkutan)

Suntik Adrenalin

Page 32: Analisa Kasus Pi

32

Ibuprofen dosis tinggi

Steroid

Faktor Predisposisi:

Perilaku menarik diri

Stress karena terlalu ambisius dengan ambisinya menemukan pola

angka dari “PI”

Max meyakini bahwa segala sesuatu di alam semesta ini dapat

dihubungkan dengan angka-angka.

Faktor Presipitasi:

Curiga: Paranoid

Manipulasi

Menarik diri / isolasi sosial

Analisa Data

1. Masalah Keperawatan: Nyeri

DS: Max mengeluh sakit kepala hebat sejak matanya bisa berfungsi

dengan normal kembali.

DO: Riwayat penggunaan Ibuprofen dosis tinggi.

2. Masalah Keperawatan: Halusinasi: penglihatan dan pendengaran

DS: -

DO: Max terlihat sering mendengarkan suara desahan perempuan dan

suara berdenging. Selain itu, Max juga sering melihat sesuatu yang tidak

nyata seperti otak manusia, melihat orang asing yang sedang mengikutinya

sehingga ia menjadi paranoid.

3. Masalah Keperawatan: Isolasi sosial

DS: Ketika ada yang ingin berkunjung kerumahnya, Max berkata,

“tinggalkan saja didepan pintu rumah saya, saya tidak ingin bertemu dan

berbicara dengan siapapun.”

DO: Max tidak pernah bersosialisasi. Setiap mau keluar rumah, Max selalu

mengecek dengan mengintip lubang dari pintunya untuk memastikan

bahwa tidak ada orang diluar. Max selalu menghindar ketika tetangganya

mencoba berkomunikasi dengannya.

Page 33: Analisa Kasus Pi

33

4. Masalah Keperawatan: Waham

DS: Max mengatakan bahwa ia adalah orang yang terpilih oleh Tuhan

untuk menerima pesan dari-Nya melalui deretan angka.

DO: Max tidak mau menyerahkan deretan angka yang ia temukan pada

orang-orang yang menginginkannya. Dia tidak mau mendengar dan

mendapatkan masukan dari orang lain. Dia merasa percaya diri bahwa ia

dapat memecahkan segala sesuatu yang ada di alam dengan kemampuan

matematiknya.

2.5 Simpulan

Skizofrenia merupakan penyakit yang timbul akibat ketidakseimbangan

pada dopamin, yaitu salah satu sel kimia dalam otak. Ia adalah gangguan jiwa

psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respon

emosional dan menarik diri dari hubungan antar pribadi normal. Sering kali

diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa ada

rangsang panca indera).

Skizofrenia paranoid yaitu gejala dominan berupa waham atau delusi dan

halusinasi pendengaran. Waham biasanya berjenis waham kejar (misalnya yakin

bahwa orang –orang di sekitarnya mau menjahati dirinya) .Halusinasi berupa

suara orang yang menyuruh-nyuruh, berkomentar, atau bercakap-cakap sendiri.

Ditandai dengan waham kejar(rasa menjadi korban atau dimata-matai) atau

waham kebesaran, halusinasi, dan kadang-kadang keagamaan yang berlebihan

(fokus waham agama), atau prilaku agresif dan bermusuhan. Seperti yang terjadi

pada kasus yang ada dalam film “Pi”, di mana dalam film ini tokoh utama yang

bernama Maximillian Cohen mengidap penyakit kejiwaan Skizofrenia karena

mengalami stress berkepanjangan akibat ambisinya yang terlalu besar untuk

memecahkan pola dari π.

Penyebabnya terdiri dari Faktor predisposisi dan faktor presipitasi.Faktor

predisposisi yaitu Biologis Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang

berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif, Psikologis,

Sosiobudaya. Faktor presipitasi terdiri dari Biologis,Lingkungan,Pemicu gejala.

Page 34: Analisa Kasus Pi

34

DAFTAR PUSTAKA

Ganong, William F.2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Guyton, Arthur c.1997.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Jakarta: EGC.

Hawari, Dadang.-.Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta:

FKUI.

http://staff.ui.ac.id/internal/139903001/material/SistemSarafPusat_faal.ppt.

http://www.uic.edu/classes/pcol/pcol331/dentalpharmhandouts2006/lecture49.pdf

Johnson Marion, dkk. 2000. Nursing Outcome Classification (NOC), Mosby.

Kaplan & Sadock. 1997. Sinopsis Psikiatri, Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri

Klinis Edisi 7 Jilid 2. Jakarta: Binarupa Aksara.

 Keliat, B, Herawati. 1999. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Nanda. 2005. Diagnosis Keperawatan Nanda Definisi dan Klasifikasi, Nursing

Intervention.

Rudyanto Sinaga, Benhard. 2007. Skizofrenia & Diagnosis Banding. Jakarta:

Balai Penerbit FKUI

  Stuart & Sudeen, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta: EGC.

Videback, Sheila L.2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Jakarta: EGC

Wiramiharja, Sutardjo. Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung: Refika

Aditama.

Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama

Page 35: Analisa Kasus Pi

35

LAMPIRAN

Page 36: Analisa Kasus Pi

36

Page 37: Analisa Kasus Pi

37

Page 38: Analisa Kasus Pi

38

Page 39: Analisa Kasus Pi

39

Page 40: Analisa Kasus Pi

40

Page 41: Analisa Kasus Pi

41

Page 42: Analisa Kasus Pi

42