Alur DIAGNOSIS defisiensi protein
-
Upload
prabu-nyai-wangi -
Category
Documents
-
view
246 -
download
1
Transcript of Alur DIAGNOSIS defisiensi protein
Alur DIAGNOSIS defisiensi protein
1. Klinik : anamnesis (terutama anamnesis makanan, tumbuh kembang, serta penyakit yang pernah diderita) dan pemeriksaan fisik (tanda-tanda malnutrisi dan berbagai defisiensi vitamin)
2. Laboratorik : terutama Hb, albumin, serum ferritin
3. Anthropometrik : BB/U (berat badan menurut umur), TB/U (tinggi badan menurut umur), LLA/U (lingkar lengan atas menurut umur), BB/TB (berat badan menurut tinggi badan), LLA/TB (lingkar lengan atas menurut tinggi badan)
4. Analisis diet
Defisiensi protein
Terjadi pada pemasukan protein kurang → kekurangan kalori, asam amino, mineral, dan faktor lipotropik
Akibatnya :
Pertumbuhan tubuh Pemeliharaan jaringan tubuh Pembentukkan zat anti dan serum protein akan terganggu. Penderita mudah terserang penyakit infeksi, perjalanan infeksi berat, luka sukar sembuh
dan mudah terserang penyakit hati akibat kekurangan faktor lipotropik
Contoh penyakit defisiensi protein:
Hipoproteinemia
Sebab :
- Exkresi protein darah berlebihan melalui air kemih
- Pembentukan albumin terganggu spt pada penyakit hati
- Absorpsi albumin berkurang akibat kelaparan atau penyakit usus, juga pada penyakit ginjal
Proses pergerakan cairan tubuh
Difusi
Difusi adalah proses dimana partikel yang terdapat dalam cairan bergerak dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah sampai terjadi keseimbangan.
Faktor-faktor yang meningkatkan difusi
1. Peningkatan suhu
2. Peningkatan konsentrasi partikel
3. Penurunan ukuran atau berat molekul dari partikel
4.Peningkatan area permukaan yang tersedia untuk difusi
5.Penurunan jarak lintas dimana massa partikel harus berdifusi
2. Transport Aktif
1) Transport Aktif adalah bahan bergerak dari konsentrasi rendah ke tinggi.
2) adanya daya aktif dari tubuh seperti pompa jantung.
3) diperlukan Energi.
4) Banyak zat terlarut penting ditransport secara aktif melewati membran sel meliputi: natrium, kalium, hidrogen, glukosa dan asam amino.
5) Tarnsport aktif adalah vital untuk mempertahankan keunikan komposisi baik CES dan CIS.
3. Filtrasi (penyaringan)
1) Filtrasi adalah adalah merembesnya suatu cairan melalui selaput permeable.
2) Arah perembesan adalah dari daerah dengan tekanan yang lebih tinggi ke daerah dengan tekanan yang yang lebih rendah.
4. Osmosis
Osmosis adalah bergeraknya pelarut bersih seperti air, melalui membran semipermeabel dari larutan yang berkonsentrasi lebih rendah ke konsentrasi yang lebih tinggi yang sifatnya menarik.
KIE,,,,,,,,,,,,,,,,,,
Pemberian Komunikasi,informasi dan edukasi (KIE) serta suplemen tambahan pada ibu hamil maupun menyusui
Pembekalan KIE kepada kader dan orang tua serta pemberian suplemen dalam bentuk multivitamin kepada balita
Pembekalan KIE kepada guru dan kepala sekolah agar lebih memperhatikan keadaan anak usia sekolah serta pemeberian suplemen tambahan kepada anak sekolah
Pembekalan KIE pada perusahaan dan tenaga kerja serta pemberian suplemen kepada tenaga kerja wanita
Pemberian KIE dan suplemen dalam bentuk pil KB kepada wanita usia subur (WUS) Peningkatan upaya pemantauan tumbuh kembang anak melalui keluarga, dasawisma dan
posyandu.
KURANG ENERGI PROTEIN (KEP)/PROTEIN ENERGI MALNUTRITION (PEM)/PROTEIN CALORI MALNUTRITION (PCM)
Adalah penyakit gizi akibat defisiensi energi dalam jangka waktu yang cukup lama. Prevalensi tinggi terjadi pada balita, ibu hamil (bumil) dan ibu menyusui/meneteki (buteki) Pada derajat ringan pertumbuhan kurang, tetapi kelainan biokimiawi dan gejala klinis
(marginal malnutrition) Derajat berat adalah tipe kwashiorkor dan tipe marasmus atau tiep marasmik-kwashiorkor Terdapat gangguan pertumbuhan, muncul gejala klinis dan kelainan biokimiawi yang khas
Penyebab
Masukan makanan atau kuantitas dan kualitas rendah Gangguan sistem pencernaan atau penyerapan makanan Pengetahuan yang kurang tentang gizi Konsep klasik diet cukup energi tetapi kurang pprotein menyebabkan kwashiorkor Diet kurang energi walaupun zat gizi esensial seimbang menyebabkan marasmus Kwashiorkor terjadi pada hygiene yang buruk , yang terjadi pada penduduk desa yang
mempunyai kebiasaan memberikan makanan tambahan tepung dan tidak cukup mendapatkan ASI
Terjadi karena kemiskinan sehingga timul malnutrisi dan infeksi
Gejala klinis KEP ringan
Pertumbuhan mengurang atau berhenti BB berkurang, terhenti bahkan turun Ukuran lingkar lengan menurun Maturasi tulang terlambat Rasio berat terhadap tinggi normal atau menurun Tebal lipat kulit normal atau menurun Aktivitas dan perhatian kurang Kelainan kulit dan rambut jarang ditemukan
Pembagian
Marasmus Kwashiorkor Marasmus-kwashiorkor
Marasmus adalah kekurangan energi pada makanan yang menyebabkan cadangan protein tubuh terpakai sehingga anak menjadi “kurus” dan “emosional”. Sering terjadi pada bayi yang tidak cukup mendapatkan ASI serta tidak diberi makanan penggantinya, atau terjadi pada bayi yang sering diare.
Penyebab
Ketidakseimbangan konsumsi zat gizi atau kalori didalam makanan Kebiasaan makanan yang tidak layak Penyakit-penyakit infeksi saluran pencernaan
Tanda dan gejala
Wajah seperti orang tua, terlihat sangat kurus Mata besar dan dalam, sinar mata sayu
Mental cengeng Feces lunak atau diare Rambut hitam, tidak mudah dicabut Jaringan lemak sedikit atau bahkan tidak ada, lemak subkutan menghilang hingga turgor kulit
menghilang Kulit keriput, dingin, kering dan mengendur Torax atau sela iga cekung Atrofi otot, tulang terlihat jelas Tekanan darah lebih rendah dari usia sebayanya Frekuensi nafas berkurang Kadar Hb berkurang Disertai tanda-tanda kekurangan vitamin
Kwashiorkor adalah penyakit yang disebabkan oleh kekurangan protein dan sering timbul pada usia 1-3 tahun karena pada usia ini kebutuhan protein tinggi.
Meski penyebab utama kwashiorkor adalah kekurangan protein, tetapi karena bahan makanan yang dikonsumsi kurang menggandung nutrient lain serta konsumsi daerah setempat yang berlainan, akan terdapat perbedaan gambaran kwashiorkor di berbagai negara.
Penyebab
Kekurangan protein dalam makanan Gangguan penyerapan protein Kehilangan protein secara tidak normal Infeksi kronis Perdarahan hebat
Tanda dan gejala
Wajah seperti bulan “moon face” Pertumbuhan terganggu Sinar mata sayu Lemas-lethargi Perubahan mental (sering menangis, pada stadium lanjut menjadi apatis) Rambut merah, jarang, mudah dicabut Jaringan lemak masih ada Perubahan warna kulit (terdapat titik merah kemudian menghitam, kulit tidak keriput) Iga normal-tertutup oedema Atrofi otot Anoreksia Diare Pembesaran hati Anemia Sering terjadi acites Oedema
Kwashiorkor-marasmik memperlihatkan gejala campuran antara marasmus dan kwashiorkor
Penatalaksanaan
Secara umum
Ruangan cukup hangat dan bersih
Posisi tubuh diubah-ubah (karena mudah terjadi dekubitus) Pencegahan infeksi nosokomial Penimbangan BB tiap hari
Secara khusus
Resusitasi dan terapi komplikasi
Koreksi dehidrasi dan asidosis (pemberian cairan oralit atau infus) Mencegah atau mengobati defisiensi vitamin A Terapi Ab bila ada tanda infeksi atau sakit berat
Dietetik
Prinsip TKTP dan suplemen vitamin mineral Bentuk makanan disesuaikan secara individual (cair, lunak, biasa, makanan dengan porsi
sedikit-sedikit tapi sering) Pemantauan masukan makanan tiap hari (perubahan diet biasanya dilakukan setiap saat)
Persiapan pulang
Gejala klinik tidak ada Nafsu makan baik Pembekalan terhadap orang tua tentang gizi, perilaku hidup dan lingkungan yang sehat
Komplikasi
Infeksi saluran pencernaan Defisiensi vitamin Depresi mental
Program pemerintah –penanggulangan KEP
Diprioritaskan pada daerah-daerah miskin dengan sasaran utama
Ibu hamil Bayi Balita Anak-anak sekolah dasar
Keterpaduan kegiatan
Penyuluhan gizi Peningkatan pendapatan Peningkatan pelayanan kesehatan Keluarga berencana Peningkatan peran serta masyarakat
Kegiatan
Peningkatan upaya pemantauan tumbuh kembang anak melalui keluarga, dasawisma dan posyandu
Penanganan secara khusus KEP berat
Rujukan pelayanan gizi di posyandu Peningkatan gerakan sadar pangan dan gizi ASI eksklusif
Edema terjadi sebagai akibat dari :
1. Perubahan dalam hidrodinamik, yaitu desakan kapiler dan derasnya aliran darah. 2. Faktor biokimia, oleh karena adanya tekanan osmotik dari darah dan jaringan darah, juga
daya kemampuan dari koloid untuk mengikat air. 3. Tergantung pada daya tembus (penetrabilitas) dari dinding kapiler.