AF
-
Upload
ika-chaprianty-pasalli -
Category
Documents
-
view
390 -
download
3
Transcript of AF
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dalam analisa farmasi dilakukan pengidentifikasian suatu zat yang terdapat
dalam suatu senyawa obat, serta dilakukan penetapan kadar dari zat tersebut.
Dalam hal ini lebih dikenal dengan metode analisa kualitatif dan metode analisa
kuantitatif.
Pada percobaan ini akan dilakukan pemeriksaan zat aktif yang terdapat
dalam Bedak Salicyl® yang mengandung asam salisilat dan Ponstan® Tablet yang
mengandung asam mefenamat.
Dalam bidang farmasi, golongan asam salisilat digunakan sebsagai
antiseptik, sedangkan asam mefenamat digunakan sebagai antiinflamasi atau
antiradang.
Percobaan ini berguna untuk mengetahui kadar suatu zat yang dikandung
oleh suatu sediaan farmasi. Sedangkan manfaat lainnya yaitu sebagai “Quality
Control” untuk sediaan yang beredar dipasaran.
I.2 Maksud dan Tujuan
I.2.1 Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami cara penetapan kadar suatu senyawa obat
dalam suatu sediaan dengan menggunakan metode tertentu.
I.2.2 Tujuan Percobaan
1. Menentukan kadar asam salisilat dalam sediaan Bedak Salicyl® dengan
menggunakan metode iodimetri.
2. Menentukan kadar asam mefenamat dalam sediaan Ponstan® Tablet
dengan menggunakan metode alkalimetri.
I.3 Prinsip Percobaan
1. Penetapan kadar asam salisilat dalam sediaan Bedak Salicyl® dengan
menggunakan metode iodimetri berdasarkan reaksi reduksi-oksidasi
antara sampel yang bersifat reduktor dengan iodium yang bersifat
oksidator yang ditambahkan berlebih dan kelebihan iodium dititrasi
dengan larutan baku Na2S2O3 dengan menggunakan indikator kanji
dimana titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna indikator dari
biru menjadi bening.
2. Penetapan kadar asam mefenamat dalam sediaan Ponstan® Tablet
dengan menggunakan metode alkalimetri berdasarkan reaksi netralisasi
antara larutan baku NaOH 0,1N dengan asam mefenamat , dengan
menggunakan indikator fenolfatalein dimana titik akhir titrasi ditandai
dengan perubahan warna menjadi merah muda.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Pada umumnya yang dimaksud dengan asam adalah zat yang jika
dilarutkan dalam air akan melepaskan ion H+ atau dikenal juga bersifat donor
proton (1)
Dalam teori ionisasi suatu larutan netral mengandung jumlah ion
hydrogen dan ion hidroksida dengan konsentrasi yang hampir sama besar,
misalnya air. Zat-zat yang dalam larutan air dapat memberikan ion Hidrogen (H+)
bersifat asam dan zat-zat yang dalam larutan air dapat memberikan ion hidroksida
(OH-) bersifat basa (2).
Namun dalam dunia farmasi pengertian mengenai asam tidaklah
sesempit itu. Dalam hal ini asam yang akan dibicarakan adalah asam
monohidroksi benzoate yang terdiri dari isomer orto, meta, para. Dari ketiga
isomer ini, isomer orto asam salisilat dan turunannya adalah yang terpenting
secara farmasi karena secara aktivitas fisiologis dan antiseptiknya (3).
Sifat-sifat asam (4) :
1. Dapat membentuk garam dengan NaOH dan NaHCO3, sedangkan fenol hanya
dapat dengan NaOH.
2. Terbagi dalam yang alifatis dan aromatis
3. Yang alifatis mudah larut dalam air dan yang aromatis larut dalam petroleum
eter.
4. Asam alifatis dan aromatis ada yang diikuti dengan uap jika didestilasi uap
tetapi ada juga yang tidak larut.
Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik; sebagai anti-inflamasi,
asam mefenamat kurang efektif dibandingkan aspirin. Asam mefenamat terikat
sangat kuat pada protein plasma dengan demikian interaksi terhadap obat
antikoagulan harus diperhatikan. Efek samping terhadap saluran cerna sering
timbul, terutama diare hebat pada orang lanjut usia. Efek samping lainnya
berdasarkan hipersensitivitas ialah eritem kulit dan bronkokonstriksi (5)
Asam mefenamat merupakan derivat anthranilat (O-aminobenzoat)
dengan daya antiradang sedang. Plasma t½nya adalah 2-4 jam. Obat ini tidak
dianjurkan untuk anak-anak (6).
Metode identifikasi senyawa-senyawa asam dapat ditahapkan sebagai
berikut (7) :
1. Penyandraan (organoleptis) dengan mengamati warna, bau, rasa dari suatu
zat.
2. Penentuan sifat-sifat fisika seperti kelarutan, penentuan titik lebur, titik ddih,
indeks bias, kekentalan, bobot jenis, rotasi jenis dan lain-lain.
3. Penentuan unsur-unsur.
4. Penentuan gugus fungsional yang khas dan proses pemisahan campuran
secara kimiawi.
5. Penentuan jenis zat berdasarkan reaksi-reaksinya dengan zat-zat pereaksi.
Turunan asam pada umumnya digunakansebagai anti jamur setempat
pada kulit. Mekanisme kerja anti jamur turunan ini disebabkan oleh efek
keratolitiknya. Asam salisilat mempunyai efek keratolitik, digunakan secara
setempat untuk menghilangkan kutil. Efek bakteriostatik dan fungisid asam
salisilat juga digunakan untuk pengobatan penyakit parasit kulit, psoriasis,
ketombe dan eksem (8)
II.2 Uraian Bahan
3. Natrium Hidroksida (9)
Nama Resmi : Natrii Hydroxidum
Sinonim : Natrium Hidroksida
Rumus Molekul : NaOH
Berat Molekul : 40,00
Pemerian : Putih atau praktis putih, massa melebur, berbentuk pellet,
Serpihan atau batang atau bentuk lain. Keras rapuh dan
Menunjukkan pecahan hablur. Bila dibiarkan di udara,
akan cepat menyerap karbondioksida dan lembab.
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam etanol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Sebagai titran
1. Etanol (9)
Nama Resmi : Aethanolum
Sinonim : Etanol
Berat Molekul : 46,07
Rumus Molekul : C2H6O
Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih tidak berwarna, bau khas
dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah. Mudah
menguap walaupun pada suhu rendah dan mendidih
pada suhu 78o, mudah terbakar.
Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan
semua pelarut organik.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pelarut
5. Fenolftalein (7)
Nama Resmi : Phenolphtaleinum
Sinonim : Fenolftalein
Rumus Molekul : C20H14O4
Berat Molekul : 318,33
Rumus Bangun : O
OH
Pemerian : Serbuk hablur, putih atau putih kekuningan lemah; tidak
berbau; stabil di udara
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam etanol; agak
sukar larut dalam eter.
Trayek pH : 8,3 – 10,00
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Indikator
6. Asam Mefenamat (10)
Nama Resmi : Acidum Mefenamicum
Sinonim : Asam mefenamat
RM / BM : C15H15NO2 / 241,29
Rumus Bangun : COOH
NH
CH3 CH3
Pemerian : Serbuk hablur, putih atau hampir putih, melebur pada
suhu lebih kurang 230o disertai peruraian
Kelarutan : Larut dalam larutan alkali hidroksida, agak sukar larut
dalam kloroform, sukar larut dalam etanol dan dalam
methanol, praktis tidak larut dalam air.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya
Kegunaan : Sebagai sampel
Persyaratan kadar : Mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih
dari 102,0% C15H15NO2
7. Natrium tiosulfat (9)
Nama Resmi : Natrium thiosulfas
Sinonim : Natrium tiosulfat
Rumus Molekul : Na2S2O 3
Berat Molekul : 158,10
Pemerian : Hablur besar, tidak berwarna atau serbuk hablur kasar.
Mengkilap dalam udara lembab dan mekar dalam udara
kering pada suhu lebih dari 33o. Larutannya netral atau
basa lemah terhadap lakmus.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air; tidak larut dalam etanol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : sebagai titran.
8. Iodium (9)
Nama Resmi : Iodum
Sinonim : Iodum
Rumus Molekul : I
Berat Molekul : 126,90
Pemerian : Keping atau granul berat, hitam keabu-abuan; bau khas;
berkilau seperti metal.
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air ; mudah larut dalam karbon
disulfide, dalam kloroform dalam karbontetraklorida dan
dalam eter; larut dalam etanol dan dalam larutan iodide;
agak sukar larut dalam gliserin.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai Oksidator
9. Air Suling (9)
Nama Resmi : Aqua Destillata
Sinonim : Air Suling
RK / BM : H2O / 18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai Pelarut
10. Natrium Karbonat (9)
Nama Resmi : Natrii Carbonas
Sinonim : Natrium Karbonat
Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih
RK / BM : Na2CO3 / 124
RB : O
Na-O-C-O-Na
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Untuk meningkatkan kelarutan asam salisilat
11. Asam Salisilat (9)
Nama Resmi : Acidum Salicycum
Sinonim : Asam Salisilat
RK / BM : C7H6O3 / 138,12
RB : COOH
OH
Pemerian : Hablur ringan tidak berwarna atau serbuk berwarna putih;
hampir tidak berbau; rasa agak manis dan tajam.
Kelarutan : Larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian etanol
(95%) P; mudah larut dalam kloroform P dan dalam eter
P; larut dalam larutan ammonium asetat P, dinatrium
hidrogenfosfat P, Kalium sitrat p dan natrium sitrat P
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai sampel
Khasiat : Keratolitikum, anti fungi
Persyaratan Kadar : Tidak kurang dari 99,5%
12. Kanji (9)
Nama Resmi : Amylum manihot
Sinonim : Pati singkong, kanji
RB :
Pemerian : Serbuk halus, kadang-kadang berupa gumpalan kecil;
putih ; tidak berbau; tidak berasa.
Kelarutan : Praktis tidaklarut dalam air dingin dan dalam etanol
(95%)P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, ditempat sejuk.
Kegunaan : Sebagai indicator kanji dalam iodometri.
II.3 Uraian Sediaan
1. Tablet Ponstan (11)
Komposisi : Tiap tablet salut film berisi 500 mg Asam Mefenamat.
Indikasi : Demam, nyeri akut dan kronik, rinmgan atau sedang,
sehubungan dengan sakit telinga, sakit gigi, salesma,
infeksi saluran napas, luka kecil, bursitis. Deasa : nyeri
otot, dan terkilir, nyeri sendi, nyeri trauma, dismenorea
setelah cabut gigi, lumbago.
Kontraindikasi : Penderita dengan tukak lambung atau usus, penderita
asma, penderita ginjal dan penderita hipersensitivitas.
Efek samping : Umumnya dapat ditolerir dengan baik pada dosis yang
dianjurkan, penggunaan jangka panjang yang terus
menerus dengan dosis 2000 mg sehari atau lebih sehari
dapat mengakibatkan agranulositosis dan hemolitik
anema.
Dosis : Dewasa : Dosis awal yang dianjurkan 500 mg kemudian
dilanjutkan 250 mg atau maksimal 500 mg tiap 6 jam
Dysmenorrhea; 500 mg 3 x sehari, diberikan pada saat
mulai menstruasi ataupun sakit dan dilanjutkan selama 5
hari atau sampai perdarahan berhenti.
Produksi : Parke-Davis
No. Reg : DKL 8527101817 A1
No. Batch : DL 2012697
2. Bedak Salicyl (11)
Indikasi : Pengobatan biang keringat, gatal karena udara panas,
sebagai antiseptic pada kulit, gatal karena gigitan
serangga pada bayi, gatal-gatal karena pakaian basah
Dosis : 2-4 xsehari pada kulit yang gatal
Produksi : Yekatria Farma
No. Reg : DBL 8609603124 A1
No. Batch : 50583
II.4 Prosedur Kerja
- Asam Mefenamat (12)
Titrasi menurut farmakope Inggris 1980 : Larutan zat dalam 100 mL etanol
dititrasi dengan 0,1N NaOH (1/10 mmol), indicator merah fenol.
- Asam Salisilat (13)
Sampel yang mengandung asam salisilat dari 0,1 – 0,2 g pertama-tama
dikeringkan pada suhu 100 oC. Ditimbang akurat dan dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer. Sampel dilarutkan dalam 100 mL pelarut yang mengandung logam
natrium karbonat untuk tiap mg asam salisilat ditempatkan pada water bath dan
dibiarkan selama 15 menit atau sampai suhunya setara dengan water bath. Kira-
kira 50-60 mL dari larutan iodium standar ditambahkan dan dibiarkan selama
waktu ini. Kelebihan dari iodium ditandai dengan warna coklat dari larutan dan
harus ditambahkan . Larutan dibiarkan dingin dan kelebihan dari iodium
dihilangkan dengan penambahan larutan natrium tiosulfat 0,1 N sampai warna
coklat dari larutan hilang. Kelebihan natrium tiosulfat besar dihindari karena
dapat terdekomposisi, sehingga menyimpan sulfur yang bebas yang mana akan
menambah berat dari endapan. Cairan supernatant disaring dengan saring
No.600 ch, yang sebelumnya dikeringkan pada 100oC sementara massa endapan
tertahan pada labu. Endapan dicuci sebanyak beberapa kali dengan dekantasi
dengan air panas. Secara kuantitatif dipindahkan ke penyaring dengan 200 mL
air panas dalam 20-25 mL bagian. Kesempurnaan pencucian dapat diuji dengan
menguji sebagian dari filtrate dengan larutan perak nitrat dan diasamkan
dengan sedikit asam nitrat . Pencucian sempurna jika tidak ada lagi bentuk
padat dalam titrat residu kertas saring dikeringkan pada 100oC selama 1 jam
dan ditimbang. 1 g residu tetraiodofenilenquimone ≈ 0,4016 g asam salisilat.
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat-alat yang digunakan
- Bunsen
- Buret 50,0 mL
- Erlenmeyer 250 mL
- Gelas Kimia 250 mL
- Gelas Ukur 100,0 mL
- Lumpang dan alu
- Pipet tetes
- Senduk tanduk
- Statif dan klem
- Timbangan analitik
III.1.2 Bahan-bahan yang digunakan
- Air Suling
- Aluminium Foil
- Bedak Salicyl®
- Etanol 95%
- Indikator kanji
- Indikator PP
- Iodin 0,1021 N
- Kertas Timbang
- Natrium hidroksida 0,1066 N
- Natrium karbonat
- Natrium tiosulfat 0,1048 N
- Ponstan® Tablet
- Tissue roll
- Untuk Asam mefenamat
a. Alat dan bahan disiapkan
b. Tablet Ponstan® ditimbang sebanyak 10 buah dan ditimbang berat rata-
ratanya.
c. Berat Tablet Ponstan® yang akan ditimbang dihitung.
d. Tablet Ponstan® yang telah digerus , ditimbang sebanyak 0,4401 g (setara
250 mg) asam mefenamat) dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL.
e. Tablet Ponstan® tersebut dilarutkan dalam 100 mL etanol yang sudah
dinetralkan. Etanol tersebut dinetralkan dengan cara menambahkan 3 tetes
indikator PP kemudian dititrasi dengan NaOH hingga merah muda.
f. Buret yang telah dibilas sebelumnya diisi dengan larutan baku NaOH
0,1066 N.
g. Larutan Tablet Ponstan® ditambahkan 3 tetes indikator PP
h. Larutan dititrasi dengan larutan baku NaOH 0,1066 N
i. Titrasi dihentikan pada saat titik akhir titrasi dicapai yang ditandai dengan
perubahan warna larutandari tak berwarna menjadi warna merah yang
stabil.
j. Volume larutan baku NaOH 0,1066 N yang digunakan dicatat.
k. Kadar asam mefenamat dalam Tablet Ponstan® dihitung.
- Untuk Asam salisilat
a. Alat dan bahan disiapkan
b. Bedak Salicyl® yang akan ditimbang dihitung
c. Bedak Salicyl® ditimbang sebanyak 0,5 g (setara dengan 10 mg asam
salisilat) dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.
d. Natrium karbonat ditimbang 100 mg dan dilarutkan dalam 100 mL air lalu
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer yang berisi asam salisilat.
e. Larutan tersebut dipanaskan selama15 menit
f. Larutan baku iodin 0,1021 N sebanyak 6 mL dimasukkan ke dalam larutan
salisilat
g. Larutan dibiarkan selama beberapa menit.
h. Buret yang telah dibilas sebelumnya diisi dengan larutan baku natrium
tiosulfat 0,1048 N
i. Larutan dititrasi dengan larutan baku Natrium tiosulfat 0,1048 N
j. Titrasi dihentikan pada saat larutan berubah dari coklat menjadi kuning
pucat.
k. Larutan tersebut ditambahkan 3 tetes indikator kanji
l. Larutan dititrasi lagi dengan larutan baku natrium tiosulfat 0,1048 N
m. Titrasi dihentikan pada saat tititk akhir titrasi dicapai yang ditandai dengan
perubahan warna larutan dari biru menjadi tak berwarna
n. Volume larutan baku Natrium tiosulfat 0,1048 N yang digunakan dicatat.
o. Kadar asam salisilat dalam Bedak Salicyl® dihitung.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1 Data Pengamatan
A. Asam Mefenamat
Sampel Voume titran Perubahan warna
Asam Mefenamat 8,9 mL Tak berwarna menjadi merah stabil
Asam Mefenamat 9,2 mL Tak berwarna menjadi merah stabil
B. Asam salisilat
sampel Volume titran Perubahan warna
Asam salisilat 0,3 mL Biru menjadi tak berwarna
IV.2 Perhitungan
A. Asam Mefenamat
Berat 10 tablet = 8,802 g
Berat rata-rata = 0,8802 g
Berat yang ditimbang = berat setara x berat rata-rata tablet berat etiket
= 250 mg x 0,8802 g
500 mg
= 0,4401 g
Kadar I
Mgrek asam mefenamat = Mgrek NaOH
W = V x N
BE
W = V x N x BE
= 8,9 x 0,1066 x 241,29
= 288,92 mg
% kadar = 288,92 x 100% = 91,57%
250
Kadar II
Mgrek Asam mefenamat = Mgrek NaOH
W = V x N
BE
W = V x N x BE
= 9,2 x 0,1066 x 241,29
= 236,64 mg
% kadar = 236,64 x 100% = 94,66%
250
Kadar rata-rata
K = K1 + K2
2
= 91,57% + 94,66%
2
= 93,115%
B. Asam salisilat
Mgrek Asam salisilat = Mgrek I2 – Mgrek Na2S2O3
W/BE = (V x N)I2 – (V x N)Na2S2O3
W = (( V x N)I2 – (V x N)Na2S2O3 x BE)
= ((6 x 0,1021) – (0,3 x 0,1048) x 138,12/6)
= 13,378 mg
% kadar = 13,378 x 100%
10
= 133,78%
BAB V
PEMBAHASAN
Dalam analisa farmasi kita melakukan pengidentifikasian suatu zat yang
terdapat dalam suatu sediaan farmasi. Dan juga dilakukan penetapan kadar dari zat
tersebut. Adapun dilakukannya penetapan kadar adalah untuk mengetahui kemurnian
suatu zat.
Penetapan kadar tersebut dapat dilakukan dengan mentitrasi sampel uji
dengan metode antara lain : Asidi-alkalimetri, Argentometri, Nitritometri,
Permanganometri, dan iodometri. Namun dalam percobaan ini, karena sampel yang
akan kita uji adalah asam mefenamat, maka metode penetapan kadar dengan titrasi
yang kita gunakan adalah metode alkalimetri.
Dimana prinsipnya adalah penetapan kadar asam dalam asam mefenamat
dengan penambahan sejumlah larutan basa baku yang setara dengan menggunakan
indikator yang sesuai untuk berubah warna sebagai tanda terjadinya titik akhir titrasi
suatu sampel. Karena alkalimetri merupakan metode netralisasi, maka perlu dikatehui
bahwa pada reaksi netralisasi terjadi reaksi yang sempurna.
Dalam percobaan ini, asam mefenamat sebagai sampel mula-mula
ditimbang kemudian dilarutkan ke dalam etanol netral. Etanol harus dinetralkan
terlebih dahulu alasannya adalah karena etanol memiliki sifat asam lemah. Oleh
karena itu, bila etanol tidak dinetralkan maka sampel yang akan dititrasi dengan
NaOH bersifat lebih asam lagi sehingga dapat mempengaruhi hasil titrasi.
Cara penetralannya yaitu dengan menambahkan indicator fenolftalein
beberapa tetes ke dalamnya kemudian dititrasi dengan larutan NaOH sampai terjadi
perubahan warna yakni dari tidak berwarna menjadi merah muda.
Setelah ditambahka sample ke dalam etanol tersebut, maka warna larutan
tadi akan kembali menjadi putih susu (warna merah muda hilang). Hal ini
dikarenakan, pH larutan kembali menjadi atau bersifat asam yang berasal dari sample.
Setelah semua sample larut, maka ditambahkan tiga tetes indicator fenolftalein dan
dititrasi lagi dengan larutan baku NaOH 0,1066N sampai warna larutan berubah dari
tak berwarna menjadi merah muda. Dicatat volume titran yang digunakan untuk
menghitung kadar dari sample.
Penggunaan indicator dalam suatu proses titrasi sangatlah perlu dilakukan.
Hal ini dilakukan agar pada saat terjadi titik akhir titrasi, perubahan warna dari
larutan dapat dengan jelas terlhat. Mekanisme terjadinya perubahan warna pada
indicator ialah ketika asam mefenamat dititrasi dengan NaOH, maka asam mefenamat
yang bereaksi dengan NaOH akan terus saling bereaksi membentuk garamnya sampai
jumlah asam mefenamat yang bereaksi dengan NaOH sama besarnya yang disebut
dengan titik ekivalen. Kemudian ketika NaOH ditambahkan lagi (berlebih) maka
asam mefenamat yang sudah habis bereaksi, maka NaOH akan bereaksi dengan
indicator fenolftalein menghasilkan warna larutan merah muda. Peristiwa ini
dinamakan titik akhir titrasi. Indikator fenolftalein mempunyai trayek pH 8,3 – 10,00
sehingga apabila larutan telah berada dalam suasana basa maka ia akan dengan segera
bereaksi dan memberikan perubahan warna yang mencolok. Indikator ini sesuai untuk
titrasi asam lemah dengan basa kuat.
Untuk penetapan kadar asam salisilat, digunakan metode iodometri yaitu
penetapan kadar suatu asam berdasarkan reaksi oksidasi-reduksi antara sample yang
bersifat reduktor dengan iodine yang bersifat oksidator; kemudian dititrasi dengan
larutan Na2S2O3 0,1048N untuk menghilangkan kelebihan iodine tersebut. Mula-mula
ditimbang 0,1 g Na2CO3 yang kemudian dilarutkan dalam 10 mL air. Setelah itu 0,5 g
sample dilarutkan kedalamnya. Penggunaan Na2CO3 dalam hal ini bertujuan untuk
meningkatkan kelarutan dari sample di dalam air.
Setelah itu, larutan lalu dipanaskan selama kurang lebih 15 menit untuk
memastikan bahwa semua sample telah larut. Kemudian ditambahkan larutan I2
0,1021N berlebih (6 mL) sampai warna larutan berubah menjadi coklat; dan
didiamkan beberapa menit. Larutan tersebut lalu dititrasi dengan Na2S2O3 sampai
warna larutan berubah dari coklat menjadi kuning pucat, kemudian titrasi dihentikan.
Kemudian larutan ditambahkan 3 tetes indicator kanji dimana warna larutan akan
menjadi biru tua. Larutan kembali dititrasi dengan Na2S2O3 sampai terjadi perubahan
warna larutan dari biru menjadi tidak berwarna (warna biru hilang).
Warna biru yang terbentuk dengan penambahan kanji disebabkan oleh
terjadinya ikatan semu antara kanji dan iodine. Ikatan ini diputuskan dengan
penambahan Na2S2O3 sehingga warna biru kembali hilang perubahan ini sebagai titik
akhir titrasi. Penambahan indicator kanji dilakukan menjelang ttik akhir titrasi karena
jika ditambahkan sebelum titrasi, maka larutan akan membentuk kompleks dimana
iod akan membungkus kanji yakni berupa kompleks sehingga titik akhir titrasi akan
sukar untuk diamati.
Terjadi perubahan warna pada penambahan indikator fenolftalein karena
struktur molekul dan ionnya berbeda dimana sifat penyerapan sinar ikut berbeda dan
mengakibatkan perubahan warna. Pada fenolftalein bentuk asamnya tidak berwarna
dan bentuk basanya berwarna merah. Bentuk yang berwarna mempunyai ikatan
rangkap yang berseling dengan ikatan tunggal, konjugasi menyebabkan energi yang
perlu untuk meningkatkan sebagian dari sinar putih diserap dan zat menjadi
berwarna. Zat yang berwarna menyerap energi yang lebih besar dan hanya tercukupi
oleh sinar UV, sehingga sinar putih tidak terpengaruhi dan tidak timbul warna.
Fenol termasuk golongan ftalein yang paling sederhana dalam larutan alkali
karena pembukaan cincin larutan berubah menjadi bentuk kinoid yang tidak berwarna
yaitu indicator bentuk asam, yang disamping dua cincin benzoid yang mengandung
cincin kinoid. Dalam larutan alkali kuat akan berubah lagi menjadi bentuk benzoid
murni berwarna merah yaitu senyawa trianion.
Dari hasil percobaan ini diperoleh kadar asam mefenamat yaitu 93,115%
sedangkan untuk kadar asam salisilat adalah 133,78%. Menurut teori, kadar asam
mefenamat tidak boleh kurang dari 98,0% dan tidak boleh lebih dari 102,0%
sedangkan untuk asam salisilat kadarnya tidak kurang dari 99,5% dan tidak boleh
lebih dari 101%. Ini mengindikasikan telah terjadi kesalahan dalam pelaksanaan
percobaan. Hal ini mungkin disebabkan ketidaktelitian dalam penimbangan maupun
penitrasian bahan yang kurang akurat serta adanya kemungkinan bahwa larutan yang
digunakan telah terkontaminasi dengan zat lain.
BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa :
1. Kadar Asam mefenamat dalam sediaan Ponstan® tablet sebesar 93,105%
2. Kadar Asam salisilat dalam sediaan Bedak Salicyl® sebesar 133,78%
VI.2 Saran
Sebaiknya dilakukan juga percobaan dengan menggunakan pelarut etanol
yang tidak dinetralkan agar dapat dijadikan bahan perbandingan dalam hasil.
DAFTAR PUSTAKA
1. Underwood, R. A., (1992), “Analisa Kimia Kualitatif”, PT Erlangga, Jakarta
2. Wunas, Y., ( ), “Analisa Kimia Farmasi Kuantitatif, Lembaga Penerbitan
UNHAS, Makassar
3. Roth, H. J., (1994), “ Analisis Farmasi”, Edisi II, Universitas Gadjah Mada Press,
Yogyakarta, 105
4. Abbas, R., ( ), “Analisa Kimia Farmasi”, UNHAS, Makassar, 64
5. Ganiswarna, Sulistia G., (1995), “Farmakologi dan Terapi”, PT Gaya Baru,
Jakarta,217
6. Tan Hoan Tjay, (1991), “Obat-obat Penting”, DirJen POM DepKes RI, Jakarta,
314
7. Pudjaatmaka, H., (1894), “ Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif
Anorganik”, EGC, Jakarta
8. Siswandoyo, (1994), “Kimia Medisinal”, Universitas Gadjah Mada Press,
Yogyakarta
9. DirJen POM, (1979), “Farmakope Indonesia”, Edisi III, Departemen Kesehatan
RI, Jakarta, 56, 400,684,428,96,412,65,675
10. DirJen POM, (1995), “Farmakope Indonesia”, Edisi IV, Departemen Kesehatan
RI, Jakarta,43
11. ISFI, (1998), “ ISO Indonesia”, PT AKA, Jakarta, 96
12. Autherhoff, Kovar, (1987), “Identifikasi Obat”, Penerbit ITB, Bandung, 98
13. Higuchi, T., (1963), “Pharmaceutical Analysis”, PT Kaltex, Jakarta
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Teofilin merupakan alkaloida yang pada tahun 1908 terdapat bersama
kofein (trimetilsantin) pada daun the dan memiliki sejumlah khasiat antara lain
berdaya spasmolitis terhadap otot polos, khususnya otot bronchi, menstimulasi
jantung dan mendilatasinya. Penetapan kadar teofilin yang akan dilakukan pada
percobaan ini adalah dengan metode alkalimetri.
Alkalimetri adalah suatu metode analisa titrimetri yang didasarkan pada
pengukuran seksama jumlah kuantitatif suatu asam yang terdapat dalam contoh
dengan cara titrasi dengan basa yang sesuai. Metode ini dapat dikatakan sebagai
metode yang sederhana tetapi cepat dan praktis.
Dalam bidang farmasi, Teofilin digunakan sebagai obat anti asma.
Percobaan ini bermanfaat untuk mengetahui kadar suatu zat yang dikandung oleh
Theobron Eliksir yaitu teofilin. Sedangkan manfaat lainnya yaitu sebagai
“Quality Control” untuk sediaan yang beredar di pasaran.
I.2 Maksud dan Tujuan
I.2.1 Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami cara penetapan kadar suatu senyawa
obat dalam suatu sediaan dengan menggunakan metode tertentu.
I.2.2 Tujuan Percobaan
1. Menentukan kadar Teofilin dalam sediaan Theobron Eliksir dengan
menggunakan metode alkalimetri.
2. Menetukan kadar Teofilin dalam sediaan Theobron kapsul dengan
menggunakan metode tirasi bebas air.
I.3 Prinsip Percobaan
1. Penentuan kadar teofilin dalam sediaan Theobron Eliksir dimana sampel
mula-mula ditambahkan dengan AgNO3 dan dititrasi dengan NaOH dengan
indikator PP dimana titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna dari
kuning menjadi merah.
2. Penentuan kadar Teofilin dalam sediaan Theobron tablet dimana sampel
dimana sampel mula-mula dialrutkan dengan asam formiat lalu anhidrida
asetat yang kemudian ditetesi dengan Sudan IV dan dititrasi dengan asam
perklorat dimana titik akhir titrasinya ditandai dengan perubahan warna dari
ungu menjadi kelabu dan reaksinya dengan kristal violet menghasilkan
perubahan warna dari ungu menjadi hijau kuning.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Alkaloid merupakan senyawa organic yang bersifat basa, alkaloid ini
terdiri atas beberapa macam penggolongan yaitu :alkaloid piperidin, piridin,
tropan, kuinolon, isokuinolin, indol, imidazol, steroid, lupinan dan asamin.
Penggolongan ini berdasarkan pada cincin utama yang menyusun alkaloidpun
dapat berbeda-beda fungsinya (1).
Umumnya alkaloid tidak larut dalam air, tetapi dapat bereaksi dengan
asam membentuk garam yang mudah larut. Alkaloid bebas pada umumnya dapat
larut dalam eter atau senyawa yang relatif nonpolar lainnya, akan tetapi di dalam
pelarut yang tidak dapat bercampur dalam garam alkaloid tidak dapat larut. Sifat-
sifat tersebut diatas memungkinkan untuk mengisolasi alkaloid juga dapat untuk
mengisolasi alkaloid juga dapat untuk mengetahui kadar kualitatif (2).
Penggolongan alkaloid berdasarkan asalnya adalah (3) :
1. Alkaloid Opium
2. Alkaloid Solanaceae
3. Alkaloid Chinae Cortex
4. Alkaloid Sekale Semen
5. Alkaloid Radix Hydrastatin
6. Alkaloid Strychni Semen
7. Alkaloid Radix Ipecae
8. Alkaloid amin alifatik dan aromatik
9. Alkaloid turunan ureum
10. Alkaloid Pyrazolon
11. Alkaloid Turunan anilin
12. Alkaloid turunan halogen
13. Alkaloid anestetik local
14. Alkaloid golongan sisa
Xantin dan derivatnya juga merupakan senyawa yang penting dan
banyak diteliti oleh para analis baik dari segi farmaetik maupu farmakologinya.
Zat ini juga penting secara biologis sehingga banyak diteliti oleh Khemis dan
Apoteker (4).
Derivat xantin terdiri dari kafein, teofilin dan teobromin ialah alkaloid
yang terdapat dalam tumbuhan. Sejak dahulu ekstrak tumbuh-tumbuhan ini
digunakan sebagai minuman. Ketiganya merupakan derivat xantin yang
mengandung gugus metil. Xantin sendiri ialah dioksipurin yang mempunyai
struktur mirip dengan asam urat. Kafein ialah 1,3,7-trimetilxantin; teofilin ialah
1,3-dimetilxantin; dan teobromin ialah 3,7-dimetilxantin (5).
Teofilin memiliki sejumlah khasiat antara lain berdaya spasmolitis
terhadap otot polos, khususnya otot bronchi, menstimulasi jantung (efek inotrop
positif) dan mendilatasinya. Teofilin juga menstimulasi SSP dan pernapasan,
serta bekerja diuretis lemah dan singkat (6).
Alkalimetri merupakan suatu metode penetapan kadar asam yang
terdapat dalam contoh dengan cara titrasi dengan basa yang sesuai. Pada
prinsipnya yaitu : menetapkan kadar asam dengan cara penambahan sejumlah
larutan basa baku yang setara, dari jumlah volum larutan asam yang
ditambahkan ini dapat dihitung kadar asam yang terdapat dalam contoh (11).
Dalam teori ionisasi, suatu larutan netral mengandung jumlah ion
hydrogen dan ion hidroksida dengan konsentrasi yang hampir sama besar.
Karena itu menurut teori ionisasi, reaksi netralisasi yang terjadi bila ion
hydrogen dari asam bersatu dengan ion hidroksida dari basa, membentuk
molekul air (11).
Titrasi bebas air adalah suatu titrasi yang tidak menggunakan air sebagai
pelarut, tetapi digunakan pelarut organic.Seperti diketahui, dengan memakai
pelarut air, asam atau basa dapat dititrasi dengan basa atau asam baku yang lain,
akan tetapi bila asam atau basa bersifat lemah seperti halnya asam-asam organic
atau alkaloida-alkaloida, cara titrasi dalam lingkungan berair ini tidak dapat
dilakukan karena disamping sukar larut di dalam air, juga kurang reaktif dalam
air (11).
II.2 Uraian Bahan
1. Air Suling (7)
Nama Resmi : Aqua Destillata
Sinonim : Air Suling
RM/BM : H2O/18,02
RB : H-O-H
Pemerian : Cairanjernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak
mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut
2. Perak Nitrat (8)
Nama Resmi : Argenti Nitras
Sinonim : Perak Nitrat
RM/BM : AgNO3/169,87
Pemerian : Hablur; tidak berwarna atau putih; bila dibiarkan
terpapar cahaya dengan adanya zat organic, menjadi
berwarna abu-abu atau hitam keabu-abuan. PH larutan
lebih kurang 5,5.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, terlebih dalam air
mendidih; agak sukar larut dalam etanol; mudah larut
dalam etanol mendidih; sukar larut dalam eter.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.
Kegunaan : Sebagai pembentuk kompleks.
3. Natrium Hidroksida (7)
Nama Resmi : Natrii Hydroxidum
Sinonim : Natrium Hidroksida
Rumus Molekul : NaOH
Berat Molekul : 40,00
Pemerian : Putih atau praktis putih, massa melebur, berbentuk pellet,
Serpihan atau batang atau bentuk lain. Keras rapuh dan
Menunjukkan pecahan hablur. Bila dibiarkan di udara,
akan cepat menyerap karbondioksida dan lembab.
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam etanol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Sebagai titran pada metode alkalimetri
4. Fenolftalein (10)
Nama Resmi : Phenolphtaleinum
Sinonim : Fenolftalein
Rumus Molekul : C20H14O4
Berat Molekul : 318,33
Rumus Bangun : O
OH
OH
Pemerian : Serbuk hablur, putih atau putih kekuningan lemah; tidak
berbau; stabil di udara
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam etanol; agak
sukar larut dalam eter.
Trayek pH : 8,3 – 10,00
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Indikator dalam suasana basa
5. Teofillin (7)
Nama Resmi : Theophyllinum
Sinonim : Teofilina; 1,3-dimetilxantina
RK/BM : C7H8N4O2 / 180,2
RB : O H
CH3-N N
O
CH3
Pemerian : Serbuk hablur; putih; tidak berbau; pahit; mantap di
udara.
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 180 bagian air; lebih mudah
larut dalam air panas; larut dalam lebih kurang 120
bagian etanol (95%)P, mudah larut dalam larutan
alkalihidroksida dan dalam ammonia encer P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai sampel
Khasiat : Spasmolitikum bronchial
Syarat Kadar : Mengandung tidak kurang dari 98,5% dan tidak lebih
dari 101,0% C4H8N4O2, dihitung tehadap zat yang telah
dikeringkan.
6. Asam formiat (6)
Nama Resmi : Asam format
Sinonim : Asam formiat
RM / BM : HCOOH / 46,03
Pemerian : Cairan, tidak berwarna; bau sangat tajam. Sangat
korosif.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol (95%)P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai pelarut pada titrasi bebas air
7. Asam perklorat (7)
Nama Resmi : Acidum Perklorat
Sinonim : Asam perklorat
RM / BM : HClO4 / 100,46
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna
Kelarutan : Bercampur dengan air
Kegunaan : Sebagai titran pada metode titrasi bebas air
II.3 Uraian Sediaan
1. Theobron Eliksir (9)
Komposisi : Teofilin 130 mg/15 mL eliksir
Indikasi : Asma Bronkial
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap teofilin, tukak peptikum,
gastritis, ganggauan hati dan ginjal.
Efek samping : Mual, muntah, diare, sakit kepala, insomnia, palpitasi,
takikardia, aritmia ventrikuler, tachyenea, rash,
hiperglikemi.
Dosis : Dewasa dan anak > 12 tahun : 3-6 sdt sirop;
7-12 tahun : 2 sdt sirop; 1-6 tahun : 1 sdt sirop.
Diberikan tiga kali sehari.
Produksi : Interbat
No. Reg : DTL 9217607837 A1
No. Batch : S 305208
2. Theobron Kapsul (9)
Komposisi : Teoflina 130 mg/kapsul
Indikasi : Asma bronchial
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap teofilin, tukak peptikum,
gastritis, gangguan hati dan ginjal.
Efek samping : Mual, muntah, diare, sakit kepala, insomnia, palpitasi,
takikardia, aritmia ventrikuler, tachypnea, rash,
hiperglikemi.
Dosis : Dewasa : 1 kapsul
Produksi : Interbat
No. Reg : DTL 9317608101 A1
No. Batch : K415218
II.4 Prosedur Kerja
1. Menurut FI III
Timbang seksama 250 mg, larutkan dalam 100 mL air, tambahkan
20 mL perak nitrat 0,1 N, kocok. Titrasi dengan NaOH 0,1N menggunakan
indikator 1 mL larutan merah fenol P.
1 mL NaOH 0,1N setara dengan 18,02 mg C7H8N4O2
2. Menurut Identifikasi obat
1) Titrasi : larutan zat dalam dimetilformamid dititrasi dengan 0,1 N
NaOH (1/10 mmol), indikator timolftalein.
2) Titrasi : 300 mg zat dilarutkan dalam 3-5 mL asam formiat, lalu
ditambahkan 50 mL anhidrida asetat. Sesudah ditetesi 2-3 tetes larutan
sudan IV, titrasi dengan 0,1N asam perklorat (1/10 mmol) sampai
timbul warna ungu-kalabu
3) E1%1 cm dalam 0,1 N NaOH : 630 pada 275 nm
3. Menurut Higuchi : 243
Sejumlah atau secukupnya, serbuk, larutan, atau preparat sampel,
yang setara dengan 0,2-0,25 g theofilin, dimasukkan ke dalam Erlenmeyer
250 mL dan ditambahkan air secukupnya, jika perlu, hingga 50 mL,
ditambahkan larutan ammonia 10% 8 mL pada atau dalam larutan, campuran
dipanaskan di atas pemanas atau tangas air untuk melarutkan semua bahan.
Ditambahkan tepat 20 mL AgNO3 0,1N dan campuran dipanaskan lagi
selama 15 menit di atas pemanas. Lalu didinginkan pada suhu 5-100C selama
20 menit dan disaring melalui suatu percobaan penyaringan dengan
penghisap. Endapannya sesuai dengan 10 mL air dalam 3 bagian . Filtrat dan
pemanasan di gabung dan diasamkan dengan asam nitrat dan 3 mL asam
nitrat ditambahkan berlebih. Ditambahkan 2 mL Fe((NH4)2(SO4))2 8% ke
dalam larutan dingin tadi dan kelebihan AgNO3 dititrasi dengan NH4CNS
0,1N. Tiap mL AgNO3 0,1N yang dipakai ekuivalen dengan 18,02 mg
teofilin anhidrat.
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat-alat yang akan digunakan
- Batang Pengaduk
- Botol Semprot
- Buret 50,0 mL
- Erlenmeyer 250 mL
- Gelas Kimia 250 mL
- Gelas ukur 100,0 mL
- Karet penghisap
- Pipet tetes
- Pipet Volume 10,0 dan 20,0 mL
- Sendok tanduk
- Statif dan klem
- Timbangan analitik
III.1.2 Bahan-bahan yang akan digunakan
- Air suling
- Aluminium foil
- Anhidrida asetat
- Asam formiat
- Asam Perklorat 0,0901N
- Indikator Fenolftalein
- Kertas timbang
- Kristal Violet
- Natrium Hidroksida 0,1066N
- Perak Nitrat 0,10047N
- Theofillin (Theobron Eliksir)
- Theofillin (Theobron Kapsul)
- Tissue roll
III.2 Cara Kerja
- Untuk Theobron Eliksir
a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b. Dipipet 20 mL sampel obat Theobron Eliksir (setara dengan 173,3 mg
Teofilin) dengan menggunakan pipet volume 20,0 mL dan diomasukkan ke
dalam Erlenmeyer.
c. Kemudian ditambahkan dengan 50 mL air dan 10 mL AgNO3 0,10047N
dimasukkan ke dalam Erlenmeyer.
d. Campuran dikocok dan ditambahkan lagi 0,5 mL indikator PP
d. Ditambah dengan 0,5 mL indikator fenolftalein.
e. Kemudian dititrasi dengan NaOH 0,1066N sampai terjadi perubahan warna
dari kuning menjadi merah
f. Dicatat volume titrasinya dan dihitung % kadarnya.
- Untuk Theobron Kapsul
a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b. Kapsul Theobron ditimbang 10 buah dan ditimbang berat rata-ratanya
c. Sampel ditimbang sebanyak 0,26276 g Theobron (setara dengan 100 mg
teofilin) sebanyak dua kali untuk titrasi duplo.
d. Sampel dimasukkan ke dalam erlenmeyer
e. Kemudian ditambahkan dengan 3 mL asam formiat.
f. Ditambah pula 20 mL anhidrida asetat
g. Indikator kristal violet dimasukkan ke dalamnya sebanyak 2 tetes.
h. Kemudian sampel dititrasi dengan asam perklorat 0,0901N. Jika warna
berubah dari ungu menjadi hijau kuning titrasi dihentikan, dicatat
volumenya dan dihitung % kadarnya
i. Dilakukan titrasi duplo
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1 Data Pengamatan
1. Theobron Eliksir
Berat (mg) Volume titrasi Perubahan warna
173,33 16,9 mL Kuning Merah
2. Theobron Kapsul
Berat Sampel Volume titran Perubahan warna
0,264 g ( 100 mg) 6,5 ungu hijau kuning
0,265 g ( 100 mg) 6,6 ungu hijau kuning
IV.2 Perhitungan
1. Theobron Eliksir
130/15 mL dipipet 20 mL
Berat kesetaraan = 20 x 130 mg = 173,33 mg
W = V x N
BE
Keterangan :
W = berat sampel (mg)
V = Volume titrasi
N = Normalitas titran
BE = Berat ekivalen
W = V x N x BE
W = 16,9 x 0,1066 x 180,2
= 324,63 mg
% kadar = W x 100% BS = Berat kesetaraan
BS
= 324,63 x 100%
173,33
= 187,32%
2. Theobron kapsul
Berat kesetaraan = 100 mg
Volume I
W = V x N
BE
W = V x N x BE
= 6,5 x 0,0901 x 180,2
= 105,53 mg
% kadar = W x 100%
BS
= 105,53 x 100%
100
= 105,53%
Volume II
W = V x N
BE
W = V x N x BE
= 6,6 x 0,0901 x 180,2
= 107,15 mg
% kadar = W x 100%
BS
= 107,15 x 100%
100
= 107,15 %
% kadar rata-rata = 105,53 + 107,15
2
= 212,68
2
= 106,34 %
BAB V
PEMBAHASAN
Sebagaimana kita ketahui bahwa : teofilin merupakan derivat xantin yang
memiliki sifat seperti : tidak larut dalam air, tetapi dapat bereaksi dengan asam
membentuk garam yang mudah larut. Dapat larut dalam eter. Teofilin juga memiliki
efek terapi dalam penggunaannya yaitusebagai obat asma. Efek terapi lainnya adalah
menstimulasi SSP, pernapasan dan bekhasiat sebagai diuretis lemah.
Dalam percobaan ini digunaan sediaan obat theobron eliksir dan kapsul.
Dalam penetapan kadar masing-masing sampel menggunakan metode yang berbeda.
Yaitu : untuk sampel eliksir menggunakan metode alkalimetri. Dimana, sampel
dititrasi dengan NaOH 0,1066Nmnggunakan indikator PP. Perlakuan dalam metode
ini terlebih dahulu sampel dilarutkan dalam air dan kemudian perak nitrat 0,10047N.
Perak nitrat ditambahkan dalam metode alkalimetri ini adalah ditujukan untuk
menghasilkan endapan AgO dan asam nitrit yang akan bereaksi dengan Zat titran saat
titrasi.
A. Penetapan kadar teofilin secara alkalimetri.
Teofilin merupakan contoh alkaloid yang bersifat basa lemah tetapi
dititrasi dengan larutan baku basa NaOH. Hal ini karena teofilin pada ulanya
ditambahkan dengan lrutan perak nitrat untuk menghasilkan kompleks teofilin
dimana senyawa hydrogen yang melekat pada senyawa nitrogen dari teofilin
akan lepas dan digantikan dengan unsur perak dan hasil lain yang terbentuk
adalah asam nitrat. Asam nitrat yang terbentuk inilah yang akan mengalami
reaksi netralisasi dengan basa NaOH membentuk garam.
Jadi, dalam percobaan ini perak nitrat hanya ditambahkan untuk dapat
membentuk kompleks perak teofilin dengan hasil sampingan asam bitrat. Asam
nitrat ini yang bereaksi asam basa dengan NaOH. Selain dengan metode ini
dapat pula digunakan metode argentometri untuk penentuan kadar teofilin.
Dalam metode ini perak nitrat yang ditambahkan berlebih sehingga kelebihan
perak akan bereaksi dengan larutan baku ammonium tiosianat menghasilkan
larutan berwarna merah dengan adanya indikator besi (III) ammonium sulfat.
B. Secara titrasi bebas air
Dilakukan titrasi bebas air karena alkaloid sukar larut dalam air juga
kurang reakstif dalam air. Dalam titrasi ini, digunakan pelarut anhidrida asetat
dan asam formiat. Pelarut ini merupakan pelarut amfiprotik yaitu pelarut yang
dapat memberi atau menerima proton sehingga dapat bersifat sebagai asam dan
dapat bersifat sebagai basa. Dalam titrasi bebas air ini sampel yang bersifat basa
bereaksi dengan asam formiat menghasilkanion formiat dan teofilin yang
bersifat asam. Sedangkan setelah ditambahkan dengan asam perklorat maka
akan bereaksi dengan kelebihan asam formiat dan menghasilkan ion perklorat
dan kation HCOOH2 maka terjadi reaksi penguraian 2 molekul asam formiat
menjadi ion HCOO- dan HCOOH2+.
Maksud digunakannya indikator adalah untuk dapat menentukan titik akhir
titrasi yang ditandai dengan perubahan warna larutan sampel. Perubahan warna
tersebut terjadi karena berlebihnya sedikit basa atau NaOH yang ditambahkan sebagai
titran pada sampel.
Kemudian untuk sampel kapsul digunakan metode titrasi bebas air. Dimana
pada titrasi ini tidak menggunakan air sebagai pelarut, tetapi digunakan pelarut
organic Dalam hal ini kita menggunakan asam formiat dan anhidrida asetat. Berbeda
dengan memakai pelarut air, asam atau basa dapat dititrasi dengan basa atau asam
baku yang lain. Akan tetapi bila asam atau basa bersifat lemah seperti halnya asam-
asam organic atau alkaloida-alkaloida, cara titrasi dalam lingkungan berair ini tidak
dapat dilakukan, karena disamping sukar dalam air, juga kurang reaktif dalam air,
seperti misalnya garam-garam amina, dimana gram-garam ini dirombak lebih dahulu
menjadi basa bebas yang larut dalam air.
Dari hasil percobaan diperoleh % kadar dari teofilin pada sampel Theobron
eliksir sebesar 187,32%. Dan kadar dari teofilin pada sampel Theobron kapsul
sebesar 106,34%. Bila dibandingkan dengan teori yang ada, yaitu mengandung tidak
kurang dari 98,5% dan tidak lebih dari 101,0% C7H8N4O2, maka hasil yang diperoleh
ini terjadi penyimpangan dari teori yang ada. Penyimpangan yang terjadi mungkin
disebabkan oleh kesalahan dalam :
1. Penimbangan atau pengukuran volume sampel yang akan ditentukan
kadarnya.
2. Pengamatan perubahan warna pada saat mencapai titik akhir titrasi.
3. Pencucian atau pembersihan alat sebelum praktikum yang memungkinkan
bertambahnya zat dalam sampel atau surfaktan lain dalam sampel sehingga
memperbesar % kadarnya.
4. Kandungan sampel yang mungkin telah terkontaminasi dengan zat lain pada
saat percobaan.
Dari kedua bentuk sediaan di atas yang sama-sama mengandung teofilin dan
menggunakan metode penetapan kadar yang berbeda yaitu alkalimetri dan tityrasi
bebas air, dapat kita simpulkan bahwa data yang lebih akurat adalah data yang
menggunakan metode titrasi bebas air walaupun tidak masuk dalam range persyaratan
kadar yang ada. Hal ini membuktikan bahwa metode titrasi bebas air memiliki
keunggulan dari metode netralisasi.
BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa :
1. % kadar Teofilin dalam sampel Theobron eliksir, sebesar 187,32%.
2. % kadar Teofilin dalam sampel Theobron kapsul sebesar 106,34 %
VI.2 Saran
Sebaiknya untuk penyusunan laporan yang dihimpun juga dari
kelompok lain, data dan cara kerjanya ditulis pada papan tulis dan diberi sedikit
asistensi, supaya dapat memperkecil kesalahan dalam penulisan laporan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Tim Dosen, (2002), “Bahan Kuliah Farmakognosi”, UNHAS, Makassar
2. Day, R.A., (1993),”Analisis Kimia Kuantitatif”, Edisi IV, Erlangga, Jakarta,
283.
3. SIE Kesejahteraan HMF, (1982), “Card System dan Reaksi Warna”, ITB
Press”, Bandung
4. Ganiswarna, S.G., (1995), “Farmakologi dan Terapi”, FK-UI, Jakarta
5. Higuchi, T., (1965), “Pharmaceutical Analysis”, Interscene, Publishing, New
York, 114
6. Rahardja, Kirana, (1991), “Obat-obat Penting”, Edisi IV, DirJen POM,
DepKes RI, Jakarta
7. DirJen POM, (1979), “Farmakope Indonesia”, Edisi III, DepKes RI, Jakarta,
96
8. DirJen POM, (1995), “Farmakope Indonesia”, Edisi IV, DepKes RI, Jakarta
9. ISFI, (1998), “ISO Indonesia”, PT Anem Kosong Anem, Jakarta
10. Budavari, S., (1990), “The Merck Index”, Edisi II, The Merck Co., Inc.,
New Jersey, 432
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang
Antibiotika merupakan suatu zat kimia yang dihasilkan oleh
mikroorganisme yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat
pertumbuhan banyak bakteri yang merugikan bagi manusia. Lazimnya pembuatan
antibiotik dilakukan dengan jalan mikrobiologi.
Dalam analisis farmasi dilakukan penetapan kadar suatu senyawa dalam
suatu sediaan obat. Dalam hal ini lebih dikenal dengan analisa kuantitatif. Dalam
percobaan ini akan dilakukan penetapan kadar Kloramfenikol Salep Mata Generik
dan Kloramfenikol Tetes Mata. Percobaan ini dilakukan dengan metode kerja
yang berbeda. Yaitu metode titrasi bebas air untuk sampel Kloramfenikol Salep
Mata, dan metode nitritometri untuk sampel Kloramfenikol Tetes Mata.
Kedua metode di atas, merupakan metode dalam analisis farmasi yang
sangat penting untuk diketahui dan dipahami oleh seorang farmasis karena
bermanfaat untuk mengetahui kadar yang dikandung oleh suatu sediaan farmasi.
Sedangkan manfaat lainnya adalah sebagai “Quality Control” untuk sediaan yang
beredar di pasaran.
I.2 Maksud dan Tujuan
I.2.1 Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami cara penetapan kadar suatu senyawa
obat dalam suatu sediaan dengan menggunakan metode tertentu.
I.2.2 Tujuan Percobaan
1. Menentukan kadar Kloramfenikol dalam Kloramfenikol Salep Mata
Generik dengan menggunakan metode titrasi bebas air.
2. Menentukan kadar Kloramfenikol dalam sediaan Cendofenicol Tetes
Mata dengan menggunakan metode nitritometri.
I.3 Prinsip Percobaan
1. Penetapan kadar Kloramfenikol dalam sediaan Kloramfenikol Salep Mata
Generik dengan menggunakan metode titrasi bebas air dimana sampel
dilarutkan dalam pelarut organic asam asetat glacial dan dan raksa asetat yang
kemudian dititrasi dengan Asam perklorat 0,1 N dengan indikator Kristal
Violet yang titik akhir titrasinya ditandai dengan perubahan warna dari ungu
menjadi hijau kuning.
2. Penetapan kadar Kloramfenikol dalam sediaan Cendofenicol Tetes Mata
dengan menggunakan metode nitritometri berdasarkan pembentukan garam
diazonium dari gugus amin aromatis primer dengan asam nitrit yang diperoleh
dari reaksi antara NaNO2 dengan HCl pada suhu di bawah 150C dengan
menggunakan indikator Tropeolin OO dan Metilen Biru dengan perbandingan
5 : 3 dimana titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna larutan dari
ungu menjadi biru kehijauan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan mikroorganisme hidup
terutama fungi dan bakteri tanah, yang memiliki khasiat mematikan, atau
menghambat pertumbuhannya banyak bakteri dan beberapa virus besar,
sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil (1).
Antibiotik hanya digunakan pada orang yang beresiko tinggi dengan
daya tangkis rendah, seperti penderita bronchitis kronis, jantung, atau ginjal.
Beberapa antibiotik bekerja terhadap dinding sel atau membran sel. Yang
termasuk ke dalam kelompok antibiotik adalah kelompok penisilin, sefalosporin,
aminoglikosid, kloramfenikol dan tetrasiklin (2).
Banyak antibiotik seperti penisilin, meruipakan obat yang kurang toksik
karena obat tersebut mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme. Namun
antibiotik lain seperti kloramfenikol bersifat kurang spesifik dan dapat
mengancam kehidupan pada penderita infeksi karena potensinya menimbulkan
efek toksik yang serius (3).
Kloramfenikol diisolasi pertama kali pada tahun 1947 dari streptomyces
Venezuelae. Karena ternyata memiliki daya antimikroba yang kuat maka
penggunaan obat ini dapat menimbulkan anemia aplastik yang fatal.
Kloramfenikol merupakan kristal putih yang sukar larut dalam air dan rasanya
sangat pahit (4).
Rumus molekul kloramfenikol adalah sebagai berikut (4) :
OH CH2OH O
R- -C- C- N-C-CCl2
H H H H
R = NO2
Mekanisme kerja antibiotik adalah bekerja terhadap dinding sel
(penisilin) atau membran sel (kelompok polimiksin). Tetapi mekanisme kerja
terpenting adalah perintangan selektif metabolisme protein bakteri, sehingga
sintesis potein terhambat dan kuman musnah atau tidak berkembang lagi,
misalnya kloramfenikol, tetrasiklin, aminoglikosid dan makrolida (1).
Kloramfenikol umumnya bersifat bakteriostatik. Pada konsentrasi tinggi
kloramfenikol kadang-kadang bersifat bakterisid terhadap kuman-kuman
tertentu. Efek toksik kloramfenikol pada sel mamalia terutama terikat atau
terlihat pada system hemopoetik dan diduga berhubungan dengan mekanisme
kerja obat ini (4).
Titrasi bebas air adalah suatu titrasi yang tidak menggunakan air sebagai
pelarut, tetapi digunakan pelarut organic. Seperti diketahui dengan meggunakan
pelarut air, asam atau basa dapat dititrasi dengan basa atau dengan asam baku
yang lain, akan tetapi bila asam atu basa bersifat lemah, cara titrasi dalam
lingkungan berair ini tidak dapat dilakukan karena disamping sukar larut dalam
air, juga kurang reaktif dalam air (5).
Titrasi dalam lingkungan bebas air ini mempunyai keuntungan-
keuntungan seperti misalnya zat-zat yang tidak dapat larut dalam air terutama
basa-basa organic dapat dititrasi dengan pelarut dimana zat ini segera akan larut
(baik dengan menggunakan pelarut-pelarut proteolitis maupun pelarut-pelarut
yang tidak bersifat proteolitis) (5).
Reaksi diazotasi telah digunakan secar umum untuk penetapan gugusan
amino aromatis dalam industri zat warna, dan dapat dipakai untuk penetapan
sulfanilamide dan semua senyawa-senyawa yang mengandung gugusan aminio
aromatis yang bebas atau gugusan amino aromatis yang diperoleh dari hasil
hidrolisa dan reduksi, dasar dari diazotasi ini digunakan untuk penetapan kadar
obat-obatan (5).
II.2 Uraian Bahan
1. Kloramfenikol (6)
Nama Resmi : Chloramphenicolum
Sinonim : Kloramfenikol
RM / BM : C11H12Cl2N2O5 / 323,13
RB : OH H
-C-C-CH2OH
H NHCOCHCl2
O2N
Pemerian : Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang,
purih sampai putih kelabu atau putih kekuningan; tidak
berbau; rasa sangat pahit. Dalam larutan asam lemah
mantap.
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 400 bagian air, dalam 2,5
bagian etanol (95%)P dan dalam 7 bagian propilenglikol
P; sukar larut dalam kloroform P dan dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya
Kegunaan : Sebagai sampel
Khasiat : Antibiotikum
Syarat Kadar : Tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0%
dari jumlah yang tertera pada etiket.
2. Asam Klorida (6)
Nama Resmi : Acidum Hydrochloridum
Sinonim : Asam Klorida
RM /BM : HCl / 36,46
RB : H-Cl
Pemerian : Cairan; tidak berwarna; berasap, bau merangasng jika
diencerkan dengan 2 bagianair, asap dan bau lembab
hilang.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Pereaksi pembentuk HNO2
3. Kalium Bromida (6)
Nama Resmi : Kalii Bromidum
Sinonim : Kalium Bromida
RM / BM : KBr / 119,01
Pemerian : Hablur tidak berwarna, transparan atau buram atau
serbuk butir; tidak berbau; rasa asin dan agak pahit.
Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 1,6 bagian air dan dalam lebih
kurang 200 bagian etanol (90%)P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai katalisator
Khasiat : Sedativum
4. Natrium Nitrit ( 7)
Nama Resmi : Natrii Nitrit
Sinonim : Natrium Nitrit
RM /BM : NaNO2 /69,0
Pemerian : Hablur atau granul, tidak berwarna atau putih atau
kekuningan, merapuh.
Kelarutan : Larut dalam 1,5 bagian air, agak sukar larut dalam
etanol 95%
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai titran
5. Etanol (6)
Nama Resmi : Aethanolum
Sinonim : Etanol
Berat Molekul : 46,07
Rumus Molekul : C2H6O
Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih tidak berwarna, bau khas
dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah. Mudah
menguap walaupun pada suhu rendah dan mendidih
pada suhu 78o, mudah terbakar.
Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan
semua pelarut organik.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pelarut
6. Asam Asetat Glasial (7)
Nama Resmi : Acidum Aceticum Glaciale
Sinonim : Asam Asetat Glasial
RM/BM : CH3COOH / 60,05
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna; bau khas menusuk; rasa
asam jika diencerkan dengan air. Mendidih pada suhu
lebih kurang 1180. Bobot jenis lebih kurang 1,05
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan etanol dan dengan
gliserol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pelarut
7. Raksa Asetat (7)
Nama Resmi : Raksa (II) Asetat
Sinonim : Raksa (II) Asetat
RM /BM : Hg(C2H3O2)2 / 318,68
Pemerian : Serbuk hablur, putih
Kelarutan : Larut dalam air hangat; jika dididihkan terhidrolisa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pelarut
8. Kristal Violet (6)
Nama Resmi : Kristal Violet
Pemerian : Hablur berwarna hijau tua
Kelarutan : Sukar larut dalam air, sukar larut dalam etanol (95%)P
dan dalam asetat glacial P. Dalam larutan berwarna
lembayung tua
Kegunaan : Sebagai Indikator
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
9. Asam perklorat (6)
Nama Resmi : Acidum Perklorat
Sinonim : Asam perklorat
RM / BM : HClO4 / 100,46
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna
Kelarutan : Bercampur dengan air
Kegunaan : Sebagai titran pada metode titrasi bebas air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
10. Tropeolin OO (8)
Nama Resmi : Tropeolin OO
Sinonim : Orange N
RM /BM : C12H9N2NaO5S / 316,25
RB :
NaO2S- -N=N- -NH-
Pemerian : Serbuk abu-abu
Kelarutan : Larut dalam air, dengan warna merah kuning, larut
dalam alcohol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai indikator
8. Metil Biru (8)
Nama Resmi : Methilthioni Chloridum
Sinonim : Basic Blue
RM/BM : C16H18ClN3S.2H2O / 372,90
RB :
.H2O
(CH3)2N N(CH3)2Cl S
Pemerian : Serbuk mengkilap, seperti logam atau suram kehijauan
tua atau serbuk warna coklat, hampir tidak berbau,
higroskopis
Kelarutan : Larut dalam 40 bagian air, dalam 100 bagian etanol dan
450 bagian kloroform
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai indikator
II.3 Prosedur Kerja
- Menurut FI III : 144
Sejumlah salep mata yang ditimbang seksama setara dengan 10 mg
kloramfenikol, larutkan dalam 50 mL eter minyak tanah P, Sari berturut-turut
dengan 50 mL, 50 mL, 50 mL dan 30 mL air. Kumpulkan sari, encerkan
dengan air secukupnya hingga 200,0 mL, campur, saring, buang 20 mL filtrat
pertama. Encerkan 10,0 mL filtrat dengan air secukupnya hingga 50,0 mL.
Ukur serpan 1 cm larutan pada maksimum lebih kurang 278 nm
Hitung kadar, C11H12Cl2N2O5; A (1%, 1 cm) pada maksimu lebih kurang 278
nm adalah 298
- Analisa Kimia Kwantitatif Farmasi (Jeanny; 118)
Pindahkan 500 mg contoh yang ditimbang saksama ke dalam labu 250 mL,
tambahkan 20 mL asam klorida pekat dan 5 gram serbuk zink sedikit demi
sedikit, kemudian tambahkan lagi 10 mL asam klorida, setelah semua serbuk
zink larut, pindahkan larutan secara kuantitatif ke dalam gelas piala dan
dinginkan larutan dengan es, tambahkan 3 g kalium bromida dan titrasi secara
perlahan-lahan dengan larutan natrium nitrit baku 0,1M. Titrasi dianggap
selesai bila 3 menit setelah penambahan titran yang terakhir pada larutan masih
menimbulkan warna biru pada pasta kanji iodida.
Tiap mL NaNO2 0,1 N setara dengan 0,0323 g kloramfenikol.
- Menurut Identifikasi Obat : 141
Titrasi bebas air setelah dihidrolisis dulu, kira-kira 150 mg zat dilarutkan
dengan 2 mL etanol 90% lalu dittambahkan 5 mL HCl pekat. Larutan ini
diuapkan di penangas air sampai kering sisanya. Dikeringkan lagi pada 1050C
selama 15 menit, didinginkan kemudian dilarutkan dalam 10 mL asam asetat.
Sesudah ditambahkan 5 mL larutan raksa (II) asetat / 20 mL dioksan, larutan
dititrasi dengan 0,05 N asam perklorat (1/20 mmol) sampai timbul warna biru,
indikator 5 tetes larutan ungu kristal.
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat-alat yang digunakan
- Batang Pengaduk
- Buret 50,0 mL
- Cawan Porselen
- Erlenmeyer 250 mL
- Gegep Kayu
- Gelas Kimia 250 mL
- Gelas ukur 100,0 mL; 10,0 mL
- Pipet tetes
- Sendok tanduk
- Statif dan klem
- Timbangan analitik
III.1.2 Bahan-bahan yang digunakan
- Aluminium Foil
- Asam Asetat Glasial
- Asam Klorida
- Asam Perklorat 0,0901 N
- Cendofenicol Tetes mata
- Etanol 90%
- Kalium Bromida
- Kloramfenikol Salep Mata Generik
- Kristal Violet
- Metilen Biru
- Natrium Nitrit 0,1077 M
- Raksa (II) Asetat
- Tissue Roll
- Zink
III.2 Cara Kerja
- Penetapan kadar Kloramfenikol dalam Kloramfenikol Salep Mata Generik
a. Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan.
b. Salep mata kloramfenikol ditimbang sebanyak 2,5 g dengan timbangan
analitik sebanyak dua kali dengan menggunakan cawan porselen.
c. Salep mata dilebur dengan penambahan alcohol 90% dan ditutup dengan
aluminium foil dan dikocok-kocok.
d. Ditambahkan pula 5 mL HCl Pekat kemudian dipanaskan di atas penangas
air.
e. Bila telah melarut sempurna, sampel diturunkan dari penangas air
kemudian ditambahkan dengan asam asetat glacial sebanyak 10
mL.
f. Ditambah pula 5 mL raksa asetat dan dititrasi dengan Asam
perklorat 0,0901 N dengan indikator kristal violet 3 tetes.
g. Bila warna telah berubah dari ungu menjadi biru hijau titrasi
dihentikan.
h. Dicatat volume hasil titrasinya dan dihitung kadar sampel
tersebut.
- Penetapan kadar Kloramfenikol dalam sediaan Cendofenicol tetes mata
a. Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan
b. Dipipet 2 mL sampel dan ditambahkan dengan 10 mL HCl Pekat.
c. Ditambahkan pula 2,5 g zink. Bila sedikit larut ditambahkan lagi 5 mL HCl
Pekat.
d. Ditambahkan pula dengan kalium bromida sebanyak 1,5 g
e. Kemudian dititrasi dengan natrium nitrit 0,1077 M dengan penambahan
indikator campuran tropeolin OO dan metilen biru dengan perbandingan 5:3.
f. Jika larutan berubah dari ungu menjadi biru kehijauan, titrasi dihentikan.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1 Data Pengamatan
1. Kloramfenikol Salep Mata
Berat Sampel (g) Volume titrasi (mL) Perubahan warna
2,5 6 hijau hijau
2. Kloramfenikol pada Cendofenikol Tetes Mata
Volume sampel (mL) Volume titrasi (mL) Perubahan warna
2 2,2 Ungu Biru kehijauan
2 1,7 Ungu Biru Kehijauan
IV.2 Perhitungan
1. Penetapan kadar Kloramfenikol Salep Mata
.W = V x N x BE
= 6 x 0,0901 N x 323,13
= 174,68 mg
% kadar = W x 100%
Bs
= 174,68 x 100% = 698,73%
25
BAB V
PEMBAHASAN
Antibiotik merupakan suatu zat kimia yang dihasilkan oleh
mikroorganisme yang berkhasiat mengghambat atau bahkan mematikan bakteri yang
merugikan bagi manusia. Dalam percobaan ini, kita mau mencoba menentukan kadar
satu antibiotik yang mekanismenya menghambat sintesis protein sel mikroba yaitu
kloramfenikol.
Dan bentuk sediaan yang kita gunakan adalah Kloramfenikol salep mata
dan kloramfenikol tetes mata dimana kedua sampel tersebut dilakukan penetapan
kadarnya dengan metode yang berbeda. Yaitu untuk Kloramfenikol salep mata
digunakan metode titrasi bebas air, sedangkan untuk kloramfenikol tetes mata
digunakan metode nitritometri atau diazotasi.
Untu pengerjaan metode titrasi bebas air, mula-mula sampel ditimbang
kemudian dilebur dengan etanol 90% yang kemudian ditambahkan dengan HCl pekat
yang kemudian dipanaskan. Pemanasan tersebut ditujukan untuk mempermudah
meleburnya sampel. Kemudian ditambahkan dengan pelarut asam asetat glacial dan
raksa asetat.
Dalam metode titrasi ini menggunakan indikator kristal violet dimana pada
penambahan indikator ke dalam sampel beberapa tetes menimbulkan warna ungu
yang tidak stabil atau hilang saat pengocokan. Dan kemudian dititrasi dengan asam
perklorat.
Dari hasil yang diperoleh adalah tidak terjadinya perubahan warna.
Seharusnya perubahan warna tersebut adalah dari ungu menjadi hijau kuning. Dan
kadarnya diperoleh sebesar 698,73%. Penyimpangan tersebut terjadi mungkin
kesalahan dalam penimbangan bahan, peleburan sampel, pemanasan, penambahan
pelarut, pentitrasian ataupun factor kesalahan pada sampel yang direaksikan.
Sedangkan untuk metode titrasi diazotasi, pengerjaan sampel, mula-mula
ditambahkan dengan HCl Pekat. Kemudian zink dan dikocok hingga larut. Bila zink
sedikit larut ditambahkan lagi HCl Pekat hingga zink melarut sempurna. Kemudian
ditambahkan dengan katalisator KBr, dan dititrasi dengan NaNO2 0,1077 M.
Pada percobaan ini, pada prinsipnya kita mengubah gugus amin aromatis
yang dimiliki oleh kloramfenikol menjadi amin aromatis bebas yang direaksikan
dengan asam nitrit. Dimana asam nitrit ini diperoleh dengan cara mereaksikan
natrium itrit dengan suatu asam yaitu HCl.
Penggunaan indikator campuran yaitu Tropeolin OO dan metilen Biru
dengan perbandingan 5 : 3 adalah untuk mempermudah terlihatnya titik akhir titrasi.
Karena pada dasarnya indikator yang berperan hanyalah indikator tropeolin OO
dengan warna kuning muda. Warna tersebut tidak terlihat spesifik bila terjadi titik
akhir titrasi. Oleh karena itu digunakan indikator background atau indikator latar
metilen biru sehingga perpaduan warna yang ditunjukkan adalah berwarna ungu yang
pada saat titik akhir titrasi, warna berubah dari ungu menjadi biru hijau.
BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan, dapat disimpulkan bahwa kadar
Kloramfenikol dalam sediaan Kloramfenikol Salep Mata Generik sebesar
698,73%.
VI.2 Saran
-
DAFTAR PUSTAKA
1. Tan Hoan Tjay, (1991),”Obat-obat Penting”, Edisi Keempat, DirJen POM,
DepKes RI, Jakarta, 65
2. Rahardja, Kirana, (2002),”Obat-obat Penting”, Edisi Kelima, Penerbit PT
Gramedia, Jakarta.
3. Mycek, Mary J.,”Farmakologi Ulasan Bergambar”, Widya Medika, Jakarta
4. Ganiswarna, Sulistia G., (1995),”Farmakologi dan Terapi”, PT Gaya Baru,
Jakarta.
5. Wunas, Yeanny, ( ),”Analisa Kimia Farmasi Kwantitatif”, Lembaga
Penerbitan UNHAS, Makassar, 118
6. DirJen POM, (1979),”Farmakope Indanesia”, Edisi III, DepKes RI, Jakarta.
7. DirJen POM, (1995),”Farmakope Indonesia”,Edisi IV, DepKes RI, Jakarta
8. Budavari, S., (1989),”The Merck Index an Encyclopedia of Drugs
Biological”, Merck an Co., Rahway, USA,1211