Acc

9
Diskusi: 1. Mengapa auditor tetap mengirimkan surat konfirmasi ke bank walaupun akun klien telah ditutup? Apakah konfirmasi bank merupakan jenis bukti audit yang sangat dibutuhkan? Auditor tetap mengirimkan surat konfirmasi ke bank walaupun akun klien telah ditutup adalah untuk memastikan apakah benar akun klien benar telah ditutup atau tidak. Selain itu, pentingnya konfirmasi bank dalam audit lebih dari sekedar verifikasi saldo kas aktual. Bank mengkonfirmasi informasi pinjaman dan saldo bank dalm formulir yang sama. Informasi pada wesel bayar pada bank, hipotek, dan utang lainnya biasanya memasukkan jumlah dan tanggal pinjaman, tanggal jatuh tempo pinjaman, tingkat bunga, dan adanya jaminan. Setelah auditor menerima konfirmasi bank secara lengkap, saldo dalam akun bank yang dikonfirmasi oleh bank harus ditelusuri ke saldo yang disebutkan dalam konfirmasi bank. Sama halnya dengan informasi lain, dalam konfirmasi, juga harus ditelusuri ke skedul audit lainnya. Jika konfirmasi bank tidak sesuai dengan skedul audit, maka auditor harus memeriksa selisihnya. Konfirmasi dilaksanakan untuk memperoleh bukti dari pihak ketiga mengenai asersi laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen. SA Seksi 326 [PSA No. 07] Bukti Audit menyatakan bahwa, pada umumnya, dianggap bahwa "Bukti audit yang diperoleh dari sumber independen di luar entitas memberikan keyakinan yang lebih besar atas keandalan untuk tujuan audit independen dibandingkan dengan bukti audit yang disediakan hanya dari dalam entitas tersebut. Konfirmasi

description

ghfghf

Transcript of Acc

Page 1: Acc

Diskusi:

1. Mengapa auditor tetap mengirimkan surat konfirmasi ke bank walaupun akun klien

telah ditutup? Apakah konfirmasi bank merupakan jenis bukti audit yang sangat

dibutuhkan? Auditor tetap mengirimkan surat konfirmasi ke bank walaupun akun klien

telah ditutup adalah untuk memastikan apakah benar akun klien benar telah ditutup atau

tidak. Selain itu, pentingnya konfirmasi bank dalam audit lebih dari sekedar verifikasi

saldo kas aktual. Bank mengkonfirmasi informasi pinjaman dan saldo bank dalm formulir

yang sama. Informasi pada wesel bayar pada bank, hipotek, dan utang lainnya biasanya

memasukkan jumlah dan tanggal pinjaman, tanggal jatuh tempo pinjaman, tingkat bunga,

dan adanya jaminan. Setelah auditor menerima konfirmasi bank secara lengkap, saldo

dalam akun bank yang dikonfirmasi oleh bank harus ditelusuri ke saldo yang disebutkan

dalam konfirmasi bank. Sama halnya dengan informasi lain, dalam konfirmasi, juga harus

ditelusuri ke skedul audit lainnya. Jika konfirmasi bank tidak sesuai dengan skedul audit,

maka auditor harus memeriksa selisihnya.

Konfirmasi dilaksanakan untuk memperoleh bukti dari pihak ketiga mengenai asersi

laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen. SA Seksi 326 [PSA No. 07] Bukti Audit

menyatakan bahwa, pada umumnya, dianggap bahwa "Bukti audit yang diperoleh dari

sumber independen di luar entitas memberikan keyakinan yang lebih besar atas keandalan

untuk tujuan audit independen dibandingkan dengan bukti audit yang disediakan hanya

dari dalam entitas tersebut. Konfirmasi bank merupakan jenis bukti audit yang sangat

dibutuhkan. Hal ini berdasarkan unsur Independence of Provider.

2. Dalam proses audit, seringkali dalam akun kas terjadi kejadian-kejadian setelah

tanggal neraca (subsequent event) sehingga menjadi hal yang juga perlu

diperhatikan. Sebutkan macam-macam subsequent event dan bagaimana dampaknya

pada proses audit? Subsequent events adalah suatu peristiwa atau transaksi yang terjadi

setelah tanggal neraca tetapi sebelum diterbitkannya laporan audit. Hal ini mempunyai

akibat yang material terhadap laporan keuangan, sehingga memerlukan penyesuaian atau

pengungkapan dalam laporan tersebut Menurut PSA No.46 terdapat dua jenis subsequent

events, diantaranya:

Peristiwa yang memberikan tambahan bukti yang berhubungan dengan kondisi yang

ada pada tanggal neraca, dan berdampak terhadap taksiran yang melekat dalam proses

penyusunan laporan keuangan.

Page 2: Acc

Peristiwa yang menyediakan tambahan bukti yang berhubungan dengan kondisi yang

tidak ada pada tanggal neraca, namun kondisi tersebut ada sesudah tanggal neraca.

Subsequent Event yang harus diaudit, yaitu:

Subsequent Collection: Penagihan sesudah tanggal neraca sampai mendekati selesainya

pekerjaan lapangan (audit field work), dan dilaksanakan dalam audit piutang dan

barang dalam perjalanan.

Subsequent Payment: Pembayaran sesudah tanggal neraca sampai mendekati selesainya

audit field work, dan dilaksanakan dalam audit hutang dan biaya yang masih harus

dibayar.

Dampak subsequent events pada laporan keuangan :

1. Berpengaruh langsung dan memerlukan penyesuaian. Contoh : Pengumuman pailit

pelanggan klien, penyelesaian perkara hukum dengan jumlah yang berbeda dari

jumlah yang dicatat dalam buku, pengafkiran peralatan yang tidak digunakan dalam

operasi pada harga di bawah nilai buku saat ini, dan penjualan investasi pada harga di

bawah harga perolehan yang dicatat.

2. Tidak memerlukan penyesuaian tetapi dianjurkan untuk diungkapkan. Contoh :

Penurunan harga pasar surat berharga yang dimiliki klien sebagai investasi sementara,

penerbitan obligasi atau saham, penyelesaian perkara pengadilan yang peristiwa

penyebabnya terjadis etelah tanggal neraca, penurunan nilai pasar sediaan sebagai

akibat larangan pemerintah penjualan suatu produk, dan kerugian akibat terbakarnya

sediaan yang tidak diasuransikan.

Hal ini mungkin membutuhkan penyajian laporan proforma, biasanya hanya neraca

proforma, dalam bentuk kolom yang disajikan bersamaan dengan laporan keuangan

historis. Lihat SAT Seksi 300 [PSAT No. 03] Pelaporan Informasi Keuangan Proforma.

Sumber: PSA no. 46 (SA Seksi 560)

Prosedur Audit pada Subsequent Events, yakni:

1. Periksa pengeluaran dan penerimaan kas sesudah tanggal neraca, sampai mendekati

tanggal selesainya audit field work.

2. Periksa bukti pengeluaran dan penerimaan barang sesudah tanggal neraca, sampai

mendekati tanggal selesainya audit field work.

3. Periksa cut-off pembelian dan penjualan.

4. Review laporan keuangan interim untuk periode sesudah tanggal neraca.

Page 3: Acc

5. Meminta copy notulen rapat direksi, dewan komisaris, pemegang saham, periksa

apakah ada commitment dari perusahaan yang baru dipenuhi pada periode sesudah

tanggal neraca.

6. Lakukan tanya jawab dengan pejabat perusahaan yang berwenang, mengenai:

Ada/tidaknya contingent liabilities.

Ada/tidaknya perubahan dalam modal saham, kewajiban jangka panjang atau

kredit modal kerja dalam periode sesudah tanggal neraca.

Ada/tidaknya kejadian penting sesudah tanggal neraca yang memerlukan

adjustment terhadap laporan keuangan atau penjelasan catatan laporan keuangan.

7. Kirim konfirmasi ke penasihat hukum perusahaan.

8. Analisa perkiraan profesional fees.

9. Dapatkan surat pernyataan langganan (client representation letter).

Prosedur audit untuk penelaahan peristiwa kemudian dibagi menjadi dua kategori, yaitu:

1. Prosedur yang dipadukan sebagai bagian dari verifikasi saldo akun akhir tahun

- Pengujian pisah batas (cut off) dan penilaian yang dilakukan sebagai bagian dari

pengujian terinci atas saldo.

- Banyak pengujian peristiwa kemudian dilaksanakan sebagai bagian dari verifikasi

saldo akun.

Prosedur auditnya bersifat normal untuk membandingkan harga pembelian persediaan

periode berikutnya dengan harga perolehan yang dibukukan à pengujian atas

penilaian mana yang lebih rendah antara harga perolehan atau harga pasar

2. Pengujian kedua dilaksanakan secara khusus dengan tujuan mendapatkan informasi

yang harus dimasukan ke dalam saldo akun tahun berjalan, atau diungkapkan dengan

catatan kaki.

- Permintaan keterangan ke manajemen mengenai peristiwa kemudian à dilakukan

oleh pegawai klien yang tepat agar didapat jawaban yang bermanfaat.

- Korespondensi dengan pengacara à sebagai bagian dari penelitian atas kewajiban

bersyarat.

- Menelaah laporan intern yang disiapkan setelah tanggal neraca.

- Menelaah catatan pembukuan yang disiapkan setelah tanggal neraca.

- Memeriksa notulen yang diterbitkan setelah tanggal neraca.

- Mendapatkan surat representasi.

Page 4: Acc

3. Di setiap proses pengauditan, seringkali auditor menjadikan akun kas sebagai salah

satu titik tekan utama pemeriksaan. Jelaskan mengapa demikian? Kas adalah satu-

satunya akun yang termasuk dalam beberapa siklus. Kas merupakan bagian dari setiap

siklus kecuali persediaan dan pergudangan. Audit saldo kas merupakan bidang audit yang

terakhir dipelajari karena bukti yang diakumulasikan untuk saldo kas tergantung pada hasil

pengujian didalam siklus ini. Pada umumnya pengendalian intern yang diterapkan oleh

perusahaan terhadap kas sangat ketat, karena jenis aktiva ini mudah sekali digelapkan, dan

merupakan jenis aktiva yang umumnya menjadi incaran penyelewengan. Oleh karena itu,

kas memang sangat penting dikarenakan adanya potensi terjadinya kecurangan dan juga

terdapat kemungkinan kesalahan. Beberapa latar belakang yang mendasari diadakannya

audit terhadap kas, antara lain:

Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan

kas.

Membuktikan asersi keberadaan kas dan asersi keterjadian transaksi yang berkaitan

dengan kas.

Membuktikan asersi kelengkapan kas yang dicantumkan di neraca.

Membuktikan asersi hak kepemilikan perusahaan atas kas yang dicantumkan dineraca.

Membuktikan asersi penilaian kas yang dicantumkan di neraca.

Membuktikan asersi penyajian dan pengungkapan kas dineraca.

4. Jika dalam proses audit, auditor menemukan bahwa perusahaan mengalami

kesulitan dalam memberi keyakinan mengenai kelangsungan hidup perusahaannya

di masa yang akan datang (going concern), bagaimanakah sikap auditor seharusnya

dalam menghadapi kejadian ini? Dan apakah dampaknya pada proses audit hingga

laporan audit?Apabila auditor merasa kesulitan dengan pemberian opini terhadap

masalah non going concern pada perusahaan maka auditor seharusnya menyajikan

keadaan non going concern di lembar opini melalui management letter. PSA 29 paragraf

11 huruf d menyatakan bahwa keragu-raguan yang besar tentang kemampuan satuan

usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern) merupakan

keadaan yang mengharuskan auditor menambahkan paragraf penjelasan (atau bahasa

penjelas lain) dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar Tanpa

Pengecualian (Unqualified Opinion), yang dinyatakan oleh auditor. PSA No. 30 dan SA

Page 5: Acc

Seksi 341 memberikan pedoman kepada auditor tentang dampak kemampuan satuan usaha

dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya terhadap opini auditor.

Auditor mempertimbangkan barang-barang seperti tren negatif dalam hasil operasi, kredit

macet, penolakan kredit perdagangan dari pemasok ekonomis komitmen jangka panjang,

dan proses hukum dalam memutuskan jika ada keraguan substansiol atas kemampuan

entitas untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.

Jika auditor yakin ada keraguan substansial tentang kemampuan perusahaan untuk

melanjutkan kelangsungan hidup untuk jangka waktu yang wajar, ia harus memperoleh

informasi tentang rencana manajemen yang dimaksudkan untuk mengurangi dampak dari

kondisi atau peristowa dan menilai kemungkinan bahwa rencana tersebut dapat

dilaksanakan secara efektif. Perusahaan dikatakan memenuhi standar going concern

apabila didalam laporan keuangan untuk pencatatan aset dan kewajiban adalah tepat atas

dasar bahwa perusahaan akan dapat merealisasikan aktiva dan kewajiban dalam kegiatan

usaha normal. Auditor didalam memberikan opini going concern harus

mempertimbangkan atas kondisi / peristiwa keungan yang ada.

Apabila auditor dalam mengevaluasi ada keraguan substansial dan hal tersebut

sudah dipertimbangkan dengan rencana manajemen, maka ia harus

mempertimbangkan menyimpulkan bahwa ketidakpastian yang signifikan

mengenai kemampuan entitas untuk going concern terjadi untuk jangka waktu

yang wajar dari sisa-sisa waktu, kecukupan pengungkapan tentang

ketidakmampuan kemungkina perusahaan untuk going concern. Di dalam laporan

audit termasuk Paragraf Penjelasan (setelah paragraf pendapat) untuk

mencerminkan kesimpulannya.

Kesimpulan auditor tentang kemampuan entitas untuk melanjutkan kelangsungan hidup

harus diekspresikan melalui penggunaan frase "ketidakpastian yang signifikan mengenai

kemampuannya (entitas) untuk melanjutkan kelangsungan hidup" [atau kata-kata serupa

yang terdiri atas persyaratan substansial keraguan dan kekhawatiran akan] seperti yang

digambarkan dalam ayat .13. [Seperti diubah, efektif untuk laporan yang dikeluarkan

setelah tanggal 31 Desember 1990, dengan Pernyataan Standar Auditing No 64.]