Abses Leher Dalam

35
Abses Leher Dalam

description

abses

Transcript of Abses Leher Dalam

Abses Leher Dalam

Abses Leher Dalam

• Nyeri tenggorok dan demam disertai dengan terbatasnya gerakan membuka mulut dan leher

harus dicurigai kemungkinan disebabkan oleh abses leher dalam

• Terbentuk di dalam ruang potensial di antara fasia leher dalam sebagai akibat penjalaran

infeksi dari berbagai sumber

– Gigi

– Mulut

– Tenggorok

– Sinus paranasal

– Telinga tengah

– Leher

Abses leher dalam

• Kuman Penyebab:

– Golongan Streptococcus, Staphylococcus, kiman anaerob Bacterioides atau

kuman campuran

• Gejala dan tanda:

– Nyeri

– Pembengkakkan pada ruang leher dalam yang terlibat

• Abses leher dapat berupa abses peritonsil, abses retrofaring, abses

parafaring, abses submandibula dan angina ludovici (Ludwig's angina).

Abses Peritonsil (Quinsy)

• Etiologi– Komplikasi dari tonsilitis akit atau infeksi yang

bersumber dari kelenjar mukus weber di kutub atas tonsil

– Kuman penyebab biasanya sama dengan penyebab tonsilitis dan dapat aerob maupun anaerob

• • .

Abses Peritonsil (Quinsy)

• Patogenesis

– Daerah superior dan lateral fossa tonsilaris

merupakan jaringan ikat longgar, oleh karena itu

infiltrasi supurasi ke ruang potensial pritonsil

tersering menempati daerah ini, sehingga tampak

palatum mole membengkak.

Abses Peritonsil (Quinsy)

• Pada stadium permulaan (stadium infiltrat), selain

pembengkakan tampak permukaannya hiperemis. Bila proses

berlanjut, terjadi supurasi sehingga daerah tersebut lebih

lunak. Pembengkakan peritonsil akan mendorong tonsil dan

uvula ke arah kontralateral. Bila proses berlanjut terus,

peradangan jaringan di sekitarnya akan menyebabkan iritasi

pada M. Pterygoideus interna, sehingga timbul trismus. Abses

dapat pecah spontan, mungkin dapat terjadi aspirasi ke paru.

Abses Peritonsil (Quinsy)

• Gejala dan tanda

– Menyerupai tonsilitis akut

– Odinofagia (nyeri menelan)

– Otalgia (nyeri telinga) pada sisi yang sama

– Regurgitasi/muntah

– Mulut berbau

– Hipersalivasi

– Suara gumam/Hot Potato Voice

– Trismus (kesulitan membuka mulut)

– Pembengkakan kelenjar submandibula dan nyeri tekan

Pemeriksaan

• Pemeriksaan kadang sulit dilakukan karena adanya trismus

• Palatum mole tampak bengkak dan menonjl ke depan, dapat teraba fluktuasi

• Uvula bengkak dan terdorong ke arah kontralateral

• Tonsil bengkak, hiperemis, mungkin banyak detritus dan terdorong ke arah tengah, depan dan bawah

Terapi

• Stadium infiltrasi antibiotik gol. Penisilin atau klindamisin dan obat simtomatik, kumur dengan cairan hangat dan kompres dngin pada leher

• Bila telah terbentuk abses pungsi daerah abses, insisi drainase.

Terapi

• Lokai insisi pada daerah yang paling menonjol dan lunak, atau pada pertengahan garis yang menghubungkan uvula dengan geraham atas terakhir pada sisi yang sakit

• Dianjurkan untuk tonsilektomi– Bersamaan dengan drainase tonsilektomi “a’chaud”– 3-4 hari setelah drainase tonsilektomi “a’ tiede”– 4-6 minggu setelah drainase tonsilektomi “a’froid”

– Pada umumyna tonsilektomi dilakukan sesudah infeksi tenang ( 2-3 minggu setelah drainse)

Komplikasi

• Abses pecah spontan perdarahan, aspirasi paru/piema

• Penjalaran infeksi dan abses ke daerah parafaring abses parafaring. Penjalaran selanjutnya dapat ke mediastinum mediastinitis

• Bila terjadi penjalaran ke daerah intrakranaltrombus sinus kavernosus meningitis dan abses otak

Abses Retrofaring

• Biasanya ditemukan pada anak di bawah 5 tahun pada usia tersebut ruang retrofaring masih berisi kelenjar limfa (masing-masing 2-5 buah pada sisi kanan dan kiri).

Etiologi

• Infeksi saluran nafas yang mengakibatkan limfadenitis retrofaring

• Trauma dinding belakang faring oleh benda asing (tulang ikan, tindakan medis seperti adenoidektomi, intubasi endotrakea, endoskopi.)

• Tuberkulosis vertebra servikalis bagian atas/abses dingin

Gejala dan Tanda

• Gejala utama: nyeri dan sulit menelan.• Anak rewel dan menolak makan/ minum• Demam• Leher kaku dan nyeri• Sesak nafas karena sumbatan jalan nafas• Stridor• Tampak benjolan pada dinding belakang faring,

biasanya unilateral• Mukosa tampak bengkak dan hiperemis

Diagnosis

• Ditegakkan berdasarkan– riwayat infeksi saluran nafas bagian atas– Trauma– gejala dan tanda klinis – pemeriksaan penunjang foto rntgen jaringan

lunak leher lateral tampak pelebaran ruang retrofaring > 7mm pada anak dan dewasa serta pelebaran retrotrakeal >14 mm pada anak dan >22 mm pada dewasa, serta berkurangnya lordosis vertebra servikal

Diagnosis banding

• Adenoiditis• Tumor• Aneurisma aorta

Terapi

• Medikamentosa– Antibiotik dosis tinggi secara parenteral

• Bedah– Pungsi dan insisi abses melalui laringoskopi

langsung dalam posisi pasien berbaring Trendelnburg

Komplikasi

• Penjalaran ke ruang parafaring, ruang vaskuler visera

• Mediastinitis• Obstruksi jalan nafas sampai asfiksia• Bila pecah spontan dapat terjadi pneumonia

aspirasi dan abses paru

Abses parafaring

• Etiologi– Langsung tusukan jarum saat tonsilektomi ujung

jarum terkontaminasi kuman menembus lapisan otot tipis (M. konstriktor faring superior) yang memisahkan ruang parafaring dan fosa tonsilaris

– Proses supurasi kelenjar limfa leher bagian dala, gigi, tonsil, faring, hidung, sinus paranasal, mastoid dan vertebra servikal dapat merupakan sumber infeksi untuk terjadinya abses paraaring

– Penjalaran infeksi dari ruang peritonsil,retrofaring atau submandibula.

Gejala dan Tanda

• Trismus• Indurasi/pembengkakkan di sekitar angulus

mandibula• Demam tinggi• Pembengkakkan dinding lateral faring

sehingga menonjol ke arah medial

Komplikasi

• Proses peradangan dapat menjalar secara hematogen limfogen maupun langsung ke daerah sekitarnya peradangan intrakranial, peradangan mediastinum

• Kerusakan dinding pembuluh darah bila terjadi nekrosis pembuluh darah karotis ruptur perdarahan

• Bila terjadi periflebitis atau endoflebitis tromboflebitis dan septikemia

Terapi

• Antibiotik dosis tinggi secara parenteral• Evakuasi abses segera dilakukan jika tidak ada

perbaikan dengan antibiotik dalam 24-48 jam eksplorasi dan narkosis melalui insisi dari luar dan intraoral.

Abses submandibula

• Etiologi– Infeksi dapat bersumber dari gigi, dasar mulut,

faring, kelenjar liur atau kelenjar limfa submandibula.

– Kuman penyebabnya biasanya merupakan campuran aerob dan anaerob

Gejala dan tanda

• Demam• Nyeri leher• Pembengkakkan di bawah mandibula atau di

bawah lidah• Trismus

Terapi

• Antibiotik dosis tinggi terhadap kuman aerob dan aerob diberikan secara parenteral

• Evakuasi abses dpat dilakukan dengan anestesi lokal untuk abses yang dangkal dan terlokalisir

• Eksplorasi dalam narkosis bila letak abses dalam dan luas

• Insisi dibuat pada tempat yang paling berfluktuasi atau stinggi os hioid, tergantung pada luas dan letak abses

• Pasien biasanya perlu rawat inap 1-2 hari hingga gejala dan tanda infeksi mereda

Angina Ludovici

• Angina ludovici merupakan infeksi ruang submandibula berupa selulitis dengan tanda khas berupa pembengkakkan seluruh ruang submandibuka, tidak membentuk abses sehingga keras pada perabaan submandibula.

Etiologi

• Sumber infeksi seringkali berasal dati gigi atau dasar mulut, dapat disebabkan oleh kuman aerob maupin anaerob

Gejala dan tanda

• Nyeri tenggorok dan leher• Pembengkakkan area submandibula yang

tampaknhiperemis dan keras saat perabaan• Dasar mulut membengkak,dapat mendorong lidah

ke atas dan ke belakang mengakibatkan sesak nafas

• Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat sakit gigi, mengorek atau cabut gigi, gejala dan tanda klinis.

Terapi

• Antibiotik dosis tinggi untuk kuman aerob dan anaerob secara parenteral.

• Eksplorasi dengan tujuan dekompresi dan evakusai pus bila ada (pada angina ludovici jarang ditemukan pus) ataubjaringan nekrosis.

• Insisi dilakukan di garis tengah secara horizontal srtinggi os hioid (3-4 jari di bawah mandibula). Perlu dilakukan pengobatan terhadap sumber infeksi untuk mencegah kekambuhan.

• Pasien perlu dirawat inap hingga infeksi mereda

Komplikasi

• Sumbatan jalan nafas• Penjalaran abses ke ruang leher dalam lain

dan mediastinum• Sepsis

Soal

• Pasien anak berusia 4 tahun datang dengan keluhan nyeri saat menelan. Anak tampak rewel dan demam. Pasien memiliki riwayat ISPA 2 minggu sebelumnya yang sembuh sendiri tanpa dibawa berobat. Diagnosis yang paling dicurigai ialah– A. abses retrofaring– B. abses peritonsilar– C. tuberkulosis– D. tonsilitis akut

Soal

• Pasien berusia 19 tahun datang dengan keluhan nyeri menelan dan perubahan suara sejak 3 hari yang lalu. pada pemeriksaan ditemukan pasien kesulitan membuka mulut karena nyeri, palatum mole dan tonsil membengkak dan tampak uvula terdorong ke sisi kontralateral. Tindakan selanjutnya yang disarankan ialah– A. observasi– B. pemberian antibiotik– C. kumur dan kompres dingin pada area leher– D. insisi drainase diikuti tonsilektomi