ablasio retina

19
1 BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penyakit pada retina merupakan penyebab terbesar penurunan penglihatan pada negara barat tetapi mungkin lebih jarang pada negara berkembang dimana kehilangan penglihatan disebabkan oleh penyebab yang dapat dicegah seperti katarak dan sikatrik pada mata. Namun, survey berbasis populasi yang dilakukan di India menunjukkan bahwa penyakit pada retina merupakan penyebab utama dari kebutaan dengan presentase signifikan (12,7%) dari populasi yang diteliti. Di Amerika Serikat dan Eropa, insidensi tahunan untuk penyakit retina atau ablasio retina antara 6 sampai 12 per 100.000 populasi per tahun telah dilaporkan. Survey berbasis populasi pada insidensi ablasio retina di negara berkembang masih jarangdan sedikit yang diketahui mengenai insidensi ablasio retina di Afrika. Sejalan dengan meningkatnya jumlah ekstraksi katarak yang dilakukan saat ini, hal inimenjelaskan bahwa ablasio retina pseudofaki juga akan meningkat. Akibatnya, di negara berkembang seperti Ethiopia, dimana masih kurangnya fasilitas operasi yang optimal dan sedikitnya ahli bedah vitreoretinal, kebutaan karena penyakit retina seperti ablasio retina, retinopati diabetik dan degenerasi makular terkait usia akan meningkat, kecuali di desainstrategi untuk meningkatkan jumlah dan memperbaiki set-up dari fasilitas yang ada dan juga meningkatkan jumlah profesional terlatih dalam bidang retina. Walaupun sejumlah besar pasien dengan ablasio retina telah tampak setiap tahun difasilitas perawatan mata yang ada, namun tidak ada survey berbasis populasi atau penelitian oleh rumah sakit yang dilakukan untuk mengetahui prevalensi dan mengidentifikasi penyebab dan faktor resiko dari ablasio retina pada pasien di Ethiopia. Oleh karena itu kemampuan dalam mendiagnosis ablasio retina secara tepat dan akurat haruslah di miliki terutama oleh tenaga kesehatan. Berdasarkan latar belakang diatas maka kami menyajikan makalah tentang Diagnosis dan Penatalaksanaan dari ablasio retina. 1.2 Rumusan Masalah a. Apa pengertian ablasio Retina? b. Apa etiologi ablasio Retina?

Transcript of ablasio retina

Page 1: ablasio retina

1

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Penyakit pada retina merupakan penyebab terbesar penurunan penglihatan pada

negara barat tetapi mungkin lebih jarang pada negara berkembang dimana kehilangan

penglihatan disebabkan oleh penyebab yang dapat dicegah seperti katarak dan sikatrik

pada mata. Namun, survey berbasis populasi yang dilakukan di India menunjukkan bahwa

penyakit pada retina merupakan penyebab utama dari kebutaan dengan presentase

signifikan (12,7%) dari populasi yang diteliti. Di Amerika Serikat dan Eropa, insidensi

tahunan untuk penyakit retina atau ablasio retina antara 6 sampai 12 per 100.000 populasi

per tahun telah dilaporkan. Survey berbasis populasi pada insidensi ablasio retina di

negara berkembang masih jarangdan sedikit yang diketahui mengenai insidensi ablasio

retina di Afrika.

Sejalan dengan meningkatnya jumlah ekstraksi katarak yang dilakukan saat ini,

hal inimenjelaskan bahwa ablasio retina pseudofaki juga akan meningkat. Akibatnya, di

negara berkembang seperti Ethiopia, dimana masih kurangnya fasilitas operasi yang

optimal dan sedikitnya ahli bedah vitreoretinal, kebutaan karena penyakit retina seperti

ablasio retina, retinopati diabetik dan degenerasi makular terkait usia akan meningkat,

kecuali di desainstrategi untuk meningkatkan jumlah dan memperbaiki set-up dari

fasilitas yang ada dan juga meningkatkan jumlah profesional terlatih dalam bidang retina.

Walaupun sejumlah besar pasien dengan ablasio retina telah tampak setiap tahun

difasilitas perawatan mata yang ada, namun tidak ada survey berbasis populasi atau

penelitian oleh rumah sakit yang dilakukan untuk mengetahui prevalensi dan

mengidentifikasi penyebab dan faktor resiko dari ablasio retina pada pasien di Ethiopia.

Oleh karena itu kemampuan dalam mendiagnosis ablasio retina secara tepat dan

akurat haruslah di miliki terutama oleh tenaga kesehatan. Berdasarkan latar belakang

diatas maka kami menyajikan makalah tentang Diagnosis dan Penatalaksanaan dari

ablasio retina.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa pengertian ablasio Retina?

b. Apa etiologi ablasio Retina?

Page 2: ablasio retina

2

c. Apa manifestasi ablasio Retina?

d. Bagaimana patofisiologi Retina?

e. Bagaimana pemeriksaan penunjang ablasio Retina?

f. Bagaimana penatalaksanaan ablasio Retina?

g. Bagaimana askep ablasio Retina?

1.3 Tujuan

a. Tujuan Umum

Setelah dilakukan seminar diharapkan mahasiswa memahami tentang asuhan

keperawatan ablasio Retina.

b. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah dilakukan seminar mahasiswa memahami tentang :

a. Untuk mengetahui pengertian ablasio Retina?

b. Untuk mengetahui etiologi ablasio Retina?

c. Untuk mengetahui manifestasi ablasio Retina?

d. Untuk mengetahui patofisiologi Retina?

e. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang ablasio Retina?

f. Untuk mengetahui penatalaksanaan ablasio Retina?

g. Untuk mengetahui askep ablasio Retina?

Page 3: ablasio retina

3

BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1 Definisi

Ablasio retina terjadi bila ada pemisahan retina neurosensori dari lapisan epitel

berpigmen retina dibawahnya karena retina neurosensori, bagian retina yang

mengandung batang dan kerucut, terkelupas dari epitel berpigmen pemberi nutrisi, maka

sel fotosensitif ini tak mampu melakukan aktivitas fungsi visualnya dan berakibat

hilangnya penglihatan (C. Smelzer, Suzanne, 2002).

Ablasi retina adalah suatu keadaan terpisahnya lapisan sensoris retina dari lapisan

epitel pigmen retina.(Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1).

Ablasio Retina adalah pelepasan retina dari lapisan epitelium neurosensoris retina

dan lapisan epitelia pigmen retina (Donna D. Ignativicius, 1991).

Ablatio Retina juga diartikan sebagai terpisahnya khoroid di daerah posterior mata

yang disebabkan oleh lubang pada retina, sehingga mengakibatkan kebocoran cairan,

sehingga antara koroid dan retina kekurangan cairan (Barbara L. Christensen 1991).

Klasifikasi

Ablatio Retina dapat diklasifikasikan secara alamiah menurut cara terbentuknya:

1) Ablatio Rhegmatogen terjadi setelah terbentuknya tulang atau robekan dalam retina

yang menembus sampai badan mata masuk ke ruang sub retina, apabila cairan

terkumpul sudah cukup banyak dapat menyebabkan retina terlepas.

Page 4: ablasio retina

4

2) Ablatio oleh karena tarikan, terjadi saat retina mendorong ke luar dari lapisan epitel

oleh ikatan atau sambungan jaringan fibrosa dalam badan kaca.

3) Ablatio eksudatif, terjadi karena penumpukan cairan dalam ruang retina akibat proses

peradangan, gabungan dari penyakit sistemik atau oleh tumor intraocular, jika cairan

tetap berkumpul, lapisan sensoris akan terlepas dari lapisan epitel pigmen.

2.2 Anatomi dan Fisiologi

Retina atau selaput jala, merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang

menerima rangsangan cahaya. Retina berbatas dengan koroid dengan sel pigmen epitel

retina, dan terdiri atas lapisan:

1) Lapis fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang yang

mempunyai bentuk ramping, dan sel kerucut.

2) Membran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi.

3) Lapis nucleus luar, merupakan susunan lapis nucleus sel kerucut dan batang.

Ketiga lapis di atas avaskular dan mendapat metabolisme dari kapiler koroid.

4) Lapis pleksiform luar, merupakan lapis aselular dan merupakan tempat sinapsis sel

fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal.

5) Lapis nucleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel Muller

Lapis ini mendapat metabolisme dari arteri retina sentral.

6) Lapis pleksiform dalam, merupakan lapis aselular, merupakan tempat sinaps sel

bipolar , sel amakrin dengan sel ganglion.

7) Lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua.

8) Lapis serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju ke arah saraf

optik. Di dalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh darah retina.

Page 5: ablasio retina

5

9) Membran limitan interna, merupakan membran hialin antara retina dan badan

kaca.

Warna retina biasanya jingga dan kadang-kadang pucat pada anemia dan merah

pada hiperemia. Makula adalah pusat dari retina dan merupakan bagian yang paling vital

dari retina. Makula merupakan bagian dari retina yang memungkinkan mata melihat detil-

detil halus pada pusat lapang pandang. Pembuluh darah di dalam retina merupakan

cabang arteri oftalmika, arteri retina sentral masuk retina melalui papil saraf optik yang

akan memberikan nutrisi pada retina dalam. Lapisan luar retina atau sel kerucut dan

batang mendapat nutrisi dari koroid.

2.3 Etiologi

Retina merupakan selaput transparan di bagian belakang mata yang mengolah

bayangan yang difokuskan di retina oleh kornea dan lensa. Ablasio retina seringkali

dihubungkan dengan adanya robekan atau lubang pada retina, sehingga cairan di dalam

mata merembes melalui robekan atau lubang tersebut dan menyebabkan terlepasnya retina

dari jaringan di bawahnya.

Hal tersebut bisa terjadi akibat:

a. Malformasi kongenital

b. Kelainan metabolisme

c. Penyakit vaskuler

d. Inflamasi intraokuler

e. Neoplasma

f. Trauma

g. Perubahan degeneratif dalam vitreus atau retina

(C. Smelzer, Suzanne, 2002).

Faktor resiko terjadinya ablasio retina adalah:

a. Rabun dekat

b. Riwayat keluarga dengan ablasio retina

c. Diabetes yang tidak terkontrol

d. Trauma

Page 6: ablasio retina

6

2.4 Patofisiologi

Ablatio di bagian retina dari cairan bisa masuk ruang vitreous dan subretinal

selanjutnya bercampur dengan cairan subretinal. Ablatio retina dapat menjadi cara untuk

program mengklasifikasikan secara alamiah menurut cara terbentuknya:

1. Terjadinya Ablatio Rhegmatogen Setelah pembentukan tulang atau terjadinya sobekan

di retina mata yang menembus ke sub retina, jika cairan sudah cukup ,dapat

diakumulasikan penyebab retina akan terlepas

2. Oleh karena terikatnya ablatio, yang terjadi ketika retina didorong keluar dari lapisan

epitel atau dinilai hubungan Kolas jaringan fibrosa di tubuh kaca atau atau sambungan

jaringan fibrosa dalam badan kaca.

3. Ablatio eksudatif, di sebabkan karena terjadinya penumpukan cairan dalam akumulasi

retina di sebabkan proses peradangan, jika cairan tetap ada dalam situasi berkumpul,

satu lapisan akan terlepas yaitu lapisan sensoris akan terlepas dari lapisan epitel

pigmen.

Page 7: ablasio retina

7

Page 8: ablasio retina

8

2.5 Manifestasi Klinis

1. Riwayat melihat benda mengapung atau pendaran cahaya atau keduanya

2. Floater dipersepsikan sebagai titik-titik hitam kecil/rumah laba-laba

3. Pasien akan melihat bayangan berkembang atau tirai bergerak dilapang pandang

ketika retina benar-benar terlepas dari epitel berpigmen

4. Penurunan tajam pandangan sentral atau hilangnya pandangan sentral menunjjukkan

bahwa adanya keterlibatan macula

2.6 Penatalaksanaan

a. Tirah baring dan aktivitas dibatasi

b. Bila kedua mata dibalut, perlu bantuan oranglain untuk mencegah cidera

c. Jika terdapat gelombang udara di dalam mata, posisi yang dianjurkan harus

dipertahannkan sehingga gas mampu memberikan tamponade yang efektif pada

robekan retina

d. Pasien tidak boleh terbaring terlentang

e. Dilatasi pupil harus dipertahankan untuk mempermudah pemeriksaan paska operasi

Cara Pengobatannya:

a) Prosedur laser

Untuk menangani ablasio retina eksudatif/serosa sehubungan dengan proses yang

berhubungan dengan tumor atau inflamasi yang menimbulkan cairansubretina yang tanpa

robekan retina.

Tujuannya untuk membentuk jaringan parut pada retina sehingga melekatkannya

ke epitel berpigmen.

b) Pembedahan

Retinopati diabetika /trauma dengan perdarahan vitreus memerlukan pembedahan

vitreus untuk mengurangi gaya tarik pada retina yang ditimbulkan.

Pelipatan (buckling) sklera merupakan prosedur bedah primer untuk melekatkan

kembali retina.

c) Krioterapi transkleral

Dilakukan pada sekitar tiap robekan retina menghasilkan adhesi korioretina yang

melipat robekan sehingga cairan vitreus tak mampu lagi memasuki rongga subretina.

Page 9: ablasio retina

9

Sebuah/ beberapa silikon (pengunci) dijahitkan dan dilipatkan ke dalam skler, secara fisik

akan mengindensi/melipat sklera, koroid, dan lapisan fotosensitif ke epitel berpigmen,

menahan robekan ketika retina dapat melekat kembali ke jaringan pendukung

dibawahnya, maka fungsi fisiologisnya normalnya dapat dikembalikan.

(C. Smelzer, Suzanne, 2002).

2.7 Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan oftalmologi

a. Pemeriksaan visus,

Dapat terjadi penurunan tajam penglihatan akibat terlibatnya makula lutea ataupun

terjadi kekeruhan media penglihatan atau badan kaca yang menghambat sinar masuk.

Tajam penglihatan akan sangat menurun bila makula lutea ikut terangkat.

b. Pemeriksaan lapangan pandang,

Akan terjadi lapangan pandang seperti tertutup tabir dan dapat terlihat skotoma

relatif sesuai dengan kedudukan ablasio retina, pada lapangan pandang akan terlihat

pijaran api seperti halilintar kecil dan fotopsia.

c. Pemeriksaan lapang pandangan dapat dilakukan dengan:

1) Pemeriksaan konfrontasi, yaitu pemeriksaan dengan melakukan perbandingan

lapang pandangan pasien dengan si pemeriksa sendiri.

2) Pemeriksaan perimeter atau kampimetri.

Lapang pandangan normal adalah 90 derajat temporal, 50 derajat atas, 50 derajat

nasal dan 65 derajat ke bawah.

2. Pemeriksaan funduskopi

Yaitu salah satu cara terbaik untuk mendiagnosis ablasio retina dengan

menggunakan binokuler indirek oftalmoskopi. Pada pemeriksaan ini ablasio retina

dikenali dengan hilangnya refleks fundus dan pengangkatan retina. Retina tampak keabu-

abuan yang menutupi gambaran vaskuler koroid. Jika terdapat akumulasi cairan bermakna

pada ruang subretina, didapatkan pergerakkan undulasi retina ketika mata bergerak. Suatu

robekan pada retina terlihat agak merah muda karena terdapat pembuluh koroid

dibawahnya. Mungkin didapatkan debris terkait pada vitreus yang terdiri dari darah dan

pigmen atau ruang retina dapat ditemukan mengambang bebas.

3. Pemeriksaan Penunjang

Page 10: ablasio retina

10

a. Pemeriksaan laboratorium

Dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit penyerta antara lain glaukoma,

diabetes mellitus, maupun kelainan darah.

b. Pemeriksaan ultrasonografi,

Yaitu ocular B-Scan ultrasonografi juga digunakan untuk mendiagnosis ablasio

retina dan keadaan patologis lain yang menyertainya seperti proliverative vitreoretinopati,

benda asing intraokuler. Selain itu ultrasonografi juga digunakan untuk mengetahui

kelainan yang menyebabkan ablasio retina eksudatif misalnya tumor dan posterior

skleritis.

c. Scleral indentation

d. Goldmann triple-mirror

e. Indirect slit lamp biomicroscopy

f. Tes refraksi

g. Respon refleks pupil

h. Gangguan pengenalan warna

i. Tekanan intraokuler,

Hasil Pemeriksaan:

1) Visus atau salah satu posisi lapang pandang memburuk.

2) Fundus refleks hilang

3) Retina terangkat, terlihat abu-abu, bergoyang-goyang.

4) Terkdang robekan retina berwarna merah dapat terlihat langsung pada

pemeriksaan funduskopi.

2.8 Komplikasi

a. Komplikasi awal setelah pembedahan

1. • Peningkatan TIO

2. • Glaukoma

3. • Infeksi

4. • Ablasio koroid

5. • Kegagalan pelekatan retina

6. • Ablasio retina berulang

Page 11: ablasio retina

11

b. Komplikasi lanjut

1. • Infeksi

2. • Lepasnya bahan buckling melalui konjungtiva atau erosi melalui bola mata

3. • Vitreo retinpati proliveratif (jaringan parut yang mengenai retina)

4. • Diplopia

5. • Kesalahan refraksi

6. • astigmatisme

Page 12: ablasio retina

12

BAB III

Konsep Asuhan Keperawatan

3.1 Pengkajian

1. Data klinis

a. Data Biografi

Berupa nama pasien, usia, TB, BB, Tanggal masuk, TD, RR, Nadi dan Suhu .

b. Keluhan Utama

Pasien biasanya melaporkan:

Riwayat melihat benda mengapung atau pendaran cahaya atau keduanya.

Pasien akan melihat bayangan berkembang atau tirai bergerak

dilapang pandang, mengakibatkan pandangan kabur dan kehilangan

lapang pandang.

Penurunan tajam pandangan sentral atau hilangnya pandangan sentral

menunjukkan bahwa adanya keterlibatan macula

c. Riwayat perjalanan penyakit

Tanyakan sejak kapan pasien merasa melihat benda mengapung atau pendaran

cahaya atau keduanya.

Tanyakan sejak kapan pasien melihat bayangan berkembang atau

tirai bergerak dilapang pandang, yang mengakibatkan pandangan kabur.

Tanyakan sejak kapan pasien mengalami penurunan tajam pandangan sentral

atau hilangnya pandangan sentral.

d. Riwayat kesehatan masa lalu

Apakah klien ada riwayat penyakit diabetes mellitus.

Apakah pernah mengalami trauma pada mata.

e. Riwayat kesehatan keluarga

Apakah ada keluarga yang menderita penyakit ini sebelumnya.

2. Persepsi dan Penanganan Kesehatan

a. Tanyakan kepada klien tentang gambaran kesehatannya secara umum saat ini.

b. Tanyakan alasan kunjungan klien dan harapan klien terhadap penyakitnya.

Page 13: ablasio retina

13

c. Tanyakan gambaran terhadap sakit yang dirasakan klien, penyebabnya,

dan penanganan yang dilakukan.

d. Tanyakan apa dan bagaimana tindakan yang dilakukan klien dalam

menjagakesehatannya.

e. Tanyakan kepada klien apakah klien pernah menggunakan obat resep dokter dan

warung.

f. Tanyakan kepada klien apakah klien seorang perokok, alkoholik,

ataumengonsumsi tembakau.

g. Tanyakan kepada klien tentang riwayat kesehatan keluarganya. Apakah

adaanggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama.

3. Nutrisi-Metabolik

a. Tanyakan pada klien tentang gambaran yang biasa dimakan dan

frekuensimakannya.

b. Tanyakan apakah klien mempunyai riwayat alergi.

c. Tanyakan bagaiamana proses penyembuhan luka pada klien (cepat-lambat).

4. Eliminasi

a. Tanyakan kepada klien bagaimana kebiasaan defekasi dan eliminasinya

b. Tanyakan apakah ada gangguan pada proses eliminasi dan defekasinya.

5. Aktivitas-Latihan

a. Tanyakan bagaimana klien melakukan aktivitasnya sehari-hari, seperti:

mandi, berpakaian, eliminasi, mobilisasi ditempat tidur, merapikan rumah,

ambulasi, dan makan, apakah mandiri atau dibantu orang lain.

6. Tidur-Istirahat

a. Tanyakan waktu, frekuensi dan kualitas tidur klien.

7. Kognitif-Persepsi

a. Kaji status mental dan bicara klien.

b. Tanyakan apakah ada kesulitan dalam mendengar dan melihat.

Page 14: ablasio retina

14

8. Peran-Hubungan

a. Tanyakan bagaimana status pekerjaan klien.

b. Tanyakan bagaimana hubungan klien dengan keluarga dan orang disekitarnya.

c. Tanyakan bagaimana status pernikahan klien.

9. Seksualitas-Reproduksi

a. Tanyakan bagaimana hubungan seksualitas klien.

b. Kaji apakah klien telah menopause.

10. Koping-Toleransi Stress

a. Tanyakan apakah klien pernah mengalami perubahan besar dimasa lalunyadan

bagaimana cara klien menghadapinya.

11. Nilai-Kepercayaan

a. Tanyakan agama klien dan bagaimana pengaruh agama pada kehidupan

kliensehari-hari

3.2 Diagnosa Keperawatan

NANDA NIC NOC

Resiko cedera

Faktor yang

berhubungan:

Ekstern

al

Kimia,

misalny

a :

racun,

polutan

, obat -

Perilaku keamanan :

Lingkungan fisik rumah

Indikator :

Perlengkapan

pencahayaan

Penggunaan

system alam

pribadi

Kelengkapan alat

bantuan pada

lokasi yang mudah

Manajemen keamanan Aktifitas :

Ciptakan lingkungan yang nyaman bagi

klien

Identifikasi kebutuhan keamanan klien

Pindahkan benda-benda berbahaya dari

sekitar klien

Pindahkan benda-benda berisiko dari

lingkungan klien

Sediakan tempat tidur yangnyaman dan

bersih

Posisikan tempat tidur agar mudah

Page 15: ablasio retina

15

obatan,

alcohol

.

Nutrisi

(vitami

n, jenis

makana

n)

Internal

Usia

perkem

bangan

dicapai

Penyusunan

perabotan

untuk mengurangi

resiko

Pengetahuan : keamanan

pribadi

Indikator :

Gambaran untuk

mencegah jatuh

Gambaran resiko

keamanan khusus

berdasarkan usia

Gambaran perilaku

individu yang

berisiko tinggi

Gambaran resiko

keamanan bekerja

terjangkau

Kurangi stimulus lingkungan

Pencegahan jatuh

Aktifitas :

Identifikasi deficit fisik yang

berpotensi untuk jatuh

Identifikasi karakteristik lingkungan

yang meningkatkan potensi jatuh

(seperti lantai yang licin)

Berikan peralatan yang menunjang

untuk mengokohkan jalan

Ajarkan klien bagaimana berpindah

untuk meminimalisir trauma

Hindari barang-barang berserakan di

lantai

Ajarkan keluarga tentang faktor resiko

yang berkontribusi pada jatuh

dan bagaimana mengurangi resiko jatuh

Kaji keluarga dalam mengidentifikasi

bahaya dirumah dan bagaimana

memodifikasikannya

Gangguan

persepsisenso

ri:

penglihatan

Batasan

karakteristik:

Beruba

hnya

ketajam

an

pancain

Kontrol Kecemasan:

Indicator:

Memantau

intensitas

kecemasan

Menghilangkan

pencetus

kecemasan

Menurunkan

rangsang

lingkungan ketika

Peningkatan Komunikasi: Defisit Penglihatan

Kenali diri sendiri ketika memasuki

ruang pasien

Menerima reaksi pasien terhadap

rusaknya penglihatan

Catat reaksi pasien terhadap rusaknya

penglihatan (misal,depresi, menarik

diri, dan menolak kenyataan)

Andalkan penglihatan pasien yang

tersisa sebagaimana mestinya

Gambarkan lingkungankepada pasien

Page 16: ablasio retina

16

dera

Beruba

hnya

respon

yang

umum

terhada

p

rangsan

gan

Gagal

penyes

uaian

Distorsi

pancain

dera

cemas

Mencari informasi

untuk mengurangi

kecemasan

Merencanakan

strategi koping

terhadap situasi

yang menekan

Menggunakan

strategi koping

yang efektif

Menggunakan

teknik relaksasi

untuk mengurangi

rasa cemas

Menjaga hubungan

sosial

Melaporkan

ketidakhadiran

penyimpangan

persepsi pada

pancaindera

Melaporkan

ketidakhadiran

manifestasi fisik

akan kecemasan

Kompensasi Tingkah laku

Penglihatan:

Indicator:

Pantau gejala dari

semakin

buruknya penglihat

Jangan memindahkan benda- benda di

kamar pasien

tanpa memberitahu pasien

Identifikasi makanan yangada dalam

baki dalam kaitannya dengan angka-

angka pada jam

Sediakan kaca pembesar atau kacamata

prisma sewajarnya untuk membaca

Rujuk pasien dengan masalah

penglihatan ke agen yang sesuai

Manajemen Lingkungan

Ciptakan lingkungan yang aman untuk

pasien

Hilangkan bahaya lingkungan

(misal, permadani yang bisa dilepas-

lepas dan kecil, mebel yang dapat

dipindah- pindahkan)

Hilangkan objek-objek yang

membahayakan dari lingkungan

Lindungi dengan sisi rel/lapisan antar

rel, sebagaimana mestinya

Kawal pasien selama kegiatan-kegiatan

di bangsal sebagaimana mestinya

Sediakan tempat tidur tinggi-rendah

yang sesuai

Sediakan alat-alat yang adaptif (misal,

bangku untuk melangkah atau

pegangantangan) yang sesuai

Susun perabotan di dalam kamar dalam

tatakan yang sesuai yang bagus dalam

mengakomodasi ketidak mampuan

pasien ataupun keluarga

Page 17: ablasio retina

17

an

Posisikan diri

untuk

menguntungkan

penglihatan

Ingatkan yang lain

untuk

menggunakan

teknik yang

menguntungkan

penglihatan

Gunakan

pencahayaan yang

cukup untuk

aktivitas yang

sedang dilakukan

Memakai kacamata

dengan benar

Merawat kacamata

dengan benar

Menggunakan alat

bantu penglihatan

yang lemah

Tempatkan benda-bendayang sering

digunakan dekatdengan jangkauan

Manipulasi pencahayaanuntuk kebaikan

terapeutik

Batasi pengunjung

Pengawasan: Keamanan

Pantau perubahan fungsi fisik atau

kognitif pasien yang menyebabkan

perilaku yang membahayakan

Pantau lingkungan yang berpotensi

membahayakan keamanan

Tentukan derajat pengawasan yang

dibutuhkan pasien, berdasarkan tingkat,

fungsi dan kehadiran bahaya dalam

lingkungan

Sediakan tingkat pengawasan yang

sesuai untuk memantau pasien dan

memberikan tindakan terapeutik, jika

dibutuhkan

Tempatkan pasien pada lingkungan

yang paling terbatas yang menyedikan

level yang dibutuhkan untuk observasi

Mulai dan pertahankan

status pencegahan pada resiko tinggi

dari bahaya yang dikhususkan

untuk pengaturan perawatan

Komunikasikan informasi tentang

resiko pasien pada perawat lainnya

Page 18: ablasio retina

18

BAB IV

Penutup

4.1 Simpulan

Ablasi retina adalah suatu keadaan terpisahnya lapisan sensoris retina dari

lapisan epitel pigmen retina. Ablasio retina terjadi bila ada pemisahan retina

neurosensori dari lapisan epitel berpigmen retina dibawahnya karena retina

neurosensori, bagian retina yang mengandung batang dan kerucut, terkelupas dari

epitel berpigmen pemberi nutrisi, maka sel fotosensitif ini tak mampu melakukan

aktivitas fungsi visualnya dan berakibat hilangnya penglihatan.

4.2 Saran

Dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu

meminta kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga makalah yang

kami buat dapat bermanfaat bagi pembaca.

Page 19: ablasio retina

19

Daftar Pustaka

Judith M . Wilkinson , 2009 . Diagnosis Keperawatan ( NIC & NOC ) . Jakarta . EGC

NANDA internasional . 2009 . Diagnosis Keperawatan . Jakarta . EGC

C. Smeltzer, Suzanne.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Brunner & Suddart) . Edisi

8. Volume 3. jakarta. EGC

Mansjoer.Arif.2001.Kapita Selekta Kedokteran.Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta. Media Aesculapius

http://www.artikelkeperawatan.info/askep-ablasio-retina-67.html

http://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2012/02/laporan-pendahuluan-ablasio-retina.html

http://pelangiwidhya.blogspot.com/2011/10/askep-ablasio-retina.html