ablasio retina
-
Upload
riedha-poenya -
Category
Documents
-
view
2.437 -
download
21
Transcript of ablasio retina
1
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Penyakit pada retina merupakan penyebab terbesar penurunan penglihatan pada
negara barat tetapi mungkin lebih jarang pada negara berkembang dimana kehilangan
penglihatan disebabkan oleh penyebab yang dapat dicegah seperti katarak dan sikatrik
pada mata. Namun, survey berbasis populasi yang dilakukan di India menunjukkan bahwa
penyakit pada retina merupakan penyebab utama dari kebutaan dengan presentase
signifikan (12,7%) dari populasi yang diteliti. Di Amerika Serikat dan Eropa, insidensi
tahunan untuk penyakit retina atau ablasio retina antara 6 sampai 12 per 100.000 populasi
per tahun telah dilaporkan. Survey berbasis populasi pada insidensi ablasio retina di
negara berkembang masih jarangdan sedikit yang diketahui mengenai insidensi ablasio
retina di Afrika.
Sejalan dengan meningkatnya jumlah ekstraksi katarak yang dilakukan saat ini,
hal inimenjelaskan bahwa ablasio retina pseudofaki juga akan meningkat. Akibatnya, di
negara berkembang seperti Ethiopia, dimana masih kurangnya fasilitas operasi yang
optimal dan sedikitnya ahli bedah vitreoretinal, kebutaan karena penyakit retina seperti
ablasio retina, retinopati diabetik dan degenerasi makular terkait usia akan meningkat,
kecuali di desainstrategi untuk meningkatkan jumlah dan memperbaiki set-up dari
fasilitas yang ada dan juga meningkatkan jumlah profesional terlatih dalam bidang retina.
Walaupun sejumlah besar pasien dengan ablasio retina telah tampak setiap tahun
difasilitas perawatan mata yang ada, namun tidak ada survey berbasis populasi atau
penelitian oleh rumah sakit yang dilakukan untuk mengetahui prevalensi dan
mengidentifikasi penyebab dan faktor resiko dari ablasio retina pada pasien di Ethiopia.
Oleh karena itu kemampuan dalam mendiagnosis ablasio retina secara tepat dan
akurat haruslah di miliki terutama oleh tenaga kesehatan. Berdasarkan latar belakang
diatas maka kami menyajikan makalah tentang Diagnosis dan Penatalaksanaan dari
ablasio retina.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa pengertian ablasio Retina?
b. Apa etiologi ablasio Retina?
2
c. Apa manifestasi ablasio Retina?
d. Bagaimana patofisiologi Retina?
e. Bagaimana pemeriksaan penunjang ablasio Retina?
f. Bagaimana penatalaksanaan ablasio Retina?
g. Bagaimana askep ablasio Retina?
1.3 Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah dilakukan seminar diharapkan mahasiswa memahami tentang asuhan
keperawatan ablasio Retina.
b. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan seminar mahasiswa memahami tentang :
a. Untuk mengetahui pengertian ablasio Retina?
b. Untuk mengetahui etiologi ablasio Retina?
c. Untuk mengetahui manifestasi ablasio Retina?
d. Untuk mengetahui patofisiologi Retina?
e. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang ablasio Retina?
f. Untuk mengetahui penatalaksanaan ablasio Retina?
g. Untuk mengetahui askep ablasio Retina?
3
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Definisi
Ablasio retina terjadi bila ada pemisahan retina neurosensori dari lapisan epitel
berpigmen retina dibawahnya karena retina neurosensori, bagian retina yang
mengandung batang dan kerucut, terkelupas dari epitel berpigmen pemberi nutrisi, maka
sel fotosensitif ini tak mampu melakukan aktivitas fungsi visualnya dan berakibat
hilangnya penglihatan (C. Smelzer, Suzanne, 2002).
Ablasi retina adalah suatu keadaan terpisahnya lapisan sensoris retina dari lapisan
epitel pigmen retina.(Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1).
Ablasio Retina adalah pelepasan retina dari lapisan epitelium neurosensoris retina
dan lapisan epitelia pigmen retina (Donna D. Ignativicius, 1991).
Ablatio Retina juga diartikan sebagai terpisahnya khoroid di daerah posterior mata
yang disebabkan oleh lubang pada retina, sehingga mengakibatkan kebocoran cairan,
sehingga antara koroid dan retina kekurangan cairan (Barbara L. Christensen 1991).
Klasifikasi
Ablatio Retina dapat diklasifikasikan secara alamiah menurut cara terbentuknya:
1) Ablatio Rhegmatogen terjadi setelah terbentuknya tulang atau robekan dalam retina
yang menembus sampai badan mata masuk ke ruang sub retina, apabila cairan
terkumpul sudah cukup banyak dapat menyebabkan retina terlepas.
4
2) Ablatio oleh karena tarikan, terjadi saat retina mendorong ke luar dari lapisan epitel
oleh ikatan atau sambungan jaringan fibrosa dalam badan kaca.
3) Ablatio eksudatif, terjadi karena penumpukan cairan dalam ruang retina akibat proses
peradangan, gabungan dari penyakit sistemik atau oleh tumor intraocular, jika cairan
tetap berkumpul, lapisan sensoris akan terlepas dari lapisan epitel pigmen.
2.2 Anatomi dan Fisiologi
Retina atau selaput jala, merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang
menerima rangsangan cahaya. Retina berbatas dengan koroid dengan sel pigmen epitel
retina, dan terdiri atas lapisan:
1) Lapis fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang yang
mempunyai bentuk ramping, dan sel kerucut.
2) Membran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi.
3) Lapis nucleus luar, merupakan susunan lapis nucleus sel kerucut dan batang.
Ketiga lapis di atas avaskular dan mendapat metabolisme dari kapiler koroid.
4) Lapis pleksiform luar, merupakan lapis aselular dan merupakan tempat sinapsis sel
fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal.
5) Lapis nucleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel Muller
Lapis ini mendapat metabolisme dari arteri retina sentral.
6) Lapis pleksiform dalam, merupakan lapis aselular, merupakan tempat sinaps sel
bipolar , sel amakrin dengan sel ganglion.
7) Lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua.
8) Lapis serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju ke arah saraf
optik. Di dalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh darah retina.
5
9) Membran limitan interna, merupakan membran hialin antara retina dan badan
kaca.
Warna retina biasanya jingga dan kadang-kadang pucat pada anemia dan merah
pada hiperemia. Makula adalah pusat dari retina dan merupakan bagian yang paling vital
dari retina. Makula merupakan bagian dari retina yang memungkinkan mata melihat detil-
detil halus pada pusat lapang pandang. Pembuluh darah di dalam retina merupakan
cabang arteri oftalmika, arteri retina sentral masuk retina melalui papil saraf optik yang
akan memberikan nutrisi pada retina dalam. Lapisan luar retina atau sel kerucut dan
batang mendapat nutrisi dari koroid.
2.3 Etiologi
Retina merupakan selaput transparan di bagian belakang mata yang mengolah
bayangan yang difokuskan di retina oleh kornea dan lensa. Ablasio retina seringkali
dihubungkan dengan adanya robekan atau lubang pada retina, sehingga cairan di dalam
mata merembes melalui robekan atau lubang tersebut dan menyebabkan terlepasnya retina
dari jaringan di bawahnya.
Hal tersebut bisa terjadi akibat:
a. Malformasi kongenital
b. Kelainan metabolisme
c. Penyakit vaskuler
d. Inflamasi intraokuler
e. Neoplasma
f. Trauma
g. Perubahan degeneratif dalam vitreus atau retina
(C. Smelzer, Suzanne, 2002).
Faktor resiko terjadinya ablasio retina adalah:
a. Rabun dekat
b. Riwayat keluarga dengan ablasio retina
c. Diabetes yang tidak terkontrol
d. Trauma
6
2.4 Patofisiologi
Ablatio di bagian retina dari cairan bisa masuk ruang vitreous dan subretinal
selanjutnya bercampur dengan cairan subretinal. Ablatio retina dapat menjadi cara untuk
program mengklasifikasikan secara alamiah menurut cara terbentuknya:
1. Terjadinya Ablatio Rhegmatogen Setelah pembentukan tulang atau terjadinya sobekan
di retina mata yang menembus ke sub retina, jika cairan sudah cukup ,dapat
diakumulasikan penyebab retina akan terlepas
2. Oleh karena terikatnya ablatio, yang terjadi ketika retina didorong keluar dari lapisan
epitel atau dinilai hubungan Kolas jaringan fibrosa di tubuh kaca atau atau sambungan
jaringan fibrosa dalam badan kaca.
3. Ablatio eksudatif, di sebabkan karena terjadinya penumpukan cairan dalam akumulasi
retina di sebabkan proses peradangan, jika cairan tetap ada dalam situasi berkumpul,
satu lapisan akan terlepas yaitu lapisan sensoris akan terlepas dari lapisan epitel
pigmen.
7
8
2.5 Manifestasi Klinis
1. Riwayat melihat benda mengapung atau pendaran cahaya atau keduanya
2. Floater dipersepsikan sebagai titik-titik hitam kecil/rumah laba-laba
3. Pasien akan melihat bayangan berkembang atau tirai bergerak dilapang pandang
ketika retina benar-benar terlepas dari epitel berpigmen
4. Penurunan tajam pandangan sentral atau hilangnya pandangan sentral menunjjukkan
bahwa adanya keterlibatan macula
2.6 Penatalaksanaan
a. Tirah baring dan aktivitas dibatasi
b. Bila kedua mata dibalut, perlu bantuan oranglain untuk mencegah cidera
c. Jika terdapat gelombang udara di dalam mata, posisi yang dianjurkan harus
dipertahannkan sehingga gas mampu memberikan tamponade yang efektif pada
robekan retina
d. Pasien tidak boleh terbaring terlentang
e. Dilatasi pupil harus dipertahankan untuk mempermudah pemeriksaan paska operasi
Cara Pengobatannya:
a) Prosedur laser
Untuk menangani ablasio retina eksudatif/serosa sehubungan dengan proses yang
berhubungan dengan tumor atau inflamasi yang menimbulkan cairansubretina yang tanpa
robekan retina.
Tujuannya untuk membentuk jaringan parut pada retina sehingga melekatkannya
ke epitel berpigmen.
b) Pembedahan
Retinopati diabetika /trauma dengan perdarahan vitreus memerlukan pembedahan
vitreus untuk mengurangi gaya tarik pada retina yang ditimbulkan.
Pelipatan (buckling) sklera merupakan prosedur bedah primer untuk melekatkan
kembali retina.
c) Krioterapi transkleral
Dilakukan pada sekitar tiap robekan retina menghasilkan adhesi korioretina yang
melipat robekan sehingga cairan vitreus tak mampu lagi memasuki rongga subretina.
9
Sebuah/ beberapa silikon (pengunci) dijahitkan dan dilipatkan ke dalam skler, secara fisik
akan mengindensi/melipat sklera, koroid, dan lapisan fotosensitif ke epitel berpigmen,
menahan robekan ketika retina dapat melekat kembali ke jaringan pendukung
dibawahnya, maka fungsi fisiologisnya normalnya dapat dikembalikan.
(C. Smelzer, Suzanne, 2002).
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan oftalmologi
a. Pemeriksaan visus,
Dapat terjadi penurunan tajam penglihatan akibat terlibatnya makula lutea ataupun
terjadi kekeruhan media penglihatan atau badan kaca yang menghambat sinar masuk.
Tajam penglihatan akan sangat menurun bila makula lutea ikut terangkat.
b. Pemeriksaan lapangan pandang,
Akan terjadi lapangan pandang seperti tertutup tabir dan dapat terlihat skotoma
relatif sesuai dengan kedudukan ablasio retina, pada lapangan pandang akan terlihat
pijaran api seperti halilintar kecil dan fotopsia.
c. Pemeriksaan lapang pandangan dapat dilakukan dengan:
1) Pemeriksaan konfrontasi, yaitu pemeriksaan dengan melakukan perbandingan
lapang pandangan pasien dengan si pemeriksa sendiri.
2) Pemeriksaan perimeter atau kampimetri.
Lapang pandangan normal adalah 90 derajat temporal, 50 derajat atas, 50 derajat
nasal dan 65 derajat ke bawah.
2. Pemeriksaan funduskopi
Yaitu salah satu cara terbaik untuk mendiagnosis ablasio retina dengan
menggunakan binokuler indirek oftalmoskopi. Pada pemeriksaan ini ablasio retina
dikenali dengan hilangnya refleks fundus dan pengangkatan retina. Retina tampak keabu-
abuan yang menutupi gambaran vaskuler koroid. Jika terdapat akumulasi cairan bermakna
pada ruang subretina, didapatkan pergerakkan undulasi retina ketika mata bergerak. Suatu
robekan pada retina terlihat agak merah muda karena terdapat pembuluh koroid
dibawahnya. Mungkin didapatkan debris terkait pada vitreus yang terdiri dari darah dan
pigmen atau ruang retina dapat ditemukan mengambang bebas.
3. Pemeriksaan Penunjang
10
a. Pemeriksaan laboratorium
Dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit penyerta antara lain glaukoma,
diabetes mellitus, maupun kelainan darah.
b. Pemeriksaan ultrasonografi,
Yaitu ocular B-Scan ultrasonografi juga digunakan untuk mendiagnosis ablasio
retina dan keadaan patologis lain yang menyertainya seperti proliverative vitreoretinopati,
benda asing intraokuler. Selain itu ultrasonografi juga digunakan untuk mengetahui
kelainan yang menyebabkan ablasio retina eksudatif misalnya tumor dan posterior
skleritis.
c. Scleral indentation
d. Goldmann triple-mirror
e. Indirect slit lamp biomicroscopy
f. Tes refraksi
g. Respon refleks pupil
h. Gangguan pengenalan warna
i. Tekanan intraokuler,
Hasil Pemeriksaan:
1) Visus atau salah satu posisi lapang pandang memburuk.
2) Fundus refleks hilang
3) Retina terangkat, terlihat abu-abu, bergoyang-goyang.
4) Terkdang robekan retina berwarna merah dapat terlihat langsung pada
pemeriksaan funduskopi.
2.8 Komplikasi
a. Komplikasi awal setelah pembedahan
1. • Peningkatan TIO
2. • Glaukoma
3. • Infeksi
4. • Ablasio koroid
5. • Kegagalan pelekatan retina
6. • Ablasio retina berulang
11
b. Komplikasi lanjut
1. • Infeksi
2. • Lepasnya bahan buckling melalui konjungtiva atau erosi melalui bola mata
3. • Vitreo retinpati proliveratif (jaringan parut yang mengenai retina)
4. • Diplopia
5. • Kesalahan refraksi
6. • astigmatisme
12
BAB III
Konsep Asuhan Keperawatan
3.1 Pengkajian
1. Data klinis
a. Data Biografi
Berupa nama pasien, usia, TB, BB, Tanggal masuk, TD, RR, Nadi dan Suhu .
b. Keluhan Utama
Pasien biasanya melaporkan:
Riwayat melihat benda mengapung atau pendaran cahaya atau keduanya.
Pasien akan melihat bayangan berkembang atau tirai bergerak
dilapang pandang, mengakibatkan pandangan kabur dan kehilangan
lapang pandang.
Penurunan tajam pandangan sentral atau hilangnya pandangan sentral
menunjukkan bahwa adanya keterlibatan macula
c. Riwayat perjalanan penyakit
Tanyakan sejak kapan pasien merasa melihat benda mengapung atau pendaran
cahaya atau keduanya.
Tanyakan sejak kapan pasien melihat bayangan berkembang atau
tirai bergerak dilapang pandang, yang mengakibatkan pandangan kabur.
Tanyakan sejak kapan pasien mengalami penurunan tajam pandangan sentral
atau hilangnya pandangan sentral.
d. Riwayat kesehatan masa lalu
Apakah klien ada riwayat penyakit diabetes mellitus.
Apakah pernah mengalami trauma pada mata.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada keluarga yang menderita penyakit ini sebelumnya.
2. Persepsi dan Penanganan Kesehatan
a. Tanyakan kepada klien tentang gambaran kesehatannya secara umum saat ini.
b. Tanyakan alasan kunjungan klien dan harapan klien terhadap penyakitnya.
13
c. Tanyakan gambaran terhadap sakit yang dirasakan klien, penyebabnya,
dan penanganan yang dilakukan.
d. Tanyakan apa dan bagaimana tindakan yang dilakukan klien dalam
menjagakesehatannya.
e. Tanyakan kepada klien apakah klien pernah menggunakan obat resep dokter dan
warung.
f. Tanyakan kepada klien apakah klien seorang perokok, alkoholik,
ataumengonsumsi tembakau.
g. Tanyakan kepada klien tentang riwayat kesehatan keluarganya. Apakah
adaanggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama.
3. Nutrisi-Metabolik
a. Tanyakan pada klien tentang gambaran yang biasa dimakan dan
frekuensimakannya.
b. Tanyakan apakah klien mempunyai riwayat alergi.
c. Tanyakan bagaiamana proses penyembuhan luka pada klien (cepat-lambat).
4. Eliminasi
a. Tanyakan kepada klien bagaimana kebiasaan defekasi dan eliminasinya
b. Tanyakan apakah ada gangguan pada proses eliminasi dan defekasinya.
5. Aktivitas-Latihan
a. Tanyakan bagaimana klien melakukan aktivitasnya sehari-hari, seperti:
mandi, berpakaian, eliminasi, mobilisasi ditempat tidur, merapikan rumah,
ambulasi, dan makan, apakah mandiri atau dibantu orang lain.
6. Tidur-Istirahat
a. Tanyakan waktu, frekuensi dan kualitas tidur klien.
7. Kognitif-Persepsi
a. Kaji status mental dan bicara klien.
b. Tanyakan apakah ada kesulitan dalam mendengar dan melihat.
14
8. Peran-Hubungan
a. Tanyakan bagaimana status pekerjaan klien.
b. Tanyakan bagaimana hubungan klien dengan keluarga dan orang disekitarnya.
c. Tanyakan bagaimana status pernikahan klien.
9. Seksualitas-Reproduksi
a. Tanyakan bagaimana hubungan seksualitas klien.
b. Kaji apakah klien telah menopause.
10. Koping-Toleransi Stress
a. Tanyakan apakah klien pernah mengalami perubahan besar dimasa lalunyadan
bagaimana cara klien menghadapinya.
11. Nilai-Kepercayaan
a. Tanyakan agama klien dan bagaimana pengaruh agama pada kehidupan
kliensehari-hari
3.2 Diagnosa Keperawatan
NANDA NIC NOC
Resiko cedera
Faktor yang
berhubungan:
Ekstern
al
Kimia,
misalny
a :
racun,
polutan
, obat -
Perilaku keamanan :
Lingkungan fisik rumah
Indikator :
Perlengkapan
pencahayaan
Penggunaan
system alam
pribadi
Kelengkapan alat
bantuan pada
lokasi yang mudah
Manajemen keamanan Aktifitas :
Ciptakan lingkungan yang nyaman bagi
klien
Identifikasi kebutuhan keamanan klien
Pindahkan benda-benda berbahaya dari
sekitar klien
Pindahkan benda-benda berisiko dari
lingkungan klien
Sediakan tempat tidur yangnyaman dan
bersih
Posisikan tempat tidur agar mudah
15
obatan,
alcohol
.
Nutrisi
(vitami
n, jenis
makana
n)
Internal
Usia
perkem
bangan
dicapai
Penyusunan
perabotan
untuk mengurangi
resiko
Pengetahuan : keamanan
pribadi
Indikator :
Gambaran untuk
mencegah jatuh
Gambaran resiko
keamanan khusus
berdasarkan usia
Gambaran perilaku
individu yang
berisiko tinggi
Gambaran resiko
keamanan bekerja
terjangkau
Kurangi stimulus lingkungan
Pencegahan jatuh
Aktifitas :
Identifikasi deficit fisik yang
berpotensi untuk jatuh
Identifikasi karakteristik lingkungan
yang meningkatkan potensi jatuh
(seperti lantai yang licin)
Berikan peralatan yang menunjang
untuk mengokohkan jalan
Ajarkan klien bagaimana berpindah
untuk meminimalisir trauma
Hindari barang-barang berserakan di
lantai
Ajarkan keluarga tentang faktor resiko
yang berkontribusi pada jatuh
dan bagaimana mengurangi resiko jatuh
Kaji keluarga dalam mengidentifikasi
bahaya dirumah dan bagaimana
memodifikasikannya
Gangguan
persepsisenso
ri:
penglihatan
Batasan
karakteristik:
Beruba
hnya
ketajam
an
pancain
Kontrol Kecemasan:
Indicator:
Memantau
intensitas
kecemasan
Menghilangkan
pencetus
kecemasan
Menurunkan
rangsang
lingkungan ketika
Peningkatan Komunikasi: Defisit Penglihatan
Kenali diri sendiri ketika memasuki
ruang pasien
Menerima reaksi pasien terhadap
rusaknya penglihatan
Catat reaksi pasien terhadap rusaknya
penglihatan (misal,depresi, menarik
diri, dan menolak kenyataan)
Andalkan penglihatan pasien yang
tersisa sebagaimana mestinya
Gambarkan lingkungankepada pasien
16
dera
Beruba
hnya
respon
yang
umum
terhada
p
rangsan
gan
Gagal
penyes
uaian
Distorsi
pancain
dera
cemas
Mencari informasi
untuk mengurangi
kecemasan
Merencanakan
strategi koping
terhadap situasi
yang menekan
Menggunakan
strategi koping
yang efektif
Menggunakan
teknik relaksasi
untuk mengurangi
rasa cemas
Menjaga hubungan
sosial
Melaporkan
ketidakhadiran
penyimpangan
persepsi pada
pancaindera
Melaporkan
ketidakhadiran
manifestasi fisik
akan kecemasan
Kompensasi Tingkah laku
Penglihatan:
Indicator:
Pantau gejala dari
semakin
buruknya penglihat
Jangan memindahkan benda- benda di
kamar pasien
tanpa memberitahu pasien
Identifikasi makanan yangada dalam
baki dalam kaitannya dengan angka-
angka pada jam
Sediakan kaca pembesar atau kacamata
prisma sewajarnya untuk membaca
Rujuk pasien dengan masalah
penglihatan ke agen yang sesuai
Manajemen Lingkungan
Ciptakan lingkungan yang aman untuk
pasien
Hilangkan bahaya lingkungan
(misal, permadani yang bisa dilepas-
lepas dan kecil, mebel yang dapat
dipindah- pindahkan)
Hilangkan objek-objek yang
membahayakan dari lingkungan
Lindungi dengan sisi rel/lapisan antar
rel, sebagaimana mestinya
Kawal pasien selama kegiatan-kegiatan
di bangsal sebagaimana mestinya
Sediakan tempat tidur tinggi-rendah
yang sesuai
Sediakan alat-alat yang adaptif (misal,
bangku untuk melangkah atau
pegangantangan) yang sesuai
Susun perabotan di dalam kamar dalam
tatakan yang sesuai yang bagus dalam
mengakomodasi ketidak mampuan
pasien ataupun keluarga
17
an
Posisikan diri
untuk
menguntungkan
penglihatan
Ingatkan yang lain
untuk
menggunakan
teknik yang
menguntungkan
penglihatan
Gunakan
pencahayaan yang
cukup untuk
aktivitas yang
sedang dilakukan
Memakai kacamata
dengan benar
Merawat kacamata
dengan benar
Menggunakan alat
bantu penglihatan
yang lemah
Tempatkan benda-bendayang sering
digunakan dekatdengan jangkauan
Manipulasi pencahayaanuntuk kebaikan
terapeutik
Batasi pengunjung
Pengawasan: Keamanan
Pantau perubahan fungsi fisik atau
kognitif pasien yang menyebabkan
perilaku yang membahayakan
Pantau lingkungan yang berpotensi
membahayakan keamanan
Tentukan derajat pengawasan yang
dibutuhkan pasien, berdasarkan tingkat,
fungsi dan kehadiran bahaya dalam
lingkungan
Sediakan tingkat pengawasan yang
sesuai untuk memantau pasien dan
memberikan tindakan terapeutik, jika
dibutuhkan
Tempatkan pasien pada lingkungan
yang paling terbatas yang menyedikan
level yang dibutuhkan untuk observasi
Mulai dan pertahankan
status pencegahan pada resiko tinggi
dari bahaya yang dikhususkan
untuk pengaturan perawatan
Komunikasikan informasi tentang
resiko pasien pada perawat lainnya
18
BAB IV
Penutup
4.1 Simpulan
Ablasi retina adalah suatu keadaan terpisahnya lapisan sensoris retina dari
lapisan epitel pigmen retina. Ablasio retina terjadi bila ada pemisahan retina
neurosensori dari lapisan epitel berpigmen retina dibawahnya karena retina
neurosensori, bagian retina yang mengandung batang dan kerucut, terkelupas dari
epitel berpigmen pemberi nutrisi, maka sel fotosensitif ini tak mampu melakukan
aktivitas fungsi visualnya dan berakibat hilangnya penglihatan.
4.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
meminta kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga makalah yang
kami buat dapat bermanfaat bagi pembaca.
19
Daftar Pustaka
Judith M . Wilkinson , 2009 . Diagnosis Keperawatan ( NIC & NOC ) . Jakarta . EGC
NANDA internasional . 2009 . Diagnosis Keperawatan . Jakarta . EGC
C. Smeltzer, Suzanne.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Brunner & Suddart) . Edisi
8. Volume 3. jakarta. EGC
Mansjoer.Arif.2001.Kapita Selekta Kedokteran.Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta. Media Aesculapius
http://www.artikelkeperawatan.info/askep-ablasio-retina-67.html
http://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2012/02/laporan-pendahuluan-ablasio-retina.html
http://pelangiwidhya.blogspot.com/2011/10/askep-ablasio-retina.html