A2 - Dislipidemia

39
TUGAS FARMAKOTERAPI TERAPAN ANALISA KASUS DISLIPIDEMIA KELAS A KELOMPOK II Aprin Puspa Dinar 2015000009 Ardelia Giselle 2015000010 Arina Nur Safitri 2015000011 Arum Oktavianti 2015000012 Asri Diansari 2015000013 Astrialita Linuih 2015000014 Atikah Arifah 2015000015 Aulia Yolanda 2015000016 Asima Rohana 2015000142 Bayu Yudistira W. Sana 2015000143 Dosen Pengampu Mata Kuliah: Prof. Dr. Syamsudin, M.Biomed., Apt. UNIVERSITAS PANCASILA

description

dislipidemia

Transcript of A2 - Dislipidemia

Page 1: A2 - Dislipidemia

TUGAS FARMAKOTERAPI TERAPAN

ANALISA KASUS DISLIPIDEMIA

KELAS A

KELOMPOK II

Aprin Puspa Dinar 2015000009

Ardelia Giselle 2015000010

Arina Nur Safitri 2015000011

Arum Oktavianti 2015000012

Asri Diansari 2015000013

Astrialita Linuih 2015000014

Atikah Arifah 2015000015

Aulia Yolanda 2015000016

Asima Rohana 2015000142

Bayu Yudistira W. Sana 2015000143

Dosen Pengampu Mata Kuliah:

Prof. Dr. Syamsudin, M.Biomed., Apt.

UNIVERSITAS PANCASILA

FAKULTAS FARMASI

JAKARTA

2015

Page 2: A2 - Dislipidemia

KATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan YME, yang telah

melimpahkan rahmat, rezeki serta karunia-Nya sehingga atas izin-Nya kami dapat

menyelesaikan karya tulis yang berjudul “ANALISA KASUS DISLIPIDEMIA”

yang disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Farmakoterapi Terapan.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada dosen pengampu mata kuliah yaitu

Prof. Dr. Syamsudin, M.Biomed., Apt. Kami menyadari bahwa karya tulis ini

masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun selalu

dinantikan demi penyempurnaan karya tulis ini. Akhir kata, dengan segala

kerendahan hati kami mengharapkan semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi

masyarakat dan ilmu pengetahuan khususnya di bidang farmasi klinik.

Jakarta, September 2015

Kelompok II

Farmakoterapi Terapan Kelas A

Page 3: A2 - Dislipidemia

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1

A. LATAR BELAKANG.................................................................1

B. TINJAUAN PUSTAKA..............................................................2

BAB II KASUS DAN DRUG THERAPY MONITORING.......................8A. KASUS........................................................................................8

B. DRUG THERAPY MONITORING............................................9

1. Data Pasien............................................................................9

2. SOAP.....................................................................................10

BAB III PEMBAHASAN................................................................................11

A. PROFIL PENGOBATAN............................................................11

B. DRP (DRUG RELATED PROBLEMS)........................................13

C. DISKUSI PERTANYAAN..........................................................14

BAB IV KESIMPULAN.................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................20

Page 4: A2 - Dislipidemia

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan

peningkatan atau penurunan fraksi lipid plasma darah. Kelainan fraksi lipid

yang paling utama adalah kenaikan kadar kolesterol total /

hiperkolesterolemia, kadar Low Density Lipoprotein (LDL), kadar trigliserida

(hipertrigliseridemia), serta penurunan kadar High Density Lipoprotein

(HDL). Low Density Lipoprotein mengandung banyak kolesterol ester yang

berdensitas lebih kecil dan lebih aterogenik, dimana telah lama diidentifikasi

oleh National Cholesterol Education Program (NCEP) sebagai target utama

untuk terapi penurunan kolesterol. Keadaan tersebut berhubungan erat dengan

terjadinya patologi aterosklerosis arteri-arteri vital yang dapat meningkatkan

resiko terkena berbagai penyakit berbahaya, salah satunya penyakit yang

berhubungan dengan kardiovaskuler.

Penyakit kardiovaskuler merupakan salah satu penyakit kronis dari seluruh

permasalahan kesehatan global dunia. Diperkirakan pada tahun 2030, 7 dari

10 kematian di seluruh dunia akan disebabkan oleh penyakit kronis dan

penyakit kardiovaskuler menjadi penyebab paling utama. Penderita

dislipidemia mempunyai resiko 2,8 kali lebih besar terkena penyakit jantung

koroner. Sebuah penelitian yang dilakukan di Yogyakarta menyebutkan

bahwa dislipidemia tidak bisa dikenali dari gemuk atau tidaknya seseorang,

tidak semua penderita dislipidemia merupakan orang yang berbadan gemuk

bahkan beberapa diantaranya mempunyai berat badan yang ideal. Hal tersebut

menjelaskan bahwa tidak hanya orang gemuk yang mempunyai resiko

penyakit jantung koroner, namun individu dengan berat badan ideal pun bisa

beresiko terkena penyakit kardiovaskuler.

Penelitian Monica di Jakarta (1988) menunjukkan bahwa kadar rata-rata

kolesterol total pada wanita adalah 206,6 mg/dl dan pria 199,8 mg/dl, tahun

1993 meningkat menjadi 213,0 mg/dl pada wanita dan 204,8 mg/dl pada pria.

1

Page 5: A2 - Dislipidemia

2

Di beberapa daerah, nilai kolesterol yang sama yaitu Surabaya (1985) adalah

195 mg/dl, Ujung Pandang (1990) adalah 219 mg/dl dan Malang (1994)

adalah 206 mg/dl. Apabila digunakan batas kadar kolesterol >250 md/dl

sebagai batasan hiperkolesterolemia, maka pada penelitian Monica yang

pertama terdapatlah hiperkolesterolemia 13,4% untuk wanita dan 11,4%

untuk pria. Pada penelitian Monica yang kedua, hiperkolesterolemia terdapat

pada 16,2% untuk wanita dan 14% untuk pria. Hal ini menunjukkan bahwa

dislipidemia merupakan penyebab penyakit jantung koroner.

Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh

adanya penyempitan pada arteri koronaria, sehingga aliran darah ke otot

jantung menjadi terganggu. Di Inggris, penyakit kardiovaskular membunuh

satu dari dua penduduk dalam populasi dan menyebabkan 250.000 kematian

pada tahun 1998. Satu dari empat laki-laki dan satu dari lima perempuan

meninggal karena penyakit jantung koroner (PJK). Hasil Survei Kesehatan

Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan Republik Indonesia

menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun kematian yang disebabkan PJK

semakin meningkat dan saat ini menduduki urutan pertama. World Health

Organization (WHO) memperkirakan bahwa dislipidemia memiliki hubungan

dengan PJK. Survei Monitoring Trends and Determinant in Cardiovascular

Disease (MONICA) yang dilakukan pada populasi usia 25-64 tahun di

Jakarta pada tahun 1993 menunjukkan peningkatan dislipidemia dari 13,4%

menjadi 16,4%. Pada tahun 1992, kasus melaporkan bahwa PJK menempati

urutan ketiga penyebab kematian, kemudian pada tahun 1992 dan 1995

dilaporkan bahwa PJK menempati urutan pertama penyebab kematian. Untuk

itu pencegahan dislipidemia harus diusahakan pada PJK agar setiap tahun

dapat terjadi penurunan angka resiko pasien yang menderita PJK.

Page 6: A2 - Dislipidemia

3

B. TINJAUAN PUSTAKA

1. Dislipidemia

a. Definisi

Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan

peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid

yang utama adalah kenaikan kadar kolestrol total, kolestrol LDL, dan

trigliserida serta penurunan kadar kolestrol HDL (Sunita, 2004).

Dislipidemia merupakan keadaan terjadinya peningkatan kadar LDL

kolestrol dalam darah atau trigliserida dalam darah yang dapat disertai

penurunan kadar HDL kolestrol (Andry Hartono, 2000).

Dislipidemia dalam proses terjadinya aterosklerosis semuanya memiliki

peran yang penting dan sangat berkaitan satu dengan yang lain, sehingga

tidak mungkin dibahas sendiri – sendiri. Ketiganya dikenal sebagai triad

lipid, yaitu:

1) Kolestrol total

Banyak penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara kadar

kolestrol total darah dengan resiko penyakit jantung koroner (PJK)

sangat kuat, konsisten, dan tidak bergantung pada faktor resiko lain.

Penelitian genetik, eksperimental, epidemiologis, dan klinis

menunjukkan dengan jelas bahwa peningkatan kadar kolestrol total

mempunyai peran penting pada patogenesis penyakit jantung koroner

(PJK).

2) Kolestrol HDL dan LDL

Bukti epidemiologis dan klinis menunjang hubungan negatif antara

kadar kolestrol HDL dengan penyakit jantung koroner. Intervensi obat

atau diet dapat menaikan kadar kolestrol HDL dan dapat mengurangi

penyakit jantung koroner.

3) Trigliserida

Kadar trigliserida diantara 250-500 mg/dL dianggap berhubungan

dengan penyakit jantung koroner apabila disertai adanya penurunan

kadar HDL.

Page 7: A2 - Dislipidemia

4

Tabel I.1. Kadar Lemak Darah dalam Tubuh

Kadar Lemak Darah Kisaran Ideal (mg/dL)

Kolestrol total < 200

LDL < 100

HDL < 40

Trigliserida < 150

b. Klasifikasi Dislipidemia

Klasifikasi dislipidemia berdasarkan patogenesis penyakit adalah sebagai

berikut:

1) Dislipidemia Primer

Merupakan kelainan penyakit genetik dan bawaan yang dapat

menyebabkan kelainan kadar lipid dalam darah.

2) Dislipidemia sekunder

Disebabkan oleh suatu keadaan seperti hiperkolestrolemia yang

diakibatkan oleh hipotiroidisme, nefrotik syndrome, kehamilan,

anoreksia nervosa dan penyakit hati obstruktif. Hipertrigliserida

disebabkan oleh DM, konsumsi alkohol, gagal ginjal kronik, miokard

infark dan kehamilan. Dislipidemia dapat disebabkan oleh

hipotiroidisme, nefrotik syndrome, gagal ginjal akut, penyakit hati dan

akromegali.

c. Epidemiologi

Penyakit kardiovaskular akibat aterosklerosis dinding pembuluh darah

dan trombosis merupakan penyebab utama kematian di dunia. Entitas klinis

utama dari penyakit tersebut adalah PJK, stroke iskemik, dan penyakit arteri

perifer. Penyebab penyakit tersebut bersifat multifaktorial di mana sebagian

diantaranya dapat dimodifikasi. Salah satu faktor risiko yang dapat

dimodifikasi adalah dislipidemia. Terdapat hubungan yang kuat antara

dislipidemia dan penyakit kardiovaskular yang relatif setara antara populasi

Asia dan non-Asia di wilayah Asia Pasifik. Data di Indonesia berdasarkan

Laporan Riskesdas Bidang Biomedis tahun 2007 menunjukkan bahwa

Page 8: A2 - Dislipidemia

5

prevalensi dislipidemia atas dasar konsentrasi kolesterol total >200 mg/dL

adalah 39,8%. Beberapa propinsi di Indonesia seperti Nangroe Aceh,

Sumatra Barat, Bangka Belitung dan Kepulauan Riau mempunyai

prevalensi dislipidemia ≥50%.7 Data prevalensi pada umumnya

menggunakan data populasi negara barat atau negara di Asia. Mengingat hal

di atas, tatalaksana dislipidemia harus dianggap sebagai bagian integral dari

pencegahan penyakit kardiovaskular.

2. Penanganan Kondisi Dislipidemia

a. Perencanaan Terapi Diet

Pada pasien dislipidemia harus diterapkan diet seimbang yang

mengandung semua nutrient dalam jumlah yang memadai.

1) Tujuan diet yang diberikan untuk pasien dengan kondisi dislipidemia:

a) Menurunkan berat badan bila terjadi kegemukan

b) Mengubah jenis dan asupan lemak makanan

c) Menurunkan asupan kolestrol makanan

d) Meningkatkan asupan karbohidrat kompleks dan menurunkan

asupan karbohidrat sederhana

2) Syarat Diet yang diberikan:

a) Energi yang dibutuhkan disesuaikan menurut berat badan dan

aktivitas fisik

b) Lemak sedang, < 30% dari kebutuhan energi total

c) Protein cukup, yaitu 10-20% dari kebutuhan total

d) Karbohidrat sedang, yaitu 50-60% dari kebutuhan total

e) Serat tinggi, terutama yang larut air

f) Cukup vitamin dan mineral (Sunita, 2004)

b. Intervensi Gizi

Intervensi gizi biasa dilakukan dengan memberikan edukasi gizi yang

melibatkan ahli pengetahuan untuk meningkatkan pengetahuan gizi pada

pasien. Pengetahuan gizi merupakan pencapaian pada status gizi yang baik

dan sangat penting bagi kesehatan dan kesejahtraan setiap orang. Untuk

memenuhi kebutuhan gizinya, setiap individu memiliki pola makanan yang

Page 9: A2 - Dislipidemia

6

mengandung gizi yang dapat digunakan oleh tubuh. Pengetahuan gizi dapat

memegang peranan penting terhadap tata cara penggunaan pangan dengan

baik sehingga akan mencapai kebutuhan gizi yang seimbang. Tingkat

pengetahuan gizi akan dapat menentukan perilaku seseorang untuk

memperbaiki pola konsumsi makanan yang umumnya dipandang lebih baik

dan dapat diberikan sedini mungkin (Suharjo, 1989)).

c. Pengelolaan Penderita Dislipidemia

1) Umum

Pilar utama pengelolaan dislipidemia adalah upaya non farmakologis

yang meliputi modifikasi diet, latihan jasmani, serta pengelolaan berat

badan. Tujuan terapi diet adalah menurunkan resiko penyakit jantung

koroner dengan mengurangi asupan lemak jenuh dan kolestrol serta

mengembalikan keseimbangan kalori, sekaligus memperbaiki nutrisi.

Perbaikan keseimbangan kalori biasanya memerlukan peningkatan

penggunaan energi melalui kegiatan jasmani serta pembatasan asupan

kalori.

2) Upaya Non Farmakologis

a) Terapi Diet

Dimulai dengan menilai pola makan pasien, mengidentifikasi

makanan yang mengandung banyak lemak jenuh dan kolestrol serta

seberapa sering keduanya dikonsumsi.

b) Latihan jasmani

Berdasarkan beberapa penelitian, diketahui bahwa latihan fisik

dapat meningkatkan kadar HDL, menurunkan trigliserida,

menurunkan LDL dan menurunkan berat badan.

3) Farmakologis

Apabila terapi non farmakologi tidak berhasil, maka dapat diberikan

bermacam – macam obat, seperti golongan statin (efek kuat). Tujuan

dari pengelolaan dislipidemia dalam jangka pendek adalah untuk

mengontrol kadar LDL dan HDL dalam darah dan menghilangkan

keluhan maupun gejala yang terjadi pada penderita dislipidemia. Tujuan

Page 10: A2 - Dislipidemia

7

jangka panjang untuk mencegah terjadinya jantung koroner. Cara

penanganannya dengan menormalkan kadar kolestrol LDL dan HDL

dalam darah.

Page 11: A2 - Dislipidemia

8

BAB II

KASUS DAN DRUG THERAPY MONITORING

A. KASUS

MN, seorang pria 48 tahun dengan riwayat hipertensi dan merokok (1

bungkus/hari) datang ke klinik untuk test kolesterol. Ia melaporkan tidak

pernah mengalami nyeri dada atau riwayat infark miokard, stroke, atau

penyakit arteri perifer. Ia tidak memiliki saudara kandung dan kedua orang

tua hidup tanpa ada riwayat Penyakit Jantung Koroner (PJK).

Riwayat kesehatan pasien: Hipertensi selama 9 tahun, riwayat gout

Riwayat keluarga : Ayah dan ibu hidup tanpa ada riwayat PJK atau diabetes.

Riwayat sosial: Bekerja sebagai programer komputer dan duduk di mejanya

sepanjang hari, tidak berolahraga secara teratur; minum alkohol.

Obat-obatan :

Aspirin 80 mg sekali sehari

Verapamil SR 180 mg sekali sehari

Tanda vital : BP 142/86 mmHg, denyut nadi 71/menit, pernafasan 16/ menit,

suhu 37° C.

Tidak ada nyeri dada, sesak napas, atau pusing

Laboratorium:

Kolesterol total 256 mg/dL (6,63 mmol/L), trigliserida 235 mg/dL (2,66

mmol/L), kolesterol HDL 27 mg/dL (0,70 mmol/L), glukosa 115 mg/dL (6,38

mmol / L), data laboratorium lainnya semua dalam batas normal.

8

Page 12: A2 - Dislipidemia

9

B. DRUG THERAPY MONITORING

1. Data Pasien

a. Nama : MN

b. Jenis Kelamin : Pria

c. Tanggal Lahir : -

d. Umur : 48 tahun

e. BB/TB : -

f. Riwayat Penyakit Terdahulu : Hipertensi, gout

g. Riwayat Penyakit Sekarang : Hipertensi

h. Keluhan Utama : -

i. Riwayat Penyakit Keluarga : Ayah ibu tidak ada riwayat PJK atau

diabetes

j. Riwayat Sosial : Sebagai programmer, minum alkohol,

olahraga tidak teratur

k. Riwayat Alergi : -

l. Diagnosa Awal : Hipertensi

m. Diagnosa Akhir : -

Page 13: A2 - Dislipidemia

2. SOAP

Subjective Objective Assesment PlanTidak ada nyeri dada, sesak

napas, dan pusing

Tanda Vital :

BP 142/86 mmHg

Denyut nadi 71/menit

Pernapasan 16/menit

Suhu 37°C

Hasil Lab :

Kolesterol total 256 mg/dL

(6,63 mmol/L)

Trigliserida 235 mg/dL

(2,66 mmol/L)

Kolesterol HDL 27 mg/dL

(0,70 mmol/L)

Glukosa 115 mg/dL

(6,38 mmol/L)

DislipidemiaHipertensi

Aspirin 80 mg

sekali sehari

Verapamil SR 180 mg

sekali sehari

10

10

Page 14: A2 - Dislipidemia

BAB III

PEMBAHASAN

A. PROFIL PENGOBATAN

Menurut diskusi kelompok II, obat-obatan yang diberikan pada pasien MN sudah tepat dan sesuai indikasi. Penambahan obat

golongan statin diperlukan untuk mengobati indikasi hiperkolesterolemia berdasarkan hasil test kolesterol pasien. Berikut adalah

obat-obatan yang digunakan untuk pengobatan pasien MN beserta penjelasan indikasi, efek samping, dosis lazim, dan interaksi obat

tersebut dengan obat-obatan lainnya:

No. Nama Obat Indikasi Efek SampingDosis

LazimInteraksi Obat Keterangan

1 Verapamil

Hipertensi.Obat ini merupakan antagonis

kalsium yang menghambat masuknya ion Ca kedalam sel dan

dengan demikian dapat mengurangi penyaluran impuls

dan kontraksi myokard serta dinding pembuluh. Senyawa ini tidak mempengaruhi kadar Ca diplasma. Mengurangi curah jantung dan memperlambat

denyut jantung (3)

Konstipasi, mual, muntah,

pusing (4)

180-360 mg sehari sekali

Kombinasi dengan digoksin plasma dan siklosporin plasma

dapat meningkatkan efek verapamil (5)

Indikasi sesuai

Dosis pasien = dosis lazim

Page 15: A2 - Dislipidemia

2

Pravastatin

Hiperkolesterolemia.Obat ini merupakan obat

golongan statin yang menghambat secara kompetitif enzim HMG

CoA reduktase, yakni enzim pada sintesis kolesterol, terutama dalam

hati (4)

Pusing, mual, muntah,

konstipasi, ruam kulit, nyeri dada,

rasa lelah (4)

10-40 mg per hari

pada malam hari (4)

Pemakaian bersama-sama dengan

immunosupresan, itrakonazol,

gemfibrozil, niasin dan eritromisin dapat

menyebabkan peningkatan pada

gangguan otot skelet (rabdomiolisis dan miopati). Antipirin,

propranolol, digoksin

-

3 Aspirin

Sebagai antiplatelet yang menghambat sintesis tromboksan A2 (TXA2) di dalam trombosit dan prostasiklin (PGI2) di pembuluh

darah dengan menghambat secara ireversibel enzim siklooksigenase

(5)

Rasa tidak enak di perut,

mual dan pendarahan di saluran cerna

(5)

80-320 mg sehari

sekali (5)

Kombinasi dengan ACE inhibitor dan beta

blocker dapat mengurangi respon TD terhadap terapi ACEI

dan beta blocker

Indikasi sesuai

Dosis pasien = dosis lazim

12

Page 16: A2 - Dislipidemia

B. ANALISIS DRUG RELATED PROBLEMS (DRP) BERDASARKAN PHARMACEUTICAL CARE PRACTICE

Drug Therapy Problem Keterangan Action Monitor

Membutuhkan terapi

tambahan

Terdapat hasil laboratorium

yang menunjukkan bahwa

pasien menderita kolesterol

tetapi tidak diberikan terapi

untuk mengatasi kolesterol

tersebut oleh dokter

Menginformasikan dan menyarankan

kepada dokter untuk menurunkan

kolesterol, menurunkan trigliserida,

dan meningkatkan kolesterol HDL

dengan menggunakan terapi obat

Pravastatin

Hasil pemeriksaan nilai

kolesterol dan penggunaan

obat

Pengobatan tanpa indikasi - - -

Pengobatan yang tidak

tepat

- - -

Dosis terlalu tinggi - - -

ADR (Adverse Drug

Reaction)

- - -

Dosis terlalu rendah - - -

Interaksi Obat - - -

Kepatuhan - - -

13

Page 17: A2 - Dislipidemia

14

C. DISKUSI PERTANYAAN

1. Apa penilaian Anda tentang resiko Penyakit Jantung Koroner (PJK)

pada MN?

Jawab:

Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penyakit jantung yang diakibatkan

oleh penyempitan pembuluh nadi koroner. Penyempitan ini dapat

menghentikan aliran darah ke otot jantung yang sering ditandai dengan rasa

nyeri. Menurut diskusi kelompok II, pasien MN memiliki resiko PJK yang

ditandai dengan adanya beberapa faktor resiko sebagai berikut:

a. Faktor resiko primer

i. Merokok (1 bungkus dalam sehari)

Penelitian dari Framingham menyebutkan bahwa kematian mendadak

akibat PJK pada laki-laki perokok 10 kali lebih besar dari pada bukan

perokok dan pada perempuan perokok 4.5 kali lebih besar dari pada

bukan perokok. Efek rokok adalah meningkatkan beban miokard

karena rangsangan oleh katekolamin dan menurunnya konsumsi O2

akibat inhalasi CO atau dengan kata lain dapat menyebabkan

Takikardia, vasokonstrisi pembuluh darah, merubah permeabilitas

dinding pembuluh darah dan merubah 5-10 % Hb menjadi carboksi -

Hb. Disamping itu dapat menurunkan HDL kolesterol tetapi

mekanismenya belum jelas . Makin banyak jumlah rokok yang dihirup,

kadar HDL kolesterol makin menurun. Merokok juga dapat

meningkatkan tipe IV abnormal pada diabetes disertai obesitas dan

hipertensi, sehingga orang yang merokok cenderung lebih mudah

terjadi proses aterosklerosis dari pada yang bukan perokok. Apabila

berhenti merokok penurunan resiko PJK akan berkurang 50 % pada

akhir tahun pertama setelah berhenti merokok dan kembali seperti yang

tidak merokok setelah berhenti merokok 10 tahun.

ii. Hipertensi (diastolik > 90 mmHg ; siastolik > 150 mmHg)

Page 18: A2 - Dislipidemia

15

Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko utama penyebab

terjadinya PJK. Peningkatan tekanan darah pada pasien hipertensi

dapat menyebabkan meningkatknya beban kerja jantung.

Hipertensi juga dapat mempercepat terjadinya arterosklerosis.

Tekanan darah yang tinggi dan menetap akan menimbulkan trauma

langsung terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga

memudahkan terjadinya arterosklerosis koroner (faktor koroner), hal

ini menyebabkan angina pektoris, insufisiensi koroner dan infark

miokard lebih sering didapatkan pada penderita hipertensi dibanding

orang normal. Tekanan darah sistolik diduga mempunyai pengaruh

yang lebih besar. Kejadian PJK pada hipertensi sering dan secara

langsung berhubungan dengan tingginya tekanan darah sistolik.

Penelitian Framingham selama 18 tahun terhadap penderita berusia 45-

75 tahun mendapatkan hipertensi sistolik merupakan faktor pencetus

terjadinya angina pektoris dan infark miokard.

iii. Peningkatan kolesterol plasma (> 240 – 250 mg/dl) /

Hiperkolesterolemia

Hiperkolesterolemia merupakan masalah yang cukup penting karena

termasuk faktor resiko utama PJK di samping hipertensi dan merokok.

Kadar kolesterol darah dipengaruhi oleh susunan makanan sehari-hari

yang masuk dalam tubuh (diet). Kadar kolesterol darah dapat dilihat

dari nilai LDL, HDL, dan TG (trigliserid).

LDL (Low Density Lipoprotein) merupakan jenis kolesterol yang

bersifat buruk atau merugikan (bad cholesterol) karena kadar LDL yang

meningkat akan rnenyebabkan penebalan dinding pembuluh darah.

Kadar LDL kolesterol lebih tepat sebagai penunjuk untuk mengetahui

resiko PJK dari pada kolesterol total.

HDL (High Density Lipoprotein) merupakan jenis kolesterol yang

bersifat baik atau menguntungkan (good cholesterol), karena

mengangkut kolesterol dari pembuluh darah kembali ke hati untuk

dibuang sehingga mencegah penebalan dinding pembuluh darah atau

Page 19: A2 - Dislipidemia

16

mencegah terjadinya proses arterosklerosis, jadi makin rendah kadar

HDL kolesterol, makin besar kemungkinan terjadinya PJK. Kadar HDL

kolesterol dapat dinaikkan dengan mengurangi berat badan, menambah

exercise dan berhenti merokok.

Trigliserid terdiri dari 3 jenis lemak yaitu lemak jenuh, lemak tidak

tunggal dan lemak jenuh ganda. Kadar trigliserid yang tinggi

merupakan faktor resiko untuk terjadinya PJK. Pada pasien MN terjadi

peningkatan nilai LDL dan TG, sedangkan nilai HDL mengalami

penurunan, hal ini menunjukkan bahwa pasien MN mengalami

hiperkolesterolemia yang dapat menjadi salah satu resiko penyebab

PJK.

b. Faktor resiko sekunder

i. Kurang aktivitas fisik

Pasien MN bekerja sebagai programmer komputer dan duduk di

mejanya sepanjang hari, serta tidak berolahraga secara teratur. Perilaku

ini dapat menjadi salah satu resiko terjadinya PJK.

Aktivitas fisik atau exercise dapat meningkatkan kadar HDL kolesterol

dan memperbaiki kolaterol koroner sehingga resiko PJK dapat

dikurangi. Exercise bermanfaat karena :

Memperbaiki fungsi paru dan pemberian O2 ke miokard

Menurunkan berat badan sehingga lemak tubuh yang berlebihan

berkurang bersama-sama dengan menurunkan LDL kolesterol.

Membantu menurunkan tekanan darah

Meningkatkan kesegaran jasmani.

ii. Minum alkohol

Pasien MN memiliki kebiasaan mengonsumsi alkohol. Konsumsi

alkohol berlebih dapat menyebabkan miopati, yaitu keadaan dimana

serabut otot mengalami kelemahan ataupun kelumpuhan, yang dapat

pula terjadi pada otot jantung, hal ini juga dapat menjadi salah satu

faktor resiko PJK.

Page 20: A2 - Dislipidemia

17

2. Tentukan tujuan pengobatan untuk MN!

Jawab:

Pengobatan MN bertujuan untuk:

a. Menurunkan tekanan darah pasien

b. Menormalkan kadar kolesterol darah pasien dengan menurunkan nilai

LDL dan TG, serta meningkatkan nilai HDL.

c. Melancarkan peredaran darah pasien untuk menghindari terjadinya

serangan jantung

3. Susunlah rencana terapi nonfarmakologi dan farmakologi untuk MN!

Jawab:

Berikut adalah rencana terapi pasien MN menurut diskusi kelompok II:

a. Terapi nonfarmakologi:

i. Melakukan aktivitas fisik aerobik seperti jalan kaki

ii. Mengadopsi pola makan DASH (Dietary Approach to Stop

Hypertension)

iii. Menghentikan kebiasaan merokok dan minuman beralkohol

b. Terapi Farmakologi:

i. Verapamil SR

Golongan : kalsium antagonis

Dosis lazim : 180-360 mg/hari

Frekuensi pemberian : 1xsehari

Kontraindikasi : Heart block, disfungsi sistolik gagal jantung

Efek samping : Sakit kepala, flushing, edema perifer, konstipasi,

disfungsi ereksi

Produk lepas lambat lebih disukai oleh penderita hipertensi,

obat-obat ini menyekat slow channels di jantung dan

menurunkan denyut jantung, dapat menyebabkan heart block,

dan dapat digunakan untuk pasien dengan atrial takhiaritmia.

Penggunaan verapamil dapat menyebabkan interaksi obat karena

kemampuannya menghambat sistem isoenzim sitokrom P450

Page 21: A2 - Dislipidemia

18

3A4 isoenzim.akibatnya dapat meningkatkan serum konsentrasi

obat-obat lain seperti siklosporin, digoksin, lovastatin,

simvastatin, takrolimus, dan teofilin.

ii.Pravastatin

Obat ini merupakan obat golongan statin yang menghambat secara

kompetitif enzim HMG CoA reduktase, yakni enzim pada sintesis

kolesterol, terutama dalam hati.

iii. Aspirin

Digunakan sebagai antiplatelet yang menghambat sintesis tromboksan

A2 (TXA2) di dalam trombosit dan prostasiklin (PGI2) di pembuluh darah

dengan menghambat secara irreversibel enzim siklooksigenase.

Page 22: A2 - Dislipidemia

BAB IV

KESIMPULAN

Hasil analisa kasus pasien MN berdasarkan data pasien, SOAP pengobatan pasien,

dan studi literatur terkait, menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Pasien MN mengalami dislipidemia sehingga memerlukan terapi dengan obat

golongan statin, yaitu Pravastatin.

2. Pasien MN memiliki resiko Penyakit Jantung Koroner (PJK) karena memiliki

riwayat hipertensi, gaya hidup yang kurang sehat, dan mengalami dislipidemia.

3. Tujuan terapi pasien MN adalah menormalkan nilai kolesterol darah,

menurunkan tekanan darah, dan mencegah pembekuan darah sehingga

mengurangi resiko Penyakit Jantung Koroner (PJK).

4. Pasien MN memerlukan terapi baik secara farmakologi maupun nonfarmakologi.

19

Page 23: A2 - Dislipidemia

DAFTAR PUSTAKA

1. Cipolle, R.J., Strand, L.M., Moorley P.C., Pharmaceutical Care Practice, McGrawHill. 1998

2. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Jakarta; Sugeng Setu. 2008. h. 43, 169.

3. Tjay Tan Hoan, Rahardja Kirana. Obat-obat Penting Edisi Keenam. Jakarta: PT Elex Media Komputindo; 2007. h. 555.

4. Badan Pengawas Obat dan Makanan. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Jakarta: Sagung Seto; 2008. h. 43, 169.

5. Departemen Farmakologi dan Terapeutik. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007. h. 813.

6. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Pedoman Tatalaksana Hipertensi pada Penyakit Kardiovaskular. Edisi Pertama. 2015.

7. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Pedoman Tatalaksana Dislipidemia. Edisi Pertama. 2013.

8. Anwar TB. Resiko Penyakit Jantung Koroner. e-USU Repository 2004;1-10.

9. Kartikasari NI, Syauqy A. Perbedaan Kadar Kolesterol LDL dan HDL Sebelum dan Sesudah Pemberian Jus Kacang Hijau (Phaseolus radiatus Linn) pada Pria Dislipidemia. Journal of Nutrition College. 2014;3(4):698-705.

10. Sutrisno D, Panda AL, Ongkowijaya J. Gambaran Profil Lipid pada Pasien Penyakit Jantung Koroner. Jurnal e-Clinic. 2015;3(1):420-427.

20

Page 24: A2 - Dislipidemia

DISLIPIDEMIA

Pertanyaan dan Jawaban Kelas A Kelompok 2

1. Pasien merupakan perokok berat dengan riwayat hipertensi, mengapa

pada pemilihan obat diberikan pravastatin bukan atorvastatin ?

Dalam kasus ini, pasien memiliki riwayat sosial sebagai perokok berat

dengan hipertensi. Dari hasil data laboratorium, ternyata pasien juga

mengalami dyslipidemia. Obat golongan Hipolipidemik yang paling kuat

adalah golongan statin. Golongan statin seperti atorvastatin, simvastatin,

lovastatin, pravastatin. Apabila dilihat dari riwayat sosial si pasien

sebagai perokok, penggunaan atorvastatin memang sangat cocok karena

atorvastatin memiliki struktur molekul yang bersifat antioksidan sehingga

pada saat pasien merokok, atorvastatin dapat bersifat sebagai penangkal

radikal bebas. Namun pasien memiliki riwayat hipertensi dan

menggunakan obat antihipertensi yaitu verapamil yang merupakan

golongan CCB. Dalam hal ini, golongan CCB dengan simvastatin,

atorvastatin, lovastatin dimetabolisme oleh enzim yang sama yaitu

CYP3A4 yang mengakibatkan terjadinya interaksi obat secara

farmakokinetik antara verapamil dengan atorvastatin, sehingga dapat

meningkatkan kadar verapamil dan menimbulkan efek samping hipotensi

yang berakibat si pasien akan merasa pusing luar biasa (sempoyongan).

Oleh karena itu, untuk pengobatan dyslipidemia pasien dipilih

pravastatin.

2. Kenapa antihipertensinya menggunakan verapamil ?

Pemilihan obat antihipertensi disesuaikan dengan keadaan pasien. Dalam

kasus ini dipilih verapamil sebagai antihipertensi. Verapamil salah satu

golongan Calcium Channel Blocker (CCB) sebagai vasodilator yang kuat.

Karena pasien mengalami dyslipidemia dengan hipertensi, maka

dikhawatirkan terjadi penyumbatan pembuluh darah sehingga dibutuhkan

vasodilator yang kuat yang bersifat arteridilator yaitu verapamil. Obat

20

Page 25: A2 - Dislipidemia

antihipertensi golongan ACE Inhibitor dan Beta Blocker tidak dipilih

dalam terapi pengobatan pasien karena kedua golongan obat tersebut

kontraindikasi dengan Aspirin yang digunakan sebagai antiplatelet untuk

pasien, sedangkan golongan diuretik tidak dipilih karena golongan

tersebut tidak dapat digunakan jangka panjang untuk pasien hipertensi

kronis, sedangkan pasien MN merupakan pasien hipertensi kronis dengan

riwayat hipertensi lebih dari 9 tahun. Verapamil yang digunakan adalah

Verapamil SR (Slow Release) yang cukup digunakan sehari sekali

sehingga dapat meningkatkan kepatuhan pasien untuk minum obat.

3. Bagaimana cara mengatasi efek samping mual dan muntah pada

penggunaan obat-obat yang diberikan seperti aspirin, pravastatin dan

verapamil?

Untuk mengurangi keluhan efek samping mual dan muntah dengan cara

mengatur penggunaan obat sehingga obat tidak diminum sekaligus. Pada

golongan statin seperti pravastatin diminum pada saat malam hari.

Verapamil diminum 1 kali sehari. Aspirin diminum sesudah makan,

apabila pasien mengeluh mual dan muntah maka dapat diberikan

golongan antihistamin H2 sebagai antasida. Namun apabila tidak ada

keluhan, maka tidak perlu diberikan dan tetap pada penggunaan obat yang

diatur.

21