99891336 Makalah Kelompok Teori Belajar Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran

22
TEORI TEORI BELAJAR DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN Pembimbing Drs. Saipurrahman, M.Pd Di Susun Oleh Faturrahman Linda Sari Maulida Retno Safitri Kelompok 7 (Semester 1 Kelas D Banjarbaru) YAYASAN PENDIDIKAN UNIVERSITAS ACHMAD YANI BANJARMASIN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR 2011

description

ftfghgghhg

Transcript of 99891336 Makalah Kelompok Teori Belajar Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran

Page 1: 99891336 Makalah Kelompok Teori Belajar Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran

TEORI – TEORI BELAJAR DAN

IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN

Pembimbing

Drs. Saipurrahman, M.Pd

Di Susun Oleh

Faturrahman

Linda Sari

Maulida

Retno Safitri

Kelompok 7 (Semester 1 Kelas D Banjarbaru)

YAYASAN PENDIDIKAN UNIVERSITAS ACHMAD YANI

BANJARMASIN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH

DASAR

2011

Page 2: 99891336 Makalah Kelompok Teori Belajar Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat limpahan

rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah

teori-teori belajar dan implikasinya dalam pembelajaran.

Penulisan makalah ini adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan

untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Pendidikan Anak di Sekolah Dasar . Kami

telah berusaha untuk membuat makalah ini sebaik mungkin namun tentu masih

terdapat kekurangan. Untuk itu penulis sangat memerlukan kritik dan saran yang

konstrukstif dalam rangka penyempurnaan penulisan berikutnya.

Penulis juga ingin berterimakasih kepada orangtua dan semuanya yang

telah mendukung dan membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga

bantuan yang diberikan oleh semua pihak mendapat pahala yang berlipat ganda

oleh Allah SWT dan semoga makalah ini memberikan manfaat bagi kita semua.

Amin ya rabbal „alamin.

Banjarbaru , September 2011

Penulis

Page 3: 99891336 Makalah Kelompok Teori Belajar Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii

I . PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1

1.2 Tujuan dan Manfaat .................................................................................. 1

II . ISI

2.1 Teori-teori Belajar ..................................................................................... 2

2.2 Implikasi teori-teori Belajar dalam Pembelajaran .................................... 9

III . PENUTUP

3.1 Kesimpulan .............................................................................................. 17

3.2 Saran ......................................................................................................... 18

IV. DAFTAR PUSTAKA... ............................................................................................ 19

Page 4: 99891336 Makalah Kelompok Teori Belajar Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Fenomena pembelajaran dapat dijelaskan dan dimaknai oleh teori-teori

belajar, oleh karena anda merupakan personel yang akan terlibat di dalam

pembelajaran maka pada bagian ini anda diajak berdiskusi tentang berbagai hal

yang berkaitan dengan teori-teori belajar dan implikasinya dalam suatu

pembelajaran.

Suatu teori bukan hanya dapat membantu dalam memahami fenomena

pembelajaran, tetapi juga dapat menjelaskan dan memaknai setiap fenomena

pembelajaran. Teori yang anda kuasai akan menjadi kerangka pikir dalam

mengambil putusan pendidikan atau pembelajaran, pisau pemilah dalam

pemecahan masalah, dan bahkan sebagai bagian hidup yang integratif.

Makalah ini dirancang dengan mengetengahkan lima teori belajar dan

implikasinya dalam pembelajaran. Pembahasan teoritis dan contoh-contohnya

disajikan pada Bab II, yang materinya mencakup teori belajar (1) behaviourisme,

(2) humanisme, (3) kognitif, (4) konsep, (5) teori belajar bermakna dan disajikan

pula beberapa implikasi teori tersebut dalam suatu pembelajaran

1.2 Manfaat dan Tujuan

Melalui makalah ini anda diharapkan mampu menerapkan teori-teori

belajar tersebut dalam suatu pembelajaran yang anda lakukan, dan makalah ini

dirancang agar anda lebih mudah memahami teori-teori tersebut sehingga betul-

betul dapat dimanfaatkan dalam situasi nyata. Makalah ini menyuguhkan

beberapa implikasi teoritis yang disertai contoh-contoh sehingga anda dapat

mempelajarinya secara mandiri.

Page 5: 99891336 Makalah Kelompok Teori Belajar Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran

BAB II

ISI

2.1 Teori – Teori Belajar

Berbagai teori belajar yang dapat diaplikasikan dalam proses pembelajaran

di Sekolah Dasar akan kita bahas bersama. Adapun paparan dalam proses

pembelajaran berkaitan dengan teori belajar behavioristik, humanistik, teori

kognitif, teori belajar bermakna, dan teori belajar konsep.

2.1.1 Teori Behavioristik

Tokoh pelopor teori behavioristik antara lain J.B. Watson, Thorndike, dan

B.F. Skinner. J.B Watson (1878-1958) mengemukakan bahwa perilaku manusia

disebabkan oleh pembentukan faktor lingkungan. Bagi Watson Lingkungan

adalah faktor dominan dan yang paling penting bagi tumbuh berkembang anak.

Bahkan ia mengemukakan pendapat untuk bayi Albert yang dinilai negatif oleh

masyarakat Amerika waktu itu “ Beri aku bayi, selanjutnya terserah dapat

dibentuk mau jadi apa saja” Begitulah pendapat Watson yang akhirnya membuat

para orang tua takut menyekolahkan anaknya karena khawatir anak mereka

dijadikan orang gila, pemabuk, dan sebagainya.

Ditengah keresahan masyarakat akibat teori Watson munculah pendapat

Thorndike (1874-1974) yang mengemukakan bahwa belajar lebih bersifat

meningkat bertahap ketimbang karena hadirnya pemahaman. Artinya, menurut

teori Thorndike disini belajar melalui langkah-langkah kecil yang sistematis dan

bertahap daripada sebuah lompatan yang besar. Thorndike pada tahun 1930-an

terkenal akan hukum-hukum belajarnya yaitu;

a. Hukum kesiapan

b. Hukum latihan

c. Hukum akibat

d. Hukum berganda

e. Sikap

f. Elemen-elemen berpotensi

g. Respons dengan analogi, dan

h. Pergeseran asosiatif

Setelah tahun 1930-an Thorndike meralat teorinya tersebut. Hukum belajar

yang diralatnya yakni hukum latihan dan hukum akibat. Menurutnya, hukum

keterpakaian sebagai bagian dari hukum latihan yang menyatakana bahwa

Page 6: 99891336 Makalah Kelompok Teori Belajar Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran

pengulangan suatu perilaku pada praktiknya terkadang tidak akurat. Dalam revisi

hukum akibat, Thorndike mengemukakan bahwa reinforcement akan menguatkan

suatu hubungan sedangkan hukuman tidak berpengaruh pada kekuatan hubungan.

Sebagai contoh, murid yang diberi hukuman karena salah mengerjakan tugas

belum tentu membuatnya mengulangi tugas pelajaran tersebut. Sebaliknya peserta

didik yang betul mengerjakan tugas diberi reinforcement berupa pujian sehingga

ia semakin sungguh-sungguh dalam belajarnya.

Adapun cara belajar menurut teori ini adalah dengan mengamati

perkembangan peserta didik. Perilaku terbentuk dengan adanya ikatan asosiatif

antara stimulus dan respon. Manusia pada dasarnya adalah makhluk yang

menghindari hal-hal yang menyakitkan dan berprilaku sesuai dengan pola

stimulus respon yang terjadi.

Belajar dimodifikasi oleh lingkungan. Dalam prosesnya mengandung tiga

pokok yakni stimulus, respon, dan akibat. Stimulus datang dari lingkungan yang

dapat membangkitkan tanggapan individu. Respon menimbulkan perilaku dari

stimulus yang diberikan sedangkan akibat terjadi setelah individu memberi repson

postif ataupun negatif.

Reinforcement (penguatan) menjadi prinsip utama dalam memperkuat

lekatnya hasil belajar pada individu (Agus Taufik, 2007:6.5). Suatu pemahaman

yang tepat memberikan kepuasan pada diri individu tetapi mereka cenderung

menghindari sesuatu yang tidak memberikan kepuasan. Pemberian penguatan juga

harus mewaspadai tricky matter, yakni proses penguatan yang keliru, tidak sesuai

dengan tujuan utamanya. Misalnya, seorang ibu meminta anaknya untuk menyapu

rumah dengan iming-iming akan diberikan uang dengan tujuan anaknya

mempunyai kebiasaan menyapu lantai hingga bersih. Masalahnya, apa kita yakin

bahwa anak itu menyapu kembali rumah di lain waktu dengan kesadaran dirinya

sendiri? Mari kita teruskan ke teori selanjutnya.

2.1.2 Teori Humanisme

Tokoh pelopor teori belajar Humanisme antara lain Abraham Maslow dan

Carl Rogers. Maslow meyakini bahwa belajar merupakan kebutuhan akan

perkembangan motivasi. Dalam mencapai sesuatu manusia tidak akan pernah puas,

rasa puas hanya terjadi sesaat saja sehingga manusia mencari peluang lain untuk

menutupi kebutuhannya. Menurut Maslow, puncak kebutuhan yang sekaligus

sebagai ukuran keberhasilan individu ialah berhasil dalam mengaktualisasikan diri

dalam dunianya (Agus Taufik, 2007: 6.6).

Sementara Carl Rogers seorang ahli bimbingan konseling dengan teori

client centered-nya berpendapat bahwa manusia adalah makhluk yang rasional,

sosialis, ingin maju dan realistis sehingga manusia memiliki potensi untuk tumbuh

Page 7: 99891336 Makalah Kelompok Teori Belajar Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran

dengan aktual serta memiliki martabat yang tinggi. Rogers menempatkan manusia

secara manusiawi dalam martabat kemanusiannya.

Bagi Rogers, guru merupakan fasilitator yang memungkinkan peserta

didik paham akan sesuatu hal. Selain itu, dalam membimbing perlu diberinya

kebebasan. Prinsip learning to be free adalah ide Rogers untuk mengkonsepsikan

pembelajaran berbasis becoming a person, freedom to be, dan courage to be.

Menurutnya, pembelajaran berbasis learning to be free mampu membuat peserta

didik bersikap lebih otonom, lebih spontan, dan lebih meyakini dirinya sendiri.

Senada dengan pengalaman Rogers ini, Djawad Dahlan (1985:41) sampai kepada

suatu ungkapan yang menyatakan bahwa learning to be free merupakan

perkembangan yang berarti untuk menjadi manusia yang “menjadi” becoming

human (Agus Taufik, 2007: 6.6).

Adapun cara belajar menurut teori ini adalah dengan mengembangkan

aktualisasi diri untuk mencapai puncak perkembangan individu. Apabila

seseorang mampu mengembangkan potensinya serta merasa dirinya utuh,

bermakna dan berfungsi (fully functioning person) maka orang itu bukan hanya

akan berguna bagi dirinya sendiri tapi juga berguna bagi lingkungan sekitarnya.

Teori ini berpendapat bahwa motivasi belajar harus datang dari dalam diri

individu, intelektual dan emosional sama sekali tidak ada pengaruhnya dalam

proses pembelajaran.

Proses belajar harus melibatkan pengalaman langsung, berfikir serta

merasakan kehendak sendiri dan melibatkan seluruh pribadi peserta didik

sehingga hasil belajar dapat dirasakan diri individu. Belajar yang bermakna tidak

lain hanyalah belajar yang dapat memenuhi kebutuhan nyata individu (Agus

Taufik, 2007: 6.7).

Carl Rogers mengemukakan prinsip-prinsip belajar sebagai berikut ini.

a. Manusia mempunyai dorongan alamiah untuk belajar; dorongan ingin tahu,

melakukan eksplorasi dan mengasimilasikan pengalaman baru.

b. Belajar akan bermakna apabila materi yang dipelajari relevan dengan

kebutuhan anak.

c. Belajar harus diperkuat dengan jelas mengurangi ancaman eksternal,

seperti hukuman, penilaian, sikap merendahkan murid, mencemoohkan

dan sebagainya.

d. Belajar atas inisiatif sendiri akan melibatkan keseluruhan pribadi, baik

faktor internal maupun personal.

e. Sikap mandiri, kreativitas, dan percaya diri diperkuat dengan penilaian

atas diri sendiri.

Page 8: 99891336 Makalah Kelompok Teori Belajar Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran

Menurut teori ini salah satu karakteristik yang harus ada pada diri pendidik

adalah memiliki kemampuan memotivasi belajar peserta didiknya. Selain itu guru

harus memiliki sikap empati (emphatic), terbuka (open mindedness), keaslian

(genuineness), kekonkretan (concreteness), dan kehangatan (warmth) (Agus

Taufik, 2007: 6.7).

Sikap empati (emphatic) merujuk kepada sikap guru yang mau

memposisikan dirinya pada kerangka berfikir peserta didik sehingga guru dapat

merasakan apa yang peserta didik rasakan dan alami. Keterbukaan (open

mindedness) merujuk pada kemampuan guru untuk membuka diri, siap dikritik,

siap diberi masukan, siap dinilai, dan diberi pujian. Keaslian (genuineness)

merujuk kepada penampilan apa adanya dan tidak dibuat-buat. Kekonkretan

(concreteness) merujuk pada kejelasan dalam menyatakan sesuatu, memberikan

tanggung jawab sesuai dengan kemampuan peserta didik dan realistis. Kehangatan

(warmth) merujuk pada jalinan komunikasi yang secara psikologis terasa nyaman

dan aman bagi peserta didik disertai ketulusan dalam memberikan pelayanan

pendidikan (Agus Taufik, 2007: 6.7).

2.1.3 Teori Belajar Kognitif

Tokoh pelopor teori belajar kognitif yang terkenal antara lain Max

Wertheimer, Wolfgang Kohler, Kurt Koffka, Kurt Lewin, dan Jean Piaget. Max

Wertheimer (1880-1943), Wolfgang Kohler (1887-1967), Kurt Koffka (1886-

1941) merupakan pionir teori gestalt (Agus Taufik, 2007: 6.8). Teori ini

menekankan bahwa keseluruhan lebih berarti daripada bagian-bagian. Artinya

proses belajar dalam teori ini harus dimulai dari keseluruhan dahulu, baru

menganalisa bagian-bagian atau unsur-unsurnya. Misalnya, permulaan membaca

untuk anak SD yang baik adalah mengajarinya keseluruhan baru

dianalisis/dipisahkan per kata, per suku kata, dan per huruf. Contoh.

Ini – ibu – Budi

I – ini i – bu Bu – di

I – n – i i – b – u B – u – d – i

Kurt Lewin (1890-1947) merupakan pengembang teori motivasi di sekitar

teori medan (Agus Taufik, 2007: 6.8). Teori ini mengemukakan bahwa semakin

dekat peserta didik dengan medan belajarnya, motivasi belajarnya cenderung lebih

kuat dibandingkan peserta yang jauh motivasinya dari medan belajar. Medan yang

dimaksud ialah medan psikologis sebagai arena belajar peserta didik (Agus Taufik,

2007: 6.8).

Sementara Jean Piaget yang seorang ahli teori tahap mengemukakan

bahwa perkembangan tahap kognitif individu dimulai dari periode sensori

Page 9: 99891336 Makalah Kelompok Teori Belajar Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran

motorik, periode praoperasional, periode operasional konkret, dan periode

operasional formal.

Adapun cara belajar menurut teori ini adalah dengan proses pengenalan

yang bersifat kognitif. Teori ini berpendapat bahwa cara belajar anak berbeda

dengan cara belajar orang dewasa. Orang dewasa menggunakan kemampuan

kognitif yang lebih tinggi dalam belajar dibandingkan dengan anak. Oleh karena

itu, faktor tahap perkembangan individu menjadi pertimbangan utama dalam

berlangsungnya proses belajar.

Jean Piaget seorang ilmuan Prancis yang merupakan salah satu tokoh

aliran kognitivisme melakukan penelitian tentang perkembangan kognitif individu

sejak tahun 1920 sampai 1964. Piglet akhirnya berkesimpulan bahwa

perkembangan kognitif seseorang melalui empat tahapan utama yang secara

kualitatif setiap tahapan memunculkan kualikatif yang berbeda. Tahapan kognitf

Piaglet adalah sebagai berikut.

a. Periode sensori motor (0; 0-2;0)

Periode ini ditandai oleh penggunaan sensori motorik (dalam

pengamatan dan pengindraan) yang intensif terhadap dunia di

sekitarnya. Prestasi yang dicapai dalam periode ini ialah

perkembangan bahasa, hubungan tentang objek, kontrol skema,

kerangka berpikir, pembentukan pengertian, dan pengenalan hubungan

sebab akibat. Perilaku kognitif yang tampak, antara lain :

1) menyadari dirinya berbeda dari benda-benda lain di sekitarnya;

2) sensitif terhadap rangsangan suara dan cahaya;

3) mencoba bertahan pada pengalaman-pengalaman yang menarik;

4) mendefinisikan objek/benda dengan memanipulasinya;

5) mulai memahami ketepatan makna suatu objek meskipun lokasi

dan posisinya berubah.

b. Periode praoperasional (2; 0-7; 0)

Periode ini terbagi dua tahapan, yaitu prakonseptual (2;0-4;0) dan

intuitif (4:0-7;0). Periode konseptual ditandai dengan cara berpikir

yang transuktif (menarik kesimpulan) tentang sesuatu yang khusus atas

dasar hal khusus (contoh, sapi disebut juga kerbau). Periode intuitif

ditandai oleh dominasi pengamatan yang bersifat egosentris ( belum

memahami cara orang lain memandang objek sama), seperti searah

(selancar). Perilaku kognitif yang tampak, antara lain:

1) self-centered dalam memandang dunianya;

2) dapat mengklafikasikan objek-objek atas dasar satu ciri yang sama,

mungkin pula memiliki perbedaan dalam hal yang lainnya;

Page 10: 99891336 Makalah Kelompok Teori Belajar Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran

3) dapat melakukan koleksi benda-benda berdasarkan suatu ciri atau

kriteria tertentu;

4) dapat menyusun benda-benda, tetapi belum dapat menarik inferensi

dari dua benda yang tidak bersentuhan meskipun terdapat dalam

susunan yang sama.

c. Periode operasional konkret (7; 0-11 atau 12;0)

Tiga kemampuan dan kecakapan baru yang menandai periode ini

adalah mengklasifikasikan angka-angka atau bilangan. Dalam periode ini

anak mulai pula mengkonservasi pengetahuan tertentu. Perilaku kognitif

yang tampak pada periode ini ialah kemampuan dalam proses berpikir

untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika meskipun masih terikat

dengan objek-objek yang bersifat konkret.

d. Periode operasional formal (1;0 atau 12; 0-14 atau 15;0)

Periode ini ditandai dengan kemampuan untuk mengoperasikan

kaidah-kaidah logika formal yang tidak terikat lagi oleh objek-objek

yang bersifat konkret. Perilaku kognitif yang tampak, antara lain;

1) kemampuan berpikir hipotetik-deduktif;

2) kemampuan mengembangkan suatu kemungkinan;

3) kemampuan mengembangkan suatu proporsi atas dasar proporsi-

proporsi yang diketahui;

4) kemampuan menarik generalisasi dan inferensi dari berbagai

kategori objek yang beragam.

2.1.4 Teori Belajar Konsep

A. Belajar Konsep

Konsep itu apa sih? Seseorang akan sulit mengetahui apa itu konsep kalau

dia tidak mengetahui konsep akan lingkungannya. Misalnya, konsep tentang ibu,

ayah, piring, mandi, dan hal-hal lain yang terkait dengan individu tersebut.

Konsep sangat erat kaitannya dengan reaksi dari stimulus-stimulus yang ada di

lingkungan kita. Menurut Dahlar (1996:76) konsep-konsep itu menyediakan

skema-skema terorganisasi untuk mengasimilasikan stimulus-stimulus baru, dan

untuk menentukan hubungan di dalam dan di antara kategori-kategori (Agus

Taufik, 2007: 6.11).

Page 11: 99891336 Makalah Kelompok Teori Belajar Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran

Konsep-konsep yang dimiliki individu merupakan hasil dari proses belajar

yang ia peroleh berdasarkan pengalaman kognitifnya. Hasil belajar itu akan

membangun fondasi berpikir individu. Hal itulah yang dijadikan dasar untuk

memecahkan masalah secara relevan dan sesuai aturan.

Apa itu konsep? Tampaknya, sulit sekali mendapatkan definisi konsep

yang dipandang akurat. Hal-hal yang banyak dikemukakan orang, berkenaan

dengan definisi konsep adalah sesuatu yang diterima dalam pikiran atau ide yang

umum dan abstrak (Agus Taufik, 2007: 6.11)

B. Bagaimana individu memperoleh konsep-konsep

Kalau melihat teori Ausubel (1968) individu memperoleh konsep-konsep

melalui dua cara, yaitu melalui formasi konsep dan asimilasi konsep (Agus Taufik,

2007: 6.12). Konsep-konsep yang diperoleh semenjak kecil dari lingkungan

individu melahirkan formasi konsep, bisa dikatakan formasi konsep didapatkan

sebelum individu itu memasuki bangku sekolah.

Sementara asimilasi konsep terjadi setelah anak mulai sekolah dan

berlangsung secara deduktif. Anak biasanya diberi atribut sehingga mereka belajar

konseptual, misalnya atribut dari gajah ialah hewan dan belalai sehingga anak

akan memahami kalau hewan yang berbelalai adalah gajah.

C. Tingkat-tingkat Pencapai Konsep

Klausmeier mengemukakan 4 tingkatan pencapaian konsep sebagai

berikut.

a. Tingkat konkret

Pencapaian konsep tingkat konkret ditandai oleh adanya pengenalan anak

terhadap suatu benda yang pernah ia kenal. Pada tingkat ini anak bisa

membedakan stimulus-stimulus yang ada di lingkungannya dan anak

sudah mampu menyimpan gambaran mental dalam sturuktur kognitifnya.

Misalnya anak sudah mengetahui apa yang namanya tali.

b. Tingkat identias

Seseorang telah mencapai tingkat konsep identitas apabila ia sudah

mengenal suatu objek setelah selang waktu tertentu, memiliki orientasi

ruang yang berbeda terhadap objek itu atau apabila objek tersebut

ditentukan melalui suatu cara indra yang berbeda.Misalnya anak tidak

hanya bisa melihat tali tetapi juga bisa memainkannya.

c. Tingkat classificatory

Tingkatan ini anak bisa dikatakan sudah mampu mengenal persamaan dari

suatu contoh yang berbeda dari kelas yang sama. Misalnya buah jeruk

yang masak dan jeruk yang mentah.

d. Tingkat formal

Page 12: 99891336 Makalah Kelompok Teori Belajar Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran

Pada tingkat ini anak sudah mampu membatasi konsep dengan konsep lain,

membedakannya, menentukan ciri-ciri, memberikan nama atribut yang

membatasinya bahkan sampai mengevaluasi atau memberikan contoh

secara verbal

2.1.5 Belajar Bermakna: David Ausubel

Dalam teorinya Ausubel membagi klasifikasi belajar menjadi 2 bagian

yakni dimensi pertama yang menyangkut cara materi atau informasi diterima

peserta didik dan dimensi kedua yang menyangkut cara bagaimana peserta didik

dapat mengaitkan informasi atau materi pelajaran dengan struktur kognitif yang

telah ada. Teori dimensi pertama lebih menitik beratkan pada penerimaan dan

penemuan peserta didik. Sedangkan teori kedua lebih kepada cara berfikir anak.

Apabila ia hanya mencoba-coba menghafalkan informasi atau materi

pelajaran baru tanpa menghubungkannya dengan konsep-konsep yang lain di

dalam struktur kognitifnya maka terjadilah yang disebut dengan belajar hafalan.

Sebaliknya, jika peserta didik menghubungkan informasi atau materi pelajaran

baru dengan konsep-konsep atau hal lainnya yang telah ada dalam struktur

kognitifnya maka terjadilah yang disebut dengan belajar bermakna.

1. Belajar Bermakna

Inti dari teori ini adalah proses belajar yang mengaitkan informasi atau

materi baru dengan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitif.

2. Belajar Hafalan

Belajar hafalan dapat terjadi jika dalam struktur kognitif peserta didik

belum ada konsep-konsep (subsumer) yang relevan dengan informasi atau

materi pembelajaran baru. Dengan belajar hafalan, tidak terjadi proses

asimilasi informasi atau materi pembelajaran baru.

2.2 Implikasi Teori-Teori Belajar dalam Pembelajaran

Penting bagi seorang pendidik untuk menerapkan teori belajar yang telah

ia kuasai. Sedikitnya ada 2 yang mungkin terjadi jika pada diri seorang guru

mampu menerapkan teori belajar yang diyakininya dalam kognisi nyata. Pertama,

teori yang dikenalnya itu cenderung meningkat baik secara kualitatif maupun

kuantitatif sehingga pada suatu saat ia akan kaya dengan khazanah teori belajar

dan pembelajaran. Kedua, pembelajaran akan optimal baik dilihat dari sudut

Page 13: 99891336 Makalah Kelompok Teori Belajar Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran

pandang pengembangan peserta didik maupun aktualisasi kemampuan guru itu

sendiri.

2.2.1 Implikasi Teori Belajar Behaviorisme dalam Pembelajaran

Proses pembelajaran berpegang teguh pada prinsip dan pemahaman aliran

behaviorisme menekankan pada pentingnya keterampilan dan pengetahuan

akademik maupun perilaku sosial sebagai hasil belajar (Agus Taufik, 2007: 6.20).

Pendekatan akademik yang lebih menekankan pada penguasaan secara tuntas

terhadap apa saja yang dipelajari menjadi langkah penting dalam pencapaian teori

behaviorisme ini. Tujuan pendidikan bersifat eksternal, artinya guru yang

mengendalikan proses pembelajaran tanpa campur tangan peseta didik.

Hasil belajar akan lebih bermakna jika prosesnya menyenangkan peserta

didik dan terjadi penguatan (reinforcement). Misalnya, peserta didik menjawab

benar maka diberi penguatan oleh guru/pendidik dengan mengucapkan

“Jawabanmu bagus” atau “tepat” dan sebagainya. Menurut William C. Crain

(1980:9) guru, orang tua, dan pendidik harus memberikan penguatan terutama

yang bersifat psikologis dan menghindari penguatan yang lebih bersifat

kebendaan. Sedangkan penghargaan (rewards) seharusnya diberikan hanya

kepada perilaku yang masuk akal (reasonable) dan tidak bersifat memanjakan.

Hindari hukuman (punishments) yang bersifat fisik.

Kurikulum yang berorientasi pada aliran behaviorisme harus sudah

menggambarkan perincian tentang apa-apa yang hendak disajikan kepada peserta

didik. Kurikulum harus dikristalisasikan dalam satuan acara pembelajaran (SAP)

yang dirancang sedemikian rupa sebelum proses pembelajaran dimulai.

2.2.2 Implikasi Teori Humanisme dalam Pendidikan

Pandangan kalangan humanisme tentang proses belajar mengimplikasikan

perlunya penataan peran guru/tenaga kependidikan dan prioritas pendidikan (Agus

Taufik, 2007: 6.21). Teori ini meyakini bahwa guru adalah fasilitator bukan

sebagai pengajar belaka. Artinya, pengajar harus bisa memfasilitasi tumbuhnya

motivasi belajar dalam diri peserta didik, bukannya berpusat pada proses

pembelajaran. Peserta didik harus diberi kesempatan untuk mengeksplorasi dan

mengembangkan kesadaran dirinya untuk perkembangan aspek kognitif, afektif

maupun psikomotorik agar peserta didik bisa lebih menguasai informasi atau

pengetahuan.

Guru/pendidik berperan sebagai fasilitator, bukan berarti ia harus pasif,

akan tetapi justru guru/pendidik harus berperan aktif dalam suatu proses

pembelajaran (Agus Taufik, 2007: 6.21). Menurut Rogers seorang pendidik harus

berperan aktif dalam hal-hal berikut ini.

Page 14: 99891336 Makalah Kelompok Teori Belajar Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran

1. Membantu menciptakan iklim kelas yang kondusif dan sikap positif

terhadap pembelajaran.

2. Membantu peserta didik mengklasifikasikan tujuan belajar dengan cara

memberikan kesempatan kepada peserta didik secara bebas menyatakan

apa yang ingin mereka pelajari.

3. Membantu peserta didik mengembangkan dorongan dengan tujuannya

sebagai kekuatan pembelajaran.

4. Menyediakan sumber-sumber belajar.

Belajar bermakna terjadi jika kebutuhan peserta didik disertai motivasi

instrinsik dapat terpenuhi. Selain itu kurikulum juga tidak bersifat kaku. Guru

harus arif dan paham betul atas keunikan peserta didik. Rogers menyarankan agar

terciptanya iklim kelas yang memungkinkan terjadinya belajar bermakna perlu

dilakukan hal-hal berikut:

1. terimalah peserta didik apa adanya;

2. kenali dan bina minat peserta didik melalui penemuannya terhadap diri

sendiri;

3. usahakan sumber belajar yang mungkin dapat diperoleh peserta didik

untuk dapat memilih dan menggunakannya;

4. gunakan pendekatan inquiry-discovery;

5. tekankan pentingnya penilaian diri sendiri dan biarkan peserta didik

mengambil tanggung jawab untuk memenuhi tujuan belajarnya.

2.2.3 Implikasi Teori Kognitif dalam Pendidikan

Dari aliran psikologi kognitif, teori Piaget tampak lebih banyak digunakan

dalam praktik pendidikan atau proses pembelajar meskipun teori ini bukanlah

teori mengajar (Agus Taufik, 2007: 6.22). Dalam teori Piaget peserta didik harus

dibimbing agar aktif menemukan sesuatu yang dipelajarinya, tidak harus berpusat

pada guru. Diusahakan agar materi yang diajarkan harus dapat menarik minat

anak dan menantang sehingga mereka merasa senang dan akhirnya terlibat dalam

proses pembelajaran.

Dalam teorinya, Piaget mengemukakan bahwa kemampuan berfikir anak

dengan orang dewasa itu berbeda. Artinya urutan bahan pembelajaran harus

menjadi perhatian utama. Anak akan sulit memahami bahan pelajaran jika urutan

bahan pelajaran itu loncat-loncat. Bagi anak SD pengoperasian suatu penjumlahan

harus menggunakan benda-benda nyata, terutama di kelas-kelas awal karena tahap

perkembangan berpikir mereka baru mencapai tahap operasi konkret. Contohnya,

untuk menjelaskan operasi penjumlahan 4+2 lebih baik guru memperagakannya

Page 15: 99891336 Makalah Kelompok Teori Belajar Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran

dengan memperlihatkan 4 benda dan 2 benda. Jadi, caranya: “Empat buah jeruk

ini ditambah dengan dua buah jeruk yang itu, berapa jumlahnya anak-anak?”

Dalam proses pembelajaran guru/pendidik harus memperhatikan tahapan

perkembangan kognitif peserta didik. Materi harus sesuai dengan tahapan

perkembangan kognitif dan harus merangsang kemampuan berpikir mereka.

Tahap kemampuan berpikir sensori motorik mengimplikasikan bahwa bagi proses

belajar harus mencapai kerangka dasar kemampuan berbahasa, hubungan tentang

objek, kontrol skema, kerangka berpikir, pembentukan pengertian, dan

pengenalan hubungan sebab akibat. Ini berarti bahwa orang tua atau lingkungan

harus dapat memberikan rangsangan yang banyak terhadap bayi. Rangsangan

tersebut dapat dilakukan dengan cara selalu mengajak bicara pada bayi, membawa

jalan-jalan kepada bayi untuk mengenalkan objek yang ada disekelilingnya,

memberi keleluasaan gerak, dan memangku bayi dengan posisi kepala selalu

menghadap depan.

Tahap kemampuan berpikir pra-operasional ditandai dengan berpikir anak

yang bersifat egosentrik-simbolik. Implikasi dalam proses belajarnya ialah belajar

harus berpusat pada anak karena anak melihat sesuatu berdasarkan dirinya sendiri.

Untuk terjadinya proses belajar harus tidak ada proses paksaan agar sifat

egosentrisnya tidak terbunuh. Oleh karena itu, metode pembelajaran yang paling

tepat ialah metode bermain. Metode ini selain tidak mengubur sifat egosentris

anak juga merupakan dunia anak, buktinya anak senang bermain dan ia akrab

dengan bermain. Begitu pun penggunaan benda-benda konkret sebagai simbol

harus digunakan dalam merangsang pemikiran anak ketika proses belajar

berlangsung. Tahapan perkembangan berpikir praoperasional ini terutama terjadi

pada anak usia TK.

Tahap kemampuan berpikir operasional konkret ditandai oleh kemampuan

anak untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika meskipun masih terikat oleh

objek-objek yang bersifat konkret. Tahap ini umumnya dialami anak SD. Ini

berarti proses belajar di SD kelas-kelas bawah harus disertai dengan benda-benda

konkret. Kemampuan mengoperasikan kaidah penjumlahan, pengurangan,

perkalian dan pembagian mulai tampak. Akan tetapi, pada kelas-kelas awal (1 dan

2) masih terbatas pada operasi penjumlahan dan pengurangan sederhana.

Tahap kemapuan berpikir formal mengimplikasikan bahwa anak melalui

proses belajar mengajar harus mampu menemukan sendiri, memecahkan masalah

sendiri, bahkan berpikir menurut konsep sendiri. Pada tahap ini anak sudah

mampu berpikir logis dan abstrak mengenai situasi-situasi aktual maupun

hipotetik. Ini berarti bahwa guru harus menciptakan suatu situasi yang

memungkinkan anak berinteraksi dengan yang lainnya dan juga guru. Anak

dikondisikan untuk belajar mengeksplorasi, mencari dan menemukan (inquiry-

Page 16: 99891336 Makalah Kelompok Teori Belajar Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran

discovery). Metode inquiry-discovery dengan logika yang tinggi sudah bisa

digunakan dalam proses belajar mengajar.

2.2.4 Implikasi Teori Belajar Konsep dalam Pembelajaran

Ada 2 langkah dalam pembelajaran yang berbasis teori belajar konsep,

yaitu (1) penemuan konsep-konsep yang akan diajarkan, dan (2) perencanaan

pelajaran yang mencakup (1) penentuan tingkat pencapaian konsep, dan (2)

analisis konsep

1. Penentuan Konsep-konsep yang akan diajarkan

Ada dua hal yang harus kita pertimbangkan ketika akan memberikan

pembelajaran konsep. Pertama, perkembangan kognitif atau usia peserta didik

yang kerap kali membuat biasnya pembelajaran konsep. Artinya, konsep-konsep

yang diajarkan harus sesuai dengan perkembangan kognitif atau usia peserta didik

atau tergantung pada pencapaian konsep mana yang akan diajarkan kepada peserta

didik.

Kedua, tingkat pencapaian konsep yang diharapkan sesuai dengan tujuan

pembelajaran yang akan dirumuskan. Apakah konsep yang diharapkan dicapai

pada tingkat konkret, tingkat klasifikasi atau tingkat formal? Hal ini harus betul-

betul dipertimbangkan sebab akan terkait dengan sampai sejauh mana

penganalisisannya. Tetapi kebanyakan guru lebih menenkankan pada konsep-

konsep yang bersifat emergency bagi peserta didiknya.

Namun demikian, guru harus tetap memperlihatkan dimensi

perkembangan kognitif dan tujuan pencapaian konsep-konsep yang akan diajarkan.

Tentu saja seorang guru harus tetap berpedoman kepada kurikulum yang berlaku

sehingga lebih menambah kejelasan orientasi tujuan pendidikan kita.

2. Perencanaan Pembelajaran Konsep

Jika anda sudah memilih konsep-konsep yang akan diajarkan maka

selanjutnya anda perlu menentukan strategi-strategi pembelajaran. Ada 2 langkah

yang perlu dilaksanakan dalam rencana pembelajaran konsep, yaitu berikut ini.

a. Penentuan tingkat pencapaian konsep

Penentuan tingkat pencapaian konsep perlu didasarkan kepada tuntutan

kurikulum, perkembangan peserta didik, dan tingkat kepentingan konsep.

b. Analisi konsep

Page 17: 99891336 Makalah Kelompok Teori Belajar Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran

Analisis konsep mencakup nama, atribut-atribut kriteria dan variabel,

definisi, contoh-contoh dan noncontoh, dan hubungan konsep dengan konsep-

konsep lain.

2.2.5 Implikasi Teori Belajar Bermakna Ausubel dalam Pembelajaran

Jika kita bandingkan antara Ausubel dengan teoriwan lainnya, mungkin

kita akan tertarik dengan teorinya dan cara Ausubel berteori. Ini dapat terjadi pada

diri kita karena ada satu hal yang menonjol dari Ausubel dalam menyusun

teorinya, yaitu kemampuannya mengoperasionalkan teori tersebut dalam bentuk

nyata dalam suatu proses pembelajaran. Inilah sisi yang menarik dari Ausubel

sehingga banyak kalangan yang peduli terhadap teori belajarnya.

Bagaimana Ausubel menerapkan teori belajarnya dalam proses

pembelajaran? Untuk memberikan jawaban sementara atas pertanyaan tersebut

marilah kita coba kaji kasus berikut ini.

Pada suatu hari Bu Pulan mengajarkan materi pembelajaran tentang ciri-

ciri makhluk hidup. Sebelum sampai kepada pokok bahasan tersebut, Bu

Pulan mengulas dahulu konsep makhluk hidup yang telah dikenal peserta

didiknya. “Anak-anak yang ibu cintai, hari ini kita akan mendiskusikan

tentang ciri-ciri makhluk hidup. Anak-anak apakah kucing termasuk

makhluk hidup?” Peserta didiknya menjawab serempak: “Ya... Bu...!”.

“Mengapa disebut makhluk hidup?”, Kata Bu Pulan.

Peserta didik 1 : “Karena kucing itu dapat berjalan.”

Peserta didik 2 : “Karena suka makan ikan.”

Bu Pulan : “Bagus jawabannya, kalau bunga yang tumbuh di

halaman

itu juga makhluk hidup? Bunga kan tidak dapat

berjalan?

Peserta didik : “Bunga itu pun termasuk makhluk hidup, Bu. Sebab

bunga

tersebut kan tumbuh dari kecil, dan sekarang sudah

berbunga.

Mengapa Bu Pulan mempertanyakan dahulu hal tersebut kepada peserta

didiknya. Dimana letak kesesuaian dengan teori belajar dari Ausubel? Kalau kita

kaji lebih cermat maka akan terlihat bahwa Bu Pulan sedang berupaya mengaitkan

Page 18: 99891336 Makalah Kelompok Teori Belajar Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran

materi ciri-ciri makhluk hidup dengan konsep makhluk hidup. Dalam implikasi

teori Ausubel yang diperagakan Bu Pulan merupakan salah satu contoh penerapan

konsep Advance Organizer dalam proses pembelajaran versi Ausubel.

Dalam penerapan teorinya pada proses pembelajaran, Ausubel

mengajukan beberapa implikasi, yaitu advance organizer, diferensiasi progresif,

belajar superordinat, dan penyesuaian intergratif. Dalam mendukung pendapat

Ausubel tersebut, Novak (1985) mengajukan penerapan peta konsep dalam suatu

proses pembelajaran dengan tujuan agar lebih bermakna. Untuk mendalami

beberapa implikasi teori belajar Ausubel tersebut, mari kita pelajari bagian-bagian

pemaparan berikut ini.

1. Advance Organizer

Sejak tahun 60-an, Ausubel telah memperkenalkan istilah Advance

Organizer. Pada tahun 1963, konsep advance organizer menjadi bagian penting

dalam bukunya yang berjudul The Psychology of Meaningful Verbal Learning.

Advence organizer diartikan sebagai pengatur awal (Dahlar, 1996) dan

mempersiapkan pengetahuan siap (Abin Syamsiddin, 1999). Intinya merupakan

proses penggalian pengalaman masa lalu yang sudah ada dalam struktur kognitf

peserta didik yang relevan dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan.

Oleh karena itu, advance organizer tersebut suka dianggap semacam pertolongan

mental, yang disampaikan sebelum materi pokok pembelajaran dibahas.

2. Diferensi Progresif

Kalau kita cermati secara jeli, dalam konsep belajar bermakna menurut

Ausubel dipandang perlu terjadinya pengembangan dan elaborasi konsep-konsep

yang tersubsumsi. Caranya dengan mengembangkan konsep-konsep yang lebih

umum terlebih dahulu, selanjutnya diberikan konsep-konsep yang lebih mendetail

dan khusus sampai kepada contoh-contoh. Dengan demikian, konsep-konsep

tersebut dikembangkan dari umum ke khusus. Penyusunan konsep seperti ini,

disebut dengan istilah diferensiasi progresif. Oleh sebab itu, suatu konsep yang

diajarkan perlu disusun secara hierarkis.

3. Belajar Superordinat

Tampaknya belajar superordinat jarang terjadi di sekolah, sebab

kebanyakan guru dan buku sekarang menyajikan konsep-konsep yang lebih

inklusif, tetapi ada kalanya penyajian seperti itu mengalami masalah. Kalau begitu

maka penting juga dipahami apa yang disebut belajar superordinat.

Page 19: 99891336 Makalah Kelompok Teori Belajar Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran

Belajar suborinat jarang terjadi bila konsep-konsep yang telah dipelajari

sebelumnya dikenal sebagai unsur-unsur dari suatu konsep yang lebih luas, lebih

inklusif (Dahar, 1996). Misalnya, ketika anak kecil belajar mengenal kucing,

awalnya semua kucing sama. Tetapi setelah belajar lebih jauh maka ia mulai

membedakannya dengan kucing betina, jantan dan sebagainya. Lalu, ia juga

belajar dari unsur keberbuluan maka muncullah kelompok binatang menyusui

atau mamalia maka kucing, sapi, anjing termasuk kelompok binatang mamalia. Di

situ tampaklah bahwa mamalia sebagai superordinat dan kucing, anjing juga sapi

sebagai subordinat.

4. Penyesuaian Integratif

Terkadang anak dihadapkan kepada permasalahan dwifungsi suatu konsep

dan dengan kenyataan ini mereka mengalami semacam pertentangan kognitif.

Misalnya, penggunaan kata bisa yang berarti dapat/mampu dan arti lainnya, yaitu

racun. Pertentangan seperti itu, umumnya membuat anak bertanya kapan saya

harus mengatakan “bisa” yang berarti dapat dan kapan saya harus mengatakan

“bisa” yang berarti racun. Penggunaan kata maknanya sudah meluas, seperti kata

“ibu”, yang berarti orang yang melahirkan atau yang dituankan pun dapat

menimbulkan pertentangan kognitif bagi anak. Misalnya, Bu Pulan berkata

“Coba bukunya berikan ke Ibu!”

Menurut Ausubel untuk mengatasi atau mengurangi pertentangan kognitif

seperti itulah pentingnya penggunaan prinsip-prinsip penyesuaian intergratif yang

sering disebut dengan istilah rekonsiliasi integratif.

Ausubel berpendapat bahwa suatu pembelajaran yang bermakna tidak

harus selalu terjadi secara diferensiasi progresif, tetapi harus terjadi upaya

penggerakan kerangka hierarkis konseptual ke atas dan ke bawah. Artinya perlu

diperlihatkan keterkaitan antara konsep-konsep umum dengan konsep-konsep

khusus. Selain itu perlu jelas pula konteks dan rentetan penggunaan kata yang

telah melebar maknanya atau kasus makna dwifungsi dan sebagainya.

Page 20: 99891336 Makalah Kelompok Teori Belajar Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

- Proses belajar terjadi dengan adanya tiga komponen pokok yaitu

stimulus, respons, dan akibat. Stimulus adalah sesuatu yang datang

dari lingkungan yang dapat membangkitkan respons individu. Respons

menimbulkan perilaku jawaban atas stimulus. Sedangkan akibat adalah

sesuatu yang terjadi setelah individu merespons baik yang bersifat

positif ataupun yang negatif.

- Teori belajar Humanisme memandang bahwa perilaku manusia

ditentukan oleh faktor internal dirinya dan bukan oleh kondisi

lingkungan ataupun pengetahuan.

- Konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili suatu kelas objek-objek,

kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan atau hubungan yang mempunyai

atribut-atribut yang sama.

- Pandangan kalangan humanisme tentang proses belajar

mengimplikasikan perlunya penataan peran guru/tenaga kependidikan

dan prioritas pendidikan. Menurut pandangan ini guru/tenaga

kependidikan berperan sebagai fasilitator daripada sebagai pengajar

belaka.

- Sedikitnya ada empat aplikasi teori belajar yang dapat diterapkan

dalam proses pembelajaran. Pertama, advance organizer dan entry

behavior pengetahuan siap. Kedua diferensiasi progesif yang

menentukan proses pembelajaran yang berlangsung dari umum ke

khusus. Ketiga, superordinat yang merupakan pengenalan terhadap

konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya sebagai unsur-unsur

dari suatu konsep yang lebih luas. Keempat, penyesuaian interaktif

yang merupakan upaya untuk mengatasi dan mengurangi terjadinya

pertentangan kognitif dalam proses pembelajaran.

Page 21: 99891336 Makalah Kelompok Teori Belajar Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran

B. Saran

- Guru/tenaga kependidikan sebaiknya bukan lagi sebagai pusat proses

pembelajaran, tetapi yang terpenting adalah memfasilitasi tumbuhnya

motivasi belajar secara intrinsik pada diri peserta didik. Kebutuhan

peserta didik harus menjadi bahan pertimbangan yang akan

disampaikan.

- Selain dapat memotivasi peserta didiknya, seorang guru/pendidik harus

memiliki sikap empati, terbuka, jelas dalam menyatakan sesuatu,

bertanggung jawab, berpenampilan apa adanya, dan tulus dalam

memberikan pelayanan pendidikan bagi peserta didiknya.

Page 22: 99891336 Makalah Kelompok Teori Belajar Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran

DAFTAR PUSTAKA

Mikarsa, Hera Lestari, Agus Taufik dan Puji Lestari Prianto. 2007. Pendidikan

Anak di SD. Jakarta: Universitas Terbuka