99215005-ctev
-
Upload
istianah-es -
Category
Documents
-
view
33 -
download
2
Transcript of 99215005-ctev
![Page 1: 99215005-ctev](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062405/557211bb497959fc0b8f6b33/html5/thumbnails/1.jpg)
PENDAHULUAN
Conginental Talipes equino varus berasal dari kata-kata Latin : talipes adalah kombinasi
kata talus (ankle) dan pes (foot) equinus berarti "Horselike' (yang dimaksud disini tumit
dalam posisi fleksi plantar) . Varus berarti inversi dan aduksi.Kelainan kongenital ini menurut
statistik 1-2 per 1000 kelahiran hidup. Laki-laki lebih banyak dari wanita (70% 50%). Dalam
bahasa Inggris Clubfoot. Pada bayi yang baru lahir kelainan ini dapat diketahui atas 3
kelainan dasar
1. Hindfoot ankle : equinus
2. Hindfoot (subatalar) = inversi (=varus)
3. Forefoot = aduksi
CTEV adalah salah satu anomali ortopedik kongenital yang paling sering terjadi seperti
dideskripsikan oleh Hippocrates pada tahun 400 SM, dengan gambaran klinis tumit yang
bergeser kebagian dalam dan kebawah, forefootjuga berputar kedalam. Tanpa terapi, pasien
dengan clubfoot akan berjalan dengan bagian luar kakinya, yang mungkin menimbulkan nyeri
dan atau disabilitas. Meskipun begitu, hal ini masih menjadi tantangan bagi keterampilan para
ahli bedah ortopedik anak akibat adanya kecenderungan kelainan ini menjadi relaps, tanpa
memperdulikan apakah kelainan tersebut diterapi secara operatif maupun konservatif. Salah satu
alasan terjadinya relaps antara lain adalah kegagalan ahli bedah dalam mengenali kelainan
patoanatomi yang mendasarinya. clubfoot seringkali secara otomatis diangggap sebagai
deformitas equinovarus, namun ternyata terdapat permutasi dan kombinasi lainnya,
seperti Calcaneovalgus,, Equinovalgus danCalcaneovarus yang mungkin saja terjadi.
CTEV merupakan kelainan kongenital kaki yang paling penting karena mudah mendiagnosisnya
tetapi sulit mengkoreksinya secara sempurna, meskipun oleh ortopedis yang berpengalaman.
Derajat beratnya deformitas dapat ringan, sedang atau berat, tergantung fleksibilitas atau adanya
resistensi terhadap koreksi. CTEV harus dibedakan dengan postural clubfoot atau posisional
equinovarus dimana pada CTEV bersifat rigid, menimbulkan deformitas yang menetap bila tidak
dikoreksi segera.
![Page 2: 99215005-ctev](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062405/557211bb497959fc0b8f6b33/html5/thumbnails/2.jpg)
Menurut penelitian istilah congenital talipes equinovarus dipergunakan pada clubfoot
yang idiopatik untuk membedakan bentuk lainnya seperti neurologik, teratologik, fungsional
dan lain-lain. Kebanyakan bayi yang baru dilahirkan tampak mempunyai clubfoot, ini
disebabkan oleh posisi intra uterine yang akan terkoreksi secara spontan dalam beberapa hari
atau minggu. Satu cara yang mudah untuk membedakan CTEV dengan keadaan fisiologis
pada bayi yang baru dilahirkan adalah dengan cara sebagai berikut : koreksi dulu forefoot
keposisi normal dan lakukan gerakan dorsofleksi secara pasif pada pergelangan kaki. Bila
ibu jari kaki bisa menyentuh crista tibia; ini berarti bukan CTEV. Jadi bisa kita bedakan 2 macam
clubfoot pada bayi baru lahir : tipe non ridid dan tipe"'rigid'.
Dalam literatur dilaporkan keberhasilan terapi konservatif pada CTEV berbeda-beda, Kite (1930,
1964) (80:90)% hasil baik. Lloyd-Roberts (1971) dan Wayne-Davis (1964) (30-50)%
Ponseti (89)% dengan operasi terbatas.
Terapi dianggap berhasil bila koreksi itu memberikan kaki yang berfungsi, tidak nyeri,
plantigrade, mobilitis yang baik, tanpa menimbulkan callus, dan tidak memerlukan sepatu
khusus.Tampaknya keberhasilan ini tergantung sekali dari perbandingan banyaknya tipe yang
dilakukan terapi konservatif. Kalau semua tipe I keberhasilan bisa mencapai 100%, kalau tipe II
keberhasilan bisa mencapai 0%.
![Page 3: 99215005-ctev](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062405/557211bb497959fc0b8f6b33/html5/thumbnails/3.jpg)
Pada beberapa kelainan kongenital yang bisa memberikan gambaran talipes equino
varus (sekunder) seperti myelomeningocel (spina bifida), arthrogryposis, constriction band,
absent dari tibia. Kelainan TEV pada penderita-penderita ini terapinya secara konservatif
akan lebih sulit dan sangat resisten. Maka dan itu golongan TEV pada kelainan ini kita
golongkan tipe III.
Jadi ada 3 tipe klasifikasi yang disesuaikan dengan keberhasilan pengobatan;
I. Tipe non rigid : posisi intrauterin (packing syndrome)
II. Tipe, rigid : clubfoot - moderate – severe
Ill. Tipe resistent rigid : clubfoot yang ada hubungannya dengan keadaan penyakit seperti
myelomeningocel, arthrogryposis, constriction band dan lain-lain (=teratologic type)
Mekanisme terjadinya CTEV
Postur (sikap, posisi) yang abnormal dari janin, kakinya dipertahankan dalam
posis equinovarus. Mulai sejak ini adanya muscular imbalance yaitu invertors, terutama
m.tibialis posterior sangat memegang peranan yang diperkuat oleh tendon-tendon dan
expansinya. Otot dan tendonnya menarik os naviculare menjadi posisi subluksasi.
Akibatnya bagian anterior talus ini seluruhnya;cartilage dengan mudah berubah arah, dimana
corpus tali terfikser didalam ankle mortise.
Beratnya CTEV ini tergantung daripada berapa besar deviasi-nya. Besarnya faktor
neurologis atau penyebab malformasi, terbatasnya letak kaki, kwalitas seluruh otot-
otot merupakan kunci utama manifestasi variasi keadaan beratnya CTEV. Maka dari itu
beberapa variasi bisa terjadi : beratnya kelainan midtarsal (aduksi) dan beratnya kelainan
subtalar (varus). Bayi CTEV yang baru dilahirkan, pemendekan otot triceps adalah fisiologis.
Konsep ini perlu diperhatikan sewaktu melakukan koreksi. Bila stretching otot ini dilakukan
tidak sesuai dengan urutannya, akan menimbulkan kontraksi-kontraksi yang abnormal. Jangan
sekali-kali melakukan stretching triceps sebelum melakukan realigment sendi midtarsal. Bila
dorsofleksi ini dilakukan secara paksa akan terjadi flattening daripada talus ibarat efek
daripada “nutcracker “ . Bila hambatan, ini dilanjutkan terus akan terjadi gerakan
midtarsal (fore foot) danakan terjadi "rocker bottom foot'. Untuk menghindari ini varus
dikoreksi dulu dengan mengoreksi calcaneus kerah valgus pada sendi subtalar.
![Page 4: 99215005-ctev](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062405/557211bb497959fc0b8f6b33/html5/thumbnails/4.jpg)
Singkatnya
1. Koreksi aduksi (fore foot) untuk menghidari flattening talus
2. Koreksi varus (subtalar) untuk menghindari rocker bottom foot
Penatalaksanaan CTEV bertujuan untuk mencegah terjadinya disabilitas sehingga
penderita dapat melakukan aktifitas secara normal baik ketika anak-anak maupun setelah tumbuh
dewasa. Penatalaksanaan CTEV harus dapat dilakukan sedini mungkin, minimal pada beberapa
hari setelah lahir, meliputi koreksi pasif, mempertahankan koreksi untuk jangka panjang dan
pengawasan sampai akhir pertumbuhan anak. Pada beberapa kasus diperlukan tindakan
pembedahan. Penatalaksanaan rehabilitasi medis pada penderita CTEV sangat penting dalam hal
mencegah terjadinya disabilitas secara dini maupun setelah dilakukan tindakan koreksi secara
operatif.3
Beberapa dari deformitas kaki termasuk deformitas ankle disebut dengan talipes yang berasal
dari kata talus (yang artinya ankle) dan pes (yang berarti kaki). Deformitas kaki dan ankle dipilah
tergantung dari posisi kelainan ankle dan kaki.
Deformitas talipes diantaranya :
Talipes varus : inversi atau membengkok ke dalam
- Talipes valgus : eversi atau membengkok ke luar
- Talipes equinus : plantar fleksi dimana jari-jari lebih rendanh daripada tumit
- Talipes calcaneus : dorsofleksi dimana jari-jari lebih tinggi daripada tumit
![Page 5: 99215005-ctev](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062405/557211bb497959fc0b8f6b33/html5/thumbnails/5.jpg)
ETIOLOGI
Sampai sekarang belum diketahui penyebab daripada CTEV. Simon menyimpulkan
ada 6 teori mengenai etilogi CTEV.
1. Teori kromosom
Adalah teori hereditary germ plasm. Defek sudah terdapat didalam unferilized germ
cell, jadi defek sudah ada sebelum fertilisasi. lni terbukti menurut Palmer (1964) CTEV
lebih sering terjadi pada keluarga-keluarga dimana sudah ada menderita CTEV. Wyne-Davis
(1964) mencatat ada peningktan insiden CTEV dalam keluarga yang menderita CTEV.
Mungkin CTEV diturunkan sebagal polygenic multifactonal trait pada racial group
seperti Polynesia yang mempunyai insidensi tinggi. Inipun bisa dilihat angka CTEV pada
laki-laki lebih banyak daripada wanita (Kite =70% laki).
2. Teori embrionik
Teori ini menyatatan bahwa defek terjadi pada saat fertilized germ cells. Teori ini
diajukan oleh Irani, Sherman dan Settle bahwa defek terjadi' dalam embryonic period
(mulai konsepsi -12 minggu). Berdasarkan didapatkannya collum tali yang pendek dengan
mengarah ke medial dan plantar pada semua CTEV. Kejadian ini oleh karena defek dan
pertumbuhan os talus pada periode pertumbuhan embrio. Teori ini banyak menyanggah
karena kelainan os talus ini tidak selalu primer, tetapi bisa disebabkan oleh gaya yang tidak
simetris selama pertumbuhan. Begitu pula adanya CTEV yang unilateral melemahkan teori
embrionik.
3. Teori atogenik
Teori ini menyatatan bahwa adnaya/terjadinya pertumbuhan yang terhenti (arrest of
development).Teori ini pertama diajukan oleh Bohm (1929) : development arrest pada awal
pertumbuhan janin. Terjadinya pertumbuhan ini bisa secara permanen, temporer atau
perlambatan. Permanent arrest bisa mengakibatkan malformasi kongenital, dimana
temporary arrest mengakibatkan keadaan serupa dengan garis-garis dari Harris. Pertumbuhan
yang lambat bisa terjadi misalnya karena, pemberian steroid.
![Page 6: 99215005-ctev](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062405/557211bb497959fc0b8f6b33/html5/thumbnails/6.jpg)
Dan ketiga teori ini yang bisa menimbulkan CTEV adalah temporary arrest. Apabila
temporary arrest ini terjadi pada minggu ke 7-8 pertumbuhan embrio maka akan terjadi
CTEV yang tipenya berat dan bila terjadi setelah minggu ke 9 tipe CTEV lebih ringan.
"Arrest theory' ini diperkirakan ada hubungannya dengan perubahan faktor genetik yang
disebut"cronon" yaitu faktor yang menentukan saat yang tepat terjadinya modifikasi yang
progresif yang berlangsung saat pertumbuhan.
Jadi CTEV disebabkan oleh suatu elemen yang disruptif (lokal atau general) yang menyebabkan
perubahan didalam faktor genetik (=cronon). Perubahan-perubahan struktur kemudian
terhenti, sedangkan pertumbuhan berjalan terus dibawah impuls-impuls yang diterima cronon
setelah mengalami kerusakan (antara minggu ke 8-12). Jadi kaki adalah dibawah suatu
pengontrol yang bisa mengalami keadaan patologis dan mengarah kepertumbuhan yang
abnormal. Pada akhir dari fase "growth arrest', pertumbuhan mulai normal kembali
akan dimulai dari titik pertumbuhan yang terakhir I
4. Teori fetal atau intra uterin packing:
Teori ini paling tua seperti apa yang diajukan oleh Hippocrates (400 BC) dan Galen (200
AD) bahwa CTEV itu disebabkah oleh extrinsic pressure daripada janin dalam uterus
5. Teori neurologis : kelainan primer pada syaraf .
6. Teori miologis : kelainan primer pada otot (5 & 6) adalah dalam bentuk defek yang
subklinis
PATO-ANATOMI
Seluruh kaki rotasi ke dalam terhadap talus. Rotasi ini primer terjadi
pada : talocalcaneus, talonaviculare dan calcaneocuboid. Rotasi juga terjadi pada sendi-sendi
lainnya, tetapi sedikit sekali dan tidak berarti.
Sendi talocruralis
Talus dalam posisi equinus serta cenderung menggulir (roll) kedepan dari mortise. Malleolus
fibularis letaknya (posisi) posterior.
Ada beberapa pendapat mengenai letak posterior malleolus lateral ini
![Page 7: 99215005-ctev](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062405/557211bb497959fc0b8f6b33/html5/thumbnails/7.jpg)
· Karena rotasi kedalam daripada talus pada sendi kaki
· Karena torsi tibia keluar
· Karena syndesmosis tibia fibularis yang abnormal
Semua sependapat terjadinya rotasi kedalam daripada talocalcaneal dan talonaviculare,
naviculare berputar dan bergeser ke medial terhadap caput tali. Tuberositas calcaneal
bergeser (rotasi) keluar mendekati malleolus lateralis. Kenyataannya terjadinya pemendekan
ligament dibagian medial sehingga naviculare mendekati malleolus medialis dan dibagian
pemendekan ligamen-ligamen lateral calcaneus fibularis dan talofibularis
yang mengakibatkan fibula letak posterior.
Talus
Kelainan bentuk talus adalah karena terjepit (contriction encasement) sehingga tidak
bisa bergerak leluasa pada persendian ini mengakibatkan : enchondral growth yang terbatas,
talus lebih kecil, articular cartilage akan mengalami artofis bila tidak bergerak. (Prinsip
cartilage survival = fluid motion, intermitten pressure) Caput dan collum tali tumbuh kearah
medial dan angulasi ke plantar akibat tekanan dari pemendekan ligament. Keadaan
ini,berjalan progresif dan hanya bisa dihindari bila dilakukan"realignment', dimana hyaline
cartilage tidak akan mengalami artrofis. Realignment ini harus dilakukan sedini mungkin,
dipertahankan dan digerakkan dini agar bisa tumbuh normal.
Mengenai letak corpus talus dalam mortis ada perbedaan pendapat menurut McKay : neutral
Goldner menyatakan terjadi internal rotation, sedangkan menurut Carrol yang dengan analisa
komputer mendapatkan external rotation.
Subtalar complex
Terdiri atas 3 persendian : talocalcaneal, talonavicular, calcaneocuboid.
1. Sendi talo calcaneal
Sendi ini terdiri dari 3 permukaan, yang penting adalah hubungan calcaneus dengan
talus, yang mengalami rotasi abnormal dalam 3 dimensi : sagital, coronal, horizontal.Rotasi
horizontal calcaneus sekitar ligamen interosseous adalah sangat significant. Interosseous
ligament ini terdiri dari 3 ligament yang terpisah : ligament posterior sendi talocancaneal
![Page 8: 99215005-ctev](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062405/557211bb497959fc0b8f6b33/html5/thumbnails/8.jpg)
navicular, ligament anterior subtalar (posterior talocalcaneal joint) dan interosseous ligament
(cervical ligament)
Karena calcaneus berputar horizontal ke medial pada sumbu ligament interosseous,
calcaneus akan bergeser dibawah caput dan collum tali didepan dari ankle joint dan
tuberositas calcaneus bergerak mendekati malleolus fibularis dibelakang ankle joint. Selain itu
calcaneus posisinya varus dan equinus terhadap ankle (ini ditulis dalam semua literatur,
kecuali rotasi horizontal). Varus disebabkan oleh rotasi coronal. Jadi terjadi kombinasi
rotasi horizontal dan coronal, bagian belakang daripada calcaneus diibaratkan sebagai pisang.
Equinus disebabkan oleh rotasi sagital. Apa yang terjadi akibat horizontal daripada calcaneal
terhadap talus?. Ligamen calcaneo fibularis yang normal arahnya oblique, berubah menjadi
vertikal, memendek, serta, menebal. Begitu pula terjadi penebalan peroneal sheath dan
ligamen tali fibularis posterior.
2. Sendi talo naviculare
Sendi ini berbentuk ball & socket; dalam keadaan normal navicular (socket) bisa
bergerak leluasa kesegala arah bersama-sama dengan gerakan calcaneo cuboid dan
talocalcaneal. Pada CTEV os naviculare bergeser kearah medial dan plantar terhadap caput
tali. Bila keadaan ini dipertahankan, sendi tulang rawan yang mempunyai kontak satu
dengan yang lainnya (talo navicular) pertumbuhan daripada osteochondral akan menjurus ke
medial dan plantar (longitudinal growth) serta kelainan ini akan progresif. Istilah naviculare
mengalami luxasi/subluxasi terhadap caput tali adalah kurang tepat. Namun demikian
posisi naviculare ini perlu di "realign" agar arah pertumbuhan talus menuju kearah yang
normal, bila terlambat cartilage pada bagian lateral akan mengalami atrofis.
Tindakan"realign” ini bisa mengalami kesulitan, akibat daripada pemendekan tendon tibialis
posterior,deltoid ligament (tibio-navicular) , calcaneonavicular ligament (spring ligament),
seluruh kapsul navicular, ligament talo navicular dorsalis, bifurcate ligament, cubonavicular
oblique ligament.
3. Sendi calcaneo-cuboid
Pada CTEV sendiri terjadi malposisi, cuboid bergeser ke medial terhadap calcaneus dan
dibawah tulang navicular ,dan cuneiform. Internal rotation yang berkelanjutan
mengakibatkan bifurcate ligament (calcaneo-cuboid, calcaneo-navicular ligament), ligament
![Page 9: 99215005-ctev](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062405/557211bb497959fc0b8f6b33/html5/thumbnails/9.jpg)
plantaris longus, plantar calc-cuboid ligament, navicular cuboid ligament, inferior external
retanicular (cruciate ligament), dorsal calcaneo-cubo ligament, cubonavicular
ligament pemendekan sehingga midfoot menjadi supinasi dan fore foot aduksi.
Namun demikian karena kedua elemen subtalar, talocalcaneus dan talo navicular telah
terkoreksi, sendi calcaneo cuboid terkoreksi dengan baik, kecuali pada resisitant clubfoot.
Apa yang terjadi pada otot-otot dan jaringan lunak lainnya?
Masalah masalah otot dan jaringan lunak yang dapat terjadi pada penderita “CTEV”
1. Otot
Pada pemeriksaan ultramikroskop diketemukan otot yang posteromedial :
pemendekan akibat dari sedikit bertambahnya jaringan fibrosis karena inervasi yang berkurang
yang terjadi pada saat pertumbuhan intrauterine atau law of fibrous tissue (Swynyard,
Bleck) , Isaac dkk.Handelsman dkk menemukan dengan pemeriksaan histo-kimiawi dan
mikroskop elektron dari otot yang dibiopsi terjadinya perubahan : struktur otot dimana
proporsi serat-serat otot tipe I lebih banyak dibandingkan tipe II (normal otot skeletal serat
otot tipe I : tipe II (1:1) - (1:2).
Keadaan in menunjukkan adanya defek neuromuscular junction atau menunjukkan CTEV ada
hubungannya dengan kelainan neuromusculer, tetapi bagaimana hubungannya terhadap
fungsi atau umur belum bisa dijelaskan (Mellerowicz) Adanya atrofi otot adalah merupakan
tanda-tanda yang tetap pada CTEV.Muskulus peroneus mengalami atrofis yang lebih banyak
dibandingkan otot-otot yang mempertahankan deformitas.
Secara mikrosokopis jumlah serat-serat otot tidak mengalami perubahan. Atrofis ini
disebabkan oleh karena ukuran tiap serat otot mengecil. Pada pertumbuhan janin pada
semester kedua, serat otot mengalami pertambahan dalam ukuran (besar) dari masing-
masing serat jadi.ukuran jumlahnya. Serat otot peroneus lebih kecil dibandingkan serat otot
posteromedial yang mempertahankan deformitas oleh karena m.peroneus tidak aktif.
2. Selubung tendon (tendon sheath)
Mengalami penebalan terutama tibialis posterior, peroneus, hallucis, digitorum
communisKapsul sendi :
![Page 10: 99215005-ctev](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062405/557211bb497959fc0b8f6b33/html5/thumbnails/10.jpg)
Pemendekan dan menebal (contracted) pada ankle posterior, subtalar, talonavicular,
calcaneocuboid.
3. Ligament
Pemendekan dan perubahan calcaneo fibular, talofibular, deltoid, plantar ligament
balk longus dan brevis, spring ligament, bifurcate ligament.
4. Fascia
Penebalan pada permukaan dan fascia plantaris
PEMERIKSAAN
Meliputi anamnesa, pemeriksaan fisik dan radiologi
Anamnesa meliputi : kehamilan, keluarga dan lain-lain
Pemeriksaan Iokal : apakah ada fixed equinus, varus pada subtalar (hind foot), kaki
depan dalam posisi aduksi. Betis bentuknya kecil dan tumit "kosong' (bantalan tumit
lunak karena calcaneus tertarik keproximal oleh Achilles yang memendek) dan tumit
tampak letaknya tingi.
Pada palpasi pertama akan memberikan kesan mengenai tingkat kekakuan (rigiditas) yang
menunjukkan "tingkat kesulitan' yang akan dihadapi saat melakukan tindakan koreksi.
Bentuk kaki yang pendek, gemuk dan kaku dengan lipatan kulit yang dalam pada arkus akan
sangat sulit untuk dilakukan koreksi.
Beberapa kelainan kongenital yang memberi gambaran talipes equinus varus yang
merupakan suatu syndrome seperti arthrogryposis, constriction band dan juga pada
myelomeningocel.
Pemeriksaan radiologis
X-ray dibuat bayi umur (3-6) bulan, menilai keberhasilan serial platering, menentukan
sikap apa perlu tindakan operasi untuk memperoleh koreksi yang maksimal, menentukan
berat/ringannya CTEV. Cara yang paling sederhana yaitu membuat foto AP dan akan
kelihatan talus dan calcaneus tumpang tindih. Penting untuk menilai x-ray apakah
![Page 11: 99215005-ctev](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062405/557211bb497959fc0b8f6b33/html5/thumbnails/11.jpg)
ada "paralelisme" antara sumbu talus dan calcaneus yang terjadi pada CTEV. Normal besar
sudut sumbu talus dan calcaneus = 30 (sudut dari Kite).
Demikian pula x-ray posisi lateral dimana kaki dibuat dorsofleksi maksimal juga akan
memberikan gambaran "paralelisme" pada CTEV. Pada kaki yang normal ujung talus dan
calcaneus selalu overlap (tumpang tindih), sedangkan pada CTEV tidak ada, menunjukkan
adanya kapsul posterior yang tegang dan varus. Lateral x-ray juga bisa untuk melihat
adanya "rocket bottom"yaitu garis yang melalui tepi bawah calcaneus melewati
bagian bawah sendi calcaneo cuboid, dan juga bisa untuk melihat adanya flat topped
talus. Sering x-ray selain operatif dan post operatif, dipakai intra operatif untuk melihat
apakah release dan realigment sudah cukup?
Pendekatan pada orang tua bayi
Pendekatan dengan memberikan jawaban yang bijak dan untuk mengurangi
kecemasan orang tuanya sangat penting. Jelaskan bahwa penyebab dari CTEV ini tidak
diketahui, selain kakinya, organ-organ lainnya normal dan kelak akan bisa berfungsi normal
bila diterapi dengan baik dan teratur. Kalau perlu buat dokumentasi agar bisa dibandingkan
dengan hasil final dari tindakan dokter. Ceriterakan (jelaskan) cara terapi (tingkat-
tingkatnya) seperti plastering tiap minggu kemudian 2 minggu sampai koreksi penuh kalau
perlu dengan sepatu. Dennis Browne dan ada kemungkinan dilakukan tindakan operasi.
Prognosis
Asalkan terapi dimulai sejak lahir, deformitas sebagian besar dapat diperbaiki; walupun
demikian, keadaan ini sering tidak sembuh sempurna dan sering kambuh, terutama pada bayi
dengan kelumpuhan otot yang nyata atau disertai penyakit neuromuskuler. Beberapa kasus
menunjukkan respon yang positif terhadap penanganan, sedangkan beberapa kasus lain
menunjukkan respon yang lama atau tidak berespon samasekali terhadap treatmen. Orangtua
harus diberikan informasi bahwa hasil dari treatmen tidak selalu dapat diprediksi dan tergantung
pada tingkat keparahan dari deformitas, umur anak saat intervensi, perkembangan tulang, otot
dan syaraf.
![Page 12: 99215005-ctev](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062405/557211bb497959fc0b8f6b33/html5/thumbnails/12.jpg)
Fungsi kaki jangka panjang setelah terapi secara umum baik tetapi hasil study
menunjukkan bahwa koreksi saat dewasa akan menunjukkan kaki yang 10% lebih kecil dari
biasanya
Penanganan
Sekitar 90-95% kasus club foot bisa di-treatment dengan tindakan non-operatif. Penanganan
yang dapat dilakukan pada club foot tersebut dapat berupa :
Non-Operative :
Pertumbuhan yang cepat selama periode infant memungkinkan untuk penanganan
remodelling. Penanganan dimulai saat kelainan didapatkan dan terdiri dari tiga tahapan
yaitu : koreksi dari deformitas, mempertahankan koreksi sampai keseimbangan otot
normal tercapai, observasi dan follow up untuk mencegah kembalinya deformitas.
Koreksi dari CTEV adalah dengan manipulasi dan aplikasi dari serial “cast” yang dimulai
dari sejak lahir dan dilanjutkan sampai tujuan koreksi tercapai. Koreksi ini ditunjang juga
dengan latihan stretching dari struktur sisi medial kaki dan latihan kontraksi dari struktur
yang lemah pada sisi lateral.
Manipulasi dan pemakaian “cast” ini diulangi secara teratur (dari beberapa hari sampai 1-
2 bulan dengan interval 1-2 bulan) untuk mengakomodir pertumbuhan yang cepat pada
periode ini.
Jika manipulasi ini tidak efektif, dilakukan koreksi bedah untuk memperbaiki struktur
yang berlebihan, memperpanjang atau transplant tendon. Kemudian ektremitas tersebut
akan di “cast” sampai tujuan koreksi tercapai. Serial Plastering (manipulasi pemasangan
gibs serial yang diganti tiap minggu, selama 6-12 minggu). Setelah itu dialakukan koreksi
dengan menggunakan sepatu khusus, sampai anak berumur 16 tahun.
Perawatan pada anak dengan koreksi non bedah sama dengan perawatan pada anak
dengan anak dengan penggunaan “cast”. Anak memerlukan waktu yang lama pada
koreksi ini, sehingga perawatan harus meliputi tujuan jangka panjang dan tujuan jangka
pendek. Observasi kulit dan sirkulasi merupakan bagian penting pada pemakaian cast.
Orangtua juga harus mendapatkan informasi yang cukup tentang diagnosis, penanganan
yang lama dan pentingnya penggantian “cast” secara teratur untuk menunjang
penyembuhan.
![Page 13: 99215005-ctev](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062405/557211bb497959fc0b8f6b33/html5/thumbnails/13.jpg)
Perawatan “cast” (termasuk observasi terhadap komplikasi), dan menganjurkan orangtua
untuk memfasilitasi tumbuh kembang normal pada anak walaupun ada batasan karena
deformitas atau therapi yang lama.
Perawatan “cast” meliputi :
Biarkan cast terbuka sampai kering
Posisi ektremitas yang dibalut pada posisi elevasi dengan diganjal bantal pada hari
pertama atau sesuai intruksi
Observasi ekteremitas untuk melihat adanya bengkak, perubahan warna kulit dan
laporkan bila ada perubahan yang abnormal
Cek pergerakan dan sensasi pada ektremitas secara teratur, observasi adanya rasa nyeri
Batasi aktivitas berat pada hari-hari pertama tetapi anjurkan untuk melatih otot-otot
secara ringan, gerakkan sendi diatas dan dibawah cast secara teratur.
Istirahat yang lebih banyak pada hari-hari pertama untuk mencegah trauma
Jangan biarkan anak memasukkan sesuatu ke dalam cast, jauhkan benda-benda kecil yang
bisa dimasukkan ke dalam cast oleh anak
Rasa gatal dapat dukurangi dengan ice pack, amati integritas kulit pada tepi cast dan
kolaborasikan bila gatal-gatal semakin berat
Cast sebaiknya dijauhkan dari dengan air
Operatif
Indikasi dilakukan operasi adalah sebagai berikut :
• Jika terapi dengan gibs gagal
• Pada kasus Rigid club foot pada umur 3-9 bulan
Operasi dilakaukan dengan melepasakan karingan lunak yang mengalami kontraktur
maupun dengan osteotomy. Osteotomy biasanya dilakukan pada kasus club foot yang
neglected/ tidak ditangani dengan tepat.
Kasus yang resisten paling baik dioperasi pada umur 8 minggu, tindakan ini dimulai
dengan pemanjangan tendo Achiles ; kalau masih ada equinus, dilakuakan posterior
release dengan memisahkan seluruh lebar kapsul pergelangan kaki posterior, dan kalau
perlu, kapsul talokalkaneus. Varus kemudian diperbaiki dengan melakukan release
![Page 14: 99215005-ctev](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062405/557211bb497959fc0b8f6b33/html5/thumbnails/14.jpg)
talonavikularis medial dan pemanjangan tendon tibialis posterior.(Ini Menurut BuKu
Appley).
Pada umur > 5 tahun dilakukan bone procedure osteotomy. Diatas umur 10 tahun atau
kalau tulang kaki sudah mature, dilakukan tindakanartrodesis triple yang terdiri atas
reseksi dan koreksi letak pada tiga persendian, yaitu : art. talokalkaneus, art.
talonavikularis, dan art. kalkaneokuboid.
PENANGANAN/TERAPI
Ada 2 cara terapi umum untuk CTEV
1. Konservatif
2. Operatif
Dalam literature didapatkan kalimat-kalimat yang perlu dipahami seperti:
· A prognosis in breech delivery is better than in a vertex presentation
· Contracted tissue (soft tissue : ligaments, capsules) are hard; physis, articular cartilage
are soft; manipulation is vulnerable (iatrogenic)
· Forceful manipulation stretching cast are more radical than surgery. In other words
conservative treatment is more than open surgical reduction
· The succesful non operatively treated clubfoot is much better than the succesful
surgically treated foot
Tujuan daripada terapi:
1. Reposisi yaitu mengembalikan kelainan,unsur-unsur equinus, varus, aduksi dan cavus,
sehingga konsentris (calcaneo-talo-navicular)
2. Mempertahankan reposisi
3. Memperbaiki aligment artikulasi tarsus dan ankle kearah normal
4. Memperoleh muscle balance
5. Dan mobile foot
Sehingga dengan demikian diperoleh fungsi yang maksimal bebas nyeri, plantigrade dengan
mobilitas yang baik, tidak terjadi callus, tanpa bantuan sepatu khusus.
Terapi konservatif
![Page 15: 99215005-ctev](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062405/557211bb497959fc0b8f6b33/html5/thumbnails/15.jpg)
Ada beberapa cara:
1. Serial plastering
2. Stretching kemudian dipasang Dennis Brown Splint
3. Adhessive strapping
4. Physiotherapy
Tiga minggu pertama setelah dilahirkan merupakan "golden period' untuk tindakan
konservatif atas dasar maternal sex hormone. Makin dini dilakukan koreksi, makin tinggi
angka keberhasilan. Keberhasilan dari tindakan konservatif tergantung beberapa faktor : umur
penderita, tingkat beratnya kelainan, kecakapan (skill) dari dokter, pengertian mengenai
pathoanatomi.
Mengenai angka-angka keberhasilan telah dikemukan pada pendahuluan. Cara tindakan
konservatif yang umum dilakukan adalah dengan cara serial plastering. Tindakan operasi
sebaiknya dilakukan bila tindakan serial plastering yang secara berturut-turut sampai umur
3 bulan tidak berhasil, dan juga harus dilihat kondisi bayi (optimal untuk narkose dan lain-lain)
Komplikasi yang bisa terjadi pada serial plastering
Pressure necrosis, rocker bottom foot, flattering permukaan talus bagian posterior, cavus
yang bertambah, rotasi ankle ke lateral, kaku sendi, longitudinal breach. Kegagalan memutar
horizontal subtalar (calcaneus) akan memberikan gambaran penderita berjalan dengan kaki
![Page 16: 99215005-ctev](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062405/557211bb497959fc0b8f6b33/html5/thumbnails/16.jpg)
yang rotasi kedalam (endorotasi) dimana malleolus fibula akan tetap letaknya posterior.Below
knee cast (BK) tidak bisa mempertahankan kaki dalam external rotation terhadap talus (10)(11)
Above knee cast (AK) selaian mempertahankan hal tersebut diatas juga meletakkan
aligment tungkai yang fisiologis. Rotasi internal daripada tibia terhadap femur kapsul
posterior yang oblique daripada lutut masih tegang saat bayi baru dilahirkan.
Komplikasi dapat terjadi dari terapi konservatif maupun operatif. Pada terapi konservatif
mungkin dapat terjadi maslah pada kulit, dekubitus oleh karena gips, dan koreksi yang tidak
lengkap. Beberapa komplikasi mungkin didapat selama dan setelah operasi. Masalah luka dapat
terjadi setelah operasi dan dikarenakan tekanan dari cast. Ketika kaki telah terkoreksi, koreksi
dari deformitas dapat menarik kulit menjadi kencang, sehinggga aliran darah menjadi terganggu.
Ini membuat bagian kecil dari kulit menjadi mati. Normalnya dapat sembuh dengan berjalannya
waktu, dan jarang memerlukan cangkok kulit.
Infeksi dapat terjadi pada beberapa tindakan operasi. Infeksi dapat terjadi setelah operasi
kaki clubfoot. Ini mungkin membutuhkan pembedahan tambahan untuk mengurangi infeksi dan
antibiotik untuk mengobati infeksi. Kaki bayi sangat kecil, strukturnya sangat sulit dilihat.
Pembuluh darah dan saraf mungkin saja rusak akibat operasi. Sebagian besar kaki bayi terbentuk
oleh tulang rawan. Material ini dapat rusak dan mengakibatkan deformitas dari kaki. Deformitas
ini biasanya terkoreksi sendir dengan bertambahnya usia
OPERASI
George Frederich Louis Stromeyer di Hanover (1804-1876) melalukkan closed tenotomy
daripada CTEV. William John Little dari London (1810-1894) datang ke Stromeyer untuk
operasi pes equnovarus (karena post polio; thesisnya mengani CTEV dan kembali ke lnggris
melakukan operasi ATL (closed tenotomy). Phelps (New York, 1881) setelah penemuan Lister,
berani melakukan operasi terbuka selain ATL juga posteromedial release. Pada abad ke 20,
tindakan operasi dianggap aman dan cara-cara lebih baik seperti Turco (posteromedial release);
dan cara terakhir subtalar release dengan insisiCincinnati atau insisi
bilateral. (20) Bensahel(2) menganjurkan tindakan operasi pada tiap penderita CTEV tidak
semua sama. Operasinya adalah "a la carte” approach. It is essensial that the existing
deformities be assessed and the technique adapted "ala carte" to the foot not the foot to the
technique.
![Page 17: 99215005-ctev](https://reader035.fdokumen.com/reader035/viewer/2022062405/557211bb497959fc0b8f6b33/html5/thumbnails/17.jpg)
Insisi kulit posteromedial (cara Cordivilia) memberikan jaringan parut yang kurang
baik, dan banyak yang lebih senang menggunakan insisi melingkar (Cincinnati).Pertama kali
insisi Cincinnati diperkenalkan oleh Giannatras dan dipopulerkan oleh Crawford dan Iebih
diperinci oleh McKay dan Simon.
Paley melakukan koreksi, CTEV dengan memakai alat ilizarov. Bila umur kurang dari 8 tahun
distraksi dilakukan tanpa osteotomi dan bila umur lebih dari 8 tahun dilakukan dengan
osteotomi distraksi.
Komplikasi-komplikasi tindakan operasi :
1. Infeksi
2. Nekrosis oleh kerusakan (lesi) pembuluh darah utama
3. Jaringan parut yang jelek
4. Kaku sendi
5. Over/under correction
6. Dislokasi os naviculare
7. Flattening atau beaking talar head
8. Talar necrosis
9. Kelemahan otot yang mempengaruhi gait
10. Skew foot