isi referat CTEV PRINT.doc
-
Author
anisadestya -
Category
Documents
-
view
97 -
download
13
Embed Size (px)
description
Transcript of isi referat CTEV PRINT.doc

PENDAHULUAN
Congenital Talipes Equinovarus merupakan suatu kelainan bawaan yang sering
ditemukan pada bayi baru lahir, mudah diagnosis, tapi koreksi sepenuhnya sulit dilakukan.
Sering ditemukan karena ketidaktahuan keluarga penderita, sehingga kelainan menjadi
terbengkalai.
Clubfoot adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan deformitas
umum dimana kaki berubah dari posisi yang normal. Congenital Talipes Equino-varus
(CTEV) atau biasa disebut Clubfoot merupakan deformitas yang umum terjadi pada anak-
anak.
Congeintal Talipes Equino Varus atau sering disebut clubfoot adalah deformitas
yang meliputi fleksi dari pergelangan kaki, inversi dari tungkai, adduksi dari kaki depan,
dan rotasi media dari tibia. Talipes berasal dari kata talus (ankle) dan pes (foot),
menunjukkan suatu kelainan pada kaki (foot) yang menyebabkan penderitanya berjalan
pada ankle-nya. Sedang Equinovarus berasal dari kata equino (kuda) dan varus (bengkok
ke arah dalam/medial).
CTEV adalah salah satu anomali ortopedik kongenital yang paling sering terjadi
seperti dideskripsikan oleh Hippocrates pada tahun 400 SM, dengan gambaran klinis tumit
yang bergeser kebagian dalam dan kebawah, forefoot juga berputar kedalam. Tanpa terapi,
pasien dengan clubfoot akan berjalan dengan bagian luar kakinya, yang mungkin
menimbulkan nyeri dan atau disabilitas. Meskipun begitu, hal ini masih menjadi tantangan
bagi keterampilan para ahli bedah ortopedik anak akibat adanya kecenderungan kelainan ini
menjadi relaps, tanpa mempedulikan apakah kelainan tersebut diterapi secara operatif
maupun konservatif. Salah satu alasan terjadinya relaps antara lain adalah kegagalan ahli
bedah dalam mengenali kelainan patoanatomi yang mendasarinya, clubfoot seringkali secara
otomatis diangggap sebagai deformitas equinovarus, namun ternyata terdapat permutasi dan
kombinasi lainnya, seperti Calcaneovalgus,, Equinovalgus dan Calcaneovarus yang mungkin
saja terjadi.
1

PEMBAHASAN
FUNGSI, ANATOMI DAN PERGERAKAN KAKI
A. Fungsi dan Anatomi Kaki
Pada kehidupan sehari-hari, fungsi kaki digambarkan dengan bermacam-macam
pandangan, antara lain (1) sebagai basis tumpuan, (2) sebagai peredam guncangan, (3)
sebagai penyesuai gerak dan (4) sebagai pengungkit yang rigid untuk stabilisasi. Kesemua itu
berhubungan dengan gait.
Pengenalan anatomi yang benar sangat penting dalam pengelolaan penderita CTEV.
Dasar pengetahuan yang kurang justru akan menambah kerusakan organ dan memperberat
deformitas yang ada. Oleh karena itu para fisiatris perlu menguasai struktur dan fungsi kaki.
A.1. Struktur tulang
Kaki adalah suatu kesatuan unit yang kompleks dan terdiri dari 26 buah tulang yang
dapat menyangga berat badan secara penuh saat berdiri dan mampu memindahkan tubuh pada
semua keadaan tempat berpijak. Ke-26 tulang itu terdiri dari: 14 falang, 5 metatarsal dan 7
tarsal. Kaki dapat dibagi menjadi 3 segmen fungsional.
a. Hindfoot (segmen posterior)
Bagian ini terletak langsung dibawah os tibia dan berfungsi sebagai penyangganya.
Terdiri dari:
▪ Talus yang terletak di apeks kaki dan merupakan bagian dari sendi
pergelangan kaki
▪ Calcaneus yang terletak dibagian belakang dan kontak dengan tanah
b. Midfoot (segmen tengah)
Terdiri dari 5 tulang tarsal yaitu:
▪ 3 cuneiforme: medial, intermedium dan lateral
▪ Cuboid
▪ Navikulare
2

Ke-5 tulang tersebut membentuk persegi empat ireguler dengan dasar medial dan
apeks lateral. 3 cuneiforme dan bagian anterior cuboid serta naviculare dan bagian
belakang tulang cuboid membentuk suatu garis.
c. Forefoot (segmen anterior)
Bagian ini terdiri dari:
▪ 5 metatarsal: I, II, III, IV, V
▪ 14 falang. Dimana ibu jari kaki mempunyai 2 falang sedangkan setiap jari
lainnya 3 falang
A.2. Struktur persendian dan ligamen
Tulang-tulang tersebut diatas membentuk persendian-persendian sebagai berikut:
a. Artikulatio talocruralis
Merupakan sendi antara tibia dan fibula dengan trachlea talus.
Sendi ini distabilkan oleh ligamen-ligamen:
▪ Sisi medial: lig. Deltoid yang terdiri dari:
◦ Lig. tibionavikularis
◦ Lig. calcaneotibialis
◦ Lig. talotibialis anterior dan posterior
▪ Sisi lateral:
◦ Lig. talofibularis anterior dan posterior
◦ Lig. calcaneofibularis
Gerak sendi ini: ◦ Plantar fleksi
◦ Dorsofleksi
◦ Sedikit abduksi dan adduksi pergelangan kaki
b. Artikulatio talotarsalis
Terdiri dari 2 buah sendi yang terpisah akan tetapi secara fisiologi keduanya
merupakan 1 kesatuan, yaitu:
Bagian belakang: artikulatio talocalcanearis/subtalar
3

Ligamen yang memperkuat adalah: lig. talocalcanearis anterior, posterior,
medial dan lateral
▪ Bagian depan: artikulatio talocalcaneonavicularis
Ligamen yang memperkuat adalah:
◦ Lig. tibionavikularis
◦ Lig. calcaneonaviculare plantaris
◦ Lig. bifurcatum: pars calcaneonavicularis (medial) dan pars calcaneocuboid
(lateral) berbentuk huruf V
Gerak sendi ini ◦ Inversi pergelangan kaki
◦ Eversi pergelangan kaki
b. Articulatio tarsotransversa
Disebut juga sendi midtarsal atau ‘surgeon’s tarsal joint’ yang sering menjadi tempat
amputasi kaki
Terdiri dari 2 sendi, yaitu:
Articulatio talonavicularis
Articulatio calcaneocuboid, yang diperkuat oleh:
◦ Pars calcaneocuboid lig. bifurcati di medial
◦ Lig. calcaneocuboid dorsalis di sebelah dorsal
◦ Lig. calcaneocuboid di sebelah plantar
Gerak sendi ini ◦ Rotasi kaki sekeliling aksis
◦ Memperluas inversi dan eversi art. Talotarsalis
c. Artikulatio tarsometatarsal
Adalah sendi diantara basis os metatarsal I-V dengan permukaan sendi distal pada os
cuneiformis I-III
Rongga sendi ada 3 buah, yaitu:
Diantara os metatarsal I dan cuneoformis I
Diantara os metatarsal II dan III dengan cuneiformis II dan III
4

Diantara os metatarsal IV dan V dengan cuboid
Ligamentum pengikatnya adalah:
◦ Ligg. Tarsi plantaris
◦ Ligg. Tarsi dorsalis
◦ Ligg. Basium os metatarsal dorsalis, interosea dan plantaris
d. Articulatio metacarpofalangeal
Ligamen pengikatnya adalah: lig. collateralia pada kedua sisi tiap sendi
Gerak sendi ini: ◦ Fleksi-ekstensi sendi metacarpal
◦ Abduksi-adduksi sendi metacarpal
e. Artculatio interfalangeal
Ligamen pengikat: lig. colateral di sebelah plantar pedis
Gerak sendi ini: ◦ Fleksi-ekstensi interfalang
◦ Abduksi-adduksi interfalang
A.3. Otot-otot penggerak kaki
Otot-otot penggerak kaki dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Otot-otot ekstrinsik
Adalah otot-otot yang berorigo dan bekerja di luar kaki. Otot-otot tersebut adalah
otot-otot tungkai bawah, yaitu:
M. gastrocnemius
Otot ini berorigo pada condylus femoralis medialis dan lateralis dan berakhir
sebagai tendon Achilles yang berinsersi di sisi posterior calcaneus.
Berfungsi untuk:
◦ Plantarfleksi
◦ Bersama dengan soleus, membantu supinasi sendi subtalar saat segmen
anterior kaki menapak di tanah
M. soleus
Otot ini terletak dibawah gastrocnemius dan berorigo pada tibia dan fibula
bagian atas, dibawah sendi lutut. Berakhir sebagai bagian dalam tendo
Achilles.
5

Berfungsi untuk: plantarfleksi
Otot ekstrinsik yang lain dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:
Kelompok lateral terdiri dari:
- M. peroneus longus dan brevis: berorigo pada sisi lateral fibula.
Peroneus brevis berinsersi di basis metatarsal V sedangkan peroneus
longus pada basis metatarsal I dan cuneiformis medialis di
permukaan plantar.
Berfungsi untuk: eversi pergelangan kaki.
Kelompok anterior terdiri dari:
- M. tibialis anterior: berorigo pada sisi lateral tibia dan berinsersi di
cuneiformis medialis dan basis metatarsal I.
Berfungsi untuk: ~ inversi pergelangan kaki
~ dorsofleksi pergelangan kaki
- M. ekstensor hallucis longus: berorigo pada permukaan anterior
fibula dan membran interoseus dan berinsersi di atas falang distal
ibu jari kaki.
Berfungsi untuk: ~ ektensi ibu jari kakai
~ membantu dorsofleksi pergelangan kaki
- M. ekstensor digitorum longus: berorigo pada condylus tibia
lateralis dan permukaan anterior fibula dan berakhir sebagai 4
tendon yang melekat disisi dorsal ke-4 jari-jari kaki. Di ujung tiap
tendon terbagi tiga, 1 berinsersi di atas falang tengah dan 2 lainnya
berinsersi di atas falang distal.
Berfungsi untuk: ~ ekstensi jari-jari kaki
~ bersama-sama dengan m. peroneus tertius, yang merupakan bagian dari ekstensor digitorum longus membantu dorsofleksi dan eversi pergelangan kaki.
Kelompok medial terdiri dari:
6

- M. tibialis posterior: berorigo pada tibia dan sisi posterior fibula dan
berinsersi di tarsal dan metatarsal medial.
Berfungsi untuk: ~ inversi pergelangan kaki
~ plantarfleksi
- M. fleksor hallucis longus: berorigo pada sisi lateral fibula dan tibia,
berinsersi di falang distal ibu jari kaki.
Berfungsi untuk: fleksi falang distal ibu jari kaki
- M. fleksor digitorum longus: berorigo pada sisi posterior tibia dan
berinsersi di sisi lateral falang distal ke-4 jari kaki.
Berfungsi untuk: fleksi jari-jari kaki
b. Otot-otot intrinsik
Adalah otot-otot yang berorigo dan berinsersi pada kaki. Otot-otot tersebut adalah
otot-otot kaki. Otot-otot ini tidak dapat diperiksa secara individual dan untuk
detailnya, dapat merujuk ke buku-buku anatomi.. Yang termasuk otot-otot intrinsik
yaitu:
Lapis I
M. Abduktor digiti kuinti
M. Abduktor hallucis
M. Fleksor digitorum brevis
Lapis II
M. Kuadratus plantaris
Mm. Lumbricales
Lapis III
M. Adduktor hallucis caput transversal dan oblik
M. Fleksor hallucis brevis
M. Fleksor digiti kuinti brevis
Lapis IV
Mm. Interosseus plantaris dan dorsalis
Otot-otot yang dipersarafi oleh n. plantaris medial, yaitu: m. abduktor hallucis, fleksor
digitorum brevis, fleksor hallucis brevis dan lumbricales I, berfungsi untuk:
7

~ fleksi jari-jari kaki terutama pada sendi metatarsofalangeal ibu jari
~ menstabilisasi falang jari pertama saat fase push-off saat berjalan
Otot-otot yang dipersarafi oleh n. plantaris lateral, yaitu: m. abduktor hallucis,
abduktor digiti kuinti, fleksor digiti kuinti, kuadratus plantaris, lumbricalea dan
interosseus, berfungsi untuk:
~ mempertahankan arkus kaki
~ fleksi sendi metatarsofalangeal jari-jari kaki
~ adduksi dan abduksi jari-jari kaki
B. Gerakan Kaki
Gerakan kaki dan pergelangan kaki melibatkan lebih dari 1 sendi. Dasar dari gerakan-
gerakan dan lingkup gerak sendinya adalah:
MOTION LGS PASIF
1. Gerakan pergelangan kaki
Dorsofleksi
Plantarfleksi
20º
50º
2. Gerakan subtalar
Inversi
Eversi
5º
5º
3. Gerakan midtarsal
Adduksi forefoot (supinasi)
Abduksi forefoot (pronasi)20º
10º
4. Gerakan jari-jari
8

Fleksi
Ekstensi
45º
70º-90º
Nilai normal dari pengukuran sudut proyeksi kaki dari hasil radiografi posisi
anteroposterior dan lateral adalah sebagai berikut:
Posisi anteroposterior Lingkup normal (dalam derajat)
Talocalcaneal (T-C)
Talo-metatarsal I (T-MT1)
Talo- metatarsal V (T-MT5)
20-50
0-20
0
Posisi lateralTalocalcaneus (T-C)
Tibiotalar
Tibiocalcaneus (dorsofleksi maksimal)
25-50
70-100
25-60
Indeks talocalcaneus Jumlah sudut T-C pada proyeksi anteroposterior dan lateral > 40
9

CONGENITAL TALIPES EQUINO VARUS
DEFINISI
Congenital Talipes Equino Varus (CTEV) sering disebut juga clubfoot adalah
deformitas yang meliputi fleksi dari pergelangan kaki, inversi dari tungkai, adduksi dari kaki
depan, dan rotasi media dari tibia. Talipes berasal dari kata talus (ankle) dan pes (foot),
menunjukkan suatu kelainan pada kaki (foot) yang menyebabkan penderitanya berjalan pada
ankle-nya. Sedang Equinovarus berasal dari kata equino (seperti kuda) dan varus (bengkok ke
arah dalam atau medial).
EPIDEMIOLOGI
Insiden congenital talipes equinovarus yaitu 1 dari setiap 1000 kelahiran hidup. Lebih
sering ditemukan pada bayi laki-laki daripada perempuan (2:1). 50% bersifat bilateral.
ETIOLOGI
Sampai saat ini masih banyak perdebatan dalam etiopatologi CTEV. Banyak teori
telah diajukan sebagai penyebab deformitas ini, termasuk faktor genetik, defek sel
germinativum primer, anomali vaskular, faktor jaringan lunak, faktor intrauterine dan faktor
miogenik. Telah diketahui bahwa kebanyakan anak dengan CTEV memiliki atrofi otot betis,
yang tidak hilang setelah terapi, karenanya mungkin terdapat hubungan antara patologi otot
dan deformitas ini. Beberapa teori mengenai penyebab terjadinya CTEV antara lain:
1. Teori kromosomal, antara lain defek dari sel germinativum yang tidak dibuahi dan
muncul sebelum fertilisasi.
2. Teori embrionik, antara lain defek primer yang terjadi pada sel germinativum yang
dibuahi yang mengimplikasikan defek terjadi antara masa konsepsi dan minggu ke-12
kehamilan.
3. Teori otogenik, yaitu teori perkembangan yang terhambat, antara lain hambatan
temporer dari perkembangan yang terjadi pada atau sekitar minggu ke-7 sampai ke-8
gestasi. Pada masa ini terjadi suatu deformitas clubfoot yang jelas, namun bila
hambatan ini terjadi setelah minggu ke-9, terjadilah deformitas clubfoot yang ringan
hingga sedang.
4. Teori fetus, yakni blok mekanik pada perkembangan akibat intrauterine crowding.
10

5. Teori neurogenik, yakni defek primer pada jaringan neurogenik.
6. Teori amiogenik, bahwa defek primer terjadi di otot.
3 ANATOMI
Deformitas bentuk kaki dikarakterisasi dengan komponen-komponen anatomis
sebagai berikut:
Adduksi midtarsal
Inversi pada sendi subtalar (varus)
Plantarfleksi sendi talocruralis (equinus)
Kontraksi jaringan di sisi medial kaki
Tendo Achilles memendek
Gastrocnemius kontraktur dan kurang berkembang
Otot-otot evertor sisi lateral tungkai bawah kurang berkembang
Kombinasi deformitas equinus pergelangan kaki dan sendi subtalar, inversi hindfoot
dan adduksi mid-forefoot disebabkan oleh displacement dari sisi medial dan plantar serta
rotasi medial sendi talocalcaneonavicular
Schlicht (1963) melaporkan suatu penelitian CTEV yang dilakukannya pada bayi-bayi
yang lahir mati atau mati segera sesudah lahir. Dilakukan diseksi kaki, yang semuanya
menunjukkan deformitas dengan derajat yang berat. Dikatakan bahwa tulang-tulang
mengalami distorsi, khususnya talus, calcaneus, navicularis, cuboid dan metatarsal, tetapi
yang paling parah adalah talus. Tidak hanya terjadi malformasi tulang, tetapi jaringan-
jaringan lain yang berhubungan dengannya juga mengalami distorsi. Pada semua kaki yang
didiseksinya, talus memperlihatkan distorsi facet pada permukaan superior, oleh karena itu
tidak pas masuk dalam lekukan tibia-fibula. Inilah penyebab terpenting persistensi deformitas
equinus.
Talus dan calcaneus pada kaki deformitas berat sering lebih kecil daripada normal,
sehingga kakipun terlihat lebih kecil. Bentuk konveks pada sisi lateral kaki disebabkan bukan
saja oleh tarikan otot sisi medial kaki dan tungkai bawah yang kontraktur, tetapi juga karena
subluksasi sendi calcaneocuboid, ligamen dan kapsul yang teregang.
11

Jaringan lunak juga ambil bagian dalam deformitas ini dan menyebabkan posisi
equinus dan varus dipertahankan karena ketegangan pada jaringan ini. Posisi equinus
disebabkan oleh kontraktur dari otot-otot sebagai berikut:
Gastrocnemius
Soleus
Tibialis posterior
Fleksor hallucis longus
Fleksor digitorum longus
Sedangkan posisi varus disebabkan oleh kontraktur pada otot-otot sebagai berikut:
Tibialis anterior dan posterior
Fleksor hallucis longus
Fleksor digitorum longus
Ligamentum deltoid
Otot-otot kecil sisi medial kaki
MANIFESTASI KLINIS
Deformitas ini mudah dikenali dan terlihat nyata pada waktu lahir. Kaki terputar dan
terbelit sehingga telapak kaki menghadap posteromedial. Gejala-gejala lokalnya adalah
sebagai berikut:
Inspeksi :
Palpasi :
Saat digerakkan :
Röntgen :
Betis terlihat kurus, deformitas berupa equinus pada pergelangan
kaki, varus pada hindfoot atau tumit adduksi dan supinasi pada
forefoot.
Pemeriksaan palpasi tidak memiliki banyak arti
Deformitas terfiksir dan tidak dapat dikoreksi secara pasif.
Meskipun kaki pada bayi normal dapat terlihat dalam posisi
equinovarus, tetapi dapat didorsofleksikan sampai jari - jari
menyentuh bagian depan tungkai bawahnya.
Tehnik pemotretan sangat penting agar kaki dapat dinilai secara
akurat. Beatson dan Pearson mendeskripsikan suatu metoda untuk
memperoleh roentnogram posisi AP dan lateral yang sederhana dan
mudah dilakukan. Cara: sendi panggul anak fleksi 90º dan lutut
12

fleksi 45º-60º. Untuk posisi AP, ke-2 kaki dipegang berdekatan dan
letakkan pada posisi plantarfleksi 30º di atas film. Posisi lateral, kaki
harus plantarfleksi 35º and tabung sinar-X dipusatkan pada
pergelangan kaki dan hindfoot.
Hasil foto menunjukkan bentuk dan posisi talus yang berguna
untuk penilaian penanganan. Pusat osifikasi pada talus, calcaneus
dan cuboid terhambat dan mungkin naviculare tidak tampak sampai
tahun ketiga. Biasanya deformitas ini disertai adanya torsi tibia.
Kasus deformitas bilateral terjadi pada sepertiga sampai setengah kasus. Pada kasus
bilateral, salah satu kaki biasanya mempunyai deformitas lebih berat daripada kaki lainnya.
Pada kasus unilateral, kaki yang sakit lebih kecil dan kurang berkembang dibandingkan kaki
lainnya dan biasanya kaki kanan lebih sering terkena daripada kiri.
Pada anak yang sudah dapat berdiri maka berat badan akan ditumpukan pada basis
metatarsal V. Kadang-kadang terdapat kavus. Jika deformitas berat, kaki yang terkena
tampak lebih kecil dari kaki lainnya. Tumit biasanya kecil dan kurang berkembang, betis
kurang berkembang dan kurus. Talus terlihat menonjol dan dapat teraba pada permukaan
dorsal kaki. Kulit sisi medial berkerut, sedangkan sisi lateral teregang. Ibu jari mungkin
terabduksi, terpisah dengan jari-jari lainnya. Derajat inversi dan adduksi dilihat dari sisi
plantar dimana kaki terlihat melengkung dan berbentuk seperti bentuk buah pisang .
Deformitas ini dapat terjadi pada bayi normal, tetapi kadang-kadang juga disertai
anomali kongenital lain seperti dislokasi sendi panggul, arthroghyposis multipleks kongenital
atau myelomeningocele, absensi tibia kongenital dan spina bifida. Atau menjadi bagian dari
suatu sindroma developmental generalisata. Karena itu penting untuk memeriksa tubuh
penderita secara keseluruhan.
Anomali ini sering ditemukan pada arthroghyposis multipleks kongenital, oleh karena
itu sendi panggul, lutut, siku dan bahu penderita perlu diperiksa dengan teliti untuk mencari
adanya subluksasi atau dislokasi. Periksa juga luas gerak sendi (LGS) sendi-sendi perifer,
kontraktur yang menyebabkan fleksi atau ekstensi abnormal. Yang khas pada arthroghyposis
multipleks kongenital adalah penurunan massa otot dan fibrosis.
13

A B
A.Perbedaan struktur kaki normal dan clubfoot pada bayi. B. CTEV bilateral
DIAGNOSA BANDING
Diagnosa CTEV sangat mudah karena bentuknya yang khas. Akan tetapi ada
beberapa kelainan yang secara anatomis menyerupainya. Sedangkan untuk memberi
penanganan yang sesuai dengan kelainan ini, perlu mengetahui kelainan-kelainan lain yang
serupa untuk membedakannya. Beberapa diantaranya adalah:
1. Absensi atau hipoplasia tibia kongenital
2. Dislokasi pergelangan kaki kongenital
Pada keduanya, kaki tampak seperti clubfoot. Pemeriksaan yang perlu dilakukan
untuk menegakkan diagnosa adalah:
Palpasi secara teliti hubungan anatomik hindfoot dengan maleolus lateral dan
medial
Pemeriksaan radiografi.
3. Acquired type of clubfoot
Pada bayi baru lahir biasanya tipe ini mudah dibedakan dengan tipe kongenital, tetapi
pada anak yang lebih besar lebih sulit.
Biasanya sering terjadi karena penyakit paralitik karena itu disebut juga paralytic
clubfoot, antara lain: myelomeningocele, tumor intraspinal, diasmatomyelia,
poliomyelitis, atrofi muskular progresif tipe distal, cerebral palsy dan penyakit
Guillain-Barré. Pemeriksaan:
Periksa vertebra secara teliti untuk mencari abnormalitas
Muscle testing
Radiogram seluruh kolum vertebra14

Nilai sistem neuromuskular dengan teliti untuk menyingkirkan penyakit
paralitik
Pada poliomyelitis kaki teraba dingin dan biru, bukti paralisa (+)
Pada spina bifida terdapat gangguan sensasi dan perubahan trofi
PENATALAKSANAAN
Sekitar 90-95% kasus club foot bisa di-treatment dengan tindakan non-operatif. Penanganan
yang dapat dilakukan pada club foot tersebut dapat berupa :
Non-Operatif :
Pertumbuhan yang cepat selama periode infant memungkinkan untuk penanganan
remodelling. Penanganan dimulai saat kelainan didapatkan dan terdiri dari tiga
tahapan yaitu : koreksi dari deformitas, mempertahankan koreksi sampai
keseimbangan otot normal tercapai, observasi dan follow up untuk mencegah
kembalinya deformitas.
Koreksi dari CTEV adalah dengan manipulasi dan aplikasi dari serial “cast” yang
dimulai dari sejak lahir dan dilanjutkan sampai tujuan koreksi tercapai. Koreksi ini
ditunjang juga dengan latihan stretching dari struktur sisi medial kaki dan latihan
kontraksi dari struktur yang lemah pada sisi lateral.
Manipulasi dan pemakaian “cast” ini diulangi secara teratur (dari beberapa hari
sampai 1-2 bulan dengan interval 1-2 bulan) untuk mengakomodir pertumbuhan yang
cepat pada periode ini.
Jika manipulasi ini tidak efektif, dilakukan koreksi bedah untuk memperbaiki
struktur yang berlebihan, memperpanjang atau transplant tendon. Kemudian
ektremitas tersebut akan di “cast” sampai tujuan koreksi tercapai. Serial Plastering
(manipulasi pemasangan gibs serial yang diganti tiap minggu, selama 6-12 minggu).
Setelah itu dilakukan koreksi dengan menggunakan sepatu khusus, sampai anak
berumur 16 tahun.
Perawatan pada anak dengan koreksi non bedah sama dengan perawatan pada
anak dengan anak dengan penggunaan “cast”. Anak memerlukan waktu yang lama
pada koreksi ini, sehingga perawatan harus meliputi tujuan jangka panjang dan tujuan
jangka pendek. Observasi kulit dan sirkulasi merupakan bagian penting pada
pemakaian cast. Orangtua juga harus mendapatkan informasi yang cukup tentang
15

diagnosis, penanganan yang lama dan pentingnya penggantian “cast” secara teratur
untuk menunjang penyembuhan.
Perawatan “cast” (termasuk observasi terhadap komplikasi), dan menganjurkan
orangtua untuk memfasilitasi tumbuh kembang normal pada anak walaupun ada
batasan karena deformitas atau therapi yang lama.
Perawatan “cast” meliputi :
- Biarkan cast terbuka sampai kering
- Posisi ektremitas yang dibalut pada posisi elevasi dengan diganjal bantal pada hari
pertama atau sesuai intruksi
- Observasi ekteremitas untuk melihat adanya bengkak, perubahan warna kulit dan
laporkan bila ada perubahan yang abnormal
- Cek pergerakan dan sensasi pada ektremitas secara teratur, observasi adanya rasa
nyeri
- Batasi aktivitas berat pada hari-hari pertama tetapi anjurkan untuk melatih otot-otot
secara ringan, gerakkan sendi diatas dan dibawah cast secara teratur.
- Istirahat yang lebih banyak pada hari-hari pertama untuk mencegah trauma
- Jangan biarkan anak memasukkan sesuatu ke dalam cast, jauhkan benda-benda kecil
yang bisa dimasukkan ke dalam cast oleh anak
- Rasa gatal dapat dukurangi dengan ice pack, amati integritas kulit pada tepi cast dan
kolaborasikan bila gatal-gatal semakin berat
- Cast sebaiknya dijauhkan dari dengan air
Cast pada CTEV (Ponseti treatment)
16

Operatif
Indikasi dilakukan operasi adalah sebagai berikut :
1. Jika terapi dengan gibs gagal
2. Pada kasus Rigid club foot pada umur 3-9 bulan.
3. Relaps setelah dilakukan terapi konservatif
Operasi dilakukan dengan melepasakan jaringan lunak yang mengalami kontraktur
maupun dengan osteotomi. Osteotomi biasanya dilakukan pada kasus club foot yang
neglected atau tidak ditangani dengan tepat. Kasus yang resisten paling baik dioperasi
pada umur 8 minggu, tindakan ini dimulai dengan pemanjangan tendo Achiles.Jika
masih ada equinus, dilakukan posterior release dengan memisahkan seluruh lebar
kapsul pergelangan kaki posterior, dan jika perlu, kapsul talokalkaneus. Varus
kemudian diperbaiki dengan melakukan release talonavikularis medial dan
pemanjangan tendon tibialis posterior.
Pada pasien dengan umur lebih dari 5 tahun, dapat dilakukan bone procedure
osteotomy. Diatas umur 10 tahun atau jika tulang kaki sudah matur, dilakukan tindakan
artrodesis triple yang terdiri atas reseksi dan koreksi letak pada tiga persendian,
yaitu: art. talokalkaneus, art. talonavikularis, dan art. kalkaneokuboid.
KOMPLIKASI
1. Komplikasi dapat terjadi dari terapi konservatif maupun operatif. Pada terapi
konservatif mungkin dapat terjadi maslah pada kulit, dekubitus oleh karena gips, dan
koreksi yang tidak lengkap. Beberapa komplikasi mungkin didapat selama dan
setelah operasi. Masalah luka dapat terjadi setelah operasi dan dikarenakan tekanan
17

dari cast. Ketika kaki telah terkoreksi, koreksi dari deformitas dapat menarik kulit
menjadi kencang, sehinggga aliran darah menjadi terganggu. Ini membuat bagian
kecil dari kulit menjadi mati. Normalnya dapat sembuh dengan berjalannya waktu,
dan jarang memerlukan cangkok kulit.
2. Infeksi dapat terjadi pada beberapa tindakan operasi. Infeksi dapat terjadi setelah
operasi kaki clubfoot. Ini mungkin membutuhkan pembedahan tambahan untuk
mengurangi infeksi dan antibiotik untuk mengobati infeksi.
3. Kaki bayi sangat kecil, strukturnya sangat sulit dilihat. Pembuluh darah dan saraf
mungkin saja rusak akibat operasi. Sebagian besar kaki bayi terbentuk oleh tulang
rawan. Material ini dapat rusak dan mengakibatkan deformitas dari kaki. Deformitas
ini biasanya terkoreksi sendiri dengan bertambahnya usia.
PROGNOSIS
Apabila terapi dimulai sejak lahir, deformitas sebagian besar dapat diperbaiki. Walaupun
demikian, keadaan ini sering tidak sembuh sempurna dan sering kambuh, terutama pada bayi
dengan kelumpuhan otot yang nyata atau disertai penyakit neuromuskuler. Beberapa kasus
menunjukkan respon yang positif terhadap penanganan, sedangkan beberapa kasus lain
menunjukkan respon yang lama atau tidak berespon sama sekali terhadap treatment.
Orangtua harus diberikan informasi terutama mengenai kemungkinan terjadinya kekambuhan
dan kelainan ini tidak dapat terkoreksi sempurna atau normal, adanya gejala sisa dan hasil
dari treatment tidak selalu dapat diprediksi dan tergantung pada tingkat keparahan dari
deformitas, umur anak saat intervensi, perkembangan tulang, otot dan syaraf. Fungsi kaki
jangka panjang setelah terapi secara umum baik tetapi hasil studi menunjukkan bahwa
koreksi saat dewasa akan menunjukkan kaki yang 10% lebih kecil dari biasanya
18

KESIMPULAN
Banyak keadaan yang bisa menyebabkan deformitas clubfoot dengan perubahan
struktur yang hampir serupa terbentuk selama masa pertumbuhan tulang. Pada saat
bayi dilahirkan, deformitas kaki kongenital bisa tampak mirip satu dengan lainnya,
apapun etiologinya. Kesalahpahaman menyangkut etiologi, patologi dan
penatalaksanaan karena kegagalan dalam membedakan bentuk idiopatik dari
deformitas yang didapat atau sekunder. Paling utama adalah pengenalan dini
penyebab deformitas, sehingga rangkaian penatalaksanaan dapat segera direncanakan
dan keluarga penderita memperoleh informasi yang akurat, prognosis yang realistis
dan menghindari komplikasi iatrogenik akibat kekeliruan dalam program
penatalaksanaan clubfoot. Keluarga penderita harus diberikan edukasi yang sejelas-
jelasnya, terutama mengenai kemungkinan terjadinya kekambuhan, tidak dapat
terkoreksi sempurna atau adanya gejala sisa.
DAFTAR PUSTAKA
Ponseti IV. Clubfoot management. J Pediatr Orthop. Nov-Dec 2000;20(6):699-
700.
Cooper DM, Dietz FR. Treatment of idiopathic clubfoot. A thirty-year follow-up
note. J Bone Joint Surg Am. Oct 1995;77(10):1477-89.
Bor N, Herzenberg JE, Frick SL. Ponseti management of clubfoot in older
infants. Clin Orthop Relat Res. Mar 2006;444:224-8.
Noonan KJ, Richards BS. Nonsurgical management of idiopathic clubfoot. J Am
Acad Orthop Surg. Nov-Dec 2003;11(6):392-402.
Docker CE, Lewthwaite S, Kiely NT. Ponseti treatment in the management of
clubfoot deformity – a continuing role for paediatric orthopaedic services in
secondary care centres. Ann R Coll Surg Engl. Jul 2007;89(5):510-2.
Ippolito E, Ponseti IV. Congenital club foot in the human fetus. A histological
study. J Bone Joint Surg Am. Jan 1980;62(1):8-22.
Scher DM. The Ponseti method for treatment of congenital club foot. Curr Opin
Pediatr. Feb 2006;18(1):22-5.
19

Ponseti IV. Relapsing clubfoot: causes, prevention, and treatment. Iowa Orthop
J. 2002;22:55-6.
Tachdjian Mihran O. Congenital Talipes Equinovarus In: John Anthony Herring
[editor]: Pediatric Orthopaedics, From the Texas Scottish Rite Hospital for Children.
Saunders elsivier, 2008; 1070-1078.
Reyes Tyrone M, Luna-Reyes Ofelia B. The Ankle and the Foot. In: Kinesiology.
Manila, Philipines: UST Printing Office, 1978;152-166.
Graham. Apley, Louis Solomon. Deformities of the Foot. In: Apley’s System of
Orthopaedics and Procedurs,1982; 307-9.
David H. Sutherland. Congenital Clubfoot. In: Gait Disorders in Chilhood and
Adolescence. William and Wilkins, 1984, 81
http://www.emedicine/spesialities//pediatrics /ctev . CTEV. Author: Ellen M
Chung. Accessed, 5th March 2013
http://www.ijoonline.com , Indian Journal of Orthopaedics. Accessed, 5th March
2013
20