55975245 Laporan Kasus Leukemia Mieloid Akut

36
LAPORAN KASUS LEUKEMIA MIELOID AKUT Oleh: Nur Ilhaini Sucipto, S.Ked 052011101047 Pembimbing: dr. Ali Santoso, Sp.PD Disusun untuk melengkapi tugas Kepaniteraan Klinik Madya Lab/SMF Ilmu Penyakit Dalam FK UNEJ - RSD dr.Soebandi Jember SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSD dr. SOEBANDI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER 2011

description

hjdfuyfchjc

Transcript of 55975245 Laporan Kasus Leukemia Mieloid Akut

Page 1: 55975245 Laporan Kasus Leukemia Mieloid Akut

LAPORAN KASUS

LEUKEMIA MIELOID AKUT

Oleh:

Nur Ilhaini Sucipto, S.Ked

052011101047

Pembimbing:

dr. Ali Santoso, Sp.PD

Disusun untuk melengkapi tugas Kepaniteraan Klinik Madya

Lab/SMF Ilmu Penyakit Dalam FK UNEJ - RSD dr.Soebandi Jember

SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSD dr. SOEBANDI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS JEMBER

2011

Page 2: 55975245 Laporan Kasus Leukemia Mieloid Akut

1

PENDAHULUAN

Leukemia mieloid adalah kelompok penyakit heterogen ditandai dengan

infiltrasi sel neoplastik sistem hemopoitik pada darah, sumsum tulang, dan

jaringan lain oleh. Pada tahun 2006 perkiraan jumlah kasus baru leukemia mieloid

di Amerika Serikat sebesar 16.430. Leukemia tersebut termasuk spektrum

keganasan, tidak dapat diobati, mulai dari yang progresif cepat hingga progresif

lambat. Berdasarkan hal tersebut, leukemia mieloid dibagi menjadi akut dan

kronis1.

Insiden leukemia mieloid akut (AML) adalah + 3,7 per 100.000 orang per

tahun, dan kejadian yang disesuaikan menurut umur lebih tinggi pada pria

dibandingkan pada wanita (4.6 versus 3.0). Insiden AML meningkat sesuai umur,

yaitu 1,9 pada individu <65 tahun dan 18,6 pada mereka yang berusia >65.

Sebuah peningkatan yang signifikan pada insiden AML telah terjadi selama 10

tahun terakhir. Etiologinya meliputi hereditas, radiasi dan paparan pekerjaan serta

obat-obatan dan virus1.

Terapi standar dari AML adalah regimen kemoterapi tujuh tiga yaitu

kemoterapi induksi dengan regimen sitarabin dan daunorubisin. Sekitar 30-40 %

pasien mengalami remisi komplit dengan terapi sitarabin dan daunorubisin yang

diberikan sebagai obat tunggal, sedang bila diberikan sebagai kombinasi remisi

komplit dicapai oleh lebih dari 60 % pasien. Bila terdapat residual disease pada

hari ke 28 perlu dipertimbangkanadanya gagal terapi primer dan perlu dimulai

terapi alternatif dengan regimen lain1.

Pada kasus tersebut, sebagai dokter umum, diharapkan mampu membuat

diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan

(misalnya: pemeriksaan sederhana atau X-ray). Dokter mampu merujuk pasien

secepatnya ke spesialis yang relevan dan mampu menindaklanjuti sesudahnya.

Page 3: 55975245 Laporan Kasus Leukemia Mieloid Akut

2

STATUS PASIEN

IDENTITAS PENDERITA

Nama : Ny.N

Umur : 26 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Mxx 1/14 Umbulsari

Agama : Islam

Suku : Madura

Status : Sudah Menikah

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Buruh Tani

Tanggal masuk RS : 25 April 2011

No. RM : 33.34.13

ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan di ruang interna wanita (RIW) RSD dr.Soebandi pada

hari-8 masuk rumah sakit (MRS).

1. Keluhan Utama :

Pasien datang dengan keluhan badan terasa lemas dan demam.

2. Riwayat Penyakit Sekarang :

Sejak + 3 bulan SMRS, pasien mengeluh badannya terasa menjadi mudah

lelah dan demam, demam naik turun. Pasien juga merasa linu-linu pada kaki dan

tangan baik kanan maupun kiri. Linu-linu sering terasa pada pagi hari. Pasien

sering merasa demam sumer-sumer sepanjang hari. Sejak + 1 bulan SMRS, pasien

mengeluh sakit gigi, namun tidak mimisan dan tidak nyeri telinga.

Sejak + 15 hari SMRS muncul bintik-bintik merah pada wajah pasien

kemudian timbul pada tangan dan kaki, bintik-bintik yang timbul pada wajah

pasien di rasakan perih dan panas, awalnya sebelum muncul bintik merah wajah

pasien bengkak dan berwarna biru-biru. Pasien juga mengeluh kedua matanya

merah Pasien mengatakan nafsu makannya berkurang hingga badannya terlihat

Page 4: 55975245 Laporan Kasus Leukemia Mieloid Akut

3

lebih kurus dari sebelumnya. Sebelum demam pasien mengeluh nyeri

tenggorokan.

Hari 1 MRS mata pasien kemerahan tampak berdarah dan gusi pasien

membengkak. Hari 3 MRS pasien pilek dan batuk, tidak berdahak.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya.

4. Riwayat Pengobatan

Pasien pernah periksa ke puskesmas diberi obat penurun panas.

5. Riwayat Alergi

Disangkal

6. Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga pasien yang mengalami gejala penyakit seperti yang

dialami oleh pasien saat ini.

7. Riwayat Sosial Ekonomi Dan Lingkungan

Pasien tinggal bersama ibu, adik, suami, dan seorang anaknya. Suami

pasien bekerja sebagai petani, sama halnya dengan pasien. Pasien sehari-hari

makan dengan memasak sendiri (tidak beli di luar). Pasien minum dari air sumur

yang dimasak terlebih dahulu. Mandi dan mencuci di kamar mandi.

Kesan : keadaan sosial, ekonomi dan lingkungan kurang baik.

8. Riwayat Gizi

Pasien makan 2-3 kali dalam sehari. Menu yang sering dikonsumsi berupa

nasi, lauk pauk (tahu dan tempe) dan sayur. Selama sakit, nafsu makan menurun.

Kesan : kebutuhan gizi kurang.

ANAMNESIS SISTEM

a.Sistem Serebrospinal : tidak ada keluhan

b. Sistem Kardiovaskular : tidak ada keluhan

c. Sistem Pernafasan : pilek dan batuk berdahak

d. Sistem Gastrointestinal : nafsu makan turun, BAB sehari ± 3x berwarna

kekuningan.

Page 5: 55975245 Laporan Kasus Leukemia Mieloid Akut

4

e. Sistem Urogenital : kencing lancar, warna kuning, sehari 2- 3x, tidak

ada nyeri BAK.

f. Sistem Integumentum : bercak kemerahan pada wajah, tangan dan kaki.

g. Sistem Muskuloskeletal : linu-linu pada kedua tangan dan kaki

Kesan : Pada anamnesis sistem ditemukan nafsu makan turun, BAB

sehari ±3x berwarna kekuningan BAK lancar warna kuning.

PEMERIKSAAN FISIK

a. Pemeriksaan Umum :

1. Keadaan umum : Lemah

2. Kesadaran : Composmentis

GCS 4-5-6

3. Tanda – tanda vital

- Tekanan darah : 100/60 mmHg

- Nadi : 100 x/menit

- Temperatur : 39,5ºC

- Frekuensi pernapasan: 20 x/menit

4. Gizi : baik

BB: 58 kg

TB: 156 cm

BMI: 58 x 100% = 23,8%

(1,56)2

5. Kulit : tampak purpura pada wajah, tangan dan kaki

6. Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran limfe colli, aksila, dan

Inguinal

7. Otot : Tidak terdapat atrofi otot

8. Tulang : Tidak ada deformitas

Kesan : pada pemeriksaan umum didapatkan purpura pada wajah,

tangan dan kaki

Page 6: 55975245 Laporan Kasus Leukemia Mieloid Akut

5

b. Pemeriksaan Khusus

1. Kepala

• Bentuk : lonjong, simetris.

• Rambut : hitam, lurus, pendek, tidak mudah dicabut.

• Mata

- Konjungtiva : sulit dievaluasi (sde).

- Sklera : sde

- Palpebra : terdapat edema baik kanan maupun kiri

- Refleks pupil : normal, pupil isokor Ө 3 mm/3 mm, terdapat refleks

cahaya kanan maupun kiri.

- Sekret : darah.

• Telinga : tidak didapatkan sekret dan perdarahan.

• Hidung : tidak terdapat sekret, perdarahan, maupun napas cuping hidung.

• Mulut : tidak terdapat sianosis maupun halitosis, mukosa mulut tidak

pucat, namun terdapat pembengkakan gusi.

Kesan: didapatkan edema palpebra dan perdarahan pada kedua mata

serta terdapat pembengkakan gusi.

2. Leher

Inspeksi : tidak tampak pembesaran kelenjar getah bening (KGB) leher.

Palpasi : tidak teraba pembesaran KGB leher.

Kesan: tidak didapatkan kelainan pada leher

3. Dada

Jantung

� Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat

� Palpasi : Iktus kordis tidak teraba

� Perkusi

Batas kanan : redup pada ICS IV PSL D

Batas kiri : redup pada ICS V MCL S

� Auskultasi : S1S2 tunggal

Kesan: tidak didapatkan kelainan pada jantung

Page 7: 55975245 Laporan Kasus Leukemia Mieloid Akut

6

Paru

Ventral Dorsal

Inspeksi

• Simetris

• Tidak terdapat retraksi

• Tidak terdapat ketinggalan gerak

Inspeksi

• Simetris

• Tidak terdapat retraksi

• Tidak terdapat ketinggalan gerak

Palpasi

• Fremitus raba

N N

N N

N N

Palpasi

• Fremitus raba

N N

N N

N N

Perkusi

S S

S S

S S

S S S S

S S

Perkusi

S S

S S

S S

S S S S

S S

Auskultasi

• Suara dasar

suara dasar

V V

V V

V V

V V V V

V V

• Rhonki

rhonki

- -

- -

- -

- - - -

- -

• Wheezing

wheezing

- -

- -

- -

- - - -

- -

Auskultasi

• Suara dasar

suara dasar

V V

V V

V V

V V V V

V V

• Rhonki

rhonki

- -

- -

- -

- - - -

- -

• Wheezing

wheezing

- -

- -

- -

- - - -

- -

Kesan: tidak didapatkan kelainan pada paru

Page 8: 55975245 Laporan Kasus Leukemia Mieloid Akut

7

4. Abdomen

• Inspeksi : cembung

• Auskultasi : Bising usus normal

• Palpasi : hepar/ lien/ ren tidak teraba

• Perkusi : timpani

Kesan : abdomen tidak ada kelainan

5. Anogenital : Anus (+)

Kesan : anogenital tidak ada kelainan

6. Extremitas :

Atas : Akral Hangat : positip / positip

Oedem : negatip/ negatip

Bawah : Akral Hangat : positip / positip

Oedem : negatip / negatip

Kesan: tidak ada kelainan pada ekstremitas

Page 9: 55975245 Laporan Kasus Leukemia Mieloid Akut

8

c. Pemeriksaan Penunjang

Hasil laboratorium

Darah H0 H2 H4 H5 H8 Normal

Hb 4,0 3,9 7,1 8,1 11,8 L: 13,4-17,7; P : 11,4-

15,1gr/dl

LED 110/160 130/165 50/100 25/40 4/9 L:0-15; P: 0-25 mm/jam

Leukosit 96,2 162,1 233,4 267,5 252,1 L:4.3-10.3 P:4.3-11.3X10

9/

L

Hitung

Jenis -

Curiga

Sel

Muda

- - - 0-4/0-1/3-5/54-62/25-33/3-5

Eos/Bas/Stab/Seg/Lim/Mono

HCT 11,6 11,2 20,5 23,8 31,8 L 40-50%; P 37-45%

Trombosit 8 15 22 37 52 150-450X10 9/l

MCV 100,9 - - 88,2 - 82-92 fL

MCH 34,8 - - 29,9 - 27-31 pg

MCHC 34,5 - - 33,9 - 32-37 gr/dl

Retikulosit 0,03

corrected - -

1,0

corrected - 0.8-2.0 %

Evaluasi

Hapusan

E: Hipokrom

normositter,

anisositosis

L: Kesan jumlah

meningkat,

didominasi sel-sel

mononuklear,

bentuk inti

irregular dan

berlekuk, nukleolus

+, curiga sel muda

+

T: Kesan jumlah

menurun,

anisositosis, mega

trombosit +

Kesan: S leukemia

akut??

Saran: Ulang

evaluasi hapusan

darah tepi

E: Hipokrom

normositter,

anisositosis. Sel

polikromasia (+),

normoblast + 1-

2%

L: Kesan jumlah

meningkat,

didominasi sel-sel

mononuklear,

bentuk inti

irregular dan

berlekuk,

nucleolus (+),

blast (+) +/- 10%

T: Kesan jumlah

menurun,

anisositosis,

Kesan: leukemia

akut (AML M5-

M6)

Saran: BMA

Page 10: 55975245 Laporan Kasus Leukemia Mieloid Akut

9

Faal Hati

Faal hati H0 H10 Normal

Bilirubin direct 0,33 0,78 0.2-0.4 mg/dl

Bilrubin Total 0,79 1,47 <1.2 mg/dl

SGOT 34 90 L 10-35; P 10-31 U/L

SGPT 36 37 L 9-43; P 9-36 U/L

Albumin 3,0 3,4 3.4-4.8gr/dl

Elektrolit

Elektrolit ISE H0 H10 Normal

Natrium 135,3 137,3 135-155 mmol/L

Kalium 2,65 2,84 3.5-5.0 mmol/L

Chlorida 100,1 96,8 90-110 mmol/L

Calsium 1,90 3,37 2.15-2.57 mmol/L

Magnesium 0,45 1,39 L 0.73-1.06; P 0.77-1.03 mmol/L

Fosfor 0,54 0.85-1.60 mmol/L

Faal Ginjal

Faal Ginjal H0 Normal

Kreatinin Serum 1,3 L 0.6-1.3; P 0.5-1.1 mg/dl

BUN 10 6-20 mg/dl

Urea 22 10-50 mg/dl

Asam Urat 5,9 L 3.4-7; P 2-5.7 mg/dl

Lemak

Lemak H0 Normal

Trigliserida 194 <150 mg/dl

Kolesterol Total 69 < 220 mg/dl

Kolesterol HDL 10 Low < 40; high >60 mg/dl

Kolesterol LDL 30 <200 mg/dl

Page 11: 55975245 Laporan Kasus Leukemia Mieloid Akut

10

Urin Lengkap

Urine Lengkap H0 Normal

Warna kemerahan

pH 8,0 4.8-7.5

BJ 1,010 1.015-1.025

Protein Positip 3 ~ 150 mg/ dl Negatip

Glukosa Normal Normal

Urobilin Normal Normal

Bilirubin Negatip Negatip

Nitrit Positip Negatip

Eritrosit >100 0-1 sel/lpb

Lekosit 2-5 1-4 sel/lpb

Epitel skuamos 5-10 5-15 /Lpb

Kristal Ca oxalate 2-5 Negatip

Silinder Negatip Negatip

Bakteri/ yeast/ Trichomo Negatip Negatip

Keton Negatip Negatip

RESUME

Sejak + 3 bulan SMRS, pasien mengeluh badannya terasa menjadi mudah

lelah dan demam, demam naik turun. Pasien juga merasa linu-linu pada kaki dan

tangan baik kanan maupun kiri. Linu-linu sering terasa pada pagi hari. Pasien

sering merasa demam sumer-sumer sepanjang hari. Sejak + 1 bulan SMRS, pasien

mengeluh sakit gigi, namun tidak mimisan dan tidak nyeri telinga.

Sejak + 15 hari SMRS muncul bintik-bintik merah pada wajah pasien

kemudian timbul pada tangan dan kaki, bintik-bintik yang timbul pada wajah

pasien di rasakan perih dan panas, awalnya sebelum muncul bintik merah wajah

pasien bengkak dan berwarna biru-biru. Pasien juga mengeluh kedua matanya

merah Pasien mengatakan nafsu makannya berkurang hingga badannya terlihat

lebih kurus dari sebelumnya. Sebelum demam pasien mengeluh nyeri

tenggorokan. Hari 1 MRS mata pasien kemerahan tampak berdarah dan gusi

pasien membengkak. Hari 3 MRS pasien pilek dan batuk, tidak berdahak.

Page 12: 55975245 Laporan Kasus Leukemia Mieloid Akut

11

Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum lemah, kesadaran compos

mentis. Pemeriksaan kepala pada konjungtiva anemis dan pada pemeriksaan

umum didapatkan purpura pada wajah, tangan dan kaki. Selain itu, didapatkan

edema palpebra dan perdarahan pada kedua mata serta terdapat pembengkakan

gusi. Hasil pemeriksaan laboratorium, meliputi

1. Darah lengkap:

a. Anemia,

b. Leukositosis,

c. Trombositopeni.

d. Evaluasi Hapusan didapatkan

• Eritrosit: hipokrom normositter, anisositosis. Sel polikromasia (+),

normoblast + 1-2%.

• Lekosit: kesan jumlah meningkat, didominasi sel-sel mononuclear,

bentuk inti irregular dan berlekuk, nucleolus (+), blast (+) +/- 10%.

• Trombosit: kesan jumlah menurun, anisositosis. Kesan: leukemia akut

(AML M5-M6) . Saran: BMA.

2. Urin lengkap:

a. Hematuri (eritrosit >100),

b. Protein +3-150mg/dl, dan Ca oxalat 2-5

DIAGNOSIS

Leukemia Mieloid Akut

PENATALAKSANAAN

• Infus RL 20 tpm

• Injeksi cefotaxime 3 x 1 gram

• Injeksi Kalnex 3 x 1 ampul

• Injeksi Sotatik 3 x 1 ampul

• Aspar K 3 x 1 tablet

• transfusi PRC 1 kolf/hr

• Konsul spesialis mata dan kulit

PROGNOSIS

Dubia ad malam

Page 13: 55975245 Laporan Kasus Leukemia Mieloid Akut

12

PEMANTAUAN

PEMERIKSAAN HARI KE-1

S demam (-), BAK (+) warna kuning, BAB (+) warna kuning, ruam pada wajah, tangan

dan kaki (+), lemah (+), lebam pada tangan dan kaki (+), sakit kepala, linu-linu di

kaki (+)

O VS: tek. darah:

Nadi :

RR :

Suhu :

100/40 mmHg

88 x/menit

22 x/menit

39,5

Kepala leher : a/i/c/d = +/-/-/-, tampak ruam pada kedua pipi, mata

kemerahan

Thorax : C/P DbN

Abdomen I Cembung

A BU (+) normal

P Timpani

P Soepel, nyeri tekan (-),

H/L/R = -/-/-

Ekstremitas Akral hangat +, edema -

A Suspect leukemia akut

P • Infus RL 20 tpm

• cefotaxim 3x1

• kalnex 2x1

• Aspar K 3x1

• Transfusi WB 1 kolf/hari

Page 14: 55975245 Laporan Kasus Leukemia Mieloid Akut

13

PEMERIKSAAN HARI KE-2 (26 April 2011)

S mual (+),muntah (+), demam (+), lemas, BAK (+) warna kuning, BAB (+), lemah

(+), sakit kepala (+), linu-linu di kaki (+)

O VS: tek. darah:

Nadi :

RR :

Suhu :

100/70 mmHg

90 x/menit

22 x/menit

38,0

Kepala leher : a/i/c/d = +/-/-/-, tampak ruam pada kedua pipi, mata kemerahan

Thorax : C/P : DbN

Abdomen I Cembung

A BU (+) normal

P Timpani

P Soepel, nyeri tekan (-), hepatosplenomegali (-)

H/L/R = -/-/-

Ekstremitas Akral hangat +, edema -

A Suspect leukemia akut

P • Infus RL 20 tpm

• cefotaxim 3x1

• kalnex 2x1

• Aspar K 3x1

• Transfusi WB 1 kolf/hari

Page 15: 55975245 Laporan Kasus Leukemia Mieloid Akut

14

PEMERIKSAAN HARI KE-3 (27 April 2011)

S mual (+),muntah (-), demam (+), lemas, BAK (+) warna kuning, BAB (+), lemah (+),

sakit kepala (+), linu-linu di kaki (+)

O VS: tek. darah:

Nadi :

RR :

Suhu :

90/50 mmHg

120 x/menit

30 x/menit

38,0

Kepala leher : a/i/c/d = +/-/-/-, tampak ruam pada kedua pipi, mata kemerahan

Thorax : C/P : Cor Pulmo

I: IC tampak I: Simetris

P: IC teraba P: Fremitus +/+

P: redup P: Sonor +/+

A: S1S2 tunggal A: BV +/+, Wh -/-, Rh -/-

Abdomen I Flat, tampak ruam pada abdomen

A BU (+) normal

P Timpani

P Soepel, nyeri tekan (-), hepatosplenomegali (-)

H/L/R = -/-/-

Ekstremitas Akral hangat +, edema -, lebam (+)

A Suspect leukemia akut

P • Infus RL 20 tpm

• cefotaxim 3x1

• kalnex 2x1

• Aspar K 3x1

• Transfusi WB 1 kolf/hari

Page 16: 55975245 Laporan Kasus Leukemia Mieloid Akut

15

PEMERIKSAAN HARI KE-4 (28 April 2011)

S mual (+),muntah (-), demam (+), lemas, BAK (+) warna kuning, BAB (+), lemah (+),

sakit kepala (+), linu-linu di kaki (+)

O

VS: tek. darah:

Nadi :

RR :

Suhu :

100/60 mmHg

110 x/menit

28 x/menit

37,7

Kepala leher : a/i/c/d = +/-/-/-, tampak ruam pada kedua pipi, mata kemerahan

Thorax : C/P :

Cor Pulmo

I: IC tampak I: Simetris

P: IC teraba P: Fremitus +/+

P: redup P: Sonor +/+

A: S1S2 tunggal A: BV +/+, Wh -/-, Rh -/-

Abdomen

I Flat, tampak ruam pada abdomen

A BU (+) normal

P Timpani

P Soepel, nyeri tekan (-), hepatosplenomegali (-)

H/L/R = -/-/-

Ekstremitas Akral hangat +, edema -

A Suspect leukemia akut

P

• Infus RL 20 tpm

• cefotaxim 3x1

• kalnex 2x1

• Aspar K 3x1

• Konsul Sp.Mata

• Transfusi WB 1 kolf/hari

Page 17: 55975245 Laporan Kasus Leukemia Mieloid Akut

16

PEMERIKSAAN HARI KE-5 (29 April 2011)

S mual (+),muntah (-), demam (+), lemas, BAK (+) warna kuning, BAB (+), lemah (+),

sakit kepala (+), linu-linu di kaki (+), mata berdarah (+)

O VS: tek. darah:

Nadi :

RR :

Suhu :

100/60 mmHg

110 x/menit

28 x/menit

37,7

Kepala leher : a/i/c/d = sde, tampak ruam pada kedua pipi, mata berdarah

Thorax : C/P : Cor Pulmo

I: IC tampak I: Simetris

P: IC teraba P: Fremitus +/+

P: redup P: Sonor +/+

A: S1S2 tunggal A: BV +/+, Wh -/-, Rh -/-

Abdomen I Flat, tampak ruam pada abdomen

A BU (+) normal

P Timpani

P Soepel, nyeri tekan (-), hepatosplenomegali (-)

H/L/R = -/-/-

Ekstremitas Akral hangat +, edema -

A Suspect leukemia mieloid akut dengan retina hemorrhage dan hipertensi vaskulopati

Gr.II

P • Infus RL 20 tpm

• cefotaxim 3x1

• kalnex 2x1

• Aspar K 3x1

• Vitrolenta 4x1 drop ODS

• Dycinon 3x1

• Lapibal 2x1 drop ODS

• Retvit plus 2x1 drop ODS

• Transfusi WB 1 kolf/hari

Page 18: 55975245 Laporan Kasus Leukemia Mieloid Akut

17

PEMERIKSAAN HARI KE-6 (30 April 2011)

S mual (+),muntah (-), demam (+), lemas, BAK (+) warna kuning, BAB (+), lemah (+),

sakit kepala (+), linu-linu di kaki (+), mata berdarah (+)

O VS: tek. darah:

Nadi :

RR :

Suhu :

90/50 mmHg

74 x/menit

23 x/menit

36,7

Kepala leher : a/i/c/d = sde, tampak ruam pada kedua pipi, mata berdarah

Thorax : C/P : Cor Pulmo

I: IC tampak I: Simetris

P: IC teraba P: Fremitus +/+

P: redup P: Sonor +/+

A: S1S2 tunggal, murmur (+) A: BV +/+, Wh -/-, Rh -/-

Abdomen I Flat, tampak ruam pada abdomen

A BU (+) normal

P Timpani

P Soepel, nyeri tekan (-), hepatosplenomegali (-)

H/L/R = -/-/-

Ekstremitas Akral hangat +, edema -

A Suspect leukemia mieloid akut dengan retina hemorrhage dan hipertensi vaskulopati

Gr.II

P • Infus RL 20 tpm

• cefotaxim 3x1

• kalnex 2x1

• Aspar K 3x1

• Vitrolenta 4x1 drop ODS

• Dycinon 3x1

• Lapibal 2x1 drop ODS

• Retvit plus 2x1 drop ODS

• Transfusi WB 1 kolf/hari

Page 19: 55975245 Laporan Kasus Leukemia Mieloid Akut

18

PEMERIKSAAN HARI KE-8 (1 Mei 2011)

S mual (+),muntah (-), demam (+), lemas, BAK (+) warna kuning, BAB (+), lemah (+),

sakit kepala (+), linu-linu di kaki (+), mata berdarah (+)

O VS: tek. darah:

Nadi :

RR :

Suhu :

100/70 mmHg

104 x/menit

28 x/menit

37,3

Kepala leher : a/i/c/d = sde, tampak ruam pada kedua pipi, mata berdarah

Thorax : C/P : Cor Pulmo

I: IC tampak I: Simetris

P: IC teraba P: Fremitus +/+

P: redup P: Sonor +/+

A: S1S2 tunggal, murmur (+) A: BV +/+, Wh -/-, Rh -/-

Abdomen I Flat, tampak ruam pada abdomen

A BU (+) normal

P Timpani

P Soepel, nyeri tekan (-), hepatosplenomegali (-)

H/L/R = -/-/-

Ekstremitas Akral hangat +, edema -

A Suspect leukemia mieloid akut dengan retina hemorrhage dan hipertensi vaskulopati

Gr.II

P • Infus RL 20 tpm

• cefotaxim 3x1

• kalnex 2x1

• Aspar K 3x1

• Vitrolenta 4x1 drop ODS

• Dycinon 3x1

• Lapibal 2x1 drop ODS

• Retvit plus 2x1 drop ODS

• Transfusi WB 1 kolf/hari

Page 20: 55975245 Laporan Kasus Leukemia Mieloid Akut

19

PEMERIKSAAN HARI KE-9 (2 Mei 2011)

S mual (+),muntah (-), demam (+), lemas, BAK (+) warna kuning, BAB (+),

lemah (+), sakit kepala (+), linu-linu di kaki (+), mata berdarah (+)

O VS: tek. darah:

Nadi :

RR :

Suhu :

100/70 mmHg

104 x/menit

28 x/menit

37,3

Kepala leher : a/i/c/d = sde, tampak ruam pada kedua pipi, mata

berdarah

Thorax : C/P : Cor Pulmo

I: IC tampak I: Simetris

P: IC teraba P: Fremitus +/+

P: redup P: Sonor +/+

A: S1S2 tunggal, murmur (+) A: BV +/+, Wh -/-, Rh -/-

Abdomen I Flat, tampak ruam pada abdomen

A BU (+) normal

P Timpani

P Soepel, nyeri tekan (-), hepatosplenomegali (-)

H/L/R = -/-/-

Ekstremitas Akral hangat +, edema -

A Suspect leukemia mieloid akut dengan retina hemorrhage dan hipertensi vaskulopati

Gr.II

P • Infus RL 20 tpm

• cefotaxim 3x1

• kalnex 2x1

• sotatic 3x1

• Aspar K 3x1

• Vitrolenta 4x1 drop ODS

• Dycinon 3x1

• Lapibal 2x1 drop ODS

• Retvit plus 2x1 drop ODS

• Tramenza 2x1

• Transfusi WB 1 kolf/hari

Page 21: 55975245 Laporan Kasus Leukemia Mieloid Akut

20

TINJAUAN PUSTAKA

Leukosit

FISIOLOGI

Pertahanan tubuh melawan infeksi merupakan peran dari leukosit. Jumlah

normal sel darah putih adalah 4000-10000/mm3 . Lima jenis sel darah putih yang

telah diidentifikasi dalam darah perifer adalah netrofil, eisonofil, basofil,monosit

dan limfosit. Ketiga jenis pertama adalah granulosit artinya terdapat granula di

sitoplasmanya. Sedangkan yang lainnya adalah agrunulosit. Jenis leukosit yang

merupakan sistem pertahanan tubuh yang primer melawan infeksi bakteri adalah

neutrofil yakni dengan fagositosis. Eisonofil mempunyai fungsi fagosit lemah

yang tidak dipahami secara jelas, Eisonofil kelihatannya berfungsi pada reaksi

antigen antibodi dan meningkat pada serangan asma, reaksi obat-obatan, dan

infestasi parasit tertentu. Basofil membawa heparin, faktor-faktor pengaktifan

histamin dan trombosit dalam granula – granulanya. Kadar basofil meningkat

pada gangguan mieloproliferatif. Monosit memiliki fungsi fagosit, membuang sel-

sel cidera dan mati, fragmen-fragmen sel, dan mikroorganisme. Sedangkan

limfosit dibagi menjadi dua jenis yang berfungsi berbeda yakni limfosit T

(bergantung timus, dibentuk di sana, berumur panjang) bertanggungjawab atas

respon kekebalan selular melalui pembentukan sel yang reaktif antigen,

sedangkan limfosit B jika dirangsang denagn semestinya berdiferensiasi menjadi

sel-sel plasma yang mnenghasilkan immunoglobulin, sel-sel ini bertanggung

jawab atas respon kekebalan humoral2.

GRANULOPOIESIS dan LYMFOSITOSIS

Diferensiasi dini sel stem hematopoietik pluripoten menjadi berbagai tipe

sel stem commited diperlihatkan dalam gambar 1. Sel- sel stem ini selain

membentuk sel darah merah , juga membentuk dua silsilah utama sel darah putih

,silsilah mielositik (pada bagian bawah) yang dimulai dengan mieloblas

sedangkan pada bagian atas terdapat silsilah limfositik yang dimulai dengan

limfoblas3.

Page 22: 55975245 Laporan Kasus Leukemia Mieloid Akut

21

Gambar 1. Diferensiasi dini sel stem hematopoietik pluripoten

3.

Granulosit dan monosit hanya dibentuk di dalam sumsum tulang . Limfosit

dan sel plasma terutama diproduksi di berbagai jaringan limfogen khususnya di

kelenjar limfe, limpa, timus, tonsil, dan berbagai kantong jaringan limfoid dimana

saja dalam tubuh seperti sumsum tulang dan plak paye di bawah epitel dinding

usus3 .

Sel darah putih yang dibentuk di sumsum tulang disimpan dalam sumsum

sampai diperlukan di sistem sirkulasi. Kemudian bila kebutuhan sel darah putih

ini muncul , berbagai macam faktor akan menyebabkan leukosit tersebut

dilepaskan. Sedangkan limfosit sebagian besar disimpan disimpan di berbagai

area jaringan limfoid, kecuali sejumlah kecil limfosit yang diangkut dalam darah

untuk sementara waktu3.

Leukemia Mieloid Akut (AML)

DEFINISI

Leukemia mieloid adalah kelompok penyakit heterogen ditandai dengan

infiltrasi sel neoplastik sistem hemopoitik pada darah, sumsum tulang, dan

jaringan lain oleh. Pada tahun 2006 perkiraan jumlah kasus baru leukemia mieloid

di Amerika Serikat sebesar 16.430. Kasus tersebut termasuk ganas, tidak dapat

Page 23: 55975245 Laporan Kasus Leukemia Mieloid Akut

22

diobati, mulai dari yang progresif cepat hingga progresif lambat. Berdasarkan hal

tersebut, leukemia mieloid dibagi menjadi akut dan kronis 1

.

KLASIFIKASI AML

Klasifikasi menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) termasuk

perbedaan secara biologi berdasarkan imunofenotip, kondisi klinis, sitogenetik

dan molekul aabnormal serta morfologinya. Berbeda dengan klasifikasi French-

American-British (FAB), klasifikasi WHO hanya terbatas pada sitokimia.

Perbedaan utama antara klasifikasi WHO dan FAB terletak pada diagnosis AML,

pada klasifikasi WHO terdapat 20% sindrom mielodisplastik (MDS), sedangkan

pada pada FAB 30% MDS. WHO mengklasifikasikan AML dengan 20-30% blast

dapat mendapatkan terapi untuk MDS (seperti desitabin atau 5-azacitidin), dimana

dahulu pernah Badan Pengelola Obat dan Makanan (FDA)1.

Tabel 1. Sistem Klasifikasi AML Menurut WHO 4.

Klasifikasi Kriteria

I AML dengan abnormal genetik berulang

AML disertai t(8;21)(q22;q22);RUNX1/RUNX1T*b

AML disertai eosinofil sumsum tulang abnormal [inv(16)(p13q22) or

t(16;16)(p13;q22);CBFB/MYH11*

Acute promyelocytic leukemia [AML disertai t(15;17)(q22;q12)

(PML/RAR) dan variasinya]*

AML dengan abnormalitas 11q23 (MLL)

II AML dengan dysplasia multilineage

Disertai MDS atau gangguan proliferative mielo

Tanpa MDS antecedent

III AML dan MDS, yang berhubungan dengan terapi:

Alkylating agent

Topoisomerase type II inhibitor

Tipe lain

IV AML tidak terkategorikan

AML terdeferensiasi minimal

AML tanpa maturasi

AML dengan maturasi

Leukemia mielomonositik akut

Acute monoblastic and monocytic leukemia

Leukemia eritroid akut

Leukemia megakarioblastik akut

Leukemia basofilik akut

Panmielosis akut dengan mielofibrosis

Sarkoma myeloid

*Diagnosis AML tanpa memperhatikan jumlah blast.

Page 24: 55975245 Laporan Kasus Leukemia Mieloid Akut

23

Tabel 1. Sistem Klasifikasi AML Menurut FAB5.

Klasifikasi Kriteria Insiden

M0 Leukemia berdiferensiasi minimal 5%

M1 Leukemia mieloblastik tanpa maturasi 20%

M2 Leukemia mieloblastik dengan maturasi 30%

M3 Leukemia promielositik hipergranular 10%

M4 Leukemia mielomonositik 20%

M4Eo Variasi: peningkatan eosinofil sumsum

abnormal

M5 Leukemia monositik 10%

M6 Eritroleukemia (DiGuglielmo's disease) 4%

M7 Leukemia megakarioblastik 1%

ETIOPATOGENESIS

Pada sebagian besar kasus, etiologi dari AML tidak diketahui. Meskipun

demikian ada beberapa factor yang diketahui dapat menyebabkan atau setidaknya

menjadi factor predisposisi AML pada populasi tertentu. Benzene, suatu senyawa

kimia yang banyak digunakan pada industry penyamakan kulit dinegara

berkembang, diketahui merupakan zat leukogenik untuk AML. Selain itu radiasi

ionic juga diketahui dapat menyebabkan AML. Ini diketahui dari penelitian

tentang tingginya insidensi kasus AML pada orang-orang yang selamat dari

seragan bom atom Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945. Efek leukogenik

dari paparan ion radiasi tersebut mulai tampak sejak 1,5 tahun sesudah

pengeboman dan mencapai puncaknya 6-7 tahun sesudah pengeboman. Faktor

lain yang diketahui merupakan predisposisi untuk AML adalah trisomi kromosom

21 yang dijumpai pada penyakit sindroma down. Pasien sindroma down dengan

trisomi kromosom 21 mempunyai resiko 10-18 kali lebih tinggi untuk menderita

leukemia khusunya AML tipe M7. Selain itu beberapa sindrom genetic seperti

sindrom Bloom dan anemia fanconi juga diketahui memiliki resiko yang jauh

lebih tinggi dibandingkan populasi normal untuk penderita AML 1

.

Faktor lain yang dapat memicu terjadinya AML adalah pengobatan dengan

kemoterapi tumor padat. Leukimia mieloid akut akibat terap adalah komplikasi

jangka panjang yang serius dari pengobatan limfoma, myeloma multiple, kanker

payudara, kanker ovarium dan kanker testis. Jenis kemoterapi yang paling sering

Page 25: 55975245 Laporan Kasus Leukemia Mieloid Akut

24

memicu timbulya AML adalah golongan alkylating agent dan topoisomerase

inhibitor 1

.

Patogenesis utama AML adalah blockade maturitas yang menyebabkan

proses diferensiasi sel-sel mieloid terhenti pada sel-sel muda (blast) dengan akibat

terjadi akumulasi blast di sumsum tulang. Keadaan ini akan menyebabkan

gangguan hematopoiesis normal yang pada gilirannya akan mengakibatnkan

sindrom kegagalan sumsum tulang yang ditandai dengan adanya sitopenia.

Adanya anemia akan menyebabkan pasien mudah lelah dan pada kasus yang berat

dapat disertai dengans sesak napas, adanya trombositopenia akan menyebabkan

tanda-tanda perdarahan sedang adanya leucopenia akan menyebabkan pasien

rentan terhadap infeksi, termasuk infeksi oportunitis dari for a normal yang ada di

dalama tubuh manusia. Selain itu sel-sel blast yang terbentuk juga punya

kemampuan untuk migrasi keluar sumsum tulang dan berinfiltrasi ke organ-organ

lain seperti kulit, tulang, jaringan lunak, dan system saraf pusat serta merusak

organ-organ tersebut dengan segala akibatnya 1

.

MANIFESTASI KLINIK

Gejala

Pasien dengan AML seringkali menunjukkan gejala tidak spesifik yang

dimulai dengan anemia, leukositosis, leucopenia atau disfungsi leukosit, atau

trombositopeni baik secara berangsur-angsur maupun tiba-tiba. Hampir sebagian

besar menunjukkan gejala tersebut selama + 3 bulan sebelum didiagnosis

leukemia 1

.

Sebagian besar menyebutkan gejala awal adalah fatigue (kelemahan) atau

anoreksia dan penurunan berat badan. Demam dengan atau tanpa infeksi

merupakan gejala awal pada 10% pasien. Tanda perdarahan abnormal (berdarah,

mudah lebam) terjadi pada 5% pasien. Selain itu juga didapatkan nyeri tulang,

limfadenopati, sakit kepala non spesifik atau diaphoresis 1

.

Page 26: 55975245 Laporan Kasus Leukemia Mieloid Akut

25

A B

C Gambar 2. A. Infeksi orbita pada seorang wanita. B. Gusi bengkak dan berdarah

karena infiltrasi oleh sel leukemik. C. Purpura

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan dapat ditemukan demam, splenomegali, hepatomegali,

limfadenopati, sternum melunak, dan adanya bukti infeksi dan perdarahan.

Perdarahan gastrointestinal, intrapulmonary, atau intracranial seringkali

didapatkan pada akut premyelosit leukemia (APL). Perdarahan akibat koagulopati

dapat terjadi pada monositik AML disertai leukositosis atau trobositopenia yang

parah. Perdarahan retinal ditemukan pada 15% pasien. Infiltrasi leukemik blast

pada gingival, kulit, jaringan lunak atau meningen saat diagnosis merupakan

karakteristik subtype monositik dan kromosom 11q23 yang abnormal 1

.

Hematologi

Pada umumnya didapatkan anemia yang parah. Derajat keparahan tersebut

terlepas dari temuan hematologi, splenomegali atau durasi dari gejala. Anemia

yang terjadi biasanya normositik normokrom. Penurunan eritropoiesis seringkali

menurunkan jumlah retikulosit dan sel darah merah (SDM) yang beredar pada

pembuluh darah menurun akibat destruksi. Perdarahan aktif juga mempengaruhi

timbulnya anemia 1

.

Page 27: 55975245 Laporan Kasus Leukemia Mieloid Akut

26

Rata-rata pada hitung leukosit didapatkan 15.000/µL. Sekitar 25-40%

pasien didapatkan hitung leukosit < 5000/ µL dan >100.000/ µL. Kurang dari 5%

tidak terdeteksi sel leukemia dalam darahnya. Morfologi sel ganas bervariasi,

pada AML seringkali sitoplasmanya terutama mengandung granula (nonspesifik),

nukleus tajam, kromatinnya kasar dengan satu atau lebih nukleolus yang

menandakan sel immature. Granula rod-shaped abnormal disebu auer rods tidak

selalu ada, namun jika ada hamper selalu merupakan mieloid yang diturunkan

(Gambar 3.)

Gambar 3. Morfologi sel AML. A. Populasi sel myeloblas dengan kromatin

imatur, nucleolus pada beberapa sel, dan didominasi granula sitoplasmik. B. Myeloblas

leukemik yang mengandung auer rod. C. Sel promyelositik leukemia dengan sitoplasma

prominen yang didominasi granula. D. Pewarnaan peroksidase menunjukkan warna biru

gelap yang merupakan karakteristik granula pada AML 1

.

Hitung platelet <100.000/µL ditemukan pada 75% pasien AML, dan

sekitar 25% didapatkan hitung platelet <25.000/µL. Morfologi dan fungsi

abnormal platelet dapat diobservasi, termasuk besar dan bentuk yang aneh dengan

granulasi abnormal dan ketidakmampuan platelet untuk agregasi (berumpul) dan

adesi (menempel) secara normal antara yang satu dengan yang lain 1

.

Page 28: 55975245 Laporan Kasus Leukemia Mieloid Akut

27

PENATALAKSANAAN

Pada umumnya pengobatan pasien yang baru didiagnosis AML terdiri dari

dua fase, yaitu fase induksi dan penatalaksanaan postremisi (Gambar 4.). Tujuan

utama pengobatan adalah tercapainya remisi lengkap. Sekali diperoleh remisi

lengkap, selanjutnya terapi pasti dapat membuat pasien bertahan lama dan

mencapai penyembuhan. Terapi induksi awal dan terapi postremisi seringkali

dipilih berdasarkan usia. Pengaruh terapi secara intensif menggunakan agen

kemoterapi tradisional seperti sitarabin antrasiklins pada pasien usia muda (<60

tahun) menunjukkan peningkatan penyembuhan AML. Pada pasien yang lebih

tua, keuntungan diberikan pengobatan yang teratur masih kontroversial 1

.

Gambar 4. Algoritma terapi baru AML untuk semua bentuk AML kecuali APL,

terapi standar termasuk infus sitrabin selama 7 hari (100-200 mg/m2 per hari) dan

daunorubisin selama 3 hari (60 mg/m2 per hari) atau idarubisin (12-13 mg/ m

2 per hari)

dengan atau tanpa etoposid selama 3 hari. Pasien yang menjalani terapi post remisi

konsolidasi, termasuk yang mendapatkan sitarabin dosis tinggi, SCT, kombinasi

kemoterapi dengan SCT alogenik atau terapi baru berdasarkan prediksi risiko kambuh

(risiko terapi). Pasien dengan APL biasanya menerima tretinoin bersama-sama dengan

kemoterapi antrasiklin untuk induksi remisi dan kemudian kemoterapi konsolidasi

(danorubisisn) diikuti oleh tretinoin maintenance dengan atau tanpa kemoterapi. Peran

sitarabin pada induksi APL dan konsolidasi masih kontroversial 1

.

Kemoterapi Induksi

Page 29: 55975245 Laporan Kasus Leukemia Mieloid Akut

28

Regimen yang sering digunakan untuk remisi lengkap adalah regimen

induksi (untuk pasien dengan APL) terdiri dari kemoterapi kombinasi dengan

sitarabin dan antrasiklin. Sitarabin adalah antimetabolit spesifik siklus sel fase S

yang mengubah phosphorylated intraseluler menjadi triphosphate bentuk aktif

yang mengganggu sintesis DNA. Antrasiklins are DNA intercalaters. Mekanisme

kerjanya melalui penghambatan topoisomerase II, yang menyebabkan pemutusan

DNA. Sitarabin biasanya diberikan melalui infus selama tujuh hari. Terapi

antrasiklin pada umumnya terdiri dari daunorubisin intravena pada hari 1, 2, dan 3

(7 dan 3 regimen). Terapi dengan idarubisin selama 3 hari dikombinasikan dengan

sitarabin selama tujuh hari melalui infus setidaknya sama efektivitasnya bahkan

lebih baik dibandingkan daunorubisin pada pasien yang lebih muda. Penambahan

etoposide dapat meningkatkan durasi remisi lengkap 1

.

Setelah kemoterapi induksi, sumsum tulang diperiksa untuk menentukan

apakah leukemia telah dieliminasi. Jika terdapat 5% blast dengan 20% selularitas,

pasien biasanya diobati kembali dengan sitarabin dan antrasiklin dosis yang sama

seperti awal, namun masing-masing hanya selama 5 dan 2 hari. Pasien yang gagal

mencapai remisi lengkap setelah dua program induksi harus segera dilanjutkan

dengan transplantasi sel induk alogenik (SCT) jika tersedia donor yang sesuai.

Pendekatan ini hanya diterapkan untuk pasien usia kurang dari 70 tahun dengan

fungsi end-organ yang dapat diterima 1

.

Pada 65-75% orang dewasa dengan AML de novo dibawah usia 60 tahun

dapat mencapai remisi lengkap dengan 7 dan 3 regimen sitarabin/ daunorubisin

seperti diuraikan di atas. Dua per tiga mencapai remisi lengkap setelah terapi

tunggal, dan satu per tiga membutuhkan 2 program. Sekitar 50% pasien tidak

mencapai remisi lengkap karena tidak tahan denga obat leukemia, dan 50% tidak

mencapai remisi lengkap karena komplikasi fatal aplasia sumsum tulang atau

gangguan pemulihan sel-sel induk normal. Tingginya mortalitas akibat terapi

induksi dan frekuensi ketahanan terhadap penyakit telah diamati seiring dengan

bertambahnya usia dan pada pasien dengan gangguan hematologi sebelumnya

(MDS atau sindroma mieloproliferatif) atau kemoterapi untuk keganasan lainnya

1.

Page 30: 55975245 Laporan Kasus Leukemia Mieloid Akut

29

Berbasis regimen cytarabin dosis tinggi memiliki tingkat remisi lengkap

yang sangat tinggi setelah satu siklus terapi. Ketika diberikan dalam dosis tinggi,

sitarabin dapat masuk ke dalam sel, saturasi sitarabin menginaktivasi enzim dan

meningkatkan kadar 1-β-D arabinofuranylcytosine-triphosphate,suatu metabolit

aktif yang bermanfaat untuk DNA. Dengan demikian, sitarabin dosis tinggi dapat

meningkatkan hambatan sintesis DNA dan oleh karena itu dapat mengatasi

resistensi sitarabin dosis standar. Dalam dua penelitian acak, sitarabin dosis tinggi

dengan antrasiklin menghasilkan tingkat remisi lengkap yang sama dengan yang

dicapai regimen standar 7 dan 3. Namun durasi remisi lengkap sitarabin dosis

tinggi lebih lama dibandingkan dengan sitarabin dosis standar 1

.

Toksisitas hematologi sitarabin dosis tinggi pada regimen induksi lebih

besar dibandingkan 7 dan 3 regimen. Toksisitas sitarabin dosis tinggi meliputi

myelosupresan, toksisitas pulmonal dan kadang-kadang toksisitas serebelar

ireversibel. Semua pasien yang diterapi dengan sitarabin dosis tinggi harus

diawasi secara ketat terhadap toksisitas serebelar. Pemeriksaan serebelar lengkap

harus dilakukan sebelum dosis masing-masing diberikan, jika terbukti terdapat

toksisitas serebelar maka dosis sitarabin harus diturunkan. Toksisitas lebih sering

terjadi pada pasien yang mengalami kerusakan ginjal dan pasien usia lebih dari 60

tahun oleh karena itu penggunaan cytarabin dosis tinggi dibatasi pada pasien

AML dengan usia tua 1

.

Perawatan penunjang

Perawatan dilakukan untuk selama beberapa minggu mengatasi timbulnya

granulositopenia dan trombositopenia yang sangat penting untuk keberhasilan

terapi AML. Pasien dengan AML harus dirawat oleh ahli. Faktor pertumbuhan

hematopoietik rekombinan telah dimasukkan dalam uji klinis pada AML.

Percobaan ini dirancang untuk menurunkan tingkat infeksi setelah kemoterapi. G-

CSF dan faktor stimulasi koloni makrofag granulosit (GM_CSF) mengurangi

waktu rata-rata pemulihan neutrofil rata-rata 5-7 hari. Cepatnya pemulihan

neutrofil bagaimanapun juga masih belum dapat diartikan bahwa infeksi telah

teratasi atau dapat mempersingkat rawat inap.Sebagian besar penelitian acak yang

Page 31: 55975245 Laporan Kasus Leukemia Mieloid Akut

30

dilakukan menunjukkan bahwa G-CSF dan GM-CSF gagal meningkatkan remisi

lengkap, disease-free survival, dan kemampuan hidup keseluruhan. Meskipun

reseptor G-CSF dan GM-CSF terdapat pada AML, efikasi terapi tidak

meningkatkan maupun menghambatnya. Penggunaan factor pertumbuhan sebagai

terapi penunjang pasien AML masih controversial. Terapi tersebut

direkomendasikan pada pasien usia lanjut dengan terapi yang rumit, mereka yang

menerima regimen postremisi secara intensif, pasien dengan infeksi yang tidak

terkendali, atau mereka yang berpartisipasi dalam uji klinis 1

.

Kateter multilumen atrium kanan harus dipasang pada pasien yang baru

terdiagnosis AML segera setelah kondisinya stabil. Kateter tersebut digunakan

untuk memasukkan obat intravena dan transfuse serta untuk pengambilan darah.

Perlu dipertimbangkan memasang kateter yang dilapisi antibiotik jika risiko

infeksi tinggi 1

.

Dukungan bank darah yang adekuaat dan memadai sangat penting pada

terapi AML. Transfusi trombosit harus diberikan untuk mempertahankan hitung

trombosit >10.000-20.000/µL. Jumlah trombosit harus tetap tinggi pada pasien

demam dan selama episode perdarahan aktif atau DIC. Pasien dengan

penambahan jumlah trombosit yang sedikit post transfusi, akan lebih baik jika

diberikan trombosit dari antigen leukosit manusia (HLA) dari donor yang sesuai.

Transfusi sel darah merah harus diberikan untuk menjaga kadar hemoglobin >80

g/L (8g/dL) jika tidak terdapat perdarahan aktif, DIC atau gagal jantung kongestif.

Produk darah leukodepletion harus digunakan untuk menghindari atau menunda

terjadinya aloimunisasi serta reaksi demam. Produk darah juga harus diiradiasi

unuk mencegah graft-versus-host disease (GVHD). Produk darah yang tidak

mengandung cytomegalovirus (CMV) . Produk darah juga harus iradiasi untuk

mencegah transfuse terkait penyakit graft-versus-host (GVHD). Pada pasien yang

akan dilakukan allogenik SCT yang cytomegalovirus (CMV) seronegatif harus

diberikan roduk darah yang tidak mengandung CMV. Produk darah

leukodepletion juga efektif diberikan untuk pasien tersebut jika produk darah

CMV negatif tidak tersedia 1

.

Page 32: 55975245 Laporan Kasus Leukemia Mieloid Akut

31

Infeksi tetap merupakan komlikasi utama yang menyebabkan morbiditas

dan kematian selama kemoterapi induksi dan post remisi. Pemberian antibiotic

profilaksis jika tidak terdapat demam masih controversial. Nistatin oral atau

clotrimazole direkomendasikan untuk mencegah kandidiasis. Acyclovir

profilaksis efektif diberikan untuk mencegah reaktivasi infeksi herpes oral latent

pada pasien yang memiliki titer positif terhadap antibody virus herpes simpleks 1

.

Pada kebanyakan pasien AML biasanya mengalami demam, namun infeksi

hanya terjadi pada separuh dari pasien yang demam. Secara empiris, pemberian

antibiotik spektrum luas dan antijamur di awal secara nyata dapat mengurangi

jumlah pasien yang meninggal akibat komplikasi infeksi. Regimen antibiotik

gram negatif yang adekuat perlu diberikan diawal demam pada pasien dengan

granulositopeni, termasuk pemeriksaan fisik lengkap, lokasi keluar kateter, dan

pemeriksaan perirektal, serta kultur dan radiografi untuk mencari sumber demam.

Regimen antibiotik spesifik harus didasarkan sesuai dengan peta kuman tempat

pasien dirawat. Regimen yang dapat diberikan termasuk imipenemcilastin,

penisilin semisintetik antipseudomonal, misalnya piperasilin dikombinasikan

dengan aminoglikosida, sefalosporin generasi dengan antipseudomonal, misalnya

seftazidim atau sefepim atau kombinasi ganda β-laktam (seftazidim dan

piperasilin). Aminoglikosida harus dihindari pada pasien dengan insufisiensi

ginjal. Pada pasien yang alergi dengan penisiln, aztreonam dapat digunakan untuk

menggantikan β-laktam. Aztreonam lebih baik dikombinasikan dengan

aminoglikosida atau antibiotika kuinolon dibandingkan digunakan sendiri. Secara

empiris vancomisin tidak diberikan di awal jika tidak dicurigai adanya infeksi

gram positif atau mukositis, namun harus diberikan diawal pada pasien

neutropenia dengan demam yang menetap selama tiga hari, terapi empiris

antijamur sistemik ditambahkan jika demam menetap sampai 7 hari. Efikasi

vorikonazol sama dan toksisitasnya lebih kecil dibandingkan dengan amfoterisin-

B. Pemberian caspofungin atau amfoterisin liposomal dipertimbangkan jika tidak

responsif atau tidak mentolerir terhadap terapi lini pertama. Antibakteri atau

antifungal harus dilanjutkan sampai pasien tidak neutropeni, terlepas penyebab

demam telah ditemukan 1

.

Page 33: 55975245 Laporan Kasus Leukemia Mieloid Akut

32

Terapi Post Remisi

Induksi remisi lengkap pertama yang tahan lama sangat penting untuk

jangka panjang kesembuhan AML. Namun tanpa terapi lanjutan biasanya pasien

akan kambuh. Sekali mengalami kekambuhan, pada umumnya hanya dapat diatasi

dengan SCT. Post remisi terapi dirancang untuk mengeradikasi sel-sel leukemia

residual untuk mencegah kekambuhan dan memperpanjang survival rate. Post

remisi terapi pada AML sering berdasarkan pada usia (lebih muda dari 55-65 dan

lebih tua dari 55-65). Pada umumnya pasien yang lebih muda diberikan

kemoterapi intensif dan SCT alogenik atau autologous. Dosis tinggi sitarabin

lebih efektif dibandingkan sitarabin dosis standar. Kanker dan leukemia kelompok

B (CALGB) misalnya, membandingkan durasi remisi lengkap secara random pada

pasien post remisi untuk empat siklus tinggi dosis sitarabin (3 g/m2, setiap 12 jam

pada hari 1, 3, dan 5), intermediet (400 mg/m2 selama 5 hari melalui infus) atau

standar (10 mg/m2 selama 5 hari hari melalui infus). Dosis tinggi sitarabin secara

nyata memperlama remisi lengkap dan meningkatkan fraksi penyembuhan pada

pasien dengan baik pada sitogenetik normal, namun tidak secara nyata berefek

pada pasien dengan kariotipe yang abnormal 1

.

Tabel 1. Agen baru terpilih berdasarkan penelitian untuk terapi AML pada

dewasa 1

.

Jenis Obat Contoh preparat

MDR1 modulators Cyclosporine, LY335979

Demethylating agents Decitabine, 5-azacytidine, zebularine

Histone deacetylase

inhibitors

Suberoylanilide hydroxamic acid (SAHA), MS275,

LBH589, valproic acid

Heavy metals Arsenic trioxide, antimony

Farnesyl transferase

inhibitors

R115777, SCH66336

FLT3 inhibitors SU11248, PKC412, MLN518, CHIR-258

HSP-90 antagonists 17-allylaminogeldanamycin (17-AAG) or derivatives

BCR-ABL PDGFR/KIT

inhibitors

Imatinib (ST1571, Gleevec), dasatinib, nilotinib

Telomerase inhibitor GRN163L

Page 34: 55975245 Laporan Kasus Leukemia Mieloid Akut

33

Cell cycle inhibitors Flavopiridol, CYC202 (R-Roscovitine), SNS-032

Nucleoside analogues Clofarabine, troxacitabine

Humanized antibodies Anti-CD33 (SGN33), anti-DR4, anti-DR5, anti-KiR

Toxin-conjugated

antibodies

Gemtuzumab ozogamicin (Mylotarg)

Radiolabeled antibodies Yttrium-90-labeled human M195

Kekambuhan

Sekali terjadi kekambuhan, pasien jarang bisa disembuhkan dengan

mengunakan dosis standar. Pasien yang memenuhi syarat alogenik SCT harus

mendapatkan transplantasi segera pada saat pertama kali timbul tanda

kekambuhan 1

.

Prognosis

Beberapa faktor yang mempengaruhi kemungkinan remisi lengkap,

lamanya dan tingat kesembuhan remisi lengkap AML. Remisi lengkap ditetapkan

dari hasil:

1. pemeriksaan darah dan sumsum tulang. Hitung neutrofil harus > 1000/µL dan

hitung platelet > 100.000/ µL. Kadar hemoglobin tidak dipertimbangkan

dalam penentuan remisi lengkap. Sirkulasi blast harus tidak ditemukan. Jika

terdeteksi blast yang aneh pada darah selama regenerasi sumsum tulang, maka

harus dilakukan pemeriksaan selama 3 hari berturut-turut. Selularitas sumsum

tulang harus >20% dengan maturasi trilineage. Pada pasien yang menunjukkan

morfologi remisi lengkap, perlu dilakukan pemeriksaan terhadap

kemungkinan penyakit residual dengan menggunakan reverse transcriptase

polymerase chain reaction (RT-PCR) untuk mendeteksi AML-associated

molecular abnormalities dan sitogenetik metaphase lainnya atau sitogenik

interfase dengan fluorescence in situ hybridization (FISH) untuk mendeteksi

AML-associated cytogenetic aberrations 1

.

2. Umur merupakan faktor resiko yang penting pada diagnosis. Semakin tua

umur pasien AML maka prognosisnya semakin buruk 1

.

3. Kromosom. Pasien dengan t(15;17) 80% prognosisnya sangat baik, t(8;21)

and inv(16) 50% prognosisnya baik, pasien tanpa abnormalitas sitogenetik

Page 35: 55975245 Laporan Kasus Leukemia Mieloid Akut

34

40% cukup menunjukkan hasil hasil yang. Pasien dengan kariotipe yang

kompleks t(6;9), inv(3), atau 7 prognosisnya sangat buruk 1

.

4. Interval gejala yang berkepanjangan, pada pasien yang menunjukkan gejala

anemia, leukopenia, dan atau thrombositopenia selama lebih dari tiga bulan

sebelum didiagnosis AML prognosisnya buruk 1

.

5. Responsifitas terhadap kemoterapi 1

.

Page 36: 55975245 Laporan Kasus Leukemia Mieloid Akut

35

DAFTAR PUSTAKA

1. Fauci, Anthony S.; Kasper, Dennis L. ; Longo, Dan L.; Braunwald, Eugene;

Hauser, Stephen L.; Jameson, J. Larry; Loscalzo, Joseph;. Harrison's

Principles of Internal Medicine 17th edition. USA: McGraw-hill, 2008.

2. Price, S A dan Wilson, L M.Patofisiologi , Konsep klinis proses-proses

penyakit . Jakarta : EGC, .2006.

3. Guyton, Arthur C.; Hall, John E.;. TEXTBOOK of Medical Physiology 7th

edition. Philadelphia, Pennsylvania: Elsevier Inc, 2006.

4. ES Jaffe et al: World Health Organization Classification of Tumours. Lyon,

ARC Press, 2001.

5. JM Bennett et al: Ann Intern Med 103:620, 1985.