55501641-Bab-11

40
BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Penelitian terdahulu Beberapa penelitian mengenai corporate social responsibility di Indonesia telah beberapa kali dilakukan. Terdapat beberapa penelitian yang bersifat mendukung penerapan CSR, diantaranya Mirfazli dan Nurdiono (2007), menguji apakah ada perbedaan jumlah penyajian pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial antara perusahaan dalam kelompok aneka industri dasar yang tergolong industry high-profile dan low-profile. Hasil dari penelitian ini terbukti bahwa terdapat perbedaan yang cukup signifikan dalam penyajian jumlah pengungkapan sosial seluruh tema antara perusahaan dalam kelompok aneka industri high-profile dengan perusahaan dalam kelompok aneka industri low-profile. Hal ini menunjukkan bahwa banyaknya dampak sosial yang muncul pada sebagian perusahaan dalam dua kelompok di atas yang termasuk dalam tipe high-profile yang mendorong mereka untuk melakukan dan mengungkapkan pertanggungjawaban sosial perusahaan. Irwanto dan Prabowo (2009) meneliti efektivitas program CSR yang dilakukan oleh Yayasan Unilever Indonesia dan membandingkan profit untuk program CSR dengan perusahaan sejenis. Berdasarkan hasil penelitian, didapat ada tiga program CSR yang dilakukan oleh Yayasan Unilever Indonesia yang paling menonjol yaitu program lingkungan, daur ulang dan pendidikan. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi adalah faktor pihak penerima bantuan, faktor organisasi dan faktor prioritas kebutuhan. Dari hasil analisis diketahui persentase

Transcript of 55501641-Bab-11

Page 1: 55501641-Bab-11

BAB II

TINJAUAN TEORI DAN STUDI PUSTAKA

2.1 Tinjauan Penelitian terdahulu

Beberapa penelitian mengenai corporate social responsibility di Indonesia telah

beberapa kali dilakukan. Terdapat beberapa penelitian yang bersifat mendukung penerapan

CSR, diantaranya Mirfazli dan Nurdiono (2007), menguji apakah ada perbedaan jumlah

penyajian pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial antara perusahaan dalam

kelompok aneka industri dasar yang tergolong industry high-profile dan low-profile. Hasil

dari penelitian ini terbukti bahwa terdapat perbedaan yang cukup signifikan dalam penyajian

jumlah pengungkapan sosial seluruh tema antara perusahaan dalam kelompok aneka industri

high-profile dengan perusahaan dalam kelompok aneka industri low-profile. Hal ini

menunjukkan bahwa banyaknya dampak sosial yang muncul pada sebagian perusahaan dalam

dua kelompok di atas yang termasuk dalam tipe high-profile yang mendorong mereka untuk

melakukan dan mengungkapkan pertanggungjawaban sosial perusahaan.

Irwanto dan Prabowo (2009) meneliti efektivitas program CSR yang dilakukan oleh

Yayasan Unilever Indonesia dan membandingkan profit untuk program CSR dengan

perusahaan sejenis. Berdasarkan hasil penelitian, didapat ada tiga program CSR yang

dilakukan oleh Yayasan Unilever Indonesia yang paling menonjol yaitu program lingkungan,

daur ulang dan pendidikan. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi adalah faktor pihak

penerima bantuan, faktor organisasi dan faktor prioritas kebutuhan. Dari hasil analisis

diketahui persentase efektivitas program CSR yang dilakukan oleh Yayasan Unilever

Indonesia pada program daur ulang sebesar 4,55 dengan penilaian sangat efektif, kemudian

program lingkungan sebesar 4,59 dengan penilaian sangat efktif, dan program pendidikan

sebesar 3,89 dengan penilaian efektif.

Harmoni dan Andriyani (2008), menyatakan dalam penelitiannya bahwa Unilever

telah mencoba memanfaatkan laman resminya untuk mengungkapkan program CSR yang

dilakukannya, baik dari sisi tata kelola perusahaan, kebijakan lingkungan dan kebijakan

sosial.

Berkaitan dengan tingkat pengungkapan, hasil penelitian Zeghal dan Shadrudin (1991),

menunjukkan pengungkapan dalam laporan tahunan tidak sama antara satu kelompok industri

dengan kelompok lainnya. Gamble et.al (1995), menyatakan beberapa industri khususnya

Page 2: 55501641-Bab-11

pertambangan dan manufaktur menunjukkan kualitas ungkapan yang lebih tinggi dibanding

perusahaan dengan jenis industri lainnya. Cooke (1992), menyatakan perusahaan manufaktur

mengungkapkan informasi secara signifikan lebih tinggi dibanding industri tipe lainnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaporan non-financial issues (aspek sosial dan

lingkungan) mengalami peningkatan selama tahun 1998-2002 (Harte dan Owen, 1991; Kolk

2003). Keputusan untuk menyediakan informasi yang berkaitan dengan aspek sosial dan

lingkungan dilakukan dengan berbagai alasan (Claire 1991) misalnya : pertimbangan stock

market, menentramkan masyarakat dan pemerintah, mengubah persepsi, maupun mengurangi

berbagai political costs.

Page 3: 55501641-Bab-11

2.2 Landasan Teoritis

2.2.1 Corporate Social Responsibility

Tanggung jawab sosial atau corporate social responsibility (CSR) perusahaan dapat

didefinisikan sebagai mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela

mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan

interaksinya dengan stakeholders, yang melebihi tanggung jawab organisasi di bidang hukum

(Anggraini, 2006). Tanggung jawab sosial secara lebih sederhana dapat dikatakan sebagai

timbal balik perusahaan kepada masyarakat dan lingkungan sekitarnya karena perusahaan

telah mengambil keuntungan atas masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Dimana dalam

proses pengambilan keuntungan tersebut seringkali perusahaan menimbulkan kerusakan

lingkungan ataupun dampak sosial lainnya.

Menilik sejarahnya, gerakan CSR modern berkembang pesat selama dua puluh tahun

terakhir ini, lahir akibat desakan organisasi-organisasi masyarakat sipil dan jaringannya di

tingkat global. Keprihatinan utama yang disuarakan adalah perilaku korporasi, demi

maksimalisasi laba, lazim mempraktekkan cara-cara yang tidak fair dan tidak etis, dan dalam

banyak kasus bahkan dapat dikategorikan sebagai kejahatan korporasi. Beberapa raksasa

korporasi transnasional sempat merasakan jatuhnya reputasi mereka akibat kampanye dalam

skala global tersebut.

Pada tahun 1970-an, muncul sebuah pemikiran bahwa bumi tempat kita tinggal

memiliki daya dukung yang terbatas dimana manusia terus berkembang dan bertambah padat.

Oleh karena itu, eksploitasi perlu dilakukan secara hati-hati (Wibisono, 2007). Pada

dasarwarsa tersebut disadari timbulnya tanggung jawab sosial dengan pemikiran bahwa untuk

meningkatkan sektor produksi perlu didukung oleh peningkatan permintaan masyarakat.

Peningkatan tersebut salah satunya dapat diperoleh dengan berubahnya masyarakat yang

miskin menjadi mampu. Perubahan ini mungkin dapat dilakukan dengan adanya bantuan dari

luar, misalnya atas perbaikan sarana pendidikan dan kesehatan.

Pada tahun 1980-an terjadi perubahan atas bentuk kegiatan sosial dari yang berupa

kegiatan pendermaan menjadi ke arah pemberdayaan masyarakat. Menurut Elkingto dalam

Wibisono (2007) jika perusahaan ingin bertahan maka perlu memperhatikan 3P, yakni bukan

hanya profit yang diburu, namun juga harus memberikan kontribusi positif kepada

masyarakat (people) dan ikut aktif menjaga kelestarian lingkungan (planet).

Page 4: 55501641-Bab-11

Konferensi Tingkat Tinggi Bumi (Earth summit) di Rio de Janeiro Brazilia 1992,

menyepakati perubahan paradigma pembangunan, dari pertumbuhan ekonomi (economic

growth) menjadi pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Dalam

perspektif perusahaan, di mana keberlanjutan dimaksud merupakan suatu program sebagai

dampak dari usaha-usaha yang telah dirintis, berdasarkan konsep kemitraan dan rekanan dari

masing-masing stakeholder. Ada lima elemen sehingga konsep keberlanjutan menjadi

penting, di antaranya adalah; (1) ketersediaan dana (2) misi lingkungan, (3) tanggung jawab

sosial, (4) terimplementasi dalam kebijakan (masyarakat, korporat, dan pemerintah), (5)

mempunyai nilai keuntungan/manfaat.

Perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single

bottom line, yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam kondisi

keuangannya (financial) saja. Tapi tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada triple

bottom lines. Di sini bottom lines lainnya selain finansial juga adalah sosial dan lingkungan.

Karena kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara

berkelanjutan (sustainable). Keberlanjutan perusahaan hanya akan terjamin apabila

perusahaan memperhatikan dimensi sosial dan lingkungan hidup. Sudah menjadi fakta

bagaimana resistensi masyarakat sekitar, di berbagai tempat dan waktu muncul ke permukaan

terhadap perusahaan yang dianggap tidak memperhatikan aspek-aspek sosial, ekonomi dan

lingkungan hidupnya.

Ebert (2003) dalam Rosmasita (2007) mendefinisikan corporate social responsibility

sebagai usaha perusahaan untuk menyeimbangkan komitmen-komitmennya terhadap

kelompok-kelompok dan individual-individual dalam lingkungan perusahaan tersebut,

termasuk didalamnya adalah pelanggan, perusahaan-perusahaan lain, para karyawan, dan

investor. CSR memberikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya

dan interaksinya dengan stakeholders yang melebihi tanggung jawab di bidang hukum

(Darwin, 2006).

Dalam kemajuan industri sekarang, tekanan masyarakat kepada perusahaan agar

mereka melakukan pembenahan sistem operasi perusahaan menjadi suatu sistem yang

memiliki kepedulian dan tanggung jawab terhadap sosial sangat kuat, perkembangan

teknologi dan industri yang pesat dituntut untuk memberikan kontribusi positif terhadap

lingkungan sekitar. Penerapan CSR dalam perusahaan-perusahaan diharapkan selain

memiliki komitmen finansial kepada pemilik atau pemegang saham (shareholders), tapi juga

Page 5: 55501641-Bab-11

memiliki komitmen sosial terhadap para pihak lain yang berkepentingan, karena CSR

merupakan salah satu bagian dari strategi bisnis perusahaan dalam jangka panjang.

Perihal penerapan CSR di Indonesia telah diatur dalam beberapa peraturan perundang-

undangan dan keputusan menteri, yaitu UU No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

LN No.67 TLN No.4274, UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan Keputusan

Menteri BUMN Nomor : Kep-236/MBU/2003 tentang Program Kemitraan Badan Usaha

Milik Negara dengan Usaha kecil dan Program Bina Lingkungan (PKBL). Mewajibkan CSR

merupakan salah satu upaya pemerintah dalam menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dan

pemerataan ekonomi.

Dalam menerapkan CSR, umumnya perusahaan akan melibatkan partisipasi

masyarakat, baik sebagai objek maupun sebagai subjek program CSR. Hal ini dikarenakan

masyarakat adalah salah satu pihak yang cukup berpengaruh dalam menjaga eksistensi suatu

perusahaan. Masyarakat adalah pihak yang paling merasakan dampak dari kegiatan produksi

suatu perusahaan, baik itu dampak positif ataupun negatif. Dampak ini dapat terjadi dalam

bidang sosial, ekonomi, politik maupun lingkungan. Adapun tujuan dari CSR adalah:

1. Untuk meningkatkan citra perusahaan dan mempertahankan, biasanya secara implisit,

asumsi bahwa perilaku perusahaan secara fundamental adalah baik.

2. Untuk membebaskan akuntabilitas organisasi atas dasar asumsi adanya kontrak sosial di

antara organisasi dan masyarakat. Kebendaan kontrak sosial ini menuntut dibebaskannya

akuntabilitas sosial.

3. Sebagai perpanjangan dari pelaporan keuangan tradisional dan tujuannya adalah untuk

memberikan informasi kepada investor.

Untuk itulah maka pertanggungjawaban sosial perusahaan (CSR) perlu diungkapkan

dalam perusahaan sebagai wujud pelaporan tanggung jawab sosial kepada masyarakat.

Pertanggungjawaban sosial perusahaan diungkapkan di dalam laporan yang disebut

Sustainability Reporting. Sustainability Reporting adalah pelaporan mengenai kebijakan

ekonomi, lingkungan dan sosial, pengaruh dan kinerja organisasi dan produknya di dalam

konteks pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Sustainabitity report harus

menjadi dokumen strategik yang berlevel tinggi yang menempatkan isu, tantangan dan

peluang Sustainability Development yang membawanya menuju kepada core business dan

sektor industrinya.

Page 6: 55501641-Bab-11

Milton Friedmans pernah mengkritisi bahwa tugas seorang manajer hanyalah

memaksimumkan return bagi para pemegang sahamnya. Usaha-usaha yang dilakukan untuk

tujuan altruistik dipandang sebagai sosialisme. Di masa itu, isu-isu sensitif seperti good

governance, health and safety, environmental impacts, labor rights, social and ethical issues,

corruption, dan social development impacts, memang bukanlah “santapan” dunia bisnis.

Kalaupun tanggung jawab sosial perusahaan dijalankan, lebih didasari motif utilitarian

mengejar commercial benefit di balik simpati publik dan pemerintah.

Saat ini iklim bisnis telah banyak berubah. Entitas bisnis dituntut untuk lebih transparan

dan akuntabel dalam interaksinya. Ia menjadi “pusat perhatian” media, konsumen, dan

bahkan pemerintah. Dan karena entitas bisnis mempunyai pengaruh kuat terhadap komunitas,

sudah selayaknya entitas bisnis tersebut memiliki tanggung jawab kepada komunitasnya.

Yang dimaksud dengan tanggung jawab sosial perusahaan menurut Lawrence et. al.

(2005:46) adalah bahwa perusahaan seharusnya menyajikan tiap kegiatan mereka yang

membawa dampak terhadap manusia komunitas, dan lingkungan mereka secara akuntabel.

Hopkins (2002) dalam Prasetyawati (2007:7) CSR diartikan sebagai suatu tindakan etis atau

tanggung jawab perusahaan terhadap stakeholders. Tindakan etis atau tanggung jawab

tersebut dimaksudkan agar mendapat penerimaan dari masyarakat luas. Tanggung jawab

sosial meliputi aspek sosial dan lingkungan, dalam hal ini aspek ekonomi telah tercakup

dalam aspek sosial. Stakeholders terdiri dari pihak dalam dan luar perusahaan. Tujuan utama

dari tanggung jawab sosial adalah untuk meningkatkan standar hidup, tanpa

mengesampingkan pencapaian keuntungan untuk semua pihak baik yang berada di dalam

ataupun di luar perusahaan.

Sedangkan menurut Darwin (2006), secara luas CSR diartikan sebagai suatu

mekanisme yang mengintegrasikan isu sosial dan isu lingkungan ke dalam operasi

perusahaan, dan kemudian mengkomunikasikannya dengan pada stakeholders. Dimana

ruang lingkup CSR itu terkait erat dengan dampak lingkungan dan sosial yang ditimbulkan

oleh akibat operasi perusahaan. Oleh sebab itu, CSR mencakup pula tanggung jawab dan

komitmen perusahaan terhadap para stakeholdersnya (terutama pemegang saham, pelanggan,

pemasok, karyawan, dan masyarakat). Djogo (2005) CSR diartikan sebagai pengambilan

keputusan yang dikaitkan dengan nilai-nilai etika, memenuhi kaidah-kaidah dan keputusan

hukum dan menghargai manusia masyarakat dan lingkungan.

Page 7: 55501641-Bab-11

Menurut Wibisono (2007) perusahaan memperoleh beberapa keuntungan karena

menerapkan tanggung jawab sosialnya antara lain: untuk mempertahankan dan mendongkrak

reputasi dan brand image perusahaan; layak mendapatkan ijin untuk beroperasi (social

license to operate), mereduksi risiko bisnis perusahaan melebarkan akses ke sumber daya;

membentangkan akses menuju market; mereduksi biaya; memperbaiki hubungan dengan

stakeholders, memperbaiki hubungan dengan regulator; dan meningkatkan semangat dan

produktivitas karyawan.

Penerapan CSR sangat dipengaruhi oleh pandangan perusahaan mengenai CSR.

Wibisono (2007) menjelaskan beberapa cara pandang perusahaan terhadap CSR, yaitu: (l)

Sekedar basa-basi atau keterpaksaan. Perusahaan mempraktekkan CSR karena external

driven (faktor eksternal), environmental driven (karena terjadi masalah lingkungan dan

reputation Drive/karena ingin mendongkrak citra perusahaan); (2) Sebagai upaya memenuhi

kewajiban (compliance); (3) CSR diimplementasikan karena adanya dorongan yang tulus dari

dalam (internal driven).

Saidi (2004) dalam Tanudjaja (2008) membagi CSR menjadi 4 model, yaitu

keterlibatan langsung, melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan, bermitra dengan

pihak lain, dan mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium. Sementara itu,

Wibisono (2007) menjelaskan bahwa penerapan CSR yang dilakukan oleh perusahaan dapat

dibagi menjadi empat tahapan, yaitu tahap perencanaan, implementasi, evaluasi dan

pelaporan.

Beberapa pendapat di atas mengandung pengertian bahwa CSR adalah sebuah tindakan

yang diambil oleh perusahaan sebagai wujud tanggung jawab perusahaan terhadap

stakeholders (pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan baik dalam maupun luar

perusahaan) atas berbagai dampak terhadap sosial maupun lingkungan yang ditimbulkan oleh

operasi perusahaan juga sebagai wujud kesadaran perusahaan atas posisinya sebagai bagian

dari suatu masyarakat yang juga turut bertanggung jawab atas kemajuan dan kelestarian

lingkungan dan masyarakat tempatnya beroperasi.

2.2.2 Beberapa Pendekatan Terkait dengan Tanggung Jawab Perusahaan

Ada beberapa pendekatan terkait dengan perubahan tanggung jawab perusahaan

menurut Glautier dan Underdown (2000) dalam Utami (2004:17-18):

1. Pendekatan Ekonomi Klasik

Page 8: 55501641-Bab-11

Pendekatan ini berpandangan bahwa perusahaan hanya memiliki satu tujuan, yaitu

memaksimalkan keuntungan. Dalam hal ini tujuan perusahaan harus mampu

memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham.

2. Pendekatan Manajerial

Pendekatan ini berpandangan bahwa manajer perusahaan harus membuat keputusan yang

memelihara keseimbangan yang wajar antara klaim pemegang saham, karyawan,

pelanggan, suplier, dan masyarakat umum. Perusahaan berusaha menjembatani

kepentingan dan membuat pertimbangan yang wajar tentang kepentingan yang beragam

dari koalisi ini. Hal. tersebut merupakan satu cara untuk memastikan tujuan

memaksimumkan keuntungan jangka panjang.

3. Pendekatan Lingkungan Sosial

Pendekatan ini beranggapan bahwa laba adalah salah satu alat atau cara untuk mencapai

tujuan dan bukan merupakan tujuan itu sendiri. Pendekatan ini memandang bahwa laba

bukan merupakan tujuan akhir, melainkan merupakan sarana untuk mencapai tujuan yang

lebih luas, yaitu tercapainya sasaran-sasaran sosial. Konsekuensinya, perusahaan

diharapkan untuk ikut berpartisipasi aktif dalam menyelesaikan masalah-masalah sosial

yang ada di lingkungannya seperti pengangguran, sistem pendidikan, pencemaran,

perumahan, dan sebagainya.

2.2.3 Ruang Lingkup Corporate Social Responsibility (CSR)

Menurut Ernst dan Ernst (2001) dalam Utami (2004:18-21) antara lain:

1. Lingkungan

Aspek-aspek lingkungan dalam operasi merupakan tanggung jawab manajemen. Antara

lain dapat diwujudkan dengan melakukan pengendalian polusi yang berkaitan dengan

aktivitas usaha pencegahan atau perbaikan kerusakan lingkungan sebagai akibat

pemrosesan sumber daya alam dan konservasinya.

2. Tujuan sosial perusahaan

Dapat dilihat dari usaha pengurangan efek sosial eksternalitas negatif akibat industri dan

dalam mengadopsi teknologi yang efisien untuk meminimalkan penggolongan sumber

daya yang tidak dapat digantikan dan meminimumkan produksi limbah.

Page 9: 55501641-Bab-11

3. Energi

Perusahaan bertanggung jawab atas usaha penghematan energi yang berkaitan dengan

aktivitas usaha perusahaan. Perusahaan juga bertanggung jawab atas peningkatan efisiensi

penggunaan energi pada produk-produk perusahaan.

4. Praktik usaha yang sehat

Meliputi hubungan perusahaan yang berkaitan dengan kelompok-kelompok yang

mempunyai kepentingan khusus, meliputi:

a. Jabatan bagi kelompok minoritas

b. Jabatan bagi kaum wanita

c. Jabatan bagi kelompok yang berkepentingan lainnya

d. Promosi bagi kelompok minoritas

e. Dukungan bagi pengusaha

5. Sumber daya manusia

Pada area ini, tanggung jawab sosial perusahaan berkaitan dengan efek dari aktivitas

perusahaan, yaitu terhadap orang-orang yang menyangkut terhadap sumber daya manusia

dari perusahaan. Aktivitas-aktivitasnya meliputi:

a. Praktik perekrutan

b. Praktik pelatihan

c. Tingkat gaji dan upah

d. Kesehatan Pekerja

e. Keamanan kerja dan stabilitas angkatan kerja

f. Peningkatan pengalaman rotasi pekerjaan

g. Kebijakan transfer dan promosi

6. Keterlibatan masyarakat

Tanggung jawab sosial perusahaan pada sektor ini meliputi aktivitas-aktivitas

kemasyarakatan yang berkaitan dengan kesehatan, pendidikan, seni dan pengungkapan

aktivitas kemasyarakatan lainnya.

Page 10: 55501641-Bab-11

7. Produk dan jasa

Meliputi aspek kualitatif produk, sebagai contoh adalah kegunaan, daya tahan umur,

keselamatan dan kemudahan servis dan efek-efek produk tersebut pada pencemaran. Di

damping itu, termasuk pula kepuasan konsumen, nilai kebenaran iklannya, juga

kelengkapan dan kejelasan label dan kemasan.

Menurut Darwin (2006) ruang lingkup CSR terdiri dari lima pokok, yaitu:

1. Hak Asasi Manusia (HAM). Bagaimana perusahaan menyikapi masalah HAM dan strategi

serta kebijakan apa yang dilakukan oleh perusahaan untuk menghindari terjadinya

pelanggaran HAM di perusahaan yang bersangkutan.

2. Tenaga Kerja (Buruh). Bagaimana kondisi tenaga kerja di supply chain, di pabrik sendiri,

dan di kantor pusat mulai dari soal sistem penggajian, kesejahteraan hari tua dan

keselamatan kerja peningkatan keterampilan dan profesionalisme karyawan, sampai pada

soal penggunaan tenaga kerja di bawah umur.

3. Lingkungan Hidup. Bagaimana strategi dan kebijakan yang berhubungan dengan masalah

lingkungan hidup. Bagaimana perusahaan mengaksi dampak lingkungan atas produk atau

jasa mulai dari pengadaan bahan baku sampai buangan limbah, dan dampak lingkungan

yang diakibatkan oleh proses produksi dan distribusi produk.

4. Sosial-masyarakat. Strategi dan kebijakan dalam bidang sosial dan pengembangan

masyarakat setempat (community development), dampak operasi perusahaan terhadap

kondisi sosial dan budaya masyarakat setempat.

5. Dampak Produk dan Jasa terhadap Pelanggan. Apa saja yang dilakukan oleh perusahaan

untuk memastikan bahwa produk dan jasa bebas dari dampak negatif, seperti:

mengganggu kesehatan, mengancam keamanan, dan produk terlarang.

Menurut Gloutie (2000) dalam Zuhroh (2003) tema-tema yang diungkapkan dalam

wacana akuntansi tanggung jawab sosial adalah:

1. Kemasyarakatan, tema ini mencakup aktivitas kemasyarakatan yang diikuti oleh

perusahaan, misalnya aktivitas yang terkait dengan kesehatan, pendidikan, dan seni, serta

pengungkapan aktivitas kemasyarakatan lainnya.

2. Ketenagakerjaan, tema ini meliputi dampak aktivitas perusahaan pada orang-orang dalam

perusahaan tersebut. Aktivitas tersebut meliputi rekruitmen, program pelatihan, gaji dan

tunjangan, mutasi dan promosi, dan lainnya.

Page 11: 55501641-Bab-11

3. Produk dan konsumen, tema ini melibatkan aspek kualitatif suatu produk atau jasa, antara

lain kegunaan, durability, pelayanan, kepuasan pelanggan, kejujuran dalam iklan,

kejelasan atau kelengkapan isi pada kemasan dan lainnya.

4. Lingkungan hidup, tema ini meliputi aspek lingkungan dari proses produksi, yang meliputi

pengendalian polusi dalam menjalankan operasi bisnis, pencegahan dan perbaikan

kerusakan lingkungan akibat pemrosesan sumber daya alam dan konversi sumber daya

alam.

Sedangkan menurut Harahap (2002), keterlibatan sosial yang dilakukan oleh

perusahaan berdasarkan keadaan di negara Indonesia, yaitu:

1. Lingkungan hidup, antara lain: pengawasan terhadap efek polusi, perbaikan pengrusakan

alam, konservasi alam, keindahan lingkungan, pengurangan polusi suara, penggunaan

tanah, pengelolaan sampah dan air limbah, riset dan pengembangan lingkungan, kerja

sama dengan energi, yaitu antara lain: konservasi dan penghematan energi yang dilakukan

oleh perusahaan dalam aktivitasnya.

2. Sumber daya manusia dan pendidikan, antara lain: keamanan dan kesehatan karyawan,

pendidikan karyawan, kebutuhan keluarga dan rekreasi karyawan, menambah dan

memperluas hak-hak karyawan, usaha untuk mendorong partisipasi, perbaikan pensiun,

beasiswa bantuan pada sekolah, pendirian sekolah, membantu pendidikan tinggi, riset dan

pengembangan, pengangkatan pegawai dari kelompok miskin, dan peningkatan karir

karyawan.

3. Praktek bisnis yang jujur, antara lain: memperhatikan hak-hak karyawan wanita jujur

dalam iklan, kredit, service, produk, jaminan, mengontrol kualitas produk, pemerintah,

universitas, dan pembangunan lokasi rekreasi.

4. Membantu masyarakat lingkungan antara lainnya: memanfaatkan tenaga ahli perusahaan

dalam mengatasi masalah sosial di lingkungannya, tidak campur tangan dalam struktur

masyarakat, membangun klinik kesehatan, sekolah, rumah ibadah, perbaikan desa atau

kota sumbangan kegiatan sosial masyarakat, perbaikan perumahan desa, bantuan dana,

perbaikan sarana pengangkutan pasar.

5. Kegiatan seni dan kebudayaan, antara lain: membantu lembaga seni dan budaya, sponsor

kegiatan seni dan budaya, penggunaan seni dan budaya dalam iklan, merekrut tenaga

yang berbakat dalam seni dan olah raga.

Page 12: 55501641-Bab-11

6. Hubungan dengan pemegang saham, antara lain: sifat keterbukaan direksi pada semua

persero, peningkatan pengungkapan informasi dalam laporan keuangan, pengungkapan

keterlibatan perusahaan dalam kegiatan sosial.

7. Hubungan dengan pemerintah, antara lain: menaati peraturan pemerintah, membatasi

kegiatan lobbying, mengontrol kegiatan politik perusahaan, membantu lembaga

pemerintah sesuai dengan kemampuan perusahaan, membantu secara umum peningkatan

kesejahteraan sosial masyarakat, membantu proyek dan kebijakan pemerintah,

meningkatkan produktivitas sektor informal, pengembangan dan inovasi manajemen.

Model atau pola CSR yang umum diterapkan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia

(Saidi dan Abidin, 2004) sebagai berikut:

1. Keterlibatan langsung, perusahaan menjalankan program CSR secara langsung dengan

menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat

tanpa perantara. Untuk menjalankan tugas ini, perusahaan biasanya menugaskan salah satu

pejabat seniornya, seperti corporate secretary atau public affair manager atau menjadi

bagian dari tugas pejabat public relation.

2. Melalui yayasan atau organisasi sosial milik perusahaan, perusahaan mendirikan yayasan

sendiri di bawah perusahaan atau groupnya. Model ini merupakan adopsi yang lazim

dilakukan di negara maju. Di sini perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin atau

dana abadi yang dapat digunakan untuk operasional yayasan.

3. Bermitra dengan pihak lain, perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerjasama

dengan lembaga/organisasi non pemerintah, instansi pemerintah, universitas atau media

massa baik dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya.

4. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorium, perusahaan turut mendirikan,

menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial

tertentu. Pihak konsorsium yang dipercaya oleh perusahaan-perusahaan yang

mendukungnya akan secara proaktif mencari kerja sama dari berbagai kalangan dan

kemudian mengembangkan program yang telah disepakati.

2.2.4 Aktivitas dalam Akuntansi Sosial

Terdapat lima jenis aktivitas dalam akuntansi sosial menurut Mathew (2000) dalam

Utami (2004: 22), yaitu:

Page 13: 55501641-Bab-11

1. Social Responsibility Accounting (SRA)

SRA adalah pengungkapan informasi secara sukarela baik informasi yang bersifat

kualitatif maupun informasi yang bersifat kuantitatif yang dibuat oleh organisasi yang

bertujuan untuk memberi informasi ataupun mempengaruhi sekelompok pengguna

informasi tersebut. Sub disiplin ini bertujuan untuk mengungkapkan item-item individual

yang mempunyai dampak sosial pada sektor privat dalam jangka pendek. Ukuran yang

digunakan bersifat non keuangan dan kualitatif, contoh: laporan tentang karyawan,

akuntansi sumber daya manusia, dan demokrasi industrial.

2. Total Impact Accounting (TIA)

TIA meliputi pengukuran seluruh biaya yang ditanggung perusahaan akibat operasi usaha

yang dijalankan, baik biaya privat maupun biaya publik (eksternalitas). Displin ini juga

disebut Cost Benefit Analysis (CBA) untuk menilai seberapa besar social cost dan social

benefit yang terjadi karena aktivitas operasional perusahaan, seperti biaya pengobatan

karena polusi yang ditimbulkan oleh limbah pabrik. Sedangkan social benefit adalah

manfaat yang diterima dan dirasakan oleh pihak dalam maupun pihak luar perusahaan

sebagai akibat kegiatan sosial perusahaan.

3. Socio Economic Accounting (SEA)

Sub displin ini dipergunakan untuk mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang didanai oleh

masyarakat, baik yang menggunakan ukuran-ukuran finansial maupun non finansial.

Biasanya digunakan dalam sektor manufaktur. SEA merupakan proses pengukuran,

pengaturan dan pengungkapan dampak pertukaran antara perusahaan dengan

lingkungannya. SEA timbul dari dampak penerapan akuntansi dalam ilmu sosial. Ini

menyangkut peraturan, pengukuran analisis, dan pengungkapan pengaruh ekonomi dan

sosial dari kegiatan pemerintah dan perusahaan. Hal ini termasuk kegiatan yang bersifat

makro dan mikro. Pada tingkat makro bertujuan untuk mengukur dan mengungkapkan

kegiatan ekonomi dan sosial negara mencakup social accounting dan reporting, serta

peranan akuntansi dalam pembangunan ekonomi.

4. Socio Indicator Accounting

Sub disiplin ini digunakan untuk mengukur aktivitas dalam skala makro. Indikator-

indikator yang disusun dipergunakan untuk pengambilan keputusan mengukur pencapaian

tujuan.

Page 14: 55501641-Bab-11

5. Societal Accounting

Ditujukan untuk mencari gambaran yang tepat tentang hubungan akuntansi dengan

lingkungannya, dimana hubungan tersebut sangat tergantung pada budaya setempat.

2.2.5 Pengungkapan

Laporan keuangan merupakan media komunikasi antara manajemen perusahaan dengan

pihak-pihak yang berkepentingan. Menurut Statement Financial Accounting Concept (SFAC)

No.1, tujuan pelaporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang berguna bagi

investor, calon investor, kreditor, calon kreditor dan para pemakai izin dalam membuat

keputusan investasi, kredit, dan keputusan lainnya secara rasional. Informasi yang terkandung

dalam laporan keuangan sangat penting sebagai dasar mengalokasikan dana-dana investasi

secara efisien dan produktif. Perusahaan-perusahaan memberikan laporan keuangan kepada

berbagai stakeholders dengan tujuan untuk memberikan informasi yang relevan dan tepat

waktu agar berguna dalam pengambilan keputusan investasi, monitoring, penghargaan kerja

dan pembuatan kontrak-kontrak.

Kualitas keputusan investasi dipengaruhi oleh kualitas pengungkapan perusahaan yang

diberikan melalui laporan tahunan. Scott (1997:92) menunjukkan dua manfaat pengungkapan

penuh; yang pertama pengungkapan memungkinkan investor membuat keputusan investasi

lebih baik dan kedua pengungkapan meningkatkan kemampuan pasar modal untuk investasi

langsung yang paling produktif. Pengungkapan tidak hanya penting untuk masa sekarang,

tetapi juga untuk masa yang akan datang. Wolk et. al. dalam Subroto (2004: 83) alasan

semakin pentingnya pengungkapan pada masa mendatang adalah karena lingkungan bisnis

tumbuh semakin kompleks, dan pasar modal mampu menyerap dan mencerminkan informasi

baru dalam harga saham secara cepat.

Pengungkapan penting bagi investor, karena dengan adanya pengungkapan maka resiko

informasi yang diterima investor lebih kecil. Berkurangnya resiko informasi ini dapat

meningkatkan rasa aman investor untuk melakukan investasi pada sekuritas perusahaan

publik tersebut. Dengan demikian, investor akan memberikan kepercayaan lebih tinggi pada

perusahaan yang memberikan pengungkapan laporan keuangan secara lebih lengkap daripada

perusahaan yang laporan keuangannya kurang lengkap. Pengungkapan juga diperlukan oleh

investor untuk meningkatkan kualitas investasi mereka karena dengan adanya pengungkapan

semua informasi yang relevan tersedia lebih banyak.

Page 15: 55501641-Bab-11

Bukan hanya investor yang berkepentingan dengan adanya pengungkapan laporan

keuangan. Pihak-pihak lain di luar perusahaan (stakeholders) juga sangat membutuhkan.

Dengan adanya pengungkapan maka pemerintah sebagai pemegang kendali peraturan bisa

mengambil kebijakan yang terkait dengan perusahaan/bidang usaha yang bersangkutan secara

tepat. Selain itu, pihak lain seperti pengamat lingkungan, masyarakat umum (pengguna hasil

perusahaan) dapat memberi penilaian kepada perusahaan secara lebih objektif.

2.2.6 Definisi Pengungkapan

Hendriksen (1987:203) menyatakan bahwa pengungkapan merupakan penyajian

informasi yang diperlukan untuk operasi optimal pasar modal yang efisien. Dalam

interpretasi yang lebih luas pengungkapan terkait dengan informasi baik yang terdapat dalam

laporan keuangan maupun komunikasi tambahan (supplementary communication) yang

terdiri atas catatan kaki, informasi kejadian setelah tanggal laporan, analisis manajemen atas

operasi di masa mendatang, perkiraan keuangan serta operasi dan operasi lainnya. Menurut

Wolk et. al. dalam Subroto (2004: 84) pengungkapan merupakan informasi yang ada dalam

laporan keuangan maupun komunikasi pelengkap yang mencakup catatan kaki, peristiwa

setelah pelaporan, analisa manajemen atas operasi yang akan datang, peramalan keuangan

dan operasi, serta laporan keuangan tambahan.

Pengungkapan ada yang bersifat wajib (mandatory), yaitu pengungkapan informasi

yang wajib dilakukan oleh perusahaan yang didasarkan pada peraturan atau standar tertentu.

Menurut SAK, pengungkapan yang wajib meliputi pengungkapan dalam laporan keuangan,

catatan atas laporan keuangan dan informasi pelengkap yang diwajibkan. Selain bersifat

wajib, pengungkapan juga ada yang bersifat sukarela (voluntary) yang merupakan

pengungkapan informasi yang melebihi persyaratan minimum dari peraturan yang berlaku.

Pengungkapan ini merupakan wujud dari pemenuhan terhadap tekanan masyarakat untuk

meningkatkan citra perusahaan di mata publik. Suripto dan Baridwan dalam Subroto (2004:

85) mengatakan bahwa pengungkapan sukarela merupakan pilihan bebas manajemen

perusahaan untuk memberikan informasi akuntansi dan informasi lainnya yang dipandang

relevan sebagai dasar untuk membuat keputusan oleh para pemakai laporan tahunan.

2.2.7 Tujuan Pengungkapan

Tujuan pengungkapan menurut SEC (Security Exchange Commision) dikategorikan

menjadi dua:

1. Protective Disclosure, yang dimaksudkan sebagai upaya perlindungan terhadap investor.

Page 16: 55501641-Bab-11

2. Informative Disclosure, yang bertujuan memberikan informasi yang layak kepada

pengguna laporan.

Sedangkan menurut Belkaoui (2000) tujuan pengungkapan ada enam, yaitu:

1. Untuk menjelaskan item-item yang diakui dan untuk menyediakan ukuran yang relevan

dari item-item tersebut selain ukuran dalam laporan keuangan.

2. Untuk menjelaskan item-item yang belum diakui dan untuk menyediakan ukuran yang

bermanfaat bagi item-item tersebut.

3. Untuk menyediakan informasi untuk membantu investor dan kreditor dalam menentukan

rasio dan item-item yang potensial untuk diakui dan yang belum diakui.

4. Untuk menyediakan informasi penting yang dapat digunakan oleh pengguna laporan

keuangan untuk membandingkan antar perusahaan.

5. Untuk menyediakan informasi mengenai aliran kas masuk dan kas keluar di masa

mendatang.

6. Untuk membantu investor dalam menetapkan return dan investasi.

2.2.8 Kuantitas dan Kualitas Pengungkapan

Tuntutan para stakeholders terhadap akuntabilitas perusahaan publik semakin hari

semakin tinggi. Kondisi ini semakin memaksa perusahaan untuk lebih memperhatikan berapa

banyak informasi yang harus diungkapkan. Dalam hal ini perusahaan harus mengetahui

tentang informasi mana yang seharusnya diungkap dan informasi mana yang tidak perlu

diungkap. Tuanakota (1986: 221) menyatakan tiga konsep umum tentang pengungkapan yang

umumnya diusulkan:

1. Pengungkapan yang cukup (adequate) merupakan pengungkapan yang minimal cukup

untuk membuat laporan yang tidak menyesatkan.

2. Pengungkapan yang wajar (fair) merupakan pengungkapan yang memberikan perlakuan

yang sama bagi semua pembaca yang potensial.

3. Pengungkapan yang lengkap (full) merupakan penyajian semua informasi yang relevan.

Bagi beberapa pihak pengungkapan yang lengkap ini dikatakan sebagai penyajian

informasi yang berlebihan sehingga tidak bisa dikatakan layak.

Dalam PSAK tahun 2007 dinyatakan bahwa karakteristik kualitatif merupakan ciri khas

yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat

Page 17: 55501641-Bab-11

karakteristik kualitatif pokok yaitu: dapat dipahami, relevan, keandalan, dan dapat

diperbandingkan.

l. Dapat Dipahami

Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah

kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini, pemakai

diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis,

akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.

Namun demikian, informasi kompleks yang seharusnya dimasukkan dalam laporan

keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi

tersebut terlalu sulit untuk dipahami oleh pemakai tertentu.

2. Relevan

Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam

proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan jika dapat

mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi

peristiwa masalah masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengoreksi, hasil

evaluasi mereka di masa lalu.

3. Keandalan

Agar dapat bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas

handal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat

diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus dan jujur (faithful representation)

dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.

4. Dapat diperbandingkan

Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode

untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga

harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi

posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan secara relatif, Oleh karena itu,

pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa

harus dilakukan secara konsisten untuk perusahaan tersebut, antar periode perusahaan

yang sama dan untuk perusahaan yang berbeda.

Page 18: 55501641-Bab-11

2.2.9 Tipe Pengungkapan

Semakin banyak tema dan item atau unsur yang diungkapkan oleh suatu perusahaan

maka dikatakan bahwa tingkat pengungkapan tanggung jawab sosialnya semakin luas.

Dengan kata lain, tingkat/luas pengungkapan berarti banyaknya jumlah item-item yang

diungkapkan oleh suatu perusahaan dibandingkan dengan junlah keseluruhan item yang

selayaknya diungkapkan.

Berkaitan dengan tingkat pengungkapan, hasil penelitian Zeghal dan Shadrudin

(1991), Cooke (1992), Gamble et.al. (1995), dan Kolk (2003) menunjukkan pengungkapan

dalam laporan tahunan tidak sama antara satu kelompok industri dengan kelompok lainnya.

Gamble et.al. menyatakan beberapa industri khususnya pertambangan dan manufaktur

menunjukkan kualitas ungkapan yang lebih tinggi dibanding perusahaan dengan jenis industri

lainnya. Cooke menyatakan perusahaan manufaktur mengungkapkan informasi secara

signifikan lebih tinggi dibanding industri tipe lainnya. Di Indonesia penelitian Utomo (2000),

Fitriany (2001), dan Masnila (2006) menunjukkan hasil yang sama.

2.2.10 Metode Pengungkapan

Pedoman umum yang dipakai untuk memilih atau menentukan metode pengungkapan

adalah bahwa informasi seharusnya disajikan dalam bentuk yang dapat dengan mudah

dipahami oleh seseorang dengan pengetahuan rata-rata, relevan, andal, dan dapat

dibandingkan. Ada tujuh metode pengungkapan menurut Hendriksen (1987):

1. Bentuk dan susunan laporan formal

Bentuk dan susunan laporan formal mencakup tiga laporan utama, yaitu: laporan posisi

(position statement),laporan arus kas (income statement), dan laporan perubahan posisi

keuangan (funds statement).

2. Terminologi dan penyajian terinci

Dalam laporan keuangan harus digunakan istilah-istilah yang jelas dan umum digunakan

dalam analisis keuangan, dan informasinya harus terinci.

3. Informasi selipan (Parenthical information)

Informasi yang sangat penting seharusnya disajikan langsung dalam ikhtisar keuangan

yang bersangkutan bukan dalam catatan kaki (footnotes) ataupun dalam bentuk daftar

tambahan (suplementary schedule). Apabila judul atau nama pos-pos neraca dan ikhtisar

Page 19: 55501641-Bab-11

laba/rugi terlalu panjang untuk disajikan maka dapat disajikan sebagai catatan setelah

judul dalam laporan.

4. Catatan kaki (footnotes)

Catatan kaki merupakan sarana menyajikan pengungkapan yang tidak dapat ditempatkan

dalam ikhtisar keuangan yang bersangkutan dan tidak boleh bertentangan atau bersifat

pengulang terhadap informasi yang disajikan dalam ikhtisar keuangan.

5. Ikhtisar dan skedul pelengkap (Supplementary statement and supplementary schedule)

Supplementary statement merupakan informasi tambahan atau informasi yang disajikan

dalam bentuk yang agak berbeda dari ikhtisar keuangan dasar.

6. Sertifikasi Auditor

Sertifikasi auditor bukan merupakan tempat yang tepat untuk mengungkapkan informasi

keuangan yang signifikan mengenai perusahaan, namun ia berperan sebagai satu metode

untuk mengungkapkan jenis informasi sebagai berikut:

a. Pengaruh yang material dari penggunaan metode akuntansi yang berbeda dari yang

diterima umum.

b. Pengaruh yang material dari perubahan satu metode akuntansi yang lazim ke metode

akuntansi yang lazim lainnya.

c. Perbedaan pendapat antara auditor dengan klien mengenai dapat diterima atau tidaknya

suatu prinsip akuntansi dalam laporan tersebut.

7. Surat Direktur Utama (The president letter)

Untuk jenis informasi tertentu dapat disajikan secara langsung oleh manajemen dalam

bentuk surat dari direktur utama. Informasi tambahan ini mencakup :

a. Kejadian-kejadian non keuangan dan perubahan-perubahan selama tahun tersebut yang

mempengaruhi operasi perusahaan.

b. Harapan dan perkiraan di masa mendatang dari industri yang bersangkutan dan

ekonomi serta peran perusahaan dalam harapan ini.

c. Rencana pertumbuhan dan perubahan dalam operasi pada periode atau periode-periode

berikutnya.

Page 20: 55501641-Bab-11

d. Jumlah dan pengaruh yang diharapkan dengan adanya pengeluaran untuk barang-

barang modal saat ini dan yang diantisipasi dilakukan serta usaha-usaha penelitian.

2.2.11 Manfaat Pengungkapan

Tujuan dari pengungkapan laporan keuangan adalah untuk memenuhi kebutuhan

informasi para pemakai laporan keuangan dan juga pihak-pihak yang berkepentingan

terhadap perusahaan. IAI dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan

Keuangan menyatakan pemakai laporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor

potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha lainnya pelanggan,

pemerintah serta lembaga-lembaganya, dan masyarakat. Mereka menggunakan laporan

keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda.

1. Investor. Penanam modal beresiko dan penasehat mereka berkepentingan dengan resiko

yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka

membutuhkan informasi untuk membantu menentukah apakah harus membeli, menahan,

atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang

memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar deviden.

2. Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi

mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik pada informasi

yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan

balas jasa, manfaat pensiun dan kesempatan kerja.

3. Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk

memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar setelah jatuh tempo.

4. Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan

mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat jatuh

tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih

pendek dari pada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka

tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan.

5. Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup

perusahaan terutama jika mereka terlibat dengan perjanjian jangka panjang dengan, atau

tergantung pada perusahaan.

6. Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya berkepentingan

dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan.

Page 21: 55501641-Bab-11

Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan

kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan

statistik lainnya.

7. Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dengan berbagai cara. Misalnya

perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti kepada perekonomian nasional, termasuk

jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan terhadap penanam modal domestik.

Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi

kecenderungan (trend) atau perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta

rangkaian aktivitasnya.

2.2.12 Pengungkapan Sosial sebagai Tanggung Jawab Perusahaan

Tanggung jawab adalah suatu kewajiban perusahaan yang tidak hanya menyediakan

barang dan jasa baik bagi masyarakat maupun juga dalam mempertahankan kualitas

lingkungan sosialnya secara fisik maupun memberikan kontribusi positif terhadap

kesejahteraan masyarakat dimana mereka berada. Perusahaan bertanggung jawab secara

sosial ketika manajemennya memiliki visi atas kinerja operasionalnya, tidak hanya

mengutamakan atas laba/profit perusahaan tetapi juga dalam menjalankan aktivitasnya,

memperhatikan lingkungan yang ada disekitarnya. Perusahaan tidak hanya memandang laba

sebagai satu-satunya tujuan dari perusahaan tetapi ada tujuan yang lainnya yaitu kepedulian

perusahaan terhadap lingkungan, karena perusahaan mempunyai tanggung jawab yang lebih

luas dibanding hanya mencari laba untuk pemegang saham (Gray et. al., 1987).

Pengungkapan tanggung jawab sosial atau sering disebut sebagai Corporate social

reporting adalah proses pengkomunikasian efek-efek sosial dan lingkungan atas tindakan-

tindakan ekonomi perusahaan pada kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat dan pada

masyarakat secara keseluruhan (Gray et. al., 1987). Kontribusi negatif perusahaan terhadap

lingkungan sekitamya telah menyebabkan hilangnya kepercayaan masyarakat adalah dengan

mengungkapkan informasi-informasi mengenai operasi perusahaan sehubungan dengan

lingkungan sebagai tanggung jawab perusahaan.

Menurut Gray et. al., (1995) ada dua pendekatan yang secara signifikan berbeda dalam

melakukan penelitian tentang pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Pertama

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan mungkin diperlakukan sebagai suatu

suplemen dari aktivitas akuntansi konvensional. Pendekatan ini secara umum akan

menganggap masyarakat keuangan sebagai pemakai utama pengungkapan tanggung jawab

Page 22: 55501641-Bab-11

sosial perusahaan dan cenderung membatasi persepsi tentang tanggung jawab sosial yang

dilaporkan.

Pendekatan alternatif kedua dengan meletakkan pengungkapan tanggung jawab sosial

perusahaan pada suatu pengujian peran informasi dalam hubungan masyarakat dan

organisasi. Pandangan yang lebih luas ini telah menjadi sumber utama kemajuan dalam

pemahaman tentang pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dan sekaligus

merupakan sumber kritik yang utama terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial

perusahaan.

Gray et. al., (1995) menyebutkan 3 studi yang menjelaskan mengapa perusahaan

cenderung untuk mengungkapkan informasi yang berkaitan dengan aktivitasnya dan dampak

yang ditimbulkan oleh emiten tersebut, yaitu:

1. Decision-userfulnes study

Penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti menemukan bahwa informasi sosial

dibutuhkan users, seperti analis, banker, dan pihak lain yang terlibat. Penelitian tersebut

menyebutkan bahwa informasi aktivitas sosial perusahaan berada pada posisi moderately

important.

2. Economic theory study

Studi dalam corporate responsibility reporting ini mendasari pada Economic agency

theory dan Accounting positivism theory yang menganalogikan manajemen sebagai agen

dari suatu prinsipal. Prinsipal diartikan sebagai pemegang saham atau traditional users

lain. Namun, pengertian users tersebut telah berkembang menjadi seluruh interest group

perusahaan yang bersangkutan sebagai agen, manajemen akan berupaya mengoperasikan

perusahaan sesuai dengan keinginan publik (stakeholder).

3. Social and political theory studies

Bidang ini menggunakan teori stakeholder, teori legitimasi organisasi, dan teori ekonomi

publik. Teori stakeholder mengasumsikan bahwa perusahaan berusaha mencari

pembenaran dari para stakeholder dalam menjalankan operasi perusahaannya. Semakin

kuat posisi stakeholder, semakin besar kecenderungan perusahaan mengadaptasi diri

terhadap keinginan stakeholder-nya.

Pengungkapan sosial dalam tanggung jawab perusahaan sangat perlu dilakukan, karena

bagaimanapun Juga perusahaan memperoleh nilai tambah dari kontribusi masyarakat di

Page 23: 55501641-Bab-11

sekitar perusahaan termasuk dari penggunaan sumber-sumber sosial (social resources). Jika

aktivitas perusahaan menyebabkan kerusakan sumber-sumber sosial maka dapat timbul

adanya biaya sosial (social cost) yang harus ditanggung oleh masyarakat, sedang apabila

perusahaan meningkatkan mutu social resources maka akan menimbulkan social benefit

(manfaat sosial).

Beberapa alasan lain perusahaan mengungkapkan kinerja sosialnya, antara lain:

1. Jika perusahaan tidak mengungkapkan CSR secara sukarela, dikhawatirkan pengungkapan

tersebut akan menjadi kebijakan pemerintah yang bersifat wajib.

2. Sebagai legitimasi atas kegiatan yang dilakukan perusahaan.

3. Untuk mengalihkan perhatian pemakai laporan dari isu lain.

4. Untuk meningkatkan citra perusahaan di hadapan publik.

5. Untuk meningkatkan keuntungan kompetitif.

6. Pemenuhan hak para stakeholder untuk mengetahui aktivitas perusahaan.

7. Untuk mendapat keuntungan politik.

8. Dorongan untuk mengkomunikasikan aktivitas perusahaan kepada khalayak.

9. Untuk menjelaskan pola pengeluaran perusahaan.

Pengungkapan kinerja sosial perusahaan menurut Ikhsan dan Ishak dalam Syam (2007),

baik secara internal maupun eksternal, dapat ditempuh melalui beberapa pendekatan, yaitu:

1. Audit sosial, yaitu mengukur dan melaporkan dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan

dari program-program yang berorientasi sosial dan operasi perusahaan yang reguler.

Mulanya, manajer perusahaan diminta membuat daftar aktivitas dengan konsekuensi

sosial. Setelah daftar tersebut dihasilkan, auditor sosial kemudian mengukur dan menilai

dampak-dampak dari kegiatan sosial perusahaan.

2. Laporan-laporan sosial. Laporan eksternal terpisah yang menggambarkan hubungan

perusahaan dengan komunitasnya, dikembangkan salah satunya oleh David Linowes. Ia

membagi laporannya dalam tiga kategori: hubungan dengan manusia hubungan dengan

lingkungan, dan hubungan dengan produk.

3. Pengungkapan dalam laporan tahunan. Beberapa perusahaan menerbitkan laporan tahunan

kepada pemegang saham disertai beberapa informasi sosial yang dilakukan. Namun,

Page 24: 55501641-Bab-11

melalui informasi yang dicantumkan dalam laporan tahunan tersebut, belum dapat dinilai

kinerja sosial perusahaan secara komprehensif, karena kebanyakan informasi yang

diungkapkan dalam laporan tahunan bersifat sukarela dan selektif. Dalam artian, bisa jadi

perusahaan hanya menyoroti kontribusi positifnya dan mengabaikan dampak negatif yang

ditimbulkan dari aktivitas usahanya.

2.2.13 Pelaporan Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan

Ada dua jenis ungkapan dalam pelaporan keuangan yang telah ditetapkan oleh badan

yang memiliki otoritas di pasar modal. Yang pertama adalah ungkapan wajib (mandatory

disclosure), yaitu informasi yang harus diungkapkan oleh emiten yang diatur oleh peraturan

pasar modal di suatu negara. Sedangkan yang kedua adalah ungkapan sukarela (voluntary

disclosure), yaitu ungkapan yang dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan

oleh standar yang ada. Pengungkapan sosial yang diungkapkan perusahaan merupakan

informasi yang sifatnya sukarela. Karenanya, perusahaan memiliki kebebasan untuk

mengungkapkan informasi yang tidak diharuskan oleh badan penyelenggara pasar modal.

Keragaman dalam pengungkapan disebabkan oleh entitas yang dikelola oleh manajer yang

memiliki filosofis manajerial yang berbeda dan keluasan dalam kaitannya dengan

pengungkapan informasi kepada masyarakat.

Standar pelaporan pertanggungjawaban sosial sampai saat ini belum mempunyai

standar yang baku, hal ini dikarenakan adanya permasalahan yang berhubungan dengan biaya

dan manfaat sosial. Perusahaan dapat membuat sendiri model pelaporan pertanggungjawaban

sosialnya.

Dalam menyusun dan mengungkapkan informasi tentang aktivitas pertanggungjawaban

sosial perusahaan, Zhegal & Ahmed (1990) mengidentifikasi hal-hal yang berkaitan dengan

pelaporan sosial perusahaan, yaitu sebagai berikut :

1. Lingkungan. Bidang ini meliputi aktivitas pengendalian pencemaran dan pelestarian

lingkungan hidup. Meliputi, pengendalian terhadap polusi, pencegahan atau perbaikan

terhadap kerusakan lingkungan, konservasi alam, dan pengungkapan lain yang berkaitan

dengan lingkungan.

2. Energi. Bidang ini meliputi aktivitas dalam pengaturan penggunaan energi dalam

hubungannya dengan operasi perusahaan dan peningkatan efisiensi terhadap produk

perusahaan. Meliputi, konservasi energi, efisien energi, dan lain-lain.

Page 25: 55501641-Bab-11

3. Praktek bisnis yang wajar. Meliputi pemberdayaan terhadap minoritas dan perempuan,

dukungan terhadap usaha minoritas, tanggung jawab sosial.

4. Sumber daya manusia. Bidang ini meliputi aktivitas untuk kepentingan karyawan sebagai

sumber daya manusia bagi perusahaan maupun aktivitas di dalam suatu komunitas.

Aktivitas tersebut antara lain, program pelatihan dan peningkatan keterampilan, perbaikan

kondisi kerja upah dan gaji serta tunjangan yang memadai, pemberian beberapa fasilitas,

jaminan keselamatan kerja pelayanan kesehatan, pendidikan, seni, dan lain-lain.

5. Produk. Meliputi keamanan, pengurangan polusi, dan lain-lain.

2.2.14 Indonesia sustainability Reporting Awards (ISRA)

Indonesia Sustainability Reporting Awards (ISRA) adalah penghargaan yang diberikan

kepada perusahaan-perusahaan yang telah membuat pelaporan atas kegiatan yang

menyangkut aspek lingkungan dan sosial disamping aspek ekonomi untuk memelihara

keberlanjutan (sustainability) perusahaan itu sendiri. ISRA merupakan penghargaan terhadap

perusahaan-perusahaan yang telah menyelenggarakan laporan keberlanjutan (sustainability

report), baik yang diterbitkan secara terpisah maupun terintegrasi dalam laporan tahunan

(annual report).

Tujuan ISRA adalah sebagai berikut :

1. Memberikan pengakuan terhadap organisasi-organisasi yang melaporkan dan

mempublikasikan informasi mengenai lingkungan, sosial, dan informasi keberlanjutan

terintegrasi.

2. Mendukung pelaporan di bidang lingkungan, sosial, dan keberlanjutan.

3. Meningkatkan akuntabilitas perusahaan dengan menekankan tanggung jawab terhadap

pemangku kepentingan utama (keys take holders).

4. Meningkatkan kesadaran perusahaan terhadap transparansi dan pengungkapan.

Penghargaan tahunan ini terselenggara atas kerjasama Institut Akuntan Manajemen

Indonesia (IAMI-d/h IAI-KAM) dan National Center for Sustainability Reporting (NCSR).

ISRA 2010 akan melakukan penilaian terhadap pelaporan keberlanjutan (sustainability

reporting) termasuk pelaporan kegiatan tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam laporan

tahunan 2009. Penilaian tersebut akan dilakukan oleh dewan juri yang terdiri dari berbagai

pemangku kepentingan utama, termasuk : Institut Akuntan Publik Indonesia, Kementerian

Negara Lingkungan Hidup, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan-

Page 26: 55501641-Bab-11

Departemen Keuangan RI, Bursa Efek Indonesia Perguruan Tinggi, National Comitte on

Governance, press media, dan lembaga swadaya masyarakat.

Tahun 2010, merupakan tahun keenam penyelenggaraan ISRA. Sejak Tahun 2005,

telah terjadi beberapa perubahan dalam kriteria penilaian dan kategori pemenang. Kriteria

penilaian untuk laporan keberlanjutan yang digunakan dalam ISRA 2010 mengacu kepada

Global Reporting Initiative (CRI) Sustainability Reporting Guidelines versi 3.0. Sementara

itu, kategori pemenang ISRA dibagi menjadi:

1. Best Sustainability Report 2009 Kelompok A (Meliputi perusahaan-perusahaan dalam

industri: Pertanian, pertambangan, serta Industri dasar dan kimia) .

2. Best Sustainability Report 2009 Kelompok B (Meliputi perusahaan-perusahaan dalam

industri: Properti dan real estat, Aneka industri, serta Industri barang konsumsi)

3. Best Sustainability Report 2009 Kelompok C (Meliputi perusahaan-perusahaan dalam

industri: Jasa Keuangan. Infra struktur, utilitas dan transportasi, serta Perdagangan, jasa dan

investasi)

4. Best CSR Reporting in Annual Report 2009

5. Best Sustainability Report on Website 2010

Khusus untuk tahun ini, ISRA 2010 merubah kategori penjurian menjadi Best

Sustainability Reporting berdasarkan kelompok yang sesuai dengan yang ada di kriteria

Annual Report Award serta Bursa Efek Indonesia. Sebagai upaya melakukan benchmarking

dan penyesuaian tingkat laporan sesuai dengan industry.

Proses penjurian dalam ISRA terdiri dari penilaian atas laporan dan interview dengan

manajemen perusahaan-perusahaan Peserta.