4a. Panduan Inventarisasi Kondisi SKM-SSN (Isi)

12
Panduan Invrntarisasi Kondisi Rintisan Sekolah Kategori Mandiri/Sekolah Standar Nasional (SKM/SSN) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), Pasal 11, Ayat 3 yang menjelaskan beban belajar untuk SMA/MA/SMLB, SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat pada jalur pendidikan formal kategori mandiri dinyatakan dalam satuan kredit semester (sks). Penjelasan pasal 11, Ayat 2 dan 3 menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Sekolah Kategori Mandiri (SKM) adalah sekolah yang telah memenuhi atau hampir memenuhi Standar Nasional Pendidikan. Terkait dengan SKS disebutkan bahwa khusus untuk SMA/MA/SMLB, SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat dan berkategori mandiri harus menerapkan SKS jika menghendaki tetap berada pada kategori mandiri. Berdasarkan isi dan penjelasan Pasal 11, Ayat 2 dan 3 tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa Sekolah Kategori Mandiri adalah sekolah yang telah memenuhi atau hampir memenuhi SNP dan menerapkan SKS. Berbagai upaya ditempuh agar alokasi sumber daya Pemerintah dan Pemerintah Daerah diprioritaskan untuk membantu sekolah menuju kategori mandiri/standar nasional. Sebagai realisasi dari kebijakan tersebut di atas, Direktorat Pembinaan SMA pada tahun anggaran 2007 telah memprogramkan rintisan Sekolah Kategori Mandiri/Sekolah Standar Nasional (SKM/SSN) di 441 SMA yang tersebar di 32 Provinsi, dan pada tahun 2008 diperluas menjadi 2.465 SMA di 33 Provinsi dan 465 Kabupaten/Kota. Tujuan umum dari rintisan SKM/SSN adalah memberikan bimbingan dan pendampingan pada sekolah agar mencapai kategori mandiri. Selain itu, sekolah rintisan SKM/SSN diharapkan dapat dijadikan sebagai model/rujukan SKM/SSN bagi sekolah lain di sekitarnya. Pelaksanaan rintisan SKM/SSN terdiri dari tahapan yaitu pemilihan dan penetapan sekolah (dilakukan Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota), TOT bagi Tim SKM/SSN Provinsi, inventarisasi kondisi sekolah rintisan SKM/SSN, penyusunan dan penilaian program kerja, pelaksanaan program, dan supervisi dan evaluasi. Sebagai acuan pelaksanaan tahapan inventarisasi kondisi, Dit. Pembinaan SMA menyusun panduan inventarisasi kondisi sekolah rintisan SKM/SSN. B. Tujuan Inventarisasi kondisi rintisan SKM/SSN dilaksanakan dengan tujuan : 2008-Direktorat Pembinaan SMA, Ditjen. Manajemen Dikdasmen 1-12

Transcript of 4a. Panduan Inventarisasi Kondisi SKM-SSN (Isi)

Page 1: 4a. Panduan Inventarisasi Kondisi SKM-SSN (Isi)

Panduan Invrntarisasi Kondisi Rintisan Sekolah Kategori Mandiri/Sekolah Standar Nasional (SKM/SSN)

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), Pasal 11, Ayat 3 yang menjelaskan beban belajar untuk SMA/MA/SMLB, SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat pada jalur pendidikan formal kategori mandiri dinyatakan dalam satuan kredit semester (sks). Penjelasan pasal 11, Ayat 2 dan 3 menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Sekolah Kategori Mandiri (SKM) adalah sekolah yang telah memenuhi atau hampir memenuhi Standar Nasional Pendidikan. Terkait dengan SKS disebutkan bahwa khusus untuk SMA/MA/SMLB, SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat dan berkategori mandiri harus menerapkan SKS jika menghendaki tetap berada pada kategori mandiri. Berdasarkan isi dan penjelasan Pasal 11, Ayat 2 dan 3 tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa Sekolah Kategori Mandiri adalah sekolah yang telah memenuhi atau hampir memenuhi SNP dan menerapkan SKS.

Berbagai upaya ditempuh agar alokasi sumber daya Pemerintah dan Pemerintah Daerah diprioritaskan untuk membantu sekolah menuju kategori mandiri/standar nasional. Sebagai realisasi dari kebijakan tersebut di atas, Direktorat Pembinaan SMA pada tahun anggaran 2007 telah memprogramkan rintisan Sekolah Kategori Mandiri/Sekolah Standar Nasional (SKM/SSN) di 441 SMA yang tersebar di 32 Provinsi, dan pada tahun 2008 diperluas menjadi 2.465 SMA di 33 Provinsi dan 465 Kabupaten/Kota. Tujuan umum dari rintisan SKM/SSN adalah memberikan bimbingan dan pendampingan pada sekolah agar mencapai kategori mandiri. Selain itu, sekolah rintisan SKM/SSN diharapkan dapat dijadikan sebagai model/rujukan SKM/SSN bagi sekolah lain di sekitarnya.

Pelaksanaan rintisan SKM/SSN terdiri dari tahapan yaitu pemilihan dan penetapan sekolah (dilakukan Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota), TOT bagi Tim SKM/SSN Provinsi, inventarisasi kondisi sekolah rintisan SKM/SSN, penyusunan dan penilaian program kerja, pelaksanaan program, dan supervisi dan evaluasi. Sebagai acuan pelaksanaan tahapan inventarisasi kondisi, Dit. Pembinaan SMA menyusun panduan inventarisasi kondisi sekolah rintisan SKM/SSN.

B. Tujuan

Inventarisasi kondisi rintisan SKM/SSN dilaksanakan dengan tujuan :

1. Mengidentifikasi kondisi riil sekolah berdasarkan profil rintisan SKM/SSN, yang mencakup:a. Standar isi dan standar kompetensi lulusanb. Standar prosesc. Standar pendidik dan tenaga kependidikand. Standar sarana dan prasaranae. Standar pengelolaanf. Standar pembiayaang. Standar penilaianh. Dukungan internal dan eksternal

2. Melakukan analisis kesenjangan antara kondisi riil sekolah dengan profil rintisan SKM/SSN

2008-Direktorat Pembinaan SMA, Ditjen. Manajemen Dikdasmen 1-10

Page 2: 4a. Panduan Inventarisasi Kondisi SKM-SSN (Isi)

Panduan Invrntarisasi Kondisi Rintisan Sekolah Kategori Mandiri/Sekolah Standar Nasional (SKM/SSN)

3. Mengidentifikasi komponen/isi kegiatan yang harus disusun oleh sekolah dalam bentuk program kerja sekolah

4. Melakukan pemetaan kondisi awal sekolah rintisan SKM/SSN per provinsi dan nasional.

C. Sasaran

Inventarisasi kondisi rintisan SKM/SSN dilakukan di SMA yang telah ditetapkan oleh Dinas Pendidikan Provinsi yang akan melaksanakan tahun pertama.

D. Hasil yang Diharapkan

Hasil yang diharapkan dari inventarisasi kondisi rintisan SKM/SSN adalah:

1. Adanya informasi yang obyektif dan akurat tentang kondisi riil sekolah berdasarkan hasil identifikasi/verifikasi profil rintisan SKM/SSN

2. Teridentifikasinya kesenjangan antara kondisi riil sekolah dengan profil rintisan SKM/SSN

3. Teridentifikasinya komponen/isi program kerja sekolah berdasarkan hasil analisis kesenjangan

4. Sekolah mampu menyusun program kerja rintisan SKM/SSN sesuai dengan kondisi sekolah dan kebutuhan pencapaian SKM/SSN

5. Tersusunnya peta kondisi awal sekolah rintisan kategori mandiri per provinsi dan nasional

2008-Direktorat Pembinaan SMA, Ditjen. Manajemen Dikdasmen 2-10

Page 3: 4a. Panduan Inventarisasi Kondisi SKM-SSN (Isi)

Panduan Invrntarisasi Kondisi Rintisan Sekolah Kategori Mandiri/Sekolah Standar Nasional (SKM/SSN)

BAB IIPELAKSANAAN

A. Pengorganisasian

Inventarisasi kondisi rintisan SKM/SSN dikoordinasikan dan dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota berdasarkan perangkat yang telah disiapkan bersama antara Dit. Pembinaan SMA dan Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota.

B. Waktu dan Tempat

Inventarisasi kondisi rintisan SKM/SSN dilaksanakan minimal selama 2 (dua) hari efektif (pelaksanaan di sekolah) di SMA yang telah ditetapkan Dinas Pendidikan Provinsi sebagai rintisan SKM/SSN. Dinas Pendidikan menetapkan jadwal pelaksanaan supervisi sesuai dengan kesiapan petugas dan jumlah sekolah.

C. Petugas

1. Unsur dan Jumlah Petugas Petugas Inventarisasi kondisi rintisan SKM/SSN berasal dari unsur Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota yang telah mengikuti TOT di tingkat Pusat (Dit. Pembinaan SMA) maupun TOT yang diselenggarakan Dinas Pendidikan Provinsi setempat.

2. Tugas dan tanggungjawab Petugas a. Melakukan temu awal dengan Kepala Sekolah dan staf yang ditunjuk

untuk menjelaskan maksud, tujuan, kegiatan dan jadwal inventarisasi kondisi di sekolah

b. Menunjukkan surat tugas masing-masing.c. Melakukan studi dokumen, studi lapangan, dan wawancara untuk

mengumpulkan kebutuhan data dan informasi sesuai dengan instrumen verifikasi rintisan sekolah kategori mandiri.

d. Melakukan justifikasi “Kondisi Sekolah Saat Ini” berdasarkan hasil kegiatan butir c, dengan cara menilai tingkat ketersediaan/terpenuhinya baik kualitas maupun kuantitas dari seluruh aspek dan indikator pada tujuh komponen profil SMA kategori mandiri, yang meliputi : standar isi dan standar kompetensi lulusan, standar proses, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan

e. Memberikan rekomendasi komponen/isi kegiatan program kerja sekolah berdasarkan hasil butir d.

f. Mendiseminasikan mekanisme dan teknik penyusunan program kerja sekolah rintisan SKM/SSN.

g. Melakukan temu akhir dengan Kepala Sekolah dan staf/guru yang ditunjuk sebagai Penanggungjawab SKM/SSN sekolah yang bersangkutan, untuk menjelaskan antara laian tentang :- proses dan hasil pelaksanaan inventarisasi kondisi- proses penyusunan program kerja sekolah, dan- proses penilaian program kerja sekolah.

2008-Direktorat Pembinaan SMA, Ditjen. Manajemen Dikdasmen 3-10

Page 4: 4a. Panduan Inventarisasi Kondisi SKM-SSN (Isi)

Panduan Invrntarisasi Kondisi Rintisan Sekolah Kategori Mandiri/Sekolah Standar Nasional (SKM/SSN)

h. Mengolah data, menyusun dan menyampaikan laporan hasil inventarisasi kondisi kepada:- Sekolah yang bersangkutan untuk digunakan sebagai acuan

dalam penyusunan program kerja sekolah - Dinas Pendidikan Provinsi/Kab/Kota setempat sebagai laporan

pelaksanaan tugas yang akan digunakan sebagai acuan dalam melakukan Pembinaan pada sekolah yang bersangkutan.

- Penanggungjawab Kegiatan dan PUMK Peningkatan Mutu SMA di Provinsi setempat, dalam bentuk hard copy/soft copy, sebagai acuan dalam pelaksanaan penilaian program kerja sekolah lebih lanjut.

D. Perangkat

Perangkat inventarisasi kondisi rintisan SKM/SSN terdiri atas:1. Panduan Inventarisasi kondisi rintisan SKM/SSN 2. Instrumen Inventarisasi kondisi rintisan SKM/SSN

E. Responden

Responden inventarisasi kondisi rintisan SKM/SSN adalah Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Guru mata pelajaran, Guru BK, Staf TU, Siswa, Komite Sekolah, dan Yayasan.

F. Strategi Pelaksanaan

1. Temu Awal

Temu awal merupakan kegiatan pertemuan antara Petugas dengan Kepala Sekolah dan staf yang ditunjuk sebagai penanggungjawab pengembangan SKM untuk menjelaskan tentang: maksud, tujuan, jadwal, responden, dan substansi materi pelaksanaan supervisi.

Selanjutnya, meminta sekolah untuk menunjuk 1-2 orang personil (Guru dan/atau Staf TU) untuk mendampingi Petugas selama melaksanakan tugas sampai pengolahan hasil. Kegiatan temu awal diupayakan tidak menggunakan waktu terlalu lama (30-45 menit).

2. Pelaksanaan Inventarisasi Kondisi

a. Pengumpulan Data dan Informasi

Pengumpulan data dan informasi dilakukan melalui wawancara, studi dokumen dan studi lapangan:

WawancaraWawancara merupakan kegiatan diskusi dan tanya jawab dengan responden berkaitan dengan materi inventarisasi kondisi. Substansi wawancara mengacu pada instrumen.

Studi DokumentasiStudi dokumentasi merupakan pengecekan ketersediaan, kualitas dan kebenaran dokumen yang terkait dengan substansi verifikasi seperti : dukumen KTSP, silabus, RPP, bahan ajar/buku perpustaan, dokumen penilaian, data ketenagaan/kesiswaan dan data pendukung lain.

2008-Direktorat Pembinaan SMA, Ditjen. Manajemen Dikdasmen 4-10

Page 5: 4a. Panduan Inventarisasi Kondisi SKM-SSN (Isi)

Panduan Invrntarisasi Kondisi Rintisan Sekolah Kategori Mandiri/Sekolah Standar Nasional (SKM/SSN)

Studi/Observasi LapanganStudi lapangan merupakan pengamatan langsung pada obyek seperti: ruang kelas, laboratorium, perpustakaan, lingkungan belajar, infrastruktur TIK, dan lain-lain.

Secara teknis, kegiatan wawancara, studi dokumen dan studi lapangan tidak dilakukan secara terpisah tetapi dapat dilakukan secara simultan sesuai dengan karakteristik obyek.

b. Pengolahan Hasil dan Perumusan Program Kerja

Pengolahan hasil merupakan kegiatan pengisian instrumen dengan menggunakan format (software) yang disiapkan bersama Direktorat Pembinaan SMA dan Dinas Pendidikan Provinsi pada saat TOT.

Kegiatan pengolahan data dan penyusunan laporan dilakukan secara simultan selama kegiatan berlangsung, dan harus sudah selesai pada saat kegiatan di sekolah berakhir.

Pengolahan hasil dilakukan dengan mengisi kolom ”Kondisi Nyata Saat Ini”, yang dilakukan secara professional judgement dengan mengacu pada hasil wawancara, studi dokumen dan studi lapangan.

Pada kegiatan pengolahan hasil hendaknya dapat ditekan sekecil mungkin unsur subyektivitas petugas, sehingga hasilnya benar-benar menggambarkan kondisi riil sekolah. Dominasi subyektivitas petugas akan sangat merugikan sekolah karena akan diperoleh hasil semu sehingga dapat berakibat pada kesalahan pembinaan yang akan dilakukan oleh Dit. Pembinaan SMA dan Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota.

Berdasarkan hasil justifikasi ”Kondisi Nyata Saat ini”, petugas menyusun draf program kerja sekolah di kolom ”Program Kerja Sekolah”. Penyusunan program kerja sekolah dilakukan terhadap Aspek/Indikator yang Kondisi Nyata Saat Ini belum memenuhi kategori (tidak diberi tanda ).

Kegiatan pengolahan hasil dan perumusan program kerja dilakukan oleh Petugas bersama-sama dengan penanggungjawab program SKM/SSN yang ditunjuk oleh Kepala Sekolah.

c. Penyepakatan Hasil dan Informasi Penyusunan Program Kerja Sekolah

Setelah dipastikan instrumen inventarisasi kondisi terisi secara lengkap, maka Petugas melakukan pertemuan dengan Kepala Sekolah dan PJP SKM untuk menjelaskan sekaligus menyepakati hasil inventarisasi kondisi baik yang berkaitan dengan justifikasi ”Kondisi Nyata Saat Ini” maupun substansi ”Program Kerja Sekolah”.

Pihak sekolah diberi kesempatan untuk memberikan penjelasan terhadap hasil inventarisasi kondisi yang belum lengkap dan/atau tidak sesuai dengan persepsi sekolah. Dalam hal terdapat perbedaan pendapat yang signifikan, hendaknya sekolah dan Petugas melakukan peninjauan ulang untuk dicapai kesepakatan bersama.

2008-Direktorat Pembinaan SMA, Ditjen. Manajemen Dikdasmen 5-10

Page 6: 4a. Panduan Inventarisasi Kondisi SKM-SSN (Isi)

Panduan Invrntarisasi Kondisi Rintisan Sekolah Kategori Mandiri/Sekolah Standar Nasional (SKM/SSN)

Setelah terjadi persamaan persepsi tentang hasil inventarisasi kondisi, maka Petugas dan Kepala Sekolah menandatangani hasil tersebut dalam 4 (empat) rangkap, masing-masing untuk: Sekolah, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Dinas Pendidikan Provinsi (PUMK Peningkatan Mutu SMA Provinsi), dan Dit. Pembinaan SMA.

G. Alur Kegiatan

Bagan 1. Alur kegiatan inventarisasi kondisi rintisan SKM/SSN

H. Pelaporan

Instrumen inventarisasi kondisi dirancang sekaligus sebagai laporan Petugas Verifikasi. Oleh karena itu setelah pihak sekolah menyatakan setuju dengan hasil tersebut maka petugas menggandakan dalam 4 (empat) rangkap seperti dijelaskan pada butir F.2.c di atas.

Petugas menyerahkan hasil inventarisasi kondisi selambat-lambatnya satu minggu setelah kegiatan selesai kepada Dinas Pendidikan Provinsi setempat. Kemudian Dinas Pendidikan mengirimkan rangkuman hasil verifikasi seluruh SMA di wilayahnya, dan menyampaikan ke Direktorat Pembinaan SMA, selambat-lambatnya satu minggu setelah seluruh kegiatan inventarisasi kondisi di wilayahnya selesai, dialamatkan Kepada:

Direktur Pembinaan SMA U.p. Kasubdit PembelajaranKompleks Depdiknas, gd. B . Lantai 1, Jl. RS Fatmawati, Cipete Jakarta Selatan

2008-Direktorat Pembinaan SMA, Ditjen. Manajemen Dikdasmen 6-10

Temu AwalPengumpulan

Data dan Informasi

Pengolahan Hasil &

Penyusunan Program Kerja

Penyepakatan Hasil Invent.

Kondisi

Petugas menjelaskan maksud, tujuan, substansi dan jadwal

Sekolah

Dilakukan melalui wawancara, studi dokumen dan studi lapangan

Berdasarkan

Menyampaikan hasil kepada Kasek dan staf yang ditunjuk

Meminta tanggapan dan persetujuan dari sekolah

Menyepakati hasil

Informasi Penyusunan Prog Kerja Sekolah

Petugas menyampaikan informasi strategi dan teknik penyusunan program

Penutupan

Page 7: 4a. Panduan Inventarisasi Kondisi SKM-SSN (Isi)

Panduan Invrntarisasi Kondisi Rintisan Sekolah Kategori Mandiri/Sekolah Standar Nasional (SKM/SSN)

I. Pembiayaan

Seluruh pembiayaan kegiatan inventarisasi kondisi rintisan SKM/SSN dibebankan kepada anggaran Dinas Pendidikan Provinsi setempat sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Lampiran 1. Responden inventarisasi kondisi rintisan SKM/SSN

RESPONDEN INVENTARISASI KONDISIRINTISAN SKM/SSN DI SMA

No.

Profil Sekolah Kategori MandiriK

Wk1

Wk2

Wk3 Gr

Sw TU

KS/

YSKomponen Aspek dan Indikator

1. Standar isi dan standar kompetensi lulusan

1.1 Memiliki dokumen Kurikulum

1.2 Komponen KTSP 1.3 Penyusunan/

pengembangan silabus

2. Standar proses 2.1 Penyiapan perangkat pembelajaran

2.2 Pelaksanaan proses pembelajaran

2.3. Pengawasan proses pembelajaran

3. Standar pendidik dan tenaga kependidikan

3.1 Kualifikasi akademik tenaga pendidik

3.2 Tenaga kependidikan

4. Standar sarana dan prasarana

4.1 Ruang kelas 4.2 Ruang

perpustakaan

4.3 Laboratorium Biologi

4.4 Laboratorium Fisika 4.5 Laboratorium Kimia 4.6 Laboratorium

Komputer

4.7 Laboratorium Bahasa

4.8 Ruang pimpinan 4.9 Ruang guru 4.10 Ruang tata

usaha

4.11 Tempat beribadah

2008-Direktorat Pembinaan SMA, Ditjen. Manajemen Dikdasmen 7-10

Page 8: 4a. Panduan Inventarisasi Kondisi SKM-SSN (Isi)

Panduan Invrntarisasi Kondisi Rintisan Sekolah Kategori Mandiri/Sekolah Standar Nasional (SKM/SSN)

4.12 Ruang konseling 4.13 Ruang UKS 4.14 Ruang organisasi

kesiswaan

4.15 Jamban 4.16 Gudang 4.17 Ruang sirkulasi 4.18 Ruang bermain/

berolahraga

5. Standar pengelolaan

5.1 Perencanaan program

5.2 Pedoman pengelolaan sekolah

5.3 Struktur organisasi sekolah

5.4 Pelaksanaan kegiatan sekolah

5.5 Kesiswaan 5.6 Pengawasan 5.7 Evaluasi 5.8 Sistem informasi

manajemen

6. Standar pembiayaan

6.1 Jenis dan Sumber pembiayaan

6.2 Program pembiayaan

No.

Profil Sekolah Kategori MandiriK

Wk1

Wk2

Wk3 Gr

Sw TU

KS/

YSKomponen Aspek dan Indikator

7. Standar penilaian pendidikan

7.1 Perangkat penilaian 7.2 Pelaksanaan

penilaian

7.3 Hasil penilaian 8. Kesiapan sekolah

dan dukungan eksternal

8.1 Kesiapan

8.2 Dukungan Eksternal

Keterangan:K = Kepala SekolahWk1 = Wakil Kepala Sekolah Bidang AkademikWk2 = Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana PrasaranaWk3 = Wakil Kepala Sekolah Bidang KesiswaanGr = GuruSw = SiswaTU = Tata UsahaKS/YS = Komite Sekolah/YayasanResponden dapat dikembangkan oleh petugas sesuai dengan kepentingan aspek dan indikator

2008-Direktorat Pembinaan SMA, Ditjen. Manajemen Dikdasmen 8-10

Page 9: 4a. Panduan Inventarisasi Kondisi SKM-SSN (Isi)

Panduan Invrntarisasi Kondisi Rintisan Sekolah Kategori Mandiri/Sekolah Standar Nasional (SKM/SSN)

Lampiran 2. Contoh jadwal kegiatan inventarisasi kondisi SKM/SSN di sekolah

JADWAL INVENTARISASI KONDISI SKM/SSNSMA .................................

TANGGAL : ...... S.D ................ 2008

No. Kegiatan Hari, Tanggal Jam1. Temu awal

Menyampaikan:a. Menyampaikan maksud dan

tujuanb. Jadwal kegiatanc. Meminta pendamping

Hari 1, .......2008 07.30-08.15

2. Pengumpulan data dan informasi 8 komponen profil rintisan SKM/SSN (wawancara, studi dokumen, studi lapangan)

Hari 1, .......2008 08.15-16.00

3. Lanjutan pengumpulan data dan informasi 8 komponen profil rintisan SKM/SSN (wawancara, studi dokumen, studi lapangan)

Hari 2, .......2008 07.30-10.00

4. Pengolahan Hasil dan Perumusan Program Kerja

Hari 2, .......2008 10.00-14.00

2008-Direktorat Pembinaan SMA, Ditjen. Manajemen Dikdasmen 9-10

Page 10: 4a. Panduan Inventarisasi Kondisi SKM-SSN (Isi)

Panduan Invrntarisasi Kondisi Rintisan Sekolah Kategori Mandiri/Sekolah Standar Nasional (SKM/SSN)

5. a. Penyepakatan Hasil b. Informasi Penyusunan Program

Kerja Sekolah

Hari 2, .......2008 14.00-16.00

6. Penutupan Hari 2, .......2008 16.00-16.15

Catatan: Kegiatan, jumlah hari dan jam dapat dikembangkan lebih lanjut oleh petugas sesuai dengan situasi dan kondisi setempat

2008-Direktorat Pembinaan SMA, Ditjen. Manajemen Dikdasmen 10-10