49540825-KASUS-II-BPH-2003
-
Upload
moerdono-pambudi -
Category
Documents
-
view
6 -
download
2
description
Transcript of 49540825-KASUS-II-BPH-2003
Departemen Farmasi KlinikProgram Pendidikan Profesi Apoteker Periode 90
Universitas Airlangga
KASUS II
BENIGN PROSTAT HYPERPLASIA (BPH)
1. Tinjauan Tentang BPH
1.1 Definisi
BPH adalah pertumbuhan berlebihan dari sel-sel prostat yang tidak ganas.
Pembesaran prostat jinak akibat sel-sel prostat memperbanyak diri melebihi
kondisi normal, yang biasanya dialami laki-laki berusia diatas 50 tahun (Lee,
2006).
1.2 Tanda dan Gejala
Biasanya gejala – gejala pembesaran prostat jinak, dikenal sebagai Lower
Urinary Tract Symptoms (LUTS) dibedakan menjadi gejala iritatif dan obstruktif
(Mansjoer, 2000). Gejala yang muncul pada BPH merupakan hasil dari faktor
statik dan faktor dinamik. Fator statik terkait dengan pembesaran kelenjar prostat
secara anatomis karena stimulasi androgen terhadap jaringan epitelial dan
stimulasi estrogen pada jaringan stromal. Faktor dinamis terkait dengan
tonereseptor α-1 adrenergik yang berlebihan pada komponen stromal dari kelenjar
prostat (Lee, 2006).
Gejala iritatif yaitu sering miksi (frekuensi), terbangun untuk miksi pada
malam hari (nokturia), perasaan ingin miksi sangat mendesak (urgensi), dan nyeri
pada saat miksi (disuria) (Mansjoer, 2000).
Gejala obstruktif adalah pancaran melemah, rasa tidak puas sehabis miksi,
kalau mau miksi harus menunggu lama (hesitancy), harus mengejan (straining),
kencing terputus-putus (intermittency), dan waktu miksi memanjang yang
akhirnya menjadi retensio urin dan inkontinen karena overflow (Mansjoer, 2000).
Gejala dan tanda pada pasien yang telah lanjut penyakitnya, misalnya gagal
ginjal, dapat ditemukan uremia, peningkatan tekanan darah, denyut nadi, respirasi,
faktor uremik, perikarditis, ujung kuku yang pucat, tanda – tanda penurunan
mental serta neuropati perifer (Mansjoer, 2000).
32
Departemen Farmasi KlinikProgram Pendidikan Profesi Apoteker Periode 90
Universitas Airlangga
1.3 Klasifikasi dan Etiologi
Ada 3 macam jenis BPH berdasarkan tanda dan gejala yang muncul, yaitu
(Lee, 2006):
Mild (ringan)
Asimtomatik, kecepatan aliran urin <10 mL/detik, volume residu urin
setelah miksi > 25-50 mL, terjadi peningkatan BUN dan serum kreatinin.
Moderate (sedang)
Meliputi semua gejala pada BPH mild serta mengalami gejala obstruktif dan
iritatif pada pengosongan kandung kemih.
Severe (berat)
Meliputi semua gejala di atas dan mengalami satu atau lebih komplikasi
BPH.
Etiologi BPH belum jelas namun terdapat faktor risiko umur dan hormon
androgen. Perubahan mikroskopis pada prostat telah terjadi pada pria usia 30-40
tahun. Bila perubahan mikroskopis ini berkembang, akan terjadi perubahan
patologik anatomi yang ada pria 50 tahun angka kejadiannya sekitar 50%, usia 80
tahun sekitar 80% dan usia 90 tahun 100% (Mansjoer, 2000).
1.4 Patogenesis dan Patofisiologi
Patofisiolgi BPH secara pasti masih belum jelas, namun ada kemungkinan
karena pengaruh dari hormone dyhidrotestosterone (DHT) dan enzim 5ɑ-
reduktase tipe II (Lee, 2006).
Pathogenesis dari BPH sering dijelaskan sebagai hasil dari faktor statik dan
faktor dinamik. Faktor statik berhubungan dengan anatomi pembesaran kelenjar
prostat yang selanjutnya dapat menekan kandung kemih sehingga mengalami
obstruksi aliran urin. Pembesaran kelenjar prostat dipengaruhi oleh stimulasi
hormone androgen pada jaringan epithel dan stimulasi hormone estrogen pada
jaringan stromal di kelenjar prostat. Faktor dinamik berhubungan dengan aktivitas
enzim ɑ-adrenergik yang berlebihan pada komponen stromal di kelenjar prostat,
leher kandung kemih dan uretra posterior yang mengakibatkan kontraksi pada
kelenjar prostat sehingga mempersempit kandung kemih (Lee, 2006).
33
Departemen Farmasi KlinikProgram Pendidikan Profesi Apoteker Periode 90
Universitas Airlangga
1.5 Komplikasi
Apabila buli–buli menjadi dekompensasi, akan terjadi retensio urin. Karena
produksi urin terus berlanjut maka pada suatu saat buli – buli tidak mampu lagi
menampung urin sehingga tekanan intravesika meningkat, dapat timbul
hidroureter, hidronefrosis dan gagal ginjal. Proses kerusakan ginjal dipercepat jika
terjadi infeksi.
Karena selalu terjadi sisa urin, dapat terbentuk batu endapan dalam buli-
buli. Batu ini dapat menambah keluhan iritasi dan menimbulkan hematuria. Batu
tersebut dapat pula menimbulkan sistisis dan bila terjadi refluks dapat terjadi
pielonefritis.
Pada waktu miksi pasien harus mengejan sehingga lama kelamaan dapat
menyebabkan hernia atau hemoroid (Mansjoer, 2000 dan Lee, 2006).
34
Departemen Farmasi KlinikProgram Pendidikan Profesi Apoteker Periode 90
Universitas Airlangga
FORMAT ASUHAN KEFARMASIAN
LAPORAN KASUS
No. DMK : 1006025
Inisial Pasien : Tn. Ngl
Usia : 64 tahun
MRS : 1 Maret 2010
Berat Badan : -
Tinggi Badan :-
Alamat : Malang
Status : Jamkesmas
KRS : 15 Maret 2010
Keluhan utama :
Pasien datang dengan keluhan tidak bisa kencing sejak 4 bulan yang lalu.
Awalnya pasien merasa anyang-anyangen, merasa tidak puas di akhir kencing.
Lama-lama urin ngrembes dan berhenti. Pasien sempat masuk IRD setelah
mungkin nyeri akibat tidak bisa kencing dan tidak bisa BAB.
Diagnosis :
BPH
Riwayat Penyakit :
-
Riwayat Pengobatan :
-
Riwayat Sosial :
Alergi : -
Kopi dan makanan berlemak : -
Kepatuhan : patuh OTC : -
Merokok : merokok Obat tradisional : -
Alcohol : - Lain-lain : -
35
Departemen Farmasi KlinikProgram Pendidikan Profesi Apoteker Periode 90
Universitas Airlangga
Catatan perkembangan pasien
Tanggal Problem / Kejadian / Tindakan Klinisi1/3/2010 Pasien datang dengan keluhan tidak bisa kencing sejak 4 bulan yang lalu. Awalnya pasien merasa anyang-anyangen, merasa tidak puas di
akhir kencing. Lama-lama urin ngrembes dan berhenti. Pasien dirawat oleh dokter bedah urologi.Dilakukan pemasangan catheter pada pasien.Pasien tidak mendapatkan terapi apa pun, dokter merencanakan tindakan operasi (TAO).
2/3/2010 Pasien tidak mendapatkan terapi apa pun, dokter merencanakan menunggu acara operasi (TAO).
3/3/2010 Pasien tidak mendapatkan terapi apa pun, dokter merencanakan menunggu acara operasi (TAO).
4/3/2010 Kondisi umum pasien lemah dan kesadaran baik. Pasien mengeluh nyeri pada saluran kencing.Pasien mendapatkan terapi Parecetamol 500 mg K/P, dokter merencanakan menunggu acara operasi (TAO).Pasien dirawat bersama dengan dokter cardiologi.
5/3/2010 Pasien mendapatkan terapi dari dokter cardiologi Bisoprolol tablet 5 mg 1X1 tab, dokter merencanakan menunggu acara operasi (TAO).
6/3/2010 Terapi tetap. Dokter merencanakan menunggu acara operasi (TAO).
7/3/2010 Kondisi umum pasien lemah dan kesadaran baik.Operasi direncanakan pada tanggal 8/3/2010.
8/3/2010 Operasi tidak jadi dilaksanakan karena terdapat masalah teknis.
9/3/2010 Operasi direncanakan ulang tanggal 10/3/2010.10/3/2010 Pasien menjalani operasi TURP.11/3/2010 Infuse NS dihentikan dan tambahan terapi yang diberikan adalah Antrain (Metamizole) injeksi 1g 3X1 ampul.12/3/2010 Pasien mengalami perdarahan dan dibawa ke ruang bedah akut.13/3/2010 Pasien dibawa kembali ke ruangan 19.
14/3/2010 Kondisi umum pasien lemah dan kesadaran baik.15/3/2010 Pasien KRS.
Terapi untuk pulang Bisoprolol tablet 5 mg 1X1 tablet.Pasien pulang dengan tetap memakai catheter dan dijadwalkan control pada tanggal 18/3/2010 untuk melepas catheter.
36
Departemen Farmasi KlinikProgram Pendidikan Profesi Apoteker Periode 90
Universitas Airlangga
FORMAT ASUHAN KEFARMASIAN
LEMBAR PENGUMPUL DATA
No. DMK : 1006025
Inisial Pasien : Tn. Ngl
Umur/BB/TB : 64 tahun
Alamat : Malang
Riwayat Sosial : Jamkesmas
Keluhan utama : tidak bisa kencing
Diagnose : BPH
Riwayat Penyakit : -
Riwayat Obat : -
Kepatuhan : patuh
Merokok/Alkohol : merokok
Obat Tradisional : -
OTC : -
Profil Pengobatan Pada Saat MRS
Obat Rute Kek Frek Tanggal Pemberian Obat1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
K
R
S
Ns I.V 20 tts/mnt
T
A
O
T
A
O
T
A
O
√ √Bisoprolol P.O 5 mg 1X1 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √Paracetamol P.O 500 mg K/P √Zibac (Ceftazidin) I.V 1 g 3X1 √ √ √ √ √Ratan (Ranitidin) I.V 50 mg 2X1 √ √Actazolam P.O 1 mg 2X1 √ √Nexa (As Traneksamat) I.V 500 mg 3X1 √ √ √ √ √Ketorolac I.V 10 mg 3X1 √ √ √Antrain (Metamizole) I.V 1 g 3X1 √ √Plasmanate I.V √
Departemen Farmasi KlinikProgram Pendidikan Profesi Apoteker Periode 90
Universitas Airlangga
DATA KLINIK PASIEN Inisial pasien : Tn. Ngl
Data
Klinik
Harga
Normal
Tanggal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
TD 120/80 130/70 130/90 130/90 130/70 120/80 110/70 - 130/80 120/70 - 110/80 110/60 - - -
Nadi 80-100 60 70 70 68 70 - 88 72 - 80 - - - -
RR 20 X 20 20 20 20 20 - - 18 - - - -
Suhu 36-37,5 - - - - - -
GCS 4-5-6 4-5-6 4-5-6 4-5-6 4-5-6 4-5-6 4-5-6 - 4-5-6 4-5-6 - 4-5-6 - - - -
Keluhan Nyeri
Komentar
Semua data klinik pasien menunjukkan angka yang normal, hanya pada tanggal 4 pasien mengeluh nyeri.
Pasien BPH mengalami retensi urine akibat ketidakmampuan bladder dalam mengeluarkan urine yang dapat berakibat rasa nyeri pada
suprapubic (Lee, 2006).
38
Departemen Farmasi KlinikProgram Pendidikan Profesi Apoteker Periode 90
Universitas Airlangga
DATA LABORATORIUM Inisial Pasien : Tn. Ngl
DATA LAB NORMALTANGGAL Komentar
2 10 Sebagaian besar data laboratorium menunjukkan
nilai yang normal.
Pada tanggal 10/3/2010 terjadi peningkatan
elektrolit darah (Na dan Cl) akibat penggunaan
infus.
Leukosit (3,5-10).103/µl 9,5.103
Trombosit (150-300).103/ µl 164.103
Hemoglobin 11.0-16,5 g/dl 13Hematokrit 35-50% 2,70GDP 60-110 mg/dl 76Kreatinin 0,7-1,5 mg/dl 0,88BUN 10-50 mg/dl 24,9Albumin 3,5-5,5 4,31SGOT 10-41 U/L 31SGPT 10-41 U/L 28Na 136-145 mmol/L 136 147Cl 9,8-106 mmol/L 104 112K 3,5-5,0 mmol/L 4,81 4,5
39
Departemen Farmasi KlinikProgram Pendidikan Profesi Apoteker Periode 90
Universitas Airlangga
Analisis Profil Pengobatan
Tanggal Obat Rute Kek Frek Indikasi Pemantauan
FarmasiKomentar dan Alasan
10&12 NS I.V 20 tts/ mnt Resusitasi Cairan Pre Dan Post Operasi
kadar elektrolit darah, produksi urine
Diberikan untuk menjaga keseimbangan elektrolit pasien karena menjalani puasa sebelum dan sesudah operasi (Cheever, 2008).
5-15 Bisoprolol P.O 5 mg 1x1 Mengontrol tekanan darah pasien
Tekanan darah Bisoprolol merupakan β-bloker non selektif yang bekerja untuk menurunkan cardiac output (Neal, 2002).Bisoprolol dapat merelaksasi kandung kemih dan jaringan prostat (Anand et al, 2005).
4 Paracetamol P.O 500 mg prn Mengatasi nyeri Keadaan nyeri pada pasien
Pasien BPH mengalami retensi urine akibat ketidakmampuan bladder dalam mengeluarkan urine yang dapat berakibat rasa nyeri pada suprapubic (Lee, 2006).
10-14 Zibac (Ceftazidin) IV 1 g 3 x 1 Sebagai profilaksis pre operasi dan mencegah infeksi pasca operasi
Leukosit, LED, data klinik (suhu tubuh)
Diberikan pada pre operasi sebagai antibiotik profilaksis dan setelah operasi untuk mencegah infeksi pasca operasi akibat masuknya bakteri pathogen ke daerah yang seharusnya normal steril (Anonym, 2006).Ceftazidime merupakan antibiotik golongan Cephalosporin yang efektif pada infeksi saluran kemih (BNF-54).
10-11 Ratan (Ranitidin) IV 25mg/ml 2x1 Mencegah Stress Ulcer pada pasien dan mencegah mual/muntah.
Mual dan muntah Pasien mendapatkan anastesi pada saat operasi dengan ES mual dan muntah (BNF-54). Mual dan muntah dapat menyebabkan iritasi pada mukosa (William & Schade, 2006).
40
Departemen Farmasi KlinikProgram Pendidikan Profesi Apoteker Periode 90
Universitas Airlangga
Tanggal Obat Rute Kek Frek Indikasi Pemantauan
FarmasiKomentar dan Alasan
7&9 Actazolam (Alprazolam)
P.O 1 mg 2 x 1 Anti Anxiety Keadaan psikis pasien
Diberikan pre operasi karena dapat mengurangi efek mual dan muntah post operasi dan meningkatkan kepuasan pasien (Bauer et al, 2004).
10-14 Nexa (As Traneksamat)
IV 100 mg/ml 3 x 1 Hemostatik Luka pasca operasi Digunakan untuk mengontrol pendarahan setelah operasi/pembedahan (Martindale, 2007).Asam traneksamat bekerja melalui penghambatan fibrinolisis (BNF-54).
10-12 Ketorolac IV 1% 3 x 1 Analgesik, Antiinflamasi
Nyeri Ketorolac merupakan NSAID yang memiliki kemampuan analgesik yang lebih besar dibandingkan NSAID yang lain (Beattie, 2005).Ketorolac efektif untuk analgesik pasca operasi (BNF-54).
11&12 Antrain (Metamizole) IV 1g/2ml 3x1 Analgesik Nyeri Untuk mengatasi nyeri pasca operasi. Hanya digunakan untuk mengatasi nyeri yang tidak mampu diatasi oleh analgesik lain (Martindale, 2007).
12 Plasmanate IV Mengatasi hypovolemik akibat pendarahan
Kondisi klinis pasien, TD
Pasien mengalami pendarahan darurat pasca operasi yang ditunjukkan dengan TD rendah (110/60 mmHg).Plasmanate mengandung albumin dan sejumlah kecil globulin (Anonim, 2007).Albumin digunakan sebagai pengatur tekanan osmotik darah dan pengganti volume plasma yang hilang, misalnya pada perdarahan (Martindale, 2007).
41
Departemen Farmasi KlinikProgram Pendidikan Profesi Apoteker Periode 90
Universitas Airlangga
Asuhan Kefarmasian
Termasuk:
1. Masalah aktual & potensial terkait obat, 2. Pemantauan efek obat, 3. Pemilihan obat, 4. Efek samping obat, 5. Masalah obat
jangka panjang, 6. Kepatuhan penderita, 7.Penghentian obat, 8.Interaksi obat
OBAT PROBLEM TINDAKAN (USULAN PADA KLINISI, PERAWAT, PASIEN)
Antibiotik Pada BPH rentan terjadinya infeksi pada
saluran kemih akibat retensi urin (Lee, 2006).
Pemberian antibiotik untuk mencegah munculnya infeksi.
Bisoprolol
Penggunaan bisoprolol pada pasien BPH dapat
memeperparah gejala LUTS (Lower Urinary
Tract Symptoms) (Anand et al, 2005).
Monitoring kondisi klinis pasien.
As.
traneksamat
Asam traneksamat mempunyai efek samping
mengiritasi lambung (BNF-54 & Martindale,
2007).
Diinformasikan kepada pasien agar minum obat ini sesudah makan
untuk mencegah iritasi lambung.
42
Departemen Farmasi KlinikProgram Pendidikan Profesi Apoteker Periode 90
Universitas Airlangga
Monitoring
No. Parameter Tujuan Monitoring
1. Leukosit Adanya tindakan medis dan kondisi pasien yang sulit
BAK rentan untuk terkena infeksi, khususnya infeksi
saluran kemih.
2. BUN dan kreatinin Untuk melihat fungsi ginjal dan pada penderita
BPH rentan terjadi peningkatan BUN dan
Kreatinin akibat penurunan sekresi ginjal.
3. Tekanan darah Untuk memantau kondisi klinis pasien.
4. Efektivitas obat Untuk memastikan keberhasilan terapi yang
digunakan
5. Efek samping
yang potensial
terjadi.
Untuk memonitoring dan waspada terhadap efek
samping yang potensial terjadi pada penggunaan
obat untuk terapi pada pasien.
Konseling
Untuk obat yang dibawa pulang, Bisoprolol digunakan sehari 1 kali sesudah
makan.
Kontrol tekanan darah secara rutin.
Mengurangi kebiasaan merokok.
Menjaga kebersihan badan, terutama sesudah BAK agar tidak menimbulkan
infeksi.
Departemen Farmasi KlinikProgram Pendidikan Profesi Apoteker Periode 90
Universitas Airlangga
PEMBAHASAN
Pasien Tn. Ngl MRS dengan keluhan tidak bisa kencing. Dari hasil
anamnesa dokter diketahui bahwa pasien mengalami kesulitan BAK sejak 4 bulan
yang lalu. Awalnya pasien merasa anyang-anyangen diikuti rasa tidak puas di
akhir kencing dan akhirnya pasien tidak bisa kencing. Kondisi umum pasien saat
MRS dalam keadaan sadar baik (Compas mentis) dan kondisi klinik menunjukkan
nilai normal untuk tekanan darah (130/70 mmHg), RR normal (20 X/menit) dan
denyut nadi di bawah normal (60 X/menit). Pasien sempat masuk IRD karena
mengeluh nyeri akibat tidak bisa kencing, namun terapi yang didapatkan pasien di
IRD tidak tercatat dengan baik.
Hasil data laboratorium pada tanggal 2/3/2010 menunjukkan nilai yang
normal untuk albumin (4,31), kreatinin (0,88 mg/dl), BUN (24,9 mg/dl) serta
elektrolit darah (Na, Cl, K). Data klinik pasien juga menunjukkan nilai yang
normal untuk tekanan darah, denyut nadi dan Respiration Rate (RR). Secara
umum kondisi pasien dalam keadaan baik. Rencana terapi yang diberikan dokter
adalah operasi yang dijadwalkan pada tanggal 8/3/2010, sehingga untuk tiga hari
pertama MRS pasien tidak mendapatkan terapi apapun. Namun pada tanggal
4/3/2010 pasien mengeluh nyeri pada saluran kencing sehingga pasien diberikan
terapi Parasetamol tablet 500 mg K/P.
Pasien dirawat bersama oleh dokter bedah urologi dan cardiologi. Hasil
konsultasi kepada dokter cardiologi tidak tercatat dengan baik, namun diketahui
terapi yang diberikan oleh dokter cardiologi adalah Bisoprolol tablet 5 mg 1X1
tablet. Terapi dengan Bisoprolol ini dimulai pada tanggal 5/3/2010 hingga pasien
KRS pada tanggal 15/3/2010. Penggunaan Bisoprolol ditujukan untuk mengurangi
cardiac output pasien. Namun, penggunaan Bisoprolol pada penderita BPH dapat
memperparah gejala LUTS akibat penurunan aliran urin yang berhubungan
dengan kemampuan Bisoprolol dalam merelaksasi fungsi kandung kemih dan
merelaksasi kelenjar prostat sehingga terjadi penyempitan pada leher uretra
(Anand et al, 2005).
Pasien mendapatkan terapi Actazolam (Alprazolam) pada tanggal 7/3/2010
dan 9/3/2010. Terapi ini digunakan untuk mengatasi kecemasan pasien menjelang
44
Departemen Farmasi KlinikProgram Pendidikan Profesi Apoteker Periode 90
Universitas Airlangga
operasi. Penggunaan anti anxietas pada pasien pre operasi dapat mengurangi efek
mual dan muntah post operasi dan meningkatkan kepuasan pasien (Bauer et al,
2004). Pada awalnya pasien dijadwalkan menjalani operasi pada tanggal 8/3/2010,
namun operasi tidak jadi dilaksanakan karena ada masalah teknis, sehingga
operasi dijadwalkan ulang pada tanggal 10/3/2010.
Pasien menjalani operasi Trans Urethral Prostatectomy (TURP) pada
10/3/2010. Antibiotik profilaksis yang digunakan adalah Zibac (Ceftazidime) 2g.
Pemilihan antibiotik Ceftazidime karena antibiotik ini termasuk dalam golongan
Cephalosporin yang merupakan antibiotik yang sensitif terhadap bakteri gram
negatif pada saluran kencing (BNF-54). Medikasi prabedah yang diterima pasien
lainnya adalah Bisoprolol tablet 1X5 mg.
Setelah menjalani operasi berdasarkan instruksi dokter yang tertulis di
laporan operasi pasien mendapatkan NS Spooling 20 flash hingga kencing jernih.
Terapi setelah operasi diberikan NS infus 20 tetes/menit, Ceftazidime injeksi 1 g
3X1 ampul, Ranitidin injeksi 50 mg 2X1 ampul, Asam traneksamat injeksi 500
mg 3X1 ampul, Ketorolac injeksi 10 mg 3X1 ampul.
Ranitidin injeksi yang diterima pasien digunakan untuk mencegah terjadinya
mual dan muntah pasca operasi akibat penggunaan anastesi selama operasi. Asam
traneksamat ditujukan untuk mencegah dan mengobati pendarahan sehingga dapat
mempercepat penyembuhan luka melalui penghambatan fibrinolisis, sedangkan
ketorolac diberikan untuk mengatasi nyeri pasca operasi. Pemilihan Ketorolac
sebagai analgesik karena efektivitas Ketorolac lebih besar dibandingkan dengan
NSAID yang lain, khususnya untuk luka pasca operasi (BNF-54).
Pada tanggal 12/3/2010 pasien dibawa ke ruang bedah akut karena
mengalami pendarahan pada luka bekas operasi. Pasien mengalami hipovolemik
yang ditunjukkan dengan tekanan darah pasien di bawah normal (110/60 mmHg).
Untuk mengatasi keadaan tersebut pasien diberikan terapi Plasmanat 1 flas.
Plasmanat merupakan suatu plasma protein yang terdiri dari Albumin, Globulin
dan beta globulin yang dapat diberikan pada pasien yang mengalami hipovolemik
akibat perdarahan (Anonim, 2007). Albumin digunakan sebagai pengatur tekanan
osmotik darah dan pengganti volume plasma yang hilang, misalnya pada
perdarahan (Martindale, 2007).
45
Departemen Farmasi KlinikProgram Pendidikan Profesi Apoteker Periode 90
Universitas Airlangga
Pasien KRS pada tanggal 15/3/2010 dengan kondisi membaik, namun pasien
masih menggunakan catheter dan dijadwalkan kontrol sekaligus melepas catheter
pada 18/3/2010. Terapi yang diberikan pada saat pasien pulang hanya Bisoprolol
tablet 5 mg 1X1 tablet.
46
Departemen Farmasi KlinikProgram Pendidikan Profesi Apoteker Periode 90
Universitas Airlangga
DAFTAR PUSTAKA
Anand, J.S., Chodorowski, Z., Hajduk, A., 2005, Repeated Intensification of Lower Urinary Tract Symptoms in Patient with Benign Prostatic Hyperplasia During Bisoprolol Treatment, 1st Clinic of Internal Diseases and Acute Poisonings, Poland : Medical University of Gdansk
Anonim, 2002, AHFS Drug Information, Wisconsin : American Hospital Formulary Service.
Anonim, 2007, ISO Informasi Spesialite Obat Indonesia. Jakarta: PT. Ikrar Mandiriabadi.
Anonim, 2007, MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi. Jakarta: PT. InfoMaster.
Anonim, 2008, British National Formulary, Ed. 54. London : BMJ Publishing Group Ltd.
Anonym, 2007, Martindale: The Complete Drug Reference, London : the Pharmaceutical Press
Bauer, K.P., Dom, P.M., Ramirez, A.M., O’Flaherty, J.E., 2004, Preoperative Intravenous Midazolam : Benefit Beyond Anxiolysis, J. Clin Anesth May ; 16 (3) :177-83
Beattie, W. S., et al, 2005, Ketorolac Reduces Post Operative Myocardial Infarction : Analysis of a Prospective Acute Pain Database, American Society of Anasthetiologyst
Cheever, K.H., 2008, I.V Therapy Demystified A Self-Teaching Guide, United State : Mc Graw Hill
DiPiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G. and Posey, L.M. (Eds.), 2008. Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, 7th edition, New York: McGraw Hill Companies, Inc.
Fauci, A. S., Braunwald, E., Kasper, D. L., Hanser, S. L., Longo, D. L., Jameson, J. L., Loscalzo, J., 2005. Harrison’s Manual of Medicine, Ed.16th, USA : The McGraw- Hill Co., Inc.
Ganiswara, S.G., 2005, Farmakologi dan Terapi Edisi 4, Jakarta : FKUI.
Kaplan, S.A., 2006, Update on the American Urological Association Guidelines for the Treatment of Benign Prostatic Hyperplasia, Reviews In Urology Vol. 8 Suppl. 4.
Katzung, B.G., Parmley W.W., 2007. Drug Used in Heart Failure. In: Katzung, B.G. (Eds.). Basic and Clinical Pharmacology, 10th Edition. USA: McGraw-Hill Companies Inc.
47
Departemen Farmasi KlinikProgram Pendidikan Profesi Apoteker Periode 90
Universitas Airlangga
Lee, Mary, 2006, Management of Benign Prostatic Hyperplasia, In : DiPiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G. and Posey, L.M. (Eds.), 2008. Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, 6th edition, New York: McGraw Hill Companies, Inc.
Mansjoer, Arif, 2000, Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 jilid 1, Jakarta. Media Aesculapius FKUI.
Pagana, K.D., Pagana, T.J., 2002, Mosby’s Manual of Diagnostic and Laboratory Tests, 2nd edition. Mosby, Inc, USA
Reese, E. R., 2000, Handbook of Antibiotics, Third edition. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.
Smith, A.F., Pittaway, A.J., 2003, Premedication for Anxyety in Adult Day Surgery, Cochrane Database Syst Rev (1) : CD002192
Tatro, D.S., 2003, A to Z Drug Facts, San Fransisco, USA : Facts and Comparisons
William, D.B., Schade, R.R., 2006, Gastroesophageal Reflux Disease, In : DiPiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G. and Posey, L.M. (Eds.), 2006. Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, 6th edition, New York: McGraw Hill Companies, Inc.
48