49540825-KASUS-II-BPH-2003

26
Departemen Farmasi Klinik Program Pendidikan Profesi Apoteker Periode 90 Universitas Airlangga KASUS II BENIGN PROSTAT HYPERPLASIA (BPH) 1. Tinjauan Tentang BPH 1.1 Definisi BPH adalah pertumbuhan berlebihan dari sel-sel prostat yang tidak ganas. Pembesaran prostat jinak akibat sel-sel prostat memperbanyak diri melebihi kondisi normal, yang biasanya dialami laki-laki berusia diatas 50 tahun (Lee, 2006). 1.2 Tanda dan Gejala Biasanya gejala – gejala pembesaran prostat jinak, dikenal sebagai Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS) dibedakan menjadi gejala iritatif dan obstruktif (Mansjoer, 2000). Gejala yang muncul pada BPH merupakan hasil dari faktor statik dan faktor dinamik. Fator statik terkait dengan pembesaran kelenjar prostat secara anatomis karena stimulasi androgen terhadap jaringan epitelial dan stimulasi estrogen pada jaringan stromal. Faktor dinamis terkait dengan tonereseptor α-1 adrenergik yang berlebihan pada komponen stromal dari kelenjar prostat (Lee, 2006). Gejala iritatif yaitu sering miksi (frekuensi), terbangun untuk miksi pada malam hari (nokturia), perasaan ingin miksi sangat mendesak (urgensi), dan nyeri pada saat miksi (disuria) (Mansjoer, 2000). 32

description

lol

Transcript of 49540825-KASUS-II-BPH-2003

Page 1: 49540825-KASUS-II-BPH-2003

Departemen Farmasi KlinikProgram Pendidikan Profesi Apoteker Periode 90

Universitas Airlangga

KASUS II

BENIGN PROSTAT HYPERPLASIA (BPH)

1. Tinjauan Tentang BPH

1.1 Definisi

BPH adalah pertumbuhan berlebihan dari sel-sel prostat yang tidak ganas.

Pembesaran prostat jinak akibat sel-sel prostat memperbanyak diri melebihi

kondisi normal, yang biasanya dialami laki-laki berusia diatas 50 tahun (Lee,

2006).

1.2 Tanda dan Gejala

Biasanya gejala – gejala pembesaran prostat jinak, dikenal sebagai Lower

Urinary Tract Symptoms (LUTS) dibedakan menjadi gejala iritatif dan obstruktif

(Mansjoer, 2000). Gejala yang muncul pada BPH merupakan hasil dari faktor

statik dan faktor dinamik. Fator statik terkait dengan pembesaran kelenjar prostat

secara anatomis karena stimulasi androgen terhadap jaringan epitelial dan

stimulasi estrogen pada jaringan stromal. Faktor dinamis terkait dengan

tonereseptor α-1 adrenergik yang berlebihan pada komponen stromal dari kelenjar

prostat (Lee, 2006).

Gejala iritatif yaitu sering miksi (frekuensi), terbangun untuk miksi pada

malam hari (nokturia), perasaan ingin miksi sangat mendesak (urgensi), dan nyeri

pada saat miksi (disuria) (Mansjoer, 2000).

Gejala obstruktif adalah pancaran melemah, rasa tidak puas sehabis miksi,

kalau mau miksi harus menunggu lama (hesitancy), harus mengejan (straining),

kencing terputus-putus (intermittency), dan waktu miksi memanjang yang

akhirnya menjadi retensio urin dan inkontinen karena overflow (Mansjoer, 2000).

Gejala dan tanda pada pasien yang telah lanjut penyakitnya, misalnya gagal

ginjal, dapat ditemukan uremia, peningkatan tekanan darah, denyut nadi, respirasi,

faktor uremik, perikarditis, ujung kuku yang pucat, tanda – tanda penurunan

mental serta neuropati perifer (Mansjoer, 2000).

32

Page 2: 49540825-KASUS-II-BPH-2003

Departemen Farmasi KlinikProgram Pendidikan Profesi Apoteker Periode 90

Universitas Airlangga

1.3 Klasifikasi dan Etiologi

Ada 3 macam jenis BPH berdasarkan tanda dan gejala yang muncul, yaitu

(Lee, 2006):

Mild (ringan)

Asimtomatik, kecepatan aliran urin <10 mL/detik, volume residu urin

setelah miksi > 25-50 mL, terjadi peningkatan BUN dan serum kreatinin.

Moderate (sedang)

Meliputi semua gejala pada BPH mild serta mengalami gejala obstruktif dan

iritatif pada pengosongan kandung kemih.

Severe (berat)

Meliputi semua gejala di atas dan mengalami satu atau lebih komplikasi

BPH.

Etiologi BPH belum jelas namun terdapat faktor risiko umur dan hormon

androgen. Perubahan mikroskopis pada prostat telah terjadi pada pria usia 30-40

tahun. Bila perubahan mikroskopis ini berkembang, akan terjadi perubahan

patologik anatomi yang ada pria 50 tahun angka kejadiannya sekitar 50%, usia 80

tahun sekitar 80% dan usia 90 tahun 100% (Mansjoer, 2000).

1.4 Patogenesis dan Patofisiologi

Patofisiolgi BPH secara pasti masih belum jelas, namun ada kemungkinan

karena pengaruh dari hormone dyhidrotestosterone (DHT) dan enzim 5ɑ-

reduktase tipe II (Lee, 2006).

Pathogenesis dari BPH sering dijelaskan sebagai hasil dari faktor statik dan

faktor dinamik. Faktor statik berhubungan dengan anatomi pembesaran kelenjar

prostat yang selanjutnya dapat menekan kandung kemih sehingga mengalami

obstruksi aliran urin. Pembesaran kelenjar prostat dipengaruhi oleh stimulasi

hormone androgen pada jaringan epithel dan stimulasi hormone estrogen pada

jaringan stromal di kelenjar prostat. Faktor dinamik berhubungan dengan aktivitas

enzim ɑ-adrenergik yang berlebihan pada komponen stromal di kelenjar prostat,

leher kandung kemih dan uretra posterior yang mengakibatkan kontraksi pada

kelenjar prostat sehingga mempersempit kandung kemih (Lee, 2006).

33

Page 3: 49540825-KASUS-II-BPH-2003

Departemen Farmasi KlinikProgram Pendidikan Profesi Apoteker Periode 90

Universitas Airlangga

1.5 Komplikasi

Apabila buli–buli menjadi dekompensasi, akan terjadi retensio urin. Karena

produksi urin terus berlanjut maka pada suatu saat buli – buli tidak mampu lagi

menampung urin sehingga tekanan intravesika meningkat, dapat timbul

hidroureter, hidronefrosis dan gagal ginjal. Proses kerusakan ginjal dipercepat jika

terjadi infeksi.

Karena selalu terjadi sisa urin, dapat terbentuk batu endapan dalam buli-

buli. Batu ini dapat menambah keluhan iritasi dan menimbulkan hematuria. Batu

tersebut dapat pula menimbulkan sistisis dan bila terjadi refluks dapat terjadi

pielonefritis.

Pada waktu miksi pasien harus mengejan sehingga lama kelamaan dapat

menyebabkan hernia atau hemoroid (Mansjoer, 2000 dan Lee, 2006).

34

Page 4: 49540825-KASUS-II-BPH-2003

Departemen Farmasi KlinikProgram Pendidikan Profesi Apoteker Periode 90

Universitas Airlangga

FORMAT ASUHAN KEFARMASIAN

LAPORAN KASUS

No. DMK : 1006025

Inisial Pasien : Tn. Ngl

Usia : 64 tahun

MRS : 1 Maret 2010

Berat Badan : -

Tinggi Badan :-

Alamat : Malang

Status : Jamkesmas

KRS : 15 Maret 2010

Keluhan utama :

Pasien datang dengan keluhan tidak bisa kencing sejak 4 bulan yang lalu.

Awalnya pasien merasa anyang-anyangen, merasa tidak puas di akhir kencing.

Lama-lama urin ngrembes dan berhenti. Pasien sempat masuk IRD setelah

mungkin nyeri akibat tidak bisa kencing dan tidak bisa BAB.

Diagnosis :

BPH

Riwayat Penyakit :

-

Riwayat Pengobatan :

-

Riwayat Sosial :

Alergi : -

Kopi dan makanan berlemak : -

Kepatuhan : patuh OTC : -

Merokok : merokok Obat tradisional : -

Alcohol : - Lain-lain : -

35

Page 5: 49540825-KASUS-II-BPH-2003

Departemen Farmasi KlinikProgram Pendidikan Profesi Apoteker Periode 90

Universitas Airlangga

Catatan perkembangan pasien

Tanggal Problem / Kejadian / Tindakan Klinisi1/3/2010 Pasien datang dengan keluhan tidak bisa kencing sejak 4 bulan yang lalu. Awalnya pasien merasa anyang-anyangen, merasa tidak puas di

akhir kencing. Lama-lama urin ngrembes dan berhenti. Pasien dirawat oleh dokter bedah urologi.Dilakukan pemasangan catheter pada pasien.Pasien tidak mendapatkan terapi apa pun, dokter merencanakan tindakan operasi (TAO).

2/3/2010 Pasien tidak mendapatkan terapi apa pun, dokter merencanakan menunggu acara operasi (TAO).

3/3/2010 Pasien tidak mendapatkan terapi apa pun, dokter merencanakan menunggu acara operasi (TAO).

4/3/2010 Kondisi umum pasien lemah dan kesadaran baik. Pasien mengeluh nyeri pada saluran kencing.Pasien mendapatkan terapi Parecetamol 500 mg K/P, dokter merencanakan menunggu acara operasi (TAO).Pasien dirawat bersama dengan dokter cardiologi.

5/3/2010 Pasien mendapatkan terapi dari dokter cardiologi Bisoprolol tablet 5 mg 1X1 tab, dokter merencanakan menunggu acara operasi (TAO).

6/3/2010 Terapi tetap. Dokter merencanakan menunggu acara operasi (TAO).

7/3/2010 Kondisi umum pasien lemah dan kesadaran baik.Operasi direncanakan pada tanggal 8/3/2010.

8/3/2010 Operasi tidak jadi dilaksanakan karena terdapat masalah teknis.

9/3/2010 Operasi direncanakan ulang tanggal 10/3/2010.10/3/2010 Pasien menjalani operasi TURP.11/3/2010 Infuse NS dihentikan dan tambahan terapi yang diberikan adalah Antrain (Metamizole) injeksi 1g 3X1 ampul.12/3/2010 Pasien mengalami perdarahan dan dibawa ke ruang bedah akut.13/3/2010 Pasien dibawa kembali ke ruangan 19.

14/3/2010 Kondisi umum pasien lemah dan kesadaran baik.15/3/2010 Pasien KRS.

Terapi untuk pulang Bisoprolol tablet 5 mg 1X1 tablet.Pasien pulang dengan tetap memakai catheter dan dijadwalkan control pada tanggal 18/3/2010 untuk melepas catheter.

36

Page 6: 49540825-KASUS-II-BPH-2003

Departemen Farmasi KlinikProgram Pendidikan Profesi Apoteker Periode 90

Universitas Airlangga

FORMAT ASUHAN KEFARMASIAN

LEMBAR PENGUMPUL DATA

No. DMK : 1006025

Inisial Pasien : Tn. Ngl

Umur/BB/TB : 64 tahun

Alamat : Malang

Riwayat Sosial : Jamkesmas

Keluhan utama : tidak bisa kencing

Diagnose : BPH

Riwayat Penyakit : -

Riwayat Obat : -

Kepatuhan : patuh

Merokok/Alkohol : merokok

Obat Tradisional : -

OTC : -

Profil Pengobatan Pada Saat MRS

Obat Rute Kek Frek Tanggal Pemberian Obat1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

K

R

S

Ns I.V 20 tts/mnt

T

A

O

T

A

O

T

A

O

√ √Bisoprolol P.O 5 mg 1X1 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √Paracetamol P.O 500 mg K/P √Zibac (Ceftazidin) I.V 1 g 3X1 √ √ √ √ √Ratan (Ranitidin) I.V 50 mg 2X1 √ √Actazolam P.O 1 mg 2X1 √ √Nexa (As Traneksamat) I.V 500 mg 3X1 √ √ √ √ √Ketorolac I.V 10 mg 3X1 √ √ √Antrain (Metamizole) I.V 1 g 3X1 √ √Plasmanate I.V √

Page 7: 49540825-KASUS-II-BPH-2003

Departemen Farmasi KlinikProgram Pendidikan Profesi Apoteker Periode 90

Universitas Airlangga

DATA KLINIK PASIEN Inisial pasien : Tn. Ngl

Data

Klinik

Harga

Normal

Tanggal

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

TD 120/80 130/70 130/90 130/90 130/70 120/80 110/70 - 130/80 120/70 - 110/80 110/60 - - -

Nadi 80-100 60 70 70 68 70 - 88 72 - 80 - - - -

RR 20 X 20 20 20 20 20 - - 18 - - - -

Suhu 36-37,5 - - - - - -

GCS 4-5-6 4-5-6 4-5-6 4-5-6 4-5-6 4-5-6 4-5-6 - 4-5-6 4-5-6 - 4-5-6 - - - -

Keluhan Nyeri

Komentar

Semua data klinik pasien menunjukkan angka yang normal, hanya pada tanggal 4 pasien mengeluh nyeri.

Pasien BPH mengalami retensi urine akibat ketidakmampuan bladder dalam mengeluarkan urine yang dapat berakibat rasa nyeri pada

suprapubic (Lee, 2006).

38

Page 8: 49540825-KASUS-II-BPH-2003

Departemen Farmasi KlinikProgram Pendidikan Profesi Apoteker Periode 90

Universitas Airlangga

DATA LABORATORIUM Inisial Pasien : Tn. Ngl

DATA LAB NORMALTANGGAL Komentar

2 10 Sebagaian besar data laboratorium menunjukkan

nilai yang normal.

Pada tanggal 10/3/2010 terjadi peningkatan

elektrolit darah (Na dan Cl) akibat penggunaan

infus.

Leukosit (3,5-10).103/µl 9,5.103

Trombosit (150-300).103/ µl 164.103

Hemoglobin 11.0-16,5 g/dl 13Hematokrit 35-50% 2,70GDP 60-110 mg/dl 76Kreatinin 0,7-1,5 mg/dl 0,88BUN 10-50 mg/dl 24,9Albumin 3,5-5,5 4,31SGOT 10-41 U/L 31SGPT 10-41 U/L 28Na 136-145 mmol/L 136 147Cl 9,8-106 mmol/L 104 112K 3,5-5,0 mmol/L 4,81 4,5

39

Page 9: 49540825-KASUS-II-BPH-2003

Departemen Farmasi KlinikProgram Pendidikan Profesi Apoteker Periode 90

Universitas Airlangga

Analisis Profil Pengobatan

Tanggal Obat Rute Kek Frek Indikasi Pemantauan

FarmasiKomentar dan Alasan

10&12 NS I.V 20 tts/ mnt Resusitasi Cairan Pre Dan Post Operasi

kadar elektrolit darah, produksi urine

Diberikan untuk menjaga keseimbangan elektrolit pasien karena menjalani puasa sebelum dan sesudah operasi (Cheever, 2008).

5-15 Bisoprolol P.O 5 mg 1x1 Mengontrol tekanan darah pasien

Tekanan darah Bisoprolol merupakan β-bloker non selektif yang bekerja untuk menurunkan cardiac output (Neal, 2002).Bisoprolol dapat merelaksasi kandung kemih dan jaringan prostat (Anand et al, 2005).

4 Paracetamol P.O 500 mg prn Mengatasi nyeri Keadaan nyeri pada pasien

Pasien BPH mengalami retensi urine akibat ketidakmampuan bladder dalam mengeluarkan urine yang dapat berakibat rasa nyeri pada suprapubic (Lee, 2006).

10-14 Zibac (Ceftazidin) IV 1 g 3 x 1 Sebagai profilaksis pre operasi dan mencegah infeksi pasca operasi

Leukosit, LED, data klinik (suhu tubuh)

Diberikan pada pre operasi sebagai antibiotik profilaksis dan setelah operasi untuk mencegah infeksi pasca operasi akibat masuknya bakteri pathogen ke daerah yang seharusnya normal steril (Anonym, 2006).Ceftazidime merupakan antibiotik golongan Cephalosporin yang efektif pada infeksi saluran kemih (BNF-54).

10-11 Ratan (Ranitidin) IV 25mg/ml 2x1 Mencegah Stress Ulcer pada pasien dan mencegah mual/muntah.

Mual dan muntah Pasien mendapatkan anastesi pada saat operasi dengan ES mual dan muntah (BNF-54). Mual dan muntah dapat menyebabkan iritasi pada mukosa (William & Schade, 2006).

40

Page 10: 49540825-KASUS-II-BPH-2003

Departemen Farmasi KlinikProgram Pendidikan Profesi Apoteker Periode 90

Universitas Airlangga

Tanggal Obat Rute Kek Frek Indikasi Pemantauan

FarmasiKomentar dan Alasan

7&9 Actazolam (Alprazolam)

P.O 1 mg 2 x 1 Anti Anxiety Keadaan psikis pasien

Diberikan pre operasi karena dapat mengurangi efek mual dan muntah post operasi dan meningkatkan kepuasan pasien (Bauer et al, 2004).

10-14 Nexa (As Traneksamat)

IV 100 mg/ml 3 x 1 Hemostatik Luka pasca operasi Digunakan untuk mengontrol pendarahan setelah operasi/pembedahan (Martindale, 2007).Asam traneksamat bekerja melalui penghambatan fibrinolisis (BNF-54).

10-12 Ketorolac IV 1% 3 x 1 Analgesik, Antiinflamasi

Nyeri Ketorolac merupakan NSAID yang memiliki kemampuan analgesik yang lebih besar dibandingkan NSAID yang lain (Beattie, 2005).Ketorolac efektif untuk analgesik pasca operasi (BNF-54).

11&12 Antrain (Metamizole) IV 1g/2ml 3x1 Analgesik Nyeri Untuk mengatasi nyeri pasca operasi. Hanya digunakan untuk mengatasi nyeri yang tidak mampu diatasi oleh analgesik lain (Martindale, 2007).

12 Plasmanate IV Mengatasi hypovolemik akibat pendarahan

Kondisi klinis pasien, TD

Pasien mengalami pendarahan darurat pasca operasi yang ditunjukkan dengan TD rendah (110/60 mmHg).Plasmanate mengandung albumin dan sejumlah kecil globulin (Anonim, 2007).Albumin digunakan sebagai pengatur tekanan osmotik darah dan pengganti volume plasma yang hilang, misalnya pada perdarahan (Martindale, 2007).

41

Page 11: 49540825-KASUS-II-BPH-2003

Departemen Farmasi KlinikProgram Pendidikan Profesi Apoteker Periode 90

Universitas Airlangga

Asuhan Kefarmasian

Termasuk:

1. Masalah aktual & potensial terkait obat, 2. Pemantauan efek obat, 3. Pemilihan obat, 4. Efek samping obat, 5. Masalah obat

jangka panjang, 6. Kepatuhan penderita, 7.Penghentian obat, 8.Interaksi obat

OBAT PROBLEM TINDAKAN (USULAN PADA KLINISI, PERAWAT, PASIEN)

Antibiotik Pada BPH rentan terjadinya infeksi pada

saluran kemih akibat retensi urin (Lee, 2006).

Pemberian antibiotik untuk mencegah munculnya infeksi.

Bisoprolol

Penggunaan bisoprolol pada pasien BPH dapat

memeperparah gejala LUTS (Lower Urinary

Tract Symptoms) (Anand et al, 2005).

Monitoring kondisi klinis pasien.

As.

traneksamat

Asam traneksamat mempunyai efek samping

mengiritasi lambung (BNF-54 & Martindale,

2007).

Diinformasikan kepada pasien agar minum obat ini sesudah makan

untuk mencegah iritasi lambung.

42

Page 12: 49540825-KASUS-II-BPH-2003

Departemen Farmasi KlinikProgram Pendidikan Profesi Apoteker Periode 90

Universitas Airlangga

Monitoring

No. Parameter Tujuan Monitoring

1. Leukosit Adanya tindakan medis dan kondisi pasien yang sulit

BAK rentan untuk terkena infeksi, khususnya infeksi

saluran kemih.

2. BUN dan kreatinin Untuk melihat fungsi ginjal dan pada penderita

BPH rentan terjadi peningkatan BUN dan

Kreatinin akibat penurunan sekresi ginjal.

3. Tekanan darah Untuk memantau kondisi klinis pasien.

4. Efektivitas obat Untuk memastikan keberhasilan terapi yang

digunakan

5. Efek samping

yang potensial

terjadi.

Untuk memonitoring dan waspada terhadap efek

samping yang potensial terjadi pada penggunaan

obat untuk terapi pada pasien.

Konseling

Untuk obat yang dibawa pulang, Bisoprolol digunakan sehari 1 kali sesudah

makan.

Kontrol tekanan darah secara rutin.

Mengurangi kebiasaan merokok.

Menjaga kebersihan badan, terutama sesudah BAK agar tidak menimbulkan

infeksi.

Page 13: 49540825-KASUS-II-BPH-2003

Departemen Farmasi KlinikProgram Pendidikan Profesi Apoteker Periode 90

Universitas Airlangga

PEMBAHASAN

Pasien Tn. Ngl MRS dengan keluhan tidak bisa kencing. Dari hasil

anamnesa dokter diketahui bahwa pasien mengalami kesulitan BAK sejak 4 bulan

yang lalu. Awalnya pasien merasa anyang-anyangen diikuti rasa tidak puas di

akhir kencing dan akhirnya pasien tidak bisa kencing. Kondisi umum pasien saat

MRS dalam keadaan sadar baik (Compas mentis) dan kondisi klinik menunjukkan

nilai normal untuk tekanan darah (130/70 mmHg), RR normal (20 X/menit) dan

denyut nadi di bawah normal (60 X/menit). Pasien sempat masuk IRD karena

mengeluh nyeri akibat tidak bisa kencing, namun terapi yang didapatkan pasien di

IRD tidak tercatat dengan baik.

Hasil data laboratorium pada tanggal 2/3/2010 menunjukkan nilai yang

normal untuk albumin (4,31), kreatinin (0,88 mg/dl), BUN (24,9 mg/dl) serta

elektrolit darah (Na, Cl, K). Data klinik pasien juga menunjukkan nilai yang

normal untuk tekanan darah, denyut nadi dan Respiration Rate (RR). Secara

umum kondisi pasien dalam keadaan baik. Rencana terapi yang diberikan dokter

adalah operasi yang dijadwalkan pada tanggal 8/3/2010, sehingga untuk tiga hari

pertama MRS pasien tidak mendapatkan terapi apapun. Namun pada tanggal

4/3/2010 pasien mengeluh nyeri pada saluran kencing sehingga pasien diberikan

terapi Parasetamol tablet 500 mg K/P.

Pasien dirawat bersama oleh dokter bedah urologi dan cardiologi. Hasil

konsultasi kepada dokter cardiologi tidak tercatat dengan baik, namun diketahui

terapi yang diberikan oleh dokter cardiologi adalah Bisoprolol tablet 5 mg 1X1

tablet. Terapi dengan Bisoprolol ini dimulai pada tanggal 5/3/2010 hingga pasien

KRS pada tanggal 15/3/2010. Penggunaan Bisoprolol ditujukan untuk mengurangi

cardiac output pasien. Namun, penggunaan Bisoprolol pada penderita BPH dapat

memperparah gejala LUTS akibat penurunan aliran urin yang berhubungan

dengan kemampuan Bisoprolol dalam merelaksasi fungsi kandung kemih dan

merelaksasi kelenjar prostat sehingga terjadi penyempitan pada leher uretra

(Anand et al, 2005).

Pasien mendapatkan terapi Actazolam (Alprazolam) pada tanggal 7/3/2010

dan 9/3/2010. Terapi ini digunakan untuk mengatasi kecemasan pasien menjelang

44

Page 14: 49540825-KASUS-II-BPH-2003

Departemen Farmasi KlinikProgram Pendidikan Profesi Apoteker Periode 90

Universitas Airlangga

operasi. Penggunaan anti anxietas pada pasien pre operasi dapat mengurangi efek

mual dan muntah post operasi dan meningkatkan kepuasan pasien (Bauer et al,

2004). Pada awalnya pasien dijadwalkan menjalani operasi pada tanggal 8/3/2010,

namun operasi tidak jadi dilaksanakan karena ada masalah teknis, sehingga

operasi dijadwalkan ulang pada tanggal 10/3/2010.

Pasien menjalani operasi Trans Urethral Prostatectomy (TURP) pada

10/3/2010. Antibiotik profilaksis yang digunakan adalah Zibac (Ceftazidime) 2g.

Pemilihan antibiotik Ceftazidime karena antibiotik ini termasuk dalam golongan

Cephalosporin yang merupakan antibiotik yang sensitif terhadap bakteri gram

negatif pada saluran kencing (BNF-54). Medikasi prabedah yang diterima pasien

lainnya adalah Bisoprolol tablet 1X5 mg.

Setelah menjalani operasi berdasarkan instruksi dokter yang tertulis di

laporan operasi pasien mendapatkan NS Spooling 20 flash hingga kencing jernih.

Terapi setelah operasi diberikan NS infus 20 tetes/menit, Ceftazidime injeksi 1 g

3X1 ampul, Ranitidin injeksi 50 mg 2X1 ampul, Asam traneksamat injeksi 500

mg 3X1 ampul, Ketorolac injeksi 10 mg 3X1 ampul.

Ranitidin injeksi yang diterima pasien digunakan untuk mencegah terjadinya

mual dan muntah pasca operasi akibat penggunaan anastesi selama operasi. Asam

traneksamat ditujukan untuk mencegah dan mengobati pendarahan sehingga dapat

mempercepat penyembuhan luka melalui penghambatan fibrinolisis, sedangkan

ketorolac diberikan untuk mengatasi nyeri pasca operasi. Pemilihan Ketorolac

sebagai analgesik karena efektivitas Ketorolac lebih besar dibandingkan dengan

NSAID yang lain, khususnya untuk luka pasca operasi (BNF-54).

Pada tanggal 12/3/2010 pasien dibawa ke ruang bedah akut karena

mengalami pendarahan pada luka bekas operasi. Pasien mengalami hipovolemik

yang ditunjukkan dengan tekanan darah pasien di bawah normal (110/60 mmHg).

Untuk mengatasi keadaan tersebut pasien diberikan terapi Plasmanat 1 flas.

Plasmanat merupakan suatu plasma protein yang terdiri dari Albumin, Globulin

dan beta globulin yang dapat diberikan pada pasien yang mengalami hipovolemik

akibat perdarahan (Anonim, 2007). Albumin digunakan sebagai pengatur tekanan

osmotik darah dan pengganti volume plasma yang hilang, misalnya pada

perdarahan (Martindale, 2007).

45

Page 15: 49540825-KASUS-II-BPH-2003

Departemen Farmasi KlinikProgram Pendidikan Profesi Apoteker Periode 90

Universitas Airlangga

Pasien KRS pada tanggal 15/3/2010 dengan kondisi membaik, namun pasien

masih menggunakan catheter dan dijadwalkan kontrol sekaligus melepas catheter

pada 18/3/2010. Terapi yang diberikan pada saat pasien pulang hanya Bisoprolol

tablet 5 mg 1X1 tablet.

46

Page 16: 49540825-KASUS-II-BPH-2003

Departemen Farmasi KlinikProgram Pendidikan Profesi Apoteker Periode 90

Universitas Airlangga

DAFTAR PUSTAKA

Anand, J.S., Chodorowski, Z., Hajduk, A., 2005, Repeated Intensification of Lower Urinary Tract Symptoms in Patient with Benign Prostatic Hyperplasia During Bisoprolol Treatment, 1st Clinic of Internal Diseases and Acute Poisonings, Poland : Medical University of Gdansk

Anonim, 2002, AHFS Drug Information, Wisconsin : American Hospital Formulary Service.

Anonim, 2007, ISO Informasi Spesialite Obat Indonesia. Jakarta: PT. Ikrar Mandiriabadi.

Anonim, 2007, MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi. Jakarta: PT. InfoMaster.

Anonim, 2008, British National Formulary, Ed. 54. London : BMJ Publishing Group Ltd.

Anonym, 2007, Martindale: The Complete Drug Reference, London : the Pharmaceutical Press

Bauer, K.P., Dom, P.M., Ramirez, A.M., O’Flaherty, J.E., 2004, Preoperative Intravenous Midazolam : Benefit Beyond Anxiolysis, J. Clin Anesth May ; 16 (3) :177-83

Beattie, W. S., et al, 2005, Ketorolac Reduces Post Operative Myocardial Infarction : Analysis of a Prospective Acute Pain Database, American Society of Anasthetiologyst

Cheever, K.H., 2008, I.V Therapy Demystified A Self-Teaching Guide, United State : Mc Graw Hill

DiPiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G. and Posey, L.M. (Eds.), 2008. Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, 7th edition, New York: McGraw Hill Companies, Inc.

Fauci, A. S., Braunwald, E., Kasper, D. L., Hanser, S. L., Longo, D. L., Jameson, J. L., Loscalzo, J., 2005. Harrison’s Manual of Medicine, Ed.16th, USA : The McGraw- Hill Co., Inc.

Ganiswara, S.G., 2005, Farmakologi dan Terapi Edisi 4, Jakarta : FKUI.

Kaplan, S.A., 2006, Update on the American Urological Association Guidelines for the Treatment of Benign Prostatic Hyperplasia, Reviews In Urology Vol. 8 Suppl. 4.

Katzung, B.G., Parmley W.W., 2007. Drug Used in Heart Failure. In: Katzung, B.G. (Eds.). Basic and Clinical Pharmacology, 10th Edition. USA: McGraw-Hill Companies Inc.

47

Page 17: 49540825-KASUS-II-BPH-2003

Departemen Farmasi KlinikProgram Pendidikan Profesi Apoteker Periode 90

Universitas Airlangga

Lee, Mary, 2006, Management of Benign Prostatic Hyperplasia, In : DiPiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G. and Posey, L.M. (Eds.), 2008. Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, 6th edition, New York: McGraw Hill Companies, Inc.

Mansjoer, Arif, 2000, Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 jilid 1, Jakarta. Media Aesculapius FKUI.

Pagana, K.D., Pagana, T.J., 2002, Mosby’s Manual of Diagnostic and Laboratory Tests, 2nd edition. Mosby, Inc, USA

Reese, E. R., 2000, Handbook of Antibiotics, Third edition. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.

Smith, A.F., Pittaway, A.J., 2003, Premedication for Anxyety in Adult Day Surgery, Cochrane Database Syst Rev (1) : CD002192

Tatro, D.S., 2003, A to Z Drug Facts, San Fransisco, USA : Facts and Comparisons

William, D.B., Schade, R.R., 2006, Gastroesophageal Reflux Disease, In : DiPiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G. and Posey, L.M. (Eds.), 2006. Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach, 6th edition, New York: McGraw Hill Companies, Inc.

48