3. Portofolio Depresif-8
-
Upload
annisaa-fitriani -
Category
Documents
-
view
227 -
download
2
description
Transcript of 3. Portofolio Depresif-8
PORTOFOLIO
EPISODE DEPRESIF SEDANG
Oleh :
dr. Ardilla Danillia Savatwini
Pendamping :
dr. Nur Cholis
PROGRAM INTERSIP DOKTER INDONESIA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ARJAWINANGUN
CIREBON
2014
Nama Peserta : Ardilla Danillia SavatwiniNama Wahana : RSUD. ArjawinangunTopik : Tanggal (kasus): 27 November 2014Nama Pasien : Tn. D No. RM : Tanggal Presentasi : 17 Januari 2015 Pendamping : dr. Nur CholisTempat Presentasi : RSUD. ArjawinangunObyektif Presentasi :
Keilmuan √ Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik √ Manajemen √ Masalah Istimewa Neonatus Bayi Anak
Remaja√ Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi : Laki-laki, 18 tahun, dikeluhkan murung dan merasa bersalah, Episode Depresif Sedang.
Tujuan : Memberikan penanganan awal kepada pasien, menjelaskan penyakit dan edukasi
pada keluarga dalam menghadapi kondisi pasien.
Bahan bahasan : Tinjauan pustaka Riset Kasus √ AuditCara membahas : Diskusi Presentasi dan diskusi √ E-mail Pos
Data Pasien : Nama : Tn.D No. registrasi : Nama klinik : RSUD. Arjawinangun Telpon : Terdaftar sejak :Data utama untuk bahan diskusi:
Diagnosis/ Gambaran Klinis : Sejak 2 minggu yang lalu, pasien sering murung, melamun, dan
mengalami kesulitan tidur yang berlebihan. Keluhan muncul diawali ketika pasien
mengalami masalah di sekolah dan bertengkar dengan kakaknya.
Semenjak kejadian itu pasien sering merasa tidak berguna dan merasa bersalah pada ibunya
sehingga sering meminta maaf pada ibunya. Pasien juga merasa sedih ketika ibuya akan
pergi. Pasien sulit untuk berkonsentrasi sehingga sudah 4 hari ini tidak pergi ke sekolah.
Pasien sering merasa mudah lelah dan lebih memilih untuk berdiam diri dikamar walaupun
tidak tertidur.
Pasien jarang melakukan aktifitas sehari-hari seperti mandi, merapikan pakaian dan makan
serta minum karena nafsu makan menurun.
Semenjak kejadian ini, pasien menyangkal melihat sesuatu yang aneh dan suara-suara yang
sebenarnya tidak ada.
1. Riwayat Pengobatan : Pasien belum dibawa ke fasilitas pelayanan kesehatan manapun
2. Riwayat Kesehatan/Penyakit :
Pasien tidak memiliki riwayat Hipertensi
Pasien tidak memiliki penyakit diabetes mellitus
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit jantung
3. Riwayat Keluarga : Menurut keluarga pasien tidak ada keluarga yang mengalami penyakit
yang serupa .
4. Kondisi lingkungan sosial dan fisik/ kebiasaan pasien :
Hubungan pasien dengan keluarga masih berjalan namun hubungan pasien dengan
lingkungannya berkurang, karena pasien menjadi lebih pendiam dengan oran lain.
Tidak mengkonsumsi obat-obatan
Tidak menggunakan obat-obatan terlarang
5. Riwayat Pekerjaan : pasien masih menjadi pelajar di SMA.
Lain-lain :
Pemeriksaan fisik STATUS GENERALIS
GCS = 15 ( Eye : 4, Verbal : 5, Motorik : 6 )o Status internus
T : 110/70 mmHg N : 76 x/menit P : 22 x/menit S : 36,6°C
- Anemis (-), ikterus (-), sianosis (-)
- Toraks :
Inspeksi : simetris kiri = kanan
Palpasi : MT (-), NT (-)
Perkusi : sonor kiri = kanan
Auskultasi : BP: pekak, rhonki -/-, wheezing -/-,
BJ I/II murni reguler
Abdomen:
Inspeksi : datar, ikut gerak napas.
Auskultasi : peristaltik (+), kesan normal
Palpasi : hepar/lien tak ada pembesaran
Perkusi : tympani
Ekstermitas : dalam batas normal
o
STATUS NEUROLOGIS
Kesadaran : GCS = 15 ( E=3, V=6, M=5 )
Tanda rangsang meningeal :
Kaku kuduk : -
Brudzinski I : -
Brudzinski II : -
Brudzinski III : -
Saraf Otak :
Saraf Otak : N I hingga N XII tidak ada kelainan
Sensibilitas : t.a.k.
Motoris : t.a.k.
Refleks : Fisiologis : +/+
Patologis : -/-
STATUS PSIKIKUS Roman Muka : Sedih, Afek depresif Kontak/raport : Ada/kurang adekuat Kesadaran : Komposmentis Orientasi : Tempat, waktu dan orang tidak terganggu Perhatian : Baik Persepsi : Ilusi - , halusinasi dengar (-), halusinasi lihat (-) Ingatan : Masa kini : tidak terganggu
Masa dulu : tidak terganggu Daya ingat : tidak terganggu Paramnesia : tidak ada Hipernemsia : tidak ada
Intelegensia : Sesuai dengan tingat pendidikan Pikiran : Bentuk: Realistik
Jalan : Koheren Isi : Waham (-)
Penilaian : Norma sosial : baik Waham : (-) Wawasan penyakit : baik
Emosi : Labil Decorum : Sopan santun : cukup
Cara berpakaian : cukup Kebersihan : cukup
Kematangan Jiwa : Sesuai dengan umur Tingkah laku : Normoaktif Bicara : Relevan Pengendalian Impuls: Cukup (riwayat pengendalian impuls terganggu sebelum masuk RS)
Daya Nilai
1. Norma sosial : Cukup.
2. Uji daya nilai : Tidak Terganggu.
3. Penilaian realitas : Tidak Terganggu.
Tilikan (insight) : Derajat 6 (Pasien sadar dirinya sakit dan perlu pengobatan)
Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya.
Pemeriksaan Penunjang:
Laboratorium tidak dilakukan pemeriksaan
Radiologis
Foto thorax PA tidak dilakukan pemeriksaan
Prognosa
- Quo ad vitam : Ad bonam
- Quo ad functionam : Dubia ad bonam
Daftar Pustaka :
1. Muslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa: Ringkasan Ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta: PT.
Nuh Jaya, 2003.
2. Maslim R. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Jakarta: PT. Nuh Jaya, 2007.
3. American Psychiatric Association, 1994. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders—4th Edition (DSM-IV). American Psychiatric Association, Washington, DC.
Hasil Pembelajaran :1. Diagnosis Episode Depresif2. Gejala Episode Depresif3. Komplikasi Episode Depresif4. Tatalaksana Episode Depresif5. Edukasi kepada keluarga mengenai penyakit pasien
Rangkuman Hasil Pembelajaran
“Subyektif” :
Sejak 2 minggu yang lalu, pasien sering murung, melamun, dan mengalami kesulitan tidur
yang berlebihan. Pasien sering merasa tidak berguna, merasa bersalah pada ibunya
sehingga sering meminta maaf pada ibunya, sulit untuk berkonsentrasi sehingga sudah 4
hari ini tidak pergi ke sekolah.
Pasien sering merasa mudah lelah dan lebih memilih untuk berdiam, pasien jarang
melakukan aktifitas sehari-hari seperti mandi, merapikan pakaian dan makan serta minum
karena nafsu makan menurun. Pasien menyangkal melihat sesuatu yang aneh dan suara-
suara yang sebenarnya tidak ada.
“Objektif” :
Pasien merupakan pelajar di SMA. Pasien baru pertama kali mengalami keluhan
tersebut. Pasien belum menikah dan tinggal bersama ibunya.. Pada saat wawancara dengan
pasien didapatkan pasien cukup tenang dan. Pemeriksaan dengan pembicaraan spontan,
volume dan intonasi biasa. Afek depresif, taraf pendidikan sesuai dengan pengetahuan.
Orientasi baik, roman muka sedih, tidak terdapat gangguan persepsi halusinasi auditorik
dan visual. Tidak terdapat gangguan proses berpikir berupa waham Sikap pasien kurang
kooperatif. Pengendalian impuls cukup.
“Assessment” :
Pedoman Diagnostik :
Gejala utama (pada derajat ringan, sedang, dan berat) :
Afek depresif
Kehilangan minat dan kegembiraan, dan
Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa
lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.
Gejala lainnya :
a) Konsentrasi dan perhatian berkurang,
b) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang,
c) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna,
d) Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis,
e) Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri,
f) Tidur terganggu,
g) Nafsu makan berkurang.
Untuk episode depresif dari ketiga tingkatan keparahan tersebut diperlukan masa
sekurang-kurangnya minimal 2 minggu untuk penegakan diagnosis, akan etapi
periode lebih pendek dapatdibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan
berlangsung cepat.
Katagori diagnosis Episode depresif dibagi menjadi :
1. Episode depresif ringan
- Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti tersebut di
atas
- Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya : a) - g)
- Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya
- Lama seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu.
- Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa
dilakukan.
2. Episode depresif sedang
- Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti tersebut di
atas
- Ditambah sekurang-kurangnya 3 (sebaiknya 4) dari gejala lainnya : a) - g)
- Lama seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu.
- Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial dan urusan
rumah tangga.
3. Episode depresif berat tanpa gejala psikotik
- Semua 3 gejala utama depresi harus ada.
- Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan beberapa di antaranya
jarus berintensitas berat
- Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang
mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan
banyak gejalanya secara rinci.
- Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap episode depresif
sekurang-kurangnya 2 minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset
sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk menegakan diagnosis dalam kurun
waktu kurang dari 2 mingu.
- Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial,
pekerjaanatau urusan rumah tangga kecuali pada taraf yang sangat terbatas
4. Episode depresif berat dengan gejala psikotik
- Episode depresif berat yang memenuhi kriteria
- Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya melibatkan
ide tentang dosa, kemiskinan, atau malapetaka yang mengancam, dan pasien
merasa bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau olfatorik
biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau
daging membusuk. Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor.
Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau
tidak serasi dengan afek (mood congruent).
Pada pasien berdasarkan aloanamnesa dan heteroanamnesa didapatkan tanda-tanda
utama episode depresif diantaranya ada afek depresif dan Pasien sering merasa mudah
lelah dan lebih memilih untuk berdiam diri dikamar walaupun tidak tertidur.
Pasien mengalami kesulitan tidur, sering merasa tidak berguna dan merasa bersalah
pada ibunya sehingga sering meminta maaf pada ibunya. Pasien sulit untuk berkonsentrasi
sehingga sudah 4 hari ini tidak pergi ke sekolah. Hal ini merupakan gejala-gejala lainnya
yang terdapat pada pasien.
Pasien jarang melakukan aktifitas sehari-hari seperti mandi, merapikan pakaian dan
makan serta minum karena nafsu makan menurun.
Semenjak kejadian ini, pasien menyangkal melihat sesuatu yang aneh dan suara-suara
yang sebenarnya tidak ada.
Pada pemeriksaan status psikikus didapatkan afek depresif roman muka sedih yang
sesuai dengan kondisi pasien dan anamnesis yang dilakukan.
5. “Plan” : Diagnosis : Berdasarkan gejala klinis yang ada diagnosis mengarah pada :
Aksis I : Gangguan klinik : F32.1 Episode Depresif Sedang Diagnosis Banding : F31.3 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini
Depresif Ringan atau Sedang Kondisi lain yang menjadi fokus perhatian : Tidak ada diagnosis
Aksis II : Gangguan Kepribadian : Tidak ada diagnosis Retardasi Mental : Tidak ada diagnosis
Aksis III : Kondisi Medik Umum : Tidak ada diagnosis Aksis IV : Masalah Psikososial dan lingkungan : Masalah dengan
teman dan Masalah dengan keluarga Aksis V : Penilaian fungsi secara global (GAF Scale) : 60-51 : Gejala
sedang (moderate) disabilitas sedang
Pengobatan : Somatoterapi : Aripiprazole (Abilify) inj 1x1 (IM) extra
Aripiprazole (Abilify) 1x 0,5 mg (malam) Sertraline (Fridep) 1x 50 mg (pagi)
Psikoterapi : Terapi kognitif Terapi perilaku Terapi berorientasi-psikoanalitik Terapi keluarga
Sertaline adalah salah satu obat anti depresan golongan selective serotonin re-uptake inhibitors (SSRI). Mekanisme kerja obat anti depresi ini yakni menghambat reuptake aminergic neurotransmitter dan menghambat penghancuran oleh enzim monoamine oxidase. Sedangkan aripiprzole adalah obat antipsikosis atipikal disamping berafinitas terhadap dopamine d2 reseptors juga terhadap serotonin 5 HT2 receptors, sehingga efektif untuk gejala negatif seperti gangguan perasaan, gangguan hubungan sosial, gangguan proses pikir, prilaku yang sanat terbatas dan cenderung menyendiri. Digunakan bersaman dengan obat anti deprsi.
Pendidikan : Edukasi kepada keluarga pasien mengenai penyakit pasien dan pentingnya dukungan keluarga untuk kesembuhan pasien
Konsultasi : Diperlukan konsultasi ke dokter spesialis jiwa
Rujukan : Belum diperlukan.
Kontrol:
Kegiatan Periode Hasil yang Diharapkan
Kontrol Saat obat habis Keluhan yang dialami pasien berkurang
Nasihat Saat kunjungan Mengetahui apakah gejala pasien sudah berkurang, apakah pasien sudah mampu beraktivitas sebagaimana mestinya