depresif pd ca mammae.pdf
-
Upload
sherlindewardana -
Category
Documents
-
view
31 -
download
5
Transcript of depresif pd ca mammae.pdf
SINDROM DEPRESIF PADA PENDERITA KANKER PAYUDARA
TESIS
Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Untuk Mencapai Keahlian
Dalam Bidang Ilmu Kedokteran Jiwa pada Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
OLEH : MUSTAFA MAHMUD AMIN
DEPARTEMEN PSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
MEI 2008
Sebuah Karya Hak Cipta Dilarang Mengutip Bagian dari Tesis Ini Tanpa Seizin Penulis
Mustafa Mahmud Amin : Sindrom Depresif Pada Penderita Kanker Payudara, 2008 USU e-Repository © 2008
1
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Merupakan suatu hal yang umum untuk dipercayai bahwa depresi
bisa mengakibatkan penyakit semakin parah. Apakah hal tersebut berlaku
untuk kanker? Seberapa buruk yang bisa terjadi? Suatu instrumen yang
digunakan untuk investigasi manifestasi depresif, Beck Depression
Inventory atau BDI, adalah suatu kuesioner yang selalu digunakan dalam
studi-studi psikologi klinis dan psikiatri. Tes tersebut juga sudah divalidasi
untuk penderita-penderita non psikiatrik, termasuk penderita-penderita
kanker, telah menjadi standar di kelasnya. Kuesioner tersebut juga telah
digunakan dengan sukses untuk penderita-penderita kanker.1 Ancaman
untuk hidup sehat seseorang yang berakhir dalam ketakutan dan disforia
bisa bermanifestasi sebagai gangguan ansietas dan/atau depresif, yang
merupakan gangguan psikiatrik yang paling sering dalam kasus-kasus
kanker.2 Telah dipikirkan bahwa depresi merupakan tipe gangguan
mental yang paling sering. Van’t Spijker menganggap bahwa depresi
adalah satu-satunya perubahan psikologis yang berhubungan dengan
kanker. Walaupun demikian, dokter-dokter sering sekali meremehkan
level depresi pada penderita-penderita ini.1 Ide bahwa depresi merupakan
faktor etiologik dalam perkembangan kanker telah tersebar luas dalam
populasi umum dan diantara profesional kesehatan. Hipotesis yang
berlaku untuk hubungan tersebut adalah depresi mengganggu fungsi
imun, yang kemudian mempredisposisi seseorang ke awal atau progresi
penyakit neoplastik.3 Depresi muncul di sekitar 7% dari populasi umum,
lebih sering pada wanita dan lanjut usia. Bagaimanapun, diantara mereka
yang menderita kanker, prevalensi depresi lebih tinggi secara signifikan,
walaupun angkanya bervariasi luas antara satu penelitian dengan
penelitian lainnya.4 Perkiraan bahwa prevalensi depresi sedang hingga
berat pada penderita-penderita kanker rawat inap berkisar dari 17%
hingga 25%. Bagaimanapun, adalah sulit untuk mendeteksi depresi pada
pasien kanker karena kriteria depresi berat termasuk tanda dan gejala
yang bisa berhubungan dengan penyakit fisik penderitanya (misalnya,
2
nafsu makan yang menurun, penurunan berat badan, insomnia, hilangnya
minat, hilangnya energi, kelelahan, dan preokupasi somatik).5 Depresi
yang tidak terdiagnosis dalam populasi ini lebih jauh dikonfirmasikan oleh
laporan Levine et al, yang menyebutkan bahwa lebih sedikit penderita
kanker yang dirujuk ke konsultasi psikiatrik daripada yang bisa
diharapkan dari prevalensi ganguan mental di populasi ini.5 Evans et al
yang melakukan uji neuroendokrin putatif (dexamethasone suppresion
test) untuk depresi berat terhadap 47 orang penderita kanker rawat inap
dan menjumpai hasil bahwa 15 orang memenuhi kriteria depresi berat.5
Kanker payudara merupakan kanker paling umum dan penyebab paling
umum kedua akibat kanker pada wanita. Karena frekuensi yang tinggi
dari penyakitnya dan nilai estetik dan simbolik yang tersimpan dalam
payudara, kanker payudara selalu menjadi sumber distres yang berat
untuk pasien dan keluarganya. Untuk alasan yang sama, penelitian
mengenai kanker payudara telah meningkat secara dramatis selama dua
dekade terakhir, yang menghasilkan kemajuan yang sangat pesat dalam
pemahaman kita terhadap penyakitnya dan pada pengobatan yang baru,
lebih efisien dan kurang toksik.6 Pada studi yang dilakukan oleh Ell et al
tentang prevalensi depresi diantara wanita-wanita yang memiliki
pendapatan rendah, dan etnik minoritas dengan kanker payudara dan
ginekologik, yang jumlahnya 472 orang, mereka menjumpai hasil bahwa
114 orang wanita (24%) memenuhi kriteria gangguan depresif berat. Dari
wanita-wanita yang menderita gangguan depresif berat, 71 orang (62%)
memiliki nilai dalam kisaran sedang [Patient’s Health Questionnaire
(PHQ)-9, 10-14] dan 43 orang (38%) memperoleh nilai berat (PHQ-9, 15-
27) dan 23 orang (20%) memiliki ide bunuh diri.7 Pada studi yang
dilakukan oleh Payne et al terhadap 275 orang wanita penderita kanker
payudara didapati mean standar deviasi skor Hospital Anxiety and
Depression Scale (HADS) adalah 9,6 (SD 6,4). Pada sub skala
ansietasnya mean standar deviasi skornya adalah 6,2 (SD 4,1), dan
mean standar deviasi skor depresinya adalah 3,4 (SD 3,2) walaupun tidak
ada perbedaan antara situs pada total nilai HADS dan skor ansietas,
anggota staf psikiatri melaporkan skor depresi yang lebih tinggi.8 Hjerl et
al yang melakukan studi pada 10.382 orang wanita penderita kanker
payudara stadium awal menjumpai bahwa terdapat depresi pra operasi
3
pada 291 orang penderita kanker payudara yang terbagi atas 8 orang
menderita depresi bipolar, 76 orang menderita depresi unipolar, 43 orang
depresi reaktif, 52 orang menderita distimia, 112 orang menderita
ansietas, dan 182 orang menderita depresi pasca operasi. Studi yang
sama pada 10.221 orang wanita penderita kanker payudara stadium
lanjut menjumpai bahwa 284 orang menderita depresi pra operasi yang
terbagi atas 14 orang menderita depresi bipolar, 56 orang menderita
depresi unipolar, 46 orang menderita depresi reaktif, 55 orang menderita
distimia, 113 orang menderita ansietas, dan 112 orang menderita depresi
pasca operasi.9 Sedangkan studi yang dilakukan oleh Burgess et al pada
222 orang wanita penderita kanker payudara yang dilakukan selama 5
tahun, 170 orang berhasil menyelesaikan studi sampai akhir dimana 50%
penderita memiliki depresi, ansietas, atau keduanya dalam tahun pertama
setelah didiagnosis kanker payudara, 25% pada tahun kedua, ketiga, dan
keempat setelah diagnosis kanker payudara, dan 15% pada tahun kelima
setelah diagnosis kanker payudara.10 Dalam studi prospektif pada 160
orang wanita yang menunggu bedah payudara, Morris et al menjumpai
prevalensi depresi 22% pada wanita yang akan mendapatkan mastektomi
untuk kanker payudara.11 Meyer dan Asperger menjumpai angka 30%
untuk simtom-simtom ansietas atau depresi terhadap 58 orang wanita
yang bisa berjalan dan telah 5 tahun pasca pengobatan kanker
payudara.11 Maraste et al menjumpai level yang rendah dari depresi
(1,5%) tapi level yang lebih tinggi dari ansietas (14%) pada 133 orang
pasien kanker payudara yang bisa berjalan yang mendapatkan
radioterapi setelah mastektomi atau lumpektomi.11 Kontras dengan hal
tersebut, pada suatu studi terhadap 123 orang wanita penderita kanker
payudara, Lasry et al menjumpai prevalensi depresi yang lebih tinggi
(50% pada mastektomi, 50% pada lumpektomi dengan radiasi versus
41% pada lumpektomi saja).11 Maguire et al menjumpai 26% depresi
sedang hingga berat diantara wanita yang mendapat mastektomi
dibandingkan dengan prevalensi depresi 12% pada wanita dengan
penyakit jinak.11 Grandi et al melaporkan prevalensi depresi 22% pasca
lumpektomi pada pasien kanker payudara rawat inap stadium II atau III.11
Hal yang sama, Fallowfield et al menjumpai prevalensi 21% dari depresi
berat pada wanita yang mendapat mastektomi dan prevalensi 19%
4
depresi bagi yang mendapat lumpektomi.11 Goldberg et al menjumpai
prevalensi depresi 32 % pada 166 wanita yang dijadwalkan untuk
pembedahan payudara yang mengungkapkan kanker dibandingkan
dengan prevalensi depresi 24% pada 156 wanita yang dijumpai
menderita penyakit jinak saat biopsi payudara. Wanita dengan kanker
payudara secara signifikan kurang depresi (21% depresi) saat diikuti
selama 1 tahun.11 Dengan menggunakan Diagnostic Interview Schedule,
Center for Epidemiology Self-report Depression Scale (CES-D), dan
Hopkins Symptoms Checklist, Sneeuw et al menjumpai prevalensi
depresi berat 4,5% diantara 556 orang pasien kanker payudara stadium I
dan II, dimana 215 orang diobati dengan mastektomi radikal dan 341
orang diobati dengan terapi breast-conserving.11 Kanker payudara adalah
kanker yang paling banyak diteliti dalam kaitan efek psikososialnya, dan
tidak mengejutkan, banyak studi tentang prevalensi depresi pada kanker
merupakan studi-studi wanita dengan kanker payudara.11 Prevalensi yang
dilaporkan berkisar antara 1,5 – 46%11, 3 – 55%12, dan 1,5 – 57%13.
I.2. Rumusan Masalah Apakah terdapat sindrom depresif pada penderita kanker payudara?
Apakah sindrom depresif pada penderita kanker payudara berbeda
berdasarkan kelompok umur?
Apakah sindrom depresif pada penderita kanker payudara berbeda
berdasarkan pendidikan?
Apakah sindrom depresif pada penderita kanker payudara berbeda
berdasarkan status perkawinan?
Apakah sindrom depresif pada penderita kanker payudara berbeda
berdasarkan suku?
Apakah sindrom depresif pada penderita kanker payudara berbeda
berdasarkan pekerjaan?
Apakah sindrom depresif pada penderita kanker payudara berbeda
berdasarkan pendapatan?
Apakah sindrom depresif pada penderita kanker payudara berbeda
berdasarkan stadium klinis penyakit kankernya?
5
I.3. Hipotesis Terdapat sindrom depresif pada penderita kanker payudara
Terdapat perbedaan sindrom depresif pada penderita kanker payudara
berdasarkan kelompok umur
Terdapat perbedaan sindrom depresif pada penderita kanker payudara
berdasarkan pendidikan
Terdapat perbedaan sindrom depresif pada penderita kanker payudara
berdasarkan status perkawinan
Terdapat perbedaan sindrom depresif pada penderita kanker payudara
berdasarkan suku
Terdapat perbedaan sindrom depresif pada penderita kanker payudara
berdasarkan pekerjaan
Terdapat perbedaan sindrom depresif pada penderita kanker payudara
berdasarkan pendapatan
Terdapat perbedaan sindrom depresif pada penderita kanker payudara
berdasarkan stadium klinis penyakit kankernya
6
BAB II TUJUAN PENELITIAN
II.1. Tujuan Penelitian
Tujuan umum
Untuk mengetahui level sindrom depresif pada penderita-penderita
kanker payudara dengan menggunakan kuesioner BDI
Tujuan khusus
1. Mengetahui apakah sindrom depresif pada penderita kanker payudara
berbeda berdasarkan kelompok umur
2. Mengetahui apakah sindrom depresif pada penderita kanker payudara
berbeda berdasarkan pendidikan
3. Mengetahui apakah sindrom depresif pada penderita kanker payudara
berbeda berdasarkan status perkawinan
4. Mengetahui apakah sindrom depresif pada penderita kanker payudara
berbeda berdasarkan suku
5. Mengetahui apakah sindrom depresif pada penderita kanker payudara
berbeda berdasarkan pekerjaan
6. Mengetahui apakah sindrom depresif pada penderita kanker payudara
berbeda berdasarkan pendapatan
7. Mengetahui apakah sindrom depresif pada penderita kanker payudara
berbeda berdasarkan stadium klinis penyakit kankernya
8. Agar penderita-penderita kanker payudara yang sudah memiliki sindrom
depresif dapat dirujuk ke Departemen Psikiatri untuk mendapatkan
penilaian dan perawatan lebih lanjut
II.2. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai level sindrom depresif pada penderita-penderita kanker
payudara, sehingga penderita-penderita kanker payudara bisa
mendapatkan perawatan yang lebih adekuat tidak hanya untuk kankernya
saja tapi juga untuk sindrom depresifnya. Hasil penelitian ini juga dapat
dilanjutkan untuk bahan penelitian lanjutan yang sejenis atau penelitian
lain yang memakai penelitian ini sebagai bahan acuannya.
7
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
III.1. Depresi Dalam psikiatri, depresi menunjukkan ke suatu sindrom klinis yang terdiri
sifat mood yang menurun (perasaan sedih yang menyakitkan), kesulitan dalam
berpikir, dan retardasi psikomotor.14
Gangguan depresif berat dan simtom-simtom depresif sering muncul
pada penderita-penderita dengan kanker. Walaupun dengan menggunakan
pengukuran yang distandarisasi, terdapat suatu kisaran yang luas terhadap
insidensi dan prevalensi yang dilaporkan. Dari literatur-literatur, angka prevalensi
sekitar 10% hingga 25% untuk gangguan depresif berat dan kisaran yang sama
untuk simtom-simtom depresif yang signifikan secara klinik tanpa memperhatikan
diagnosis psikiatrik.15 Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa di
Indonesia menjumpai bahwa 94 % penduduk Indonesia mengidap depresi mulai
dari tingkat berat hingga ringan.16 Umur onset untuk gangguan depresif berat
sekitar 40 tahun, dengan 50% dari seluruh penderita memiliki onset antara usia
20 hingga 50 tahun. Gangguan depresif berat juga bisa muncul pada masa anak
atau usia tua.17
Maguire melaporkan bahwa sampai 80% dari kondisi psikologis dan
psikiatrik dari penderita kanker tidak terdeteksi. Halangan-halangan untuk
mengidentifikasi depresi pada penderita kanker termasuk hal-hal berikut ini :
tidak ada laporan oleh penderita kanker; ketidakmampuan dokter mengenali
depresi pada kanker; baik penderita maupun pasien menganggap depresi
sebagai sesuatu hal yang ‘sesuai’; kesulitan untuk membedakan depresi dengan
kondisi psikologis lainnya; tanda dan gejala yang menyertai kanker; dan
ketakutan terhadap stigmata gangguan psikiatrik.18
Terdapat beberapa alasan mengapa depresi dan ansietas tidak
terdiagnosis pada penderita kanker yaitu : kurangnya waktu selama kunjungan
kantor, misinterpretasi dari depresi dan ansietas sebagai reaksi “normal”,
simtom-simtom depresi dan ansietas yang berhubungan kepada kanker, fokus
kepada masalah-masalah medis, dan ketiadaan terapeutik.19
Sedangkan beberapa faktor risiko untuk terjadinya ansietas dan depresi
pada penderita kanker adalah : gangguan mental organik, simtom-simtom fisik
yang kurang terkontrol, kurangnya komunikasi antara staf dan penderita, riwayat
8
terdahulu dari gangguan mood, dan kurangnya dukungan keluarga dan teman-
teman.19
Simtom-simtom depresif pada penderita-penderita kanker bisa
merupakan keberadaan koinsidental, simtom dari suatu gangguan medis, atau
suatu reaksi fungsional. Beberapa peneliti berusaha untuk membedakan simtom-
simtom utama dari depresi berat pada penderita-penderita dengan penyakit
medis, karena tanda-tanda vegetatifnya lebih sering karena penyakitnya.
Pendekatan inklusif menjumlahkan semua simtom dengan tidak memperdulikan
etiologinya. Pendekatan etiologik menjumlahkannya bila simtom-simtom tersebut
tidak berhubungan dengan penyakit fisik. Pendekatan substitutif memindahkan
kriteria somatik dengan kriteria kognitif. Pendekatan eksklusif menggunakan
kriteria non somatik yang paling ketat. Hal ini menjelaskan perbedaan yang
mencapai empat hingga sepuluh kali dalam insidensi yang dilaporkan. Skala-
skala, seperti skala Hamilton Depression (HAMD) atau Beck Depression
Inventory (BDI) berguna untuk kegunaan skrining tapi tidak untuk
membedakan.20 Beberapa studi menunjukkan bahwa alat skrining tunggal terbaik
untuk depresi pada penderita kanker adalah dengan menanyakan kepada
penderita secara sederhana, “Apakah anda merasa tertekan?“ Jika penderita
menjawab “Ya,“ maka investigasi yang lebih lengkap diperlukan.4
Depresi berkembang pada mereka yang menderita kanker dalam
hubungannya dengan penyakit medis itu sendiri, terhadap faktor-faktor yang
berhubungan dengan penatalaksanaan itu sendiri, dan sifat seseorang.
Frekuensi depresi berhubungan dengan tipe kanker. Keparahan dari penyakit
juga merupakan faktor prediktif, dengan penyakit metastatik mengarah kepada
angka yang lebih tinggi dari depresi dibandingkan dengan kanker yang dideteksi
pada stadium dini. Keberadaan atau ketiadaan dukungan sosial dan kemampuan
seseorang untuk mengatasi masalah juga berkontribusi untuk berkembangnya
depresi pada penderita-penderita kanker. Masalah-masalah personal, termasuk
status perkawinan, keluarga yang mendukung, stabilitas finansial, keterlibatan
dengan agama, dan edukasi, berkontribusi terhadap angka kejadian depresi.
Riwayat penyalahgunaan zat, riwayat masa lalu dan sekarang dari gangguan
depresif berat, atau keberadaan penyakit medis/psikiatrik lainnya meningkatkan
risiko untuk berkembangnya depresi pada populasi ini. Akhirnya, umur pasien
dan keparahan penyakit secara terbalik berhubungan dengan penyesuaian
psikologis dan pola mengatasi masalah dengan positif.4
9
Walaupun tidak ada hubungan kausal yang jelas antara menderita kanker
dan berkembangnya depresi, beberapa faktor biologis telah dihubungkan.4
Diantara etiologi dari gangguan mood pada penderita-penderita kanker adalah
obat-obatan, efek tumor, kondisi medis yang berhubungan, insomnia, nyeri yang
tidak terkontrol, gangguan penyesuaian, respon stres akut, gangguan stres
pasca trauma, dan lain-lain.20 Penelitian-penelitian tentang psikoneuroimunologik
telah mulai menginvestigasi faktor-faktor biologis yang mendasarinya (termasuk
perubahan pada kortisol, IL-6, dan aktivitas sel natural killer pada keadaan
inflamasi yang kronik seperti kanker. Bukti-bukti menganjurkan bahwa stres
kronik dan depresi bisa mengarah kepada aktivasi aksis hipotalamik-pituitari-
adrenal, yang akhirnya menimbulkan pelepasan mediator-mediator yang
menekan respon imun normal. Pada kanker yang berhubungan dengan virus, hal
ini bisa memulai dan mengembangkan penyakitnya.4
Bagian yang paling penting dari penilaian depresi adalah untuk
memastikan apakah penderita kesakitan; seringnya, ketika rasa nyeri secara
adekuat diketahui dan ditatalaksanai, mood penderita akan mengalami perbaikan
secara dramatis.4
Gambaran klinis untuk penderita-penderita kanker yang menderita
depresi adalah dijumpainya perasaan yang tidak berharga dan merasa bersalah
berlebihan merupakan perbedaan yang nyata antara kesedihan normal dan
depresi berat. Walaupun sering pada penderita-penderita kanker, simtom-simtom
tersebut ringan dan kadang-kadang, dan penderita biasanya mempertahankan
percaya dirinya. Penderita-penderita depresi, kontrasnya, mengalami perasaan
membenci diri sendiri yang hebat. Hal yang sama, pikiran berulang tentang
kematian umum pada penderita-penderita kanker, tapi mereka tidak memiliki
intensitas morbid dan hasrat yang karakteristik untuk penderita-penderita
depresi. Hendaya kognitif juga merupakan pembedaan yang berguna, walaupun
seseorang harus mempertimbangkan keadaan ansietas dan delirium, ketika hal
tersebut menyolok. Kriteria lain – perubahan nafsu makan, perubahan pola tidur,
kelelahan, dan hilangnya energi – masih bisa dipergunakan untuk mendiagnosis
penderita kanker yang secara fisik baik, walaupun harus selalu diingat bahwa
pasca kemoterapi dan terapi radiasi, kelelahan dan gangguan vegetatif lainnya
berlanjut untuk waktu yang lama.20
Dokter selalu berpikir bahwa mengalami depresi sebagai respon terhadap
diagnosis kanker adalah normal. Merasa sedih dan tertekan adalah suatu reaksi
10
yang dapat dimengerti untuk mempelajari bahwa seseorang menderita kanker,
sebagaimana perasaan ini dihubungkan dengan perasaan kehilangan yang
menyertai diagnosis kanker. Sebagaimana proses dukacita lainnya, emosi ini
bisa berlangsung selama berhari-hari hingga berminggu-minggu tapi sebagian
besar akan menghilang dengan dukungan keluarga, teman-teman, dan dokter
yang memperhatikan keadaannya. Adalah penting untuk diketahui, bahwa
periode kehilangan dan dukacita ini tidak dikarakteristikkan oleh anhedonia,
perasaan putus asa yang mengarah kepada penolakan penatalaksanaan atau
isolasi sosial, atau ide bunuh diri, sebagaimana gangguan depresif berat. Bila
“perasaan sedih“ bisa merupakan respon yang umum karena menderita kanker,
sindrom gangguan depresif berat tidak pernah dianggap normal. Hal ini adalah
perbedaan yang paling penting yang harus dibuat; jika penderita menderita
gangguan depresif berat, maka ianya harus ditatalaksanai.4
Konsekuensi psikologis dari kanker sama dengan penyakit fisik serius
lainnya, yaitu21 :
Penundaan dalam mencari pertolongan medik karena takut dan
penyangkalan
Respon terhadap diagnosis yang bisa merupakan ansietas, syok, marah,
tidak percaya atau depresi. Kadang-kadang responnya cukup berat untuk
memenuhi kriteria gangguan psikiatrik, biasanya gangguan penyesuaian atau
kadang-kadang gangguan depresif. Dijumpai peningkatan risiko bunuh diri
Konsekuensi selanjutnya depresi berat muncul sepanjang perjalanan kanker
yang mempengaruhi 10-20% penderita-penderita dan kelihatan lebih sering
pada penderita-penderita yang menderita nyeri. Angkanya sama terhadap
penderita penyakit fisik lainnya
Progresi dan berulangnya kanker juga sering dihubungkan dengan
peningkatan gangguan psikiatrik, yang bisa merupakan hasil dari
memburuknya simtom-simtom fisik seperti nyeri dan nausea, takut sekarat,
atau dari perkembangan sindrom psikiatrik organik
Delirium dan demensia bisa muncul dari metastasis otak, yang seringnya
berasal dari karsinoma paru, tapi juga dari tumor payudara dan saluran
pencernaan, dan dari melanoma. Jarang metastasis otak menghasilkan
simtom-simtom psikiatrik sebelum lesi primernya ditemukan
Masalah neuropsikiatrik (sindrom para-neuroplastik) kadang-kadang
disebabkan oleh beberapa jenis kanker yang tidak ada metastasis,
11
khususnya karsinoma paru, ovari, payudara, lambung dan limfoma Hodgkin.
Etiologinya dipikirkan sebagai suatu respon autoimun terhadap tumor.
Ketika sudah ditentukan bahwa seorang pasien menderita depresi, klinisi
harus memutuskan bagaimana menatalaksanai penderita tersebut. Pengalaman
klinis mendukung pemilihan penatalaksanaan baik secara psikologik dan
farmakologik; bagaimanapun, bukti yang berdasarkan penelitian masih terus
dikembangkan. Studi belakangan ini menunjukkan bahwa kelompok pendukung
sering diikuti oleh penderita yang selamat dari kanker (1 dari 4 penderita yang
selamat dari kanker), khususnya wanita dengan depresi dan ansietas. Telah ada
bentuk-bentuk yang berbeda dari dukungan psikososial dan terapi; termasuk di
dalamnya psikoedukasi, terapi perilaku kognitif, terapi suportif, dan terapi
individual, masing-masingnya bisa lebih berguna tergantung stadium penyakit
dan siapnya individu serta keadaannya. Bila psikoterapi bisa menjadi
penatalaksanaan yang efektif untuk depresi pada penderita kanker,
farmakoterapi seringnya diperlukan, sebagaimana penderita-penderita penyakit
terminal sering tidak bisa berpartisipasi dalam psikoterapi. Jadi, penting untuk
dokter utama yang merawatnya untuk mengerti dasar-dasar psikofarmakologi,
khususnya dalam hubungan dengan penyakit medis. Pertama, dan terutama,
penatalaksanaannya harus menawarkan lebih banyak keuntungan daripada
membahayakan penderita. Antidepresan spesifik yang dipilih biasanya
berdasarkan profil efek sampingnya; secara umum, antidepresan yang terbaru,
termasuk selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) dan antidepresan yang
bekerja campuran, memiliki efek samping dan interaksi obat yang lebih sedikit
daripada antidepresan trisiklik dan monoamine oxidase inhibitors (MAOIs).
SSRIs dan antidepresan yang bekerja campuran jadinya dipertimbangkan
menjadi lini pertama penatalaksanaan untuk depresi pada penderita kanker.4
Tidak banyak studi-studi randomized double-blind controlled terhadap
penggunaan antidepresan pada penderita-penderita kanker.20 Walaupun tidak
semua studi-studi farmakologik menunjukkan keuntungan untuk depresi pada
penderita-penderita kanker, semua studi yang menggunakan antidepresan dan
mengkonfirmasikan ke praktik untuk uji antidepresan menunjukkan hasil yang
baik. Karena antidepresan secara tipikal bisa mangambil waktu empat hingga
enam minggu untuk efek penuhnya, studi-studi tentang antidepresan dibawah
lima minggu cenderung menunjukkan keuntungan yang kurang.16 Selective
serotonin Reuptake Inhibitors telah menjadi obat lini pertama, khususnya
12
sertralin (Zoloft), paroksetin, dan belakangan ini sitalopram (Celexa) dan
enansiomernya (the enantiomer) esitalopram (Lexapro).20 Indikasi untuk medikasi
antidepresan termasuk mood yang menurun selama 2-4 minggu dimana
gangguan moodnya secara signifikan telah lebih besar (baik secara kuantitatif
dan kualitatif) dibandingkan periode dimana penderita mengalami variasi mood
normal; penderita tidak bisa mengalihkan dirinya dari mood depresi ini; dan
penderita mengeluhkan sedikitnya empat simtom lainnya termasuk bangun pagi
yang lebih cepat atau berulang, iritabilitas, hendaya konsentrasi dan perhatian,
kegelisahan dan retardasi, hilangnya energi, penarikan diri secara sosial, ideasi
negatif, ideasi bunuh diri, variasi mood diurnal, hilangnya nafsu makan atau berat
badan, dan konstipasi.22
Perasaan dukacita, kesedihan, ansietas, ketidakpercayaan, dan takut
adalah umum pada penderita kanker; beberapa perasaan tersebut
dipertimbangkan sebagai reaksi normal terhadap kejadian yang sangat menekan
dan akan membaik seiring waktu dengan dukungan yang adekuat. Komunikasi
yang efektif antara penderita dan klinisi adalah penting untuk membantu
meredakan distres tersebut. Sementara bisa menjadi hal yang sulit untuk dokter
menginterpretasikan apakah perubahan nafsu makan, tidur, atau berat badan
merupakan sekunder terhadap kanker atau mewakili depresi yang
mendasarinya, ketika penderita menjadi anhedonic, terisolasi secara sosial, atau
putus asa sehingga mereka menolak penatalaksanaan atau bunuh diri, klinisi
harus memperkirakan gangguan depresif berat. Depresi bisa mengurangi
kualitas hidup, mengurangi kepatuhan dalam penatalaksanaan, dan
meningkatkan risiko mortalitas. Untungnya bagi penderita, sebagaimana juga
bagi klinisi, depresi bisa ditatalaksanai; baik psikoterapi dan psikofarmakologi
adalah penatalaksanaan yang efektif. Memiliki pengertian dasar tentang
diagnosis dan penatalaksanaan depresi pada penderita kanker membantu klinisi
menyediakan perawatan yang menyeluruh dan meredakan penderitaan
penderita.4
Beck Depression Inventory (BDI) dikembangkan untuk mengukur
manifestasi perilaku depresi pada remaja dan dewasa. Alat ukurnya di desain
untuk menstandarisasi penilaian keparahan depresi agar pemonitoran perubahan
sepanjang waktu atau untuk menjelaskan gangguannya secara sederhana.
Pokok-pokok dalam BDI orisinalnya diperoleh dari observasi penderita-penderita
depresi yang dibuat sepanjang perjalanan psikoterapi psikoanalitik. Sikap dan
13
simtom-simtom yang muncul secara spesifik terhadap kelompok penderita ini
dijelaskan oleh rentetan pernyataan, dan suatu nilai angka diberikan untuk setiap
pernyataan.23
Dalam bentuk orisinilnya, 21 manifestasi perilaku diungkapkan disini,
setiap area diwakili oleh empat hingga lima pernyataan yang menjelaskan
keparahan simtom mulai dari ringan hingga berat. Subjek diminta untuk
mengidentifikasi pernyataan yang paling tepat yang menjelaskan perasaannya
“sekarang”. Pokok-pokoknya kemudian dinilai dan disimpulkan untuk
memperoleh suatu nilai total untuk keparahan simtom depresif.23
BDI terdiri dari kumpulan 21 pokok, masing-masingnya dengan rentetan
empat pernyataan. Pernyataannya menjelaskan keparahan simtom sepanjang
rangkaian kesatuan nomor urut dari tidak ada atau ringan (nilai 0) ke berat (nilai
3). Walaupun instrumen orisinilnya dimaksudkan untuk dibacakan dengan kuat
oleh seorang pewawancara yang mencatat pilihan subjeknya, skalanya
kemudian telah digunakan sebagai kuesioner yang dilaporkan sendiri (self-report
questionnaire). Nilai keparahan depresi dibuat dengan menyimpulkan nilai-nilai
dari pokok-pokoknya yang disokong dari setiap pokoknya. Panduan-panduan
belakangan ini menyarankan interpretasi dari nilai-nilai keparahan : 0-9, minimal;
10-16, ringan; 17-29, sedang; dan 30-63, berat. Nilai subskala bisa
dikalkulasikan untuk faktor kognitif-afektif dan faktor hasil somatik.23
Keuntungan dari BDI adalah mudah digunakan (diisi sendiri oleh
penderita), menggunakan bahasa yang sederhana, dan mudah dinilai.
Kerugiannya adalah bahwa ada bias-bias yang telah diketahui (misalnya, wanita,
pendidikan yang rendah, remaja, orang tua, dan individu-individu yang memiliki
komorbid diagnosis psikiatri cenderung memiliki nilai yang lebih tinggi).23
III.2. Kanker Payudara Kanker merupakan penyakit sel-sel tubuh. Tubuh kita selalu membuat
sel-sel baru; sehingga kita bisa tumbuh, untuk menggantikan sel-sel yang tidak
terpakai, atau untuk menyembuhkan sel-sel yang rusak setelah adanya luka.
Proses ini dikontrol oleh gen-gen tertentu. Semua kanker disebabkan oleh
perubahan dari gen-gen ini. Perubahannya terjadi selama kita hidup, walaupun
sebagian kecil orang mewarisi perubahannya dari orang tuanya.24
Kanker adalah sekelompok penyakit dimana sel-selnya agresif (tumbuh
dan terbagi tanpa memperdulikan batas normalnya), menginvasi (menyerbu dan
14
menghancurkan jaringan yang berdekatan), dan/atau metastatik (menyebar ke
lokasi lain dalam tubuh). Tiga sifat kanker ini membedakannya dari tumor jinak,
dimana terbatas pada diri sel tersebut untuk tumbuh dan tidak menyerbu atau
bermetastasi (walaupun beberapa tipe tumor jinak mampu untuk menjadi ganas).
Kanker bisa mempengaruhi semua orang di segala usia, bahkan fetus, tapi
risikonya untuk berbagai jenis cenderung meningkat seiring bertambahnya usia.
Kanker menyebabkan 13% dari semua kematian.25
Kanker payudara adalah kanker dari jaringan glandular payudara. Di
seluruh dunia, kanker payudara merupakan penyebab paling umum kelima
kematian akibat kanker (setelah kanker paru, kanker lambung, kanker hati, dan
kanker kolon). Pada tahun 2005, kanker payudara menyebabkan 502.000
kematian (7% dari kematian kanker; hampir 1% dari semua kematian) di seluruh
dunia. Pada seluruh wanita di dunia, kanker payudara merupakan kanker paling
umum dan penyebab paling umum dari kematian akibat kanker.26
Insidensinya tertinggi pada negara berkembang, (Amerika Serikat [AS]
86,3%/100.000/tahun, Australia, 71,7%) dan terendah di Cina (11,8%) dan Afrika
Tengah (13,6%). Angka harapan hidup tertinggi di Jepang (74%), AS (73%), dan
Australia/Selandia Baru (68%), dan terendah di Eropa (53-63%) dan negara
berkembang (55%).27 Berdasarkan data dari National Cancer Institute’s
Surveillance, Epidemiology and End Results (SEER), 32% dari semua insidensi
kanker diantara wanita adalah kanker payudara, kanker yang paling sering
didiagnosis. Berdasarkan data dari tahun 1988 hingga 1990, risiko seumur hidup
diantara wanita AS terdiagnosis kanker payudara adalah 12,2% atau 1 dari 8
wanita, dan risiko seumur hidup akan sekarat karena kanker payudara adalah
3,6% atau 1 dari 28 wanita.28 Terdapat perbedaan yang besar pada insidens
kanker payudara secara geografik. Di negara-negara Amerika, Kanada, Eropa,
Australia dan Selandia Baru ditemukan 6 kali lebih banyak dari negara-negara
Asia-Jepang. Di Indonesia, kanker payudara menduduki tempat kedua dari
seluruh keganasan, dengan insidensi relatif sebesar 12,6%, yang merupakan
data Pathology-Based, dengan ASCAR (Age Standardized Cancer Ratio)
sebesar 17,46%29, juga dilaporkan bahwa di Indonesia rata-rata penderita kanker
payudara adalah 10 dari 100.000 wanita, yang menjadikan penyakit ini berada di
urutan kedua penyakit kanker yang kerap ditemukan setelah kanker mulut
rahim.30
15
Kurva insidens usia bergerak naik terus sejak usia 30 tahun. Kanker ini
jarang sekali ditemukan pada wanita usia di bawah 20 tahun. Angka tertinggi
terdapat pada usia 45-66 tahun. Insidens karsinoma mamma pada pria hanya
1% dari kejadian pada wanita.31
Beberapa faktor risiko pada kanker payudara yang sudah diterima secara
luas oleh kalangan “oncologist” di dunia adalah sebagai berikut32,33 :
1. Umur lebih dari 30 tahun mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk
mendapat kanker payudara dan risiko ini akan bertambah sampai umur 50
tahun dan setelah menopause.
2. Riwayat keluarga ada yang menderita kanker payudara pada ibu, saudara
perempuan ibu, saudara perempuan, adik/kakak, risikonya 2-3 kali lebih
tinggi.
3. Adanya kanker pada payudara kontralateral, risikonya 3-9 kali lebih besar.
4. Tidak kawin/Nullipara risikonya 2-4 kali lebih tinggi daripada wanita yang
kawin dan punya anak.
5. Kontrasepsi oral pada penderita tumor payudara jinak seperti kelainan
fibrokistik yang ganas akan meningkatkan risiko untuk mendapat kanker
payudara 11 kali lebih tinggi.
6. Mendapat terapi hormonal yang lama risiko untuk mendapat kanker
payudara 2,5 kali lebih tinggi.
7. Anak pertama lahir setelah umur 35 tahun risikonya 2 kali lebih besar.
8. “Menarche” kurang dari 12 tahun risikonya 1,7-3,4 kali lebih tinggi daripada
wanita dengan “menarche” yang datang pada usia normal atau lebih dari 12
tahun.
9. Menopause datang terlambat lebih dari 55 tahun, risikonya 2,5-5 kali lebih
tinggi.
10. Pernah mengalami infeksi, trauma atau operasi tumor jinak payudara,
risikonya 3-9 kali lebih besar.
11. Pernah mengalami operasi ginekologis-tumor ovarium, risikonya 3-4 kali lebih
tinggi.
12. Yang mengalami radiasi di dinding dada risikonya 2-3 kali lebih tinggi.
Etiologi kanker payudara sampai saat ini belum diketahui pasti, namun
dapat dicatat pula bahwa penyebab itu sangat mungkin multifaktorial yang saling
mempengaruhi satu sama lain, antara lain32 :
1. Konstitusi genetika
16
Ini berdasarkan :
a. Adanya kecenderungan pada keluarga tertentu lebih banyak kanker
payudara dibandingkan keluarga lain.
b. Adanya predileksi antar bangsa atau suku bangsa.
c. Pada kembar monozigot; terdapat kanker yang sama.
d. Terdapat persamaan lateralis kanker payudara pada keluarga dekat dari
penderita kanker payudara.
e. Seseorang dengan Sindrom Klinefelter akan mendapat kemungkinan 66
kali pria normal.
2. Pengaruh hormon; ini berdasarkan bahwa :
a. Kanker payudara umumnya pada wanita, pada laki-laki kemungkinan ini
sangat rendah.
b. Pada usia di atas 35 tahun insidennya jauh lebih tinggi.
c. Ternyata pengobatan hormonal banyak yang memberikan hasil pada
kanker payudara lanjut.
3. Virogen :
Terbukti pada penelitian pada kera, pada manusia belum terbukti.
4. Makanan :
Terutama makanan yang banyak mengandung lemak.
Karsinogen : terdapat lebih dari 2000 karsinogen dalam lingkungan hidup
kita.
5. Radiasi daerah dada :
Ini sudah lama diketahui, karena radiasi dapat menyebabkan mutagen.
Mengetahui tanda dan gejala dari kanker payudara bisa menyelamatkan
hidup penderita. Ketika penyakit ini ditemukan lebih awal, penderita bisa memiliki
lebih banyak pilihan penatalaksanaan dan kesempatan yang lebih baik untuk
sembuh. Kebanyakan pembengkakan payudara bukanlah pasti menjadi kanker.
Tanda yang paling umum dari kanker payudara untuk pria dan wanita adalah
pembengkakan atau penebalan pada payudaranya. Seringnya, pembengkakan
tersebut tidak menimbulkan rasa nyeri. Tanda potensial lain dari kanker
payudara termasuk :
Cairan spontan yang keluar berwarna jernih atau berdarah dari puting,
seringnya berhubungan dengan pembengkakan payudara.
Retraksi atau lekukan puting payudara.
Perubahan dalam ukuran atau bentuk payudara.
17
Perataan atau perlekukan dari kulit di sekitar payudara.
Kemerahan atau berbintik pada kulit di sekitar payudara, seperti kulit jeruk.34
Benjolan di payudara biasanya mendorong penderita untuk ke dokter.
Benjolan ganas yang kecil sukar dibedakan dengan benjolan tumor jinak, tetapi
kadang dapat diraba benjolan ganas yang melekat pada jaringan sekitarnya. Bila
tumor telah besar, perlekatan lebih jelas. Konsistensi kelainan ganas biasanya
keras. Pengeluaran cairan dari puting biasanya mengarah ke papiloma atau
karsinoma induktal, sedangkan adanya nyeri lebih mengarah ke kelainan
fibrokistik. Tanda atau gejala yang mendorong penderita karsinoma mamma ke
dokter :
- Benjolan mamma yang tidak nyeri 66%
- Benjolan yang nyeri 10%
- Pengeluaran cairan dari puting 10%
- Perubahan mamma seperti retraksi atau edema setempat 10%31
Prosedur diagnostik untuk kanker payudara adalah35 :
A. Pemeriksaan klinis
1. Anamnesis :
a. Keluhan di payudara atau ketiak dan riwayat penyakitnya
b. Keluhan di tempat lain berhubungan dengan metastasis
c. Faktor-faktor risiko
2. Pemeriksaan fisik
a. Status generalis, cantumkan performance status
b. Status lokalis :
- Payudara kanan dan kiri harus diperiksa
- Massa tumor :
- Perubahan kulit :
- Puting :
- Status kelenjar getah bening (KGB) :
- Pemeriksaan pada daerah yang dicurigai metastasi :
B. Pemeriksaan Radiodiagnostik/Imaging :
1. Diharuskan (recommended)
18
Ultrasonografi (USG) payudara dan mammografi untuk tumor Ø < 3
cm
Foto toraks
USG abdomen (hepar)
2. Optional (atas indikasi)
Bone scanning atau dan bone survey (bilamana sitologi + atau klinis
sangat mencurigai pada lesi >5 cm)
Computerized Tomography (CT) Scan
C. Pemeriksaan Fine Needle Aspiration Biopsy – sitologi
Dilakukan pada lesi yang secara klinis dan radiologik curiga ganas
Catatan : belum merupakan gold standard. Bila mampu, dianjurkan untuk
diperiksa TRIPLE DIAGNOSTIC
D. Pemeriksaan Histopatologi (Gold Standard Diagnostic)
Pemeriksaan histopatologi dilakukan dengan potong beku dan/atau parafin.
Bahan pemeriksaan histopatologi diambil melalui :
Core biopsy
Biopsi eksisional untuk tumor ukuran <3 cm
Biopsi insisional untuk tumor :
o Operabel ukuran >3 cm sebelum operasi definitif
o inoperabel
Spesimen mastektomi disertai dengan pemeriksan KGB
Pemeriksaan imunohistokimia : ER, PR, c-erbB-2 (HER-2 neu),
cathepsin-D, p53. (situasional)
E. Laboratorium : pemeriksaan laboratorium rutin dan pemeriksaan kimia darah
sesuai dengan perkiraan metastasis
Stadium kanker payudara ditentukan berdasarkan sistem TNM dari
UICC/AJCC tahun 200231,32,35,36.
Untuk kanker payudara dipakai klasifikasi histologi berdasarkan29,32,35 :
• World Health Organization (WHO) histological classification of breast tumors
(1981)
19
• Japanese breast cancer society (1984) histological classification of breast
tumors
Prosedur terapi bagi penderita kanker payudara adalah35 :
Modalitas terapi
• Operasi
• Radiasi
• Kemoterapi
• Hormonal terapi
• Molecular targeting therapy (biology therapy)
Penatalaksanaan penderita kanker dilakukan dengan pendekatan holistik
yang meliputi terapi fisik, psikologik, sosial dan agama. Selain jenis-jenis terapi
tersebut diatas, agar lebih manusiawi diberikan juga terapi psikologis
(psikoterapi, konseling) dan terapi psikoreligi.37
Rehabilitasi dan follow up pada kanker payudara35 :
A. Rehabilitasi :
Pra operatif
Pasca operatif
B. Follow up :
Tahun 1 dan 2 kontrol tiap 2 bulan
Tahun 3 s/d 5 kontrol tiap 3 bulan
Setelah tahun 5 kontrol tiap 6 bulan
Pemeriksaan fisik : tiap kali kontrol
Toraks foto : tiap 6 bulan
Lab, marker : tiap 2-3 bulan
Mammografi kontra lateral : tiap tahun atau ada indikasi
USG abdomen/lever : tiap 6 bulan atau ada indikasi
Bone scanning : tiap 2 tahun atau ada indikasi
Prognosis penderita kanker payudara adalah38 :
Kanker payudara dini : angka harapan hidup 5 tahunan untuk penderita
stadium I adalah 95% dan untuk stadium II adalah 80%, dengan angka
kekambuhan lokal sekitar 6% menggunakan pengobatan adjuvan seperti
dianjurkan. Penderita dengan risiko tinggi mempunyai tumor dengan
diferensiasi sitologis buruk, menembus limfatik dan pembuluh darah,
sirkumskripsi buruk, indeks labeling timidin yang tinggi (peninggian jumlah sel
yang berkembang), dan negativitas RE (sekitar 50%).
20
Prognosis untuk penyakit stadium III telah meningkat dari 20% menjadi 40%
pada 5 tahun dengan adanya pengobatan adjuvan. Kebanyakan penderita ini
dapat menerima kemoterapi praoperasi. Penyakit stadium IV masih
mempunyai harapan hidup 5 tahunan kurang dari 10 tahun.
Karsinoma peradangan (IIIb), sebelumnya dikira sebagai kanker paling
mematikan dari semua karsinoma, sekarang memiliki harapan hidup 5
tahunan hampir mencapai 30% pada penggunaan pengobatan multimodal
sekuensial.
Penderita yang ditemukan mempunyai kanker payudara selama masa
kehamilan dan menyusui cenderung didiagnosis pada penyakit stadium lanjut
daripada kelompok kontrol umur, mungkin karena kesukaran dalam menilai
ketebalan kelenjar payudara mereka. Mereka harus diobati sesuai dengan
yang diindikasikan stadiumnya.
Skrining terhadap kanker payudara menurut The American Cancer
Society (1987) adalah39 :
- Usia muda SADARI (periksa payudara sendiri)
- Usia 35-40 tahun USG setiap tahun atau mammografi 1 kali (base
mammogram)
- Usia 41-50 tahun mammografi setiap 2 tahun + USG
- Usia 51-60 tahun mammografi setiap tahun
- Usia 60 tahun keatas setiap tahun compliance rendah
21
BAB IV KERANGKA KONSEP
Penderita Kanker
Payudara
Beck
Depression
Inventory
- umur
- pendidikan
- status perkawinan
- suku
- pekerjaan
- pendapatan
- stadium klinis kanker
payudara
Sindrom Depresif
(Minimal, Ringan, Sedang, Berat)
22
BAB V METODE PENELITIAN
V.1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan studi cross sectional40-43
untuk menilai apakah terdapat sindrom depresif pada penderita kanker
payudara dan apakah sindrom depresif pada penderita kanker payudara
tersebut berbeda berdasarkan usia, pendidikan, status perkawinan, suku,
pekerjaan, pendapatan, dan stadium kankernya.
V.2. Tempat dan Waktu Penelitian :
Tempat penelitian :
RSUP Haji Adam Malik Medan, RS Haji Medan, dan RS PTPN-II
Tembakau Deli Medan.
Waktu penelitian :
Bulan September 2007 - April 2008
V.3. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi target :
Penderita kanker payudara berusia ≥30 tahun.
Populasi terjangkau :
Penderita kanker payudara berusia ≥30 tahun yang dirawat jalan pada
RSUP Haji Adam Malik Medan, RS Haji Medan, dan RS PTPN-II
Tembakau Deli Medan.
Sampel penelitian :
Penderita yang didiagnosis Kanker Payudara secara histopatologis
serta semua stadium yang dikelola oleh RSUP H. Adam Malik Medan,
RS Haji Medan, dan RS PTPN-II Tembakau Deli Medan.
V.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi Kriteria Inklusi :
Penderita kanker payudara yang didiagnosis berdasarkan pemeriksaan
histopatologis
Berusia ≥30 tahun
Pertama sekali kontak dengan peneliti
23
Kooperatif dan mau mengisi kuesioner
Belum pernah mendapatkan terapi untuk kanker payudaranya
Kriteria eksklusi :
Memiliki gangguan psikiatrik sebelum ikut penelitian
Memiliki kondisi medis umum lainnya
V.5. Besar Sampel Besar sampel tunggal untuk estimasi proporsi suatu populasi
menggunakan ketepatan absolut dengan rumus yang digunakan
adalah :
Zα2PQ
n ≥
d2
Zα = Nilai batas bawah dari tabel Z yang besarnya tergantung pada
nilai α yang ditentukan ; untuk nilai α = 0,05 → Zα = 1,96
P = Proporsi depresi pada penderita Kanker Payudara 22%
q = 1-p : 1-0,22 = 0,78
d = ketepatan penelitian (tingkat ketepatan absolut yang dihendaki) =
0,1
(1,96)2 x (0,22) x (0,78)
n ≥
(0,1)2
n ≥ 65,92 → n = 66
V.6. Cara Kerja Seluruh penderita kanker payudara yang memenuhi kriteria inklusi
mengisi persetujuan secara tertulis untuk ikut ke dalam penelitian
setelah mendapatkan penjelasan yang terperinci dan jelas dan
selanjutnya subjek penelitian mengisi kuesioner BDI yang sudah
24
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Hasil dari setiap kuesioner
BDI yang diisi oleh penderita kemudian dilihat apakah memiliki nilai
tidak ada depresi, depresi ringan, sedang, atau berat. Selanjutnya
melalui uji statistik dilihat apakah terdapat perbedaan antara sindrom
depresif yang dialami penderita dengan umur, pendidikan, status
perkawinan, suku, pekerjaan, pendapatan, dan stadium klinis
kankernya.
V.7. Identifikasi Variabel Variabel bebas :
Kanker payudara, umur, pendidikan, status perkawinan, suku,
pekerjaan, pendapatan, dan stadium kankernya.
Variabel tergantung
Sindrom depresif yang dinilai dengan menggunakan kuesioner BDI.
V.8. Rencana Manajemen dan Analisis Data
Untuk menilai ada tidaknya sindrom depresif pada penderita-penderita
kanker payudara digunakan kuesioner BDI. Untuk menilai ada tidaknya
perbedaan antara sindrom depresif yang dialami penderita dengan
umur, pendidikan, status perkawinan, suku, pekerjaan, pendapatan, dan
stadium kankernya digunakan uji hipotesis chi-square. Perbedaan
dikatakan bermakna bila p<0,05. Pengolahan dan analisis statistik dari
data dilakukan secara komputerisasi dengan menggunakan alat bantu
program Statistical Package for Social Sciences 15. Untuk menentukan
hubungan antara variabel bebas terhadap variabel tergantung, dengan
menguji variabel yang memiliki kemaknaan statistik pada analisis
univariat maka dilakukan analisis regresi logistik.44
V.9. Definisi Operasional Penderita kanker payudara adalah penderita kanker payudara yang
didiagnosis berdasarkan pemeriksaan histopatologis
Depresi adalah suatu sindrom klinis yang terdiri sifat mood yang
menurun (perasaan sedih yang menyakitkan), kesulitan dalam berpikir,
dan retardasi psikomotor.
25
Sindrom depresif adalah kumpulan gejala depresif yang dinilai
berdasarkan kuesioner BDI
Beck Depression Inventory adalah suatu kuesioner untuk mengevaluasi
ada tidaknya sindrom depresif pada seseorang
Umur : lamanya hidup sejak lahir yang dinyatakan dalam satuan tahun.
Dikelompokkan dalam 5 kategori, yaitu :
• Umur 30-39 tahun
• Umur 40-49 tahun
• Umur 50-59 tahun
• Umur 60-69 tahun
• ≥70 tahun
Pendidikan : jenjang pengajaran yang telah diikuti atau sedang dijalani
responden melalui pendidikan formal.
Pendidikan dibagi atas :
• Tidak sekolah
• SD (Sekolah Dasar)
• SMP (Sekolah Menengah Pertama)
• SMU (Sekolah Menengah Umum)
• Diploma, Sarjana atau yang lebih tinggi
Status perkawinan : ditentukan apakah subjek masih dalam ikatan
perkawinan (menikah), atau tidak dalam ikatan perkawinan (cerai/tidak
kawin)
Suku : ditentukan apakah penderita kanker payudara suku Batak,
Melayu, Aceh, Jawa, dll
Pekerjaan adalah suatu kegiatan yang mendapatkan upah
Pendapatan per bulan, ditentukan berdasarkan, pendapatan kurang dari
Rp. 500.000,00, pendapatan antara Rp. 500.000,00 sampai Rp.
1.000.000,00, dan lebih dari Rp. 1.000.000,00.
Stadium klinis kanker payudara : tingkat keganasan kanker payudara
berdasarkan UICC/AJCC 2002 ditentukan oleh dokter ahli bedah.
26
BAB VI KERANGKA OPERASIONAL
Wanita dengan Kanker Payudara
Kriteria
Inklusi Subyek Penelitian
Informed
Concent
Kuesioner Beck Depression Inventory
Sindrom Depresif
(Minimal, Ringan Sedang, dan Berat)
Analisis Data
27
BAB VII HASIL PENELITIAN
Responden berjumlah 66 orang penderita kanker payudara yang datang ke
Poliklinik Bedah Onkologi dan Bedah Umum di RSUP H. Adam Malik Medan, RS
Haji Medan, dan RS Tembakau Deli Medan. Pengambilan responden dari bulan
Nopember 2007 sampai dengan bulan Pebruari 2008. Penyajian hasil-hasil
penelitian dalam bentuk tabel-tabel distribusi frekuensi.
VII.1. KARAKTERISTIK SAMPEL PENELITIAN Tabel 1. Karakteristik Umur, Pendidikan, Status Perkawinan, Suku, Pekerjaan,
Pendapatan, dan Stadium Klinis Kanker Payudara
Karakteristik Responden Jumlah %
Umur 30-39 tahun 8 12,1
40-49 tahun 23 34,8
50-59 tahun 22 33,3
60-69 tahun 11 16,7
≥ 70 tahun 2 3,0
Mean = 50,4 tahun (SD 10,1)
Pendidikan Tidak sekolah 2 3,0
SD 43 65,2
SMP 8 12,1
SMA 8 12,1
Diploma, Sarjana, atau 5 7,6
lebih tinggi
Status Perkawinan Kawin 51 77,3
Tidak kawin 15 22,7
Suku Batak 26 39,4
Jawa 20 30,3
Aceh 9 13,6
Melayu 6 9,1
Dan lain-lain 5 7,6
Pekerjaan Bekerja 33 50,0
Tidak bekerja 33 50,0
28
Pendapatan < Rp 500.000,00 50 75,8
Per Bulan Rp 500.000,00-1.000.000,00 9 13,6
> Rp 1.000.000,00 7 10,6
Stadium Klinis III A 9 13,6
Kanker Payudara III B 42 63,6
III C 8 12,1
IV 7 10,6
SD = Standard Deviation
Dari tabel 1 diatas dapat diamati bahwa sampel didominasi oleh
kelompok umur 40-49 tahun (63,6%), pendidikan tamat SD (65,2%), status kawin
(77,3%), suku Batak (39,4%), bekerja dan tidak bekerja sama banyaknya (50%),
pendapatan per bulan <Rp 500.000,00 (75,8%), dan stadium IIIB (63,6%) untuk
stadium klinis penyakit kankernya.
VII.2. MEAN DAN STANDARD DEVIATION BDI PADA PENDERITA KANKER PAYUDARA Tabel 2. Mean dan Standard Deviation BDI pada Penderita Kanker Payudara
Variabel Mean Standard Deviation (SD)
(n=66)
BD 22,8 12,3
Dari tabel 2 diatas dapat diamati bahwa mean BDI pada penderita kanker
payudara adalah 22,8 (SD 12,3).
29
VII.3. SINDROM DEPRESIF PADA PENDERITA KANKER PAYUDARA Tabel 3. Sindrom Depresif pada Penderita Kanker Payudara
Sindrom Depresif Jumlah %
Minimal 8 12,1
Ringan 13 19,7
Sedang 28 42,4
Berat 17 25,8
Total 66 100,0
Dari tabel 3 diatas dapat diamati bahwa sindrom depresif sedang paling
banyak terjadi pada penderita kanker payudara (42,4%), diikuti oleh sindrom
depresif berat (25,8%), sindrom depresif ringan (19,7%), dan minimal (12,1%).
VII.4. SEBARAN UMUR PENDERITA DENGAN SINDROM DEPRESIF Tabel 4. Sebaran Umur Penderita dengan Sindrom Depresif Umur Sindrom Depresif p
Minimal Ringan Sedang Berat
N % n % n % n %
30-39 tahun 1 12,5 1 7,7 3 10,7 3 17,6
40-49 tahun 1 12,5 6 46,2 6 21,4 10 58,8
50-59 tahun 2 25,0 2 15,4 15 53,6 3 17,6 0,045*
60-69 tahun 3 37,5 4 30,8 3 10,7 1 5,9
≥ 70 tahun 1 12,5 0 0 1 3,6 0 0
Total 8 100 13 100 28 100 17 100
* pearson χ2, degree of freedom (df) = 12
Dari tabel 4 diatas dapat diamati bahwa sindrom depresif paling banyak
terjadi pada penderita kanker payudara kelompok umur 40-49 tahun (58,8%)
yang berupa sindrom depresif berat. Terdapat perbedaan bermakna di sindrom
depresif pada penderita kanker payudara berdasarkan kelompok umur.
30
VII.5. SEBARAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN SINDROM DEPRESIF Tabel 5. Sebaran Tingkat Pendidikan dengan Sindrom Depresif Pendidikan Sindrom Depresif p
Minimal Ringan Sedang Berat
n % n % n % n %
Tidak sekolah 0 0 1 7,7 1 3,6 0 0
SD 4 50,0 8 61,5 20 71,4 11 64,7
SMP 1 12,5 0 0 3 10,7 4 23,5 0,445*
SMA 3 37,5 4 30,8 3 10,7 1 5,9
Diploma, Sajana 1 12,5 0 0 1 3,6 0 0
atau lebih tinggi
Total 8 100 13 100 28 100 17 100
* pearson χ2, df = 12
Dari tabel 5 diatas dapat diamati bahwa sindrom depresif yang paling
banyak terjadi pada penderita kanker payudara dengan tingkat pendidikan SD
(71,4%) yang berupa sindrom depresif sedang. Tidak terdapat perbedaan
bermakna di sindrom depresif pada penderita kanker payudara berdasarkan
tingkat pendidkan.
VII.6. SEBARAN STATUS PERKAWINAN DENGAN SINDROM DEPRESIF Tabel 6. Sebaran Status Perkawinan dengan Sindrom Depresif Status Perkawinan Sindrom Depresif p
Minimal Ringan Sedang Berat
n % n % n % n %
Kawin 6 75 11 84,6 23 82,1 11 64,7 0,507*
Tidak kawin 2 25 2 15,4 5 17,9 6 35,3
Total 8 100 13 100 28 100 17 100
* pearson χ2, df = 3
Dari tabel 6 diatas dapat diamati bahwa sindrom depresif yang paling
banyak terjadi pada penderita kanker payudara yang kawin (84,6%) yang berupa
sindrom depresif ringan. Tidak terdapat perbedaan bermakna di sindrom depresif
pada penderita kanker payudara berdasarkan status perkawinan.
31
VII.7. SEBARAN SUKU DENGAN SINDROM DEPRESIF Tabel 7. Sebaran Suku dengan Sindrom Depresif Suku Sindrom Depresif p
Minimal Ringan Sedang Berat
n % n % n % n %
Batak 4 50 6 46,2 12 42,9 4 23,5
Jawa 2 25,0 5 38,5 7 25,0 6 35,3
Aceh 1 12,5 2 15,4 4 14,3 2 11,8 0,459*
Melayu 1 12,5 0 0 1 3,6 4 23,5
Dan lain-lain 0 0 0 0 4 14,3 1 5,9
Total 8 100 13 100 28 100 17 100
* pearson χ2, df = 12
Dari tabel 7 diatas dapat diamati bahwa sindrom depresif yang paling
banyak terjadi pada penderita kanker payudara suku Batak (50%) yang berupa
sindrom depresif minimal. Tidak terdapat perbedaan bermakna di sindrom
depresif pada penderita kanker payudara berdasarkan suku.
VII.8. SEBARAN PEKERJAAN DENGAN SINDROM DEPRESIF Tabel 8. Sebaran Pekerjaan dengan Sindrom Depresif Pekerjaan Sindrom Depresif p
Minimal Ringan Sedang Berat
n % n % n % n %
Bekerja 5 62,5 6 46,2 13 46,4 9 52,9 0,855*
Tidak bekerja 3 37,5 7 53,8 15 53,6 8 47,1
Total 8 100 13 100 28 100 17 100
* pearson χ2, df = 3
Dari tabel 8 diatas dapat diamati bahwa sindrom depresif yang paling
banyak terjadi pada penderita kanker payudara yang bekerja (62,5%) yang
berupa sindrom depresif minimal. Tidak terdapat perbedaan bermakna di
sindrom depresif pada penderita kanker payudara berdasarkan pekerjaan.
32
VII.9. SEBARAN PENDAPATAN PER BULAN DENGAN SINDROM DEPRESIF Tabel 9. Sebaran Pendapatan per Bulan dengan Sindrom Depresif Pendapatan Sindrom Depresif p
Per Bulan Minimal Ringan Sedang Berat
n % n % n % n %
< Rp 500.000,00 4 50,0 11 84,6 21 75,0 14 82,4
Rp 500.000,00 – 2 25,0 1 7,7 5 17,9 1 5,9 0,525*
Rp 1.000.000,00
> Rp 1.000.000,00 2 25,0 1 7,7 2 7,1 2 11,8
Total 8 100 13 100 28 100 17 100
*pearson χ2, df = 6
Dari tabel 9 diatas dapat diamati bahwa sindrom depresif yang paling
banyak terjadi pada penderita kanker payudara dengan pendapatan per bulan
<Rp 500.000,00 (84,6%) yang berupa sindrom depresif ringan. Tidak terdapat
perbedaan bermakna pada sindrom depresif pada penderita kanker payudara
berdasarkan pendapatan per bulan.
VII.10. SEBARAN STADIUM KLINIS KANKER PAYUDARA DENGAN SINDROM DEPRESIF Tabel 10. Sebaran Stadium Klinis Kanker Payudara dengan Sindrom Depresif Stadium Klinis Sindrom Depresif p
Kanker Payudara Minimal Ringan Sedang Berat
n % n % n % n %
IIIA 0 0 3 23,1 4 14,3 2 11,8
IIIB 6 75,0 6 46,2 17 60,7 13 76,5 0,647*
IIIC 2 25,0 2 15,4 3 10,7 1 5,9
IV 0 0 2 15,4 4 14,3 1 5,9
Total 8 100 13 100 28 100 17 100
*pearson χ2, df = 9
Dari tabel 10 diatas dapat diamati bahwa sindrom depresif pada penderita
kanker payudara yang paling banyak terjadi pada stadium IIIB (76,5%) yang
berupa sindrom depresif berat. Tidak terdapat perbedaan bermakna pada
sindrom depresif pada penderita kanker payudara berdasarkan stadium klinis
kanker payudaranya.
33
VII.11. FAKTOR RISIKO UMUR UNTUK TERJADINYA SINDROM DEPRESIF PADA PENDERITA KANKER PAYUDARA Tabel 11. Faktor Risiko Umur untuk Terjadinya Sindrom Depresif pada Penderita
Kanker Payudara
Variabel Prevalence Ratio p 95% Interval Kepercayaan (IK)
(PR) Paling rendah Paling tinggi
≥ 60 tahun 6,640 0,084
50-59 tahun 2,481 0,115 0,682 33,798
40-49 tahun 3,170 0,075 0,878 15,242
30-39 tahun 6,180 0,013 1,518 34,139
Dari tabel 11 diatas dapat diamati bahwa faktor risiko umur untuk
terjadinya sindrom depresif pada penderita kanker payudara adalah umur 30-39
tahun (PR=6,180; IK 95% 1,518 sampai 34,139).
34
BAB VIII PEMBAHASAN
Penelitian “Sindrom Depresif pada Penderita Kanker Payudara” ini
merupakan suatu penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Tujuan
umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui level sindrom depresif pada
penderita-penderita kanker payudara dengan menggunakan kuesioner BDI dan
tujuan khususnya adalah untuk mengetahui apakah sindrom depresif pada
penderita kanker payudara berbeda berdasarkan kelompok umur, pendidikan,
status perkawinan, suku, pekerjaan, pendapatan, stadium klinis penyakit
kankernya, dan agar penderita-penderita kanker payudara yang memiliki sindrom
depresif dapat dirujuk ke Departemen Psikiatri untuk mendapatkan penilaian dan
perawatan lebih lanjut.
Hipotesis pada penelitian ini yang menyatakan bahwa sindrom depresif
pada penderita kanker payudara berbeda berdasarkan kelompok umur terbukti.
VIII.1. MEAN DAN STANDARD DEVIATION BDI PADA PENDERITA KANKER PAYUDARA
Dari tabel 2 dapat diamati bahwa mean BDI pada 66 penderita kanker
payudara adalah 22,8 (SD 12,3). Sementara Miranda et al yang melakukan
penelitian terhadap 20 penderita kanker payudara sebelum mendapat
kemoterapi neoadjuvan mendapati bahwa nilai rerata skor BDI adalah 9,9.1
Sharma et al yang melakukan penelitian terhadap 30 orang penderita kanker
payudara dan serviks yang belum diterapi dengan radioterapi dan kemoterapi
mendapati rerata skor Montgomery Asberg Depression Rating Scale (MADRS)
adalah 13,5 (SD 6,5).2 Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa berdasarkan
skor BDI maka sindrom depresif sedang yang paling banyak dialami oleh
penderita kanker payudara, hal ini berlawanan dengan hasil yang dilaporkan oleh
Miranda et al yang mendapati bahwa tidak ada/minimal sindrom depresif yang
terdapat pada penderita kanker payudara, namun hal yang sama diperlihatkan
oleh Sharma et al yang mendapati bahwa penderita kanker payudara paling
banyak mengalami depresi sedang. Hal ini bisa dikarenakan oleh karena bias
dari penggunaan BDI pada penelitian ini yaitu wanita, pendidikan yang rendah,
dan orang tua cenderung memiliki nilai BDI yang lebih tinggi.23
35
VIII.2. SINDROM DEPRESIF PADA PENDERITA KANKER PAYUDARA Dari tabel 3 dapat diamati bahwa sindrom depresif sedang paling banyak
terjadi pada penderita kanker payudara (42,4%), diikuti oleh sindrom depresif
berat (25,8%), sindrom depresif ringan (19,7%), dan minimal (12,1%). Secara
keseluruhan juga dapat diamati bahwa dari 66 penderita kanker payudara yang
mengalami sindrom depresif berjumlah 58 orang (87,9%), sementara Ell et al
yang meneliti depresi pada penderita kanker payudara mendapati hasil dari 250
penderita kanker payudara, 76 orang (67%) menderita gangguan depresi berat7
dan Burgess et al melaporkan bahwa pada 107 penderita kanker payudara 48%
menderita depresi setelah 1 tahun di diagnosis kanker payudara, 25% setelah 2
tahun di diagnosis kanker payudara, 23% setelah 3 tahun di diagnosis kanker
payudara, 22% setelah 4 tahun di diagnosis kanker payudara, dan 15% setelah 5
tahun di diagnosis kanker payudara.10 Perbedaan yang dijumpai dari hasil
penelitian ini dengan yang dilaporkan oleh Ell et al dikarenakan oleh penggunaan
instrumen yang berbeda dimana pada penelitian ini menggunakan BDI
sedangkan Ell et al menggunakan Patient’s Health Questionnaire-9. Sedangkan
perbedaan hasil yang terjadi pada penelitian ini dibandingkan dengan yang
dilaporkan oleh Burgess et al oleh karena pada penelitian ini selain
menggunakan BDI yang dinilai hanya sekali waktu saja, dimana Burgess et al
menggunakan Structured Clinical Interview for DSM dan menilainya hingga
jangka waktu 5 tahun ke depan. Harus dipertimbangkan juga bias dari
penggunaan BDI pada penelitian ini yaitu wanita, pendidikan yang rendah, dan
orang tua cenderung memiliki nilai BDI yang lebih tinggi.23
VIII.3. SEBARAN UMUR PENDERITA DENGAN SINDROM DEPRESIF Dari tabel 4 dapat diamati bahwa sindrom depresif paling banyak terjadi
pada penderita kanker payudara kelompok umur 40-49 tahun (58,8%) yang
berupa sindrom depresif berat. Terdapat perbedaan bermakna di sindrom
depresif pada penderita kanker payudara berdasarkan kelompok umur.
Hasil yang sama juga dilaporkan oleh Ell et al yang menyatakan bahwa
dari 472 penderita kanker payudara atau ginekologik dengan umur <50 tahun
secara signifikan berhubungan dengan terjadinya depresi.7 Hal ini juga diperkuat
dengan pernyataan bahwa faktor risiko nuntuk terjadinya depresi pada populasi
wanita adalah usia yang lebih muda.10
36
VIII.4. SEBARAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN SINDROM DEPRESIF Dari tabel 5 dapat diamati bahwa sindrom depresif yang paling banyak
terjadi pada penderita kanker payudara dengan tingkat pendidikan SD (71,4%)
yang berupa sindrom depresif sedang. Tidak terdapat perbedaan bermakna di
sindrom depresif pada penderita kanker payudara berdasarkan tingkat
pendidkan.
Ell et al juga melaporkan hasil yang sama dengan melakukan penelitian
terhadap 472 penderita kanker payudara atau ginekologik yang memiliki tingkat
pendidikan setara kelas I SD hingga SMA, mereka menjumpai 134 penderita
kanker payudara yang menderita gangguan depresi berat dimana 63 orang
(56%) diantaranya memiliki tingkat pendidikan setara SD dan menjumpai hasil
bahwa tingkat pendidikan tidak berhubungan dengan depresi. 7
VIII.5. SEBARAN STATUS PERKAWINAN DENGAN SINDROM DEPRESIF Dari tabel 6 dapat diamati bahwa sindrom depresif yang paling banyak
terjadi pada penderita kanker payudara yang kawin (84,6%) yang berupa
sindrom depresif ringan. Tidak terdapat perbedaan bermakna di sindrom depresif
pada penderita kanker payudara berdasarkan status perkawinan.
Hasil ini berlawanan dengan studi Ell et al yang melakukan penelitian
terhadap 472 penderita kanker payudara atau ginekologik juga menjumpai 48
penderita (42%) yang sudah menikah mengalami gangguan depresi berat.7
Perbedaan ini kemungkinan oleh adanya perbedaan jumlah subjek penelitian
dan bias dari BDI yaitu wanita, pendidikan yang rendah, dan orang tua
cenderung memiliki nilai BDI yang lebih tinggi.23
VIII.6. SEBARAN SUKU DENGAN SINDROM DEPRESIF Dari tabel 7 dapat diamati bahwa sindrom depresif yang paling banyak
terjadi pada penderita kanker payudara suku Batak (50%) yang berupa sindrom
depresif minimal. Tidak terdapat perbedaan bermakna di sindrom depresif pada
penderita kanker payudara berdasarkan suku.
Hasil yang sama juga dijumpai oleh Ell et al yang meneliti gangguan
depresi berat pada 472 penderita kanker payudara atau ginekologik, mendapati
bahwa dari 250 penderita sebanyak 89 orang (78%) adalah Hispanik dan
etnisitas tidak berhubungan dengan depresi.7
37
VIII.7. SEBARAN PEKERJAAN DENGAN SINDROM DEPRESIF Dari tabel 8 dapat diamati bahwa sindrom depresif yang paling banyak
terjadi pada penderita kanker payudara yang bekerja (62,5%) yang berupa
sindrom depresif minimal. Tidak terdapat perbedaan bermakna di sindrom
depresif pada penderita kanker payudara berdasarkan pekerjaan.
Ell et al juga melaporkan hasil yang sama setelah melakukan studi
tentang gangguan depresi berat terhadap 472 penderita kanker payudara atau
ginekologik dimana hanya 21 penderita (18%) kanker payudara atau ginekologik
yang mengalami depresi yang memiliki pekerjaan, mereka melaporkan bahwa
status pekerjaan tidak berhubungan dengan depresi.7
VIII.8. SEBARAN PENDAPATAN PER BULAN DENGAN SINDROM DEPRESIF Dari tabel 9 dapat diamati bahwa sindrom depresif yang paling banyak
terjadi pada penderita kanker payudara dengan pendapatan per bulan <Rp
500.000,00 (84,6%) yang berupa sindrom depresif ringan. Tidak terdapat
perbedaan bermakna pada sindrom depresif pada penderita kanker payudara
berdasarkan pendapatan per bulan.
Sedangkan Ell et al yang meneliti gangguan depresi berat pada 472
penderita kanker payudara atau ginekologik yang berpendapatan rendah
mendapati hasil bahwa 24% mengalami depresi dengan level sedang hingga
berat. Secara keseluruhan mereka mendapati bahwa penderita yang depresi
lebih memiliki halangan untuk perawatan kankernya secara signifikan, dimana
salah satu halangannya adalah karena khawatir kehabisan gaji untuk biaya
perobatan.7
Perbedaan dari hasil penelitian ini dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ell et al adalah pada penelitian ini subjek tidak hanya
berpenghasilan rendah, sementara Ell et al meneliti hanya pada subjek yang
berpenghasilan rendah. Hasil penelitian ini juga dipengaruhi oleh adanya bias
dari BDI yaitu wanita, pendidikan yang rendah, dan orang tua cenderung memiliki
nilai BDI yang lebih tinggi.23
38
VIII.9. SEBARAN STADIUM KLINIS KANKER PAYUDARA DENGAN SINDROM DEPRESIF Dari tabel 10 dapat diamati bahwa sindrom depresif pada penderita
kanker payudara yang paling banyak terjadi pada stadium IIIB (76,5%) yang
berupa sindrom depresif berat. Tidak terdapat perbedaan bermakna pada
sindrom depresif pada penderita kanker payudara berdasarkan stadium klinis
kanker payudaranya.
Hasil yang sama diperoleh Burgess et al yang melakukan penelitian
terhadap 170 penderita kanker payudara melaporkan bahwa jumlah nodul aksila
yang ada dan ukuran serta histologi tumor tidak berhubungan dengan depresi
dan ansietas.10
VIII.10. FAKTOR RISIKO UMUR UNTUK TERJADINYA SINDROM DEPRESIF PADA PENDERITA KANKER PAYUDARA Dari tabel 11 dapat diamati bahwa faktor risiko umur untuk terjadinya
sindrom depresif pada penderita kanker payudara adalah umur 30-39 tahun
(PR=6,180; IK 95% 1,518 sampai 34,139).
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Ell et al yang mendapati
bahwa umur <50 tahun cenderung mengalami depresi7, dan teori yang
mengatakan bahwa salah satu faktor risiko untuk terjadinya depresi pada
populasi wanita adalah usia yang lebih muda.10
39
BAB IX KESIMPULAN DAN SARAN
IX.1. KESIMPULAN Penelitian ini mendapati hasil bahwa mean untuk skor BDI pada seluruh
subjek adalah 22,8 (SD 12,3). Sindrom depresif sedang paling banyak dijumpai
(42,4%), diikuti oleh sindrom depresif berat (25,8%), sidroma depresif ringan
(19,7%), dan minimal (12,1%). Salah satu hipotesis terbukti benar yaitu terdapat
perbedaan bermakna di sindrom depresif pada penderita kanker payudara
berdasarkan kelompok umur, dan selanjutnya setelah dilakukan uji regresi
logistik didapati bahwa kelompok umur 30-39 tahun cenderung untuk mengalami
sindrom depresif. Tidak terdapat perbedaan bermakna di sindrom depresif pada
penderita kanker payudara berdasarkan pendidikan, status perkawinan, suku,
pekerjaan, pendapatan per bulan, dan stadium klinis kanker payudara.
IX.2. SARAN Melihat tingginya angka sindrom depresif pada penderita kanker
payudara, maka perlu dipertimbangkan pentingnya penanganan yang bersifat
menyeluruh dalam dampak psikologis. Seperti juga di berbagai negara maju,
perlu kiranya dipertimbangkan keterlibatan Consultation Liaison Psychiatry sedini
mungkin.
Perlunya peranan dokter-dokter baik di poliklinik atau di bangsal untuk
lebih menanggapi adanya gejala-gejala depresi pada penderita kanker payudara,
dan untuk peningkatan kualitas hidup penderita kanker payudara tersebut, perlu
dipertimbangkan adanya kerjasama antara Departemen Bedah Sub Bagian
Onkologi dengan Departemen Psikiatri.
40
DAFTAR PUSTAKA
1. Miranda CRR, De Resende CN, Melo CFE, et al. Depression before and after
uterine cervix and breast cancer neoadjuvant chemotherapy. Int J Gynecol
2002;12: 773-6.
2. Sharma Y, Mattoo SK, Kulhara P, et al. Stress and Coping with Cervical and
Breast Cancer in India. German Journal of Psychiatry. Diunduh dari :
www.gipsy.uni-goettingen.de
3. Dalton SO, Mellemkjær L, Olsen JH, et al., Depression and Cancer Risk : A
Register-based Study of Patients Hospitalized with Affective Disorders,
Denmark, 1969-1993. American Journal of Epidemiology 2002;155:1088-95.
4. Gross AF, Smith FA, Stern TA. Is Depression an Appropriate Response to
Having Cancer? A Discussion of Diagnostic Criteria and Treatment
Decisions. Prim Care Companion J Clin Psychiatry 2007;9(5): 382-7.
5. Evans DL, McCartney CF, Nemeroff CB, et al. Depression in Women treated
for Gynecological cancer : Clinical and Neuroendocrine Assessment. Am J
Psychiatry 1986;143: 447-52.
6. Makhoul I, Harvey H, Souba W. Breast Cancer. Dalam : Shepard RC,
Talavera F, Movsas B, et al, ed. Emedicine. Diunduh dari : www.
emedicine.com
7. Ell K, Sanchez K, Vourlekis B, et al. Depression, Correlates of Depression,
and Receipt of Depression Care Among Low-Income Women With Breast or
Gynecologic Cancer. J Clin Oncol 2005;23:3052-60.
8. Payne DK, Hoffman RG, Theodoulou M, et al. Screening for Anxiety and
Depression in Women With Breast Cancer Psychiatry and Medical Oncology
Gear Up for Managed Care. Psychosomatics 1999;40: 64-9.
9. Hjerl K, Andersen EW, Keiding, N, et al. Depression as a Prognostic Factor
for Breast Cancer Mortality. Psychosomatics 2003;44: 24-30.
10. Burgess C, Corneliu V, Love S, et al. Depression and anxiety in women with
early breast cancer: five year observational cohort study. BMJ 2005;330;702-.
11. Massie MJ. Prevalence of Depression in Patients With Cancer. J Natl Cancer
Inst Monogr 2004;32: 57-71.
12. Miller SLB, Jones LE, Carney CP. Psychiatric Sequelae Following Breast
Cancer Chemotherapy: A Pilot Study Using Claims Data. Psychosomatics
2005;46: 517-22.
41
13. Monti DA, Mago R, Kunkel EJS. Depression, Cognition, and Anxiety Among
Postmenopausal Women With Breast Cancer. Psychiatric Services
2005;56:1353-55.
14. Campbell RJ. Psychiatric Dictionary. Edisi kelima. New York : Oxford
University Press, 1981. h. 164.
15. Carr D, Goudas L, Lawrence D, et al. Management of Cancer Symptoms :
Pain, Depression, and Fatigue. Rockville : Agency for Healthcare Research
and Quality, 2002. h. 99, 101, 103-5, 107-10.
16. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Berita 21 Juni 2007. Diunduh
dari :
http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid=2846
&Itemid=2%5C%5C%5C%5C%5C%5C
17. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry
Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. Edisi kesepuluh. Philadelphia :
Wolters Kluwer Lippincott Williams & Wilkins, 2007. h. 529.
18. Wah TM. Depression in Advanced Cancer. Diunduh dari :
http://www.fmshk.org/database/articles/hkspm2004decp2730depressioninadv
ancedcancerpatients.pdf
19. Jones RD. Depression and Anxiety in Oncology: The Oncologist’s
Perspective. J Clin psychiatry 2001;62 (suppl 8): 52-5.
20. Lederberg MS. Psycho-oncology. Dalam : Sadock BJ, Sadock VA, ed. Kaplan
& Sadock’s Comprehensive Textbook of Psychiatry. Edisi kedelapan.
Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins, 2006. h. 2201-2.
21. Gelder M, Harrison P, Cowen P. Shorter Oxford Textbook of Psychiatry. Edisi
kelima. New York : Oxford University Press, 2006. h. 399.
22. Maguire P. Depression and cancer. Dalam : Robertson MM, Katona CLE, ed.
Depression and Physical Illness. West Sussex : John Wiley & Sons, 1997. h.
438.
23. Beck AT, Steer RA. Beck Depression Inventory (BDI). Dalam : Rush AJ,
Pincus HA, First MB, et al, ed. Handbook of Psychiatric Measures.
Washington, DC : American Psychiatric Association, 2000. h. 519-22.
24. The Cancer Council. Cervical Cancer. Carlton Vic : The Cancer Council,
2005. h. 4-5.
25. Wikipedia. Cancer. Diunduh dari : http://en.wikipedia.org/wiki/Cancer
42
26. Wikipedia. Breast cancer. Diunduh dari :
http://en.wikipedia.org/wiki/Breast_cancer
27. Forbes JF. Breast cancer. Dalam : Williams C, Bramwell V, Bonfill X, et al,
ed. Evidence-based Oncology. London : BMJ Publishing, 2003. h. 429-64.
28. Brinton LA, Devesa SS. Incidence, Demographics, and Environmental
Factors. Etiology and Pathogenesis of Breast Cancer. Dalam : Harris JR,
Lippman ME, Morrow M, et al, ed. Diseases of the Breast. Philadelphia :
Lippincott-Raven Publishers, 1996. h. 159-68.
29. Tjahjadi G. Jenis dan Aspek Patologi Kanker Payudara. Dalam : Susworo R,
Tjarta A, Poetiray EDC, et al. Pencegahan dan Deteksi Dini Penyakit Kanker.
Jakarta : UI-Press, 1996. 162-96.
30. Astuti ND. Kanker Payudara. Diunduh dari : http://niex-
klaten.blogspot.com/2005/12/kanker-payudara-1health-ed-2.html#links
31. Lukitto P, Rachmad KB. Dinding toraks, pleura, dan mamma. Dalam :
Karnadihardja W, Djojosugito MA, Sjamsuhidajat R, et al. Buku-Ajar Ilmu
Bedah. Edisi revisi. Jakarta : Penerbit Buku kedokteran EGC, 1997. h. 542-
55.
32. Ramli M. Payudara. Dalam : Reksoprodjo S, Pusponegoro AD, Kartono D, et
al. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : Binarupa Aksara, 1995. h. 342-63.
33. Tjindarbumi D. Deteksi Dini Kanker Payudara dan Penanggulangannya.
Dalam : Ramli M, Umbas, R, Panigoro SS. Deteksi Dini Kanker. Jakarta :
Balai Penerbit FK UI, 2002. h. 33-59.
34. Mayo Clinic. Breast Cancer Signs and Symptoms. Diunduh dari :
http://www.mayoclinic.com/health/breast-cancer/DS00328/DSECTION=2
35. Ramli M, Azamris, Burmansyah, et al. Protokol Pelaksanaan Kanker
Payudara. Dalam : Albar ZA, Tjindarbumi D, Ramli M, et al, ed. Protokol
PERABOI 2003. Bandung : PERABOI, 2004. h. 2-16.
36. Sobin LH, Wittekind Ch. TNM Classification of Malignant Tumours. Edisi
kelima. New York : Wiley-Liss, 1997. h. 123-30.
37. Hawari D. Kanker Payudara Dimensi Psikoreligi. Jakarta : Balai Penerbit FK
UI, 2004. h. 61, 109.
38. Schwartz SI, Shires GTS, Spencer FC, et al. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu
Bedah. Edisi keenam (terjemahan). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC, 2000. h. 227-36.
43
39. Manuaba TW. Epidemiology of Cancers. Disampaikan pada Pertemuan
Ilmiah Berkala (PIB) – XVIII Proyek Trigonum Plus Program Studi Ilmu Bedah
FK UNUD, FK UNAIR, FK UNIBRAW, FK UNDIP, FK UNS, FK UGM, FK
UNSRAT, Surabaya, 14-16 April 2005.
40. Ghazali MV, Sastromiharjo S, Soedjarwo SR, et al. Studi cross-sectional.
Dalam : Sastroasmoro S, Ismael S, ed. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian
Klinis. Edisi kedua. Jakarta : Sagung Seto, 2002. h. 97-108.
41. Portney LG, Watkins MP. Foundations of Clinical Research Application to
Practice. New Jersey : Prentice-Hall, 2000. h. 269-71.
42. Budiarto E, Anggraeni D. Pengantar Epidemiologi. Edisi kedua. Jakarta :
EGC, 2001. h. 118-22.
43. Pratiknya AW. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran & Kesehatan.
Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2003. h. 164-75.
44. Sabri L, Hastono SP. Statistik Kesehatan. Jakarta : PT. RajaGrafindo
Persada, 2006. 159-68.
44
Lampiran 1 Beck Depression Inventory
Nama :
Umur :
Status Perkawinan :
Pekerjaan :
Pendapatan :
Suku :
Pendidikan :
Stadium Penyakit :
Tanggal Pemeriksaan :
Instruksi : Kuisioner ini terdiri dari 21 kelompok pernyataan. Silakan membaca
masing-masing kelompok pertanyaan dengan seksama, dan pilih satu pernyataan yang terbaik pada masing-masing kelompok yang menggambarkan
dengan baik bagaimana perasaan anda. Lingkari huruf abjad di depan
pernyataan yang telah anda pilih. Jika beberapa pernyataan dalam beberapa
kelompok sama bobotnya, lingkari nomor yang paling tinggi untuk kelompok itu.
Yakinkan bahwa anda tidak memilih lebih dari satu pernyataan untuk satu
kelompok, termasuk soal nomor 16 (Perubahan Pola tidur) atau soal nomor 18
(Perubahan Selera Makan).
Pilihlah satu jawaban yang sesuai dengan keadaan anda
1. A. Saya tidak merasa sedih
B. Saya merasa sedih
C. Saya sedih dan murung sepanjang waktu dan tidak bisa
menghilangkan perasaan itu
D. Saya demikian sedih atau tidak bahagia sehingga saya tidak tahan
lagi rasanya
2. A. Saya tidak terlalu berkecil hati mengenai masa depan
B. Saya merasa kecil hati mengenai masa depan
C. Saya merasa bahwa tidak ada satupun yang dapat saya harapkan
45
D. Saya merasa bahwa masa depan saya tanpa harapan dan bahwa
semuanya tidak akan dapat membaik
3. A. Saya tidak menganggap diri saya sebagai orang yang gagal
B. Saya merasa bahwa saya telah gagal lebih daripada kebanyakan
orang
C. Saat saya mengingat masa lalu, maka yang teringat oleh saya
hanyalah kegagalan
D. Saya merasa bahwa saya adalah seorang yang gagal total
4. A. Saya mendapat banyak kepuasan dari hal-hal yang biasa saya
lakukan
B. Saya tidak dapat lagi mendapat kepuasan dari hal-hal yang biasa
saya lakukan
C. Saya tidak mendapat kepuasan dari apapun lagi
D. Saya merasa tidak puas atau bosan dengan segalanya
5. A. Saya tidak terlalu merasa bersalah
B. Saya merasa bersalah di sebagian waktu saya
C. Saya agak merasa bersalah di sebagian besar waktu
D. Saya merasa bersalah sepanjang waktu
6. A. Saya tidak merasa seolah saya sedang dihukum
B. Saya merasa mungkin saya sedang dihukum
C. Saya pikir saya akan dihukum
D. Saya merasa bahwa saya sedang dihukum
7. A. Saya tidak merasa kecewa terhadap diri saya sendiri
B. Saya kecewa dengan diri saya sendiri
C. Saya muak terhadap diri saya sendiri
D. Saya membenci diri saya sendiri
8. A. Saya tidak merasa lebih buruk dari pada orang lain
B. Saya mencela diri saya karena kelemahan dan kesalahan saya
C. Saya menyalahkan diri saya sepanjang waktu karena kesalahan-
kesalahan saya
46
D. Saya menyalahkan diri saya untuk semua hal buruk yang terjadi
9. A. Saya tidak punya sedikitpun pikiran untuk bunuh diri
B. Saya mempunyai pikiran-pikiran untuk bunuh diri, namun saya tidak
akan melakukannya
C. Saya ingin bunuh diri
D. Saya akan bunuh diri jika saya punya kesempatan
10. A. Saya tidak lebih banyak menangis dibandingkan biasanya
B. Sekarang saya lebih banyak menangis dari pada sebelumnya
C. Sekarang saya menangis sepanjang waktu
D. Biasanya saya mampu menangis, namun kini saya tidak dapat lagi
menangis walaupun saya menginginkannya
11. A. Saya tidak lebih terganggu oleh berbagai hal dibandingkan biasanya
B. Saya sedikit lebih pemarah dari pada biasanya akhir-akhir ini
C. Saya agak jengkel atau terganggu di sebagian besar waktu saya
D. Saya merasa jengkel sepanjang waktu sekarang
12. A. Saya tidak kehilangan minat saya terhadap orang lain
B. Saya agak kurang berminat terhadap orang lain dibanding biasanya
C. Saya kehilangan hampir seluruh minat saya pada orang lain
D. Saya telah kehilangan seluruh minat saya pada orang lain
13. A. Saya mengambil keputusan-keputusan hampir sama baiknya dengan
yang biasa saya lakukan
B. Saya menunda mengambil keputusan-keputusan begitu sering dari
yang biasa saya lakukan
C. Saya mengalami kesulitan lebih besar dalam mengambil keputusan-
keputusan daripada sebelumnya
D. Saya sama sekali tidak dapat mengambil keputusan-keputusan lagi
14. A. Saya tidak merasa bahwa keadaan saya tampak lebih buruk dari
biasanya
B. Saya khawatir saya tampak lebih tua atau tidak menarik
47
C. Saya merasa bahwa ada perubahan-perubahan yang menetap dalam
penampilan saya sehingga membuat saya tampak tidak menarik
D. Saya yakin bahwa saya terlihat jelek
15. A. Saya dapat bekerja sama baiknya dengan waktu-waktu sebelumnya
B. Saya membutuhkan suatu usaha ekstra untuk mulai melakukan
sesuatu
C. Saya harus memaksa diri sekuat tenaga untuk mulai melakukan
sesuatu
D. Saya tidak mampu mengerjakan apa pun lagi
16. A. Saya dapat tidur seperti biasanya
B. Tidur saya tidak senyenyak biasanya
C. Saya bangun 1-2 jam lebih awal dari biasanya dan merasa sukar
sekali untuk bisa tidur kembali
D. Saya bangun beberapa jam lebih awal dari biasanya dan tidak dapat
tidur kembali
17. A. Saya tidak merasa lebih lelah dari biasanya
B. Saya merasa lebih mudah lelah dari biasanya
C. Saya merasa lelah setelah melakukan apa saja
D. Saya terlalu lelah untuk melakukan apapun
18. A. Nafsu makan saya tidak lebih buruk dari biasanya
B. Nafsu makan saya tidak sebaik biasanya
C. Nafsu makan saya kini jauh lebih buruk
D. Saya tak memiliki nafsu makan lagi
19. A. Berat badan saya tidak turun banyak atau bahkan tetap akhir-akhir ini
B. Berat badan saya turun lebih dari 2.5 kg
C. Berat badan saya turun lebih dari 5 kg
D. Berat badan saya turun lebih dari 7.5 kg
20. A. Saya tidak lebih khawatir mengenai kesehatan saya dari pada
biasanya
48
B. Saya khawatir mengenai masalah-masalah fisik seperti rasa sakit dan
tidak enak badan, atau perut mual atau sembelit
C. Saya sangat cemas mengenai masalah-masalah fisik dan sukar untuk
memikirkan banyak hal lainnya
D. Saya begitu cemas mengenai masalah-masalah fisik saya sehingga
tidak dapat berfikir tentang hal lainnya
21. A. Saya tidak melihat adanya perubahan dalam minat saya terhadap seks
B. Saya kurang berminat di bidang seks dibandingkan biasanya
C. Kini saya sangat kurang berminat terhadap seks
D. Saya telah kehilangan minat terhadap seks sama sekali
49
Lampiran 2 LEMBAR PENJELASAN UNTUK PENELITIAN
SINDROM DEPRESIF PADA PENDERITA KANKER PAYUDARA Bapak/Ibu/Sdr/i Yth,
Saya sedang meneliti tentang sindrom depresif pada penderita kanker
payudara. Sindrom depresif adalah kumpulan tanda dan gejala yang
menggambarkan rasa sedih yang tidak normal. Seperti yang Bapak/Ibu/Sdr/i
ketahui banyak penelitian yang menyebutkan bahwa para penderita kanker
payudara umumnya menderita sindrom depresif. Saat ini diperkirakan 1,5-57%
penderita kanker payudara menderita sindrom depresif, yang berarti sekitar 1-57
orang dari 100 orang penderita kanker payudara menderita sindrom depresif.
Pada penelitian saya ini sindrom depresif dinilai dengan cara
Bapak/Ibu/Sdr/i mengisi kuesioner yang saya berikan. Tingkat keparahan dari
sindrom depresif diperoleh setelah Bapak/Ibu/Sdr/i mengisi kuesioner yang saya
berikan dan selanjutnya saya menjumlahkan nilai total dari kuesioner yang telah
Bapak/Ibu/Sdr/i isi tersebut. Kemudian saya akan memberikan informasi
mengenai tingkat keparahan dari sindrom depresif yang Bapak/Ibu/Sdr/i alami
bila memang ada.
Partisipasi pasien dalam penelitian ini bersifat sukarela dan tanpa
paksaan maupun tekanan dari siapapun. Seandainya Bapak/Ibu/Sdr/i menolak
untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, maka tidak akan terdapat sanksi apapun
dan Bapak/Ibu/Sdr/i tetap tidak akan kehilangan hak sebagai pasien. Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini,
diharapkan Bapak/Ibu/Sdr/i yang terpilih sebagai sukarelawan pada penelitian ini,
dapat mengisi lembar persetujuan turutserta dalam penelitian, yang telah
disiapkan.
Jika selama menjalani penelitian terdapat hal-hal yang kurang jelas
sehubungan dengan penelitian ini, maka Bapak/Ibu/Sdr/i dapat menghubungi
saya : dr. Mustafa Mahmud Amin, Departemen Psikiatri FK USU, telepon (061)
77511172 atau telepon genggam 08126001772. Terima kasih. Medan, 20..
Hormat saya,
dr. Mustafa M. Amin
50
Lampiran 3 SURAT PERSETUJUAN IKUT DALAM PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Jenis kelamin :
Umur :
Pekerjaan :
Alamat :
Setelah mendapat keterangan secara terperinci dan jelas mengenai penelitian
‘Sindrom Depresif Pada Penderita Kanker Payudara’ dan setelah mendapat
kesempatan tanya jawab tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan
penelitian tersebut, maka dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan
menyatakan bersedia diikutkan dalam penelitian tersebut.
Medan, …………….. 2007
Yang menyatakan,
(………………….)
51
Lampiran 4
52
53
54
55
56
57
Lampiran 5