3. Makalah - Copy

22
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa siswa, khususnya pada tingkat sekolah menengah, banyak mengalami kesulitan belajar Biologi pada materi yang terkait dengan proses fisiologis dalam tubuh hewan dan manusia, seperti sistem endokrin, hormon, dan sistem saraf. Cimer (2012) mengungkapkan bahwa materi sistem endokrin dan hormon menempati posisi kedua dalam daftar lima besar materi biologi yang tersulit berdasarkan perspektif siswa. Data ini sekaligus menguatkan beberapa penelitian sebelumnya yang juga mengungkapkan bahwa materi sistem endokrin dan hormon termasuk dalam daftar beberapa materi biologi yang tergolong sulit bagi siswa. Penelitian Cimer (2012) menyebutkan beberapa alasan siswa menganggap materi tersebut sulit. Dua faktor utama yang dikemukakan siswa adalah faktor kesukaran dari materi itu sendiri, yakni memuat topik yang kompleks dan sangat berbasis memori (ingatan), serta faktor gaya mengajar guru yang dianggap kurang mengaitkan apa yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari (real world). 1

description

pendidikan

Transcript of 3. Makalah - Copy

Page 1: 3. Makalah - Copy

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa siswa, khususnya pada tingkat

sekolah menengah, banyak mengalami kesulitan belajar Biologi pada materi yang

terkait dengan proses fisiologis dalam tubuh hewan dan manusia, seperti sistem

endokrin, hormon, dan sistem saraf. Cimer (2012) mengungkapkan bahwa materi

sistem endokrin dan hormon menempati posisi kedua dalam daftar lima besar materi

biologi yang tersulit berdasarkan perspektif siswa. Data ini sekaligus menguatkan

beberapa penelitian sebelumnya yang juga mengungkapkan bahwa materi sistem

endokrin dan hormon termasuk dalam daftar beberapa materi biologi yang tergolong

sulit bagi siswa.

Penelitian Cimer (2012) menyebutkan beberapa alasan siswa menganggap

materi tersebut sulit. Dua faktor utama yang dikemukakan siswa adalah faktor

kesukaran dari materi itu sendiri, yakni memuat topik yang kompleks dan sangat

berbasis memori (ingatan), serta faktor gaya mengajar guru yang dianggap kurang

mengaitkan apa yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari (real world).

Berdasarkan hal tersebut, dapat ditarik kemungkinan beberapa solusi yang dapat

diterapkan untuk mengatasi masalah yang dihadapi siswa dalam belajar, khususnya

pada materi biologi. Salah satu di antaranya adalah dengan menerapkan model

pembelajaran yang tepat.

Menurut (Pardamean, 2011), banyak macam dari model pembelajaran, namun

penting bagi guru untuk memperhatikan beberapa pertimbangan sebelum memilih,

menentukan, dan menetapkan satu model pembelajaran agar keputusannya tepat

sesuai dengan maksud dan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Hal ini

mengingat bahwa model pembelajaran tersebut masing-masing memiliki karakteristik

yang secara khas menghendaki suatu kondisi tertentu.

11

Page 2: 3. Makalah - Copy

Problem Based Learning (model pembelajaran berbasis masalah) merupakan

model pembelajarn yang berbasis pada masalah (problematika) yang dihadapi di

dunia nyata, yang pada awalnya banyak diimplementasikan di sekolah-sekolah

kedokteran. Hal ini dimaksudkan untuk melatih kemampuan siswa dalam

memecahkan masalah. Adapun karakteristik materi sistem endokrin pun masih terkait

dengan konsep fisiologis-medis. Oleh karena itu, dengan mengulas beberapa literatur

dari dalam dan luar negeri terkait PBL dan materi sistem endokrin, serta dengan

harapan untuk dapat melihat implementasi model PBL pada materi sistem endokrin,

maka makalah ini disusun.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran berbasis masalah (Problem

Based Learning)?

2. Bagaimana menerapkan model pembelajaran berbasis masalah (Problem

Based Learning) pada pembelajaran biologi materi sistem endokrin?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk memahami tentang model pembelajaran berbasis masalah (Problem

Based Learning).

2. Untuk mengetahui cara penerapan model pembelajaran berbasis masalah

(Problem Based Learning) pada pembelajaran biologi materi sistem endokrin.

2

Page 3: 3. Makalah - Copy

BAB IIKAJIAN TEORI

A. Model Pembelajaran Poblem Based Learning

1. Konsep Dasar Problem Based Learning

Problem Based Learning (PBL) atau pembelajaran berbasis masalah,

didasarkan pada hasil penelitian Barrow dan Tamblyn pada tahun 1980. Model

ini pertama kali diimplementasikan pada sekolah kedokteran di McMaster

University Kanada pada tahun 60-an (Barret, 2005). PBL sebagai sebuah

pendekatan pembelajaran diterapkan dengan alasan bahwa PBL sangat efektif

untuk sekolah kedokteran dimana mahasiswa dihadapkan pada permasalahan

kemudian dituntut untuk memecahkannya. PBL lebih tepat dilaksanakan

dibandingkan dengan pendekatan pembelajaran tradisional. Hal ini dapat

dimengerti sebab para dokter yang nanti bertugas pada kenyataannya selalu

dihadapkan pada masalah-masalah pasien, sehingga harus mampu

menyelesaikannya. Walaupun pertama dikembangkan dalam pembelajaran di

sekolah kedokteran tetapi pada perkembangan selanjutnya diterapkan dalan

pembelajaran secara umum (Barrow dan Tamblyn, 1980).

Barret (2005) mendefinisikan PBL sebagai “The learning that results

from the process of working towards the understanding of a resolution of a

problem. The problem is encountered first in the learning process.” Jadi, PBL

adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata

sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis

dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan

konsep yang esensial dari materi kuliah atau materi pelajaran. Model ini

menyebabkan motivasi dan rasa ingin tahu menjadi meningkat. Model PBL juga

menjadi wadah bagi siswa untuk dapat mengembangkan cara berpikir kritis dan

keterampilan berpikir yang lebih tinggi (Gunantara, dkk., 2014).

33

Page 4: 3. Makalah - Copy

Landasan teori PBL adalah konstruktivisme, suatu pandangan yang

berpendapat bahwa manusia akan menyusun pengetahuan dengan cara

membangun penalaran dari semua pengetahuan yang sudah dimlikinya, dan dari

semua yang diperoleh sebagai hasil kegiatan berinteraksi dengan sesama

individu. Hal tersebut juga menyiratkan bahwa definisi proses pembelajaran

berubah dari yang tadinya merupakan transfer informasi dari fasilitator ke

pebelajar, menjadi proses konstruksi pengetahuan yang sifatnya sosial dan

individual (Lidinillah, 2007).

PBL memiliki gagasan bahwa pembelajaran dapat dicapai jika kegiatan

pendidikan dipusatkan pada tugas-tugas atau permasalahan yang otentik, relevan,

dan dipresentasikan dalam suatu konteks. Cara tersebut bertujuan agar

mahasiswa memilki pengalaman sebagaimana nantinya yang akan mereka

hadapi di kehidupan profesionalnya. Pengalaman tersebut sangat penting karena

pembelajaran yang efektif dimulai dari pengalaman konkrit. Pertanyaan,

pengalaman, formulasi, serta penyususan konsep tentang pemasalahan yang

mereka ciptakan sendiri merupakan dasar untuk pembelajaran (Sudarman, 2007).

Masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan

siswa melalui kerja kelompok sehingga dapat memberi pengalaman-pengalaman

belajar yang beragam pada siswa seperti kerja sama dan iteraksi dalam

kelompok, disamping pengalaman belajar yang berhubungan dengan pemecahan

masalah seperti membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan

penyelidikan, mengumpulkan data, membuat kesimpulan, mempersentasikan,

berdiskusi, dan membuat laporan. Keadaan tersebut membuat model

Pembelajaran Berbasis masalah dapat memberikan pengalaman yang kaya

kepada siswa (Kharida, 2009).

2. Karakteristik Model Pembelajaran PBL 4

Page 5: 3. Makalah - Copy

Berdasarkan teori yang dikembangkan oleh Barrow, Liu (2005)

menjelaskan karakteristik dari PBL, yaitu :

a. Learning is student-centered

Proses pembelajaran dalam PBL lebih menitikberatkan kepada siswa

sebagai orang belajar. Oleh karena itu, PBL didukung juga oleh teori

konstruktivisme dimana siswa didorong untuk dapat mengembangkan

pengetahuannya sendiri.

b. Authentic problems form the organizing focus for learning

Masalah yang disajikan kepada siswa adalah masalah yang otentik

sehingga siswa mampu dengan mudah memahami masalah tersebut serta

dapat menerapkannya dalam kehidupan profesionalnya nanti.

3. New information is acquired through self-directed learning

Siswa berusaha untuk mencari informasi sendiri melalui

sumbernya, baik dari buku maupun sumber informasi lainnya.

4. Learning occurs in small groups

PBL dilaksakan dalam kelompok kecil, agar terjadi interaksi ilmiah

dan tukar pemikiran dalam usaha membangun pengetahuan secara

kolaboratif. Kelompok yang dibuat menuntut pembagian tugas yang jelas dan

penetapan tujuan yang jelas.

5. Teachers act as facilitators

Pada pelaksanaan PBL, guru hanya berperan sebagai fasilitator.

Namun, walaupun begitu guru harus selalu memantau perkembangan

aktivitas siswa dan mendorong siswa agar mencapai target yang hendak

dicapai.

3. Langkah-Langkah Pelaksanaan (Sintaks) Model PBL

5

Page 6: 3. Makalah - Copy

Pelaksanaan PBL memiliki ciri tersendiri berkaitan dengan langkah-

langkah pembelajarannya. Rusman (2012) menjelaskan langkah-langkah

pelaksanaan PBL sebagai berikut :

Tabel 2.1. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah

Tahapan Tingkah Laku GuruTahap 1: Orientasi siswa kepada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa agar terlibat pada pemecahan masalah.

Tahap 2: Mengorganisasi siswa untuk belajar

Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

Tahap 3: Membimbing Penyelidikan/ individual dan kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalahnya

Tahap 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan model serta membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.

Tahap 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

4. Kelebihan dan Kekurangan PBL

PBL tentu memiliki kelebihan dan kelemahan dalam pelaksanaannya. Berikut

ini adalah kelebihan dan kekurangan dari PBL menurut Wulandari dan Herman

(2013).

a. Kelebihan PBL

6

Page 7: 3. Makalah - Copy

1) pemecahan masalah dalam PBL cukup bagus untuk memahami isi pelajaran;

2) pemecahan masalah berlangsung selama proses pembelajaran menantang

kemampuan siswa serta memberikan kepuasan kepada siswa;

3) PBL dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran;

4) membantu proses transfer siswa untuk memahami masalah-masalah dalam

kehidupan sehari-hari;

5) membantu siswa mengembangkan pengetahuannya dan membantu siswa

untuk bertanggungjawab atas pembelajarannya sendiri;

6) membantu siswa untuk memahami hakekat belajar sebagai cara berfikir bukan

hanya sekedar mengerti pem-belajaran oleh guru berdasarkan buku teks;

7) PBL menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan disukai siswa;

8) memungkinkan aplikasi dalam dunia nyata; dan

9) merangsang siswa untuk belajar secara kontinu.

b. Kelemahan PBL

1) apabila siswa mengalami kegagalan atau kurang percaya diri dengan minat

yang rendah mala siswa enggan untuk mencoba lagi;

2) PBL membutuhkan waktu yang cukup untuk persiapan; dan

3) pemahaman yang kurang tentang mengapa masalah-masalah yang dipecahkan

maka siswa kurang termotivasi untuk belajar.

5. Materi Sistem Endokrin

Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang

menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk

mempengaruhi organ-organ lain. Sistem endokrin disusun oleh kelenjar-kelenjar

endokrin. Kelenjar endokrin mensekresikan senyawa kimia yang disebut hormon.

Hormon merupakan senyawa protein atau senyawa steroid yang mengatur kerja

proses fisiologis tubuh.

7

Page 8: 3. Makalah - Copy

Kelenjar endokrin yang terdapat pada vertebrata (termasuk manusia) antara

lain, hipofisis, tiroid, paratiroid, adrenal, pineal, dan organ-organ tubuh yang

mengandung kelenjar endokrin misalnya, pankreas, gonad, ginjal, lambung, dan usus

halus (Tenzer, 1998).

Gambar 2.1. Sistem Endokrin. Kelenjar endokrin dan hormon utama yang disekresikan

disebutkan beserta lokasinya. Organ lain diperlihatkan dalam tanda kurung, termasuk jantung, ginjal,

timus, usus, dan gonad yang mengandung sel endokrin dan memiliki fungsi endokrin penting.

8

Page 9: 3. Makalah - Copy

B. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning pada

Pembelajaran Biologi Materi Sistem Endokrin

Materi sistem endokrin dan hormon menempati posisi kedua dalam daftar

lima besar materi biologi yang tersulit berdasarkan perspektif siswa (Cimer, 2012).

Penelitian Cimer juga menyebutkan bahwa faktor kesulitan utama yang dikemukakan

siswa dalam mempelajari konsep-konsep biologi adalah faktor kesukaran dari materi

itu sendiri, yakni memuat topik yang kompleks dan sangat berbasis memori (ingatan),

serta faktor gaya mengajar guru yang dianggap kurang mengaitkan apa yang

dipelajari dengan kehidupan sehari-hari (real world).

Menyadari problematika ini, dapat dikemukakan beberapa solusi untk

mencoba mengurangi kesulitan siswa dalam mempelajari materi sistem endokrin. Di

antaranya adalah dengan memilih model pembelajaran yang tepat. Problem Based

Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang sangat cocok digunakan untuk

membantu siswa menjadi pebelajar yang aktif, sebab ikut melibatkan situasi atau

permasalahan di dunia nyata, sehingga membuat siswa lebih responsible terhadap

kegiatan pembelajaran (Hmelo dan Silver, 2004).

Walters (2001), dalam penelitiannya yang bertajuk Problem Based Learning

Within Endocrine Physiology Lectures mencoba menerapkan model pembelajaran

berbasis masalah (Problem Based Learning) dalam kegiatan pembelajaran materi

endokrin. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran PBL

dapat meningkatkan hasil belajar dan tingkat kehadiran siswa. Pada penelitian ini,

peneliti mengangkat beberapa contoh kasus yang terjadi pada pasien, salah satunya

adalah yang mengalami penyakit pada kelenjar pituitari.

9

Page 10: 3. Makalah - Copy

Gambar 2.1. Contoh kasus yang diangkat dalam proses pembelajaran PBL

Langkah-langkah proses pembelajaran (sintaks) yang dilakukan, terdiri atas

beberapa langkah, yakni orientasi siswa pada masalah, mengorganisasikan siswa

untuk belajar, membimbing penyelidikan/individual dan kelompok, mengembangkan

dan menyajikan hasil karya, serta menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan

masalah. Jika dijabarkan dalam skenario pelaksanaan pembelajaran kurang lebih

sebagai berikut:

Jenjang Sekolah SMA Kelas XI

Topik/Tema Sistem Endokrin

Kompetensi Dasar 3.6 Mendeskripsikan struktur jaringan penyusun organ

pada sistem koordinasi (peran saraf dan hormon

dalam mekanisme koordinasi dan regulasi serta

gangguan).

Tahapan Pembelajaran PBL

Fase 1: orientasi siswa Guru melakukan apersepsi dengan menunjukkan

10

Page 11: 3. Makalah - Copy

pada masalah beberapa gambar manusia yang terjangkit penyakit yang

disebabkan oleh masalah pada kelenjar endokrin (sistem

hormonnya). Beberapa siswa diberi kesempatan untuk

mengungkapkan pendapatnya tentang gambar tersebut.

Selanjutnya guru memberikan pertanyaan tentang kaitan

antara jenis dan fungsi beberapa hormon dengan gejala

penyakit yang ditimbulkan akibat kelebihan atau

kekurangan produksinya yang mengarah kepada tujuan

pembelajaran

Fase 2:

Mengorganisasi siswa

untuk belajar

Guru mengorganisasikan siswa dalam kelompok-

kelompok yang heterogen berdasarkan prestasi akademik

dan jenis kelamin. Siswa dibagi menjadi beberapa

kelompok di mana masing-masing kelompok terdiri dari

maksimal 5 orang siswa. Selanjutnya guru membagikan

LKS pada masing-masing kelompok untuk didiskusikan.

LKS yang dibagikan mengandung permasalahan yang

harus dipecahkan oleh masing-masing kelompok.

Fase 3: Membimbing pengalaman individual/ kelompok

Guru membimbing siswa mengerjakan LKS. Setiap

siswa berdiskusi secara internal di kelompoknya masing-

masing. Siswa menjawab pertanyaan pada LKS dengan

terlebih dulu mengumpulkan informasi yang sesuai.

Siswa diberi kebebasan uuntuk mengakses informasi dari

berbagai sumber, baik itu berupa buku maupun digital.

Fase 4:

Mengembangkan dan

menyajikan hasil

karya

Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi

kelompoknya di depan kelas. Pada tahap ini, apabila ada

masalah pada saat presentase, siswa diberi kesempatan

untuk bertanya dan menjawab tetap di bawah bimbingan

guru sebagai fasilitator.

11

Page 12: 3. Makalah - Copy

Fase 5: Menganalisis

dan mengevaluasi

proses pemecahan

masalah

Guru membimbing siswa untuk membuat rangkuman,

menyimpulkan secara umum hasil diskusi kelas yang

telah dilaksanakan. Guru juga berperan untuk membantu

siswa melakukan refleksi dan evaluasi terhadap

penyelidikan dan proses yang mereka gunakan.

12

Page 13: 3. Makalah - Copy

BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

1. Problem Based Learning adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan

masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar

tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk

memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari suatu materi. Terdiri

atas 5 tahapan yang khas, yakni orientasi siswa pada masalah,

mengorganisasikan siswa untuk belajar, membimbing

penyelidikan/individual dan kelompok, mengembangkan dan menyajikan

hasil karya, serta menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan

masalah.

2. Penerapan Problem Based Learning dalam pembelajaran Biologi materi sisem

endokrin dapat dilakukan dengan mengangkat beberapa contoh kasus yang

terkait dengan sistem endokrin, lalu menerapkan kegiatan-kegiatan pembelajaran

yang sesuai dengan sintaks model PBL.

1313

Page 14: 3. Makalah - Copy

DAFTAR PUSTAKA

Barret, Terry. 2005. Understanding Problem Based Learning. [online]. Tersedia: http://www.aishe.org/readings/2005-2/chapter2.pdf. [07-10-2015].

Barrows, H.S. & Tamblyn, R.M.. 1980. Problem-based Learning: an Approach to Medical Education. New York: Springer Publishing.

Cimer, Atilla. 2012. What Makes Biology Learning Difficult

and Effective: Student’s Views. Educational Research and Reviews. Vol. 7(3): 61-71.

Gunantara, Gd., Suarjana & Nanci R.. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas V. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD. Vol 2(1): 1-10.

Hmelo, C. E. & Silver. 2004. Problem Based Learning: What and How Do Students Learn?. Educational Psychology Review. Vol. 16(3): 235-266.

Kharida, L.A., dkk. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Elastisitas Bahan. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. Vol. 5: 83-89.

Lidinillah, Dindin A. M. 2007. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning). [online]. Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/dindin_abdul_muiz_lidinillah/Problem_Based_Learning.pdf. [07-10-2015].

Liu, Min. 2005. Motivating Students Through Problem-based

Learning. Journal of Educational Technology Systems. Vol. 30(3): 255-270.

14

Page 15: 3. Makalah - Copy

Pardamean, Toto. 2011. Model Pembelajaran Untuk Efisiensi Dan Efektifitas Pembelajaran. [online]. Tersedia: http://edukasi.kompasiana.com/2011/09/20/model-pembelajaran-untuk-efisiensi-dan-efektivitas-pembelajaran. [11-11-2011].

Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sudarman. 2007. Problem Based Learning: Suatu Model Pembelajaran untuk Mengembangkan dan Meningkatkan Kemampuan Memecahkan masalah. Jurnal Pendidikan Inovatif. Vol 2(2): 68-73.

Tenzer, Amy. 1993. Struktur Hewan Bagian I. Malang: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang.

Walters, Marian R. 2001. Problem Based Learning Within Endocrine Physiology Lectures. Advances In Physiology Education. Vol. 25(4): 225-227.

Wulandari, B. & Herman D. S. 2013. Pengaruh Problem-Based Learning Terhadap Hasil Belajar Ditinjau dari Motivasi Belajar PLC di SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi. Vol 3(2): 178-191.

15

14