2.Geriatric Problem

24
KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan kasus berjudul Geriatric Problem. Shalawat beriring salam kepada Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabat beliau yang telah amat berjasa dalam kemajuan peradaban islam dan ilmu pengetahuan. Laporan kasus ini merupakan bagian dari tugas Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Penyelesaian tulisan ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan serta masukan oleh banyak pihak. Maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang setulusnya kepada Dr. dr. Mulyadi, Sp.P (K) selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala; dr. Fachrul Jamal, Sp.An (KIC) selaku direktur RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dan dr. Darma Muda Setia, Sp.PD selaku pembimbing serta kepada seluruh staf pengajar di Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh juga kepada seluruh teman-teman dokter muda yang senantiasa memberi bantuan dan dukungan dalam proses penyelesaian tulisan ini.

description

...

Transcript of 2.Geriatric Problem

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbilalamin, segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan kasus berjudul Geriatric Problem. Shalawat beriring salam kepada Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabat beliau yang telah amat berjasa dalam kemajuan peradaban islam dan ilmu pengetahuan.Laporan kasus ini merupakan bagian dari tugas Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.Penyelesaian tulisan ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan serta masukan oleh banyak pihak. Maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang setulusnya kepada Dr. dr. Mulyadi, Sp.P (K) selaku dekan Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala; dr. Fachrul Jamal, Sp.An (KIC) selaku direktur RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh dan dr. Darma Muda Setia, Sp.PD selaku pembimbing serta kepada seluruh staf pengajar di Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh juga kepada seluruh teman-teman dokter muda yang senantiasa memberi bantuan dan dukungan dalam proses penyelesaian tulisan ini.Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan laporan kasus ini. Oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan. Akhir kata, hanya kepada Allah SWT penulis memohon ampun dan berserah diri. Semoga tuisan ini dapat memberi kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Banda Aceh, Januari 2015

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTARiDAFTAR ISIiiBAB IPENDAHULUAN11.1 Latar Belakang1

BAB IITINJAUAN PUSTAKA32.1Definisi32.2Epidemiologi42.3Etiologi52.4Patogenesis52.5Diagnosis82.5.1 Faktor risiko......................................................................................82.5.2 Gejala klinis......................................................................................92.5.3 Pemeriksaan penunjang...................................................................112.6Tatalaksana15 2.7 Pronosis....................................................................................................18

BAB IIISTATUS PASIEN RUANG RAWAT ANAK193.1 Identitas Penderita193.2 Identitas Keluarga193.3 Anamnesa193.4 Status Internus203.5 Pemeriksaan Fisik213.6 Pemeriksaan Penunjang243.7 Resume243.8 Diagnosa Banding273.9 Diagnosa Sementara273.10 Tatalaksana273.11 Prognosa28

BAB IVANALISA KASUS39DAFTAR PUSTAKA41

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangSepsis neonatorum masih merupakan masalah yang belum dapat terpecahkan dalam pelayanan dan perawatan bayi baru lahir[endnoteRef:1]. World Health Organization memperkirakan bahwa setiap tahunnya ada 1 juta kematian anak usia dibawah 5 tahun yang disebabkan oleh sepsis neonatorum dan 42% kasus terjadi pada minggu pertama kehidupan[endnoteRef:2]. Sepsis neonatorum merupakan salah satu dari tiga penyebab kematian tersering pada neonatus, yaitu prematuritas dan berat lahir rendah (29%), sepsis (25%) dan asfiksia (23%)[endnoteRef:3]. Angka kejadian sepsis di negara berkembang cukup tinggi (1.8 18 / 1000 kelahiran) dibanding dengan negara maju (1-5 pasien / 1000 kelahiran)1. Data statistik tahun 2009 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta menunjukkan angka kejadian sepsis neonatorum sebesar 98 per 1000 kelahiran[endnoteRef:4]. Kematian dapat mencapai 50% pada bayi yang tidak diobati dan 1 dari 4 kasus dapat berlanjut menjadi meningitis neonatorum yang merupakan komplikasi serius dari sepsis neonatorum[endnoteRef:5]. [1: Aminullah, A. Sepsis pada bayi baru lahir. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta : Badan Penerbit IDAI :171 85.] [2: Kardana, IM. Incidence and factors associated with mortality of neonatal sepsis. Paediatricia Indones. 2011; 51(3) : 144 8. Available at [http://www.paediatrica indonesiana.org/pdffile/51-3-5.pdf] ] [3: World Health Organization. Major causes of death in neonates and children under five GLOBAL -2008 (revised). The World Health Statistics; 2011. Available at [http://www.who.int/maternal_child_adolescent/media/CAH_causes_ death_u5_neonates_2008.pdf]] [4: Roeslani RD, Amir I, Nasrulloh MH, Suryani. Penelitian awal : faktor risiko pada sepsis neonatorum awitan dini. Sari Pediatri. 2013; 14(6) : 363-8.] [5: Sastroasmoro S(Ed.). Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo; 2007.]

Diagnosis yang cepat dan akurat seringkali sulit dilakukan pada praktik klinik. Gejala klinis sepsis neonatorum sering kali sulit dibedakan dari penyakit non-infeksi seperti sindrom aspirasi mekoneum, sindrom gagal nafas dan ketidakstabilan hemodinamik. Kultur mikroorganisme sering kali menunjukkan hasil negatif palsu karena antibiotik yang digunakan ibu atau positif palsu akibat kontaminasi spesimen[endnoteRef:6]. Bayi sepsis yang dapat bertahan hidup, belum tentu terlepas dari morbiditas lain yang juga tinggi. Sepsis neonatorum dapat menimbulkan kerusakan otak yang disebabkan oleh meningitis, syok septik atau hipoksemia dan juga kerusakan organ-organ lainnya seperti gangguan fungsi jantung, paru-paru, hati[endnoteRef:7]. [6: Evridki K, Plessa VE, Karageorgopoulos DE, Mantadakis E, Falagas ME. Serum procalcitonin as a diagnostic marker for neonatal sepsis : a systematic review and meta-analysis. Intensive Care Med; 2011 ] [7: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Penatalaksanaan sepsis neonatorum [Internet]. [diakses 22 okt 2013]. Diunduh dari buk.depkes.go.id/index.php?option=com. ]

Tingginya mortalitas dan morbiditas, sulitnya penegakan diagnosis serta banyaknya komplikasi yang ditimbulkan, merupakan kendala dalam pemberian pelayanan yang optimal kepada penderita sepsis neonatorum. Perkembangan teknologi dan pengetahuan dalam 5 - 10 tahun terakhir, memberikan inovasi baru dalam upaya mengatasi masalah sepsis neonatorum. Beberapa studi yang dilaporkan akhir-akhir ini telah memungkinkan diagnosis dan tata laksana sepsis neonatorum yang lebih efisien dan efektif pada bayi yang berisiko6. Cara terakhir ini membutuhkan teknologi kedokteran yang lebih canggih dan mahal yang mungkin belum terjangkau untuk negara berkembang, hal ini patut untuk diketahui dan dikembangkan dikemudian hari, demi terwujudnya manajemen pencegahan sepsis neonatorum, agar neonatus dapat tumbuh dan berkembang secara optimal1.

BAB IIPRESENTASI KASUS

2.1 Identitas PenderitaNama: Tn. ZUmur: 77 tahun (01 Juli 1938)Alamat: Klieng Cot Aron Baitussalam, Kec. Baitussalam, Aceh BesarJenis Kelamin : Laki-lakiAgama: IslamStatus Perkawinan: MenikahSuku: AcehPekerjaan: (-)Tanggal Pemeriksaan: 15 Januari 2013BB: 50 KgTB: 170 cmIMT: 17,3BBI: 63

2.2 Anamnesa1. Keluhan Utama: Lemas 2. Keluhan Tambahan: Nafsu makan berkurang3. Riwayat Penyakit Sekarang :Pasien datang dengan keluhan lemas sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit yang dirasakan memberat 2 hari SMRS. Pasien tidak mau makan sejak 2 minggu SMRS, menurut keterangan keluarga pasien hanya mau makan 3-5 sendok tiap kali makan. Minum juga sedikit. Mual (-) muntah (-) demam (-). Pasien berbaring di tempat tidur sejak 1 bulan SMRS akibat nyeri pada sendi. Riwayat batuk lama disangkal, keringat malam disangkal, penurunan berat badan > 5 kg dialami dalam 1 bulan terakhir. BAK tidak ada keluhan, BAB hitam (-), riwayat BAB merah (-). Keluarga pasien menyatakan ada benjolan di anus yang menyebabkan pasien terkadang susah BAB.4. Riwayat Peyakit Dahulu :Riwayat Darah tinggi (Hipertensi) : disangkalRiwayat sakit gula (DM) : disangkalRiwayat operasi (+) 10 tahun yang lalu operasi hemoroid eksterna. 5. Riwayat Penyakit Keluarga: Disangkal.6. Riwayat Penggunaan Obat: (-)7. Riwayat Kebiasaan Sosial:

2.3 Pemeriksaan Fisik

Vital SignKesadaran : Compos MentisTD : 100/60 mmHgN : 78 x/menitRR : 22 x/menitT : 36,5 0C

Status GeneralisKulit : Berwarna kuning langsatKepala : NormochepaliMata : Konjungtiva inferior pucat kanan dan kiri, sklera tidak ikterik, pupil isokorTelinga : Sekret tidak ada, serumen tidak adaHidung : Tidak ada nafas cuping hidung, sekret tidak adaMulut : Dalam batas normalLeher : Peningkatan vena jugular tidak ada, pembesaran kelenjar getah bening tidak ada

Paru-paruInspeksi : Tidak adanya jejas di dada, pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri saat diam dan saat bernapas, konfigurasi dada normal, tidak adanya retraksi supraklavikular, tidak ada menggunakan otot bantu napas, dan tidak ada sela iga yang tertinggal saat bernapas.

Palpasi : nyeri tekan (-/-), simetris dada saat bernapas dan diam, Stem fremitus dada kanan dan kiri samaPerkusi : Sonor pada seluruh lapangan paruAuskultasi : Vesikuler (+/+), Rhonki (-/-), Wheezing(-/-)

JantungInspeksi : Iktus kordis tidak terlihatPalpasi : Iktus kordis teraba di ICS V linea midklavikula sinistraPerkusi : batas atas dari jantung di ICS III, batas jantung kanan ICS V di linea parasternal dekstra, batas jantung kiri pada ICS V satu jari di dalam linea midklavikula sinistraAuskultasi : Bunyi jantung I > bunyi jantung II di area mitral, reguler, tidak terdapat murmur.

AbdomenInspeksi : Bentuk tampak simetris dan tidak tampak pembesaran, keadaan di dinding perut sikatrik (-), striae alba (-), kaput medusa (-), pelebaran vena (-), kulit kuning (-), gerakan peristaltik usus (-), dinding perut tegang (-), darm steifung (-), darm contur (-), pulsasi pada dinding perut (-).Auskultasi : Peristaltik usus normal, bising pembuluh darah (-)Palpasi : tidak ada nyeri tekan, Hepar/Lien/Renal tidak terabaPerkusi : Batas paru-hati relatif di ICS V, batas paru-hati absolut di ICS VI, suara timpani di semua lapangan abdomen.Pinggang: nyeri ketok kostovertebrae tidak ada.Ekstremitas : Superior: edema (-/-), pucat (+/+)Inferior : edema (-/-), pucat(+/+)Anus : tampak penonjolan menetap yang tidak dapat masuk kembali

2.4. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium

Jenis Pemeriksaan16/01/15

Darah Rutin

Hemoglobin (g/dL)11,6

Hematokrit (%)34

Eritrosit x 103/mm34,0

Leukosit x 103 /mm35,0

Trombosit x 103 /mm3243

MCV (fL)87

MCH (pg)29

MCHC (%)34

LED (mm/Jam)70

Hitung Jenis

Eos/Bas/N.seg/Lim/Mo6/1/57/21/15

Kimia Klinik

Protein total (U/L)5,9

Albumin (g/dL)3,1

Globulin (g/dL)2,8

Elektrolit

Natrium (mmol/L)141

Kalium (mmol/L)3,8

Klorida (mmol/L)107

Gula Darah Sewaktu (mg/dL)114

Pemeriksaan RadiologiFoto Thorax : Cor dan Pulmo dalam batas normalFoto Genu :osteoarthritis genu bilateral

2.5 Diagnosa Banding

2.6 Diagnosa KerjaLow Intake (Underweight) + Instabilitas dan mudah jatuh + Dementia + VES + OA Genu Bilateral + OA lumbal + immobilisasi + ganguan pendengaran dan penglihatanNoMasalahPengkajianRencana

2.7 Tatalaksana Bed rest, mika-miki / 2 jam Diet Sonde 6 x 200 cc IVFD RL 20 gtt/i IV Combiflex Peri + Lipofundin 1 fls / hari

2.8 PrognosaQuo ad vitam : dubia Quo ad functionam: dubia Quo ad sanactionam: dubia

Follow UpTGLVITAL SIGNKELUHANPEMERIKSAAN FISIK DAN PENUNJANGTERAPI DAN PLANNING

13/1/2015Hari 1

KU : lemahKes: CMTD : 100/80 mmHgN: 89 x/mntRR : 18 x/mntT : 36.90C

Lemas, tidak nafsu makan, nyeri sendi

Kepala: NormocephaliMata: edema kelopak mata (-/-) Pucat (-/-),Ikterik (-/-)Hidung : NCH (-), sekret (-) tanda peradangan (-) Mulut: Bibir pucat (-)Leher: Pembesaran KGB (-),Thorak: Simetris, retraksi (-)Pulmo: Ves (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)Cor: BJ I > BJ II, reguler (+) Bising (-)Abd: Distensi(+), Peristaltik (N),Extr: Sup : Pucat (-/-) Inf : edema (--/-), Pucat (-/-), CRT < 3

Ass/ Low Intake (Underweight) + Instabilitas dan mudah jatuh + Dementia + OA Genu Bilateral + OA lumbal + immobilisasi + ganguan pendengaran dan penglihatan

Terapi:Bed rest, mika-miki / 2 jamDiet Sonde 6 x 200 ccIVFD RL 20 gtt/iIV Combiflex Peri + Lipofundin 1 fls / hariDiv. Rheumatologi :Osteocal 2x1 mgFitbon 2x1Paracetamol 3 x 500 mgP/ - Evaluasi VAS perhari Monitoring ulkus dekubitus

14/1/2015 Hari ke 2KU : lemahKes: CMTD : 100/80 mmHgN: 89 x/mntRR : 18 x/mntT : 36.90C

Lemas, tidak nafsu makan, nyeri sendi

Kepala: NormocephaliMata: edema kelopak mata (-/-) Pucat (-/-),Ikterik (-/-)Hidung : NCH (-), sekret (-) tanda peradangan (-) Mulut: Bibir pucat (-)Leher: Pembesaran KGB (-),Thorak: Simetris, retraksi (-)Pulmo: Ves (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)Cor: BJ I > BJ II, reguler (+) Bising (-)Abd: Distensi(+), Peristaltik (N),Extr: Sup : Pucat (-/-) Inf : edema (--/-), Pucat (-/-), CRT < 3

Ass/ Low Intake (Underweight) + Instabilitas dan mudah jatuh + Dementia + OA Genu Bilateral + OA lumbal + immobilisasi + ganguan pendengaran dan penglihatan

Terapi:Bed rest, mika-miki / 2 jamDiet Sonde 6 x 200 ccIVFD RL 20 gtt/iIV Combiflex Peri + Lipofundin 1 fls / hariDiv. Rheumatologi :Osteocal 2x1 mgFitbon 2x1Paracetamol 3 x 500 mgP/ - Evaluasi VAS perhari Monitoring ulkus dekubitus

15/1/2015Hari ke 3

KU : lemahKes: CMTD : 100/80 mmHgN: 89 x/mntRR : 18 x/mntT : 36.90C

Lemas, tidak nafsu makan, nyeri sendi

Kepala: NormocephaliMata: edema kelopak mata (-/-) Pucat (-/-),Ikterik (-/-)Hidung : NCH (-), sekret (-) tanda peradangan (-) Mulut: Bibir pucat (-)Leher: Pembesaran KGB (-),Thorak: Simetris, retraksi (-)Pulmo: Ves (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)Cor: BJ I > BJ II, reguler (+) Bising (-)Abd: Distensi(+), Peristaltik (N),Extr: Sup : Pucat (-/-) Inf : edema (--/-), Pucat (-/-), CRT < 3

Ass/ Low Intake (Underweight) + Instabilitas dan mudah jatuh + Dementia + OA Genu Bilateral + OA lumbal + immobilisasi + ganguan pendengaran dan penglihatan

Terapi:Bed rest, mika-miki / 2 jamDiet Sonde 6 x 200 ccIVFD RL 20 gtt/iIV Combiflex Peri + Lipofundin 1 fls / hariDiv. Rheumatologi :Osteocal 2x1 mgFitbon 2x1Paracetamol 3 x 500 mgP/ - Evaluasi VAS perhari Monitoring ulkus dekubitus

16/1/2015 hari ke 4

KU : lemahKes: CMTD : 100/80 mmHgN: 89 x/mntRR : 18 x/mntT : 36.90C

Lemas, tidak nafsu makan, nyeri sendi

Kepala: NormocephaliMata: edema kelopak mata (-/-) Pucat (-/-),Ikterik (-/-)Hidung : NCH (-), sekret (-) tanda peradangan (-) Mulut: Bibir pucat (-)Leher: Pembesaran KGB (-),Thorak: Simetris, retraksi (-)Pulmo: Ves (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)Cor: BJ I > BJ II, reguler (+) Bising (-)Abd: Distensi(+), Peristaltik (N),Extr: Sup : Pucat (-/-) Inf : edema (--/-), Pucat (-/-), CRT < 3

Ass/ Low Intake (Underweight) + Instabilitas dan mudah jatuh + Dementia + OA Genu Bilateral + OA lumbal + immobilisasi + ganguan pendengaran dan penglihatan

Terapi:Bed rest, mika-miki / 2 jamDiet Sonde 6 x 200 ccIVFD RL 20 gtt/iIV Combiflex Peri + Lipofundin 1 fls / hariDiv. Rheumatologi :Osteocal 2x1 mgFitbon 2x1Paracetamol 3 x 500 mgP/ - Evaluasi VAS perhari Monitoring ulkus dekubitus

17/1/2015Hari ke 5

KU : lemahKes: CMTD : 100/80 mmHgN: 89 x/mntRR : 18 x/mntT : 36.90C

Lemas, tidak nafsu makan, nyeri sendi

Kepala: NormocephaliMata: edema kelopak mata (-/-) Pucat (-/-),Ikterik (-/-)Hidung : NCH (-), sekret (-) tanda peradangan (-) Mulut: Bibir pucat (-)Leher: Pembesaran KGB (-),Thorak: Simetris, retraksi (-)Pulmo: Ves (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)Cor: BJ I > BJ II, reguler (+) Bising (-)Abd: Distensi(+), Peristaltik (N),Extr: Sup : Pucat (-/-) Inf : edema (--/-), Pucat (-/-), CRT < 3

Ass/ Low Intake (Underweight) + Instabilitas dan mudah jatuh + Dementia + OA Genu Bilateral + OA lumbal + immobilisasi + ganguan pendengaran dan penglihatan

Terapi:Bed rest, mika-miki / 2 jamDiet Sonde 6 x 200 ccIVFD RL 20 gtt/iIV Combiflex Peri + Lipofundin 1 fls / hariDiv. Rheumatologi :Osteocal 2x1 mgFitbon 2x1Paracetamol 3 x 500 mgP/ - Evaluasi VAS perhari Monitoring ulkus dekubitus

18/1/2015 hari ke 6

KU : lemahKes: CMTD : 100/80 mmHgN: 89 x/mntRR : 18 x/mntT : 36.90C

Lemas, tidak nafsu makan, nyeri sendi

Kepala: NormocephaliMata: edema kelopak mata (-/-) Pucat (-/-),Ikterik (-/-)Hidung : NCH (-), sekret (-) tanda peradangan (-) Mulut: Bibir pucat (-)Leher: Pembesaran KGB (-),Thorak: Simetris, retraksi (-)Pulmo: Ves (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)Cor: BJ I > BJ II, reguler (+) Bising (-)Abd: Distensi(+), Peristaltik (N),Extr: Sup : Pucat (-/-) Inf : edema (--/-), Pucat (-/-), CRT < 3

Ass/ Low Intake (Underweight) + Instabilitas dan mudah jatuh + Dementia + OA Genu Bilateral + OA lumbal + immobilisasi + ganguan pendengaran dan penglihatan

Terapi:Bed rest, mika-miki / 2 jamDiet Sonde 6 x 200 ccIVFD RL 20 gtt/iIV Combiflex Peri + Lipofundin 1 fls / hariDiv. Rheumatologi :Osteocal 2x1 mgFitbon 2x1Paracetamol 3 x 500 mgP/ - Evaluasi VAS perhari Monitoring ulkus dekubitus

BAB IIIPEMBAHASANPasien geriatri adalah : Pasien berusia lanjut (untuk Indonesia saat ini adalah mereka yang berusia 60 tahun ke atas) dengan beberapa masalah kesehatan (multipatologi) akibat gangguan fungsi jasmani dan rohani, dan atau kondisi social yang bermasalah. Pasien geriatri umumnya memiliki beberapa penyakit kronis, gejala penyakit tidak khas, fungsi organ menurun, tingkat kemandirian berkurang dan sering disertai masalah nutrisi. Karena alasan-alasan tersebut di atas maka Perawatan usia lanjut berbeda dari pasien dewasa muda.Geriatric Giant adalah problem-problem raksasa/ luar biasa besar pada pasien geriatri yaitu :1. Imobilisasi2. Instabilitas dan jatuh .3. Inkontinensia urin dan alvi4. Gangguan Intelektual (demensia)5. Infeksi6. Gangguan penglihatan & pendengaran7. Impaksi (konstipasi)8. Isolasi (depresi)9. Inanisi (malnutrisi)10. Impecunity (kemiskinan)11. Iatrogenesis (sering karena terlalu banyak obat)12. Insomnia13. Defisiensi imunitas14. Impotensi

DAFTAR PUSTAKA1. RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Poliklinik Geriatri Terpadu. 2014 [diakses 25 Januari 2015] diunduh dari http://www.rscm.co.id/index.php? option=com_content&view=article&id=107&Itemid=516&lang=id

2. Aminullah A. Sepsis pada bayi baru lahir. Dalam : Kosim MS, Yunanto A, Rizalya D, Sarosa GI, Usman A, editor. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta : Badan Penerbit IDAI; 2010. P. 170-85.

3. Kardana, IM. Incidence and factors associated with mortality of neonatal sepsis. Paediatricia Indones. 2011; 51(3) : 144 8. Diakses dari : http://www.paediatrica indonesiana.org/pdffile/51-3-5.pdf.

4. World Health Organization. Major causes of death in neonates and children under five GLOBAL-2008 (revised). The World Health Statistic; 2011.[diakses pada tanggal 14 Oktober 2013] diunduh dari : http://www. who.int/maternal_child_adolescent/media/CAH_causes_death_u5_neonates_2008.pdf5. Roeslani RD, Amir I, Nasrulloh MH, Suryani. Penelitian awal : faktor risiko pada sepsis neonatorum awitan dini. Sari Pediatri. 2013; 14(6) : 363-8.6. Sastroasmoro S, editor. Panduan pelayanan medis departemen Ilmu kesehatan anak. Jakarta : Rumah sakit cipto mangunkusumo; 2007. P.378-82.

7. Evridiki K, Plessa VE, Karageorgopoulos DE, Mantadakis E, Falagas ME. Serum procalcitonin as a diagnostic marker for neonatal sepsis : a systematic review and meta-analysis. Intensive Care Med; 2011; 37 : 742-62.

8. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Penatalaksanaan sepsis neonatorum [Internet]. Meta analisis [diakses 22 okt 2013]. Diunduh dari buk.depkes.go.id/index.php?option=com.9. Baltimore, RS. Neonatal Sepsis : Epidemiology and Management. Pediatr Drugs. 2003:6 (11) : 723-40.10. Levy MM, Fink MP, Marshall JC, Abraham E, Angus D, Cook D, et al. 2001 SCCM/ESICM/ACCP/ATS/SIS International Sepsis Definition Conference. Intensive Care Med. 2003 ; 29 : 230 38.Gerdes JS. Diagnosis and management of bacterial infections in the neonate. Pediat Clin N Am; 2004;51:939-59.

11. Wynn JL, Wong RW. Pathophysiology and treatment of septic shock in neonates. Clin Perinatol. 2010; 37(2) : 439-79.

12. Haque KN. Definitions of bloodstream Infection in the newborn. Pediatr Crit care med. 2005 ; 6:45-9. In : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Penatalaksanaan sepsis neonatorum [Internet]. [diakses 22 okt 2013]. Diunduh dari buk.depkes.go.id/index.php?option=com.13. Goldstein B, Giroir B, Randolph A, Members of the international consensus conference on neonatal sepsis definition for sepsis and organ dysfunction in pediatrics.Pediatr Crit Care Med. 2005; 6 (1) :2-8. [diakses 22 okt 2013]. Diunduh dari http://intensivo.sochipe.cl/subidos/catalogo3/Consenso%20S epsis%20en%20 Pediatria.pdf

14. Chiesa C, Panero A, Osborn JF, Simunetti AF, Pacifico, L. Diagnosis of neonatal sepsis. Clinical chemistry. 2004 ; 50(2) : 279 87.15. Carrigan SD, Scott G, Tabrizian M. Toward resolving the challenges of sepsis diagnosis. Clinical Chemistri. 2004; 50(8) : 1301-14. [Diakses 22 okt 2013] diunduh dari http://www.clinchem.org/content/50/8/1301.full.pdf16. NNF Teaching Aids: Newborn care. Neonatal sepsis http://www.newbornwhocc.org/pdf/teaching-aids/neonatalsepsis.pdf

17. Baltimore, RS. Neonatal Sepsis : Epidemiology and Management. Pediatr Drugs. 2003:6 (11) : 723-40.

18. Kuster H, Weiss M, Willeitner AE, et al. Interleukin-I receptor antagonist and interleukin-6 for early diagnosisof neonatal sepsis 2 days before clinical manifestation. Lancet. 1998; 352:1271-7.

19. Orlando Regional Healthcare, Education & Development. Neonatal sepsis : self-learning packet [Internet]. [Orlando] : Education & Development ; [diperbarui 10 Mar 2004; diakses 14 Okt 2013]. Diakses dari http://www.orlando health.com/pdf%20folder/neonatal%20sepsis .pdf.20. Bone RC. Immunologic dissonance : a continuing evolution in our understanding of the systemic inflammatory response syndrom. Ann Intern Med. 1996; 125 : 690-1.21. NNF Teaching Aids: Newborn care. Neonatal sepsis[Internet].[diakses 14 Okt 2013]. Diunduh dari http://www.newbornwhocc.org/pdf/teaching-aids/ neonatalsepsis.pdfPerinatal and Maternal Mortality Review Committee Reporting mortality 2010. Sixth annual report of the perinatal and maternal mortality review committee[Internet]. Wellington : Health Quality & safety commission 2012; [diakses 22 okt 2013]. Diunduh dari : https://www.hqsc.govt.nz/assets/PMMRC/Publications/PMMRC-6th-Report-2010-Lkd.pdf.http://www.who.int/maternal_child_adolescent/documents/pdfs/lancet_neonatal_survival_paper2.pdf