240430832 Presentasi Kasus Keratitis

download 240430832 Presentasi Kasus Keratitis

of 28

Transcript of 240430832 Presentasi Kasus Keratitis

  • 8/11/2019 240430832 Presentasi Kasus Keratitis

    1/28

    1

    FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

    (UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)

    Jl. Terusan Arjuna No. 6 Kebon Jeruk Jakarta Barat

    KEPANITERAAN KLINIK

    STATUS ILMU PENYAKIT MATAFAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

    Hari/Tanggal/Kasus : Kamis, 28 Agustus 2014 / Keratitis Bakterialis

    SMF ILMU PENYAKIT MATA

    RSPAD GATOT SOEBROTO JAKARTA

    Nama : Vinna Natalia Tanda TanganNIM : 112012067

    ...........................................................Narasumber : dr. Herman Nur, SpM

    ............................................

    BAB I

    I. IDENTITAS PASIEN

    Nama : Ny. N

    Umur : 30 tahunJenis kelamin : perempuan

    Agama : Islam

    Pekerjaan : PNS

    Alamat : Matraman, Jakarta

    II. ANAMNESIS

    Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis, pada tanggal 18 Agustus 2014

    Keluhan Utama :penglihatan kaburKeluhan Tambahan :mata merah, dan nyeri pada kedua mata

    Riwayat Penyakit Sekarang :

    Pasien datang ke poliklinik mata RSPAD Gatot Soebroto dengan keluhan

    penglihatan kabur sejak 1 bulan ini. Pasien mengaku sebelumnya menggunakan

    lensa kontak. Pasien hampir setiap hari menggunakan lensa kontak. Selama 2

    minggu ini, pasien mengeluh kedua matanya merah dan terasa nyeri. Pasien belum

    pernah berobat sejak keluhan ini timbul. Keluhan ini timbul pada kedua mata.

    Pasien tidak mengeluh mata berair dan kotor. Pasien tidak kesulitan jika melihat

    dekat. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit seperti TBC, herpes simplek

  • 8/11/2019 240430832 Presentasi Kasus Keratitis

    2/28

    2

    ataupun penyakit sistemik lain. Pasien tidak memiliki riwayat operasi mata

    intraokuler sebelumnya seperti operasi katarak, dan riwayat trauma tembus bola

    mata. Pasien menyangkal adanya trauma pada kedua daerah matanya.

    Kelopak mata tidak bengkak dan tidak sulit dibuka. Bola mata dapat digerakkan.

    Riwayat Penyakit Dahulu :

    Pasien mengaku 2 tahun yang lalu pernah mengalami penyakit mata yang sama.

    Riwayat trauma disangkal

    Riwayat hipertensi disangkal

    Riwayat diabetes mellitus disangkal

    Riwayat Penyakit Keluarga :

    Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan yang sama.

    Riwayat Alergi :

    Tidak ada riwayat alergi sebelumnya

    III. PEMERIKSAAN FISIK

    Status generalis

    Keadaan umum : tampak sakit sedang

    Kesadaran : compos mentis

    Tekanan darah : 130/90 mmHg

    Nadi : 78 kali/menit

    Frekuensi nafas : 22 kali/menitSuhu : 36,3

    oC

    Kepala : normocephal

    Leher : pembesaran KGB dan tiroid tidak ada

    Thoraks : cor : BJ I dan II reguler, murmur (-),gallop(-)

    Pulmo : Suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-

    Abdomen : supel, nyeri tekan (-), bising usus (+) normal

    Ekstremitas : edema (-), akral hangat

    Status Ophtalmologis

    1.

    VisusOD OS

    Tajam penglihatan 6/20 (PH maju) 6/20 (PH maju)

    Koreksi S -2,00 C -0,5 x 90o C -0,5 x 90o

    Addisi - -

    Distansia pupil 58/56 mm

    Kacamata lama Tidak ada

    2. Kedudukan bola mata

    Eksoftalmus Tidak ada Tidak ada

    Enoftalmus Tidak ada Tidak adaDeviasi Tidak ada Tidak ada

  • 8/11/2019 240430832 Presentasi Kasus Keratitis

    3/28

    3

    Gerakan bola mata baik ke segala arah baik ke segala arah

    3. Supersilia

    Warna Hitam Hitam

    Letak Simetris Simetris

    4. Palpebra superior

    Edema Tidak ada Tidak ada

    Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada

    Ektropion Tidak ada Tidak ada

    Entropion Tidak ada Tidak ada

    Blefarospasme Tidak ada Tidak ada

    Trikiasis Tidak ada Tidak ada

    Sikatriks Tidak ada Tidak ada

    Fissura palpebra 12 mm 12 mm

    Ptosis Tidak ada Tidak ada

    Hordeolum Tidak ada Tidak ada

    Kalazion Tidak ada Tidak ada

    Pseudoptosis Tidak ada Tidak ada

    5. Palpebra inferior

    Edema Tidak ada Tidak ada

    Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada

    Ektropion Tidak ada Tidak ada

    Entropion Tidak ada Tidak ada

    Blefarospasme Tidak ada Tidak adaTrikiasis Tidak ada Tidak ada

    Sikatriks Tidak ada Tidak ada

    Fissura palpebra 12 mm 12 mm

    Ptosis Tidak ada Tidak ada

    Hordeolum Tidak ada Tidak ada

    Kalazion Tidak ada Tidak ada

    Pseudoptosis Tidak ada Tidak ada

    6. Konjungtiva tarsalis superior

    Hiperemis Tidak ada Tidak adaFolikel Tidak ada Tidak ada

    Papil Tidak ada Tidak ada

    Sikatriks Tidak ada Tidak ada

    Anemia Tidak ada Tidak ada

    7. Konjungtiva tarsalis inferior

    Hiperemis Tidak ada Tidak ada

    Folikel Tidak ada Tidak ada

    Papil Tidak ada Tidak ada

    Sikatriks Tidak ada Tidak adaAnemia Tidak ada Tidak ada

  • 8/11/2019 240430832 Presentasi Kasus Keratitis

    4/28

    4

    8. Konjungtiva bulbi

    Injeksi konjungtiva Tidak ada Tidak ada

    Injeksi siliar Ada Ada

    Perdarahan

    subkonjungtiva

    Tidak ada Tidak ada

    Pterigium Tidak ada Tidak ada

    Pinguekula Tidak ada Tidak ada

    Nevus pigmentosus Tidak ada Tidak ada

    Kista dermoid Tidak ada Tidak ada

    Kemosis Tidak ada Tidak ada

    9. Sistem lakrimalis

    Punctum lakrimalis Terbuka Terbuka

    Tes anel Tidak dilakukan Tidak dilakukan

    10.Sklera

    Warna Putih Putih

    Ikterik Tidak ikterik Tidak ikterik

    11.Kornea

    Kejernihan Jernih Jernih

    Permukaan Licin Licin

    Ukuran 12 mm 12mm

    Sensibilitas Menurun Menurun

    Infiltrat Ada Ada

    Ulkus Tidak ada Tidak ada

    Perforasi Tidak ada Tidak ada

    Arkus senilis Ada Ada

    Edema Tidak ada Tidak ada

    Tes placibo Tampak bayangan

    konsentris

    Tampak bayangan

    konsentris

    12.Bilik mata depan

    Kedalaman Dalam Dalam

    Kejernihan Jernih JernihHifema Tidak ada Tidak ada

    Hipopion Tidak ada Tidak ada

    Efek tyndall Tidak diperiksa Tidak diperiksa

    13.Iris

    Warna Coklat Coklat

    Kriptae Jelas Jelas

    Bentuk Bulat Bulat

    Sinekia Tidak ada Tidak ada

    Koloboma Tidak ada Tidak ada

  • 8/11/2019 240430832 Presentasi Kasus Keratitis

    5/28

  • 8/11/2019 240430832 Presentasi Kasus Keratitis

    6/28

    6

    IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    1. Pemeriksaan kultur bakteri

    2. Biopsi kornea

    V. RESUME

    Pasien perempuan, Ny. N, 32 tahun, datang ke poliklinik mata RSPAD Gatot

    Soebroto dengan keluhan penglihatan kabur sejak 1 bulan ini. Keluhan disertai

    mata merah, rasa nyeri. Keluhan dirasakan pada kedua mata pasien setelah pasien

    rutin memakai lensa kontak.

    Pada pemeriksaan fisik didapatkan status generalis dalam batas normal. Pada

    pemeriksaan oftalmologi didapatkan VOS 6/20 dengan pin hole 6/6, koreksi S -

    2,00 C -0,5 x 90o, pada konjungtiva terdapat pelebaran pembuluh darah, infiltrat

    punctata pada kornea dan tes fluoresin (+). Selain itu didapatkan mata berair dan

    edema serta hiperemi pada kelopak mata. VOD didapatkan 6/20 dengan pin hole

    6/6, koreksi C -0,5 x 90o, pada konjungtiva didapatkan adanya pelebaran

    pembuluh darah, infiltrat punctata pada kornea dan tes fluoresin (+). Didapatkan

    mata berair dan edema serta hiperemi pada kelopak mata.

    VI. DIAGNOSIS KERJA

    Keratitis bakterialis ODS

    VII.

    DIAGNOSIS BANDING1. Konjungtivitis

    2. Uveitis anterior

    3. Glaukoma kongestif akut

    VIII. KOMPLIKASI

    1. Gangguan refraksi

    2. Jaringan parut permanen

    3. Ulkus kornea

    4.

    Perforasi kornea

    5. Glaukoma sekunder

    IX. PENATALAKSANAAN

    Medika mentosa :

    1. Kokus gram positif : vankomisin 25-50 mg/mL

    2. Batang gram negatif : Tobramicin 9-14 mg/mL

    3. Kokus gram negatif : Ceftriaxone 50 mg/mL

    4. Mycobacteria : Clarithromycin 10 mg/mL 0,03%

  • 8/11/2019 240430832 Presentasi Kasus Keratitis

    7/28

    7

    X. PROGNOSIS

    Quo ad vitam : dubia ad bonam

    Quo ad functionam : dubia ad bonam

    Quo ad sanationam : dubia ad bonam

  • 8/11/2019 240430832 Presentasi Kasus Keratitis

    8/28

  • 8/11/2019 240430832 Presentasi Kasus Keratitis

    9/28

  • 8/11/2019 240430832 Presentasi Kasus Keratitis

    10/28

    10

    3. Stroma

    Stroma merupakan lapisan yang paling tebal dari kornea, mencakup sekitar 90% dari

    ketebalan kornea. Bersifat water soluble substance. Terdiri atas jaringan kolagen yangtersusun atas lamel-lamel, pada permukaannya terlihat anyaman yang teratur sedang

    dibagian perifer serat kolagen bercabang. Stroma bersifat higroskopis yang menarik air,

    kadar air diatur oleh fungsi pompa sel endotel dan penguapan oleh sel epitel.

    Terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai

    15 bulan. Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblast terletak di

    antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen

    dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.

    4. Membran Descemet

    Merupakan membran aselular yang tipis, kenyal, kuat dan bening, terletak dibawahstroma dan pelindung atau barrier infeksi dan masuknya pembuluh darah. Membran ini

    sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40m.

    5. Endotel

    Merupakan lapisan kornea yang penting untuk mempertahankan kejernihan kornea,

    mengatur cairan didalam stroma kornea dan tidak mempunyai daya regenerasi, sehingga

    endotel mengkompensasi sel-sel yang mati dengan mengurangi kepadatan seluruh endotel

    dan memberikan dampak pada regulasi cairan, jika endotel tidak lagi dapat menjaga

    keseimbangan cairan akibat gangguan sistem pompa endotel, maka stroma akan bengkak

    karena kelebihan cairan (edema kornea) dan hilangnya transparansi (kekeruhan) akanterjadi. Dapat rusak atau terganggu fungsinya akibat trauma bedah, penyakit intraokuler

    dan usia lanjut. Lapisan endotel berasal dari mesotalium, terdiri atas satu lapis sel

    berbentuk heksagonal dengan tebal 20-40m yang melekat pada membran descmet

    melalui hemi desmosom dan zonula okluden.

    Kornea merupakan modifikasi dari membran mukosa dan juga modifikasi dari kulit.9

    Bagian depan kornea disusun oleh lima lapis epitel skuamosa non keratin yang menyerupai

    epidermis kulit yang telah mengalami modifikasi. Sel Langerhans terdapat di antara susuna

    epitel kornea.9Lapisan terdalam sel epitel, lapisan basal, merupakan lapisan germinativum

    dan melekat kepada sel basal sekitarnya dan terletak di atas sel wing. Lapisan sel basal juga

    melekat ke membran basal melalui bantuan hemidesmosom.9

    Pada membran basal terdapat tiga jenis molekul utama yaitu kolagen tipe IV,

    proteoglikan heparin sulfat dan protein non-kolagen (laminin, nidogen, dan osteonectin).

    Membran basal merupakan sawar (barrier)fisiologis penting antara epitel dan stroma kornea.9,10

    Sel epitel terluar akan berdeskuamasi ke dalam lapisan air mata. Laisan muko-protein

    pada air mata berfungsi untuk melekatkan lapisan air mata kepada mikrovili epitel.10

  • 8/11/2019 240430832 Presentasi Kasus Keratitis

    11/28

    11

    gambar 1. lapisan kornea

    gambar 2. lapisan epitel skuamosa pada kornea

    Respon Imun Kornea

    Imunitas Permukaan Kornea Lokal

    Imunitas kornea lokal bergantung pada IgM, komplemen C1, dan sel Langerhans(LC) yang seluruhnya ditemukan pada kornea perifer. IgG berdifusi ke dalam stroma dari

    daerah limbus dan akan mencapai konsentrasi sebesar 50% dari konsentrasi serum. Inflamasi

    kornea dapat merangsang migrasi LC sentripetal.

    Makrofag dapat diubah menjadi antigen-presenting cell (APCs) oleh interleukin 1 (IL-

    1) yang dihasilkan dari sel epitel kornea. Pristiwa ini akan merangsang ekspresi molekul

    MHC kelas II pada permukaan kornea. APCs selanjutnya akan memproses peptida antigenik

    agar membentuk kompleks biner dengan molekul MHC kelas II. Makrofag juga mampu

    mencerna antigen yang berbentuk partikel, termasuk bakteri utuh seperti stafilokokus dan

    amuba sepertiAcanthamoeba, namun makrofag lebih efektif dalam mencerna antigen terlarut

  • 8/11/2019 240430832 Presentasi Kasus Keratitis

    12/28

    12

    seperti protein A dari Staphylococcus aureus yang akan dimasukkan ke dalam kantung

    endositik. Ini berbeda dengan sel Langerhans yang hanya dapat mencerna antigen terlarut.

    Limfosi berfungsi mensekresikan sitokin di dalam jaringan yang bekerja langsung terhadap

    sel target. Interferon (IFN-g) menstimulasi ekspresi molekul MHC kelas II di dalam

    keratinosit, sel epitel, sel endotel, dan fibroblas yang semuanya dapat bertindak sebagai APCsyang memproses dan menyajikan peptida imunofenik yang bergabung sebagai kompleks

    dengan molekul MHC kelas II. Sel-sel tersebut memiliki kemampuan stimulasi sinyal yang

    berbeda-beda dan tidak dapat menstimulasi sel T yang tidak aktif karena sel T tersebut

    membutuhkan aktivasi oleh IL-2.4

    HIPERSENSITIVITAS TIPE LAMBAT LOKAL

    Hipersensitivitas tipe lambat (delayed hypersensitivity, DH) dapat memicu reaksi

    imun yang dimediasi oleh sel (cell mediated). Contoh organisme yang menimbulkan DH

    adalah Onchocerca volvulus dan Staphylococcus aureus. Reaksi imun ini diekspresikan olehsel limfosit Th1 dan dimediasi oleh sitokin. Mekanisme ini diduga menjadi penyebab ulkus

    kornea marginal yang diakibatkan oleh blefaritis rekuren oleh Staphylococcus aureus.

    Mekanisme ini dapat dilihat pada Gambar 1.4

    Keratitis

    1) Definisi

    Keratitis adalah radang pada kornea atau infiltrasi sel radang pada kornea yang

    akan mengakibatkan kornea menjadi keruh sehingga tajam penglihatan menurun.

    Infeksi pada kornea bisa mengenai lapisan superficial yaitu pada lapisan epitel atau

    membran bowman dan lapisan profunda jika sudah mengenai lapisan stroma.2

    2) Epidemiologi

    Menurut Murillo Lopez (2006), Sekitar 25.000 orang Amerika terkena

    keratitis bakteri per tahun. Kejadian keratitis bakteri bervariasi, dengan lebih sedikit

    pada negara-negara industri yang secara signifikan lebih sedikit memiliki jumlah

    pengguna lensa kontak. Insiden keratitis jamur bervariasi sesuai dengan lokasi

    geografis dan berkisar dari 2% dari kasus keratitis di New York untuk 35% di Florida.Spesies Fusarium merupakan penyebab paling umum infeksi jamur kornea di

    Amerika Serikat bagian selatan (45-76% dari keratitis jamur), sedangkan spesies

    Candida dan Aspergillus lebih umum di negara-negara utara. Secara signifikan lebih

    sedikit yang berkaitan dengan infeksi lensa kontak.5,6

    3) Etiologi

    Keratitis dapat disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya:

    1.

    Virus2. Bakteri

  • 8/11/2019 240430832 Presentasi Kasus Keratitis

    13/28

    13

    3. Jamur

    4. Paparan sinar ultraviolet seperti sinar matahari atau sunlamps. Hubungan ke sumber

    cahaya yang kuat lainnya seperti pengelasan busur

    5. Iritasi dari penggunaan berlebihan lensa kontak.

    6. Mata kering yang disebabkan oleh kelopak mata robek atau tidak cukupnya

    pembentukan air mata

    7. Adanya benda asing di mata

    8. Reaksi terhadap obat tetes mata, kosmetik, polusi, atau partikel udara seperti debu,

    serbuk sari, jamur, atau ragi

    9. Efek samping obat tertentu1,2,3

    a. Patofisiologi

    4

    Mata yang kaya akan pembuluh darah dapat dipandang sebagai pertahanan

    imunologik yang alamiah. Pada proses radang, mula-mula pembuluh darah mengalami

    dilatasi, kemudian terjadi kebocoran serum dan elemen darah yang meningkat dan masuk ke

    dalam ruang ekstraseluler. Elemen-elemen darah makrofag, leukosit polimorf nuklear,

    limfosit, protein C-reaktif imunoglobulin pada permukaan jaringan yang utuh membentuk

    garis pertahanan yang pertama. Karena tidak mengandung vaskularisasi, mekanisme kornea

    dimodifikasi oleh pengenalan antigen yang lemah. Keadaan ini dapat berubah, kalau dikornea terjadi vaskularisasi. Rangsangan untuk vaskularisasi timbul oleh adanya jaringan

    nekrosis yang dapat dipengaruhi adanya toksin, protease atau mikroorganisme. Secara normal

    kornea yang avaskuler tidak mempunyai pembuluh limfe. Bila terjadi vaskularisasi terjadi

    juga pertumbuhan pembuluh limfe dilapisi sel.

    Reaksi imunologik di kornea dan konjungtiva kadang-kadang disertai dengan

    kegiatan imunologik dalam nodus limfe yang masuk limbus (kornea perifer) dan sklera yang

    letaknya berdekatan dapat ikut terkait dalam sindrom iskhemik kornea perifer, suatu kelainan

    yang jarang terjadi, tetapi merupakan kelainan yang serius. Patofisiologi keadaan ini tidak

    jelas, Antigen cenderung ditahan oleh komponen polisakarida di membrana basalis. Dengandemikian antigen dilepas dari kornea yang avaskuler, dan dalam waktu lama akan

    menghasilkan akumulasi sel-sel yang memiliki kompetensi imunologik di limbus. Sel-sel ini

    bergerak ke arah sumber antigen di kornea dan dapat menimbulkan reaksi imun di tepi

    kornea. Sindrom iskhemik dapat dimulai oleh berbagai stimuli. Bahwa pada proses

    imunologik secara histologik terdapat sel plasma, terutama di konjungtiva yang berdekatan

    dengan ulkus. Penemuan sel plasma merupakan petunjuk adanya proses imunologik. Pada

    keratitis herpetika yang khronik dan disertai dengan neo-vaskularisasi akan timbul limfosit

    yang sensitif terhadap jaringan kornea.

  • 8/11/2019 240430832 Presentasi Kasus Keratitis

    14/28

    14

    b. Klasifikasi

    2,3

    Keratitis dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal. Berdasarkan lapisan yang

    terkena, keratitis dibagi menjadi:

    1. Keratitis Pungtata (Keratitis Pungtata Superfisial dan Keratitis Pungtata Subepitel)

    2. Keratitis Marginal

    3. Keratitis Interstisial

    Berdasarkan penyebabnya, keratitis diklasifikasikan menjadi:

    1. Keratitis Bakteri

    2. Keratitis Jamur

    3.

    Keratitis Virus

    4. Keratitis Herpetik

    a. Keratitis Infeksi Herpes Zoster

    b. Keratitis Infeksi Herpes Simplek :

    Keratitis Dendritik dan Keratitis Disiformis

    5. Keratitis Alergi

    a. Keratokonjungtivitis

    b.

    Keratokonjungtivitis epidemic. Tukak atau ulkus fliktenular

    d. Keratitis fasikularis

    e. Keratokonjungtivitis vernal

    Berdasarkan bentuk klinisnya, keratitis diklasifikasikan menjadi:

    1. Keratitis Flikten

    2. Keratitis Sika

    3.

    Keratitis Neuroparalitik

    Keratitis Numuralis

    Keratitis Bakterialis

    Keratitis bakterial jarang terjadi pada mata normal dikarenakan adanya mekanisme

    pertahanan alami kornea terhadap infeksi. Faktor predisposisi yang umum terjadi adalah

    penggunaan lensa kontak, trauma, riwayat operasi kornea, kelainan permukaan bola mata,

    penyakit sistemik dan imunosupresi.8

  • 8/11/2019 240430832 Presentasi Kasus Keratitis

    15/28

    15

    Bakteri merupakan penyebab keratitis terbanyak di negara maju seperti Amerika

    Serikat. 8 Diperkirakan terdapat 30000 kasus keratitis bakterial di Amerika Serikat setiap

    tahunnya.2 Penyebab terbanyak adalah spesies stafilokokus dan pseudomonas. Di negara

    berkembang, streptokokus, stafilokokus dan pseudomonas merupakan penyebab keratitis

    bakterial terbanyak.

    2,8,10

    Tanda dan gejala klinis keratitis bakterial bergantung kepada virulensi organisme dan

    durasi infeksi.2Tanda utama adalah infiltrasi epitel atau stroma yang terlokalisisr atau difus.

    Umumnya terdapat defek epitel di atas infiltrat stromal nekrotik yang berwarna putih keabu-

    abuan. Tampilan umumlainnya adalah abses stroma di bawah epitel yang intak. Infiltrat dan

    edema kornea dapat terletak jauh dari lokasi infeksi primer2. Ulserasi kornea dapat berlanjut

    menjadi neovaskularisasi. Jika proteinase menyebabkanstromal meltingmaka akan terbentuk

    descemetocele (gambar 4). Gejala yang dikeluhkan dapat berupa rasa nyeri, pembengkakan

    kelopak mata, mata merah atau mengeluarkan kotoran, silau, dan penglihatan yang buram.4

    gambar 4. descemetocele pada keratitis ulseratif yang diakibatkan olehP. aeruginosapada penggunaan lensa kontak

    Etiologi

  • 8/11/2019 240430832 Presentasi Kasus Keratitis

    16/28

    16

    Manifestasi Klinis

    Pasien keratitis biasanya mengeluh mata merah, berair, nyeri pada mata yang terinfeksi,

    penglihatan silau, adanya sekret dan penglihatan menjadi kabur. Pada pemeriksaan bola mata

    eksternal ditemukan hiperemis perikornea, blefarospasme, edema kornea, infiltrasi kornea.

    Patogenesis

    Perlekatan Bakteri

    Keratitis bakterial akan terjadi jika mikroorganisme dapat melawan imunitas pejamu.

    Patogen akan melekat kepada permukaan kornea yang cedera dan menghindari mekanisme

    permusnahan oleh lapisan air mata dan refleks kedip. Setelah cedera terjadi, bakteri yang

    bertahan akan melekat kepada tepi sel epitel kornea yang rusak dan ke membran basalis ataustroma pada tepi luka. Glikokaliks pada epitel yang cedera sangat rentan terhadap perlekatan

    mikroorganisme.10

    Perlekatan mikrobial diawali oleh interaksi adhesin bakteri dengan reseptor

    glikoprotein pada permukaan okular. Kemampuan bakteri untuk melekat kepada defek epitel

    tampaknya berperan terhadap seringnya kejadian infeksi oleh S. Aureus, S. Pneumoniae, dan

    P. aeruginosa. Produksi biofilm akan meningkatkan agregasi bakteri, melindungi

    mikroorganisme yang melekat dan meningkatkan pertumbuhan pada tahap infeksi dini. Pili

    (fibriae) yang terdapat pada permukaan bakteri akan memfasilitasi perlekatan P. aeruginosa

    danNeisseria spp ke epitel.

    Invasi Bakteri

    Kapsul bakteri dan komponen permukaan lainnya memiliki peran yang penting dalam

    menginvasi kornea. Sebagai contoh, beberapa bakteri menghindari aktivasi jalur komplemen

    alternatif karena memiliki polisakarida di kapsulnya. Lipopolisakarida pada subkapsul bakteri

    merupakan mediator utama terhadap terjadinya inflamasi kornea. Inokulasi endotoksin pada

    intrastroma kornea akan memicu respon peradangan. Invasi bakteri ke dalam sel epitel

    dimediasi sebagian oleh interaksi antara protein permukaan sel bakteri, integrin, proteinpermukaan sel epitel, dan pelepasan protease bakteri. Organisme seperti N. Gonorrhoeae, N.

  • 8/11/2019 240430832 Presentasi Kasus Keratitis

    17/28

    17

    Meningitidis, Corynebacterium diphtheriae, Haemophilus aegyptus, dan Listeria

    monocytogenes dapat menembus permukaan epitel kornea yang intak melalui mekanisme ini.

    Terkadang kolonisasi bakteri pada permukaan kornea dapat mendahului invasi

    stroma. Tanpa antibiotik atau intervensi lainnya, bakteri dapat melanjutkan proses invasi dan

    replikasi pada stroma kornea. Keratosit memiliki kemampuan fagositosis, namun stroma

    avaskular yang terpajan tidak dapat melindungi kornea. Mikroorganisme di stroma dan

    fibrikolagen. Invasi bakteri dapat terjadi beberapa jam setelah terjadinya kontaminasi luka

    kornea dengan agen eksogen atau setelah penggunaan lensa kontak yang terkontaminasi.

    Peningkatan populasi bakterial tertinggi terjadi pada 2 hari pertama infeksi stroma.

    Setelah inokulasi terjadi, bakteri akan menginfiltrasi epitel sekitarnya dan stroma

    yang lebih dalam di sekitar lokasi infeksi awal. Bakteri yang bertahan cenderung ditemukan

    pada tepi infiltrat atau di dalam pusat ulserasi kornea. Multiplikasi bakteri yang tidak

    terkendali di dalam stroma kornea akan mengakibatkan pembesaran fokus infeksi ke korneasekitarnya.

    Inflamasi Kornea dan Kerusakan Jaringan

    Berbagai mediator dan sel radang dapat dipicu oleh invasi bakteri dan menimbulkan

    inflamasi yang mengakibatkan destruksi jaringan. Mediator inflamasi yang terlarut melliputi

    sistem pembentuk-kinin, sistem pembekuan dan fibrinolitik, imunoglobulin komplemen-

    komplemen, amino vasoaktif, eikosanoid, neuropeptida, dan sitokin. Kaskade komplemen

    dapat dipicu untuk membunuh bakteri namun kemotaksin yang complement-dependentdapat

    mengawali inflamasi fokal.

    Produksi sitokin seperti tumor necrosis factor (TNF)-alpha dan interleukin 1 akan

    mengakibatkan adhesi dan ekstravasasi neutrofil di pembuluh darah limbus. Proses ini

    dimediasi oleh glikoprotein adhesi sel seperti integrin dan selektin dan anggota superfamily

    imunoglobulin seperrti intercellular adhesion molecules (ICAMs) pada sel endotel vaskular

    dan leukosit.

    Dilatasi vaskular konjungtival dan limbal berhubungan dengan peningkatan

    permeabilitas yang akan menimbulkan eksudat radang di dalam lapisan air mata dan kornea

    peirfer. Neutrofil polimorfonuklir (PMNs) dapat memasuki kornea yang cedera melaluilapisan air mata pada defek epitel, namun umumnya PMN melewati limbus.

    Perekrutan sel radang akut akan terjadi beberapa jam setelah terjadinya inokulasi

    bakteri. Dengan terjadinya akumulasi neutrofil pada lokasi infeksi, semakin banyak sitokin

    dan komponen-komplemen yang dihasilkan untuk menarik lebih banyak leukosit. Makrofag

    akan berpindah ke kornea untuk memusnahkan bakteri dan neutrofil yang telah

    berdegenerasi. Inflamasi stroma yang berat dapat mengakibatkan penghancuran atroma

    secara proteolitik dan nekrosis jaringan.

    Kerokan dari kornea yang terinfeksi akan memperlihatkan kumpulan neutrofil di

    antara jaringan debris nekrotik.10Organisme dapat ditemukan pada pemeriksaan pewarnaan

  • 8/11/2019 240430832 Presentasi Kasus Keratitis

    18/28

    18

    Gram. Pemeriksaan kultur sangat membantu identifikasi organisme penyebab dan sensitivitas

    antibiotik.

    Diagnosis Keratitis Bakteria

    Keratitis bakteri adalah gangguan penglihatan yang mengancam. Oleh karena itu amat

    penting untuk mengetahui cara mendiagnosis penyakit ini.

    a. Anamnesis

    Mendapatkan informasi dan riwayat penyakit yang tepat dan cukup adalah sangat

    penting dalam mengevaluasi pasien dengan keratitis bakteri. Pasien dengan keratitis

    bakteri biasanya akan mengeluh sakit pada mata yang terinfeksi, penglihatan silau,

    kemerahan, berair, adanya sekret dan penglihatannya yang menjadi kabur.

    Melalui anamnesis juga dapat ditanyakan tentang faktor-faktor predisposisi seperti

    apakah pasien pernah menggunakan lensa kontak, berenang, berendam di air panas

    sambil memakai lensa kontak, riwayat keratitis bakteri sebelumnya, riwayat operasi mata

    sebelumnya, riwayat trauma pada mata sebelumnya dan kondisi atau penyakit yang

    sedang dialami pasien sekarang.

    b.

    Pemeriksaan eksternal

    Biasanya dapat ditemukan blefarospasme, hiperemi perikornea, edema kornea dan

    infiltrasi kornea. Tes Sensibilitas kornea bisa menurun atau normal. Fluorescein testpada

    kornea biasanya dilakukan dan dapat memberikan tambahan informasi, seperti kehadiran

    dendrit, pseudodendrit, dan kerusakan epitel.

    c. Pemeriksaan Slit Lamp

    Pemeriksaan Slit Lampuntuk keratitis bakteri harus mencakupi evaluasi dari:

    Palpebra : Inflamasi, ulserasi, kelainan bulu mata termasuk trichiasis,

    Konjungtiva : Sekret, peradangan, perubahan morfologis (misalnya, folikel,

    papila, sikatriks, keratinisasi, ulserasi atau bekas operasi

    sebelumnya), iskemia, benda asing

  • 8/11/2019 240430832 Presentasi Kasus Keratitis

    19/28

    19

    Sklera : Tanda-tanda peradangan, ulserasi, jaringan parut, nodul, tanda

    iskemia

    Kornea : Edema, ulserasi, penipisan, perforasi, dan infiltrat, tanda-tanda

    distrofi membran dan peradangan sebelumnya, nekrosis

    Anterior chamber: Kedalaman, peradangan, flare, hipopion, fibrin, hifema

    Anterior vitreous: Adanya peradangan

    Gambaran klinis sugestif dari keratitis bakteri termasuk infiltrat stroma supuratif

    (Terutama yang lebih besar dari 1 mm dalam ukuran) dengan pinggiran tidak jelas,

    edema, dan infiltrasi sel darah putih di sekitar stroma.

    Faktor Risiko

    Setiap faktor atau agen yang menciptakan kerusakan pada epitel kornea adalah potensi

    penyebab atau faktor risiko bakteri keratitis, beberapa faktor risiko terjadinya keratitis bakteri

    di antaranya :

    1. Penggunaan lensa kontak

    2. Trauma

    3. Kontaminasi pengobatan mata

    4. Riwayat keratitis bakteri sebelumnya

    5. Riwayat operasi mata sebelumnya

    6. Gangguan defense mechanism

    7. Perubahan struktur permukaan kornea

    Pemeriksaan Penunjang

    a. Kultur dan hapusan

    Mayoritas kasus keratitis bakteri pada komunitas diselesaikan dengan terapi empiris dan

    dikelola tanpa hapusan atau kultur.Hapusan dan kultur sering membantu dalam kasus

    dengan riwayat penyakit yang tidak jelas. Hipopion yang terjadi di mata dengan keratitis

    bakteri biasanya steril, dan pungsi akuos atau vitreous tidak perlu dilakukan kecuali ada

    kecurigaan yang tinggi oleh mikroba endophthalmitis.

  • 8/11/2019 240430832 Presentasi Kasus Keratitis

    20/28

    20

    Kultur adalah cara untuk mengidentifikasi organisme kausatif dan satu-satunya cara

    untuk menentukan kepekaan terhadap antibiotik. Kultur sangat membantu sebagai

    panduan modifikasi terapi pada pasien dengan respon klinis yang tidak bagus dan untuk

    mengurangi toksisitas dengan mengelakkan obat-obatan yang tidak perlu. Dalam

    perawatan mata secara empiris tanpa kultur dimana respon klinisnya tidak bagus, kultur

    dapat membantu meskipun keterlambatan dalam pemulihan patogen dapat terjadi.

    Jika hasil kutur negatif, dokter mata dapat mempertimbangkan untuk menghentikan

    pengobatan antibiotik selama 12 sampai 24 jam dan kemudian dilakukan kultur ulang.

    Polymerase Chain Reaction (PCR) dan Teknik Immunodiagnostik mungkin berguna

    namun saat ini tidak tersedia secara luas.

    Sampel kornea diperoleh dengan memakai agen anestesi topikal dan menggunakan

    instrumen steril untuk mendapatkan atau mengorek sampel dari daerah yang terinfeksi

    pada kornea. Kapas steril juga dapat digunakan untuk mendapatkan sampel. Ini paling

    mudah dilakukan dengan perbesaran Slit Lamp.

    c. Biopsi kornea

    Biopsi kornea dapat diindikasikan jika terjadi respon yang minimal terhadap pengobatan

    atau jika kultur telah negatif lebih dari satu kali dengan gambaran klinis yang sangat

    mendukung suatu proses infeksi. Hal ini juga dapat diindikasikan jika infiltrat terletak di

    pertengahan atau dalam stroma dengan jaringan atasnya tidak terlibat.

    Pada pasien kooperatif, biopsi kornea dapat dilakukan dengan bantuan Slit Lampatau

    mikroskop operasi. Setelah anestesi topikal, gunakan sebuah pisau untuk mengambil

    sepotong kecil jaringan stroma, yang cukup besar untuk memungkinkan pembelahan

    sehingga satu porsi dapat dikirim untuk kultur dan yang lainnya untuk histopatologi.

    Spesimen biopsi harus disampaikanke laboratorium secara tepat waktu.

    Diagnosis Banding

    Diagnosis banding keratitis bakteri meliputi penyebab infeksiosus dan non-infeksiosus.

    Patogen kornea non-bakteri, termasuk jamur dan parasit (termasuk protozoa seperti

    Acanthamoeba), dan nematoda dapat menyebabkan keratitis infiltratif. Virus termasuk herpes

    simpleks, varicella zoster, dan virus Epstein-Barr dapat memproduksi infiltrat kornea yang

  • 8/11/2019 240430832 Presentasi Kasus Keratitis

    21/28

  • 8/11/2019 240430832 Presentasi Kasus Keratitis

    22/28

    22

    bakteri gram-positif dari fluoroquinolone generasi sebelumnya pada uji in-vitro. Namun,

    fluoroquinolone generasi keempat belum disetujui FDA untuk pengobatan keratitis bakteri.

    Terapi kombinasi antibiotika digunakan dalam kasus infeksi berat dan mata yang

    tidak responsif terhadap pengobatan. Pengobatan dengan lebih dari satu agen mungkin

    diperlukan untuk kasus-kasus penyebab mikobakteri non-tuberkulos. Antibiotik sistemik

    jarang dibutuhkan, tetapi dapat diipertimbangkan pada kasus-kasus yang parah di mana

    proses infeksi telah meluas ke jaringan sekitarnya (misalnya, sclera) atau ketika adanya

    ancaman perforasi dari kornea. Terapi sistemik juga diperlukan dalam kasus-kasus keratitis

    gonokokal.

    e. Terapi kortikosteroid

    Terapi topikal kortikosteroid memiliki peran bermanfaat dalam mengobati beberapa kasus

    menular keratitis. Keuntungan potensial adalah penekanan peradangan dan pengurangan

    pembentukan jaringan parut pada kornea, yang dapat menyebabkan kehilangan penglihatan.

    Antara kerugiannya pula termasuk timbulnya aktivitas infeksi baru, imunosupresi lokal,

    penghambatan sintesis kolagen dan peningkatan tekanan intraokular. Meskipun berisiko,

    banyak ahli percaya bahwa penggunaan kortikosteroid topikal dalam pengobatan keratitis

    bakteri dapat mengurangi morbiditas. Terapi kortikosteroid pada pasien yang sedang diobatidengan kortikosteroid topikal pada saat adanya curiganya keratitis bakteri hendaklah

    diberhentikan dahulu sampai infeksi telah dikendalikan.

    Prinsip pada terapi kortikosteroid topikal adalah menggunakan dosis minimal

    kortikosteroid yang bisa memberikan efek kontrol peradangan. Keberhasilan pengobatan

    membutuhkan perkiraan yang optimal, regulasi dosis secara teratur, penggunaan obat

    antibiotika yang memadai secara bersamaan, dan follow-up. Kepatuhan dari pasien sangat

    penting, dan tekanan intraokular harus sering dipantau. Pasien harus diperiksa dalam 1

    sampai 2 hari setelah terapi kortikosteroid topikal dimulai.

    Terapi untuk Kasus dengan komplikasi

    Pengobatan tambahan diperlukan dalam kasus dimana integritas mata terganggu, seperti

    permukaan kornea yang sangat tipis, atau ancaman perforasi, atau di mana ada progresivitas

    yang tinggi atau endophthalmitis. Aplikasi perekat jaringan, lamellar keratoplasty, dan

    penetrating keratoplasty adalah di antara pilihan pengobatan tambahan. Dilakukan juga flapkonjungtiva atau amnion graft jika komplikasi berupa ulkus kornea.

  • 8/11/2019 240430832 Presentasi Kasus Keratitis

    23/28

    23

    Komplikasi

    Komplikasi yang paling ditakuti dari keratitis bakteri ini adalah penipisan kornea, dan

    akhirnya perforasi kornea yang dapat mengakibatkan endophthalmitis dan hilangnya

    penglihatan.

    Prognosis

    Prognosis visual tergantung pada beberapa faktor, seperti diuraikan di bawah ini, dan dapat

    mengakibatkan penurunan visus derajat ringan sampai berat.

    - Virulensi organisme yang bertanggung jawab atas keratitis

    -

    Luas dan lokasi ulkus kornea- Hasil vaskularisasi dan / atau deposisi kolagen

    Tabel 1. Derajat keparahan keratitis bakterial berdasarkan kriteria Jones

    Faktor Grade I (ringan) Grade II (sedang) Grade III (berat)

    Lokasi non-aksial Sentral atau perifer Sentral atau perifer

    Area 2 mm 2-6 mm > 6 mm

    Kedalaman 1/3 stroma anterior 2/3 stroma anterior >2/3 stroma

    Radang di segmen

    anterior

    Ringan Sedang atau berat;

    eksudat dengan fibin

    Berat; hipopion

    Rawat inap Tidak Dapat Dapat

  • 8/11/2019 240430832 Presentasi Kasus Keratitis

    24/28

    24

    dipertimbangkan dipertimbangkan

    Terapi antimikroba

    awal

    Tetes mata topikal

    fortified

    Tetes mata topikal

    fortified

    Tetes mata topikal

    fortified

    Pertimbangkan

    antibiotik intravena

  • 8/11/2019 240430832 Presentasi Kasus Keratitis

    25/28

    25

    BAB III

    ANALISIS MASALAH

    1. SUBJEKTIF

    a.

    Mata nyeri dan merah disertai penglihatan menurun

    Mata merah dan nyeri yang disertai penglihatan menurun paling sering

    disebabkan adanya gangguan pada kornea, di mana pada kasus ini

    diagnosisnya mengarah pada keratitis. Hal ini diperkuat dengan adanya

    riwayat memakai lensa kontak. Epitel kornea yang tidak intak akan

    memudahkan infiltrasi agen infeksius seperti virus, bakteri dan jamur yang

    pada akhirnya dapat menimbulkan reaksi peradangan. Infiltrat sel-sel radang

    pada kornea menyebabkan gangguan pada visual aksis sehingga penglihatan

    pasien menurun. Mata merah pada pasien ini disebabkan oleh dilatasi

    pembuluh darah pada daerah limbus dan konjungtiva sebagai respon terhadapadanya peradangan yang terjadi pada kornea. Nyeri merupakan gejala-gejala

    yang timbul akibat adanya defek pada kornea sehingga serabut saraf sensori

    pada kornea yang berasal dari N. Trigeminus cabang ophtalmica tersensitisasi.

    b. Mata silau

    Mata silau pada keratitis dapat terjadi karena kejernihan kornea yang

    berkurang pada bagian-bagian yang terdapat infiltrat. Hal ini terjadi akibat

    cahaya yang masuk melalui kornea sebagian akan dipantulkan saat melewati

    bagian yang terdapat infiltrat. Cahaya yang dipantulkan inilah yang

    menyebabkan silau.

    2. OBYEKTIF

    a. Visus naturalis OD 6/20 dan OS 6/20

    Pada pemeriksaan visus naturalis mata kanan didapatkan 6/20 dan mata kiri

    6/20. Hal ini kurang sesuai dengan kondisi pasien karena infiltrat yang

    terdapat pada kornea tersebar di bagian perifer sehingga tidak akan terlalu

    mempengaruhi visual axis. Namun setelah diperiksa menggunakan pinhole,

    penglihatan mata kanan dan mata kiri pasien membaik menjadi 6/6.

    b. Infiltrat punctata pada kornea OD dan OS

    Pada pemeriksaan fisik didapatkan infiltrat berupa bercak berwarna kelabu,

    keruh dengan batas tidak jelas, dan permukaan tidak licin pada kornea mata

    kiri dan kanan. Pada pemeriksaan fluoresin juga didapatkan hasil yang positif,

    dimana tampak epitel yang erosi menyerap zat warna sehingga berwarna

    kuning kehijauan.

    3. ASSESMENT

    Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosis pasien mengarah padakeratitis bakterialis. Pada keratitis bakterialis, biasanya keluhan akan lebih berat

  • 8/11/2019 240430832 Presentasi Kasus Keratitis

    26/28

    26

    dibandingkan keratitis yang disebabkan virus atau jamur terutama pada trias kornea

    yaitu lakrimasi, blefarospasme dan fotofobia, namun pada pasien keluhan yang

    ditunjukkan lebih ringan. Hal ini bisa terjadi karena sebelumnya pasien sudah

    mendapat pengobatan berupa obat tetes mata yang kemungkinan merupakan

    antibiotik, sehingga gejalanya sudah mulai berkurang.Diagnosis kerja : Keratitis Bakterialis ODS

    4. Planning

    Usulan pemeriksaan : hapusan langsung untuk pengecatan Gram

    5. Rencana terapi

    Medika mentosa :

    1. Kokus gram positif : vankomisin 25-50 mg/mL

    2. Batang gram negatif : Tobramicin 9-14 mg/mL

    3.

    Kokus gram negatif : Ceftriaxone 50 mg/mL

    4. Mycobacteria : Clarithromycin 10 mg/mL 0,03%

  • 8/11/2019 240430832 Presentasi Kasus Keratitis

    27/28

    27

    BAB IV

    KESIMPULAN

    Keratitis adalah peradangan pada salah satu dari kelima lapisan kornea. Berdasarkan

    distribusinya, keratitis dibagi menjadi keratitis difus, fokal, atau multifokal. Berdasarkan

    kedalamannya, keratitis dibagi menjadi epitelial, subepitelial stromal, atau endotelial.

    Komplikasi yang paling ditakuti dari keratitis bakteri ini adalah penipisan kornea, dan

    akhirnya perforasi kornea yang dapat mengakibatkan endophthalmitis dan hilangnya

    penglihatan. Prognosis visual tergantung pada beberapa faktor dan dapat mengakibatkan

    penurunan visus derajat ringan sampai berat.Virulensi organisme yang bertanggung jawab

    atas keratitis, luas dan lokasi ulkus kornea, hasil vaskularisasi dan / atau deposisi kolagen

    merupakan faktor yang menentukan prognosis.

  • 8/11/2019 240430832 Presentasi Kasus Keratitis

    28/28

    DAFTAR PUSTAKA

    1. American Academy of Ophthalmology. External Eye Disease and Cornea. San Fransisco

    2008-2009. p. 179-190

    2.

    Roderick B. Kornea. In: Vaughan & Asbury. Oftalmologi Umum Edisi 17. Jakarta : EGC.

    2009. p. 125-149.

    3. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata edisi3.Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2002. p.147178

    4. Ilyas S. Anatomi dan Fisiologi Mata. Dalam : Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata.Edisi ketiga.

    Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 2008. h. 1-13

    5. K.Weng Sehu et all. Opthalmologic Pathology. Blackwell Publishing. UK.2005. p.62

    6. Mansjoer, Arif M. 2001. Kapita Selekta edisi-3 jilid-1. Jakarta: Media Aesculapius FKUI.

    Hal: 567. Thygeson P. "Superficial Punctate Keratitis". Journal of the American Medical

    Association.1997. 144:1544-1549. Available at : http://webeye. ophth.uiowa.edu/

    dept/service/cornea/cornea.htm(accessed: Juli 2011)

    8.

    Reed, KK. 2007. Thygeson's SPK photos. Nova Southeastern University College of

    Optometry 3200 South University Drive Ft. Lauderdale, Florida. Available at:

    http://www.fechter.com/Thygesons.htm.(accessed: May 2013)

    9.

    Skuta GL,Cantor LB,Weiss JS. Structure dan Function of the External Eyedan Cornea. In :

    Skuta GL, Cantor LB, Weiss JS. Basic and CliniccalScience Cources : External Disease dan

    Cornea 2008-2009. Singapore :American Academy of Ophthalmology ; 2007. p.5-14

    10.Sr in iv asan M, e t a l . D i s t in g u i sh in g in fec t io u s v e r su s n o n in fec t io u s k e r

    a t i t i s . INDIAN Journal of Opthalmology 2006 56:3;50-56

    http://www.fechter.com/Thygesons.htmhttp://www.fechter.com/Thygesons.htm