2013-1-14201-841409058-bab2-29072013095420

19
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep ASI Eksklusif 2.1.1 Pengertian ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja kepada bayi berumur 0 6 bulan tanpa memberikan makanan atau minuman lain. Menurut ahli kesehatan, bayi pada usia tersebut sudah terpenuhi gizinya hanya dengan ASI saja. Manfaat ASI eksklusif yaitu agar bayi kebal terhadap beragam penyakit pada usia selanjutnya (Depkes, 2007). Pendapat yang dikemukakan oleh Utami Roesli (2004), ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubuk susu, biscuit, bubur nasi dan tim. ASI eksklusif adalah pemberian ASI (air susu ibu) sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberikan makanan lain, walaupun hanya air putih sampai bayi berumur 6 bulan. Setelah itu diberi makanan padat pendamping yang cukup dan sesuai. sedangkanASI tetap diberikan sampai usia 2 tahun atau lebih (Sripurwanti Hubertin, 2005). Memberikan ASI secara eksklusif berarti keuntungan untuk semua, bayi akan lebih sehat, cerdas, dan berkepribadian baik, ibu akan lebih sehat dan menarik. Perusahaan, lingkungan dan masyarakat pun lebih mudah mendapatkan keuntungan (Utami Roesli, 2005). ASI adalah makanan bayi yang paling penting terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan (Soetjiningsih, 1997). ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan

description

hao.........................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................

Transcript of 2013-1-14201-841409058-bab2-29072013095420

Page 1: 2013-1-14201-841409058-bab2-29072013095420

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep ASI Eksklusif

2.1.1 Pengertian

ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja kepada bayi berumur 0 – 6 bulan tanpa

memberikan makanan atau minuman lain. Menurut ahli kesehatan, bayi pada usia

tersebut sudah terpenuhi gizinya hanya dengan ASI saja. Manfaat ASI eksklusif yaitu

agar bayi kebal terhadap beragam penyakit pada usia selanjutnya (Depkes, 2007).

Pendapat yang dikemukakan oleh Utami Roesli (2004), ASI eksklusif atau lebih

tepat pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan

cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan

makanan padat seperti pisang, pepaya, bubuk susu, biscuit, bubur nasi dan tim.

ASI eksklusif adalah pemberian ASI (air susu ibu) sedini mungkin setelah

persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberikan makanan lain, walaupun hanya air

putih sampai bayi berumur 6 bulan. Setelah itu diberi makanan padat pendamping yang

cukup dan sesuai. sedangkanASI tetap diberikan sampai usia 2 tahun atau lebih

(Sripurwanti Hubertin, 2005).

Memberikan ASI secara eksklusif berarti keuntungan untuk semua, bayi akan lebih

sehat, cerdas, dan berkepribadian baik, ibu akan lebih sehat dan menarik. Perusahaan,

lingkungan dan masyarakat pun lebih mudah mendapatkan keuntungan (Utami Roesli,

2005).

ASI adalah makanan bayi yang paling penting terutama pada bulan-bulan pertama

kehidupan (Soetjiningsih, 1997). ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan

Page 2: 2013-1-14201-841409058-bab2-29072013095420

komposisi yang sangat seimbang dan sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan bayi karena

ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna, baik secara kualitas maupun kuantitas.

ASI sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh kembang bayi

normal sampai usia 4 – 6 bulan (Khairuniyah, 2004).

Menurut (Azrul Anwar, 2004), ASI eksklusif sangat penting untuk meningkatkan

SDM kita dimasa yang akan datang, terutama dari segi kecukupan gizi sejak dini.

Memberikan ASI secara eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan akan menjamin

tercapainya pengembangan potensial kecerdasan anak secara optimal. Hal ini karena

selain sebagai nutrisi yang ideal dengan komposisi yang tepat serta disesuaikan dengan

kebutuhan bayi, ASI juga mengandung nutrisi khusus yang diperlukan otak bayi agar

tmbuh optimal (Utami Roesli, 2004).

Berdasarkan hal tersebut diatas, WHO-UNICEF membuat deklarasi yang dikenal

dengan deklarasi innocent pada tahun1990. Dimana dalam deklarasi ini bertujuan untuk

melindungi, mempromosikan dan memberi dukungan pada pemberian ASI. Deklarasi

yang juga ditandatangani Indonesia ini memuat hal – hal berikut.

“Sebagai tujuan global untuk meningkatkan kesehatan dan mutu makanan bayi

secara optimal maka semua ibu dapat memberikan ASI eksklusif dan semua bayi

diberikan ASI eksklusif sejak lahir sampai berusia 4-6 bulan. Setelah itu bayi diberi

makanan pendamping yang benar dan tepat sehingga ASI tetap diteruskan sampai usia 2

tahun atau lebih. Pemberian makanan bayi yang ideal seperti ini dapat dicapai dengan

cara menciptakan pengertian serta dukungan dari lingkungan sehingga ibu-ibu dapat

menyusui secara eksklusif.

2.1.2 Kandungan ASI

Page 3: 2013-1-14201-841409058-bab2-29072013095420

Asi memiliki nutrisi yang berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan

bayi. Hal ini membuat beberapa organisasi seperti (World Health Organization) WHO,

UNICEF, dan (World Health Assembly) WHA merekomendasikan pemberian ASI saja

selama 6 bulan (Amiruddin, 2007). Departemen kesehatan dunia juga menargetkan

cakupan pemberian ASI eksklusif sebesar 80%.

Air Susu Ibu (ASI) merupakan suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa,

dan garam-garam organik yang dikelurkan oleh kelenjar mamari manusia. Sebagai satu-

satunya makanan alami yang berasal dari ibu, ASI menjadi makanan terbaik dan

sempurna untuk bayi karena mengandung zat gizi sesuai kebutuhan untuk pertumbuhan

dan perkembangan bayi (Siregar, 2005).

ASI eksklusif didefinisikan sebagai pemberian ASI sedini mungkin setelah

persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak ada makanan tambahan sampai dengan bayi

berumur 6 bulan. Makanan tambahan yang dimaksud yaitu susu formula, air matang, jus

buah, air gula, dan madu. Vitamin maupun obat, dalam bentuk tetes atau sirup tidak

termasuk makanan tambahan (Pearl et all, 2004; Dee, 2008).

ASI dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayi 6 bulan karena kandungan gizinya

yang sesuai. Kapasitas lambung bayi baru lahir hanya dapat menampung cairan sebanyak

10-20 ml (2-4 sendok teh). ASI memiliki kandungan gizi yang sesuai serta volume yang

tepat sesuai dengan kapasitas lambung bayi yang masih terbatas (Depkes, 2012).

ASI memiliki berbagai kebaikan untuk bayi karena kandungan nutrisi yang terdapat

pada ASI sangat sesuai dengan kebutuhan bayi. Komposisi ASI berbeda-beda sesuai

dengan stadium laktasi, waktu, nutrisi ibu, dan masa gestasi janin saat lahir (Olds et all,

Page 4: 2013-1-14201-841409058-bab2-29072013095420

2001). Berdasarkan faktor yang telah disebutkan, ASI dibagi menjadi tiga bagian, yaitu

kolostrum, ASI transisi, dan ASI matang.

Kolostrum memiliki susu pertama yang keluar berbentuk cairan kekuning-kuningan

yang lebih kental dari ASI matang. Kolostrum mengandung protein, vitamin yang larut

dalam lemak, dan mineral yang lebih banyak dari ASI matang. Kolostrum sangat penting

untuk diberikan karena selain tinggi akan immunoglobulin A (IgA) sebagai sumber imun

pasif bagi bayi, kolostrum juga berfungsi sebagai pencahar untuk membersihkan saluran

pencernaan bayi baru lahir. Produksi kolostrum dimulai sejak masa kehamilan sampai

beberapa hari setelah kelahiran. Namun, pada umumnya kolostrum digantikan oleh ASI

transisi dalam dua sampai empat hari setelah kelahiran bayi (Olds et all, 2001; Roesli,

2004; Brown, 2005).

ASI transisi diproduksi mulai dari berhentinya produksi kolostrum sampai kurang

lebih dua minggu setelah melahirkan. Kandungan protein dalam ASI transisi semakin

menurun, namun kandungan lemak, laktosa dan vitamin larut air, semakin meningkat.

Volume ASI transisi semakin meningkat seiring dengan lama menyusui dan kemudian

digantikan oleh ASI matang (Olds et all, 2001; Roesli, 2004).

ASI matang mengandung dua komponen berbeda berdasarkan waktu pemberian

yaitu foremilk dan hindmilk. Foremilk merupakan ASI yang keluar pada awal bayi

menyusu, sedangkan hindmilk keluar setelah permulaan let-down.Foremilk mengandung

vitamin, protein, dan tinggi akan air. Hindmilk mengandung lemak empat sampai lima

kali lebih banyak dari foremilk (Olds et all, 2001; Roesli, 2004).

2.1.3 Manfaat ASI Eksklusif

Page 5: 2013-1-14201-841409058-bab2-29072013095420

Bagi bayi dan ibu ASI eksklusif menyebabkan mudahnya terjalin ikatan kasih

sayang yang mesra antara ibu dan bayi baru lahir. Hal ini merupakan keuntungan awal

dari menyusui secara eksklusif. Bagi bayi tidak ada perbedaan yang lebih berharga dari

ASI. Hanya seorang ibu yang dapat memberikan makanan terbaik bagi bayinya. Selain

dapat meningkatkan kesehatan dan kepandaian secara optimal, ASI juga membuat anak

potensial memiliki perkembangan sosial yang baik (Utami Roesli, 2005).

A. Manfaat ASI bagi Bayi

1. ASI sebagai nutrisi

2. Makanan terlengkap untuk bayi, terdiri dari proporsi yang seimbang dan cukup

karena mengandung zat gizi yang diperlukan untuk 6 bulan pertama.

3. Mengandung antibody (terutama kolostrum) yang melindungi terhadap penyakit,

seperti diare dan gangguan pernafasan.

4. Menunjuang perkembangan motorik sehingga bayi yang diberi ASI eksklusif akan

lebih cepat jalan.

5. Meningkatkan jalinan kasih sayang.

6. Selalu siap tersedia, dan dalam suhu yang sesuai.

7. Mudah dicerna dan zat gizi mudah diserap.

8. Melindungi terhadap alergi karena tidak mengandung zat yang dapat menimbulkan

alergi.

9. Mengandung cairan yang cukup untuk kebutuhan bayi dalam 6 bulan pertama (87%

ASI adalah air)

10. Mengandung asam lemak yang diperlukan untuk pertumbuhan otak sehingga bayi

dengan pemberian ASI Eksklusif potensial lebih pandai.

Page 6: 2013-1-14201-841409058-bab2-29072013095420

11. Menunjang perkembangan kepribadian dan kecerdasan emosional, kematangan

spiritual dan hubungan sosial yang baik (Utami Roesli, 2005).

B. Manfaat ASI bagi ibu

1. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan. Apabila bayi disusui segera setelah

dilahirkan, maka kemungkinan terjadi perdarahan setelah melahirkan akan berkurang

karena kadar oksitoksin meningkat sehingga pembuluh darah menutup dan

perdarahan akan cepat berhenti.

2. Mengurangi terjadinya anemia.

3. Menjarangkan kehamilan. Menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman, murah

dan cukup berhasil. Selama ibu memberi ASI eksklusif dan belum haid, 98% tidak

akan hamil pada enam bulan pertama setelah melahirkan dan 96% tidak akan hamil

sampai bayi berusia 12 bulan

4. Mengecilkan rahim

Kadar oksitoksin ibu yang menyusui akan membantu rahim kembali ke ukuran

sebelum hamil.

5. Menurunkan risiko kanker payudara

6. Membantu mengurangi beban kerja ibu karena ASI tersedia kapan dan dimana saja.

ASI selalu bersih, sehat, dan tersedia dalam suhu yang cocok.

7. Lebih ekonomis dan murah

8. Dapat segera diberikan pada bayi tanpa harus menyiapkan memasak air dan tanpa

harus mencuci botol.

9. Memberi kepuasan bagi ibu yang berhasil memberikan ASI eksklusif akan

merasakan kepuasan, kebanggaan dan kebahagiaan yang mendalam (Roesli, 2005)

Page 7: 2013-1-14201-841409058-bab2-29072013095420

C. Manfaat pemberian ASI Eksklusif bagi Negara

1. Penghematan devisa untuk pembelian susu formula, perlengkapan menyusui, serta

biaya menyiapkan susu

2. Penghematan untuk biaya sakit terutama sakit muntah, mencret, dan sakit saluran

nafas.

3. Penghematan obat – obatan tenaga dan sarana kesehatan.

4. Menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan berkualitas untuk

membangun Negara. Karena anak yang mendapat ASI dapat tumbuh dan

berkembang secara optimal.

5. Langkah awal untuk mengurangi bahkan menghindari kemungkinan terjadinya

“generasi yang hilang” khususnya bagi Indonesia.

2.1.4 Pengelompokan ASI

Berdasarkan waktu produksinya ASI digolongkan kedalam 3 kelompok :

a. Kolostrum

Kolostrum adalah ASI yang keluar dari hari pertama sampai hari ke empat

setelah melahirkan. Kolostrum merupakan cairan emas, cairan pelindung yang kaya

akan zat anti infeksi dan berprotein tinggi, merupakan cairan yang pertama kali

disekresi oleh kelenjar payudara, mengandung tissuedebris dan residual material yang

terdapat dalam alveoli dan duktus dari kelenjar payudara sebelum dan setelah masa

puerperium. Komposisi dari kolostrum ini dari hari ke hari selalu berubah. Kolostrum

merupakan cairan viscous kental dengan warna kekuning – kuningan, lebih kuning

dibandingkan dengan susu yang matang. Kolostrum merupakan pencahar yang ideal

untuk membersihkan mekonium dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan

Page 8: 2013-1-14201-841409058-bab2-29072013095420

saluran pencernaan makanan bayi dan makanan yang akan datang. Selain itu

Kolostrum lebih banyak mengandung protein dibanding dengan ASI yang matur. Pada

kolostrum protein yang utama adalah globulin. (Utama Roesli, 2004). Kolostrum

memiliki manfaat yaitu Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk

melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi khususnya diare. Jumlah Kolostrum

yang diproduksi bervariasi tergantung dari isapan bayi pada hari – hari pertama

kelahiran, walaupun sedikit namun cukup untuk memenuhi kebutuhan zat gizi bayi,

oleh karena itu harus diberikan kepada bayi. Kolostrum mengandung protein, vitamin

A yang tinggi, karbohidrat, dan lemak rendah. Sehingga sesuai dengan kebutuhan zat

gizi bayi pada hari – hari pertama setelah kelahiran. Selain itu membantu pengeluaran

mekonium yaitu kotoran bayi yang pertama berwarna hitam kehijauan (Depkes, 2002).

b. ASI transisi atau ASI peralihan

ASI transisi diproduksi pada hari ke empat sampai hari ke sepuluh kelahiran dari

masa laktasi. Tetapi ada pula pendapat yang mengatakan bahwa, pada kondisi –

kondisi tertentu ASI transisi dapat diproduksi sampai minggu ke 5. ASI transisi

mengandung protein yang lebih rendah dibanding Kolostrum. Namun, kandungan

lemak dan karbohidrat ASI transisi lebih tinggi dibanding Kolostrum dan volume pada

ASI transisi makin meningkat.

c. Air susu dengan komposisi zat gizi tetap.

Setelah bayi berumur 1 bulan, komposisi zat gizi ASI tidak akan mengalami

perubahan (komposisinya tetap). Kondisi ini akan berlangsung sampai bayi berumur 2

– 3 tahun.

Page 9: 2013-1-14201-841409058-bab2-29072013095420

Volume ASI yang diproduksi akan mengalami perubahan seiring dengan

bertambahnya umur bayi. Ketika umur bayi mencapai 3 bulan, seorang ibu dapat

memproduksi ASI 800 ml sehari. Terjadinya perubahan volume ASI sesuai dengan

kebutuhan bayi. Menginjak umur 6 bulan, bayi membutuhkan makanan tambahan

berupa makanan pendamping ASI karena ASI yang diproduksi ibu mulai menurun dan

tidak mencukupi kebutuhan bayi. ASI tetap boleh diberikan sampai bayi berumur 2

tahun.

2.2 Konsep faktor – faktor ibu bayi yang berhubungan dengan pemberian ASI ekslusif

2.21 Faktor Internal

Teori kognitif sosial membagi faktor internal menjadi beberapa dimensi seperti

biologis, kognitif, dan afektif (William et all, 2012). Ketiga dimensi dalam faktor internal

ini berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif. Bagian dari dimensi biologis yang

akan dibahas mencakup usia dan kondisi kesehatan, kognitif mencakup pengetahuan, dan

afektif yang mencakup persepsi yang berkaitan dengan ASI eksklusif.

a. Usia

Umur yaitu usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat

berulang tahun. Semakin cukup umur maka tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja (Nursalam, 2001).

Umur adalah faktor yang menentukan pemberian ASI. Dari segi produksi ASI, ibu

– ibu yang berusia 19 – 23 tahun pada umumnya dapat menghasilkan cukup ASI

dibandingkan dengan yang berusia lebih tua. Primipara yang berumur lebih dari 35

tahun biasanya tidak akan dapat menyusui bayinya dengan jumlah ASI yang cukup

(Pudjadi, 2004).

Page 10: 2013-1-14201-841409058-bab2-29072013095420

Penelitian yang dilakukan oleh (Kusnadi, 2008) menyatakan bahwa proporsi

pemberian ASI eksklusif pada umur kurang dari 30 tahun lebih besar dibandingkan

umur lebih dari 30 tahun.

Umur ibu sangat menentukan kesehatan maternal karena berkaitan dengan kondisi

kehamilan, persalinan, dan nifas, serta cara mengasuh juga menyusui bayinya. Ibu

yang berusia kurang dari 20 tahun masih belum matang dan belum siap secara jasmani

dan sosial dalam menghadapi kehamilan, persalinan serta dalam membina bayi yang

dilahirkan (Depkes RI, 1994 ). Sedangkan ibu yang berumur diatas 30 tahun menurut

(Hurlock, 1997) disebut sebagai masa dewasa dan disebut juga masa reproduksi

dimana pada masa ini diharapkan orang telah mampu untuk memecahkan masalah-

masalah yang dihadapi dengan tenang secara emosional, terutama dalam menghadapi

kehamilan, persalinan, nifas, dan merawat bayinya. Menurut pendapat (Hurlock B.E,

2002), bahwa semakin meningkatnya umur dan tingkat kematangan maka kekuatan

seseorang dalam berfikir dan bekerja juga akan lebih matang.

b. Kondisi Kesehatan

Model kontinum sehat-sakit (Neuman, 1991) dalam (potter & perry, 2006)

mendefinisikan sehat sebagai sebuah keadaan dinamis yang berubah secara terus

menerus sesuai dengan adaptasi seseorang terhadap berbagai perubahan yang ada

dilingkungan internal dan eksternalnya. Adaptasi penting dilakukan untuk

menghindari terjadinya perubahan dan penurunan dibanding kondisi sebelumnya.

Adaptasi terjadi untuk mempertahankan kondisi fisik, emosional, intelektual, sosial,

perkembangan dan spiritual yang sehat (potter & perry, 2006).

Page 11: 2013-1-14201-841409058-bab2-29072013095420

Dua kondisi yang penting dipertahankan karena berpengaruh terhadap pemberian

ASI yaitu kondisi fisik dan emosional. Kondisi fisik perlu dipertahankan agar

seseorang tidak mengalami masalah kesehatan, tidak terkecuali pada ibu menyusui.

Hasil penelitian (MacLaen, 1999) yang dibahas dalam (William, 2012) menunjukan

masalah kesehatan dalam memberikan ASI merupakan faktor utama ibu berhenti atau

tidak memberikan ASI pada bayi berusia 3-4 bulan. Masalah kesehatan atau penyakit

yang diderita ibu dapat menyebabkan pemberian ASI menjadi kontraindikasi bagi ibu.

(Olds, dkk, 2001) menyebutkan ibu yang menderita kanker payudara sebaiknya

tidak menyusui bayinya agar ibu dapat menjalankan pengobatan segera mungkin.

Selain itu, pemberian ASI juga menjadi kontraindikasi bagi bayi yang menderita

galaktosemia, yaitu keadaan kongenital dimana hati tidak dapat merubah galaktosa

menjadi laktosa dan akan berpengaruh pada perkembangan bayi (Adams, dkk, 2008).

Penyakit lain yang dinilai menjadi kontraindikasi pemberian ASI yaitu HIV/AIDS

(Olds, dkk, 2003).

Penelitian yang dilakukan oleh (Swarts, Kruger, dan Dolman, tahun 2011) di

KwaZulu Natal menunjukan 48.6% ibu yang terinfeksi HIV memilih susu formula

sebagai asupan nutrisi utama untuk bayinya. Menurut responden, masyarakat

menganggap seseorang yang terinfeksi HIV tidak diperbolehkan menyusui karena

menginfeksi bayinya. Namun, hal ini sangat bertolak belakang dengan rekomendasi

dari WHO tentang penggantian ASI.

WHO menetapkan pengganti ASI, dalam hal ini susu formula, direkomendasikan

untuk ibu dengan HIV hanya jika cocok (acceptable), mudah dikerjakan (feasible),

mampu (affordable), digunakan terus menerus (sustainable), dan aman (safe).

Page 12: 2013-1-14201-841409058-bab2-29072013095420

Tingginya presentasi ibu yang memilih susu formula di KwaZulu natal menjadi fokus

perhatian karena lingkungan yang tidak aman dan tidak mendukung pemberian susu

formula. Bayi yang diberikan susu formula memiliki resiko meninggal tiga kali lebih

besar pada umur dua setengah kali lebih besar dari bayi yang diberikan ASI pada umur

dua sampai tiga bulan dan dua setengah kali lebih besar dari bayi yang diberikan ASI

pada umur yang sama.

Kondisi emosional juga perlu dipertahankan agar ibu tidak mengalami perubahan

perilaku dalam memberikan ASI eksklusif. Salah satu masalah emosi yang paling

umum dialami yaitu stress. (Wagner, 2013) menyatakan stress dapat terjadi pada ibu

menyusui akibat bayi cepat marah dan sering mencari susu ibu. Beliau juga

mengatakan stress memiliki pengaruh terhadap produksi ASI.

(Siregar, 2005) menyatakan bahwa ibu yang berada dalam keadaan tertekan secara

emosional, memiliki kemungkinan untuk mengalami kegagalan dalam menyusui

bayinya. Let-down reflex mudah sekali terganggu saat ibu mengalami goncangan

emosi, tekanan jiwa dan gangguan pikiran. Gangguan terhadap Let-down reflex

mengakibatkan ASI tidak keluar. Bayi yang tidak cukup mendapat ASI akan menangis

dan tangisan tersebut membuat ibu lebih gelisan dan semakin mengganggu Let-down

Refleks.

c. Pengetahuan

pengetahuan merupakan perilaku paling sederhana dalam urutan perilaku kognitif.

Seseorang dapat mendapatkan pengetahuan dari fakta atau informasi baru dan dapat di

ingat kembali. Selain itu pengetahuan juga diperoleh dari pengalaman hidup yang

Page 13: 2013-1-14201-841409058-bab2-29072013095420

dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam mempelajari informasi yang penting

(DeLaune & Ladner 2003; Potter dan Perry, 2005).

Informasi maupun pengalaman yang didapat seseorang terkait pemberian ASI

eksklusif dapat mempengaruhi perilaku orang tersebut dalam memberikan ASI

eksklusif. Hal ini telah dibuktikan oleh (Yuliandarin, 2010) dalam penelitiannya yaitu

ibu yang memiliki pengetahuan yang baik berpeluang 5,47 kali lebih besar untuk

menyusui secara eksklusif. (Asmijati, 2002) juga mendapatkan hasil serupa pada

penelitiannya. Ibu yang memiliki pengetahuan yang baik memiliki kemungkinan 6,7

kali lebih besar untuk menyusui secara eksklusif dari ibu yang memiliki pengetahuan

rendah.

d. Persepsi

Persepsi negatif yang sering ditemukan pada ibu, menurut (Siregar, 2005), yaitu

sindroma ASI kurang. Pada kasus sindroma ASI kurang ibu merasa ASI yang ia

produksi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bayinya. Ibu sering merasa payudara

sudah tidak memproduksi ASI karena ketegangannya berkurang. Hal ini telah

dibuktikan dalam penelitian (William Et Al, 2012) yang menyebutkan ibu yang

memiliki bayi berusia tiga sampai enam bulan berhenti menyusui bayinya karena

khawatir dengan persediaan ASI yang ia miliki.

Salah satu penyebab munculnya persepsi negatif ini karena bayi sering menangis

saat minta disusui (Siregar, 2005). Hal tersebut terjadi karena semakin bertambahnya

usia bayi, kebutuhan cairan bayi meningkat, sehingga bayi lebih sering minta disusui,

selain itu ASI cepat dicerna sehingga perut bayi cepat menjadi kosong. Hal tersebut

Page 14: 2013-1-14201-841409058-bab2-29072013095420

membuat ibu beranggapan bayi perlu diberi minuman tambahan bahkan dikenalkan

dengan makanan padat (Siregar, 2005; William, dkk, 2012).

2.2.2 Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif dibagi

menjadi beberapa dimensi yang menjadi intitusi, sosial, dan sosial demografi (William et

al, 2012). Dimensi institusi yaitu fasilitas kesehatan sosial yaitu, dukungan orang terdekat

dan promosi susu formula dan sosial demografi seperti pendidikan dan pekerjaan.

a. Pendidikan

Tingkat pendidikan ibu yang rendah mengakibatkan kurangnya pengetahuan ibu

dalam menghadapi masalah, terutama dalam pemberian ASI eksklusif. Pengetahuan

ini diperoleh baik secara formal maupun informal. Sedangkan ibu- ibu yang

mempunyai tingkat pendidikan tinggi umumnya terbuka menerima perubahan atau hal

– hal baru guna pemeliharaan kesehatnnya (Depkes RI,1996).

(Novita, 2009) dalam penelitiannya menyebutkan semakin tinggi tingkat

pendidikan ibu, semakin tinggi jumlah ibu yang tidak memberikan ASI pada bayinya.

Hal ini dikarenakan ibu yang berpendidikan tinggi umumnya memiliki kesibukan

diluar rumah sehingga cenderung meninggalkan bayinya, sedangkan ibu yang

berpendidikan rendah lebih banyak tinggal dirumah memiliki lebih banyak

kesempatan untuk menyusui bayinya. Hal ini didukung oleh penelitian (Nurjanah,

2008) yang menemukan proporsi pemberian ASI pada ibu yang berpendidikan rendah

lebih besar dari ibu yang berpendidikan tinggi.

Pendidikan adalah upaya persuasif atau pembelajaran kepada masyarakat agar

masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan atau praktik untuk memelihara dan

Page 15: 2013-1-14201-841409058-bab2-29072013095420

meningkatkan kesehatannya. Perubahan atau tindakan pemeliharaan dan peningkatan

kesehatan yang dihasilkan oleh pendidikan kesehatan ini didasarkan pengetahuan dan

kesadarannya melalui proses pembelajaran sehingga perilaku tersebut diharapkan akan

berlangsung lama dan menetap karena didasari oleh kesadaran. Memegang kelemahan

dan pendekatan kesehatan ini adalah hasil lamanya karena perubahan perilaku melalui

proses pembelajaran yang pada umumnya memerlukan waktu yang lama

(Notoatmodjo, 2003)

Pendidikan diperkirakan ada kaitannya dengan pengetahuan ibu menyusui dalam

memberikan ASI eksklusif, hal ini dihubungkan dengan tingkat pengetahuan ibu

bahwa seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang

lebih luas dibandingkan dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah (Notoatmodjo,

2003).

b. Dukungan Orang Terdekat

(Olds, London & Ladewig, 2001) menyatakan keputusan untuk memberikan ASI

sering dipengaruhi oleh keluarga seperti suami dan orang tua, teman dan lingkungan

sosial ibu dari pada pengetahuan ibu. Dukungan mereka telah terbukti berpengaruh

terhadap pemberian ASI eksklusif. Suatu penelitian menunjukan dalam memutuskan

pemberian ASI atau susu formula, 13% responden dipengaruhi oleh ibunya, saudara

perempuannya, teman dan lingkungan sosial. (Swarts, Kroger & dolman, 2011)

c. Promosi Susu Formula

Negara-negara di kawasan barat merupakan tempat berdirinya usaha pemerahan

susu. Susu sapi dimodifikasi dan di proses menjadi susu formula yang menjadi asupan

untuk bayi. Secara kuantitas, susu hewan mungkin bernilai sama dengan susu manusia,

Page 16: 2013-1-14201-841409058-bab2-29072013095420

namun secara kualitas keduanya berbeda. Berdasarkan perbedaan komposisi tersebut

bayi yang mengkonsumsi ASI dinilai memiliki komposisi tubuh yang berbeda dengan

bayi yang mengkonsumsi Susu formula (Coad & Dunstall, 2006).

(Widodo, 2008) dalam tesisnya menyatakan pergeseran perilaku pemberian ASI

ke susu formula terjadi karena susu formula di anggap lebih bergengsi. Beliau

mengemukakan hal ini dapat disebabkan oleh pengaruh media yang di dominasi oleh

televisi. Banyaknya iklan susu formula di televisi yang bersaing dalam memberikan

nutrisi unggulan untuk bayi, memberikan dampak negatif bagi pemberian ASI

eksklusif. Hal ini sesuai dengan penelitian (Mardaya, 2003) yang menemukan akses

informasi memiliki dampak negatif yang dapat menurunkan pemberian ASI eksklusif.

(Swarts, Kruger, dan Dolman, 2011) mengemukakan beberapa alasan ibu dalam

memilih susu formula. Alasan yang pertama kali ditemui adalah ibu memilih susu

formula agar dapat meneruskan sekolah atau bekerja dan orang lain dapat mengurus

bayinya. Alasan ini berpengaruh dengan penyakit yang diderita ibu, yaitu ibu tidak

ingin menularkan penyakit yang diderita melalui ASI. Alasan terakhir ibu berpendapat

ia memilih susu formula yaitu pemerintah memberikannya secara Cuma-Cuma.

d. Status Pekerjaan

pekerjaan adalah kegiatan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang

kehidupannya dan kehidupan keluarganya (Nursalam, 2001).

Pekerjaan ibu juga diperkirakan dapat mempengaruhi pengetahuan dan

kesempatan ibu dalam memberikan ASI eksklusif. Pengetahuan responden yang

bekerja lebih baik bila dibandingkan dengan pengetahuan responden yang tidak

bekerja. Semua ini disebabkan karena ibu yang bekerja diluar rumah (sector formal)

Page 17: 2013-1-14201-841409058-bab2-29072013095420

memiliki akses yang lebih baik terhadap berbagai informasi tentang pemberian ASI

eksklusif (Depkes RI, 1999).

Seorang ibu yang bekerja akan mempunyai tambahan pendapatan sehingga dapat

memenuhi kebutuhan keluarganya. Apabila ia tidak bekerja maka tidak dapat

memenuhi kebutuhan pokok keluarganya, bekerja untuk perempuan seringkali bukan

pilihan akan tetapi karena pendapatan suami tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan

rumah tangganya (Novaria, 2000).

Menurut (Utami Roesli, 2005), bekerja bukan alasan untuk menghentikan

pemberian ASI secara eksklusif selama paling sedikit 4 bulan dan bila mungkin

sampai 6 bulan, meskipun cuti hamil hanya 3 bulan. Dengan pengetahuan yang benar

tentang menyusui, adanya perlengkapan memerah ASI, dan dukungan lingkungan

kerja, seorang ibu yang bekerja dapat tetap memberikan ASI secara eksklusif. Menurut

hasil penelitian (Andryani, 2005) diperoleh bahwa sebanyak 52,5 % ibu yang bekerja

mempunyai pengetahuan menyusui dengan baik dan 47,5% ibu bekerja memiliki

pengetahuan kurang baik tentang ASI eksklusif.

2.3 Kerangka Berpikir

Berdasarkan tinjauan teori tentang pemberian ASI yang telah di bahas sebelumnya,

peneliti merangkumnya dalam kerangka teori berikut ini.

Page 18: 2013-1-14201-841409058-bab2-29072013095420

Sumber : Pearl et all (2005); Dee (2008); William (2012)

2.1 Gambar : Kerangka Teori

2.4 Kerangka Konsep

Faktor Internal yang di teliti meliputi Usia dan pengetahuan. Selanjutnya Faktor

Eksternal yang diteliti meliputi pendidikan dan dukungan orang terdekat.

ASI

- Pengertian

- Kandungan ASI

- Manfaat ASI

Eksklusif

- Pengelompokan

ASI

Konsep ASI Eksklusif Faktor-Faktor

Faktor Internal

- Usia

- Pengetahuan

- Persepsi

- Kondisi Kesehatan

Faktor Eksternal

- Pendidikan

- Pekerjaan

- Dukungan Orang

Terdekat

- Promosi Susu Formula

Pemberian ASI

Eksklusif : memberikan

ASI selama enam bulan

tanpa makanan/

minuman tambahan

Tidak Eksklusif : tidak

memberi ASI selama

enam bulan tanpa

makanan/minuman

tambahan

Page 19: 2013-1-14201-841409058-bab2-29072013095420

Faktor Internal

Faktor Eksternal

Ket :

: : Variabel yang di teliti : Variabel Independen

: Variabel yang tidak di teliti : Variabel Dependen

Gambar 2.5 : Faktor – faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif.

Gambar 2.2 : Kerangka Konsep

2.5 Hipotesis Penelitian

2.5.1 Ada hubungan antara Usia ibu dengan pemberian ASI eksklusif.

2.5.2 Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan pemberian ASI eksklusif.

2.5.3 Ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan pemberian ASI eksklusif.

2.5.4 Ada hubungan antara dukungan orang terdekat dengan pemberian ASI eksklusif.

Usia

Pengetahuan

Kondisi kesehatan

Persepsi

Pemberian ASI

eksklusif

pendidikan

Dukungan orang terdekat

Promosi Susu Formula

pekerjaan