18-PersyaratanFisikRumahsakitTrenPengembangan

21
Adi Hatmoko. Arsitek dan Perencana Persyaratan Fisik Rumahsakit dan Tren Pengembangannya 1 Persyaratan Fisik Rumahsakit dan Tren Pengembangannya 1 Adi Utomo Hatmoko 2 1. Persyaratan Fisik Umum Rumahsakit Rumah sakit harus dibangun, ditata dan dipelihara untuk menjamin keselamatan pasien dan menyediakan pelayanan diagnosis dan terapi sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Lokasi rumah sakit harus sesuai dengan analisis kebutuhan pelayanan kesehatan dan rencana umum tata ruang kota/daerah setempat, aman dan mudah dijangkau oleh masyarakat. Bangunan dan prasarana harus memenuhi keamanan, keselamatan kerja dan analisis dampak lingkungan rumah sakit dan sarana kesehatan lain. Luas bangunan disesuaikan dengan jumlah TT dan luas tanah tergantung dari luas bangunannya, dimana berdasar peraturan yang ada, disebutkan bahwa luas bangunan minimal 50 m2 per tempat tidur. Jumlah TT untuk kelas C 25 TT, B 75 TT dan A 200 TT. Jumlah TT minimal untuk Rumah Sakit Umum milik badan hukum sosial 50 TT, milik badan hukum lain 100 TT, dan Rumah Sakit Khusus 25 TT. Bangunan rawat inap minimal 50 TT untuk PMDN dan 200 TT untuk PMA. Luas tanah untuk bangunan tidak bertingkat minimal 1,5 kali luas bangunan. Luas tanah untuk bangunan bertingkat minimal 2 kali luas bangunan lantai dasar. Bangunan/ruangan rumah sakit minimal terdiri dari: ruang rawat jalan, ruang rawat inap, ruang gawat darurat, ruang perawatan intensif, laboratorium, radiology, farmasi, kamar operasi, dapur, administrasi, komite medik, pertemuan staff, dan ruang perawat. Selain itu, disebutkan juga bahwa seluruh bangunan harus berpedoman pada standar bangunan rumah sakit pemerintah yang disesuaikan dengan kelasnya. Seluruh ruangan memenuhi persyaratan minimal untuk kebersihan, bebas polusi, ventilasi, penerangan, dan system pemadam kebakaran yang sesuai ketentuan yang berlaku. Review dokumen prosedur pengendalian kebakaran yang mencakup pelaporan segera akan kejadian kebakaran, pemadaman kebakaran, penyelamatan pasien, staf, dan tamu, evaluasi dan kerjasama dengan unit pemadam kebakaran yang relevan. Dokumen yang menyatakan telah dilakukan pemantauan berkala terhadap pengendalian kebakaran. Dari sisi fasilitas listrik dan penyediaan air minum disyaratkan ketersediaannya yang harus memenuhi persyaratan kesehatan setiap hari selama 24 jam. Harus tersedia emergency power setidaknya dikamar operasi, pemulihan, intensive care, ruang gawat darurat, dan tangga. Selain itu, juga tersedianya pengolahan air limbah, insenerator, dan pembuangan sampah sesuai dengan peraturan yang berlaku. Termasuk juga adanya prosedur untuk penyimpanan hingga pembuangan limbah 1 Makalah disajikan dalam Workshop Manajemen Operasional dan Hospital Building Strategy. Kerjasama PT. Bina Arsada dengan PT. Global Medika Konsultrada. 14-15 Juni 2004 2 Adi Utomo Hatmoko, Ir. (Jurusan Arsitektur UGM, 1991, cum laude), M.Arch. (Georgia Institute of Technology, 1996, Fulbright). Partner pada PT. Global Medika Konsultrada dan Konsultan pada PT. Bina Arsada. Staf Pengajar dan Peneliti (1991-sekarang), serta Ketua Laboratorium Perancangan (2001- 2003) Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada. Staf Pengajar pada Magister Manajemen Rumahsakit, Magister Desain Kawasan Binaan, serta Magister Pariwisata, Universitas Gadjah Mada. Anggota Tim Penasehat Arsitektur Kota DKI Jakarta 2001-2006. Penyusun Masterplan dan Perancang Beberapa Rumahsakit di Indonesia.

description

18-PersyaratanFisikRumahsakitTrenPengembangan

Transcript of 18-PersyaratanFisikRumahsakitTrenPengembangan

Page 1: 18-PersyaratanFisikRumahsakitTrenPengembangan

Adi Hatmoko. Arsitek dan Perencana

Persyaratan Fisik Rumahsakit dan Tren Pengembangannya 1

Persyaratan Fisik Rumahsakit dan Tren Pengembangannya1

Adi Utomo Hatmoko2 1. Persyaratan Fisik Umum Rumahsakit Rumah sakit harus dibangun, ditata dan dipelihara untuk menjamin keselamatan pasien dan menyediakan pelayanan diagnosis dan terapi sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Lokasi rumah sakit harus sesuai dengan analisis kebutuhan pelayanan kesehatan dan rencana umum tata ruang kota/daerah setempat, aman dan mudah dijangkau oleh masyarakat. Bangunan dan prasarana harus memenuhi keamanan, keselamatan kerja dan analisis dampak lingkungan rumah sakit dan sarana kesehatan lain. Luas bangunan disesuaikan dengan jumlah TT dan luas tanah tergantung dari luas bangunannya, dimana berdasar peraturan yang ada, disebutkan bahwa luas bangunan minimal 50 m2 per tempat tidur. Jumlah TT untuk kelas C 25 TT, B 75 TT dan A 200 TT. Jumlah TT minimal untuk Rumah Sakit Umum milik badan hukum sosial 50 TT, milik badan hukum lain 100 TT, dan Rumah Sakit Khusus 25 TT. Bangunan rawat inap minimal 50 TT untuk PMDN dan 200 TT untuk PMA. Luas tanah untuk bangunan tidak bertingkat minimal 1,5 kali luas bangunan. Luas tanah untuk bangunan bertingkat minimal 2 kali luas bangunan lantai dasar. Bangunan/ruangan rumah sakit minimal terdiri dari: ruang rawat jalan, ruang rawat inap, ruang gawat darurat, ruang perawatan intensif, laboratorium, radiology, farmasi, kamar operasi, dapur, administrasi, komite medik, pertemuan staff, dan ruang perawat. Selain itu, disebutkan juga bahwa seluruh bangunan harus berpedoman pada standar bangunan rumah sakit pemerintah yang disesuaikan dengan kelasnya. Seluruh ruangan memenuhi persyaratan minimal untuk kebersihan, bebas polusi, ventilasi, penerangan, dan system pemadam kebakaran yang sesuai ketentuan yang berlaku. Review dokumen prosedur pengendalian kebakaran yang mencakup pelaporan segera akan kejadian kebakaran, pemadaman kebakaran, penyelamatan pasien, staf, dan tamu, evaluasi dan kerjasama dengan unit pemadam kebakaran yang relevan. Dokumen yang menyatakan telah dilakukan pemantauan berkala terhadap pengendalian kebakaran. Dari sisi fasilitas listrik dan penyediaan air minum disyaratkan ketersediaannya yang harus memenuhi persyaratan kesehatan setiap hari selama 24 jam. Harus tersedia emergency power setidaknya dikamar operasi, pemulihan, intensive care, ruang gawat darurat, dan tangga. Selain itu, juga tersedianya pengolahan air limbah, insenerator, dan pembuangan sampah sesuai dengan peraturan yang berlaku. Termasuk juga adanya prosedur untuk penyimpanan hingga pembuangan limbah

1 Makalah disajikan dalam Workshop Manajemen Operasional dan Hospital Building Strategy. Kerjasama PT. Bina Arsada dengan PT. Global Medika Konsultrada. 14-15 Juni 2004 2 Adi Utomo Hatmoko, Ir. (Jurusan Arsitektur UGM, 1991, cum laude), M.Arch. (Georgia Institute of Technology, 1996, Fulbright). Partner pada PT. Global Medika Konsultrada dan Konsultan pada PT. Bina Arsada. Staf Pengajar dan Peneliti (1991-sekarang), serta Ketua Laboratorium Perancangan (2001-2003) Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada. Staf Pengajar pada Magister Manajemen Rumahsakit, Magister Desain Kawasan Binaan, serta Magister Pariwisata, Universitas Gadjah Mada. Anggota Tim Penasehat Arsitektur Kota DKI Jakarta 2001-2006. Penyusun Masterplan dan Perancang Beberapa Rumahsakit di Indonesia.

Page 2: 18-PersyaratanFisikRumahsakitTrenPengembangan

Adi Hatmoko. Arsitek dan Perencana

Persyaratan Fisik Rumahsakit dan Tren Pengembangannya 2

yang efektif untuk meminimalkan polusi yang mungkin diakibatkan oleh limbah tersebut. Rumah sakit harus menyelenggarakan upaya penyehatan lingkungan rumah sakit yang meliputi: penyehatan bangunan dan ruangan termasuk pencahayaan, penghawaan, serta kebisingan; makanan dan minuman; air termasuk kualitasnya; sampah dan limbah; tempat pencucian umum termasuk tempat pencucian linen; pengendalian serangga dan tikus; sterilisasi/desinfeksi; perlindungan radiasi; dan penyuluhan penyehatan lingkungan (RPP) 2. Kriteria

Kriteria perancangan merupakan pertimbangan umum termasuk normatif standar yang mendasari proses perencanaan dan perancangan Rumahsakit. Kriteria perancangan dibutuhkan agar bangunan beserta lingkungannya secara guna (fungsional) dan citra (konsep estetika, ekspresi) mampu mencapai target yang telah disepakati bersama, dalam hal ini kriteria perancangan menjadi alat ukur (benchmark). Untuk mengakomodasi berbagai tuntutan aktivitas yang ada, kriteria-kriteria yang digunakan antara lain: 1. Memenuhi standar bangunan kesehatan

Kriteria yang digunakan: • Berdasar standar ruang yang ada • Memenuhi persyaratan Panduan Bangunan Rumahsakit • Memenuhi persyaratan standar teknis bangunan Rumahsakit

2. Aspek ekonomi dan berkesinambungan

Kriteria yang digunakan: • Bangunan ekonomis • Penggunaan energi • Pemeliharaan murah

Pertimbangan umum pada: • Biaya pemeliharaan • Fleksibilitas untuk berubah

3. Aspek Efisiensi

Kriteria yang digunakan: • Hubungan antar fungsi • Pergerakan orang dan distribusi barang • Penggunaan ruang

Pertimbangan umum pada: • Desain yang menekan biaya operasional • Bangunan terorganisasi dengan baik

4. Fleksibel

• Mudah merespon perubahan penggunaan • Dapat berkembang sesuai kebutuhan • Pentahapan dalam perencanan, tahap konstruksi atau pembangunan

masa datang

Page 3: 18-PersyaratanFisikRumahsakitTrenPengembangan

Adi Hatmoko. Arsitek dan Perencana

Persyaratan Fisik Rumahsakit dan Tren Pengembangannya 3

5. Fungsional Kriteria yang digunakan:

• Pemisahan • Kenyamanan • Privasi

Pertimbangan umum pada: • Standar dan hubungan ruang • Lingkungan pengobatan

6. Arsitektur yang baik

Kriteria yang digunakan: • Sosial • Taraf hidup • Estetika

Disisi yang lain, perencanaan dan perancangan fisik rumahsakit juga didasarkan pada kriteria bangunan Rumahsakit yang baik. Dimana kriteria yang harus dijawab pada bagian ini antara lain: 1. Berarsitektur bagus

• Memberikan nilai positif pada komunitas dan konteks sosial • Memperlihatkan komposisi yang baik • Memberi nilai estetis baik eksternal maupun internal

2. Sesuai dengan lingkungan

• Menjadi tetangga yang baik terhadap lingkungan • Sesuai dengan tapak dan persyaratan perencanaan kota

3. Mudah bagi pengguna, ramah lingkungan

• Tampak bangunan menarik dengan skala manusia • Main entrance yang jelas dan pintu masuk khusus yang mudah dilihat • Entrance dan area penerima yang mengundang • Jejalur yang sederhana, jelas dan mudah • Ruang dalam yang menentramkan dengan pandangan ke arah luar • Pencahayaan dan ventilasi alami yang mencakup semua bagian ruang • Kenyamanan dan privasi • Ruang, warna, pencahayaan, pemandangan dan karya seni untuk

membantu proses penyembuhan • Lansekap yang menarik dan taman dalam estetis

4. Memberikan lingkungan yang aman dan nyaman

• Rancangan untuk keamanan dan kesehatan • Perencanaan evakuasi kebakaran yang baik • Perencanaan kontrol keamanan

5. Akses yang mudah

• Ambulans, transportasi umum, kendaraan servis, dan mobil pemadam kebakaran

• Kendaraan pengunjung dan karyawan, serta parkir kendaraar yang mencukupi

• Akses untuk pejalan kaki • Akses mudah untuk penyandang cacat

Page 4: 18-PersyaratanFisikRumahsakitTrenPengembangan

Adi Hatmoko. Arsitek dan Perencana

Persyaratan Fisik Rumahsakit dan Tren Pengembangannya 4

• Akses terpisah untuk suplai barang dan pembuangan sampah 6. Memenuhi standar bangunan kesehatan

• Berdasar standar ruang yang ada • Memenuhi persyaratan Panduan Bangunan Rumah Sakit • Memenuhi persyaratan standar teknis bangunan Rumah sakit

7. Efisiensi

• Hubungan antar fungsi • Pergerakan orang dan distribusi barang • Penggunaan ruang

8. Memenuhi standar konstruksional

• Bahan bangunan dan finishing yang sesuai standar • Finishing yang mudah dan ekonomis dalam pemeliharaan • Sistem jaringan yang terorganisasi dan mudah digunakan serta mudah

disesuaikan dengan kebutuhan masa datang 3. Tipologi Rumahsakit Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor: 159b/Men.Kes/Per/II/1988 tentang rumah sakit, disebutkan bahwa:

1. Rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian

2. Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit adalah kegiatan pelayanan berupa Pelayanan Rawat Jalan, Pelayanan Rawat Inap dan Pelayanan Gawat Darurat yang mencakup pelayanan medik dan penunjang medik

3. Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan semua jenis penyakit dari yang bersifat dasar sampai dengan sub spesialistik

4. Rumah Sakit Khusus adalah rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan berdasarkan jenis penyakit tertentu atau disiplin ilmu

5. Rumah Sakit Pendidikan adalah rumah sakit umum yang dpergunakan untuk tempat pendidikan tenaga medik tingkat S1, S2, S3

6. Rujukan Upaya Kesehatan adalah penyelenggarakan pelayanan tempat pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik mengenai masalah kesehatan baik secara vertikal maupun horisontal

7. Wilayah Rujukan Kesehatan adalah wilayah pelayanan upaya rujukan kesehatan yang didasarkan atas faktor-faktor geografis, komunikasi, sarana infra struktur, dan faktor-faktor sosial, budaya dan pendidikan

8. Klasifikasi Rumah Sakit adalah pengelompokkan rumah sakit berdasarkan pembedaan bertingkat menurut kemampuan pelayanan kesehatan yang dapat disediakan

9. Akreditasi Rumah Sakit adalah pengakuan bahwa rumah sakit memenuhi standar minimal yang ditentukan

Klasifikasi Rumah Sakit Umum Pemerintah terdiri dari :

1. Kelas A mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan sub-spesialistik luas

Page 5: 18-PersyaratanFisikRumahsakitTrenPengembangan

Adi Hatmoko. Arsitek dan Perencana

Persyaratan Fisik Rumahsakit dan Tren Pengembangannya 5

2. Kelas B II mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan sub-spesialistik terbatas

3. Kelas B I mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik sekurang-kurangnya 11 jenis spesialistik

4. Kelas C mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik sekurang-kurangnya spesialistik 4 dasar lengkap

5. Kelas D mempunyai fasilitas dan kemampuan sekurang-kurangnya pelayanan medik dasar

Rumah Sakit Kelas A dan B II dapat berfungsi sebagai Rumah Sakit Pendidikan 4. Isu Kontemporer 1. Isu Strategis a. Esensi Rumahsakit b. Ukuran dan Skala Layanan Rumahsakit c. Tahapan Pengembangan Rumahsakit d. Kelengkapan Fasilitas dan Kebutuhan Ruang 2. Isu Fungsional a. Pengelompokan Fungsi b. Dimensi, Rasio, dan Faktor Temporal c. Sirkulasi dalam Rumahsakit d. Keselamatan dan Keamanan 3. Isu Teknikal a. Aspek Visual: Cahaya dan Warna b. Kenyamanan Thermal c. Infrastruktur d. Pengoperasian dan Perawatan 4. Isu Behavioral a. Citra Bangunan dan Lingkungan Rumahsakit b. Citra Ruang-ruang dalam Rumahsakit c. Akomodasi Perilaku Manusia 5. Lahan Rumahsakit

Rumahsakit harus menempati lokasi terbaik dan yang terdekat dengan populasi yang dilayaninya. Dekat kearah pusat jaringan transportasi untuk melayani masyarakat lokal serta luasan lahan yang cukup memadai untuk memberi peluang dan fleksibilitas perluasan. Rata-rata luasan lahan untuk rumahsakit dengan tipe B ke atas, membutuhkan areal seluas 12 hektar, tapi lokasi dengan luas seperti ini, sulit untuk diperoleh, dan kalaupun ada, biasanya berada jauh diluar kota dimana timbul banyak masalah tenaga kerja yang akan dipekerjakan di rumah sakit tersebut. Atau pada situasi daerah kota yang sangat hiruk pikuk termasuk lokasi dimana pembangunan dilakukan dengan merubah bentuk bangunan-bangunan yang telah ada sebelumnya yang

Page 6: 18-PersyaratanFisikRumahsakitTrenPengembangan

Adi Hatmoko. Arsitek dan Perencana

Persyaratan Fisik Rumahsakit dan Tren Pengembangannya 6

tentunya akan menjadi sangat mahal untuk kebutuhan Koefisien Dasar Bangunan yang tinggi. Luasan lahan yang dibutuhkan akan dipengaruhi oleh : a. Batas Koefisien Dasar Bangunan di lokasi tersebut b. Luasan bangunan yang diperlukan dalam perkembangan rumahsakit itu c. Kebutuhan parkir d. Kebutuhan akses e. Kebutuhan penjarakan bangunan-bangunan 6. Perencanaan dan Bentuk Bangunan

Rumahsakit adalah bangunan yang memiliki keterpaduan yang harus bisa mengakomodasi fungsi-fungsi secara luas. Faktor-faktor kunci yang dijadikan bahan pertimbangan dalam pengembangan bentuk bangunan yang sesuai adalah :

a. Kemampuan untuk berkembang dan berubah agar mampu merespon kebutuhan-kebutuhan dimasa mendatang, beberapa dapat dilihat pada saat perencanaan tetapi ada beberapa yang tidak dapat diprediksi.

b. Hubungan antara instalasi yang memiliki keterkaitan dalam hal fungsi dan juga mengenai jalur-jalur yang efisien bagi pergerakan orang dan suplai barang.

c. Persyaratan menyangkut masalah keamanan terhadap kebakaran serta metode evakuasi pasien.

d. Ekonomis dalam hal modal dan pembiayaan; kemudahan dan kecepatan konstruksi.

e. Kemampuan untuk membangun secara aktif dalam setiap tahap-tahap pembangunan.

f. Suasana yang tercipta dalam lingkungan fisik dapat dihasilkan dari adanya saling keterkaitan antara bentuk bangunan dengan desain teknis.

g. Respons yang timbul dari hubungan secara fisik antara hal tersebut dengan masyarakat, dapat diciptakan dengan memenuhi syarat estetika.

Tujuan yang ingin dicapai dalam perencanaan harus bisa mereduksi hambatan-hambatan fisik untuk masa mendatang dan untuk perkembangan-perkembangan yang tidak diduga. Oleh karena itu bentuk bangunan harus open-ended dan dapat diperluas; pada detail, perencanaan dan teknik desain harus membuka kesempatan untuk diadakannya perubahan internal dan penataan kembali ruangan-ruangan.

7. Persyaratan Fisik Rawat Jalan dan Gawat Darurat Rumahsakit Instalasi rawat jalan adalah tempat konsultasi dan pemeriksaan pasien oleh dokter yang ahli dibidang masing-masing untuk penemuan diagnosa dini, dan merupakan pemeriksaan penderita pertama dalam urutan lebih lanjut didalam tahapan pengobatan penyakit. Karenanya, secara lokasional hendaknya merupakan area interaksi serta menciptakan suasana dan menerima, tidak menimbulkan rasa takut. Letaknya berdekatan dengan jalan utama penunjang dan dekat apotik, bagian

Page 7: 18-PersyaratanFisikRumahsakitTrenPengembangan

Adi Hatmoko. Arsitek dan Perencana

Persyaratan Fisik Rumahsakit dan Tren Pengembangannya 7

radiology, laboratorium serta lokasi mudah dicapai dari bagian administrasi terutama oleh bagian Medical Record Ruang tunggu dirancang untuk semua poliklinik, diusahakan pemisahan ruang tunggu untuk penyakit infeksi dan non infeksi. Sistem sirkulasi dilakukan dengan satu pintu (pintu masuk dan keluar sama). Poli yang ramai sebaiknya tidak saling berdekatan. Koridor petugas dipisahkan dari koridor pasien Unit Gawat Darurat menerima pasien selama 24 jam dari wilayah sekitar rujukan rumah sakit umum serta puskesmas. Dalam unit ini, perlu dilakukan pemisahan antara Ruang Bedah dan Non Bedah, selain pemisahan sirkulasi antara pasien dengan perawat/dokter. Di samping itu, juga perlu adanya pengaturan sirkulasi perawat/dokter dan tempat alat-alat medik (bench) sehingga dimungkinkan penggunaan alat-alat secara bersama, serta pembentukan ruang-ruang perawatan yang memungkinkan untuk digunakan sebagai ruang perikasa, observasi dan ruang resusitasi. Keseluruhan ruang dan alat ditetapkan untuk digunakan selama 24 jam dan mempunyai pintu masuk khusus yang mudah dilalui kendaraan dan mudah dilihat.

8. Persyaratan Fisik Rawat Inap Rumahsakit

Area rawat-inap adalah ruang untuk perawatan pasien yang harus dirawat lebih dari 24 jam. Secara umum, pada rumahsakit daerah, biasanya jumlah tempat tidur berkisar antara 100-400 TT. Dalam hal ini, konsep perawatan yang sebaiknya dianut adalah perawatan terpadu (integrated care) untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan ruang.

� Standar luas ruang di Indonesia adalah; - Kamar VIP + 21.5/TT - Kamar Kelas I + 15/TT - Kamar Kels II + 10/TT - Kamar Kelas III + 8/TT

Khusus untuk pasien-pasien tertentu harus dipisahkan, seperti misalnya pasien menderita penyakit menular, pasien/penyakit dengan pengobatan yang menimbulkan bau (tumor, gangren, diabetes), ataupun pasien yang gaduh gelisah. Sementara itu, ruang-ruang rawat inap sebaiknya dikelompokkan. Ruang VIP, terletak dalam 1 blok jendela kamar berorientasi ke pandangan luar yang lapang dengan jumlah pasien VIP 1 orang dengan fasilitas kamar mandi dalam. Ruang Kelas I dan II digabung dalam 1 blok (Kelas I untuk 2 TT, Kelas II untuk 4 TT). Sementara Ruang Kelas III A dan III B digabung dalam 1 blok dan dapat pula dipisah (Kelas III A untuk 6 TT dan Kelas III B untuk 8 TT). Stasiun perawat maksimum melayani 35 TT, letak stasiun perawat harus terletak dipusat blok yang dilayani agar perawat dapat mengawasi pasiennya secara efektif (setiap blok dibutuhkan 1 stasiun perawat). Bila ruang perawatan tidak dilantai dasar harus ada akses yang mudah bagi pelayanan dengan roda atau lift khusus. Akses pencapaian ke setiap ruang/blok harus dapat dicapai dengan mudah. Jumlah kebutuhan ruang harus disesuaikan dengan kebutuhan jumlah pasien yang akan ditampung. Sinar matahari pagi sedapat mungkin masuk ruangan. Alur petugas dan pengunjung dipisah. Masing-masing ruang rawat 4 spesialis dasar mempunyai ruang isolasi. Ruang rawat anak disiapkan 1 ruang neonatus

Page 8: 18-PersyaratanFisikRumahsakitTrenPengembangan

Adi Hatmoko. Arsitek dan Perencana

Persyaratan Fisik Rumahsakit dan Tren Pengembangannya 8

9. Persyaratan Fisik Bedah Sentral Rumahsakit Dalam unit bedah kecepatan bergerak merupakan salah satu kunci keberhasilan perancangan, sehingga blok unit bedah sebaiknya dibuat lurus. Peralatan bedah sangat tergantung dari kasus pembedahan yang ditangani dan jenis kasus yang sering terjadi dalam rumah sakit. Penyiapan tenaga media dan para medis perlu direncanakan sebaik mungkin, sehingga alat-alat yang disediakan dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya. Dalam ruang operasi diperlukan 2 ruang tindakan yaitu: Tindakan electif dan Tindakan cito. Alur untuk unit bedah terdiri dari pintu masuk dan keluar untuk staf medis dan paramedik, pintu masuk pasien operasi, serta alur untuk perawatan. Jalan masuk barang-barang steril harus terpisah dari jalan keluar barang-barang dan pakaian kotor. Harus disedikan spoelhoek untuk membuang barang-barang bekas operasi. Sementara jajaran kamar operasi harus dipisahkan menjadi Daerah bebas, area lalu lintas dari luar termasuk pasien, Daerah semi steril, daerah transisi yang menuju koridor kamar operasi dan ruangan semi steril, serta Daerah steril, daerah prosedur steril diperlukan bagi personil yang harus berpakaian khusus dan masker Secara dimensional dapat dikatakan secara umum ukuran kamar operasi minimal (6 x 6 m2) dengan tinggi minimal 3 m, dengan setiap 2 kamar operasi harus dilayani oleh 2 Scrub Room. Harus disediakan pintu keluar tersendiri untuk jenasah dan bahan kotor yang tidak terlihat pasien dan pengunjung. Di dalam persyaratan ruang operasi antara lain adalah pintu kamar operasi harus selalu tertutup, ventilasi kamar terkontrol dan menjamin distribusi udara melalui filter pengontrol, suhu kamar idealnya 20-26 derajat celcius dan harus stabil, kelembaban ruangan 60%, lantai harus kuat dan rata, pertemuan dinding dengan lantai harus melengkung. Plafon harus rapat dan kuat. Pintu keluar masuk harus tidak terlalu mudah dibuka dan ditutup, dengan sekitar 1/3 bagian pintu dari kaca tembus pandang, serta ada kaca tembus pandang pada dinding operasi.

10. Persyaratan Fisik Ruang Diagnostik Rumahsakit Unit Radiologi terdiri dari Radiografi: Konvensional dan Canggih, misal CT Scan, USG (Ultrasonografi), serta Kedokteran Nuklir. Dibutuhkan satu pintu masuk bagi pasien yang terpisah dari pintu masuk bagi staf dan jasa pelayanan rumah sakit umum. Pasien rawat inap diterima sesuai jadwal yang ditetapkan dan diproses serta dipersiapkan sebelumnya di ruang perawatan dan tidak perlu menunggu. Perlu ada ruang konsultasi dan pertemuan dengan fasilitas untuk membaca film. Dinding/pintu mengikuti persyaratan khusus system labirin proteksi radiasi. Ruang gelap dilengkapi X-ray. Ruang X-ray memakai AC. Septictank/limbah radiology tersendiri Laboratorium rumah sakit umum kelas C direncanakan untuk melayani tiga bidang keahlian yaitu patologi klinik, patologi anatomi, dan patologi forensic sampai batas tertentu dari pasien rawat inap, rawat jalan, serta rujukan dari rumah sakit umum lain, puskesmas, atau dokter praktek swasta. Mengingat lingkungan dan tingkat sterilitas yang diperlukan maka pasien terbatas pada ruang pendaftaran, ruang tunggu, pengambilan specimen serta darah dan pengambilan hasil pemeriksaan dan mempunyai tingkat sterilitas 4. Staf dan pelayanan unit laboratorium masuk dari pintu

Page 9: 18-PersyaratanFisikRumahsakitTrenPengembangan

Adi Hatmoko. Arsitek dan Perencana

Persyaratan Fisik Rumahsakit dan Tren Pengembangannya 9

terpisah dari pasien dengan tingkat sterilitas 3. Koridor petugas staf dan laboratorium pemerikasaan terpisah dari koridor pasien dan mempunyai tingkat sterilitas 2. Ruang pemeriksaan/penelitian mempunyai tingkat sterilitas 1. Setiap ruangan/laboratorium disediakan bahan yang mudah dibersihkan dan tahan terhadap zat-zat kimia. Setiap ruangan laboratorium mempunyai wastafel dan tempat cuci alat. Disediakan septictank khusus untuk limbah laboratorium 11. Pergerakan Barang Terdapat tujuh pertimbangan mendasar yang mempengaruhi desain pada distribusi sistem pergerakan yaitu :

a. Kuantitas dan frekuensi material yang dipindahkan untuk distribusi. b. Kebutuhan ruang penerimaan. c. Kebutuhan ruang penyimpanan dan penanganan. d. Distribusi pengguna masing-masing instalasi. e. Tempat pembuangan dan pemrosesan kembali. f. Tipe-tipe dari barang yang akan dipindahkan (termasuk yang perlu penanganan

khusus). g. Pilihan di antara sistem mekanik dan manual.

12. Keamanan Kebakaran Ada tujuh prinsip dasar yang sifatnya fundamental untuk dijadikan bahan pertimbangan bagi bentuk-bentuk bangunan yang memberi perhatian penuh mengenai keamanan kebakaran. Faktor-faktor penting untuk merespon keamanan kebakaran adalah:

a. Cara pembagian ruangan b. Keterkaitan antara instalasi c. Alternatif penyelamatan dan pada kondisi saat menemui jalan buntu d. Jalur-jalur penyelamatan e. Jarak tempuh f. Hubungan eksternal g. Akses untuk menanggulangi kebakaran

13. Ekonomi Bangunan dan Efisiensi Konstruksi Merupakan hal yang sangat penting bahwa pembiayaan bangunan dipertahankan serendah mungkin secara konsisten dengan menyesuaikan terhadap standar yang dapat diterima serta memberikan keseimbangan yang optimal antara kedua hal tersebut. Masalah dalam menentukan standar ini akan berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lain.

Hal-hal yang mempengaruhi biaya pada prinsipnya muncul dari :

a. Jumlah bangunan yang sedang dibangun, meliputi area dan volume b. Geometri dan bentuk bangunan c. Penyelesaian kenyamanan bangunan, oleh karena itu dibutuhkan kuantitas

keahlian teknis dan penyelesaian.

Page 10: 18-PersyaratanFisikRumahsakitTrenPengembangan

Adi Hatmoko. Arsitek dan Perencana

Persyaratan Fisik Rumahsakit dan Tren Pengembangannya 10

14. Fleksibilitas dan Pentahapan Sebagian besar proyek-proyek rumahsakit harus melakukan pembangunan secara bertahap. Ada tiga alasan untuk hal ini yaitu : a. Kebutuhan membangun fasilitas-fasilitas agar bisa digunakan secepat mungkin,

untuk alasan operasional (untuk memperbaharui atau untuk membuat bangunan yang lebih tahan lama) dan juga untuk menghindarkan investasi modal terhadap sesuatu yang tidak produktif

b. Pertimbangan kontraktual; kebutuhan untuk membagi pembangunan kedalam unit-unit kerja bangunan yang mana dapat ditangani oleh kontraktor dengan memuaskan

c. Pembatasan dari modal untuk proyek pembangunan; hal ini seringkali berasal dari kebijakan penyediaan untuk tahap yang kecil pada sejumlah area, lebih daripada pembangunan utama.

Kebutuhan akan pentahapan memiliki dampak yang dominan pada bentuk-bentuk bangunan yang wajar. Ada dua pola dasar yaitu :

a. Pada bangunan yang telah ada; Situasi ini dangat membutuhkan adanya perpaduan, dengan kata lain menempatkan desain kedalam sebuah bentuk yang telah ditentukan oleh pola dari ruangan yang telah tersedia dan memprogram demolisi, tetapi disisi lain, memiliki keuntungan dari adanya servis-servis yang pendukung yang telah ada pada lokasi misalnya dapur, boilers,dan unt utilitas lainnya

b. Pada lokasi baru; tahap pembangunan rumah sakit pada lokasi baru memiliki

keuntungan dari segi kebebasan membuat desain, tetapi beberapa kerugiannya adalah harus menyediakan layanan-layanan yang sifatnya mendasar pada tahap pertama. Hal ini membutuhkan biaya banyak dan cenderung menggunakan modal yang tidak proporsional. Desainer juga dihadapkan pada masalah mendesain dasar-dasar yang akan mendukung instalasi, yang bisa dikatakan setengah dari kapasitas dan mereka berusaha menemukan cara bagaimana mereka dapat menyediakan servis yang akan dikembangkan dalam tahap berikutnya yang akan tetap memelihara efisiensi operasional dan mengoptimalkan hubungan antar instalasi. Pengaruh yang paling besar adalah jangka waktu yang panjang yang dilalui diantara tahap-tahap tersebut. Dalam hal ini akan berimplikasi terhadap fungsi yang terdapat didalamnya (baik yang lengkap atau bagian instalasi) dan hal-hal teknis (ketentuan pembatasan bagi kebutuhan-kebutuhan awal atau membuat antisipasi untuk kebutuhan-kebutuhan dibelakang hari). Jika hal ini sudah bisa dipertimbangkan dalam waktu diantara tahap-tahap pembentukan bangunan dan strategi teknis dibutuhkan untuk tujuan perkembangan maksimal dan potensi perubahan, konsisten dengan mengesampingkan tujuan yang menyangkut penetapan biaya serendah mungkin. Ada dua tujuan yang tidak dapat terelakkan yang berpotensi menciptakan konflik kebutuhan-kebutuhan dan sebuah keseimbangan yang hanya dapat dicapai oleh perdebatan berbagai disiplin ilmu dan kerelaan pihak-pihak untuk berkompromi secara operasional maupun secara teknis.

Page 11: 18-PersyaratanFisikRumahsakitTrenPengembangan

Adi Hatmoko. Arsitek dan Perencana

Persyaratan Fisik Rumahsakit dan Tren Pengembangannya 11

15. Pertimbangan Estetika dan Kenyamanan

Bangunan-bangunan yang kecil lebih mudah diintegrasikan ke batas visual komunitas, tetapi kebanyakan rumahsakit, terpaksa dibuat dengan bentuk yang sangat besar dari segi volume dan lebih besar dari tipe-tipe umum bangunan. Disitulah letak permasalahannya. Bagaimanapun, pengalaman telah menunjukkan bahwa ukuran rumah sakit yang tidak terlalu besarpun dapat memberikan kesan nyaman, secara internal maupun secara eksternal, keduanya dapat berintegrasi sepenuhnya pada hal-hal yang berada disekeliling mereka dimana ukuran mereka adalah manusia. Rumah sakit seperti ini telah ditetapkan dua lantai dan permukaan bangunan dalam skala rumah tinggal.

Beberapa faktor kunci :

a. Menghindari adanya permukaan bangunan yang panjang dan memberi kesan membosankan.

b. Menghindari koridor-koridor panjang yang membosankan, menghadirkan sebuah institusi yang memiliki pemandangan yang tidak ada putus-putusnya.

c. Membiarkan bangunan mengikuti kontur lokasi, yang seringkali memberikan keuntungan operasional misalnya akses pada berbagai tingkatan.

d. Menghindari penempatan pasien dan staf-staf pada tempat yang terabaikan karena adanya perluasan bagian atas bangunan. Dana yang tersedia untuk pembangunan bagian atas bangunan berikut pemeliharaannya, tidak akan pernah menjadikan bagian tersebut sebagus dengan apa yang dilakukan dilantai dasar.

e. Hindari areal halaman parkir yang sangat luas, paling tidak posisinya ditempatkan pada areal yang masih dapat diawasi dari jauh.

f. Pertimbangkan dengan cermat mengenai geometri dan pembuatan halaman-halaman yang diusahakan tidak mendapat sinar matahari secara langsung.

g. Posisi tempat kegiatan yang menimbulkan hawa panas dan suara bising, harus jauh dari area pasien.

Page 12: 18-PersyaratanFisikRumahsakitTrenPengembangan

Adi Hatmoko. Arsitek dan Perencana

Persyaratan Fisik Rumahsakit dan Tren Pengembangannya 12

16. Pertimbangan Internal Keruangan

Instalasi Rawat Inap

Prinsip-prinsip yang mana merupakan prinsip umum dalam desain ruangan rumah sakit adalah :

a. jumlah dari sal (jumlah tempat tidur yang mendapat pengawasan langsung dari perawat-perawat yang bertugas didalam ruangan) seharusnya berjumlah antara 20-28

b. kemungkinan paling besar dari jumlah tempat tidur yang seharusnya dapat di observasi dengan mudah oleh perawat atau staf saat mereka melakukan pemeriksaan rutin ruangan yang sesuai prosedur.

c. Harus tersedia cukup ruangan isolasi yang di khususkan untuk satu orang untuk alasan klinis dan untuk alasan privasi.

d. Area kerja perawat harus dikelompokkan bersama dan juga harus memiliki hubungan langsung dengan area ruang perawatan agar petugas tidak perlu berjalan jauh.

e. Fasilitas kebersihan pasien harus dipusatkan pada satu area dari ruang perawatan. Dan harus dihubungkan pada kelompok-kelompok ruangan pasien.

Bagian ruang rawat seringkali dikelompokkan secara horisontal oleh karena itu, area tempat tidur dibuat berdekatan. Hal yang tidak berhubungan secara langsung dengan tempat tidur, dikelompokkan agar bisa memberikan keuntungan yang memungkinkan individu didalalam bagian ini mengaturnya menjadi lebih besar atau lebih kecil menurut pola-pola permintaan. Bagaimanapun, pada prakteknya terdapat faktor-faktor yang bisa mengurangi kemungkinan ini.

a. Adanya keinginan dari sebagian petugas-petugas ruang rawat untuk bisa mengetahui dan mengendalikan situasi dalam ruangan

b. Keberadaan pintu darurat kebakaran pada setiap bagian akhir sal (sejak sal secara normal menggunakan terminal sub kompartemen untuk kebakaran)

c. Adanya jalur dari sistem komunikasi yang digunakan untuk perawat ke komunikasi lain untuk satu wilayah petugas atau yang lain. Hal ini merupakan point berikutnya yang dapat dicarikan jalan keluarnya dengan membuat tombol pengaturan ganda, tetapi kembali pada masalah biaya

Spesialisasi klinis tertentu memiliki persyaratan dalam area ruang rawat yaitu :

a. Bangsal untuk anak-anak. Bagian ini biasanya memiliki ukuran dengan ruang tersendiri yang lebih luas, yang ditujukan untuk orang tua yang akan menemani sepanjang malam. Sebagai tambahan disediakan ruang duduk dan pantry yang dibutuhkan oleh orang tua. Dengan memberi batasan yang tidak ketat mengenai waktu kunjungan yang sering kali menghabiskan sebagian besar waktunya didalam ruangan.

b. Bangsal geriatric, sal ini biasanya berukuran di atas rata-rata karena alat-alat perawatan yang besar ditempatkan didalam ruangan perawatan ini. Extra day space, fasilitas WC dan bak mandi dan mungkin membutuhkan satu ruangan untuk fisiotheraphy. Ruang perawatan (treatment room) secara normal belum terlalu diwajibkan.

c. Bangsal bersalin, meskipun secara normalnya, bayi akan ditidurkan disisi ibunya sepanjang hari, tapi kamar anak-anak tetap dibutuhkan untuk menghindari terjadinya gangguan pada pasien yang sedang tidur. Ruangan harus menyediakan kira-kira setengah dari biaya untuk membuat kamar anak berupa

Page 13: 18-PersyaratanFisikRumahsakitTrenPengembangan

Adi Hatmoko. Arsitek dan Perencana

Persyaratan Fisik Rumahsakit dan Tren Pengembangannya 13

tempat tidur dalam ruangan. Bangsal ibu dan anak seharusnya saling terhubung dengan jarak yang dekat disarankan untuk membuatnya secara horisontal untuk penyerahan sampai ke kamar dan ke ruang perawatan intensif bayi (jika ada). Unsur keempat dari instalasi ini adalah klinik pra kelahiran, dimana klinik pra kelahiran normalnya ditempatkan didalam atau berdekatan dengan bagian rawat jalan.

d. Bangsal psychiatric. Beberapa dari hal tersebut dipisahkan kedalam bentuk kamar-kamar kecil untuk memberikan ruangan pribadi bagi setiap pasien. Ruangan perlu dikumpulkan dan didekatkan dengan dengan tempat kunjungan psikiater harian di rumah sakit sejak sangat sedikit pasien yang akan menggunakan tempat tidur dan mayoritas akan menghabiskan waktunya di perawatan harian rumah sakit.

Instalasi Bedah

Saat ini jarang ditemukan penggunaan ruang operasi pada rumah sakit baru yang disediakan, lain daripada yang berada di satu bedah sentral untuk keseluruhan rumah sakit. Hal ini memberikan peluang untuk pengorganisasian yang lebih baik, pemanfaatan yang lebih ekonomis oleh petugas dan penempatan hal-hal teknis yang terpusat. Yang kadang-kadang menjadi pengecualian adalah :

a. Sebuah ruang bedah yang terpisah pada bangsal ibu dan anak yang digunakan untuk keperluan bedah caesar pada situasi darurat, dan

b. Ruang bedah darurat pada bagian penanganan kecelakaan/IGD.

Bagaimanapun, ada kecenderungan saat ini untuk membatasi ruang bedah yang terpisah. Hal ini dimungkinkan dengan penempatan instalasi dimana memiliki akses yang cepat dan langsung ke ruang bedah utama.

Adanya pemisahan yang dilakukan dengan ketat antara sirkulasi yang bersih dan yang kotor untuk alasan pengendalian infeksi yang menekankan pada bentuk rancangan instalasi yang mana biasanya perlu dibagi menjadi dua sistem koridor. Terdapat tiga pola-pola peredaran utama, yaitu pasien, petugas-petugas dan pasokan-pasokan dari luar (termasuk peralatan dalam ruang bedah). Pengaruh utama selanjutnya pada perencanaan adalah pada bentuk dan isi dari kelompok-kelompok individu yang terdapat didalam ruang bedah yang memiliki ruangan tambahan. Hal ini juga diterapkan kembali pada instalasi-instalasi yang memiliki ukuran berbeda.

Pendingin ruangan keseluruhan dengan menggunakan filter udara dibutuhkan yang mana ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dari lantai kelantai lebih daripada bagian-bagian lain dari rumah sakit. Solusinya seringkali dengan menempatkan ruang bedah pada bagian paling atas bangunan.

Fungsi utama dari instalasi adalah melayani ruang-ruang perawatan dan perlu adanya kedekatan dengan ruangan tersebut, jika memungkinkan, ada hubungan horisontal dengan ruangan yang berkaitan dengan pembedahan. Dalam hal ini, diperlukan akses yang cepat dari ruangan yang menangani kecelakaan dengan unit gawat darurat, bangsal untuk melahirkan dan ICU. Sebagai tambahan, rute-rute yang

Page 14: 18-PersyaratanFisikRumahsakitTrenPengembangan

Adi Hatmoko. Arsitek dan Perencana

Persyaratan Fisik Rumahsakit dan Tren Pengembangannya 14

tepat untuk suplai, dibutuhkan untuk unit pasokan bahan-bahan steril untuk memberikan jalan bagi pengiriman peralatan-peralatan untuk pemrosesan kembali diantara waktu-waktu pengoperasian.

Instalasi Radiologi

Instalasi ini menggunakan bermacam-macam teknik X-ray untuk memproduksi foto dari bermacam-macam bagian tubuh untuk tujuan diagnosa. X-ray memeliki kekuatan menembus yang sangat hebat dan dapat membahayakan kehidupan makhluk hidup jika menerimanya eksesnya dalam jumlah banyak. Untuk alasan ini, ruangan radio-diagnosis diwajibkan memiliki ukuran perlindungan khusus untuk mengatasi penyebaran radiasi misalnya menggunakan pelapis dinding barium. Panduan yang terperinci diberikan didalam peraturan-peraturan praktek yang telah diobservasi secara sangat ketat oleh desainer. Teknik yang berkaitan dengan hal ini juga pernah digunakan pada instalasi yang memiliki problem yang berbeda misalnya thermografi yang menggunakan gelombang panas dan ultrasonik yang menggunakan gelombang suara. Ada dua aliran sirkulasi utama yaitu :

a. pasien b. pemrosesan film-film X-ray.

Meskipun instalasi melayani seluruh rumah sakit, ada hubungan yang sangat kuat diantara hal tersebut dengan klinik patah tulang dari bagian rawat jalan, dan bahkan juga pada instalasi yang menangani kecelakaan. Akses langsung dari hal yang terjadi sebelumnya ke ruangan sinar X ditujukan untuk kecelakaan dan penanganan darurat akan sangat dibutuhkan, kecuali kalau instalasi yang menangani kecelakaan tersebut memiliki fasilitas sinar X sendiri. Hal tersebut tidak disetujui karena hal tersebut menunjukkan adanya penggandaan dari back up akomodasi dan tidak ekonomis bagi petugas-petugas radiografi.

Instalasi Rehabilitasi Medik

Instalasi ini menggunakan berbagai macam teknik perawatan secara fisik termasuk latihan-latihan yang aktif maupun yang pasif untuk rehabilitasi dan memungkinkan pasien untuk mengembalikan fungsi senormal mungkin dari penyakit atau kelumpuhan yang dideritanya. Ada empat area fungsional utama yaitu :

a. Fisiotherapi dan senam pemulihan, yang terdiri dari perpaduan dari area latihan yang besar dan terbuka serta kamar-kamar kecil untuk perawatan individual.

b. Kolam Hidrotherapi dengan perangkat untuk mengangkat pasien, yang dipadukan dengan area-area untuk bersantai.

c. Terapi dengan cara memberikan pekerjaan tertentu, yang biasanya terdiri dari dua atau lebih area workshop untuk pekerjaan-pekerjaan ringan maupun yang berat, dan sebuah ruangan yang berada didalam untuk melatih kembali segala aktifitas hidup sehari-hari.

d. Area konsultasi dengan sebuah ruangan konsultasi dan ruangan latihan serta kantor.

Gymnasium memerlukan ruangan yang besar dan memiliki jarak lantai ke langit-langit ruangan yang tinggi agar bisa bermain dengan bola-bola, dan untuk alasan ini,

Page 15: 18-PersyaratanFisikRumahsakitTrenPengembangan

Adi Hatmoko. Arsitek dan Perencana

Persyaratan Fisik Rumahsakit dan Tren Pengembangannya 15

seringkali dijadikan bangunan yang terpisah dengan bagian belakang diubungkan dengan instalasi utama oleh sebuah koridor yang tertutup. Bagian hidrotherapi membutuhkan kontrol teknis khusus untuk pengaturan temperatur, kelembaban, pemasangan saringan dan lain-lain. Sal ini tidak disediakan bagi setiap program rehabilitasi instalasi.

Walaupun instalasi melayani keseluruhan rumah sakit, proporsi yang paling besar terdapat pada tugas melayani pasien yang berada diluar yang harus ditempatkan pada lokasi lantai dasar dengan akses yang terpisah untuk lalu lintas ambulans. Perawatan khusus perlu untuk ditempatkan diruangan yang dirancang secara khusus, kereta-kereta yang siap setiap saat, dan menghindari undakan-undakan, karena banyak pasien yang mengalami kelumpuhan membutuhkan tongkat penyangga, kursi roda dan alat-alat bantu yang lain.

Instalasi Laboratorium

Instalasi ini menggunakan spesimen yang diambil dari pasien (darah, jaringan, urine, dll) yang akan diperiksa dengan menggunakan berbagai tekhnik laboratorium untuk mengkonfirmasikan dan memberikan diagnosa. Divisi klinis yang terbesar dari instalasi ini (kecacatan anatomi, histology, haematology, bacteriology, patology kimia, microbiology, dll) cenderung dilaksanakan pada bagian yang terdiri atas perpaduan area laboratorium yang terbuka dan ruangan yang tidak terlalu besar untuk dijadikan kantor kepala divisi dan kepala bagian teknis. Dalam hal ini terdapat pembagian pelayanan pendukung seperti tempat untuk membasuh barang-barang yang mudah pecah.

Pertimbangan utama dalam desain sebuah instalasi adalah kebutuhan untuk membiarkan adanya perkembangan dan perubahan. Instalasi laboratorium memiliki kebutuhan untuk perluasan dengan tempo waktu lebih dari beberapa tahun yang lalu sebagai suatu tekhnik ilimu pengetahuan yang lebih cerdas yang bisa menjadi acuan untuk mengadakan pengembangan yang besar dalam beberapa investigasi yang telah dilakukan. Meskipun kebutuhan untuk mengadakan perluasan secara fisik harus mereduksi beberapa perluasan dengan memperkenalkan proses otomatik, komputer, dll, instalasi tetap merupakan sesuatu yang harus menjadi tempat yang memungkinkan terjadi perkembangan secara fisik. Hal seperti ini seringkali akan berarti bahwa situasi dari lantai dasar akan memungkinkan untuk dijadikan zona komersial atau pelayanan-pelayanan di rumah sakit.

Hubungan yang sangat erat antara laboratorium dengan pasien yang tidak menjalani rawat inap adalah sejak pasien tersebut datang ke laboratorium untuk memberikan spesimen. Tetapi dalam hal ini, seringkali diupayakan untuk menghindari penempatan area penyimpanan spesimen di OPD (merupakan hal yang menjadi pertimbangan penting untuk menempatkan instalasi laboratorium pada zona layanan). Penggunaan instalasi juga sangat membutuhkan kuantitas suplai-suplai, oleh karena itu harus ada hubungan yang efisien dengan rute-rute suplai yang terdapat di rumah sakit. Pasien yang sedang dalam perawatan akan hanya sesekali mengunjungi instalasi ini.

Page 16: 18-PersyaratanFisikRumahsakitTrenPengembangan

Adi Hatmoko. Arsitek dan Perencana

Persyaratan Fisik Rumahsakit dan Tren Pengembangannya 16

Kamar Mayat

Fungsi dari instalasi ini adalah untuk menerima mayat dari ruangan perawatan dan menyimpannya didalam sebuah lemari pendingin hingga persiapan untuk diambil oleh sanak saudaranya atau oleh pihak yang membutuhkannya untuk mengadakan pengujian untuk mengetahui sebab-sebab kematiannya. Ada beberapa keuntungan jika kamar mayat tersebut sejalan dengan instalasi yang menangani cacat anatomi pada instalasi laboratorium, tapi hal ini bukanlah sesuatu yang esensial.

Meja-meja tempat penyimpanan mayat, membutuhkan air dan drainase serta ventilasi udara diluar ruangan langsung pada meja-meja tersebut untuk mencegah terjadinya kontaminasi saat mayat yang terkena infeksi tersebut diautopsi. Air yang terdapat pada meja-meja yang berasal dari tubuh mayat tersebut, butuh perlakuan khusus. Tempat penyimpanan mayat adalah sebuah refrigerator yang berbentuk kompartemen yang biasanya terdiri dari tiga tingkat. Pemisahan tersebut mungkin diperlukan untuk mayat yang terinfeksi. Dalam hal ini, dibutuhkan area lantai dasar dengan akses dari luar untuk kendaraan.

Instalasi Gawat Darurat

Instalasi ini membutuhkan ruang penerimaan, penanganan bantuan pernafasan, termasuk penangan lanjutan terhadap pasien yang mengalami kecelakaan dan yang mengalami serangan penyakit secara tiba-tiba serta yang membutuhkan penanganan rumah sakit sesegera mungkin. Tempat ini tidak diperuntukkan untuk pasien rawat inap; seluruh pasien yang membutuhkan perawatan, akan dialihkan ke ruangan untuk perawatan umum atau pada ICU. Kunci kedekatan dalam hal ini telah didiskusikan pada perencanaan bentuk bangunan dan seringkali bentuk instalasi ini merupakan sebuah kelompok-kelompok yang memiliki akses langsung ke instalasi radiologi dan klinik patah tulang. Akses eksternal untuk ambulans merupakan prioritas utama, dengan jalan masuk yang dibuat terpisah dengan jalan yang digunakan oleh pejalan kaki dan untuk brankar pasien. Didalam rumah sakit, sebagai tambahan berkaitan dengan hal diatas, harus ada akses yang cepat menuju ke ruang operasi utama dan ke ruang ICU, dimana ada kemungkinan instalasi yang berada di tingkat yang berbeda, akan diprioritaskan untuk menggunakan lift.

Walaupun bukan suatu kebiasaan untuk menyediakan ruang operasi kecil didalam instalasi, tetapi hal tersebut tetap membutuhkan ruang penanganan utama dengan pipa gas untuk keperluan medis dan penyaring suplai udara yang untuk beberapa pembedahan yang bersifat emergency, akan diperlukan.

Poliklinik

Area untuk pasien rawat jalan mungkin merupakan satu instalasi yang areanya paling luas pada sebuah rumah sakit yang didalamnya dapat ditemukan berbagai fasilitas. Pasien memilih klinik sebagai tempat utama untuk melakukan konsultasi, latihan-latihan atau pemulihan dan akomodasi yang disediakan mencerminkan kenyataan bahwa beberapa hal yang ada dalam seminggu menyebabkan konsultan, staf paramedis dari hampir seluruh spesialisasi dan disiplin, akan bekerja dalam instalasi

Page 17: 18-PersyaratanFisikRumahsakitTrenPengembangan

Adi Hatmoko. Arsitek dan Perencana

Persyaratan Fisik Rumahsakit dan Tren Pengembangannya 17

ini. Oleh karena itu, untuk tujuan pendeskripsian, pengakomodasian dapat diklasifikasikan kedalam 3 hal yaitu: (a) hal-hal yang berkaitan dengan instalasi, (b) tujuan umum klinik dan (c) tujuan khusus area-area klinik.

a. hal-hal yang berkaitan dengan instalasi. Area ini meliputi ruang penerimaan, ruang tunggu dan, area-area yang nyaman bagi pasien misalnya tempat penjualan makanan kecil, area tempat bermain anak, toko-toko kecil, ruang untuk menempatkan alat-alat kebersihan, kantor-kantor, tempat parkir troli dan kursi roda, fasilitas sanitary. Penempatannya akan tergantung pada perencanaan keseluruhan dari instalasi.

b. tujuan umum kamar-kamar klinik. Ini merupakan jantung dari instalasi yang mengurusi pasien rawat jalan dan jumlahnya tergantung kepada penaksiran daya tampung pasien untuk proyek tertentu. Ada dua tipe dasar dari ruangan untuk konsultasi. Tipe A terdiri dari dua ruangan yang mengkombinasikan antara ruangan untuk konsultasi dan ruangan tindakan, dan tipe B , berupa satu ruangan untuk konsultasi yang diapit oleh dua ruangan tindakan. Tipe A biasanya memberikan kesempatan untuk melakukan alokasi yang lebih fleksibel untuk ruangan klinik karena spesialisasi yang berbeda membutuhkan penggunaan sejumlah ruangan yang terdiri dari berbagai macam tipe pada klinik. Pengalaman menunjukkan bahwa jika kamar tipe A digunakan , harus dikelompokkan dalam satu garis lurus, tidak menggunakan sekat dan dipisahkan menjadi kelompok-kelompok. Kelompok-kelompok kamar klinik dlengkapi dengan perawatan, ruangan kotor dan ruangan bersih, toko-toko, ruang resepsionis dan area ruang tunggu.

c. tujuan khusus akomodasi. Meskipun dasar dari ruangan konsultasi dan latihan telah sesuai untuk mayoritas spesialisasi klinis, tetapi beberapa akomodasi untuk beberapa spesialis, tetap dibutuhkan. Ini dikarenakan secara alamiah, hal tersebut tidak dapat dibagi. Yang menjadi tujuannya adalah untuk mengurangi dan meminimalkan proporsi dari ruangan untuk satu spesialisasi. Sebagai contoh adalah : bedah gigi dan laboratorium; ruangan audiometri, area perawatan dermatology; ophthalmic dan ruangan opthoptic; klinik pemeriksaan anak.

Instalasi yang menangani pasien rawat jalan, memperlihatkan jumlah lalu lintas dari luar menuju ke rumah sakit yang besar baik dengan berjalan kaki ataupun dengan menggunakan kendaraan. Oleh karena itu diperlukan penataan pintu masuk dan akses yang berasal dari luar yang mana tidak akan menyebabkan kemacetan pada lalu lintas yang lain dalam rumah sakit misalnya untuk suplai-suplai, pengunjung, petugas-petugas. Oleh karena itu dipilih untuk menempatkan instalasi tersebut pada lantai dasar tetapi bagian yang lain ditempatkan pada lantai-lantai atas dengan penyediaan lift yang cukup.

Farmasi

Instalasi yang berkaitan dengan bidang farmasi di rumah sakit pada dasarnya menyediakan sebuah pelayanan khusus untuk ruang perwatan rawat inap, instalasi-instalasi dan untuk pasien rawat jalan. Lebih luas lagi, fasilitas ini dibutuhkan untuk melakukan persiapan yang sangat penting, termasuk didalamnya produk-produk steril dan formulasi-formulasi khusus yang tergantung pada penataan yang tetap eksis beberapa proyek tertentu untuk area atau pelayanan sub-regional. Kecenderungan yang terlihat pada area yang berkaitan dengan apotik adalah melayani beberapa

Page 18: 18-PersyaratanFisikRumahsakitTrenPengembangan

Adi Hatmoko. Arsitek dan Perencana

Persyaratan Fisik Rumahsakit dan Tren Pengembangannya 18

rumah sakit, dimana produknya adalah merupakan hasil olahan pabrik, persiapan pengepakan kedalam kemasan-kemasan, produksi cairan-cairan steril, akan dikemas kemudian diangkut. Prosesnya hampir sama dengan yang terjadi di industri farmasi komersial dan juga membutuhkan desain bangunan yang memiliki kemiripan yang mana hal ini bukan merupakan keharusan untuk ditempatkan pada lokasi rumah sakit.

Ada asumsi bahwa dalam pelaksanaannya, apotik akan membutuhkan fasilitas-fasilitas untuk penerimaan barang dan tempat penyimpanan serta area untuk meracik pesanan yang sifatnya individual, fasilitas yang dibatasi hanya untuk menyiapkan produk-produk dengan kuantitas yang kecil misalnya obat tetes mata dan counter yang dipergunakan untuk menerbitkan resep untuk pasien yang sedang menjalani rawat jalan. Keterkaitan yang paling besar dalam hal ini adalah antara penyediaan rute-rute untuk suplai internal maupun eksternal dengan instalasi yang menangani pasien rawat jalan. Hal seperti ini, lazimnya mengindikasikan situasi yang terjadi di lantai dasar.

Ruangan tempat penyimpanan bahan-bahan yang mudah terbakar, sebaiknya ditempatkan pada bangunan yang terpisah jauh dari bangunan utama rumah sakit. Untuk hal tersebut mungkin dapat ditempatkan bersamaan dengan instalasi lain misalnya di instalasi laboratorium.

Unit Sterilisasi/CSSD

Kebijakan mengenai peraturan-peraturan, cakupan, skala dan isi dari instalasi ini, telah berangsur-angsur mengalami banyak perkembangan selama 10-15 tahun dan juga mengalami banyak perubahan dalam prosesnya. Hal ini tercermin pada jumlah nama-nama yang berbeda yang bisa dilihat pada beberapa instalasi selama bertahun-tahun (misalnya CSSD, TSSU, HSSU dan HSDU). Bagaimanapun, seluruh variasi tersebut sebenarnya memiliki tema sentral yaitu sterilisasi dan penanggulangan infeksi pada peralatan yang dipergunakan di rumah sakit. Kategori yang terbesar dari item-item yang menjalani proses ini adalah dressing pack (dengan atau tanpa peralatan), linen (pakaian yang digunakan untuk operasi), perlengkapan-perlengkapan (ruangan tempat perwatan maupun ruangan operasi), mangkuk-mangkuk dan alat-alat suntik. Sebagai tambahan, untuk membersihkan dan mensterilkan item-item ini, instalasi mulai mengembangkan pelayanan disinfection untuk perlengkapan-perlengkapan medis yang mana terhubung secara langsung dengan pasien misalnya, ventilator dan inkubator.

Kuantitas dari material yang diproduksi pada instalasi ini, sangat tergantung pada kebijakan lokal mengenai (a) pemanfaatan barang-barang untuk satu kali pemakaian daripada pemakaian barang secara berulang-ulang (b) tingkat sentralisasi misalnya ketentuan mengenai rumah sakit yang berdiri sendiri atau sebuah area pelayanan. Pola-pola yang digunakan pada awalnya adalah, item-item yang diproduksi pada sebuah area atau bahkan pada sebuah unit regional, disalurkan ke pengguna rumah sakit , dan setelah itu, dibawa keluar dari unit suplai barang-barang steril rumah sakit untuk di kemas secara khusus. Peralatan-peralatan di ruangan perawatan dan di ruang operasi akan diberikan pelayanan disinfection.

Page 19: 18-PersyaratanFisikRumahsakitTrenPengembangan

Adi Hatmoko. Arsitek dan Perencana

Persyaratan Fisik Rumahsakit dan Tren Pengembangannya 19

Dalam unit pemrosesan dan pemberian pelayanan, instalasi yang bersangkutan dalam hal ini, membutuhkan penyediaan sarana penguapan untuk autoclaves dan hubungan yang sangat baik dengan rute-rute suplai internal , khususnya untuk bagian kamar operasi. Pemrosesan peralatan-peralatan akan menimbulkan kuantitas hawa panas yang mana akan sulit dikontrol oleh bentuk instalasi yang diintegrasikan sebagai bagian dari bangunan utama rumah sakit. Untuk alasan ini, seringkali lokasinya ditempatkan pada zona industri dimana ada keuntungan tambahan dari pengoperasian pipa saluran untuk keperluan penguapan.

Instalasi Gizi

Sistem memasak yang konvensional tetap menggunakan aturan umum dalam rumah sakit, meskipun ada beberapa yang ditangani secara khusus, percobaan dalam menggunakan makanan beku, memanaskan kembali di dapur, dll. Pola yang lazim adalah memberikan pilihan menu kepada pasien berbeda daripada yang telah diberikan hari sebelumnya dan untuk makanan yang disuplai dari dapur dengan menggunakan nampan atau menumpuk makanan pada troli. Minuman biasanya dibuat di dalam level ruangan dan semua benda yang telah digunakan akan dikembalikan pada pusat tempat pencucian pada instalasi utama katering.

Petugas lazimnya ditempatkan dalam sebuah ruang makan utama yang langsung berhubungan dengan area memasak di dapur, tetapi tetap ada ruang makan tambahan untuk snack bar di lain tempat dalam rumah sakit, tergantung dari perencanaan rumah sakit.

Instalasi ini adalah sesuatu yang tidak bisa terelakkan dan menimbulkan argumen dan argumen lain yang bisa menandingi, muncul sejak ada faktor-faktor konflik pada pekerjaan yang meliputi :

a. Pertimbangan masalah kuantitas dari makanan yang tidak melalui proses suplai, dan frekuensi penyerahan, cenderung untuk memindahkan dapur ke zona pelayanan dan suplai dari rumah sakit. Inilah yang menjadi permasalahan.

b. Kebutuhan akan masakan yang telah dimasak untuk diberikan kepada pasien yang sedang dirawat sesegera mungkin.

c. Kebutuhan untuk kemudahan akses bagi petugas ruang makan dari ruangan-ruangan perawatan dan instalasi.

d. Adanya keinginan untuk memiliki petugas ruang makan yang berada dekat dengan area memasak.

Ada banyak dan beraneka solusi yang telah diusahakan untuk mencari jalan keluar mengenai masalah ini semua memiliki keuntungan dan kerugian. Tidak ada jawaban yang benar yang berlaku secara universal serta keputusan yang harus dijalankan dari usaha penyeimbangan pilihan yang telah tersedia pada setiap proyek individu.

Page 20: 18-PersyaratanFisikRumahsakitTrenPengembangan

Adi Hatmoko. Arsitek dan Perencana

Persyaratan Fisik Rumahsakit dan Tren Pengembangannya 20

Bacaan yang Dianjurkan:

1. Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 920/MENKES/PER/XII/86 tentang Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta di Bidang Medik, Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 1986

2. Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 860b/MENKES/SK/XII/87 tentang Klasifikasi Rumah Sakit Swasta,Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 1987

3. Akreditasi Rumah Sakit di Indonesia, 2002. 4. Peraturan MENKES RI dan Keputusan DIRJEN PPM dan PLI tentang

Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, 1994 5. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia, Jakarta 1994 6. Edward D. Mills, Planning Building for Health, Welfare and Religion, Newnes-

Butterworths,1936 7. Rex Whitaker Allen & Ilona Von Karolyi, Hospital Planning Handbook, John

Wiley & Sons,Inc, 1976 8. Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial,

Informasi Spesifikasi Teknis Peralatan Kesehatan dan Laboratorium, Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial, 2001

9. E. Todd Wheeler, Hospital Design and Function, McGraw – Hill Book Company,1964

10. Stephen A. Kliment, Healthcare Facilities,John Wiley & Sons,Inc, 2000 11. Geoffry Purves, Healthy Living Centres- a guide to primary health care design,

Architectural Press, 2002 12. Janet Reizenstein Carpman,Mron A. Grant, and Deborah A.Smmons, Design

that Cares-Planning Health Facilities for Patients and Visitors, American Hospital Publishing, Inc, 1986

13. Louis G. Redstone, Hospitals and Health Care Facilities, McGraw-Hill Company, 1978

14. Paul James and Tony Noakes, Hospital Architecture,Longman Group UK Ltd, 1994

15. Eleanor Lynn Nesmith, Health Care Architecture-Design for The Future, Rockport Publisher,Inc, 1995

16. Isadore Rosenfield, Hospital Architecture-Integrated Components, Van Nostrand Reinhold Company, 1971

17. Benjamin Stein, John S. Reynolds, William J. McGuinnes, Mechanical and Electrical Equipment for Buildings, John Wiley & Sons,1986

18. Carpman, Janet Reizenstein, Myron A Grant, Deborah A Simmons: 1986. Design That Cares: Planning Health Facilities for Patients and Visitors. American Hospital Association

19. Direktur Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Permukiman, Lampiran Keputusan Direktur Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Permukiman mengenai Persyaratan Kesehatan Lingkungan Ruang dan Bangunan serta Fasilitas Sanitasi Rumahsakit, tanggal 18 Februari 1993

20. James, Paul, Tony Noakes: 1994. Hospital Architecture. Harlow: Longman 21. Nesmith, Eleanor Lynn: 1995. Health Care Architecture. Boston, Rockport

Publishers 22. Palmer, Mickey A: 1981. The Architect’s Guide to Facility Programming. New

York, The American Institute of Architects 23. Pena: 1985. Problem Seeking: Architectural Programming Primer. New York,

Van Nostrand Reinhold

Page 21: 18-PersyaratanFisikRumahsakitTrenPengembangan

Adi Hatmoko. Arsitek dan Perencana

Persyaratan Fisik Rumahsakit dan Tren Pengembangannya 21

24. Preiser, Wolfgang, Harvey Rabinowitz, Edward White: 1988. Post-Occupancy Evaluation. New York, Van Nostrand Reinhold

25. Kobus, Richard L., et. al.:2000. Building Type Basics for Healthcare Facilities. New York, John Wiley & Sons, Inc.

26. Malkin, Jain: 2002. Medical and Dental Space Planning: A Comprehensive Guide to Design, Equipment, and Clinical Procedures. New York, John Wiley & Sons, Inc.

27. Verdeber, Stephen, dan David Fine: 2000. Healthcare Architecture: In an Era of Radical Transformation. New Haven, Yale University Press.