126360883-vulnus-scissum
-
Upload
ahmad-riski-putra-sibodak -
Category
Documents
-
view
110 -
download
0
description
Transcript of 126360883-vulnus-scissum
BAB I
SKENARIO I
Tangan Pak Robi
Robi 30 tahun seorang satpam, mengeluh tangan kanannya nyeri sejak 3 hari yang
lalu, sebelumnya ia memang terjatuh dan menimpa kaca. Luka yang ada di lengannya di
siram minyak gas, dan langsung dibungkus dengan kain. Karena nyeri tidak hilang maka
dibawa ke klinik dokter. Dokter yang memeriksa mendiagnosa vulnus scissum dan
menyarankan di lakukan foto rontgen dan juga dijahit, tetapi Robi memaksa untuk tidak
di foto dan dijahit, dengan alasan takut akan jarum suntik dan memaksa dokter untuk
minta obat saja. Sang dokter agak tersinggung dan mengatakan “terserah saja, kalau tidak
mau sembuh ya sudah” ucap sang dokter. Tujuh (7) hari kemudian Robi datang lagi
dengan keluhan panas badan dan pada luka didapatkan tanda-tanda radang.
1
BAB II
KATA KUNCI
1. Nyeri
2. Minyak Gas
3. Vulnus Scissum
4. Foto Rontgen
5. Panas Badan
6. Tanda Radang
2
BAB III
MINIMAL PROBLEM
Apakah pertolongan pertama pada pasien sudah tepat ?
Mengapa terjadi nyeri berkelanjutan selama 3 hari ?
Bagaimana sikap dokter yang tepat dalam melakukan penanganan terhadap
pasien ?
Apakah suatu hal pada pasien yang menyebabkan panas badan dan radang ?
3
BAB IV
PEMBAHASAN / HASIL DISKUSI
4.1. Batasan
Vulnus Scissum merupakan luka sayat atau luka iris akibat terkena benda tajam
yang ditandai dengan tepi luka berupa garis lurus dan beraturan.
4.2. Anatomi
Kulit dorsum manus tipis, berambut dan bebas bergerak di atas tendo-tendo dan
tulang yang ada di bawahnya. Persarafan sensorik ke kulit dorsum manus berasal dari
ramus superficialis nervi radialis dan ramus cutaneus posterior nervi ulnaris.
Ramus superficialis nervi radialis membelok di sekitar radius di bawah tendo
musculi brachioradialis , berjalan ke bawah diatas retinaculum musculorum extensorum
dan menyarafi kulit dua pertiga bagian lateral dorsum manus
Ramus cutaneus posterior nervi ulnaris membelok di sekitar ulna di bawah tendo
musculi flexor carpi ulnaris , berjalan ke distal di atas retinaculum musculorum
extensorum dan menyarafi sepertiga medial dorsum manus.
Pada dorsum manus terdapat arteri radialis yang berjalan ke distal di bawah tendo
musculi extensor pollicis longus untuk mencapai celah di antara kedua caput musculus
interosseus dorsalis 1 disini arteria radialis membelok ke depan dan sampai ke telapak
tangan Cabang-cabang arteri radialis pada dorsum manus ikut serta pada anastomosis di
sekitar articulatio radiocarpalis . Arteria digitales dorsalis berjalan ke pollex dan index.
4
4.3. Histologi
Bagian paling atas adalah lapisan sel keratinisasi stratum korneum yang
ketebalannya bermacam-macam pada bagian-bagian tubuh tertentu. Pada tumit dan
telapak tangan adalah yang paling tebal sementara pada daerah yang terlindungi seperti
skrotum dan kelopak mata hanya pecahan dari millimeter. Berkaitan dengan forensik
pada perkiraan perlukaan penetrasi pada kulit.
Kemudian epidermis yang tidak terdapat pembuluh darah. Lapisan epidermis
umumnya berkerut, permukaan bawahnya terdiri dari papilla yang masuk ke dalam
dermis. Demis (korium) terdiri dari jaringan ikat dengan adneksa kulit sperti folikel
rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Terdapat banyak pembuluh darah, saraf
pembuluh limfe serta ujung saraf taktil, tekan, panas.. bagian bawah dari dermis terdapat
jaringan adiposa dan (tergantung dari bagian tubuh) fascia, jaringan lemak, dan otot yang
berurutan di bawahnya.
Berikut ini adalah perubahan histologi akibat terjadinya luka:
1. 30 menit-4 jam terjadi pengumpulan lekosit PMN pada luka & terbentuknya
benang-benang fibrin.
2. 4-12 jam terjadi udem jaringan & pembengkakan endotel PD.
3. 12-24 jam terdapat peningkatan jumlah Makrofag dan dimulainya pembersihan
jaringan mati.
4. 24-72 jam terdapat peningkatan jumlah lekosit sampai maksimal sekitar 48jam,
perbaikan dimulai,fibroblast muncul,PD baru mulai terbentuk,untuk membuat
jaringan granulasi.
5. 3-6 hari, epidermis mulai tumbuh.
6. 10-15 hari , epidermis menjadi tipis&datar.
7. Minggu-bulan ,proses penyembuhan jaringan berlanjut,jaringan granulasi
terbentuk.
5
4.4. Fisiologi
Pada saat terkena kaca pak Robi merasakan nyeri pada tangannya tepatnya di
dorsum manus . Hal ini terjadi karena nyeri timbul setelah menjalani proses transduksi,
transmisi, modulasi dan persepsi. Transduksi adalah rangsang nyeri diubah menjadi
depolarisasi membran reseptor yang kemudian menjadi impuls saraf. Transmisi, saraf
sensoris perifir yang melanjutkan rangsang ke terminal di medula spinalis disebut sebagai
neuron aferen primer, jaringan saraf yang naik dari medula spinalis ke batang otak dan
talamus disebut neuron penerima kedua, neuron yang menghubungkan dari talamus ke
kortek serebri disebut neuron penerima ketiga. Modulasi nyeri dapat timbul di nosiseptor
perifer, medula spinalis atau supraspinal. Modulasi ini dapat menghambat atau memberi
fasilitasi. Persepsi, nyeri sangat dipengaruhi oleh faktor subyektif, walaupun
mekanismenya belum jelas.
Zat-zat penghasil nyeri, pembedahan akan menyebabkan kerusakan sel dengan
konsekuensi akan mengeluarkan zat-zat kimia bersifat algesik yang berkumpul di
sekitarnya dan dapat menimbulkan nyeri. Zat mediator inflamasi tersebut diantaranya:
6
bradikinin, histamin, katekolamin, sitokinin, serotonin, lekotrien, prostaglandin dan
substansi-P. Nyeri dapat berlangsung berjam-jam sampai berhari- hari.
Respons sistemik terhadap nyeri, nyeri akut berhubungan dengan respons
neuroendokrin sesuai derajat nyerinya. Nyeri akan menyebabkan peningkatan hormon
katabolik dan penurunan hormon anabolik. Manifestasi nyeri dapat berupa hipertensi,
takikardi, hiperventilasi (kebutuhan Oksigen dan produksi karbon dioksida meningkat),
tonus sfingter saluran cerna dan saluran air kemih meningkat (ileus, retensi urin).
4.5. Patofisiologi
Hal-hal yang terjadi pada saat nyeri adalah proses
1. Transduksi
2. Transmisi
3. Modulasi
4. Persepsi
4.6. Patomekanisme
Mekanisme nyeri dibagi menjadi :
1. Nyeri akut adalah nyeri dengan tanda inflamasi, biasanya berlangsung
beberapa hari sampai proses penyembuhan. Tanda- tanda utama inflamasi
adalah: rubor (kemerahan jaringan), kalor (kehangatan jaringan), tumor
(pembengkakan jaringan), dolor (nyeri jaringan), fungsio laesa (kehilangan
fungsi jaringan).
2. Nyeri kronik adalah nyeri tanpa tanda inflamasi, waktu berlangsungnya
lama atau merupakan ikutan dari proses akut, dimana nyeri masih
berlangsung meskipun kerusakan jaringan sudah sembuh.
7
3. Nyeri kanker merupakan kombinasi dari nyeri akut dan nyeri kronis
dimana ada suatu proses inflamasi kemudian nyeri berlangsung terus-
menerus sesuai dengan perkembangan kankernya, bilamana kanker tidak
ditangani.
Berdasarkan kualitasnya nyeri dibagi menjadi:
1. Nyeri ringan, biasanya pasien secara obyektif dapat berkomunikasi
dengan baik.
2. Nyeri sedang, secara obyektif pasien mendesis, menyeringai, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti
perintah dengan baik.
3. Nyeri berat secara obyektif pasien terkadang tidak dapat mengikuti
perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi
nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih
posisi nafas panjang.
4.6. Jenis-Jenis Penyakit yang berhubungan
a. Tetanus
b. Gas gangren
c. Cellulitis
d. Erysipelas
4.7. Gejala Klinis
Data Pasien :
Nama : Pak Robi
Umur : 30 tahun
Keluhan Utama :
Luka pada tangan ( Dorsum manus )
8
Riwayat penyakit dahulu:
6 hari yang lalu jatuh lengan terkena kaca.
Dirasakan sangat nyeri, kemudian disiram minyak tanah oleh teman-teman
satpam, katanya supaya tidak infeksi.
Banyak darah, tetapi ketika disiram minyak tanah dan ditutup kain, darahnya
berhenti.
Nyerinya tambah terasa, dan cekot-cekot akhirnya di bawa ke dokter
Panas badan, sedikit nyeri
Sebelumnya 3 hari yang lalu sudah di bawa ke dokter, tetapi karena menolak
di foto dan di jahit akhirnya cuma minta obat saja.
Riwayat penyakit sebelumnya:
Sebelumnya tidak pernah seperti ini
Tidak ada riwayat operasi sebelumnya
Riwayat Penyakit Sekarang :
Tambah nyeri
Terlihat bengkak kemerahan.
Tangan kalau digerakkan tambah nyeri, apalagi bila luka disentuh
4.8. Pemeriksaan Fisik Penyakit
Vital Sign
Tekanan darah : 120 / 80 mmHg
Nadi : 84 kali/menit
Respiratory rate : 16 kali/menit
Suhu tubuh : 36 derajat celcius
9
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi :
pembengkakan region manus dextra (edema)
vulnus regio manus Dextra
deformitas negatif
bengkak kemerahan
Palpasi :
nyeri tekan
vulnus 5 cm x 2 cm x 0,5 cm pada regio manus Dextra
Krepitasi negatif
Movement :
Nyeri bila digerakkan
Functi laesa
4.9. Pemeriksaan Penunjang Penyakit
Radiologi : fraktur negatif
Pemeriksaan Darah Lengkap : Leukosit 10.000
10
BAB V
HIPOTESA AWAL
Setelah melakukan anamnesa , maka untuk sementara dapat disimpulkan bahwa
masalah yang dialami oleh Pak Robi adalah Vulnus Scissum dengan infeksi Sekunder
11
BAB VI
DIFFERENTIAL DIAGNOSA
Dari masalah yang dialami oleh Pak Robi , dapat juga diduga kemungkinan
terjadi selain Vulnus Scissum dengan infeksi sekunder ., yakni Gas gangren dan
Erysipelas. Karena Vulnus Scissum dengan infeksi sekunder sudah menjadi diagnosis
sementara , maka Gas gangren dan Erysipelas dapat dijadikan sebagai differential
diagnosa ( diagnosa pembanding) dalam kasus ini.
6.1. GAS GANGRAEN
Disebabkan oleh oleh lebih dari satu jenis Clostridium:
Cl Welchii ( Cl. Perfringens )
Cl. Noyi
Cl. Bordelli
Cl. Septicum
Semuanya anaerobe dan sifatnya mengeluarkan ekxotoxin yang merusak jaringan
sekitarnya. Penyakit ini sering didapatkan pada luka-luka yang tak bisa segera ditolong ,
misalnya
keadaan peperangan
jarak jauh dari rimah sakit
kurangnya pengetahuan si penolong
Klinis:
Oedema jaringan sub kutan, nyeri
Otot menjadi rapuh dan menghitam
Pembentukan gelembung gas di antara serat-serat otot dan jaringan sekitarnya yang
teraba sebagai krepitasi. Gelembung gas dapat dilihat pada Ro foto.
Eksudat coklat yang berbau khas
12
Tanda-tanda toksemia yang hebat dalam 48 jam dengan leukopani, panas yang tinggi,
nadi yang cepat dan kecil dan renal failure yang sekunder.
Therapi :
Pemberian antigen gangren serum yang polyvalent 3 ampul diulang 6 jam I.v.
Pemberian hyperbaric oxygen untuk mengurangi produksi toksemia
Pemberian penicillin dalam dosis tinggi, 8 juta disusul dengan 4 juta tiap 4 jam
selama 4-8 jam setiap 1-2 jam sehari.(sekarang Cefalosporin Gen III)
Luka dibiarkan terbuka dan dilakukan eksisi yang luas sampai terlihat jaringan yang
sehat, bila perlu dipersiapkan untuk amputasi.
6.2. ERYSIPELAS
Suatu radang akut dari kulit dan sub kutis yang disebabkan oleh Streptococcus pyogenes.
Gejala :
Khas ialah timbulnya kemerah-merahan yang terbatas jelas (tidak melampaui
lekukan-lekukan kulit), tepinya agak meninggi dan keras (indurasi) dan dirasakan
nyeri.
Suhu badan meningkat tinggi
Tanda-tanda toksemia
Therapi :
Antibiotika
Chemoterapeutica
Diberikan istirahat pada anggota badan yang terkena
13
BAB VII
HIPOTESA AKHIR
Setelah melakukan analisa dengan diagnosa pembanding dan didukung oleh
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang maka dapat disimpulkan bahwa yang
terjadi pada Pak Robi adalah Vulnus Scissum dengan infeksi sekunder.
14
BAB VIII
MEKANISME DIAGNOSA
Jenis Luka
Luka tajam : oleh karena benda tajam
Luka tajam sifatnya :
1. Tepi – Tepi luka licin
2. Tidak terdapat jembatan – jembatan jaringan
3. Tidak ada jaringan necrose diantaranya
Misal :
>>> Luka Iris (Vulnus Scissum) – panjang luka > daripada dalamnya. Tepi luka
tajam dan licin . Bila luka sejajar dengan lipatan kulit luka tak terlalu terbuka. Bila
memotong pembuluh darah maka luka sukar sembuh.
Gejala-gejala luka :
1. gejala umum
2. gejala setempat ( lokal )
a. nyeri
disebabkan oleh karena ujung saraf sensibel ikut rusak waktu terjadinya
luka
b. perdarahan
tergantung dari macam pembuluh darah yang terkena. Kalau pembuluh
darah vena / arteri besar yang kena biasanya perdarahannya hebat.
Pembuluh darah yang kecil tidak menyebabkan perdarahan yang hebat
oleh karena mempunyai sifat :
kontrakasi ( menarik diri )
konstriksi ( mengkerut)
koagulasi ( membeku )
c. pembukaan ( diastase )
Tergantung dari tempat dan macamnya luka.
15
Gejala ini hanya terdapat pada luka terbuka.
Besar kecilnya diastase tergantung dari arah panjangnya luka.
Bila arah panjangnya luka sejajar dengan arah dari selaput elastis
kulit diastase akan kecil.
d. terganggunya gerakan karena luka ( funtio laesa)
Berdasarkan anamnesa diketahui bahwa pak Robi terkena luka infeksi .
Luka infeksi adalah suatu luka yang mengandung kuman dan didalam mana kuman
sudah berkembang biak, membentuk toksin-toksin yang menyebar kejaringan sekitarnya,
menyebabkan gejala-gejala lokal dan sebagian lagi menyebar melalui pembuluh-
pembuluh darah menyebabkan gejala-gejala umum.
Gejala lokal luka infeksi adalah :
rubor = merah , disebabkan pelebaran pembuluh darah setempat
dolor = nyeri , disebabkan tekanan pada ujung saraf
tumor = pembengkakan, disebabkan oleh edema jaringan
color = panas , disebabkan banyaknya darah yang mengalir kedaerah tersebut.
Functio laesa = anggota badan yang luka dihindarkan dari gerakan-gerakan.
16
Bagan Mekanisme Diagnosa
Diagnosa
Anamnesa Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang
Inspeksi Palpasi Movement
Tumor Dolor Dolor
Rubor tegangan local Functio Laesa
Edema Color
What Vulnus Scissum Darah
Where X-Ray
When
Why
How
17
BAB IX
STRATEGI MENYELESAIKAN MASALAH
9.1. Prinsip-prinsip Penatalaksanaan pada Luka
Meliputi teknik :
pembersihan luka ( wound cleansing )
Luka Kontaminasi
Harus dihindarkan jangan sampai luka tersebut menjadi luka infeksi, ini dapat
dicapai dengan cara :
o bekerja sesteril mungkin
o luka dan sekitarnya dicuci bersih
o desinfeksi dengan J-tintur 3 % , tetapi jangan diberikan
pada luka di daerah muka dan scrotum , mudah terjadi luka bakar.
(sekarang Bethadine)
o J-tintur dibersihkan dengan alkohol 70 %
o dipasang doek steril untuk mempersempit luka
o diberikan anesthesia lokal / umum
o eksisi (wound-debridement)
o Dengan pisau tepi luka diratakan , jaringan-jaringan yang
mati dikeluarkan sampai nampak jaringan yang berdarah sehat
o Diberi perhydrol 3 % ( H2 O2 ) dengan maksud
oksidasi dan dengan buihnya mengangkat kotoran-kotoran. Kemudian
dicuci dengan lar.Rl atau BWC
o luka dijahit lapis demi lapis
o diberikan antibiotika , bila perlu ATS-prophylaktis
Luka Infeksi
Luka yang lebih dari 6-8 jam ( golden period ) dianggap luka kotor. Dan
luka ini dapat dilakukan :
a. Jahitan sementara? Situasi dan drain. Bila ada pernanahan jahitan dibuka
kembali dan drain dijabut. Bila nanah masih banyak drain diganti 2-3 hari
sekali.
18
b. Dibiarkan terbuka dan ditutup kasa steril serta diberi obat perangsang granulasi.
c. Kompres Betadin, Borwater dsb.
Pada luka kotor diberi antibiotika spectrum luas dan dosis tinggi <
ampicillin, tetrea siklin, sefalosporin dsb. Pada luka bersih atau dianggap luka
bersih diberi antibiotika profilaxis. Pada luka kotor bila granulasi baik dan
infeksi reda dapat dilakukan penjahitan sekunder dan transpalantasi.
penutupan luka ( wound closure )
Penjahitan primer. Sebaiknya jangan terjadi penegangan yang dapat
menyebabkan nekrosis. Dengan cara ini penyembuhan berlangsung cepat
terjadi.
Rotation flap . Dilakukan pada daerah cacat yang besar dan luas. Tetapi
jaringan sekitarnya cukup dan memenuhi sarat untuk pengambilan flap.
Cara ini dipakai untuk penutupan luka ditempat-tempat yang menerima
tekanan berat, misalnya tumit, telapak dan ujung-ujung jari.
Dibiarkankan terbuka. Dibuat obat perangsang granulasi seperti Betadin,
Bioplacenton, Sofratul dsb. Bila granulasi baik dan tak ada infeksi
dilakukan penjahitan sekunder atau skin grafting ( tandur kulit,
transplantasi kulit )
perlindungan luka ( coverage ).
Proses Penyembuhan Luka (Wound Healing)
Dapat dibagi dalam beberapa tingkat ( phase )
1.Fase inflamasi.
Fase ini berlangsung sejak terjadinya luka sampai kira-kira hari kelima.Pembuluh
darah yang terputus pada luka akan menyebabkan perdarahan dan tiubuh akan
berusaha menghentikannya dengan vasokonstriksi, pengerutan ujung pembuluh darah
yang putus ( retraksi ) dan reaksi hemostasis. Hemostasis terjadi karena thrombosit
yang keluar dari pembuluh darah saling melengket dan bersama dengan jala fibrin
yang terbentuk membekukan darah yang keluar dari pembuluh darah.
19
Sementara itu terjadi reaksi inflamasi. Sel mast dalam jaringan ikat menghasilkan
serotonin dan histamin yang meningkatkan permaboilitas kapiler sehingga terjadi
eksudasi cairan, penyerbukan sel radang , disertai vasodilatasi setempat yang
menyebabkan edema dan pembengkakan. Tanda dan gejala klinis reaksi radang
menjadi jelas, berupa :
- kemerahan karena kapiler melebar ( rubor )
- suhu hangat ( kalor )
- rasa nyeri ( dolor )
- dan pembengkakan ( tumor )
Aktifitas seluler yang terjadi adalah pergerakan lekosit menembus dinding
pembuluh darah ( dipedesis ) menuju lukja karena daya kemotaksis. Lekosit
mengeluarkan enzim hidrolitik yang membantu mencerna bakteri dalam kotoran luka,
Limfosit dan monosit yang kemudian menyusul ikut menghancurkan dan memakan
bakteri dari kotoran luka karena dipertautkan fibrin yang amat lemah.
2.Fase proliferasi.
Disebut juga fase fibroplasia karena yang menonjol proliferasi fibroblast. Fase ini
berlangsung dari fase inflamasi sampai kira-kira akhir minggu ketiga. Fibrbalast
merasa dari mesenkim yang belum berdeferensiasi, menghasilkan mukopolisakarida,
asam amino, prolin yang merupakan bahan dasar kolagen ,serat yng mempertautkan
tepi luka,
Pada fase ini serat dibentuk dan dihancurkan kembali untuk penyesuaian diri dengan
teganagan luka yang cenderung mengkerut. Sifat ini bersama dengan kontrkatil
miomikrblast, menyebabkan tarikan pada tepi luka. Pada akhir fase ini kekuatan
regangan regangan luka mencapai 25 % jaringan normal. Nantinya pada proses
penyudahan kekuatan serat kolagen beretambah karena ikatan ikatan intra molekul
dan ekxtra molekul.
Pada fase fibroplasias ini luka dipenuhi sel radang, fibroblast dan kolagen,
membentuk jaringan kemerhan dengan permukaan berbenjol halus. Disebut jaringan
granulasi. Epitel tepi luka yang terdiri dari sel basal terlepas dari dasrnya dan
berpindah mengisdi permukaan luka. Tempatnya kemudian diisi sel baru terbentuk
20
dari proses mitosis. Pada migrasi hanya bisa terjadi kearah yang lebih rendah atau
datar , sebab epitel tak dapat bermigrasi kearah yang lebih tinggi. Proses ini baru
berhenti setrelah epitael saling menyentuh dan mengisi seluruh permukaan luka.
Dengan tertutupnya permukaan luka proses fibroplkasia dengan pembentukan
jaringan granulasi juga akan berhenti dan mulailah proses pematangan pada proses
penyudahah.
3.Fase penyudahan.
Pada fase ini tetrjadi proses pematangan yang terdiri dari penyerapak kembali
jaringan berlebih, pengerutan sesuai dengan gaya gravitasi, dan akhirnya perupaan
kembali jaringan yang baru terbentuk. Fase ini dapat berlangsung berbulal bulan dan
dinyatakan berakhir bila semua tanda radang telah lenyap.
Tubuh berusaha menormalkan kembali semua yang menjadi abnormal. Karena proses
penyembuhan udem dan sel radang diserap, sel muda menjadi matang, kapiler baru
menutup dan diserap kembali, kolagen yang bewrlebih diserap sesisuai dengan
regangan yang ada, Selam proses ini, jaringan parut yang pucat, tpis dan lemas, serta
mudah digerakkan dari dasar.Terlihat pengerutan maximal luka. Pada fase ini
perupaan luka kulit mampu menahan regangan kira2 80% kemampuan kulit normal.
Hal ini terjadi kira2 3-6 bulan. Perupaan luka tulang memerlukan waktu satu tahun
atau lebih untuk menjapai jaringan yang normal, secara histology dan bentuk.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka
1. Umur
2. Keadaan umum :
3. Anemia
4. Gizi. Kekurangan protein menyebabkan luka terbuka kembali(wound-
dehiscence) pada hari ke-7 sampai ke-10.
5. Infeksi
6. Kekurangan vitamin B dan Vit.C
7. Vaskularisasi
8. Penyakit lain: diabetes mellitus
21
Menurut cara penyembuhannya dapat dibagi :
1. Penyembuhan primer.
Luka yang sembuh cara ini, misalnya luka operasi, luka kecil yang bersih.
Penyembuhan tanpa komplikasi, penyembuhan dengan cara ini berjalan
cepat dan hasilnya baik.( gambar 2-1 A )
2. Penyembuhan sekunder
Penyembuhan pada luka terbuka adalah melalui jaringan granulasi dan
epitel yang bermigrasi. Luka yang lebar dan terinfeksi, luka tak dijahit,
luka bakar sembuh dengan cara ini. Setelah luka sembuh akan timbul
jaringan parut.( gambar 2-1 B )
3. Penyembuhan tertier
Disebut pula delayed primary closure. Terjadi pada luka yang dibiarkan
terbuka, karena adanya kontaminasi, kemudian setelah tidak ada tanda-
tanda infeksi dan granulasi telah baik, baru dilakukan jahitan sekunder
( Secondary suture ), yang dilakukan setelah hari Keempat , bila tanda-
tanda infeksi telah menghilang. ( gambar 2-1 C )
22
Rehabilitasi
1. Bersihkan luka dengan sabun di air mengalir (keran)
2. Beri larutan antiseptik
3. Luka ringan cukup ditutup dengan plester.
4. Luka tersayat yang dalam dapat diperban.
5. Luka iris lebar dan dalam perlu dijahit
9.2. Penatalaksanaan luka infeksi pada pasien
Hal – hal yang perlu dilakukan adalah
1. Pembersihan luka (Kesterilan)
Personal
Disinfeksi ( menggunakan popidon iodin 10 % yodium ) jangan
menggunakan alkohol bisa menimbulkan nyeri
Peralatan untuk menjahit luka
a. Pinset
b. Disinfeksi
c. Gunting
d. Jarum
e. Benang
2. Anestesi lokal ( Lidokain 2 % )
3. Penjahitan luka
a. Bersihkan luka
b. Duck steril
c. Spet
23
d. Diinfiltrasi / anestesi luka
e. Perhidrol H2O2 3 % NaCl 0,9%
f. Perdarahan tidak ada lalu dijahit
g. Dibersihkan dan ditutup dengan betadin
4. Antibiotik ( ampicillin , amoxillin )
5. Analgesik ( novalgin, antalgin )
Luka yang lebih dari 6-8 jam ( golden period ) dianggap luka kotor. Dan luka ini
dapat dilakukan :
Dibersihkan luka dan sekitarnya
Kompres Betadin atau Sol boric Acid 3 % dsb.
Diberi antibiotika dan bila perlu ATS Prophylaxis
Pada luka kotor diberi antibiotika spectrum luas dan dosis tinggi <
ampicillin, tetrea siklin, sefalosporin dsb. Pada luka bersih atau dianggap luka
bersih diberi antibiotika profilaxis. Pada luka kotor bila granulasi baik dan
infeksi reda dapat dilakukan penjahitan sekunder dan transpalantasi.
BAB X
24
PROGNOSIS dan KOMPLIKASI
10.1. Komplikasi
Komplikasi yang dimaksud dalam hal ini adalah segala hal yang dapat terjadi
karena masalah yang dialami oleh Pak Robi. Komplikasi ini meliputi komplikasi
jangka pendek dan jangka panjang .
I. Komplikasi jangka pendek
o Nyeri
o Edema
o Sobekan : VAN , Kulit
II. Komplikasi jangka panjang
o Deformitas
o Kaku
o Infeksi Gas gangren
o Infeksi Erysipelas
10.2. Prognosis
Dalam hal Prognosis ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :
1. Vulnus Scissum yang dialami Pak Robi bisa sembuh
2. Untuk mempercepat penyembuhan serta mencegah terjadinya komplikasi
yang tidak terduga maka Pak Robi diharapkan untuk mengontrol
kesehatan secara teratur sesuai anjuran dokter
25
BAB XI
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. Buku Ajr Ilmyu Bedah , EGC Jakarta, 1997
2. Sumiardi Karakata, Bob Bachtiar, Bedah Minor < Jakarta, Hipocrates, 1995
3. JA Norton,RR Bol8inger, Surgery Basic Science and Clinical Evidence,Matrix
Publishing Sevice New York, 2000
4. Djohansjah Marzoeki,Ilmu Bedah, Lukia dan Perawataqnnya, Airlangga
University Press 1993.
5. WWW.Google.co.id
26